• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 1 HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE

PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

Relations Additional Milk Feeding With Diarrhea Incidence In Infants Aged 0-6 Months In Public Health Mojolaban Sukoharjo

Darah Ifalahma

Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta

ABSTRACT

Additional milk feeding in infants younger than 6 months can interfere with the baby's digestive function because of digestive function in infants have not formed normally, as a result of milk will be expelled back through the anus and the baby has diarrhea. Preliminary study in Public Health Mojolaban, Sukoharjo which is one of the working area with a prevalence of diarrhea due to high infant additional milk that 47 infants (43.50%) of 108 infants, while others are bacteria that cause diarrhea as many as 34 babies (31.5%) and food allergies or medications as many as 27 infants (25%). The purpose of this study to determine the relationship of additional milk feeding with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months in Public Health Mojolaban, Sukoharjo.

The study design was cross-sectional analytic approach. Samples are mothers who check their babies aged 0-6 months with diarrhea in the health center Mojolaban, Sukoharjo number of 32 respondents. Sampling technique used was accidental sampling. The research instrument was checklist. His analysis using univariate and bivariate with Chi-Square test.

The majority of infants given formula were 21 infants (65.6%) and had diarrhea mild dehydration as many as 18 infants (56.3%). The results obtained by analysis of X2 count 6.596> X2 table 5,991 and 0.037 P-Value <0.05, which indicates there is a correlation additional milk feeding with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months in Public Health Mojolaban, Sukoharjo.

There is a additional milk feeding relationship with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months in Public Health Mojolaban Sukoharjo. Expected for mothers with babies in order not to give additional milk to their infants aged <6 months.

(2)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 2 ABSTRAK

Pemberian susu formula pada bayi usia kurang dari 6 bulan dapat mengganggu fungsi pencernaan bayi karena fungsi pencernaan pada bayi belum terbentuk secara normal, akibatnya susu akan dikeluarkan kembali lewat anus dan bayi mengalami diare. Studi pendahuluan di Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo yang merupakan salah satu wilayah kerja dengan prevelensi kejadian diare akibat susu formula tinggi yaitu 47 bayi (43,50%) dari 108 bayi sedangkan penyebab diare lainnya yaitu bakteri sebanyak 34 bayi (31,5%) dan alergi makanan atau obat sebanyak 27 bayi (25%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo.

Desain penelitian adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian adalah ibu yang memeriksakan bayinya usia 0-6 bulan dengan diare di Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo sejumlah 32 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling. Instrumen penelitiannya adalah ceklist. Analisisnyamenggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square.

Mayoritas bayi diberikan susu formula sebanyak 21 bayi (65,6%) dan mengalami diare dehidrasi ringan sebanyak 18 bayi (56,3%). Hasil analisis diperoleh X2Hitung 6,596 > X2Tabel 5,991dan P-Value 0,037 < 0,05 yang menunjukkan ada hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo.

Ada hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Mojolaban Sukoharjo. Diharapkan bagi ibu yang memiliki bayi agar tidak memberikan susu formula pada bayinya yang berumur < 6 bulan.

Kata kunci: Pemberian susu formula, Kejadian diare, Bayi usia 0-6 bulan PENDAHULUAN

World Health Organization

(WHO) mencatat diare membunuh dua

juta anak di dunia setiap tahun. Data yang disajikan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dari 16.380 anak yang disurvei sebanyak 14% bayi mengalami penyakit diare (Astari, 2012). Data Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah kasus diare pada

bayi masih tinggi yaitu mencapai 40% setiap tahunnya (Kalay, 2012).

(3)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 3 obesitas, bayi yang diberi susu formula

terlalu dini kemungkinan menderita lebih banyak masalah alergi, hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh bayi melawan protein yang terdapat dalam susu formula sehingga gejala-gejala reaksi alergipun akan muncul dan bayi yang diberikan susu formula

cenderung memiliki masalah obesitas hal ini dikarenakan kelebihan air dan komposisi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan Asi, berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mengonsumsi ASI dapat mengatur asupan kalori sesuai dengan kebutuhannnya, kemampuan tersebut menjadi alasan bayi yang mengonsumsi ASI cenderung kurang memiliki masalah obesitas di kemudian hari.

Data yang disajikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng) 2013 menyebutkan bahwa bayi yang diberi susu formula terlalu dini kemungkinan menderita lebih banyak masalah diare, alergi dan

obesitas dengan presentase diare (44,7%), alergi (37,2%) dan obesitas (18,1%), hal ini menunjukkan bahwa

bayi yang diberikan susu formula mayoritas mengalami masalah diare dengan presentase (44,7%).

Di Indonesia presentase pemberian susu formula lebih tinggi dibandingkan pemberian Asi pada bayi. Pemberian susu formula pada bayi usia 0-4 bulan (45%), usia 4-6 bulan (38,3%) dan usia

6-12 bulan (31%) sedangkan pemberian Asi pada usia 0-4 bulan (27,9%), usia 4-6 bulan (14-6,7%) dan usia 4-6-12 bulan (21,6%), dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pemberian susu formula pada bayi masih tergolong tinggi dibandingkan pemberian Asi. Hal tersebut juga sesuai Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, dimana jenis makanan yang paling banyak diberikan pada bayi ialah susu formula (71,3%).

Data profil kesehatan Sukoharjo tahun 2014 Puskesmas Mojolaban merupakan salah satu wilayah kerja yang prevelensi kejadian diare pada bayi tinggi 108 bayi yang terkena diare dari total 281 bayi (38,43%), menurut data

(4)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 4 bayi (31,5%), susu formula sebanyak 47

bayi (43,50%) dan alergi makanan atau obat sebanyak 27 bayi (25%).

Tujuan penelitian mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Mojolaban Sukoharjo.

METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Mojolaban Sukoharjo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik. Penelitian Analitik adalah Peneltian yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar dua variabel secara observasional dimana bentuk hubungan dapat berupa perbedaan, hubungan atau pengaruh (Saryono dan Setiawan, 2011).

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah ibu yang memeriksakan bayinya yang berusia 0-6 bulan dengan diare di Puskesmas Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yaitu sebanyak 32

responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengambilan sampel secara Accidental

sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini menggunakan Cheklist yaitu daftar yang berisi pernyataan atau pertanyaan yang akan diamati dan responden memberikan jawaban dengan memberikan cek (√) sesuai dengan hasilnya yang diinginkan atau peneliti yang memberikan tanda (√) sesuai dengan hasil pengamatan (Hidayat, 2014).

Analisis Univariat adalah analisis data yang digunakan untuk mendeskriptifkan distribusi frekuensi

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini mengguinakan rumus persentase. Analisis Bivariat adalah analisis data yang digunakan untuk untuk melihat hubungan antar variabel Independent

(5)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Responden

Karakteristik mayoritas dari 32 responden diantaranya : karakteristik umur mayoritas responden <20 tahun sebanyak 17 responden (53,1%), karakteristik pendidikan mayoritas responden berpendidikan Dasar (SD/SMP) sebanyak 16 responden (50,0%), karakteristik pekerjaan mayoritas pekerjaan responden sebagai buruh sebanyak 14 responden (43,8%), karakteristik pendapatan mayoritas pendapatan responden ≥1.000.000 sebanyak 17 responden (53,1%), karakteristik Informasi mayoritas

responden tidak diberikan informasi sebanyak 20 responden (62,5%), karakteristik paritas mayoritas responden baru memiliki 1 anak (primipara) sebanyak 18 responden (56,3%), karakteristik umur bayi usia 0-6 yang mengalami diare pada penelitian ini mayoritas bayi berusia 2 bulan yaitu sebanyak 9 bayi (28,1%).

Analisis Univariat

Pemberian Susu Formula

Tabel 1. Distribusi Frekuensi pemberian susu formula pada bayi Usia 0-6 bulan

No Susu

Formula Frekuensi

Prosentase (100%)

1. Diberikan 21 65,6 2. Tidak

diberikan

11 34,4

Jumlah 32 100

Berdasarkan data pada tabel 1 menunjukkan mayoritas bayi diberikan susu formula sebanyak 21 bayi (65,6%).

Kejadian Diare

Tabel 2. Distribusi Frekuensi kejadian diare pada bayi

No Diare berdasarkan

derajat dehidrasi

Frekuensi Prosentase (%)

1

2

3

Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan Dehidrasi

Berat

13

18

1

40,6

56,3

3,1

Jumlah 32 100

(6)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 6 Analisis Bivariat

Tabel 3. Hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi

Pemberian Susu Formula

Diare Berdasarkan Derajat Dehidrasi Total Tanpa Dehidra si Dehidra si Ringan Dehidra si Berat Diberikan Tidak Diberikan 6 28,6%) 7 (63,6%) 15 (71,4%) 3 (27,3) 0 (0,0%) 1 (9,1%) 21 (65,6%) 11 (34,4%)

Total 13

(40,6%) 18 (56,3%)

1 (3,1%) 32 (100%)

X2hitung p-Value KK

6,596 0,037 0,413

Dari data tabel 3 dapat diketahui bahwa mayoritas bayi diberikan susu formula dan mengalami diare dengan dehidrasi ringan yaitu sebanyak 15 bayi

(71,4%) sedangkan bayi yang tidak diberikan susu formula dan mengalami diare tanpa dehidrasi sebanyak 7 bayi (63,6%).

Berdasarkan hasil analisis diperoleh X2hitung (6,596) > X2tabel (5,991) dan p-Value = (0,037) < 0,05 yang berarti ada hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil uji

statistik hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan didapatkan koefisien kontingensi (KK) = 0,413 yang berarti mempunyai hubungan dengan kategori cukup kuat.

Bahasan

Pemberian Susu Formula

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 32 bayi, terdapat bayi yang diberikan susu formula sebanyak 21 bayi (65,6%) dan bayi yang tidak diberikan susu formula sebanyak 11 bayi (34,4%).

Susu formula merupakan susu

komersil yang dijual dipasar atau ditoko, biasanya terbuat dari susu sapi atau susu kedelai yang susunan nutrisinya diubah

sedemikian rupa sehingga dapat diberikan pada bayi dengan komposisinya yang disesuaikan mendekati komposisi asi serta biasanya diberikan didalam botol (Khasanah, 2011).

(7)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 7 21 bayi (65,6%). Hal tersebut

disebabkan faktor pendidikan dan paritas.

Kejadian Diare

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 32 bayi, terdapat bayi yang mengalami diare tanpa dehidrasi sebanyak 13 bayi (40,6%), diare dengan dehidrasi ringan sebanyak 18 bayi (56,3%) dan diare dengan dehidrasi berat 1 bayi (3,1%).

Diare adalah pengeluaran kotoran (tinja) dengan frekuensi yang meningkat ( tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan

perubahan tinja menjadi lembek atau cair, dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja dan menurut derajat dehidrasinya diklasifikasikan menjadi 3 yaitu diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan serta diare dehidrasi berat (Wijoyo, 2013).

Hasil Penelitian dari 32 bayi dapat disimpulkan bahwa mayoritas bayi di Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo adalah mengalami diare dengan dehidrasi ringan yaitu sejumlah 18 bayi (56,3%). Hal tersebut dapat disebabkan

karena faktor informasi dan umur responden

Analisis Bivariat

Berdasarkan tabel 3 Hasil analisis diperoleh X2hitung 6,596 > X2tabel 5,991 dan p-Value = 0,037 < 0,05 yang berarti ada hubungan pemberian susu formula

dengan kejadian diare pada bayi yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Selanjutnya, Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan dengan koefisien kontingensi (KK) = 0,413 yang berarti mempunyai hubungan dengan kategori cukup kuat.

Pemberian susu formula sebelum berumur kurang dari 6 bulan membuat pencernaan bayi sulit mencerna dikarenakan fungsi pencernaan dan imun bayi belum terbentuk secara sempurna jadi apabila ada asupan makanan yang terlalu kental atau encer dapat membuat usus bayi sulit mencerna, akibatnya susu akan

(8)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 8 Selain fungsi pencernaan bayi

yang belum terbentuk secara sempurna pada usia < 6 bulan yang bisa menyebabkan diare, terdapat faktor lain yaitu didalam susu formula tidak mengandung antibody yang dapat melindungi tubuh bayi dari infeksi, akhirnya bayi dengan mudah mengalami infeksi seperti diare, dalam berbagai penelitian juga menyebutkan bahwa bayi yang diberikan susu formula sering mengalami gangguan pencernaan seperti diare 3 sampai 5 kali lebih sering. (Maryunani, 2010).

Hal ini sesuai penelitian yang pernah

dilakukan oleh Astari (2013) dengan judul

Hubungan antara pemberian susu formula

dengan kejadian diare pada anak usia 0-6

bulan di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang yang menyebutkan bahwa bayi

yang diberi susu formula mengalami

kesakitan diare 10 kali lebih banyak yang

menyebabkan angka kematian bayi juga 10

kali lebih banyak serta bayi yang diberikan

susu formula memiliki kemungkinan

meninggal dunia pada bulan pertama

kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih

tinggi daripada bayi yang disusui ibunya

secara eksklusif. Pada penelitian Astari

menunjukan responden yang memberikan

susu formula pada bayinya yang berusia <6

bulan dan mengalami diare sebanyak 25

bayi (60,97%) sedangkan yang tidak

diberikan susu formula dan mengalami diare

sebanyak 16 bayi (39,02%). Pada penelitian

tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas

bayi diberikan susu formula dan mengalami

diare sebanyak 25 bayi (60,97%).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Mayoritas bayi usia 0-6 bulan di

Puskesmas Mojolaban Sukoharjo diberikan susu formula.

2. Mayoritas bayi usia 0-6 bulan di

Puskesmas Mojolaban Sukoharjo mengalami diare dehidrasi ringan. 3. Terdapat hubungan pemberian susu

formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan dengan keeratan hubungan dalam kategori cukup kuat.

Saran

1. Bagi Responden

(9)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 9 bayi untuk tidak memberikan susu

formula pada bayinya. 2. Bagi Petugas Kesehatan

Sebaiknya tenaga kesehatan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang dampak pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi, sehingga

mampu menekan angka kejadian diare.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebaiknya Institusi pendidikan menambah pustaka dan referensi di institusi khususnya tentang pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya Peneliti Selanjutnya meningkatkan wawasan penelitian seperti menambah variabel pada penelitian tentang pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan dan sebagai referensi peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Astari, N. Hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare

pada bayi usia 0-6 bulan

diwilayah kerja puskesmas

mangkang. 2013. Didapat dari: http://eprints.undip.ac.id/41792/1/ 535_NURIZA_ASTARI_G2C006 039.pdf.pdf.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil susu formula. 2013. Didapat dari:http://www.dinkesjatengprov. go.id/dokumen/profil/susu/formula /pprofil/2013.htm

Hidayat, AA. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta; 2014. h.62, 86-8, 91.

Kalay, H. Hubungan antar tindakanpemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi Usia 0-6 bulan diwilayah kerja puskesmas ranotana weru kota manado. 2012. Didapat dari: http://fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/

uploads/2012/10/Hertina-Kalay.pdf

Khasanah, A. Asi atau susu formula. Yogyakarta: FlashBooks; 2011. h.185-6, 213-8.

Maryunani, A. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: Trans Info Media; 2010. h.22, 24-5.

(10)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 10 Riset Kesehatan Dasar. Pokok-pokok

hasil riskesdas susu formula.2013.

Didapat dari:

http://www.depkes.go.id/resources /download/general/pokok2%20has il%20riskesdas%%susu%formula %2013.pdf

Saryono dan Setiawan. Metodologi penelitian kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h.84, 86, 88, 100-1, 127.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi pemberian susu formula pada bayi Usia 0-6 bulan

Referensi

Dokumen terkait

Bagi orang Melayu di Rokan Hulu tidak ada individu yang berdiri sendiri, keberadaannya selalu terkait dengan keluarga, keluarga besar dan suku. Adat mengatur

Pengadaan ini dilaksanakan menggunakan Sistem Aplikasi Full E-Procurement, peserta dapat mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pada alamat website

Berdasarkan temuan-temuan sebe- lumnya, peneliti menduga bahwa individu yang terbiasa menyebut diri dengan na- ma, saat refleksi diri menggunakan nama menilai pemicu stres

Ada beberapa hal yang perlu dikaji secara mendalam sebelum mengimplementasikan program konsorsium repositori institusional, yaitu: politik kebijakan masing-masing universitas

Implikasi Yuridis terhadap istri dari perkawinan kedua/ketiga/keempat Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pria yang tidak dicatatkan ditinjau dari Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974

Sebagian besar dimensi saluran drainase eksisting di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang masih mampu menerina limpasan air hujan, namun kondisi fisiknya

Setelah mengetahui apa saja metode-metode sistem drainase berkelanjutan di negara- negara maju dan metode yang telah dikembangkan di Indonesia khususnya di Kota Bandung

a) Hasil pengujian berdasarkan pada analisis perancangan sistem telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut terbukti dengan dapat berjalannya seluruh proses