• Tidak ada hasil yang ditemukan

QUR'ANIC SOUND HEALING UNTUK MENGATASI SPEECH DELAYED ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "QUR'ANIC SOUND HEALING UNTUK MENGATASI SPEECH DELAYED ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

QUR’ANIC SOUND HEALING UNTUK MENGATASI SPEECH DELAYED ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

SITI SHOFA NIDA NUROIN NIM. B53213068

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Shofa Nida Nuroin (B53213068), Qur’anic Sound Healing untuk Mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Siodarjo.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian skripsi ini ada dua, yaitu

1) Bagaimana proses Qur’anic Sound Healing untuk Mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Siodarjo? 2) Bagaimana hasil akhir Qur’anic Sound Healing untuk Mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Siodarjo ?

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus, dan analisa data deskriptif komparatif. Peneliti melakukan wawancara, mengamati dan mempelajari secara terperinci, mendalam dan menyeluruh terhadap gangguan Speech Delayed yang dialami oleh seorang anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses Qur’anic Sound Healing dalam mengatasi gangguan Speech Delayed anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo. Dan adapun untuk mengetahui hasil akhir dari Qur’anic Sound Healing ini peneliti membandingkan antara teori dengan pelaksanaan terapi Qur’anic Sound Healing di lapangan, mengamati dan membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah pelaksanaan terapi Qur’anic Sound Healing.

Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses Qur’anic Sound Healing menggunakan tahapan konseling pada umumnya, yakni identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment dan follow up. Ayat al-Qur’an yang digunakan dalam terapi ini merupakan ayat-ayat pilihan yakni Surat Alfatihah, Surat Thaha ayat 19-37, Surat Qaf ayat 16-35, dan Surat Arrahman ayat 1-13. Dengan tujuan untuk meminimalisir ganggun Speech Delayed yang dialami oleh klien. Dalam hasil akhir terapi ini dapat dinyatakan cukup berhasil dengan prosentase 66% yang mana hasil penelitian tersebut dapat adanya perubahan yang ada pada diri klien. Klien mengalami perubahan ke arah yang lebih positif, diantaranya adalah klien terlihat lebih ekspresif, gerakan mulut klien lebih aktif, lebih sering mengeluarkan suara bahkan dalam waktu yang cukup lama dan disertai gerakan tangan, baik itu suara vokal maupun ucapan kata. Klien yang lebih merespon terhadap suara yang didengarnya, juga merespon perintah yang di arahkan padanya.

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konsep ... 10

1. Qur’anic Sound Healing ... 10

2. Speech Delayed ... 10

3. Autisme ... 11

F. Metode Penelitian ... 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 12

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 14

3. Jenis dan Sumber Data ... 14

4. Tahap-tahap Penelitian ... 16

5. Teknik Pengumpulan Data ... 19

6. Teknik Analisis Data ... 21

7. Teknik Keabsahan Data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA QUR’ANIC SOUND HEALING, PERKEMBANGAN BAHASA ANAK, SPEECH DELAYED, DAN AUTISME A. Qur’anic Sound Healing ... 25

1. Pengertian ... 25

2. Al-Qur’an Sebagai Obat ... 26

3. Kekuatan Suara ... 29

4. Metode Terapi Qur’anic Sound Healing ... 32

B. Perkembangan Bahasa Anak ... 35

1. Pentingnya Berbahasa ... 35

2. Tugas-tugas Perkembangan Bahasa ... 37

3. Fase Perkembangan Bahasa Anak ... 39

(8)

ii

C. Speech Delayed ... 47

1. Pengertian ... 47

2. Faktor Penyebab Speech Delayed ... 49

3. Mavam-macam Speech Delayed ... 51

D. Autisme ... 52

1. Pengertian ... 52

2. Karakteristik Autisme ... 54

3. Penyebab Autisme ... 57

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 58

Bab III: PENYAJIAN DATA QUR’ANIC SOUND HEALING DALAM MENGATASI SPEECH DELAYED ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO A. Gangguan Speech Delayed pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 60

1. PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 60

a. Profil ... 60

b. Visi, Misi dan Tujuan ... 64

c. Sarana dan Prasana ... 65

d. Bentuk Kegiatan ... 65

2. Anak Autis dengan Gangguan Speech Delayed ... 69

a. Kepribadian Klien ... 69

b. Latar Belakang Pendidikan Keluarga ... 70

c. Latar Belakang Agama dan Sosial ... 70

d. Latar Belakang Ekonomi ... 71

e. Alasan Klien Masuk PAUD Inklusi ... 71

f. Masalah Speech Delayed ... 72

3. Konselor Qur’anic Sound Healing ... 79

B. Qur’anic Sound Healing untuk Mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 81

1. Proses Pelaksanaan Qur’anic Sound Healing dalam Mengatasi Speech delayed Anak Autis ... 81

a. Identifikasi Masalah ... 81

b. Diagnosis ... 82

c. Prognosis ... 83

d. Terapi (treatment) ... 84

e. Follow Up ... 93

2. Hasil Akhir Qur’anic Sound Healing dalam mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoajo ... 94

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Proses Qur’anic Sound Healing dalam mengatasi Speech Delayed Anak Autis ... 97

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iii

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 107

(10)

iv DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Manajemen Kegiatan PAUD Inklusi Melati Sdoarjo ... 68

Tabel 3.2 Kondisi Klien Sebelum Diberi Qur’anic Sound Healing ... 95

Tabel 3.3 Kondisi Klien Setelah Diberi Qur’anic Sound Healing... 96

Tabel 4.1 Perbandingan Teori dengan Pelaksanaan di Lapangan ... 101

(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak pengobatan-pengobatan alternatif yang muncul di era

sekarang ini, salah satunya adalah terapi penyembuhan melalui suara. Para

ilmuan sudah membuktikan bahwa setiap sel dari sel-sel otak bergetar dengan

frekuensi tertentu, dan bahwa ada program yang ketat dalam setiap sel yang

mengontrol kerjanya selama hidupnya. Program ini dapat terpegaruh oleh

guncangan eksternal, seperti benturan psikologis dan masalah social. Sel-sel

ini ketika terkena pengaruh guncangan akan merusak aktifitas program

khusus yang mengakibatkan pada gangguan guncangan yang beragam, dan

kadang juga dapat mengakibatkan kerusakan sistem kerja secara keseluruhan,

lalu muncul berbagai jenis penyakit, baik mental maupun fisik. Dan lebih

lanjut lagi para ilmuan memastikan bahwa cara terbaik untuk mengobati

penyakit adalah dengan memprogram ulang sel-sel tersebut. 2

Berkaitan dengan terapi suara, para ilmuan barat begantung pada

terapi musik (khususnya terapi musik klasik). Musik sebagai konsep

penyembuhan baru saja berkembang di dunia modern. Beberapa tahun

terakhir, musik juga terbukti secara unik dan efektif bisa menjadi jembatan

antara otak kanan dan otak kiri, serta mampu meningkatkan ketajaman mental

dan kemampuan untuk mengungkapkan kreatifitas. Musik klasik memiliki

kekuatan yang sangat besar untuk mengetuk sumber kreatifitas. Musik-musik

(12)

2

jenis yang lain dampaknya jelas tidak seefektif musik klasik. Musik rock

misalnya, tidak mampu memberikan inspirasi dan keterkaitan spiritual yang

sangat di dambakan. Kualitas-kualitas tersebut tidak bisa muncul dari bunyi

yang ingar-bingar dan mengganggu karena bunyi seperti itu menggetarkan

dan mengganggu ritme tubuh serta pikiran. Untuk bisa mengakses pikiran dan

pemahaman yang paling mendalam tubuh harus berada dalam kondisi yang

seimbang, setengah bermeditasi, yaitu ketika semua fungsi fisik melambat.3

Musik adalah bentuk seni yang paling lembut namun berpengaruh

besar terhadap pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi

sistem saraf baik secara langsung maupun tidak langsung. Alam semesta

bergetar pada frekuensi tertentu, dan manusia juga dapat ikut terpengaruh

tergantung pada respon saraf nya.4 Dalam permainan musik, melodi dan

harmoni mengikuti ritme memunculkan kesadaran dan kepekaan. Ketika

seseorang semakin menyadari keberadaan diri yang lebih tinggi, musik

menjadikan diri seseorang sanggup mencapai inti batin dirinya. Tingkatan

dimana seseorang mendengar ‘jiwa’ musik adalah ukuran dari kesadaran

seseorang atas keberadaan Tuhannya.5

Terapi melalui musik telah menjadi salah satu profesi dalam disiplin

kesehatan yang pada intinya mengarisbawahi bahwa, seorang terapis musik

menggunakan musik sebagai media pendidikan untuk membantu

meningkatkan kemampuan belajar dan keterampilan. Misalnya penggunaan

3 Stephanie Merritt, Simfoni Otak (Bandung: Kaifa, 2003), hal. 69.

4 Mary Basano, Music and Color; Terapi Alternatif (Yogyakarta: Glosaria Media, 2014),

hal. 11.

5 Mary Basano, Music and Color; Terapi Alternatif (Yogyakarta: Glosaria Media, 2014),

(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

irama musik dan ritme berbicara untuk membantu kontrol saraf pada anak

dengan disfugsi motorik kasar. Semua efek itu dapat terjadi karena para ahli

percaya bahwa musik dapat memperkuat serta memotivasi gerakan atau

latihan terstruktur yang dibutuhkan dalam proses rehabilitasi fisik tertentu.

Keterlibatan musik dapat memberikan keringanan dari rasa sakit, ketidak

nyamanan, dan kecemasan yang berasosiasi dengan gangguan fisik. Banyak

dari hasil riset cenderung mengatakan bahwa, anak sebenarnya lebih mudah

menyerap informasi dan keterampilan tertentu bila dipresentasikan melalui

musik, terutama pada kasus perilaku komunikasi pada anak autis atau

anak-anak dengan gangguan belajar. Juga di informasikan bahwa, penggunaan

irama dan melodi secara secara strategis dapat dapat membantu aspek

pembelajaran ke lingkungan belajar yang lebih menarik. Maka, sebagian

besar orientasi aplikasi terapi musik ditujukan pada anak berkebutuhan

khusus.6

Sebagaimana yang diketahui bahwa suara masuk ke dalam otak

melalui telinga. Suara tidak lain adalah sebuah getaran. Pengobatan melaui

Al-Qur’an, ketika ada seorang pasien yang diperdengarkan bacaan ayat-ayat

Al-Qur’an maka getaran yang sampai pada otaknya akan memberikan

dampak positif pada sel dan membuatnya bergetar dengan frekuensi getaran

yang tepat. Al-Qur’an memiliki ciri keharmonian yang unik yang berbeda

dengan kitab-kitab lain.

(14)

4

Maka dari itu, Al-Qur’an merupakan sarana pengobatan yang terbaik

dan termudah untuk mengembalikan keseimbangan sel yang rusak. Allah

maha kuasa menciptakan sel dan Dia pula yang menitipkan program yang

detail di dalamnya. Dia juga tahu apa yang bisa memperbaikinya. Karena

segala penyakit tentu ada obatnya, dan bahwa Al-Qur’an lah sarana

penyembuhan yang paling tepat. Sebagaimana terdapat dalam firman Nya:

ُُلِز َنُنَو

ُ

َُ ِم

ُٱُ ل

ُ ُق

ُِناَء

ُ

اَم

ُ

َُوُه

ُ

ُ اَفِش

ُ ءُ

َُ حَرَو

ُ ةُ

ُ لِزل

ُ ؤُ

َُيِنِم

ُ

ُ

َ

لَو

ُ

ُُديِ َي

ُٱ

ُ ظل

َُيِ ِل

ُ

ُ

لِإ

ُ

ُ را َسَخ

اُ

٢

ُ

ُ

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S Al-Isra: 82)

Murotal Al-Qur’an adalah kegiatan mendegarkan bacaan Al-Qur’an

baik itu secara langsung ataupun melalui media elektronik. Alferd Tomatis,

seorang dokter asal Perancis, setelah lima puluh tahun mengadakan penelitian

terhadap indera manusia, akhirnya mengambil kesimpulan bahwa indera

pendengaran adalah indera yang paling penting diantara indera manusia

lainnya. Menurutnya, telinga memiliki kemampuan kontrol terhadap seluruh

tubuh, mengatur operasi vital tubuh, membuat keseimbangan gerak dan

konsistensi irama yang teratur bagi semua organ tubuh. Dengan demikian

telinga merupakan panglima bagi setiap system saraf manusia. Semuanya

dipengaruhi oleh suara. Suara atau musik yang terdengar dari murottal

Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai upaya untuk menyembuhkan suatu penyakit,

menurut Al-Kahil Al-Qur’an adalah seperangkat frekuensi suara yang sampai

ke telinga dan dikirimke sel-sel otak lalu mempengaruhi sel melalui medan

(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

saling merespon hingga mengubah getaran sel menjadi stabil. Keadaan inilah

yang disebut sembuh, bebas dari gangguan penyakit.7

Al-Qur’an yang berisi firman-firman allah yang mengandung mukjizat

yang diyakini sebagai kitab suci tidaklah sama dengan kitab-kitab yang lain,

baik rangkaian kalimat, susuan kata, maupun huruf-hurufnya. Ketika

Al-Qur’an dibaca dengan baik sesuai dengan irama tajwid dan keluar dari hati

yang ikhlas, maka akan menjadi suara yang sangat indah dan melahirkan

energy yang sangat tinggi. Suara al-Qur’an inilah yang akan menjadi energy

penyembuh terhadap berbagai penyakit. 8

Anak berkebutuhan khusus yakni anak dengan karakteristik khusus

yang berbeda dengan anak pada umumnya, baik berbeda karena memiliki

keterbatasan/ketidakmampuan (fisik, mental dan sosial emosi), maupun

memiliki kelebihan atau keistimewaan (gifted and tallented). Masyarakat

lebih mengenalnya dengan istilah anak cacat dan anak berbakat. Namun yang

di fokuskan dalam penelitian ini adalah pada anak yang memiliki

keterbatasan fisik, ganguan mental, atau sosial. Anak berkebutuhan Khusus

banyak jenisnya, salah satunya adalah anak Autis.

Autism pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1943. Dia

mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi

dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukan dengan peguasaan

yang tertunda, dan lain sebagainya. Autism menurut istilah kedokteran,

psikiatri dan psikologi termasuk dalam gangguan perkembangan pervasive

(16)

6

(pervasive developmental disorder). Secara khas gangguan yang termasuk

dalam kategori ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi psikologis

dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan social dan

berbahasa, seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas dan

gerakan-gerakan motorik.9

Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasive yang

secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif, emosi dan psikomotorik

anak. Gejala umum yang bisa diamati dari anak dengan gangguan autism

antara lain gangguan pola tidur, gangguan pencernaan, gangguan fungsi

kognisi, tidak adanya kontak mata, komunikasi satu arah, mengamuk

(tantrum), tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan

gangguan motorik yang steriotipik. 10 Anak-anak yang mengalami gangguan

autisme menunjukan kurangnya respon terhadap oranglain, mengalami

kendala berat dalam kemampuan komunikasi, dan memunculkan respon yang

aneh terhadap berbagai aspek lingkungan di sekitarnya.

Sebenarnya setiap anak penderita autis memiliki hambatan yang

berbeda-beda. Ada anak autis yang mampu berbaur dengan anak-anak normal

lainya dalam kelas regular dan mengabiskan sedikit waktu untuk berada di

kelas khusus, namun ada juga anak–anak yang mnderita autis harus selalu

berada dalam sekolah khusus yang terstruktur bagi anak tersebut. Anak autis

yang mampu bebaur dengan anak normal dan dapat berbaur dengan baik

9 Triantoro Safaria, Autisme: Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna Bagi Orangtua

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hal. 1.

10 Triantoro Safaria, Autisme: Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna Bagi Orangtua

(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

biasanya memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan baik serta

kemampuan kognitifnya juga bagus. 11

Seperti halnya dalam kasus ini, terdapat seorang anak laki-laki yang

masih berusia 7 tahun yang mengalami gangguan autis. Ia anak pertama dari

3 bersaudara. Jika dilihat secara fisik ia sama halnya dengan anak-anak

normal lain. Namun jika diperhatikan secara lebih teliti dan setelah mengajak

nya berkomunikasi maka mulai terlihat bahwa ia tidak ada kontak mata

dengan lawan bicaranya, ia juga belum bisa berbicara. Sebut saja namanya

Anton (Nama Samaran).

Anton saat ini bersekolah di PAUD Inklusi Melati Sidarjo. Di sekolah

ia termasuk anak yang cerdas, ia sudah mengenal angka dan huruf. Sudah

bisa menulis, merangkai kalimat sedikit demi sedikit juga menggambar.

Menggambar merupakan hobinya, setiap hari ia selalu menggambar

bermacam-macam bentuk mulai dari pesawat, mobil, kereta api, dan lain

sebagainya. Melihat hasil gambarnya yang bagus, orangtua nya lalu

mendaftarkan Anton untuk Les menggambar. Sehingga ia sempat mendapat

penghargaan juara 1 menggambar. Selain bersekolah Anton juga mengikuti

terapi di lembaga terapi Esia.

Kedua orangtua Anton bekerja di bidang finance, mereka sibuk

bekerja sehingga Anton lebih sering bersama nenek nya. Nenek nya pula

yang setiap hari mengantar Anton ke Sekolah. Nenek nya sempat bercerita

bahwa Anton dulu sangat aktif, naik ke atas meja, naik ke atas lemari dan

(18)

8

perilaku hiperaktif lainnya, tapi saat ini Anton sudah mulai bisa duduk

tenang. Ia sangat hobi menggambar dan pesawat adalah bentuk yang paling

sering digambar oleh Anton. Di sekolah, Anton termasuk siswa yang cerdas.

Ia sudah bisa menulis angka dan huruf juga sudah bisa merangkai kalimat,

meskipun terkadang masih belum jelas maksud dari kalimat nya.

Dalam hal berbicara, Anton belum bisa mencapainya. Anton

mengalami Speech delayed (Keterlambatan Bicara), karena ia belum bisa

bicara seperti anak-anak lain yang seumuran dengan nya. Ia lebih sering

bergumam, mengeluarkan suara-suara yang tidak jelas dan terkadang

berteriak. Maka dari itu penulis ingin mengangkat masalah ini sebagai objek

penelitian dengan judul : “Qur’anic Sound Healing untuk Mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo”

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas, maka perlu kiranya dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses Qur’anic Sound Healing dalam Mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil dari Qur’anic Sound Healing dalam Mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengajukan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki

(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

1. Mengetahui dan mendeskripsikan proses Qur’anic Sound Healing dalam mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana hasil dari Qur’anic Sound Healing dalam mengatasi Speech Delayed Anak Autis di PAUD Inklusi

Melati Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian inipeneliti berharap dapat memberikan manfaat dari

hasik penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi pembacanya, yaitu sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis pengkajian terhadap Bimbingan dan Konseling Islam

dengan Qur’anic Sound Healing dalam menangani Speech Delayed anak Autis diharapkan dapat berguna dan dapat menambah wawasan dalam

bidang Konseling Islam bagi Fakultas Dakwah pada umumnya dan

jurusan Bimbingan Konseling Islam pada khususnya

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan sumber informasi dalam rangka pengembangan Bimbingan

Konseling Islam dalam pemberian terapi yang tepat terhadap anak

(20)

10

E. Definisi Operasional

Sebagai upaya untuk mempermudah dan terarahnya penulisan, serta

menghindari terjadinya perbedaan pendapat atau persepsi terhadap beberapa

istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini maka di pandang perlu

untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian

tersebut. Adapun istilah-istilah dalam melaksanakan penelitian ini penulis

berpijak pada litelatur yang terkait dengan judul penelitian yaitu:

1. Qur’anic Sound Healing

Qur’anic Sound Healing adalah penyembuhan (terapi) dengan

menggunakan lantunan suara ayat-ayat Al-Qur’an yang di perdengarkan

kepada klien dengan menggunakan media Handphone atau MP3. Adapun

jenis suara yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan suara peneliti dengan beracuan pada nada murotal Ahmad

Saoed. Ayat al-Qur’an yang akan di perdengarkan juga merupakan

ayat-ayat pilihan yakni Surat Alfatihah, Surat Thaha ayat-ayat 19-37, Surat Qaf

ayat 16-35, dan Surat Arrahman ayat 1-13.

2. Speech Delayed

Speech Delayed adalah istilah yang sering diberikan oleh dokter

anak kepada anak-anak. Kata ‘speech delayed’ ini bukan merupakan

diagnosis, kata ini hanya digunakan untuk menunjukan keadaan

keterlambatan bicara. Sebab, keterlambatan bicara adalah sebuah gejala

(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

keterlambatan bicara para ahli mengatakan bahwa anak tersebut

mengalami speech delayed, lalu dianjurkan untuk diberi terapi wicara.12

Ketika anak tidak mampu berbicara seperti layaknya anak lain

yang seumuran, maka anak ini dapat dikatakan mengalami keterlambatan

bicara atau Speech Delayed. Menurut Hurlock, apabila tingkat

perkembangan bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan

anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan

penggunaan kata, maka hubungan sosial anak akan terhambat sama

halnya apabila keterampilan bermain mereka berada di bawah

keterampilan teman sebayanya.

Secara umum, seorang anak dikategorikan mengalami

keterlambatan bicara jika perkembangan bicaranya secara signifkan

berada di bawah norma anak-anak yang seumuran dengannya. Anak

dengan keterlambatan bicara memiliki perkembangan bahasa khas yang

lebih muda dari usia kronologisnya; keterlambatan bicara anak mungkin

saja terletak pada sekuen normal namun masih lebih lambat dari rata-rata.

Untuk menentukan hal itu, maka harus memahami tahap perkembangan

bahasa yang normal.

3. Autisme

Autis adalah kategori ketidakmampuan yang ditandai dengan

adanya gangguan dalam komunikasi, interaksi sosial, gangguan indriawi,

pola bermain dan perilaku emosi. Ciri Anak Autis mulai terlihat sebelum

12 Julia Maria van Tiel, Pendidikan Anakku Terlambat Bicara (Jakarta: Prenada, 2011),

(22)

12

anak-anak berumur tiga tahun. Autis merupakan gangguan yang dimulai

dan dialami pada masa kanak-kanak. Menurut Kanner, Autis merupakan

gangguan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain,

gangguan bahasa yang ditunjukan dengan penguasaan yang tertunda,

ecocalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktifitas bermain yang

repentif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif

untuk memepertahankan keteraturan di dalam lingkungan nya. 13

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan

kualitatif, yang mana pendekatan ini adalah suatu penelitian yang

dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subyek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.14 Penelitian kualitatif

adalah suatu proses penelitian ilmiah yang yag lebih dimaksudkan untuk

memahami masalah-masalah manusia dalam konteks social dengan

menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan,

melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta

13 Triantoro Safaria, Autisme: Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna Bagi Orangtua

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 20015), hal. 1.

14 Lexy J. Moleong. Meode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa ada intervensi apapun dari

peneliti.15

Jadi pendekatan kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian

ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara

menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk

kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi

secara umum.

Sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian study kasus.

Studi kasus merupakan jenis penelitian tentang status subyek penelitian

yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan

personalitas. Studi kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang

terperinci tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun

waktu tertentu. Ciri khas dari tudi kasus adalah adanya “sistem yang

terbatas” (Bounded System), maksud dari system ini adalah adanya

batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang

diangkat (dapat berupa program, kejadian, aktifitas atau subjek

penelitian). Ciri lainnya dari studi kasus adalah keunikan dari kasus yang

diangkat, kasus yang diangkat biasanya kasus-kasus yang memiliki

keunikan, kekhasan tersendiri.16

Tujuan penulis menggunakan jenis penelitian study kasus karena

penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu

15 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika,

2010), hal. 8.

16 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika,

(24)

14

secara rinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk membantu

mengatasi speech delayed anak Autis.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

a. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki

yang berumur 7 tahun yang mengalami gangguan Autis serta

terganggu juga dalam hal bicara nya (Specch Delayed). Anak ini

termasuk anak yang cerdas, diumurnya yang sekarang ini dengan

gangguan yang dialaminya ia sudah bisa menulis huruf dan angka,

merangkai kalimat, menggambar dan melipat kertas. Gangguan

bicara nya disadari sejak ia berumur 2 tahun. sampai saat ini tak

banyak suara yang keluar dari mulutnya, ia hanya bergumam

sesekali dan berteriak.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di PAUD Inklusi Melati

yang beralamat di Jl. Yos Sudarso No. 63 Sidoarjo.

3. Jenis dan Sumber Data

a) Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data

yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya

dalam bentuk kata berupa deskripsi bukan dalam bentuk angka.

(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

1) Data Pimer

Data yang diperoleh secara langsung pada saat penelitian

dari sumber pertama di lapangan. Yang mana dalam hal ini

diperoleh dari deskripsi tentang proses pelaksanaan Qur’anic Sound Healing, kemampuan bicara klien sebelum di berikan

Qur’anic Sound Healing, perilaku atau dampak yang dialami

kilen setelah diberikan Qur’anic Sound Healing, serta hasil akhir pelaksanaan konseling dari pemberian Qur’anic Sound Healing.

2) Data Sekunder

Data yang diambil dari sumber kedua atau berbagai

sumber, guna melengkapi data primer.17 Dalam penelitian ini

data sekunder diperoleh dari gambaran lokasi penelitian,

perilaku keseharian klien, kondisi orangtua klien, dan kondisi

guru-guru di PAUD.

b) Sumber Data

Untuk mendapatkan keterangan dan informasi, tentang

subyek penelitian, penulis mendapatkan informasi dari sumber data,

sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan.18 Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua

sumber yaitu :

17 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif

(Surabaya: Universitas Airlangga, 2011), hal. 128.

18 Lexy J. Moleong. Meode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

(26)

16

1) Sumber Data Primer

Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung

diperoleh penulis di lapangan yaitu informasi dari klien yakni

seorang anak laki-laki yang berumur 7 tahun yang mengalami

gangguan Autis seerta Speech Delayed dan konselor yang

melakukan konseling.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak

langsung diperoleh datanya dari klien, tetapi data diperoleh dari

orang lain guna melengkapi data yang penulis peroleh dari

sumber data primer. Dalam hal ini penulis peroleh data dari

keluarga klien dan guru-guru klien di PAUD, serta terapis yag

menangani klien.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam peneitian ini ada tiga tahapan yang dilakukan, yaitu:

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun rancangan penelitian

Rancangan penelitian terdiri dari latar belakang masalah, kajian

pustaka, pemilihan lapangan penelitian, penentuan jadwal

penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengumpulan

data, rancangan prosedur analisis data, rancangan perlengkapan

(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

(yang diperlukan dalam penelitian), rancangan pengecekan

kebenaran data.

2) Memilih lapangan penelitian

Peneliti memilih lapangan penelitian di PAUD Inklusi Melati

Sidoarjo.

3) Mengurus perizinan

Setelah memilih lapangan penelitian, peneliti mengurus

perizinan sebagai bentuk birokrasi dalam penelitian. Pengurusan

perizinan dalam penelitian ini akan dilakukan pada orangtua

klien dan PAUD tempat klien belajar.

4) Menjajaki dan menilai keadaan klien

Peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mewawancarai

orang-orang yang terkait yakni guru-guru di PAUD dan

Keluarga Klien agar mengetahui langkah selanjutnya yang

menjadi keputusan peneliti selanjutnya.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan

yang dipilih dengan kebaikannya dan atas dasar sukarela.

Informan dalam penelitian ini adalah klien, konselor, orangtua

klien,terapis dan guru-guru klien di PAUD. Kemudian peneliti

(28)

18

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Perlu bagi peneliti untuk menyiapkan pedoman wawancara, alat

tulis, kamera, buku catatan, jadwal kegiatan, rekaman suara

murottal Al-Qur’an serta hal-hal yang perlu digunakan pada

proses penelitian berlangsung.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar

belakang penelitian, bisa menempatkan diri, menyesuaikan

penampilan dengan kebiasaan dari tempat penelitian, selain itu

mempersiapkan fisik maupun mental juga diperlukan agar

penelitian berjalan lancer dan efektif.

2) Memasuki lapangan

Dalam memasuki lapangan, seorang peneliti menciptakan

hubungan (rapport) antara peneliti dan subjek dengan baik

sehinggan seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah diantara

keduanya. Selain itu penyesuain bahasa juga diperlukan, karena

dalam menciptakan hubungan dibutuhkan dibutuhkan bahasa

yang sama antara peneliti dan subjek. Sehingga subjek dapat

merasa nyaman terhadap peneliti.

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Dalam tahap ini peneliti mulai memperhatikan waktu, tenaga,

(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

lapangan dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan,

wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu. Dalam

pengumpulan data peneliti juga memprahatikan sumber data

lainnya seperti: dokumen, laporan, foto, gambar, dan hal lainnya

yang sekiranya perlu dijadikan informasi bagi peneliti.

c. Tahap Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan kemudian dikumpulkan dan

dikategorikan sesuai dengan pola dan satuan uraian dasar. Data yang

diperoleh dari penelitian akan diregulasian dengan mengelompokkan

sesuai dengan kategori penelitian, melakukan tahap-tahap konseling

dari attending hingga evaluasi, kemudian mencatat nya sebagai

bahan laporan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati, dan

mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk tujuan

tertentu.19 Diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam

penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi:

kemampuan bicara klien (Anton) sebelum dilakukan Qur’anic Sound

19 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika,

(30)

20

Healing, kondisi klien (Anton) saat diberikan Qur’anic Sound Healing dan kondisi klien dan kemampuan bicara klien (Anton)

setelah di berikan Qur’anic Sound Healing. b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua puhak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.20 Teknik ini merupakan

suatu metode pengumpulan data yang di lakukan dengan jalan

mengadakan komunikasi dengan sumber data yang dilakukan dengan

cara berdialog tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak

langsung. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk

mendapatkan informasi mendalam pada diri klien yang meliputi:

Identitas diri klien, kondisi keluarga klien, kegiatan klien di rumah,

kegiatan klien di sekolah, kegiatan klien di tempat terapi,

kemampuan bicara klien, dan perkembangan kemampuan bicara

klien.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

momental dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya

catatan harian, sejarah keidupan, cerita, biografi, peraturan,

20 Lexy J. Moleong. Meode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar

hidup, sketsa dan lain-lain.21 Dokumen yang berbentuk karya

misalnya karya seni, yang dapat brupa gambar, filem, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk mendapat

gambaran tentang hasil diagnosa dokter terkait gangguan yang di

alami oleh klien, daftar nilai dari sekolah, daftar nilai dari tempat

terapi, hasil karya klien berupa gambar, tulisan dan origami.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari dan

menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memusatkan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.22

Teknik analisi data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data

diperoleh. Penelitian ini bersifat studi kasus, untuk itu analisis data yang

digunakan adalah teknik analisi deskriptif komparatif yaitu setelah data

terkumpul dan diolah maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data

tersebut. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui proses dari hasil

Qur’anic Sound Healing dalam mengatasi speech delayed anak Autis,

dan membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah di laksanakan

proses terapi.

21 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Edisi Kedua (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2007), hal. 125.

(32)

22

7. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam

penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas data.

Dalam penelitian ini peneliti akan memakai keabsahan data sebagai

berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikut sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikut sertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,

tetapi melakukan perpanjangan keikutsertaan pada penelitian.

Perpanjangan keikut sertaan peneliti akan memungkinkan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan keikutsertaan

berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai kejenuhan

pengumpulan data tercapai.

b. Triangulasi

Menurut Sugiyono triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Triangulasi dibedakan atas tiga macam yakni:23

1) Triangulasi data atau triangulasi sumber, adalah penelitian

dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk

mengumpulkan data yang sejenis. Diantaranya peneliti

mewawancarai orang tua klien dan guru pendamping klien.

23 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

2) Triangulasi metodologis. Jenis triangulasi ini bisa digunakan

oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi

dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data

yang berbeda. Dalam hal ini peneliti mewawancarai informan

yang terkait dengan klien, seperti orangtua klien dan guru

pendamping klien.

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi yang akan di lakukan

ini di bagi atas lima bab dengan susunan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan. Dalam bab ini penelitian memberikan gambaran

yang meliputi: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan

Penelitian; Manfaat Penelitian; Definisi Konsep; Metode Penelitian; serta

Sistematika Pembahasan.

BAB II: Kajian Pustaka. Dalam bab ini, penelitian memberikan

gambaran serta penjelasan yang berkaitan dengan Qur’anic Sound Healing; Pengertian; Al Qur’an Sebagai Obat; Kekuatan Suara; Metode Terapi.

Perkembangan Bahasa Anak; Pentingnya Berbahasa; Tugas perkembangan

Bahasa; Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa; Tahapan

Perkembangan Bahasa. Speech Delayed; Pengertian Speech Delayed;

Penyebab Speech Delayed; Macam-macam Speech Delayed. Autis;

Pengertian Autis; Karakter Autis; Penyebab Autis; Macam-macam Autis.

(34)

24

BAB III: Penyajian Data. Dalam bab ini, penelitian memberikan

gambaran tentang data yang telah diperoleh dalam penelitian dan disajikan

dalam bentuk deskripsi data dan kata-kata. Deskripsi Umum Obyek

Penelitian, diantaranya: deskripsi tentang lokasi penelitian, deskripsi tentang

konselor dan klien, dan deskripsi tentang masalah yang dihadapi klien.

Kemudian dilanjut dengan deskripsi hasil penelitian, yaitu mendeskripsikan

hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mulai dari penggalihan data

atau awal proses penelitian sampai hasil akhir penelitian dilakukan

BAB IV: Analisa Data. Dalam bab ini, peneliti menganalisa hasil

proses Bimbingan dan Konseling Islam, dengan teknik Qur’anic Sound Healing dalam mengatasi Speech Delayed pada seorang anak Autis. Dan

analisa tentang hasil akhir Bimbingan dan Konseling Islam dengan Qur’anic Sound Healing dalam mengatasi Speech Delayed anak Autis dengan

membandingkan data teori dengan data yang terjadi dilapangan.

(35)

25

BAB II

QUR’ANIC SOUND HEALING, PERKEMBANGAN BAHASA ANAK,

SPEECH DELAYED, DAN AUTISME

A. Qur’anic Sound Healing

1. Pengertian

Kata Qur’anic dalam tulisan ini merujuk pada makna yang dikandung pada kata Al-Qur’an. Menurut asalnya, kata Al-Qur’an berasal dari bahasa

arab yang berarti “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata

al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang

artinya membaca.24 Sound berasal dari bahasa Inggris yang berarti bunyi

atau suara.25 Dan Healing berasal dari bahasa Inggris, bentuk Verb-Ing dari

kata Heal yang artinya menyembuhkan, menyehatkan dan memulihkan.26

Secara terminologi, Qur’anic Sound Healing merupakan penyembuhan dengan menggunakan suara/lantunan ayat Al-Qur’an. Lantunan ayat-ayat

Al-Qur’an diperdengarkan kepada seseorang dengan tujuan untuk

menyembuhkan penyakit fisik maupun psikis yang sedang dialaminya.

Karena, satu huruf saja dalam Al-Qur’an yang didengar maupun dibaca,

24

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 1101.

25 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia,

2007), hal. 541.

26 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia,

(36)

26

dapat mengeluarkan minimal sepuluh energi positif yang bisa berpengaruh

terhadap tubuh.

2. Al-Qur’an Sebagai Obat

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada

penutup para abi dan para rasul, Muhammad SAW., dihimpun dalam bentuk

mushaf, diriwayatkan secara mutawatir dari generai ke generasi.

Membacanya termasuk ibadah dan Ia mukjizat terbesar nabi Muhammad

SAW.

Al-Qur’an mulia yang diturunkan oleh Allah SWT kepada

Rasul-Nya, Muhammad SAW, bukanlah semata-mata kitab agama atau kitab fikih,

melainkan sebuah kitab yang komperehensif, yang menghimpun semua

bidang ilmu pengetahuan, semua aspek kehidupan, dan segala bentuk

kebijaksanaan, sekaligus juga keagungan dan kemuliaan akhlak serta

keindahan dan kemegahan karya sastra. Allah SWT berfirman

َ و

م

َقم

َ

ٓ ل

َلةب

َ

َقف

َٱ

َ

ۡ

ل

ۡ

َ قض

َ

َ

ل و

َ

َ ط

َلقئَ

َريقط ي

َ

َۡي ح قِ

َقَ

َالقإ

َ

َ

ر

أ

َ

َۡم

أ

َ رك

رل ث

َم

َ

َۡط ف

َ

َقف

َٱَۡل

َ تقك

َقَق

م

َ

َۡ ش

َ لءَ

َ رث

َ

َ

لقإ

َ

َۡ ق قكب ر

َ

َۡري

َ نور َ

َ

٨

َ

َ

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Q.S Al-An’am: 38)

Di antara bidang ilmu pengetahuan yang terkandung dalam

(37)

27

tentang ilmu kesehatan atau ilmu kedokteran, Al-Qur’an sendiri sejatinya

merupakan obat yang menyembuhkan dan menyehatkan manusia. Al-Qur’an

juga merupakan petunjuk dan rahmat bagi seluruh manusia, sebagaimana

ditegaskan dalam firman Allah SWT,:

َ ي

ي أ

َٱ

َ رس ن

َ

َۡد ق

َ

َا ج

َۡت ء

رك

َ

َۡ م

َ ة ظقع

َقكم

َ

َۡ ركقكبر

َ

َا فقش و

َ ء

َ

قك

َ

َقف

َٱ

َقروردص

َ

َمدره و

ى

َ

َ ۡح ر و

َ ةَ

َۡقكل

َۡؤر

َ يق قم

َ

٧

َ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Yunus: 57)

Al-Qur’an memang merupakan penyembuh dan rahmat bagi orang

yang hatinya dipenuhi keimanan, yang senatiasa membuka hatinya sehingga

nilai-nilai Al-Qur’an bersinar di sana. Nilai-nilai Al-Qur’an itu akan

melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan rasa aman dalam hatinya. Ia

merasakan kenikmatan yang tidak pernah dan tidak akan bisa dirasakan oleh

orang yang lalai dari mengingat Allah.27

Syekh Abdurrahman al-Sa’di mengatakan bahwa frasa “peyembuh

bagi peyakit-penyakit (yang berda) dalam dada” dalam ayat itu mengandug

pengertian bahwa Al-Quran benar-benar dapat menyembuhkan aneka

macam penyakit yang seringkali bersarang di dalam hati manusia berupa

penyakit syahwat, keraguan, kegelisahan, keresahan, juga amarah dan

(38)

28

kebencian, semua itu karena Al-Qur’an mengandung nasihat, kabar gembira,

peringatan, janji, dan sekaligus juga ancaman. Semua itu akan melahirkan

rasa takut dan harap dalam diri setiap hamba yang senantiasa membaca,

memperhatikan, danmenelaah maknanya. Hatinya akan selalu dipenuhi

keinginan untuk terus melakukan kebaikan dan menjauhi segala keburukan,

kejahatan atau kesesatan.28

Ibn al-Qayyim r.a. mengatakan, “Al-Qur’an merupakan penawar

sempurna yang dapat menyembuhkan semua penyakit hati dan penyakit

jasad, juga penyakit dunia dan akhirat. Al-Qur’an menjadi obat penawar bagi

siapa saja yang tidak menyepelekan dan meragukan daya penyembuhnya.

Semua manfaat, berkah, dan kebaikan itu hanya bisa diraih oleh orang yang

mempergunakan Al-Qur’an dengan benar, disertai keimanan yang kuat,

penerimaan yang penuh, dan keyakinan yang teguh. Orang seperti itu

niscaya akan terbebas dari penyakit jasmani maupun rohani. Tentu saja ia

akan selamat, karena mana mungkin ada penyakit yang dapat menyerang dan

mengalahkan firman Allah SWT. Tidak ada satupun penyakit tubuh dan

penyakit hati kecuali di dalam Al-Qur’an terdapat petunjuk dan perantara

yang menyampaikan kita pada obat atau penawarnya, serta memberi

perlindungan dari semua penyakit itu. Semua itu hanya bisa dicapai dan

dirasakan oleh orang yang benar-benar memahami Al-Qur’an.29

(39)

29

َ و

أ

َ

َۡ َ

َۡك ي

َۡ ق قف

َ

َان

أ

َ

َ

ۡ

ن ن

أ

َ

َۡي ع

َ َ

ٱَۡل

َ تقك

َ َ

َۡتري

َ ل

َ

َۡي ع

َ ۡ قَ

َنقإ

َ

َقف

ََ

ذ

َ ق

َ

َ ۡح

َمة

َ

َ

ۡ

كقم و

َ ى

َ

َۡ قل

َلمَ

َۡؤري

َ ن ر قم

َ

١

َ

َ

Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Al-‘Ankabut:51)

Maka siapa saja yang tidak disembuhkan oleh Al-Qur’an, berarti ia

tidak disembuhkan oleh Allah, dan siapa saja yang tidak merasa cukup

dengan Al-Qur’an niscaya Allah akan membuatnya tidak merasa cukup

dengan apapun.30

3. Kekuatan Suara

Struktur dasar dari alam semesta adalah atom, dan struktur dasar

tubuh manusia adalah sel. Setiap sel terdiri dari miliaran atom, dan setiap

atom terdiri dari atas elektron positif dan negatif yang berputar di

sekelilingnya. Putaran elektron menghasilkan medan listrik, magnet, dan

mirip dengan kerja torsi mesin. Rahasia yang membuat otak berfikir adalah

program yang akurat dalam sel-sel otak. Program ini ada di semua sel dan

melakukan tugasnya dengan ketepatan yang luar biasa. Sedikit saja terjadi

kekacauan dalam program itu, akan memunculkan masalah yang terjadi di

beberapa bagian tubuh. Kerusakan itu akan menimbulkan

ketidakseimbangan. Jadi, obat yang terbaik untuk mengatasi hal itu adalah

dengan mengembalikan keseimbangan sel yang ada dalam tubuh. Para

(40)

30

ilmuan menemukan bahwa sel-sel tubuh dipengaruhi oleh berbagai bentuk

getaran, seperti gelombang cahaya, gelombang radio, gelobang suara dan

sebagainya.31

Para ilmuan menemukan bahwa banyak dari makhluk-makhluk kecil,

seperti sel, virus, bakteri, dan bahkan molekul DNA dalam inti sel

mengeluarkan frekuensi suara. Para ilmuwan telah mengembangkan teknik

untuk merekam suara-suara yang samar ini. Karena makhluk-makhluk ini

mengeluarkan suara maka dengan demikian ia juga dipengaruhi oleh suara.

Bahkan, peneliti sekarang mengatakan bahwa sangat mungkin dilakukan

identifikasi awal dari banyak penyakit berbahaya dengan menggunakan

audio (suara) saja, setelah terbukti bahwa semua virus dan bakteri

mengeluarkan suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.32

Para ilmuan juga mnemukan bahwa gelombang suara bisa

mempengaruhi aktifitas listrik sel otak, dan sebagian suara mungkin bisa

mengurangi aktifitas listrik sel. Apabila aktifitas ini meningkat dari batasan

tertentu maka ia bisa mempengaruhi stabilitas emosional manusia, dan

terkadang menyebabkan beberapa penyakit.33

Suara terbuat dari gelombang atau getaran yang bergerak di udara

dengan kecepatan 340 meter per detik, da setiap suara memiliki frekuensi

31 Abdul Daem Alkaheel, Al-Quran The Healing Book (Jakarta: Tarbawi Press, 2010), hal.

16.

32 Abdul Daem Alkaheel, Pengobatan Qur’ani Manjurnya Berobat dengan Al-Quran

(Jakarta: Amzah, 2012), hal. 13.

33 Abdul Daem Alkaheel, Pengobatan Qurani Manjurnya Berobat dengan Al-Quran

(41)

31

tertentu. Pendengaran seseorang bisa menangkap dari 20 getaran per detik

sampai 20000 getaran per detik. Gelombang ini tersebar di udara dan

diterima oleh telinga, kemudian ditransmisikan melalui telinga yang

mengubah energy mekanik tersebut menjadi energy elektrik ke saraf

pendengaran (auditory nerve), dimana seluruh sel bekerja merespon sinyal

tersebut dan menyebar ke berbagai tempat di dalam otak, terutama bagian

depan telinga. Selanjutnya sinyal itu di proses dan diterjemahkan dalam

bahasa yag di mengerti oleh manusia. 34

Otak menganalisis sinyal dan memberikan perintah kepada berbagai

bagian tubuh untuk merespon sinyal-sinyal yang ada. Dari sini asal muasal

ilmu tentang terapi suara, karena suara merupakan getaran dan sel-sel tubuh

juga bergetar. Jadi memang ada pengaruh suara yang dimunculkan terhadap

sel-sel tubuh, dan inilah yang ditemukan para peneliti. Para peneliti di akhir

abad dua puluh menemukan bahwa setiap sel otak tidak bekerja secara

eksklusif pada aspek transfer informasi saja, tapi ia juga seperti sebuah

computer kecil yang bekerja mengumpulkan data, mengolah dan memberi

perintah secara terus menerus.

Seluruh sel yang ada di setiap bagian tubuh manusia, bergetar dalam

frekuensi tertentu, dan membentuk sebuah harmoni tertentu yang

terpengaruh oeh suara disekitarya. Dengan demikian, penyakit yang

menimpa anggota tubuh, adalah disebabkan adanya perubahan dalam getaran

(42)

32

sel-sel tubuh, yang keluar dari sistem yang sudah berlaku pada tubuh lalu

mempengaruhi seluruh tubuh. Karena itu, ketika tubuh dihadapkan pada

suara tertentu, suara ini akan mempengaruhi bagian yang mengalami

kerusakan dengan merespon suara-suara yang datang, lalu bisa

memulihkannya pada getaran aslinya. 35

4. Metode Terapi Qur’anic Sound Healing

Metode adalah “jalan yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan,

karena kata metode berasal dari dua suku kata yaiu dari kata “meta” yang

berarti melalui dan “hedos” yang berarti jalan atau tujuan.36 Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah “cara yang teratur dan terpikir

baik-baik untuk mencapai maksud”.37

Sesuai dengan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

merupakan suatu cara atau jalan yang teratur dan terencana yang

dipergunakan seorang terapist dalam melakukan terapi Qur’anic Sound Healing terhadap klien/pasien agar tujuan yang direncanakan dapat tercapai

dengan disertai perubahan pada aspek fisik maupun psikis klien/pasien.

Adapun metode terapi Qur’anic Sound Healing adalah sebagai berikut:

35 Aduldaem Alkaheel, Al-Quran The Healing Book (Jakarta: Tarbawi Press, 2010), hal. 19. 36 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 61.

37 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

(43)

33

a. Rapport

Secara bahasa rapport berarti “hubungan” atau “membangun

hubungan”. Rapport adalah suatu hubungan yang ditandai dengan

keharmonisan, kesesuaian, kecocokan dan saling tarik menarik. Rapport

dimulai dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan dan persamaan. Jika

telah terjadi persetujuan dan rasa persamaan, timbullah kesukaan

terhadap satu sama lain.38

Dalam hal ini terapist membangun hubungan yang baik dengan

klien, membuat klien nyaman, mengajak klien berkomunikasi dengan

baik terkait dengan masalah yang sedang dihadapinya. Pada tahap ini

pastikan klien dapat merasa nyaman dan tenang sebelum dilanjut pada

tahap berikutnya.

b. Treatment

Treatment merupakan proses pemberian bantuan kepada klien

setelah dilakukan prognosis (penentuan jenis masalah), pelaksanaan dari

tahap yang direncanakan berdasarkan waktu, bisa dilakukan seketika

dan bisa pula dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi klien.39

38 Sofyan. S Willis, Konseling Individual; Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta CV, 2013),

hal. 46.

39 Siradj Shahudi, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: Revka Petra Media,

(44)

34

Treatment dalam Qur’anic Sound Healing yakni proses memperdengarkan suara lantunan ayat Al-Qur’an kepada klien. Suara

Al-Qur’an bisa diputar pada media apapun, Handphone, DVD, atau alat

pemutar musik lainnya. Ayat-ayat Al-Qur’an yang dipilih disesuaikan

dengan jenis masalah yang dialami klien, itu akan lebih baik. Volume

suara pun tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembut, tapi di

pertengahan.

Bacaan Al-Qur’an yang di perdengarkan pada klien merupakan

bacaan yang baik dan benar sesuai dengan mahkraj dan tajwid. Suara

yang dikeluarkan oleh pembaca Al-Qur’an, merupakan suara yang

lembut juga sehingga bisa menyentuh hati klien bahkan siapapun yang

mendengarnya. Juga pembaca Al-Qur’an haruslah menjaga kestabilan

emosinya.

c. Evaluasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Evaluasi adalah

pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk

mengukur dampak dan efektifitas dari suatu objek, program, atau proses

berkaitan dengan spesifikasi dan persyaratan pengguna yang telah

ditetapkan sebelumnya. Evaluasi juga upaya penilaian secara teknis dan

(45)

35

berikutnya.40 Evaluasi atau penilaian dilakukan setelah dilakukan

treatment. Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan,

keberhasilan, tercapainya tujuan yang diharapkan.

Terapist menilai proses pemberian Qur’anic Sound Healing yang telah dilaksanakan. Bertanya tentang perasaan klien sebelum dan

sesudah diberikan treatment. Adakah perubahan yang dialami oleh klien

lalu mencatatnya untuk di perbaiki pada proses pemberian treatment

berikutnya.

B. Perkembangan Bahasa Anak

1. Pentingnya Berbahasa

Untuk kepentingan berkomunikasi seseorang harus memiliki

keterampilan berbahasa dengan baik, benar dan jelas. Dia terampil

menyimak dan berbicara, atau dia mampu membaca dan menulis. Anak

mulai meniru ucapan dan penyampaian kata-kata, proses pertamanya adalah

mendengar (menyimak) ucapan-ucapan tersebut. Kata-kata menjadi miliknya

kemudian diucapkan lagi. Selama hidupnya seseorang beberapa kali

mengulang kata, dari satu kata kemudian kata-kata lain atau lebih. Akhirnya

dia memanfaatkan kata-kata yang dimilikinya untuk berkomunikasi. Dalam

perkembangan selanjutnya perbendaharaan kata bertambah, artinya dia dapat

menggunakan kata-kata dalam berkomunikasi lisan lebih banyak lagi.

40 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

(46)

36

Dengan kata lain dia memiliki kemampuan berbahasa (language

competition) sehingga dapat berkomunikasi dengan orang lain. 41

Kemampuan menyimak dan berbicara berkembang sebelum anak

memasuki sekolah. Artinya proses pembentukan bahasa lisan (berbicara)

harus dimiliki pada masa perkembangan usia balita. Pola perkembangan ini,

yaitu proses sosialisasi dan komunikasi. Komunikasi mencakup mengerti

dan berbicara, mendengar dan membalas tindak. Bagi seorang anak,

lingkungan merupkan suatu sumber yang sangat penting untuk

perkembangan bahasanya. Yang pertama adalah pengalaman atau situasi

bersama ibu dan orang lain dalam lingkungan terdekat.

Perkembangan persepsi (perceptual development) baik melalui indera

lihat, dengar, raba, rasa, maupun cium memegang peranan penting dalam

masa awal perkembangan. Melalui pengalamannya ia akan belajar

menggabungkan pengalamannya dengan lambang bahasa, yang diperoleh

lewat pendengaran. Seorang anak yang lebih sering dilatih dengan

menunjukkan banyak benda untuk dilihat, didengar, diraba, atau

dimanipulasi, di rasa dan dicium, makan makin cepat berlangsung

perkembangan persepsinya dan makin banyak tanggapan yang diperoleh

serta makin pesat pula perkembangan bahasanya.42

41Edja Sadja’ah, Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama (Bandung: Refika Aditama, 2013),

hal. 9.

42Edja Sadja’ah, Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama (Bandung: Refika Aditama, 2013),

(47)

37

Proses perantara yang berperan dalam perkembangan bahasa pada

anak kecil, antara lain: dorongan meniru, reinforcement, daya ingatan, dan

peran ibu dalam percakapan sehari-hari. Di dalam komunikasi antara ibu dan

anak memungkinkan seorang anak akan berbicara tidak jelas atau belum

lengkap, suara meraban belum baik atau haya menangis. 43

Urutan fase-fase perkembangan bicara dimulai dari fase meraban

sampai kepada fase menyesuaikan diri. Jelaslah bahwa fungsi pendengaran

erat hubungan nya dengan bicara dan bahasa. Pada fase penyesuaia diri,

anak melatih diri dalam bidang bicara dengan mendengarkan bunyi-bunyi

yang mengandung arti dan adanya peniruan sebagai hasil pendengaran.

Berbahasa bagi manusia memegang peranan penting dalam

menempuh kehidupnnya, antara lain usaha mengembangkan diri,

menyesuaikan diri, peranan hidup di masyarakat, kontak sosial dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta pembentukan proses belajarnya.

Dengan kata lain, berbahasa memegang peranan penting dalam hidup dan

kehidupan manusia yang berada di dalam lingkungan nya (masyarakat).

2. Tugas-tugas Perkembangan Bahasa

Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau meguasai

empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak

43Edja Sadja’ah, Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama (Bandung: Refika Aditama, 2013),

(48)

38

berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat

menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah: 44

a. Pemahaman

Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi

memahami bahasa orang lain, bukan memahami bahasa yang

diucapkannya, tetapi dengan memahami kegiatan/gerakan atau

gesture-nya (bahasa tubuhgesture-nya).

b. Pengembangan Perbendaharaan Kata

Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada

usia dua tahun pertama, kemudin mengalami tempo yang cepat pada

usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.

c. Penyusunan Kata-kata Menjadi Kalimat

Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya

berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah

kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai “gesture” untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya anak menyebut “Bola” sambil

menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “tolong

ambilkan bola untuk saya”. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan

keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin

panjang dan kompleks.

44 Djawad Dahlan, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT Remaja

(49)

39

d. Ucapan

Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui

imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang

lain (terutama orangtuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada

umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata

secara jelas, sehingga sering tidak mengerti maksudnya. Kejelasan

ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. hasil studi tentang

suara dan kombinasi suara menunjuk

Gambar

Tabel 3.1 Manajemen Kegiatan PAUD Inklusi Melati Sdoarjo ......................... 68 Tabel 3.2 Kondisi Klien Sebelum Diberi Qur’anic Sound Healing ..................
Tabel 3. 1
Tabel 3. 2
Tabel 3. 3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pinarbas, T., Canpolat , et al (2006), refutation text yang ditulis sebelumnya dan pandangan dominan saat ini digunakan sebagai solusi untuk menangani konsep siswa.

sehingga karyawan mampu memberikan yang terbaik untuk perusahaan. 2) Dari sisi self efficacy yang perlu dilakukan karyawan adalah harus lebih mampu melakukan

Kulit adalah organ yang paling luar yang mempunyai banyak fungsi yang penting Kulit adalah organ yang paling luar yang mempunyai banyak fungsi yang penting yaitu, selain sebagai

Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan/ pembuatan serta perawatan terhadap

Selain melakukan pemberdayaan bagi masyarakat di daerah hulu sungai seperti gambaran di atas, Balai Besar Wilayah Sungai Brantas juga melakukan pemberdayaan untuk

Berdasarkan kepentingan ekonomi maka analisis kebijakan pemerintah Indonesia membentuk Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) terhadap Korea Selatan tahun 2012 adalah

Ketua Departemen Pertanian DPP Partai Demokrat ini menjelaskan, subsidi benih, pupuk, dam sarana produksi pertanian lainnya, merupakan bentuk intervensi secara langsung dari

Ucapan dan rasa sukur kepada Allah SWT atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Analisis