ETIKA
MARKETER
DALAM MENINGKATKAN JUMLAH
ANGGOTA DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN
SYARIAH MITRA USAHA IDEAL (KSPPS MUI) BUNGAH
GRESIK
SKRIPSI
OLEH
ZULIANA NINGSIH
NIM. C04213067
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ETIKA
MARKETER
DALAM MENINGKATKAN JUMLAH
ANGGOTA DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN
SYARIAH MITRA USAHA IDEAL (KSPPS MUI) BUNGAH
GRESIK
SKRIPSI
Diajukan kepadaUniversitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ekonomi Syariah
Oleh
ZULIANA NINGSIH
NIM. C04213067
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Prodi Ekonomi Syariah
Surabaya
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Etika Marketer dalam Meningkatkan Jumlah Anggota
di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI) Bungah Gresik” ini ditulis untuk menjawab pertanyaan bagaimana
mekanisme etika marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik dan bagaimana etika
marketer dalam meningkatkan jumlah anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik.
Tujuan skripsi ini untuk mengetahui mekanisme etika marketer dalam
meningkatkan jumlah anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik.
Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan pola induktif.
Hasil penelitian menemukan bahwa mekanisme etika marketer di KSPPS
MUI Bungah Gresik melalui tahap perekrutan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap perekrutan, calon AO melaksanakan tes tulis, tes wawancara, dan mengklarifikasi perilaku calon AO kepada orang terdekat calon AO. Pada tahap pelaksanaan, AO diberikan peraturan, program etika AO yang tertera di SOP KSPPS MUI Bungah Gresik, dan didukung dengan peraturan tambahan serta
poster yang ditempel didinding koperasi. Sedangkan, etika marketer dalam
meningkatkan jumlah anggotanya dengan memiliki kepribadian spiritual, berperilaku baik dan simpatik kepada semua anggota dan calon anggota, berlaku adil, bersikap melayani dan rendah hati, menepati janji dan tidak curang, bersikap jujur dan terpercaya terhadap produk yang ditawarkan, tidak suka berburuk
sangka, dan tidak menjelek-jelekkan saingannya. Etika marketer yang dilakukan
KSPPS MUI Bungah Gresik sejak tahun 2012 sampai tahun 2016 bulan Oktober meningkatkan jumlah anggota sebesar 4,5%.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat menjadi bahan masukan pada KSPPS MUI Bungah Gresik yaitu memberikan target kepada AO dalam meningkatkan jumlah anggota dan mengimbangi etika AO dengan pengetahuan ekonomi syariah.
viii DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TRANSLITERASI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Batasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Kajian Pustaka... 12
F. Tujuan Penelitian ... 17
G. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17
H. Definisi Operasional ... 19
I. Metode Penelitian ... 20
J. Sistematika Pembahasan ... 30
BAB II ETIKA PEMASARAN DAN MANAJEMEN KEANGGOTAAN KOPERASI ... 33
A. Etika Pemasaran Islam ... 33
1. Pengertian Etika Pemasaran Islam ... 33
2. Konsep Pemasaran Islam ... 37
3. Etika Marketer Islam ... 41
B. Manajemen Keanggotaan Koperasi ... 55
ix
2. Kompensasi Keanggotaan ... 62
BAB III ETIKA MARKETER DAN PENINGKATAN JUMLAH ANGGOTA DI KSPPS MUI BUNGAH GRESIK ... 68
A. Profil KSPPS MUI Bungah Gresik ... 68
B. Etika Marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik ... 76
C. Etika Marketer dalam Meningkatkan Anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik ... 85
BAB IV ETIKA MARKETER DALAM MENINGKATKAN JUMLAH ANGGOTA DI KSPPS MUI BUNGAH GRESIK ... 97
A. Analisis Etika Marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik ... 97
B. Analisis Etika Marketer dalam Meningkatkan Jumlah Anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik ... 106
BAB V PENUTUP ... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 123
x
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) merupakan
koperasi kegiatan yang usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan
pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq atau
sedekah, dan wakaf.1 Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan usaha koperasi berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Secara umum
keberadaan koperasi di Indonesia sangat kuat karena sudah menjadi
peraturan dalam UUD 1945 pasal 33.
Dalam mengembangkan koperasi di Indonesia ada beberapa langkah
pendukung untuk mempertegas jatidiri, kedudukan, permodalan dan
pembinaan koperasi, maka dari itu ditetapkan Undang-Undang Nomor 25
tahun 1992 tentang perkoperasian. Secara operasional koperasi diatur
kembali melalui Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam. Sedangkan koperasi khusus
untuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) diatur sendiri dengan
Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang
1 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, “Berita dan
Informasi Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 09/Per/Dep.6/IV/2016”, dalam http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi, diakses pada 30 Agustus 2016.
2
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha KJKS.2 Untuk kepentingan
monitoring KJKS, terbit Permen Koperasi dan UKM nomor:
39/Per/M.KUM/XII/2007 tentang Pedoman Pengawasan KJKS dan Unit Jasa
Keuangan Syari’ah. Dengan demikian semua jenis kegiatan dan segala
implikasi hukum bisa dipertanggungjawabkan baik kepada anggota maupun
masyarakat. Perundang-undangan tentang koperasi, khususnya yang berbasis
syari’ah merupakan suatu kewajiban untuk merespon tuntutan masyarakat
yang menginginkan transaksi simpan pinjam dengan sistem syariah.
Dalam perkembangan koperasi, jumlah KJKS dan BMT semakin banyak
dengan badan hukum yang sama. Pada tahun 2014 jumlah koperasi sebanyak
209.488 unit.3 Dari tahun 2009-2014, terjadi kenaikan jumlah koperasi
sebanyak 39.077 unit koperasi. Dari total unit koperasi, sebanyak 147.249
unit adalah koperasi aktif, sedangkan sisanya sebanyak 62.239 unit (30%)
merupakan koperasi tidak aktif. Sedangkan jumlah koperasi di Jawa Timur
sendiri pada tahun 2015 sebanyak 31.182 unit dengan rincian 27.472 unit
koperasi aktif, 3.710 unit merupakan koperasi tidak aktif.4
Perkembangan tersebut disebabkan adanya penerimaan baik oleh
masyarakat terhadap adanya lembaga keuangan non bank berbasis syariah
untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga dengan berjalannya waktu, baik
BMT atau KJKS saling mengembangkan sistem Lembaga Keuangan Mikro
2 Nur Lailah, et al., Lembaga Keuangan Islam Non Bank (Surabaya: IAIN SA Press, 2013), 84. 3 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik ndonesia, “Data Koperasi”,
dalam http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi, diakses pada 30 Agustus 2016.
3
Syariah (LKMS) dan memberikan pelayanan jasa yang baik dan beragam
guna meningkatkan minat masyarakat. Oleh karena itu, KJKS dalam
menghimpun dan menyalurkan dananya tidak hanya dari anggota, akan
tetapi masyarakat luas diperbolehkan untuk aktif bertransaki.
Sistem LKMS yang digunakan KJKS bisa mengalami masalah yang
berkaitan dengan tingkat kemampuan koperasi dalam menyediakan sejumlah
dana, untuk memenuhi permintaan dana pihak lain ketika sumber dana hanya
dari anggota, dan keadaan akan berbeda jika pembiayaan tidak hanya untuk
anggota.5 Adapun kesejahteraan masyarakat secara umum, sumber dananya
bisa dari mana saja, termasuk perbankan atau perusahaan pembiayaan.
KJKS dan BMT supaya tidak mengalami ketidakseimbangan
penyediaan dana, maka harus memperjelas status hukumnya sebagai
koperasi dalam pengawasan dinas perkoperasian atau sebagai LKMS dalam
pengawsan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga OJK menghimbau
Baitul Ma>l wa Tamwil (BMT) dan KJKS bisa segera mengajukan izin kepada regulator, baik sebagai lembaga keuangan mikro syariah (LKMS)
atau koperasi syariah. Oleh karena itu Kementrian Koperasi, Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Deputi Bidang
Pengawasan Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 09/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Petunjuk Teknis
Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, dan
5 “Koperasi Syariah dan BMT Harus Berizin BMT yang Menghimpun Dana Wajib Berbadan
4
Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi. Dengan peraturan
tersebut KJKS berubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah (KSPPS).
Petunjuk teknis pemeriksaan KSPPS untuk memeriksa langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-perundangan. Dengan adanya pemeriksaan tersebut
diharapkan dapat menambah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
produk-produk KSPPS yang selama ini masih belum dikenal dimasyarakat
luas.
Ketidakpercayaan masyarakat salah satunya disebabkan oleh karyawan
KSPPS yang belum menguasai koperasi syariah beserta produk yang
dimilikinya. Sehingga, membuat masyarakat belum paham perbedaan antara
koperasi syariah beserta produknya. Masyarakat masih menganggap sama
antara koperasi syariah dengan koperasi konvensional.
Karyawan merupakan kekayaan utama suatu instansi, karena tanpa
keikutsertaan mereka, aktivitas instansi pemerintah atau bisnis tidak akan
terjadi. Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.6 Mereka wajib
dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak
memperoleh kompensasi sesuai perjanjian. Karyawan berperan aktif dalam
menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai. Posisi
5
karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan
karyawan manajerial (pimpinan).
Dewasa ini, paradigma perlakuan pimpinan terhadap karyawannya telah
berubah, dari scientific paradigm menuju behavioral paradigm (pandangan
perilaku). Perubahan ini terjadi karena adanya kesadaran manajer dalam
memandang karyawannya sebagai objek telah berubah menuju human
relation (hubungan sesama manusia).7
Pergeseran paradigma tersebut muncul karena seorang manajer
perusahaan lebih dihadapkan pada preferensi (selera) putusan bagi masalah
struktural manajemennya. Baik yang terkait dengan kebijaksanaan
perekonomian negara maupun permintaan pasar. Seorang manajer akan lebih
mengorbankan pekerjaannya daripada harus menghadapi risiko terganggunya
kelancaran proses produksi perusahaannya.8
Walaupun masih dipertanyakan apakah tindakan pimpinan tersebut
dikarenakan desakan panggilan etika kerja Islam, atau karena kepentingan
untuk mempertahankan kelangsungan produktivitas perusahaan. Adapun
solusi kendala struktural yang dibangun paradigma ilmu manajemen, terkait
tuntutan pasar merupakan syarat terciptanya kesadaran untuk membebaskan
hubungan antara pimpinan-karyawan-anggota. Sehingga, etika kerja Islam
dapat berperan sebagai penghubung terciptanya pola interaksi
pimpinan-karyawan-anggota yang humanis. Kerangka etika kerja Islam berpotensi
7 Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: UPP-Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,
2004), 105.
6
mengarah pada keterlibatan dimensi spiritual.9 Dimensi spiritual digunakan
untuk mengatur etika manajer, karyawan (marketer) dan anggota dalam
melakukan transaksi secara syariah.
Marketer merupakan bagian dari koperasi yang berhubungan langsung
dengan anggota. Marketer merupakan faktor utama suksesnya kegiatan
pemasaran suatu perusahaan, sebab marketer merupakan individu yang
berinteraksi langsung dengan pelanggan. Penguasaan strategi dan teknis
pemasaran sangat menentukan seorang marketer berhasil atau tidak dalam
melanjutkan tugasnya.
Penguasaan strategi dan teknis tidak hanya menjadi tolak ukur suatu
keberhasilan penjualan. Namun, marketer harus memiliki level confident
yang tinggi.10 Percaya diri yang didorong oleh kemampuan sangat
dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Sedangkan integritas merupakan
modal bagi terciptanya kerjasama tim yang solid, sehingga hubungan
marketer dengan marketer lainnya serta hubungan marketer dengan karyawan lainnya dalam perusahaan berlangsung secara harmonis untuk
saling bekerjasama mewujujdkan tujuan perusahaan. Hal tersebut akan
menimbulkan kepercayaan dalam pikiran, hati, dan spiritual pelanggan.
Sehingga penguasaan strategi dan karakter dibangun untuk memenuhi
pikiran (rasional) pelanggsn, hati (emosional) pelanggan, dan spiritual
9 Ibid., 106.
10 Aang Kunaifi, Manajemen Pemasaran Syariah Pendekatan Human Spirit (Yogyakarta: Maghza
7
(religious) pelanggan11 dalam menghadapi calon anggota dalam rangka
memprospek dan membangun kepercayaan anggota sebagaimana firman
Allah swt dalam Alquran surah Al-Imran ayat 159:
$yϑÎ6sù
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.”13
Marketer yang berlandaskan syariah sangat mengedepankan sikap dan perilaku yang simpatik, salah satunya adalah bersikap ramah terhadap orang
lain, sehingga nantinya orang lain dapat menajalin hubungan baik serta akan
menjalin suatu hubungan kerjasama. Dalam kegiatan usaha, sekalipun
bergerak dalam bidang bisnis dan berhubungan dengan agama, jika tidak
menjaga hubungan baik dengan semua pihak, maka belum bisa menjadi
pemasar Islam. Pemasar Islam merupakan individu dalam pemasaran yang
mempunyai nilai-nilai spiritual dalam segala proses dan transaksinya, hingga
membuat semua komponen stakeholders utama dalam bisnis (anggota,
karyawan, dan pemegang saham), pemasok, distributor, dan bahkan pesaing
11 Ibid., 184. 12 Al-Qur’an, 3:159.
8
sekalipun memperoleh kebahagiaan.14 Dari kesemua kompenen stakeholders,
seorang marketer merupakan tombak dalam meningkatkan anggota.
Sebagaimana KSPPS lainnya, KSPPS Mitra Usaha Ideal (MUI) Bungah
Gresik15 menerapkan etika marketer dalam melaksanakan pekerjaannya.
Etika tersebut diterapkan sejak berdirinya KSPPS MUI Bungah Gresik pada
tahun 2012 dengan bukti sistem perekrutan marketer mengedepankan etika,
namun mengesampingkan penguasaan pengetahuan ekonomi syariah dan
koperasi.
Dari sebelum penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan
ketidaksesuaian dalam perekrutan marketer. Perekrutan marketer tidak
mengedepankan lulusan jurusan ekonomi syariah, namun semua orang yang
tidak menguasai ekonomi syariah bisa menjadi karyawan KSPPS MUI
Bungah Gresik asalkan memiliki etika yang baik dan antusias berkeinginan
bekerja di KSPPS MUI Bungah Gresik.
Marketer yang kurang paham sistem ekonomi syariah mengakibatkan kondisi operasional lembaga koperasi kurang kondusif dan dapat
14 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2006), 20.
15 Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI) Bungah
9
mengakibatkan profitabilitas, zakat, keberlangsungan, pertumbuhan jumlah
anggota, dan keberkatan menurun.16
Hal tersebut berbeda dengan ketentuan rekrutmen marketer, dimana
marketer yang diterima seharusnya memiliki penguasaan ilmu koperasi dan ekonomi syariah. Sebagaimana dijelaskan oleh Ernie Tisnawati Sule dan
Kurniawan Saefullahd dalam bukunya bahwa ada beberapa hal yang biasanya
dilakukan perusahaan yang terkait dengan proses seleksi, yaitu seleksi
administrasi, seleksi kualifikasi, dan seleksi sikap dan perilaku.17
Dalam hal mencari anggota, selama ini marketer yang biasa disebut
Account Officer (AO) mengandalkan sistem berantai yaitu dengan cara
menginformasikan dari satu orang ke orang lain. Account Officer (AO)
KSPPS MUI Bungah Gresik tidak diberikan target untuk memperoleh
anggota baru. Account Officer (AO) merupakan petugas koperasi yang
mencari anggota baru dan menawarkan pembiayaan pada anggota. Dengan
strategi tersebut, berdasarkan wawancara dengan Ahmad Muafiq kepala
bagian keuangan, pada tahun 2012-2016 terjadi kenaikan anggota sebesar
4,5% dari awal berdiri secara berurut sejumlah 46, 57, 93, 95 anggota dan
126 anggota.18 Padahal, KSPPS MUI Bungah Gresik juga membangun etika
marketer Islam bagi AO dengan mengedepankan spiritual guna untuk mendukung meningkatnya jumlah anggota koperasi.
16 Ely Masykuroh, “Etika Bisnis”, Dialogia, Vol. 1, No. 1 (2003).
17 Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana, 2009),
202.
10
AO kurang percaya diri mempromosikan koperasi, menawarkan
produknya pada orang baru yang belum dikenalnya. Ketidak yakinan dan
tidak adanya target untuk penambahan anggota membuat AO kurang
bersemangat untuk mencari anggota baru. Fenomena semacam itu tentunya
menjadi suatu hal yang menarik, karena pada umumnya rekrutmen karyawan
berdasarkan penguasaan ilmu koperasi dan ekonomi syariah yang diimbangi
etika dalam rangka mempromosikan KSPPS MUI Bungah Gresik dan giat
menawarkan produknya kepada calon anggota yang belum dikenalnya
supaya para anggota setia pada koperasinya.
Selain sebagai pengguna jasa, anggota juga sebagai konsumen yang
mempunyai hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
memanfaatkan barang atau jasa, misalnya dengan tujuan agar anggota
koperasi Muslim dalam memanfaatkan setiap produk benar-benar aman
kesehatannya, dan aman agamanya.19 Dengan adanya sikap yang baik seperti
yang sudah dijelaskan di atas maka dengan demikian dapat meningkatkan
jumlah pada anggota KSPPS MUI Bungah Gresik.
Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana mekanisme etika AO di KSPPS MUI Bungah Gresik bagaimana
proses etika AO bisa meningkatkan jumlah anggota. Berdasarkan penjelasan
diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Etika
19 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran
11
Marketer dalam Meningkatkan Jumlah Anggota di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI) Bungah Gresik.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan BMT mempunyai masalah
dengan penggunaan sistem LKMS dalam menghimpun dana namun
berbadan hukum koperasi.
2. KJKS mengalami ketidakseimbangan keuangan dikarenakan sumber dana
hanya dari anggota, namun pembiayaan meluas tidak hanya untuk
anggota.
3. Masyarakat belum percaya pada KSPPS karena kelemahan pengawasan.
4. Ketidakmaksimalan target marketer karena Account Officer (AO) KSPPS
MUI Bungah Gresik tidak memiliki profil ekonomi syariah dan tidak
diberi target untuk memperoleh anggota baru.
5. Account Officer (AO) tidak percaya diri dalam menawarkan produknya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini akan
dilakukan pembatasan agar penelitian ini lebih terarah. Penelitian ini fokus
dalam hal ketidakmaksimalan target marketer karena AO KSPPS MUI
12
untuk memperoleh anggota baru, dan AO tidak percaya diri dalam
menawarkan produknya pada calon anggota yang belum dikenal.
D. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang masalah di atas, ada beberapa permasalahan
yang akan dikembangkan dan dicari penyelesaiannya, sehingga dapat di
rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme etika marketer (AO) di KSPPS MUI Bungah
Gresik?
2. Bagaimana etika marketer (AO) dalam meningkatkan jumlah anggota di
KSPPS MUI Bungah Gresik?
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan terkait masalah yang diteliti, sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan
atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.20
Penelitian yang peneliti lakukan ini berjudul “Etika Marketer dalam
Meningkatkan Jumlah Anggota di KSPPS Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI)
Bungah Gresik”. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian
terdahulu yang dijadikan pandangan serta refrensi untuk penyusunan skripsi.
20 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk
13
Pertama, penelitian oleh Refita Avitriani Rizalina berjudul “Pengaruh
Etika Kerja Islam dan Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan di PT.
Asuransi Takaful Keluarga (Representative Office) Sidoarjo”.21 Metode
penelitian kuantitatif, subjek penelitian ini etika agen asuransi. Hasil dari
penelitian ini ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan dari etika
kerja Islam dan komunikasi terhadap kinerja karyawan di PT Asuransi Takaful
Keluarga (Representative Office) Sidoarjo, ada pengaruh positif dan signifikan
secara parsial dari etika kerja Islam dan komunikasi terhadap kinerja karyawan
di PT Asuransi Takaful Keluarga (Representative Office) Sidoarjo, variabel
independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen kinerja
karyawan adalah komunikasi. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada
subjek yang diteliti, yaitu etika marketer. Perbedaan dari penelitian ini terletak
pada variabel komunikasi, kinerja karyawan, dan metode penelitian kuantitatif.
Kedua, penelitian Ahmad Roziq berjudul “Pengaruh Etika Bisnis Islami
terhadap Kinerja Pembiayaan Mud}a<rabah melalui Informasi Asimetri pada
Bank Syariah di Jawa Timur”.22 Metode penelitian kuantitatif. Hasil dari
penelitian ini bahwa etika bisnis islami berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pembiayaan mud}a<rabah melalui informasi asimetri. Hasil studi ini mendukung teori keagenan yang menjelaskan adanya problem keagenan
dalam pembiayaan mud}a<rabah namun sekaligus mendukung teori enterprise
21 Refita Avitriani Rizalina, “Pengaruh Etika Kerja Islam dan Komunikasi terhadap Kinerja
Karyawan di PT. Asuransi Takaful Keluarga (Representative Office) Sidoarjo” (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 91.
22 Ahmad Roziq, “Pengaruh Etika Bisnis Islami terhadap Kinerja Pembiayaan Mud}a<rabah melalui
14
yang menjelaskan perlunya etika syariah bagi pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak pembiayaan mud}a<rabah. Perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis yaitu variabel pembiayaan mud}a<rabah dan
metode penelitiannya kuantitatif. Sedangkan persamaan terletak pada
penggunaan etika bisnis islam.
Ketiga, penelitian oleh Fauzan dan Ida Nuryana berjudul “Pengaruh
Penerapan Etika Bisnis terhadap Kepuasan Pelanggan Warung Bebek H.
Slamet di Kota Malang”.23 Penelitian tersebut menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental
sampling.
Hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa, penerapan etika
bisnis yang diproksikan dengan (1) Keadilan berpengaruh secara negatif dan
tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan warung bebek H. Slamet di
kota Malang. (2) Kejujuran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kepuasan pelanggan warung bebek H. Slamet di kota Malang. (3)
Kepercayaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan warung bebek H. Slametdi kota Malang.
Secara bersama-sama penerapan etika bisnis berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan warung bebek H. Slametdi kota
Malang. Kepercayaan merupakan variabel yang paling dominan dari variable
23 Fauzan dan Ida Nuryana, “Pengaruh Penerapan Etika Bisnis terhadap Kepuasan Pelanggann
Warung Bebek H. Slamet Di Kota Malang”, MODERNISASI, Vol. 10, No. 1 (Februari, 2014), 51.
15
etika bisnis yang mempengaruhi kepuasan pelanggan pada warung bebek H.
Slamet di kota Malang. Perbedaan dengan penelitian penulis terletak pada
metode yaitu kuantitatif dan variabel kedua menggunakan kepuasan
pelanggan.
Keempat, penelitian oleh Laili Latifah Puspitasari berjudul “Analisis
Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap Tingkat Profitabilitas Rumah
Yoghurt Berdasarkan Perspektif Karyawan: Studi Kasus pada Rumah
Yoghurt di Kota Batu.”24 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa, etika bisnis Islam yang
diterapkan oleh Rumah Yoghurt dinilai oleh mayoritas karyawan efektif
dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan
usaha dan operasionalnya, Rumah Yoghurt memiliki standar pedoman etika
bisnis Islam yang dijadikan landasan seluruh kegiatan usaha dan operasional
perusahaan. Apabila perusahaan dapat menerapkan pedoman etika bisnis
Islam tersebut dengan baik dan secara berkelanjutan, maka diyakini oleh
sebagian besar karyawan, tingkat profitabilitas perusahaan akan meningkat.
Persamaan dengan penelitian pada metode penelitian kualitatif dan
penggunaan etika bisnis Islam untuk menganalisis, namun perbedaan pada
untuk meningkatkan profitabilitas. Sedangkan pada penelitian yang akan
24 Laili Latifah Puspitasari, “Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap Tingkat
16
dilakukan penulis menganalisis proses meningkatkan jumlah anggota melalui
etika marketer.
Kelima, penelitian oleh Muhammad Faiz Rosyadi berjudul “Pengaruh
Etika Bisnis Islam terhadap Customer Retention: Studi Kasus pada Bank
BPD DIY Cabang Syariah.” Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan menyebarkan kuesioner terhadap 100 nasabah Bank BPD DIY
Syariah, yang diperoleh dengan menggunakan accidental sampling.25
Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel keadilan
(‘adl), kehendak bebas (free will), tanggungjawab (responsibility), dan
kebenaran, berpengaruh signifikan terhadap customer retention di Bank BPD
DIY Cabang Syariah. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial (Uji t)
dapat disimpulkan bahwa variabel keadilan (‘adl), kehendak bebas (free
will), tanggungjawab (responsibility), dan kebenaran berpengaruh positif
signifikan terhadap customer retention di Bank BPD DIY Cabang Syariah.
Oleh karena itu untuk meningkatkan customer retention dalam suatu
perusahaan, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penerapan etika
bisnis Islam dalam setiap kegiatan bisnis.
Perbedaan dengan penelitian penulis terletak pada metode yang
digunakan dan variabel customer retention. Persamaan pada penelitian
penulis sama-sama menggunakan etika bisnis dalam menganalisis yaitu etika
25 Muhammad Faiz Rosyadi, “Pengaruh Etika Bisnis Islam terhadap Customer Retention: Studi
Kasus pada Bank BPD DIY Cabang Syariah” (Skripsi--UIN Kalijaga, Yogyakarta, 2012), 78.
17
kerja. Sedangkan penelitian penulis fokus pada penggunaan etika marketer
dalam melakukan pekerjaannya.
Keenam, penelitian oleh Abu Lubaba berjudul “ Studi Etika Pemasaran
Pedagang Pasar Sore Kaliwungu Kendal dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Jenis penelitian lapangan (field research), dimana sumber data yang
digunakan adalah data primer dan sekunder, sumber data-data yang
berkaitan dengan penelitian secara langsung yang meliputi
dokumen-dokumen serta wawancara langsung kepada pedagang Pasar Sore Kaliwungu.
Pedagang memiliki kepribadian spiritual, keadilan dalam bisnis, pelayanan
yang baik dan menerapkan S5 (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun),
ketepatan janji, dan kejujuran. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu
adanya analisis etika marketer untuk meningkatkan jumlah anggota,
sedangkan penelitian Abu Lubaba hanya menerangkan bahwa pedagang di
pasar sore kaliwungu Kendal memiliki etika pemasaran.26
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penulisan penelitian ini bertujuan
menjawab masalah-masalah yang diidentifikasi oleh peneliti. Tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme etika marketer di KSPPS
MUI Bungah Gresik.
6 Abu Lubaba, “Studi Etika Pemasaran Pedagang Pasar Sore Kaliwungu Kendal dalam
18
2. Untuk mengetahui dan menganalisis etika marketer dalam meningkatkan
jumlah anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik.
G. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Secara teoretis
a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah informasi dan khasanah mengenai dunia Koperasi
Syariah, sumbangan pemikiran serta sebagai bahan masukan untuk
mendukung dasar teori penelitian yang sejenis dan relevan.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi atau perbandingan
untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya.
2. Secara praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
peneliti karena menerapkan ilmu yang sudah didapat selama di bangku
kuliah sehingga dapat diaplikasikan dalam penelitian dan menambah
pengalaman serta pengetahuan tentang etika marketer.
b. Bagi Para Pengguna Informasi (pengawas, manajer, anggota,
karyawan)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana
alternatif bagi para calon anggota dan praktisi penyelenggara koperasi
dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan
19
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
wawasan kepada masyarakat tentang etika marketer dan juga menjadi
acuan dalam memilih koperasi yang akan digunakan.
d. Bagi KSPPS Mitra Usaha Ideal Bungah Gresik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
kepada pihak pimpinan KSPPS MUI Bungah Gresik untuk
mengevaluasi kinerja karyawan, dan juga guna memenuhi target
jumlah anggota.
H. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul Etika Marketer dalam Meningkatkan Jumlah
Anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik. Agar lebih memudahkan dalam
memahami skripsi ini, maka peneliti akan mendefenisikan beberapa istilah,
antara lain:
1. Etika Marketer
Etika dalam Islam adalah akhlak seorang Muslim dalam melakukan
semua kegiatan termasuk dalam bidang bisnis.27 Menurut Rudianto
manajer KSPPS MUI Bungah Gresik etika merupakan baik buruk tingkah
laku seorang AO ketika melayani pembeli.28 Marketer pada penelitian ini
yaitu Account Officer (AO) bertugas memproses penghimpunan dana
27 Veithzal Rivai, et al., Islamic Business and Economis Ethis (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012),
3.
20
calon anggota sehingga menjadi anggota dan membina kesanggupannya,
terutama dalam pembayaran kembali pinjamannya, menyelesaikan kasus
atau masalah anggota yang mungkin terjadi selama pembiayaan.29
Etika marketer adalah akhlak seorang pemasar yang dijiwai nilai-nilai
spiritual dalam segala proses dan transaksinya, sampai pada suatu tingkat
ketika semua komponen utama dalam bisnis (anggota, karyawan, dan
pemegang saham), pemasok, distributor, dan pesaing memperoleh
kebahagiaan.
2. Peningkatan Jumlah Anggota
Anggota koperasi adalah orang-orang/ badan hukum koperasi yang
mempunyai kepentingan ekonomi yang sama sebagai pemilik yang
sekaligus pengguna jasa, berpartisipasi aktif untuk mengembangkan usaha
koperasi dan syarat-syarat lain yang ditentukan dalam Anggaran Dasar
Koperasi serta terdaftar dalam buku daftar anggota.30 Peningkatan jumlah
anggota berarti penambahan jumlah anggota baru dan mempertahankan
anggota yang aktif dalam memanfaatkan fasilitas yang diberikan
koperasi.31 Fasilitas yang diberikan berupa memanfaatkan produk,
pelayanan yang baik, dan keikutsertaan untuk mengelola koperasi.
29 Veithzal Rivai Arviyan Arifin, Islamic Banking (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), 697;
Rudianto, Wawancara, Gresik, 3 September 2016.
30 M.Tasrifin, “Anggota Koperasi”, dalam
http://tasrifin.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Handout-KUMKM-12-Anggota-Koperasi.pdf diakses pada 13 September 2016.
31 Rudianto, Wawancara, Gresik, 3 September 2016; Hendar, Manajemen Koperasi (Jakarta:
21
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan di KSPPS MUI Bungah Gresik merupakan
penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong dalam bukunya
menjelaskan penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena
yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk kata.32 Menurut Muhammad Idrus metode
kualitatif yaitu penelitian dengan melihat objek penelitian dalam satu
konteks natural, artinya seorang peneliti kualitatif melihat suatu peristiwa
tidak secara parsial, lepas dari konteks sosialnya karena satu fenomena
yang sama dalam situasi yang berbeda akan memiliki makna yang
berbeda.33
Menurut Sukmadinata penelitian kualitatif yaitu penelitian tentang
data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata dan gambar,
kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara
antara peneliti dan informan. Menurut Sugiyono dalam bukunya
menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
32 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
6.
22
menekankan makna.34 Tujuan utama menggunakan metode kualitatif
untuk menggambarkan suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat
penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala
tertentu.35
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian dengan memahami fenomena yang dialami
oleh subjek dan objek secara apa adanya yang dinyatakan dalam bentuk
kata dan gambar yang didapat melalui teknik pengumpulan data antara
peneliti dan informan dengan menekankan makna pada hasil penelitian.
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan fenomenologi.
Fenomenologi adalah study tentang pengetahuan yang berasal dari
kesadaran atau pemahaman terhadap suatu objek dan peristiwa yang
menjadi pengalaman seseorang secara sadar.36 Selain itu, fenomenologi
merupakan gagasan mengenai pandangan peneliti melihat realitas sosial,
fakta sosial atau fenomena sosial yang menjadi masalah penelitian.
Deskripsi fenomenologi berasal dari Husselr seorang filosofis Jerman
dan Hedegger yang menyatakan bahwa struktur dasar dari dunia
kehidupan tertuju pada pengalaman yang dianggap sebagai persepsi
individu terhadap kehadirannya di dunia.37 Pendekatan fenomenologi
34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabet, 2014), 9.
35 Consuelo G Sevilla,Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Press, 1993), 71.
36 Putri Helmalena, “Analisis Fenomenologi pada Program Mario Teguh Golden Ways di Metro
TV”, (Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011), 9.
23
dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang
yang mengalaminya secara langsung, seolah-olah mengalaminya sendiri.
Fenomenologi tidak hanya mengklasifikasikan setiap tindakan sadar yang
dilakukan, akan tetapi prediksi terhadap tindakan di masa yang akan
datang, dilihat dari aspek-aspek yang terkait dengannya. Semua itu
bersumber dari seseorang memaknai objek dalam pengalamannya.
Fenomenologi juga diartikan sebagai studi tentang makna, dimana
makna itu lebih luas dari sekedar bahasa yang mewakilinya. Menurut
Schutz, fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang datang dari
kesadaran atau cara memahami obyek atau peristiwa melalui pengalaman
sadar tentang obyek atau peristiwa tersebut.38 Penelitian yang
menggunakan pendekatan fenomenologi berusaha untuk memahami
makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang dalam situasi tertentu.
Pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan
dengan cara yang digunakan untuk mendekati perilaku orang dengan
maksud menemukan “fakta” atau “penyebab”. Peneliti menekankan pada
hal-hal subjektif, tetapi tidak menolak realitas “di sana” yang ada pada
manusia dan yang mampu menahan tindakan terhadapnya. Marketer pada
konteks fenomenologi pada penelitian ini merupakan aktor yang
melakukan tindakan sosial.
2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian
38 Hadiono Afdjani, “Makna Iklan Televisi: Studi Fenomenologi Pemirsa di Jakarta terhadap
24
a. Subjek Penelitian
Menurut Muhammad Idrus, subjek penelitian adalah individu,
benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang
dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.39 Subjek penelitian
pada kualitatif disebut dengan informan. Subjek penelitian ini yaitu
bapak Rudianto manajer KSPPS MUI Bungah Gresik dan AO KSPPS
MUI Bungah Gresik yaitu M. Bagus Ilhami, M. Hasis Musthofa, Faruq
Abdullah, Anneke Fajar Wati.
b. Objek
Objek penelitian merupakan tema dari penelitian ini, yaitu etika
marketer (AO) KSPPS MUI Bungah Gresik.
c. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di KSPPS MUI Bungah Gresik Jl.
Raya Bungah KM. 18 kecamatan Bungah kabupaten Gresik.
3. Data dan Sumber Data
a. Data
Data dapat diartikan sebagai kumpulan fakta yang berfungsi
sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan
yang benar, dan keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran
dan penyelidikan.40 Data penelitian kualitatif diperoleh dari hal-hal
9 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial …, 91.
40 Muslihin al Hafizh, “Pengertian Data dan Fakta dalam Penelitian”, dalam
25
yang diamati, didengar, dirasa, dan dipikirkan oleh peneliti.41 Data
dapat diperoleh dari mayarakat secara langsung dan bahan-bahan
kepustakaan. Data yang diperoleh dengan cara tersebut terbagi menjadi
data primer dan data sekunder.42 Data primer adalah data yang
diperoleh dari sumber primer, sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sumber sekunder yang digunakan sebagai
pendukung untuk memahami masalah yang akan diteliti.43
Data primer pada penelitian ini yaitu perilaku AO yang diperoleh
dengan observasi, pernyataan manajer dan AO ketika melakukan
wawancara, laporan rapat anggota tahunan, peraturan yang
dicantumkan dalam SOP ataupun poster yang diperoleh melalui
dokumentasi. Sedangkan data sekunder berupa profil KSPPS MUI
Bungah Gresik yang diperoleh dokumentasi.
b. Sumber Data
Sumber data yakni sumber dari mana data akan digali baik primer
maupun sekunder. Sumber tersebut bisa berupa orang, dokumen,
pustaka, barang, keadaan, atau lainnya.44 Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder dengan menggunakan model snow ball sampling:
41 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial …, 62.
42 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 87.
43 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006) 124.
44 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan
26
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer yakni sumber yang dijadikan sebagai sumber
informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau
pengambilan data secara langsung45 melalui observasi, interview
(wawancara), dan dokumentasi. Sumber data primer yang dimaksud
yakni fenomena etika AO Bagus, AO Hasis, AO Faruq, dan AO
Anneke yang diperoleh ketika observasi, pernyataan dari bapak
Rudianto selaku manajer dan AO Bagus, AO Hasis, AO Faruq, dan
AO Anneke tentang etika marketer KSPPS MUI Bungah Gresik
yang diperoleh melalui wawancara. Pernyataan bapak Rudianto
manajer KSPPS MUI Bungah Gresik dan AO Bagus, AO Hasis, AO
Faruq, dan AO Anneke merupakan informan kunci pada penelitian
ini. Data primer juga diperoleh melalui laporan anggota tahunan
KSPPS MUI Bungah Gresik sejak tahun 2013 sampai tahun 2016,
peraturan yang tertera di SOP dan poster yang diperoleh melalui
dokumentasi.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data
primer.46 Sumber sekunder merupakan sumber pendukung yang
berasal dari pernyataan kepala bagian keuangan tentang penggunaan
etika marketer dan data peningkatan jumlah anggota, arsip daftar
45 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), 91.
46 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif
27
hadir rapat anggota tahunan, dan dokumentasi kegiatan etika
marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik, buku-buku yaitu buku
syariah marketing oleh Hermawan Kertajaya dan Syakir Sula,
Muhammad Djakfar berjudul Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran
Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, Mokh. Syaiful Bakhri Abdussalam,
Sukses Berbisnis Ala Rasulullah SAW, buku manajemen koperasi oleh
Hendar, buku Koperasi Indonesia oleh Revrisond Baswir, buku
Organisasi Koperasi oleh Alfred Hanel, buku Ekonomi Koperasi oleh
Jochen Ropke,. Selain buku, penelitian ini juga didukung oleh literatur
lain seperti jurnal Istiqhoduna, jurnal Tsaqofah, jurnal ekonomi
syariah, jurnal walisongo, jurnal ekonomi dan kewirausahaan, jurnal
Al-Iqtishad, jurnal El-Harokah, jurnal Manajemen Teknologi, serta
skripsi mahasiswa UIN Walisongo Semarang dengan tema etika
bisnis Islam.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Sutrisno Hadi mengatakanbahwa metode observasi adalah metode
pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadapfenomena-fenomena yang sedang diselidiki.47
28
Dalam hal ini penggunaan metode observasi langsung yaitu akan
mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam situasi yang
sebenarnnya. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh
informasi tentang pembentukan etika AO untuk meningkatkan jumlah
anggota.
b. Wawancara
Sukandarrumidi mengungkapkan bahwa wawancara adalah proses
tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara
fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan
telinga sendiri dari suaranya.48
Dalam wawancara ini peneliti mengadakan tanya jawab dengan
beberapa pengelola seperti manajer dan Account Officer (AO) KSPPS
MUI Bungah Gresik.
c. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto bahwa dokumentasi asal katanya
adalah dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Oleh karena itu,
dalam pelaksanannya peneliti harus meneliti benda-benda tertulis,
dokumen-dokumen peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.49
48 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2004), 88.
49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneletian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta,
29
Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan kegiatan kontruksi etika marketer yaitu
laporan rapat anggota tahunan, SOP KSPPS MUI Bungah Gresik,
Poster, dokumentasi kegiatan pembinaan etika.
5. Teknik pengolahan data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
pengolahan data sebagai berikut:50
a. Reduksi Data, yaitu merangkum, memilih dan memusatkan hal pokok
untuk memfokuskan pada hal penting. Dalam hal ini penulis akan
mengambil data yang akan dianalisis berdasarkan rumusan masalah.
b. Penyajian Data, yaitu penyajian data dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori. Menyajikan data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif, ini
dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.51 Selain itu juga penulis
menyajikan dalam bentuk tabel dan gambar, sehingga tujuan dan
penelitian ini dapat terjawab.
c. Penarikan Kesimpulan, yaitu peneliti berusaha menarik kesimpulan
dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang
diperolehnya dari lapangan, yang akhirnya merupakan sebuah
jawaban rumusan masalah.
30
6. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dalam Sugiyono, analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain.52
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tehnik analisis data
deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis yang bersifat mendeskripsikan
makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan
menunjukkan bukti-buktinya.53 Tujuan dari metode ini adalah untuk
mendeskripsi atau menggambarkan objek penelitian secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat sertahubungan antar
fenomena yang diselidiki, serta teknik ini digunakan untuk
mendeskripsikan data-data yang peneliti kumpulkan baik data hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi selama mengadakanpenelitian di
KSPPS MUI Bungah Gresik.
Penarikan kesimpulan penelitian menggunakan metode induktif yaitu
menekankan pengamatan terhadap hal-hal atau peristiwa dari data yang
telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi,
kemudian digeneralisasikan (dari khusus menjadi umum ).
52 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, 334.
31
Dengan analisis, peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang terdapat
pada fenomena dan dokumen yang didapatkan dari KSPPS MUI Bungah
Gresik terkait dengan pembangunan etika marketer.
J. Sistematika Pembahasan
Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan skripsi terarah sesuai
dengan bidang kajian dan untuk mempermudah pembahasan, dalam skripsi
ini dibagi menjadi lima bab, dari lima bab terdiri dari beberapa sub-sub, di
mana antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan sebagai
pembahasan yang utuh. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan, dalam bab ini meliputi latar
belakang masalah yang memuat alasan munculnya masalah yang diteliti,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka
sebagai penelusuran terhadap literatur yang telah ada sebelumnya dan
kaitannya dengan objek penelitian, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian, kegunaan (manfaat) yang diharapkan tercapainya penelitian ini,
definisi operasional, metode penelitian berupa penjelasan langkah-langkah
yang akan ditempuh dalam mengumpulkan dan menganalisis data, dan
sistematika pembahasan sebagai upaya yang di lakukan untuk
mensistematiskan penyusunan.
Bab kedua mengulas tentang landasan teori konsep etika marketer Islam
dan manajemen koperasi. Bab ini terbagi menjadi dua sub bab. Pertama,
32
Bab ketiga membahas seputar data pelaksanaan etika marketer dalam
meningkatkan jumlah anggota KSPPS MUI Bungah Gresik. Bab ini terbagi
atas tiga sub bab, sub pertama, profil tentang KSPPS MUI Bungah Gresik.
Sub bab ini akan dijelaskan terkait sejarah berdiri dan perkembangan KSPPS
MUI Bungah Gresik, visi dan misi, struktur organisasi dan
produk-produknya. Sub kedua, pelaksanaan etika marketer. Sub bab ini
menggambarkan mekanisme etika marketer. Sub ketiga, proses
meningkatkan jumlah anggota KSPPS MUI Bungah Gresik. Sub bab ini
menggambarkan proses meningkatkan jumlah anggota melalui etika
marketer.
Bab keempat akan membahas tentang analisis etika marketer dan proses
meningkatkan jumlah anggota melalui etika marketer KSPPS MUI Bungah
Gresik yang terbagi dalam dua sub bab. Sub bab pertama membahas
mekanisme etika marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik. Sub bab kedua
membahas etika marketer dalam meningkatkan jumlah anggota di KSPPS
MUI Bungah Gresik.
Bab kelima, yaitu bab terakhir sebagai penutup dari keseluruhan
rangkaian pembahasan dan berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini akan
disimpulkan hasil pembahasan untuk menjelaskan sekaligus menjawab
33 BAB II
ETIKA PEMASARAN DAN MANAJEMEN KEANGGOTAAN KOPERASI
A. Etika Pemasaran Islam
1. Pengertian etika pemasaran Islam
Secara etimologi kata etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk
tunggal) yang berarti: kebiasaan, adat, watak, perasaaan, sikap dan cara
berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat.
Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal
dari kata latin mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, watak, tabiat, akhlak dan cara hidup.1
Etika disebut juga akhlak yang diartikan dalam bahasa Indonesia
dengan kesopanan. Secara terminologi, akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bila
diperlukan, tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan dahulu, serta tidak
memerlukan dorongan luar.2
Etika juga disebut moral, mencakup pengertian tentang baik
buruknya perbuatan manusia.3 Etika berkaitan erat dengan pengembangan
karakter, manusia yang mempunyai kecerdasan spiritual (SQ) tinggi pasti
mempunyai perilaku yang beretika tinggi.4
1 Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
26.
2 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), 23.
3 Muhamad, “Kesatuan Bisnis dan Etika dalam Al-Quran”, Tsaqafah, Vol. 9, No. 1 (April, 2013),
53.
34
Setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia
dimanfaatkan untuk mencapai tingkat kesadaran spiritual. Bila kesadaran
spiritual tercapai, maka kesadaran etika dengan sendirinya tercapai.5
Perjalanan mencapai kesadaran spiritual memiliki syarat yaitu orang yang
bersangkutan harus menjalani perilaku hidup yang etik dan sesuai dengan
norma-norma moral yang diajarkan Islam. Tahap awal, perilaku etik akan
memengaruhi kesadaran spiritual seseorang. Pada langkah berikutnya,
kesadaran spiritual akan menentukan tingkat kesadaran etik seseorang.
Manusia sebagai makhluk sosial dituntut memiliki kesadaran etik untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan sandang-pangan dan
perlindungan.6 Sehingga manusia diwajibkan untuk bekerja agar
kebutuhan terpenuhi.
Bekerja merupakan bagian dari ibadah dan jihad jika pekerja bersikap
konsisten terhadap aturan Allah swt., suci niatnya, dan tidak
melupakan-Nya. Karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan adab yang terikat
dengan kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, dan keturunan.7
Sehingga untuk memenuhi tabiat manusia tersebut dianjurkan semua
umat Muslim untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan kemanfaatan
barang melalui produksi dan pemasaran.
5 Ibid.
6 Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam (Jakarta: Erlangga,
2009), 86.
35
Pemasaran secara etimologi adalah proses, cara, perbuatan
memasarkan suatu barang dagangannya.8 Sedangkan menurut terminologi
pemasaran adalah kebutuhan, keinginan dan permintaan (need, want and
demand), produk, nilai, kepuasan dan mutu (product, value, satisfaction and quality), pertukaran, transaksi dan hubungan (exchange, transaction and realationship) dan pasar (market).9 Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pedagang dalam usahanya
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.10 Berhasil tidaknya
pemasaran dalam mencapai tujuan bisnis tergantung pada keahlian
mereka dibidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lainnya.
Pemasaran adalah segala aktivitas yang dijalankan dalam kegiatan
bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai (value creating activities) yang
memungkinkan siapapun yang melakukannya bertumbuh serta
mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi atas kejujuran, keadilan,
keterbukaan dan keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada
akad bermuamalah Islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam Islam.11
Menurut Stanton mendefinisikan pemasaran sebagai suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ed. 3 (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 834.
9 Sampurno, Manajemen Pemasaran Farmasi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2011), 6.
10 Nur Asnawi, “Ajaran Etika Islam dalam Pemasaran Produk Mura>bah}ah”, Iqtishoduna, Vol. 5,
No. 2 (2011), 7.
11 Siti Mashnu’ah, “Strategi Pemasaran Produk Fulprotek PT. Asuransi Takaful Keluarga dan
36
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan kepada
pembeli.12 Menurut Syakir Sula dan Hermawan pemasaran Islam adalah
bentuk pemasaran yang dijiwai nila-nilai spiritual dalam segala proses dan
transaksinya, sampai pada suatu tingkat ketika semua stakeholder utama
dalam bisnis (pelanggan, karyawan, dan pemegang saham), pemasok,
distributor, dan pesaing memperoleh kebahagiaan.13
Menurut Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, pemasaran Islami
adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu inisiator kepada
stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad
serta prinsip-prinsip Alquran dan hadis.14 Menurut Kertajaya sebagaimana
dikutip Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, bahwa secara umum
pemasaran Islami adalah strategi bisnis yang memayungi seluruh aktivitas
dalam sebuah perusahaan, meliputi seluruh proses, menciptakan,
menawarkan, pertukaran nilai, dari seorang produsen, atau satu
perusahaan, atau perorangan, yang sesuai dengan ajaran Islam.15
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian etika pemasaran Islam
adalah nilai-nilai atau norma dalam merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pembeli
12 Arie Rachmat Sunjoto, “Strategi Pemasaran Swalayan Pamella dalam Perspektif Islam: Studi
Kasus Swalayan Pamella Yogyakarta Tahun 2010”, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia, Vol. 1, No. 2 (Desember, 2011), 47.
13 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing (Bandung: PT Mizan
Pustaka,2006), 20.
14 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan Nilai dan
Praktis Syariah dalam Bisnis Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2014), 340.
37
dimana semua prosesnya sesuai dengan ajaran Islam sehingga semua
pihak memperoleh kebahagiaan.
2. Konsep pemasaran Islam
Pasar dalam Islam tidak terlepas dari fungsi pasar sebagai wadah bagi
berlangsungnya kegiatan jual beli.16 Keberadaan pasar yang terbuka
memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk ambil bagian dalam
menentukan harga, sehingga harga ditentukan oleh kemampuan riil
masyarakat dalam mengoptimalisasikan faktor produksi yang ada di
dalamnya.17
Pasar syari’ah adalah pasar yang emosional (emotional market)
dimana orang tertarik karena alasan keagamaan bukan karena keuntungan
finansial semata, tidak ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
muamalah dan mengandung nilai-nilai ibadah, sebagaimana firman Allah
dalam Alquran surah Al-An’am ayat 162:
%
“Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”19
Alquran surah Al-An’am ayat 162 telah menerangkan agar semua
kegiatan manusia didasari karena Allah swt. Pemasaran syariah
merupakan salah satu kegiatan manusia yang menuntut bisnisnya
16 Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013),
201.
17 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Yogyakarta: UII, 2008), 229. 18 Alquran, 6:162.
38
didasari keikhlasan mencari ridha Allah swt.20 Pemasaran syariah (syariah
marketing) merupakan upaya penerapan nilai-nilai spiritual dalam setiap
strategi, program, dan nilai yang dijalankan dalam pemasaran.21 Perilaku
Rasulullah saw. menjalankan bisnis di pasar menunjukkan secara nyata
mengenai model spiritual marketing yang dipraktikkan di syariah
marketing. Ada beberapa sifat yang membuat nabi Muhammad saw.
berhasil dalam melakukan bisnis yaitu:22
a. S}idi@q (jujur atau benar) dalam berdagang, Nabi Muhammad saw.
menampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, baik
ketepatan waktu, janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan dan
kekurangan (tidak ditutup-tutupi) yang kemudian diperbaiki secara
terus-menerus, menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu (baik
kepada diri sendiri, teman sejawat, perusahaan, maupun mitra kerja).23
b. Ama@nah (dapat dipercaya), saat menjadi pedagang Nabi Muhammad
saw. mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya, sedikit maupun
banyak, tidak mengambil lebih banyak daripada yang Ia miliki dan
tidak mengurangi hak orang lain baik berupa hasil penjualan, fee, jasa,
atau upah buruh.
20 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing …, xxviii.
21 Arief Yulianto, “Membangun Kemitraan Bank Syariah dengan Pendekatan Shariah
Marketing”, Walisongo, Vol. 19, No. 1 (Mei, 2011), 199.
22 Suindrawati, “Strategi Pemasaran Islami dalam Meningkatkan Penjualan: Studi Kasus di Toko
Jesy Busana Muslim Bapangan Mendenrejo Blora”, (Skripsi--UIN Walisongo, Semarang, 2015), 31.
23 Mochamad Yunus, “Pengaruh Etika Bisnis Islam dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas
39
c. Fat}a@nah (cerdas) dalam hal ini cerdik dan bijaksana agar usahanya bisa
lebih efektif dan efisien serta menganalisis situasi persaingan
(competitive setting) dan perubahan-perubahan (change) di masa yang
akan datang.
d. Tabli@gh (transparansi, edukatif, dan komunikatif), seorang marketer harus mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan produk dengan
menarik dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan
kebenaran.
Nabi Muhammad saw. merupakan contoh marketer yang menjaga
hubungan baik dengan pelanggan. Marketer dengan pelanggan harus
sama-sama rela melakukan transaksi dan mendapat hak pembatalan
transaksi. Marketer mencari pelanggan saja tidak cukup, perlu
meningkatkan hubungan dengan pelanggan melalui value yang diberikan
kepada pelanggan sehingga dengan bertambahnya pelayanan, pelanggan
juga akan mengikuti pertambahan tersebut.24
Konsep pada pemasaran Islami yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
saw. selalu menjelaskan dengan baik kepada pembeli akan kelebihan dan
kekurangan produk yang dijualnya,25 sebagaimana sabda nabi Muhammad
saw. (HR Muslim, dari Hakim bin Hizam Ra.) ”Dua orang yang berjual
beli masing-masing mempunyai hak pilih (untuk meneruskan jual beli
atau tidak) selama keduanya belum pernah berpisah. Jika keduanya
24 Abdullah Gymnasiar dan Hermawan Kertajaya, Berbisnis dengan Hati (Jakarta: Mark Plus &
CO, 2004), 47.
25 Retno Susanti, “Obsesi Konsumen dan Etika Pemasaran: Era Baru Pemasaran”, Jurnal Ekonomi
40
berlaku jujur dan berterus terang menjelaskan (keadaaan barang yang
diperjual belikan), maka keduanya akan mendapat berkat dari jual beli
mereka tetapi jika mereka berdusta dan menyembunyikan cacat,
hilanglah jual beli mereka.”26 Sesuai dengan firman Allah dalam Alquran
surah Al-Ahzab: 70-71:
$pκš‰r'¯≈tƒ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar.”28
Kejujuran adalah kunci utama dalam perniagaan nabi Muhammad
swt. Kejujuran adalah cara yang termurah walaupun sulit dan langka
ditemukan sekarang. Jika menjual produk dengan segala kelebihan dan
kekuranganya diungkapkan secara jelas, maka produk itu akan terjual dan
juga akan dipercayai oleh konsumen. Mereka akan setia karena merasa
tidak dibohongi dengan ucapan.29
Nabi Muhammad saw. menekankan agar tidak melakukan sumpah
palsu. Dinamakan bersumpah palsu menurut Beliau adalah usaha yang
dilakukan untuk melariskan barang dagangannya lagi dengan cara yang
26 Thorik Gunara dan Utus Hardiono, Marketing Muhammad (Bandung: Madania Prima, 2007),
58.
27 Alquran, 33:70-71.
28 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan …, 427.
29 Suindrawati, “Strategi Pemasaran Islami dalam Meningkatkan Penjualan: Studi Kasus di Toko
41
tercela.30 Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah asy-Syuara@ ayat
181:
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang merugikan.”32
Islam memaknai marketing yang dilakukan nabi Muhammad swt.
sebagai dakwah, karena pada dasarnya dakwah ini adalah menjual dan
mempromosikan nilai Islam yang meyakini kebenarannya. Dakwah yang
dimaksud yaitu penjualan produk yang sudah Allah berikan kepada
manusia melalui nabi Muhammad swt. Oleh karena itu dalam prosesi
marketing perlu memperhatikan konten, sasaran/segmentasi pasar,
pengemasan, pemasaran/promosi, dan closing/transaksi/kesepakatan.
3. Etika marketer Islam
Ada sembilan etika yang menjadi prinsip-prinsip bagi syariah
marketer dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu:33
a. Memiliki kepribadian spiritual
Seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah,
bahkan saat suasana sibuk dalam aktivitas.34 Kesadaran mengingat
Allah swt. menjadi sebuah kekuatan pemicu dalam segala tindakan.
30 Thorik Gunara dan Utus Hardiono, Marketing Muhammad …, 59. 31 Alquran, 26:181.
32 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan …, 374.
33 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing …, 67;
Wira Noer Riadho, “Strategi Pemasaran Pembiayaan Pertanian”, Al-Iqtishad, Vol. 2, No. 1 (Januari, 2010), 71.
34 Abu Lubaba, “Studi Etika Pemasaran Pedagang Pasar Sore Kaliwungu Kendal dalam Perspektif
42
Misalnya, menghentikan aktivitas bisnisnya saat datang panggilan
salat, demikian dengan kewajiban-kewajiban yang lain.
Alquran menegaskan bahwa setiap tindakan dan transaksi
bisnisnya ditujukan untuk kehidupan yang lebih mulia.35 Umat Islam
diperintahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan nikmat yang
Allah swt. karuniakan melalui jalan yang sebaik-baiknya. Sebagaimana
firman Allah swt. dalam Alquran surah Al-Jumu’ah ayat 9:
$pκš‰r'¯≈tƒ
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui.”37
Alquran memerintahkan untuk mencari dan mencapai
prioritas-prioritas yang Allah swt. tentukan di dalam Alquran, misalnya:38
1) Mendahulukan pencarian pahala yang besar dan abadi di akhirat
daripada keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia;
2) Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu
yang secara moral kotor, walaupun mendapat keuntungan yang
lebih besar;
3) Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram.
35 Ibid., 68.
36 Alquran, 62:9.
37 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan …, 554.