• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika marketer dalam meningkatkan jumlah anggota di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI) Bungah Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Etika marketer dalam meningkatkan jumlah anggota di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI) Bungah Gresik."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA

MARKETER

DALAM MENINGKATKAN JUMLAH

ANGGOTA DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN

SYARIAH MITRA USAHA IDEAL (KSPPS MUI) BUNGAH

GRESIK

SKRIPSI

OLEH

ZULIANA NINGSIH

NIM. C04213067

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)

ETIKA

MARKETER

DALAM MENINGKATKAN JUMLAH

ANGGOTA DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN

SYARIAH MITRA USAHA IDEAL (KSPPS MUI) BUNGAH

GRESIK

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ekonomi Syariah

Oleh

ZULIANA NINGSIH

NIM. C04213067

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Prodi Ekonomi Syariah

Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Etika Marketer dalam Meningkatkan Jumlah Anggota

di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI) Bungah Gresik” ini ditulis untuk menjawab pertanyaan bagaimana

mekanisme etika marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik dan bagaimana etika

marketer dalam meningkatkan jumlah anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik.

Tujuan skripsi ini untuk mengetahui mekanisme etika marketer dalam

meningkatkan jumlah anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik.

Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan pola induktif.

Hasil penelitian menemukan bahwa mekanisme etika marketer di KSPPS

MUI Bungah Gresik melalui tahap perekrutan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap perekrutan, calon AO melaksanakan tes tulis, tes wawancara, dan mengklarifikasi perilaku calon AO kepada orang terdekat calon AO. Pada tahap pelaksanaan, AO diberikan peraturan, program etika AO yang tertera di SOP KSPPS MUI Bungah Gresik, dan didukung dengan peraturan tambahan serta

poster yang ditempel didinding koperasi. Sedangkan, etika marketer dalam

meningkatkan jumlah anggotanya dengan memiliki kepribadian spiritual, berperilaku baik dan simpatik kepada semua anggota dan calon anggota, berlaku adil, bersikap melayani dan rendah hati, menepati janji dan tidak curang, bersikap jujur dan terpercaya terhadap produk yang ditawarkan, tidak suka berburuk

sangka, dan tidak menjelek-jelekkan saingannya. Etika marketer yang dilakukan

KSPPS MUI Bungah Gresik sejak tahun 2012 sampai tahun 2016 bulan Oktober meningkatkan jumlah anggota sebesar 4,5%.

Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat menjadi bahan masukan pada KSPPS MUI Bungah Gresik yaitu memberikan target kepada AO dalam meningkatkan jumlah anggota dan mengimbangi etika AO dengan pengetahuan ekonomi syariah.

(8)

viii DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Kajian Pustaka... 12

F. Tujuan Penelitian ... 17

G. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17

H. Definisi Operasional ... 19

I. Metode Penelitian ... 20

J. Sistematika Pembahasan ... 30

BAB II ETIKA PEMASARAN DAN MANAJEMEN KEANGGOTAAN KOPERASI ... 33

A. Etika Pemasaran Islam ... 33

1. Pengertian Etika Pemasaran Islam ... 33

2. Konsep Pemasaran Islam ... 37

3. Etika Marketer Islam ... 41

B. Manajemen Keanggotaan Koperasi ... 55

(9)

ix

2. Kompensasi Keanggotaan ... 62

BAB III ETIKA MARKETER DAN PENINGKATAN JUMLAH ANGGOTA DI KSPPS MUI BUNGAH GRESIK ... 68

A. Profil KSPPS MUI Bungah Gresik ... 68

B. Etika Marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik ... 76

C. Etika Marketer dalam Meningkatkan Anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik ... 85

BAB IV ETIKA MARKETER DALAM MENINGKATKAN JUMLAH ANGGOTA DI KSPPS MUI BUNGAH GRESIK ... 97

A. Analisis Etika Marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik ... 97

B. Analisis Etika Marketer dalam Meningkatkan Jumlah Anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik ... 106

BAB V PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) merupakan

koperasi kegiatan yang usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan

pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq atau

sedekah, dan wakaf.1 Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam

kegiatan usaha koperasi berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Secara umum

keberadaan koperasi di Indonesia sangat kuat karena sudah menjadi

peraturan dalam UUD 1945 pasal 33.

Dalam mengembangkan koperasi di Indonesia ada beberapa langkah

pendukung untuk mempertegas jatidiri, kedudukan, permodalan dan

pembinaan koperasi, maka dari itu ditetapkan Undang-Undang Nomor 25

tahun 1992 tentang perkoperasian. Secara operasional koperasi diatur

kembali melalui Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam. Sedangkan koperasi khusus

untuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) diatur sendiri dengan

Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang

      

1 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, “Berita dan

Informasi Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 09/Per/Dep.6/IV/2016”, dalam http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi, diakses pada 30 Agustus 2016.

(12)

2

 

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha KJKS.2 Untuk kepentingan

monitoring KJKS, terbit Permen Koperasi dan UKM nomor:

39/Per/M.KUM/XII/2007 tentang Pedoman Pengawasan KJKS dan Unit Jasa

Keuangan Syari’ah. Dengan demikian semua jenis kegiatan dan segala

implikasi hukum bisa dipertanggungjawabkan baik kepada anggota maupun

masyarakat. Perundang-undangan tentang koperasi, khususnya yang berbasis

syari’ah merupakan suatu kewajiban untuk merespon tuntutan masyarakat

yang menginginkan transaksi simpan pinjam dengan sistem syariah.

Dalam perkembangan koperasi, jumlah KJKS dan BMT semakin banyak

dengan badan hukum yang sama. Pada tahun 2014 jumlah koperasi sebanyak

209.488 unit.3 Dari tahun 2009-2014, terjadi kenaikan jumlah koperasi

sebanyak 39.077 unit koperasi. Dari total unit koperasi, sebanyak 147.249

unit adalah koperasi aktif, sedangkan sisanya sebanyak 62.239 unit (30%)

merupakan koperasi tidak aktif. Sedangkan jumlah koperasi di Jawa Timur

sendiri pada tahun 2015 sebanyak 31.182 unit dengan rincian 27.472 unit

koperasi aktif, 3.710 unit merupakan koperasi tidak aktif.4

Perkembangan tersebut disebabkan adanya penerimaan baik oleh

masyarakat terhadap adanya lembaga keuangan non bank berbasis syariah

untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga dengan berjalannya waktu, baik

BMT atau KJKS saling mengembangkan sistem Lembaga Keuangan Mikro

      

2 Nur Lailah, et al., Lembaga Keuangan Islam Non Bank (Surabaya: IAIN SA Press, 2013), 84.  3 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik ndonesia, “Data Koperasi”,

dalam http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi, diakses pada 30 Agustus 2016. 

(13)

3

 

Syariah (LKMS) dan memberikan pelayanan jasa yang baik dan beragam

guna meningkatkan minat masyarakat. Oleh karena itu, KJKS dalam

menghimpun dan menyalurkan dananya tidak hanya dari anggota, akan

tetapi masyarakat luas diperbolehkan untuk aktif bertransaki.

Sistem LKMS yang digunakan KJKS bisa mengalami masalah yang

berkaitan dengan tingkat kemampuan koperasi dalam menyediakan sejumlah

dana, untuk memenuhi permintaan dana pihak lain ketika sumber dana hanya

dari anggota, dan keadaan akan berbeda jika pembiayaan tidak hanya untuk

anggota.5 Adapun kesejahteraan masyarakat secara umum, sumber dananya

bisa dari mana saja, termasuk perbankan atau perusahaan pembiayaan.

KJKS dan BMT supaya tidak mengalami ketidakseimbangan

penyediaan dana, maka harus memperjelas status hukumnya sebagai

koperasi dalam pengawasan dinas perkoperasian atau sebagai LKMS dalam

pengawsan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga OJK menghimbau

Baitul Ma>l wa Tamwil (BMT) dan KJKS bisa segera mengajukan izin kepada regulator, baik sebagai lembaga keuangan mikro syariah (LKMS)

atau koperasi syariah. Oleh karena itu Kementrian Koperasi, Usaha Kecil

dan Menengah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Deputi Bidang

Pengawasan Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik

Indonesia Nomor 09/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Petunjuk Teknis

Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, dan

      

5 “Koperasi Syariah dan BMT Harus Berizin BMT yang Menghimpun Dana Wajib Berbadan

(14)

4

 

Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi. Dengan peraturan

tersebut KJKS berubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah (KSPPS).

Petunjuk teknis pemeriksaan KSPPS untuk memeriksa langkah-langkah

pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam sesuai dengan ketentuan dan

peraturan perundang-perundangan. Dengan adanya pemeriksaan tersebut

diharapkan dapat menambah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

produk-produk KSPPS yang selama ini masih belum dikenal dimasyarakat

luas.

Ketidakpercayaan masyarakat salah satunya disebabkan oleh karyawan

KSPPS yang belum menguasai koperasi syariah beserta produk yang

dimilikinya. Sehingga, membuat masyarakat belum paham perbedaan antara

koperasi syariah beserta produknya. Masyarakat masih menganggap sama

antara koperasi syariah dengan koperasi konvensional.

Karyawan merupakan kekayaan utama suatu instansi, karena tanpa

keikutsertaan mereka, aktivitas instansi pemerintah atau bisnis tidak akan

terjadi. Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat

kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.6 Mereka wajib

dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak

memperoleh kompensasi sesuai perjanjian. Karyawan berperan aktif dalam

menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai. Posisi

      

(15)

5

 

karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan

karyawan manajerial (pimpinan).

Dewasa ini, paradigma perlakuan pimpinan terhadap karyawannya telah

berubah, dari scientific paradigm menuju behavioral paradigm (pandangan

perilaku). Perubahan ini terjadi karena adanya kesadaran manajer dalam

memandang karyawannya sebagai objek telah berubah menuju human

relation (hubungan sesama manusia).7

Pergeseran paradigma tersebut muncul karena seorang manajer

perusahaan lebih dihadapkan pada preferensi (selera) putusan bagi masalah

struktural manajemennya. Baik yang terkait dengan kebijaksanaan

perekonomian negara maupun permintaan pasar. Seorang manajer akan lebih

mengorbankan pekerjaannya daripada harus menghadapi risiko terganggunya

kelancaran proses produksi perusahaannya.8

Walaupun masih dipertanyakan apakah tindakan pimpinan tersebut

dikarenakan desakan panggilan etika kerja Islam, atau karena kepentingan

untuk mempertahankan kelangsungan produktivitas perusahaan. Adapun

solusi kendala struktural yang dibangun paradigma ilmu manajemen, terkait

tuntutan pasar merupakan syarat terciptanya kesadaran untuk membebaskan

hubungan antara pimpinan-karyawan-anggota. Sehingga, etika kerja Islam

dapat berperan sebagai penghubung terciptanya pola interaksi

pimpinan-karyawan-anggota yang humanis. Kerangka etika kerja Islam berpotensi

      

7 Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: UPP-Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,

2004), 105. 

(16)

6

 

mengarah pada keterlibatan dimensi spiritual.9 Dimensi spiritual digunakan

untuk mengatur etika manajer, karyawan (marketer) dan anggota dalam

melakukan transaksi secara syariah.

Marketer merupakan bagian dari koperasi yang berhubungan langsung

dengan anggota. Marketer merupakan faktor utama suksesnya kegiatan

pemasaran suatu perusahaan, sebab marketer merupakan individu yang

berinteraksi langsung dengan pelanggan. Penguasaan strategi dan teknis

pemasaran sangat menentukan seorang marketer berhasil atau tidak dalam

melanjutkan tugasnya.

Penguasaan strategi dan teknis tidak hanya menjadi tolak ukur suatu

keberhasilan penjualan. Namun, marketer harus memiliki level confident

yang tinggi.10 Percaya diri yang didorong oleh kemampuan sangat

dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Sedangkan integritas merupakan

modal bagi terciptanya kerjasama tim yang solid, sehingga hubungan

marketer dengan marketer lainnya serta hubungan marketer dengan karyawan lainnya dalam perusahaan berlangsung secara harmonis untuk

saling bekerjasama mewujujdkan tujuan perusahaan. Hal tersebut akan

menimbulkan kepercayaan dalam pikiran, hati, dan spiritual pelanggan.

Sehingga penguasaan strategi dan karakter dibangun untuk memenuhi

pikiran (rasional) pelanggsn, hati (emosional) pelanggan, dan spiritual

      

9 Ibid., 106. 

10 Aang Kunaifi, Manajemen Pemasaran Syariah Pendekatan Human Spirit (Yogyakarta: Maghza

(17)

7

 

(religious) pelanggan11 dalam menghadapi calon anggota dalam rangka

memprospek dan membangun kepercayaan anggota sebagaimana firman

Allah swt dalam Alquran surah Al-Imran ayat 159:

$yϑÎ6sù

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-Nya.”13

Marketer yang berlandaskan syariah sangat mengedepankan sikap dan perilaku yang simpatik, salah satunya adalah bersikap ramah terhadap orang

lain, sehingga nantinya orang lain dapat menajalin hubungan baik serta akan

menjalin suatu hubungan kerjasama. Dalam kegiatan usaha, sekalipun

bergerak dalam bidang bisnis dan berhubungan dengan agama, jika tidak

menjaga hubungan baik dengan semua pihak, maka belum bisa menjadi

pemasar Islam. Pemasar Islam merupakan individu dalam pemasaran yang

mempunyai nilai-nilai spiritual dalam segala proses dan transaksinya, hingga

membuat semua komponen stakeholders utama dalam bisnis (anggota,

karyawan, dan pemegang saham), pemasok, distributor, dan bahkan pesaing

      

11 Ibid., 184.  12 Al-Qur’an, 3:159. 

(18)

8

 

sekalipun memperoleh kebahagiaan.14 Dari kesemua kompenen stakeholders,

seorang marketer merupakan tombak dalam meningkatkan anggota.

Sebagaimana KSPPS lainnya, KSPPS Mitra Usaha Ideal (MUI) Bungah

Gresik15 menerapkan etika marketer dalam melaksanakan pekerjaannya.

Etika tersebut diterapkan sejak berdirinya KSPPS MUI Bungah Gresik pada

tahun 2012 dengan bukti sistem perekrutan marketer mengedepankan etika,

namun mengesampingkan penguasaan pengetahuan ekonomi syariah dan

koperasi.

Dari sebelum penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan

ketidaksesuaian dalam perekrutan marketer. Perekrutan marketer tidak

mengedepankan lulusan jurusan ekonomi syariah, namun semua orang yang

tidak menguasai ekonomi syariah bisa menjadi karyawan KSPPS MUI

Bungah Gresik asalkan memiliki etika yang baik dan antusias berkeinginan

bekerja di KSPPS MUI Bungah Gresik.

Marketer yang kurang paham sistem ekonomi syariah mengakibatkan kondisi operasional lembaga koperasi kurang kondusif dan dapat

      

14 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: PT Mizan

Pustaka, 2006), 20. 

15 Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI) Bungah

(19)

9

 

mengakibatkan profitabilitas, zakat, keberlangsungan, pertumbuhan jumlah

anggota, dan keberkatan menurun.16

Hal tersebut berbeda dengan ketentuan rekrutmen marketer, dimana

marketer yang diterima seharusnya memiliki penguasaan ilmu koperasi dan ekonomi syariah. Sebagaimana dijelaskan oleh Ernie Tisnawati Sule dan

Kurniawan Saefullahd dalam bukunya bahwa ada beberapa hal yang biasanya

dilakukan perusahaan yang terkait dengan proses seleksi, yaitu seleksi

administrasi, seleksi kualifikasi, dan seleksi sikap dan perilaku.17

Dalam hal mencari anggota, selama ini marketer yang biasa disebut

Account Officer (AO) mengandalkan sistem berantai yaitu dengan cara

menginformasikan dari satu orang ke orang lain. Account Officer (AO)

KSPPS MUI Bungah Gresik tidak diberikan target untuk memperoleh

anggota baru. Account Officer (AO) merupakan petugas koperasi yang

mencari anggota baru dan menawarkan pembiayaan pada anggota. Dengan

strategi tersebut, berdasarkan wawancara dengan Ahmad Muafiq kepala

bagian keuangan, pada tahun 2012-2016 terjadi kenaikan anggota sebesar

4,5% dari awal berdiri secara berurut sejumlah 46, 57, 93, 95 anggota dan

126 anggota.18 Padahal, KSPPS MUI Bungah Gresik juga membangun etika

marketer Islam bagi AO dengan mengedepankan spiritual guna untuk mendukung meningkatnya jumlah anggota koperasi.

      

16 Ely Masykuroh, “Etika Bisnis”, Dialogia, Vol. 1, No. 1 (2003). 

17 Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana, 2009),

202. 

(20)

10

 

AO kurang percaya diri mempromosikan koperasi, menawarkan

produknya pada orang baru yang belum dikenalnya. Ketidak yakinan dan

tidak adanya target untuk penambahan anggota membuat AO kurang

bersemangat untuk mencari anggota baru. Fenomena semacam itu tentunya

menjadi suatu hal yang menarik, karena pada umumnya rekrutmen karyawan

berdasarkan penguasaan ilmu koperasi dan ekonomi syariah yang diimbangi

etika dalam rangka mempromosikan KSPPS MUI Bungah Gresik dan giat

menawarkan produknya kepada calon anggota yang belum dikenalnya

supaya para anggota setia pada koperasinya.

Selain sebagai pengguna jasa, anggota juga sebagai konsumen yang

mempunyai hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

memanfaatkan barang atau jasa, misalnya dengan tujuan agar anggota

koperasi Muslim dalam memanfaatkan setiap produk benar-benar aman

kesehatannya, dan aman agamanya.19 Dengan adanya sikap yang baik seperti

yang sudah dijelaskan di atas maka dengan demikian dapat meningkatkan

jumlah pada anggota KSPPS MUI Bungah Gresik.

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

bagaimana mekanisme etika AO di KSPPS MUI Bungah Gresik bagaimana

proses etika AO bisa meningkatkan jumlah anggota. Berdasarkan penjelasan

diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Etika

      

19 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran

(21)

11

 

Marketer dalam Meningkatkan Jumlah Anggota di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI) Bungah Gresik.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan BMT mempunyai masalah

dengan penggunaan sistem LKMS dalam menghimpun dana namun

berbadan hukum koperasi.

2. KJKS mengalami ketidakseimbangan keuangan dikarenakan sumber dana

hanya dari anggota, namun pembiayaan meluas tidak hanya untuk

anggota.

3. Masyarakat belum percaya pada KSPPS karena kelemahan pengawasan.

4. Ketidakmaksimalan target marketer karena Account Officer (AO) KSPPS

MUI Bungah Gresik tidak memiliki profil ekonomi syariah dan tidak

diberi target untuk memperoleh anggota baru.

5. Account Officer (AO) tidak percaya diri dalam menawarkan produknya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini akan

dilakukan pembatasan agar penelitian ini lebih terarah. Penelitian ini fokus

dalam hal ketidakmaksimalan target marketer karena AO KSPPS MUI

(22)

12

 

untuk memperoleh anggota baru, dan AO tidak percaya diri dalam

menawarkan produknya pada calon anggota yang belum dikenal.

D. Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang masalah di atas, ada beberapa permasalahan

yang akan dikembangkan dan dicari penyelesaiannya, sehingga dapat di

rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme etika marketer (AO) di KSPPS MUI Bungah

Gresik?

2. Bagaimana etika marketer (AO) dalam meningkatkan jumlah anggota di

KSPPS MUI Bungah Gresik?

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan terkait masalah yang diteliti, sehingga terlihat

jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan

atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.20

Penelitian yang peneliti lakukan ini berjudul “Etika Marketer dalam

Meningkatkan Jumlah Anggota di KSPPS Mitra Usaha Ideal (KSPPS MUI)

Bungah Gresik”. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian

terdahulu yang dijadikan pandangan serta refrensi untuk penyusunan skripsi.

      

20 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk

(23)

13

 

Pertama, penelitian oleh Refita Avitriani Rizalina berjudul “Pengaruh

Etika Kerja Islam dan Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan di PT.

Asuransi Takaful Keluarga (Representative Office) Sidoarjo”.21 Metode

penelitian kuantitatif, subjek penelitian ini etika agen asuransi. Hasil dari

penelitian ini ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan dari etika

kerja Islam dan komunikasi terhadap kinerja karyawan di PT Asuransi Takaful

Keluarga (Representative Office) Sidoarjo, ada pengaruh positif dan signifikan

secara parsial dari etika kerja Islam dan komunikasi terhadap kinerja karyawan

di PT Asuransi Takaful Keluarga (Representative Office) Sidoarjo, variabel

independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen kinerja

karyawan adalah komunikasi. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada

subjek yang diteliti, yaitu etika marketer. Perbedaan dari penelitian ini terletak

pada variabel komunikasi, kinerja karyawan, dan metode penelitian kuantitatif.

Kedua, penelitian Ahmad Roziq berjudul “Pengaruh Etika Bisnis Islami

terhadap Kinerja Pembiayaan Mud}a<rabah melalui Informasi Asimetri pada

Bank Syariah di Jawa Timur”.22 Metode penelitian kuantitatif. Hasil dari

penelitian ini bahwa etika bisnis islami berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pembiayaan mud}a<rabah melalui informasi asimetri. Hasil studi ini mendukung teori keagenan yang menjelaskan adanya problem keagenan

dalam pembiayaan mud}a<rabah namun sekaligus mendukung teori enterprise

      

21 Refita Avitriani Rizalina, “Pengaruh Etika Kerja Islam dan Komunikasi terhadap Kinerja

Karyawan di PT. Asuransi Takaful Keluarga (Representative Office) Sidoarjo” (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 91.  

22 Ahmad Roziq, “Pengaruh Etika Bisnis Islami terhadap Kinerja Pembiayaan Mud}a<rabah melalui

(24)

14

 

yang menjelaskan perlunya etika syariah bagi pihak-pihak yang terlibat

dalam kontrak pembiayaan mud}a<rabah. Perbedaan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh penulis yaitu variabel pembiayaan mud}a<rabah dan

metode penelitiannya kuantitatif. Sedangkan persamaan terletak pada

penggunaan etika bisnis islam.

Ketiga, penelitian oleh Fauzan dan Ida Nuryana berjudul “Pengaruh

Penerapan Etika Bisnis terhadap Kepuasan Pelanggan Warung Bebek H.

Slamet di Kota Malang”.23 Penelitian tersebut menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental

sampling.

Hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa, penerapan etika

bisnis yang diproksikan dengan (1) Keadilan berpengaruh secara negatif dan

tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan warung bebek H. Slamet di

kota Malang. (2) Kejujuran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

kepuasan pelanggan warung bebek H. Slamet di kota Malang. (3)

Kepercayaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan

pelanggan warung bebek H. Slametdi kota Malang.

Secara bersama-sama penerapan etika bisnis berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan warung bebek H. Slametdi kota

Malang. Kepercayaan merupakan variabel yang paling dominan dari variable

      

23 Fauzan dan Ida Nuryana, “Pengaruh Penerapan Etika Bisnis terhadap Kepuasan Pelanggann

Warung Bebek H. Slamet Di Kota Malang”, MODERNISASI, Vol. 10, No. 1 (Februari, 2014), 51.

(25)

15

 

etika bisnis yang mempengaruhi kepuasan pelanggan pada warung bebek H.

Slamet di kota Malang. Perbedaan dengan penelitian penulis terletak pada

metode yaitu kuantitatif dan variabel kedua menggunakan kepuasan

pelanggan.

Keempat, penelitian oleh Laili Latifah Puspitasari berjudul “Analisis

Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap Tingkat Profitabilitas Rumah

Yoghurt Berdasarkan Perspektif Karyawan: Studi Kasus pada Rumah

Yoghurt di Kota Batu.”24 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif.

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa, etika bisnis Islam yang

diterapkan oleh Rumah Yoghurt dinilai oleh mayoritas karyawan efektif

dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan

usaha dan operasionalnya, Rumah Yoghurt memiliki standar pedoman etika

bisnis Islam yang dijadikan landasan seluruh kegiatan usaha dan operasional

perusahaan. Apabila perusahaan dapat menerapkan pedoman etika bisnis

Islam tersebut dengan baik dan secara berkelanjutan, maka diyakini oleh

sebagian besar karyawan, tingkat profitabilitas perusahaan akan meningkat.

Persamaan dengan penelitian pada metode penelitian kualitatif dan

penggunaan etika bisnis Islam untuk menganalisis, namun perbedaan pada

untuk meningkatkan profitabilitas. Sedangkan pada penelitian yang akan

      

24 Laili Latifah Puspitasari, “Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap Tingkat

(26)

16

 

dilakukan penulis menganalisis proses meningkatkan jumlah anggota melalui

etika marketer.

Kelima, penelitian oleh Muhammad Faiz Rosyadi berjudul “Pengaruh

Etika Bisnis Islam terhadap Customer Retention: Studi Kasus pada Bank

BPD DIY Cabang Syariah.” Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

dengan menyebarkan kuesioner terhadap 100 nasabah Bank BPD DIY

Syariah, yang diperoleh dengan menggunakan accidental sampling.25

Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel keadilan

(‘adl), kehendak bebas (free will), tanggungjawab (responsibility), dan

kebenaran, berpengaruh signifikan terhadap customer retention di Bank BPD

DIY Cabang Syariah. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial (Uji t)

dapat disimpulkan bahwa variabel keadilan (‘adl), kehendak bebas (free

will), tanggungjawab (responsibility), dan kebenaran berpengaruh positif

signifikan terhadap customer retention di Bank BPD DIY Cabang Syariah.

Oleh karena itu untuk meningkatkan customer retention dalam suatu

perusahaan, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penerapan etika

bisnis Islam dalam setiap kegiatan bisnis.

Perbedaan dengan penelitian penulis terletak pada metode yang

digunakan dan variabel customer retention. Persamaan pada penelitian

penulis sama-sama menggunakan etika bisnis dalam menganalisis yaitu etika

      

25 Muhammad Faiz Rosyadi, “Pengaruh Etika Bisnis Islam terhadap Customer Retention: Studi

Kasus pada Bank BPD DIY Cabang Syariah” (Skripsi--UIN Kalijaga, Yogyakarta, 2012), 78.

(27)

17

 

kerja. Sedangkan penelitian penulis fokus pada penggunaan etika marketer

dalam melakukan pekerjaannya.

Keenam, penelitian oleh Abu Lubaba berjudul “ Studi Etika Pemasaran

Pedagang Pasar Sore Kaliwungu Kendal dalam Perspektif Ekonomi Islam.

Jenis penelitian lapangan (field research), dimana sumber data yang

digunakan adalah data primer dan sekunder, sumber data-data yang

berkaitan dengan penelitian secara langsung yang meliputi

dokumen-dokumen serta wawancara langsung kepada pedagang Pasar Sore Kaliwungu.

Pedagang memiliki kepribadian spiritual, keadilan dalam bisnis, pelayanan

yang baik dan menerapkan S5 (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun),

ketepatan janji, dan kejujuran. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu

adanya analisis etika marketer untuk meningkatkan jumlah anggota,

sedangkan penelitian Abu Lubaba hanya menerangkan bahwa pedagang di

pasar sore kaliwungu Kendal memiliki etika pemasaran.26

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penulisan penelitian ini bertujuan

menjawab masalah-masalah yang diidentifikasi oleh peneliti. Tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme etika marketer di KSPPS

MUI Bungah Gresik.

      

6 Abu Lubaba, “Studi Etika Pemasaran Pedagang Pasar Sore Kaliwungu Kendal dalam

(28)

18

 

2. Untuk mengetahui dan menganalisis etika marketer dalam meningkatkan

jumlah anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik.

G. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara teoretis

a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menambah informasi dan khasanah mengenai dunia Koperasi

Syariah, sumbangan pemikiran serta sebagai bahan masukan untuk

mendukung dasar teori penelitian yang sejenis dan relevan.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi atau perbandingan

untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya.

2. Secara praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

peneliti karena menerapkan ilmu yang sudah didapat selama di bangku

kuliah sehingga dapat diaplikasikan dalam penelitian dan menambah

pengalaman serta pengetahuan tentang etika marketer.

b. Bagi Para Pengguna Informasi (pengawas, manajer, anggota,

karyawan)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana

alternatif bagi para calon anggota dan praktisi penyelenggara koperasi

dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan

(29)

19

 

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau

wawasan kepada masyarakat tentang etika marketer dan juga menjadi

acuan dalam memilih koperasi yang akan digunakan.

d. Bagi KSPPS Mitra Usaha Ideal Bungah Gresik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

kepada pihak pimpinan KSPPS MUI Bungah Gresik untuk

mengevaluasi kinerja karyawan, dan juga guna memenuhi target

jumlah anggota.

H. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul Etika Marketer dalam Meningkatkan Jumlah

Anggota di KSPPS MUI Bungah Gresik. Agar lebih memudahkan dalam

memahami skripsi ini, maka peneliti akan mendefenisikan beberapa istilah,

antara lain:

1. Etika Marketer

Etika dalam Islam adalah akhlak seorang Muslim dalam melakukan

semua kegiatan termasuk dalam bidang bisnis.27 Menurut Rudianto

manajer KSPPS MUI Bungah Gresik etika merupakan baik buruk tingkah

laku seorang AO ketika melayani pembeli.28 Marketer pada penelitian ini

yaitu Account Officer (AO) bertugas memproses penghimpunan dana

      

27 Veithzal Rivai, et al., Islamic Business and Economis Ethis (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012),

3. 

(30)

20

 

calon anggota sehingga menjadi anggota dan membina kesanggupannya,

terutama dalam pembayaran kembali pinjamannya, menyelesaikan kasus

atau masalah anggota yang mungkin terjadi selama pembiayaan.29

Etika marketer adalah akhlak seorang pemasar yang dijiwai nilai-nilai

spiritual dalam segala proses dan transaksinya, sampai pada suatu tingkat

ketika semua komponen utama dalam bisnis (anggota, karyawan, dan

pemegang saham), pemasok, distributor, dan pesaing memperoleh

kebahagiaan.

2. Peningkatan Jumlah Anggota

Anggota koperasi adalah orang-orang/ badan hukum koperasi yang

mempunyai kepentingan ekonomi yang sama sebagai pemilik yang

sekaligus pengguna jasa, berpartisipasi aktif untuk mengembangkan usaha

koperasi dan syarat-syarat lain yang ditentukan dalam Anggaran Dasar

Koperasi serta terdaftar dalam buku daftar anggota.30 Peningkatan jumlah

anggota berarti penambahan jumlah anggota baru dan mempertahankan

anggota yang aktif dalam memanfaatkan fasilitas yang diberikan

koperasi.31 Fasilitas yang diberikan berupa memanfaatkan produk,

pelayanan yang baik, dan keikutsertaan untuk mengelola koperasi.

      

29 Veithzal Rivai Arviyan Arifin, Islamic Banking (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), 697;

Rudianto, Wawancara, Gresik, 3 September 2016. 

30 M.Tasrifin, “Anggota Koperasi”, dalam

http://tasrifin.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Handout-KUMKM-12-Anggota-Koperasi.pdf diakses pada 13 September 2016. 

31 Rudianto, Wawancara, Gresik, 3 September 2016; Hendar, Manajemen Koperasi (Jakarta:

(31)

21

 

I. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan di KSPPS MUI Bungah Gresik merupakan

penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong dalam bukunya

menjelaskan penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena

yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dengan cara

mendeskripsikan dalam bentuk kata.32 Menurut Muhammad Idrus metode

kualitatif yaitu penelitian dengan melihat objek penelitian dalam satu

konteks natural, artinya seorang peneliti kualitatif melihat suatu peristiwa

tidak secara parsial, lepas dari konteks sosialnya karena satu fenomena

yang sama dalam situasi yang berbeda akan memiliki makna yang

berbeda.33

Menurut Sukmadinata penelitian kualitatif yaitu penelitian tentang

data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata dan gambar,

kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara

antara peneliti dan informan. Menurut Sugiyono dalam bukunya

menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

      

32 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

6. 

(32)

22

 

menekankan makna.34 Tujuan utama menggunakan metode kualitatif

untuk menggambarkan suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat

penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala

tertentu.35

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian dengan memahami fenomena yang dialami

oleh subjek dan objek secara apa adanya yang dinyatakan dalam bentuk

kata dan gambar yang didapat melalui teknik pengumpulan data antara

peneliti dan informan dengan menekankan makna pada hasil penelitian.

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan fenomenologi.

Fenomenologi adalah study tentang pengetahuan yang berasal dari

kesadaran atau pemahaman terhadap suatu objek dan peristiwa yang

menjadi pengalaman seseorang secara sadar.36 Selain itu, fenomenologi

merupakan gagasan mengenai pandangan peneliti melihat realitas sosial,

fakta sosial atau fenomena sosial yang menjadi masalah penelitian.

Deskripsi fenomenologi berasal dari Husselr seorang filosofis Jerman

dan Hedegger yang menyatakan bahwa struktur dasar dari dunia

kehidupan tertuju pada pengalaman yang dianggap sebagai persepsi

individu terhadap kehadirannya di dunia.37 Pendekatan fenomenologi

      

34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabet, 2014), 9. 

35 Consuelo G Sevilla,Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Press, 1993), 71.  

36 Putri Helmalena, “Analisis Fenomenologi pada Program Mario Teguh Golden Ways di Metro

TV”, (Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011), 9. 

(33)

23

 

dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang

yang mengalaminya secara langsung, seolah-olah mengalaminya sendiri.

Fenomenologi tidak hanya mengklasifikasikan setiap tindakan sadar yang

dilakukan, akan tetapi prediksi terhadap tindakan di masa yang akan

datang, dilihat dari aspek-aspek yang terkait dengannya. Semua itu

bersumber dari seseorang memaknai objek dalam pengalamannya.

Fenomenologi juga diartikan sebagai studi tentang makna, dimana

makna itu lebih luas dari sekedar bahasa yang mewakilinya. Menurut

Schutz, fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang datang dari

kesadaran atau cara memahami obyek atau peristiwa melalui pengalaman

sadar tentang obyek atau peristiwa tersebut.38 Penelitian yang

menggunakan pendekatan fenomenologi berusaha untuk memahami

makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang dalam situasi tertentu.

Pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan

dengan cara yang digunakan untuk mendekati perilaku orang dengan

maksud menemukan “fakta” atau “penyebab”. Peneliti menekankan pada

hal-hal subjektif, tetapi tidak menolak realitas “di sana” yang ada pada

manusia dan yang mampu menahan tindakan terhadapnya. Marketer pada

konteks fenomenologi pada penelitian ini merupakan aktor yang

melakukan tindakan sosial.

2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

      

38 Hadiono Afdjani, “Makna Iklan Televisi: Studi Fenomenologi Pemirsa di Jakarta terhadap

(34)

24

 

a. Subjek Penelitian

Menurut Muhammad Idrus, subjek penelitian adalah individu,

benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang

dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.39 Subjek penelitian

pada kualitatif disebut dengan informan. Subjek penelitian ini yaitu

bapak Rudianto manajer KSPPS MUI Bungah Gresik dan AO KSPPS

MUI Bungah Gresik yaitu M. Bagus Ilhami, M. Hasis Musthofa, Faruq

Abdullah, Anneke Fajar Wati.

b. Objek

Objek penelitian merupakan tema dari penelitian ini, yaitu etika

marketer (AO) KSPPS MUI Bungah Gresik.

c. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di KSPPS MUI Bungah Gresik Jl.

Raya Bungah KM. 18 kecamatan Bungah kabupaten Gresik.

3. Data dan Sumber Data

a. Data

Data dapat diartikan sebagai kumpulan fakta yang berfungsi

sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan

yang benar, dan keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran

dan penyelidikan.40 Data penelitian kualitatif diperoleh dari hal-hal

      

9 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial …, 91. 

40 Muslihin al Hafizh, “Pengertian Data dan Fakta dalam Penelitian”, dalam

(35)

25

 

yang diamati, didengar, dirasa, dan dipikirkan oleh peneliti.41 Data

dapat diperoleh dari mayarakat secara langsung dan bahan-bahan

kepustakaan. Data yang diperoleh dengan cara tersebut terbagi menjadi

data primer dan data sekunder.42 Data primer adalah data yang

diperoleh dari sumber primer, sedangkan data sekunder adalah data

yang diperoleh dari sumber sekunder yang digunakan sebagai

pendukung untuk memahami masalah yang akan diteliti.43

Data primer pada penelitian ini yaitu perilaku AO yang diperoleh

dengan observasi, pernyataan manajer dan AO ketika melakukan

wawancara, laporan rapat anggota tahunan, peraturan yang

dicantumkan dalam SOP ataupun poster yang diperoleh melalui

dokumentasi. Sedangkan data sekunder berupa profil KSPPS MUI

Bungah Gresik yang diperoleh dokumentasi.

b. Sumber Data

Sumber data yakni sumber dari mana data akan digali baik primer

maupun sekunder. Sumber tersebut bisa berupa orang, dokumen,

pustaka, barang, keadaan, atau lainnya.44 Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder dengan menggunakan model snow ball sampling:

      

41 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial …, 62. 

42 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 87. 

43 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2006) 124. 

44 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

(36)

26

 

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer yakni sumber yang dijadikan sebagai sumber

informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau

pengambilan data secara langsung45 melalui observasi, interview

(wawancara), dan dokumentasi. Sumber data primer yang dimaksud

yakni fenomena etika AO Bagus, AO Hasis, AO Faruq, dan AO

Anneke yang diperoleh ketika observasi, pernyataan dari bapak

Rudianto selaku manajer dan AO Bagus, AO Hasis, AO Faruq, dan

AO Anneke tentang etika marketer KSPPS MUI Bungah Gresik

yang diperoleh melalui wawancara. Pernyataan bapak Rudianto

manajer KSPPS MUI Bungah Gresik dan AO Bagus, AO Hasis, AO

Faruq, dan AO Anneke merupakan informan kunci pada penelitian

ini. Data primer juga diperoleh melalui laporan anggota tahunan

KSPPS MUI Bungah Gresik sejak tahun 2013 sampai tahun 2016,

peraturan yang tertera di SOP dan poster yang diperoleh melalui

dokumentasi.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data

primer.46 Sumber sekunder merupakan sumber pendukung yang

berasal dari pernyataan kepala bagian keuangan tentang penggunaan

etika marketer dan data peningkatan jumlah anggota, arsip daftar

      

45 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), 91. 

46 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif

(37)

27

 

hadir rapat anggota tahunan, dan dokumentasi kegiatan etika

marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik, buku-buku yaitu buku

syariah marketing oleh Hermawan Kertajaya dan Syakir Sula,

Muhammad Djakfar berjudul Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran

Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, Mokh. Syaiful Bakhri Abdussalam,

Sukses Berbisnis Ala Rasulullah SAW, buku manajemen koperasi oleh

Hendar, buku Koperasi Indonesia oleh Revrisond Baswir, buku

Organisasi Koperasi oleh Alfred Hanel, buku Ekonomi Koperasi oleh

Jochen Ropke,. Selain buku, penelitian ini juga didukung oleh literatur

lain seperti jurnal Istiqhoduna, jurnal Tsaqofah, jurnal ekonomi

syariah, jurnal walisongo, jurnal ekonomi dan kewirausahaan, jurnal

Al-Iqtishad, jurnal El-Harokah, jurnal Manajemen Teknologi, serta

skripsi mahasiswa UIN Walisongo Semarang dengan tema etika

bisnis Islam.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Sutrisno Hadi mengatakanbahwa metode observasi adalah metode

pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadapfenomena-fenomena yang sedang diselidiki.47

      

(38)

28

 

Dalam hal ini penggunaan metode observasi langsung yaitu akan

mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam situasi yang

sebenarnnya. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh

informasi tentang pembentukan etika AO untuk meningkatkan jumlah

anggota.

b. Wawancara

Sukandarrumidi mengungkapkan bahwa wawancara adalah proses

tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara

fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan

telinga sendiri dari suaranya.48

Dalam wawancara ini peneliti mengadakan tanya jawab dengan

beberapa pengelola seperti manajer dan Account Officer (AO) KSPPS

MUI Bungah Gresik.

c. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa dokumentasi asal katanya

adalah dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Oleh karena itu,

dalam pelaksanannya peneliti harus meneliti benda-benda tertulis,

dokumen-dokumen peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.49

      

48 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2004), 88. 

49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneletian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta,

(39)

29

 

Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan kegiatan kontruksi etika marketer yaitu

laporan rapat anggota tahunan, SOP KSPPS MUI Bungah Gresik,

Poster, dokumentasi kegiatan pembinaan etika.

5. Teknik pengolahan data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik

pengolahan data sebagai berikut:50

a. Reduksi Data, yaitu merangkum, memilih dan memusatkan hal pokok

untuk memfokuskan pada hal penting. Dalam hal ini penulis akan

mengambil data yang akan dianalisis berdasarkan rumusan masalah.

b. Penyajian Data, yaitu penyajian data dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori. Menyajikan data yang sering

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif, ini

dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.51 Selain itu juga penulis

menyajikan dalam bentuk tabel dan gambar, sehingga tujuan dan

penelitian ini dapat terjawab.

c. Penarikan Kesimpulan, yaitu peneliti berusaha menarik kesimpulan

dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang

diperolehnya dari lapangan, yang akhirnya merupakan sebuah

jawaban rumusan masalah.

      

(40)

30

 

6. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dalam Sugiyono, analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain.52

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tehnik analisis data

deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis yang bersifat mendeskripsikan

makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan

menunjukkan bukti-buktinya.53 Tujuan dari metode ini adalah untuk

mendeskripsi atau menggambarkan objek penelitian secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat sertahubungan antar

fenomena yang diselidiki, serta teknik ini digunakan untuk

mendeskripsikan data-data yang peneliti kumpulkan baik data hasil

observasi, wawancara, dan dokumentasi selama mengadakanpenelitian di

KSPPS MUI Bungah Gresik.

Penarikan kesimpulan penelitian menggunakan metode induktif yaitu

menekankan pengamatan terhadap hal-hal atau peristiwa dari data yang

telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi,

kemudian digeneralisasikan (dari khusus menjadi umum ).

      

52 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan …, 334. 

(41)

31

 

Dengan analisis, peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang terdapat

pada fenomena dan dokumen yang didapatkan dari KSPPS MUI Bungah

Gresik terkait dengan pembangunan etika marketer.

J. Sistematika Pembahasan

Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan skripsi terarah sesuai

dengan bidang kajian dan untuk mempermudah pembahasan, dalam skripsi

ini dibagi menjadi lima bab, dari lima bab terdiri dari beberapa sub-sub, di

mana antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan sebagai

pembahasan yang utuh. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan, dalam bab ini meliputi latar

belakang masalah yang memuat alasan munculnya masalah yang diteliti,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka

sebagai penelusuran terhadap literatur yang telah ada sebelumnya dan

kaitannya dengan objek penelitian, tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian, kegunaan (manfaat) yang diharapkan tercapainya penelitian ini,

definisi operasional, metode penelitian berupa penjelasan langkah-langkah

yang akan ditempuh dalam mengumpulkan dan menganalisis data, dan

sistematika pembahasan sebagai upaya yang di lakukan untuk

mensistematiskan penyusunan.

Bab kedua mengulas tentang landasan teori konsep etika marketer Islam

dan manajemen koperasi. Bab ini terbagi menjadi dua sub bab. Pertama,

(42)

32

 

Bab ketiga membahas seputar data pelaksanaan etika marketer dalam

meningkatkan jumlah anggota KSPPS MUI Bungah Gresik. Bab ini terbagi

atas tiga sub bab, sub pertama, profil tentang KSPPS MUI Bungah Gresik.

Sub bab ini akan dijelaskan terkait sejarah berdiri dan perkembangan KSPPS

MUI Bungah Gresik, visi dan misi, struktur organisasi dan

produk-produknya. Sub kedua, pelaksanaan etika marketer. Sub bab ini

menggambarkan mekanisme etika marketer. Sub ketiga, proses

meningkatkan jumlah anggota KSPPS MUI Bungah Gresik. Sub bab ini

menggambarkan proses meningkatkan jumlah anggota melalui etika

marketer.

Bab keempat akan membahas tentang analisis etika marketer dan proses

meningkatkan jumlah anggota melalui etika marketer KSPPS MUI Bungah

Gresik yang terbagi dalam dua sub bab. Sub bab pertama membahas

mekanisme etika marketer di KSPPS MUI Bungah Gresik. Sub bab kedua

membahas etika marketer dalam meningkatkan jumlah anggota di KSPPS

MUI Bungah Gresik.

Bab kelima, yaitu bab terakhir sebagai penutup dari keseluruhan

rangkaian pembahasan dan berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini akan

disimpulkan hasil pembahasan untuk menjelaskan sekaligus menjawab

(43)

33 BAB II

ETIKA PEMASARAN DAN MANAJEMEN KEANGGOTAAN KOPERASI

A. Etika Pemasaran Islam

1. Pengertian etika pemasaran Islam

Secara etimologi kata etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk

tunggal) yang berarti: kebiasaan, adat, watak, perasaaan, sikap dan cara

berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat.

Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal

dari kata latin mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang

berarti adat istiadat, kebiasaan, watak, tabiat, akhlak dan cara hidup.1

Etika disebut juga akhlak yang diartikan dalam bahasa Indonesia

dengan kesopanan. Secara terminologi, akhlak adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bila

diperlukan, tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan dahulu, serta tidak

memerlukan dorongan luar.2

Etika juga disebut moral, mencakup pengertian tentang baik

buruknya perbuatan manusia.3 Etika berkaitan erat dengan pengembangan

karakter, manusia yang mempunyai kecerdasan spiritual (SQ) tinggi pasti

mempunyai perilaku yang beretika tinggi.4

1 Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi (Jakarta: Salemba Empat, 2009),

26.

2 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), 23. 

3 Muhamad, “Kesatuan Bisnis dan Etika dalam Al-Quran”, Tsaqafah, Vol. 9, No. 1 (April, 2013),

53. 

(44)

34

Setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia

dimanfaatkan untuk mencapai tingkat kesadaran spiritual. Bila kesadaran

spiritual tercapai, maka kesadaran etika dengan sendirinya tercapai.5

Perjalanan mencapai kesadaran spiritual memiliki syarat yaitu orang yang

bersangkutan harus menjalani perilaku hidup yang etik dan sesuai dengan

norma-norma moral yang diajarkan Islam. Tahap awal, perilaku etik akan

memengaruhi kesadaran spiritual seseorang. Pada langkah berikutnya,

kesadaran spiritual akan menentukan tingkat kesadaran etik seseorang.

Manusia sebagai makhluk sosial dituntut memiliki kesadaran etik untuk

mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan sandang-pangan dan

perlindungan.6 Sehingga manusia diwajibkan untuk bekerja agar

kebutuhan terpenuhi.

Bekerja merupakan bagian dari ibadah dan jihad jika pekerja bersikap

konsisten terhadap aturan Allah swt., suci niatnya, dan tidak

melupakan-Nya. Karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan adab yang terikat

dengan kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, dan keturunan.7

Sehingga untuk memenuhi tabiat manusia tersebut dianjurkan semua

umat Muslim untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan kemanfaatan

barang melalui produksi dan pemasaran.

5 Ibid. 

6 Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam (Jakarta: Erlangga,

2009), 86.  

(45)

35

Pemasaran secara etimologi adalah proses, cara, perbuatan

memasarkan suatu barang dagangannya.8 Sedangkan menurut terminologi

pemasaran adalah kebutuhan, keinginan dan permintaan (need, want and

demand), produk, nilai, kepuasan dan mutu (product, value, satisfaction and quality), pertukaran, transaksi dan hubungan (exchange, transaction and realationship) dan pasar (market).9 Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pedagang dalam usahanya

mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.10 Berhasil tidaknya

pemasaran dalam mencapai tujuan bisnis tergantung pada keahlian

mereka dibidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lainnya.

Pemasaran adalah segala aktivitas yang dijalankan dalam kegiatan

bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai (value creating activities) yang

memungkinkan siapapun yang melakukannya bertumbuh serta

mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi atas kejujuran, keadilan,

keterbukaan dan keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada

akad bermuamalah Islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam Islam.11

Menurut Stanton mendefinisikan pemasaran sebagai suatu sistem

keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan

8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ed. 3 (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 834.

9 Sampurno, Manajemen Pemasaran Farmasi (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2011), 6. 

10 Nur Asnawi, “Ajaran Etika Islam dalam Pemasaran Produk Mura>bah}ah”, Iqtishoduna, Vol. 5,

No. 2 (2011), 7. 

11 Siti Mashnu’ah, “Strategi Pemasaran Produk Fulprotek PT. Asuransi Takaful Keluarga dan

(46)

36

mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan kepada

pembeli.12 Menurut Syakir Sula dan Hermawan pemasaran Islam adalah

bentuk pemasaran yang dijiwai nila-nilai spiritual dalam segala proses dan

transaksinya, sampai pada suatu tingkat ketika semua stakeholder utama

dalam bisnis (pelanggan, karyawan, dan pemegang saham), pemasok,

distributor, dan pesaing memperoleh kebahagiaan.13

Menurut Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, pemasaran Islami

adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses

penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu inisiator kepada

stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad

serta prinsip-prinsip Alquran dan hadis.14 Menurut Kertajaya sebagaimana

dikutip Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, bahwa secara umum

pemasaran Islami adalah strategi bisnis yang memayungi seluruh aktivitas

dalam sebuah perusahaan, meliputi seluruh proses, menciptakan,

menawarkan, pertukaran nilai, dari seorang produsen, atau satu

perusahaan, atau perorangan, yang sesuai dengan ajaran Islam.15

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian etika pemasaran Islam

adalah nilai-nilai atau norma dalam merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pembeli

12 Arie Rachmat Sunjoto, “Strategi Pemasaran Swalayan Pamella dalam Perspektif Islam: Studi

Kasus Swalayan Pamella Yogyakarta Tahun 2010”, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia, Vol. 1, No. 2 (Desember, 2011), 47.

13 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing (Bandung: PT Mizan

Pustaka,2006), 20. 

14 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan Nilai dan

Praktis Syariah dalam Bisnis Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2014), 340. 

(47)

37

dimana semua prosesnya sesuai dengan ajaran Islam sehingga semua

pihak memperoleh kebahagiaan.

2. Konsep pemasaran Islam

Pasar dalam Islam tidak terlepas dari fungsi pasar sebagai wadah bagi

berlangsungnya kegiatan jual beli.16 Keberadaan pasar yang terbuka

memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk ambil bagian dalam

menentukan harga, sehingga harga ditentukan oleh kemampuan riil

masyarakat dalam mengoptimalisasikan faktor produksi yang ada di

dalamnya.17

Pasar syari’ah adalah pasar yang emosional (emotional market)

dimana orang tertarik karena alasan keagamaan bukan karena keuntungan

finansial semata, tidak ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip

muamalah dan mengandung nilai-nilai ibadah, sebagaimana firman Allah

dalam Alquran surah Al-An’am ayat 162:

%

“Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”19

Alquran surah Al-An’am ayat 162 telah menerangkan agar semua

kegiatan manusia didasari karena Allah swt. Pemasaran syariah

merupakan salah satu kegiatan manusia yang menuntut bisnisnya

16 Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013),

201.

17 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Yogyakarta: UII, 2008), 229.  18 Alquran, 6:162. 

(48)

38

didasari keikhlasan mencari ridha Allah swt.20 Pemasaran syariah (syariah

marketing) merupakan upaya penerapan nilai-nilai spiritual dalam setiap

strategi, program, dan nilai yang dijalankan dalam pemasaran.21 Perilaku

Rasulullah saw. menjalankan bisnis di pasar menunjukkan secara nyata

mengenai model spiritual marketing yang dipraktikkan di syariah

marketing. Ada beberapa sifat yang membuat nabi Muhammad saw.

berhasil dalam melakukan bisnis yaitu:22

a. S}idi@q (jujur atau benar) dalam berdagang, Nabi Muhammad saw.

menampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, baik

ketepatan waktu, janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan dan

kekurangan (tidak ditutup-tutupi) yang kemudian diperbaiki secara

terus-menerus, menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu (baik

kepada diri sendiri, teman sejawat, perusahaan, maupun mitra kerja).23

b. Ama@nah (dapat dipercaya), saat menjadi pedagang Nabi Muhammad

saw. mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya, sedikit maupun

banyak, tidak mengambil lebih banyak daripada yang Ia miliki dan

tidak mengurangi hak orang lain baik berupa hasil penjualan, fee, jasa,

atau upah buruh.

20 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing …, xxviii.

21 Arief Yulianto, “Membangun Kemitraan Bank Syariah dengan Pendekatan Shariah

Marketing”, Walisongo, Vol. 19, No. 1 (Mei, 2011), 199.

22 Suindrawati, “Strategi Pemasaran Islami dalam Meningkatkan Penjualan: Studi Kasus di Toko

Jesy Busana Muslim Bapangan Mendenrejo Blora”, (Skripsi--UIN Walisongo, Semarang, 2015), 31. 

23 Mochamad Yunus, “Pengaruh Etika Bisnis Islam dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas

(49)

39

c. Fat}a@nah (cerdas) dalam hal ini cerdik dan bijaksana agar usahanya bisa

lebih efektif dan efisien serta menganalisis situasi persaingan

(competitive setting) dan perubahan-perubahan (change) di masa yang

akan datang.

d. Tabli@gh (transparansi, edukatif, dan komunikatif), seorang marketer harus mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan produk dengan

menarik dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan

kebenaran.

Nabi Muhammad saw. merupakan contoh marketer yang menjaga

hubungan baik dengan pelanggan. Marketer dengan pelanggan harus

sama-sama rela melakukan transaksi dan mendapat hak pembatalan

transaksi. Marketer mencari pelanggan saja tidak cukup, perlu

meningkatkan hubungan dengan pelanggan melalui value yang diberikan

kepada pelanggan sehingga dengan bertambahnya pelayanan, pelanggan

juga akan mengikuti pertambahan tersebut.24

Konsep pada pemasaran Islami yang dilakukan oleh Nabi Muhammad

saw. selalu menjelaskan dengan baik kepada pembeli akan kelebihan dan

kekurangan produk yang dijualnya,25 sebagaimana sabda nabi Muhammad

saw. (HR Muslim, dari Hakim bin Hizam Ra.) ”Dua orang yang berjual

beli masing-masing mempunyai hak pilih (untuk meneruskan jual beli

atau tidak) selama keduanya belum pernah berpisah. Jika keduanya

24 Abdullah Gymnasiar dan Hermawan Kertajaya, Berbisnis dengan Hati (Jakarta: Mark Plus &

CO, 2004), 47. 

25 Retno Susanti, “Obsesi Konsumen dan Etika Pemasaran: Era Baru Pemasaran”, Jurnal Ekonomi

(50)

40

berlaku jujur dan berterus terang menjelaskan (keadaaan barang yang

diperjual belikan), maka keduanya akan mendapat berkat dari jual beli

mereka tetapi jika mereka berdusta dan menyembunyikan cacat,

hilanglah jual beli mereka.”26 Sesuai dengan firman Allah dalam Alquran

surah Al-Ahzab: 70-71:

$pκš‰r'¯≈tƒ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia

telah mendapat kemenangan yang besar.”28

Kejujuran adalah kunci utama dalam perniagaan nabi Muhammad

swt. Kejujuran adalah cara yang termurah walaupun sulit dan langka

ditemukan sekarang. Jika menjual produk dengan segala kelebihan dan

kekuranganya diungkapkan secara jelas, maka produk itu akan terjual dan

juga akan dipercayai oleh konsumen. Mereka akan setia karena merasa

tidak dibohongi dengan ucapan.29

Nabi Muhammad saw. menekankan agar tidak melakukan sumpah

palsu. Dinamakan bersumpah palsu menurut Beliau adalah usaha yang

dilakukan untuk melariskan barang dagangannya lagi dengan cara yang

26 Thorik Gunara dan Utus Hardiono, Marketing Muhammad (Bandung: Madania Prima, 2007),

58.

27 Alquran, 33:70-71. 

28 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan …, 427. 

29 Suindrawati, “Strategi Pemasaran Islami dalam Meningkatkan Penjualan: Studi Kasus di Toko

(51)

41

tercela.30 Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah asy-Syuara@ ayat

181:

“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang

yang merugikan.”32

Islam memaknai marketing yang dilakukan nabi Muhammad swt.

sebagai dakwah, karena pada dasarnya dakwah ini adalah menjual dan

mempromosikan nilai Islam yang meyakini kebenarannya. Dakwah yang

dimaksud yaitu penjualan produk yang sudah Allah berikan kepada

manusia melalui nabi Muhammad swt. Oleh karena itu dalam prosesi

marketing perlu memperhatikan konten, sasaran/segmentasi pasar,

pengemasan, pemasaran/promosi, dan closing/transaksi/kesepakatan.

3. Etika marketer Islam

Ada sembilan etika yang menjadi prinsip-prinsip bagi syariah

marketer dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu:33

a. Memiliki kepribadian spiritual

Seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah,

bahkan saat suasana sibuk dalam aktivitas.34 Kesadaran mengingat

Allah swt. menjadi sebuah kekuatan pemicu dalam segala tindakan.

30 Thorik Gunara dan Utus Hardiono, Marketing Muhammad …, 59.  31 Alquran, 26:181. 

32 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan …, 374. 

33 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing …, 67;

Wira Noer Riadho, “Strategi Pemasaran Pembiayaan Pertanian”, Al-Iqtishad, Vol. 2, No. 1 (Januari, 2010), 71.

34 Abu Lubaba, “Studi Etika Pemasaran Pedagang Pasar Sore Kaliwungu Kendal dalam Perspektif

(52)

42

Misalnya, menghentikan aktivitas bisnisnya saat datang panggilan

salat, demikian dengan kewajiban-kewajiban yang lain.

Alquran menegaskan bahwa setiap tindakan dan transaksi

bisnisnya ditujukan untuk kehidupan yang lebih mulia.35 Umat Islam

diperintahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan nikmat yang

Allah swt. karuniakan melalui jalan yang sebaik-baiknya. Sebagaimana

firman Allah swt. dalam Alquran surah Al-Jumu’ah ayat 9:

$pκš‰r'¯≈tƒ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika

kamu mengetahui.”37

Alquran memerintahkan untuk mencari dan mencapai

prioritas-prioritas yang Allah swt. tentukan di dalam Alquran, misalnya:38

1) Mendahulukan pencarian pahala yang besar dan abadi di akhirat

daripada keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia;

2) Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu

yang secara moral kotor, walaupun mendapat keuntungan yang

lebih besar;

3) Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram.

35 Ibid., 68. 

36 Alquran, 62:9. 

37 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan …, 554. 

Gambar

 Gambar 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis steady-state , ukuran kinerja sistem, dan uji kecocokan distribusi kedatangan dan pelayanan Nasabah dapat diketahui bahwa model sistem antrian

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian Pityriasis v ersikolor pada

Apabila wanita Iban ditanya mengapa tekstil bermotif digunakan dalam ritual/upacara, jawaban yang akan terde Ngar adalah bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang

Toki ohjeistus on suunnattu nimenomaan korjausprosessin sisällä toimiville lääketieteen edustajille, mutta sitä käyttävät myös esimerkiksi trans*ihmiset itse hakiessaan

Perwujudan konsep ini dihadirkan dengan memberikan konsep pusat perbelanjaan (Mall) ke dalam bangunan rumah sakit, sehingga suasana rumah sakit yang dingin dan kaku

masyarakat produktif karena memiliki berbagai macam usaha yang memang benar – benar membutuhkan lembaga keuangan yang mampu mendorong usaha maupun sector ekonomi

Setelah diadakan penelitian pada siklus I masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yaitu dalam menentukan

Dari hasil analisis data yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sangat berarti antara variabel pola asuh yang menuruti terhadap