• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: information system utilization, adaptation, infusion, performance Abstrak - 070 MEDIASI INFUSI SISTEM INFORMASI ATAS PENGARUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keywords: information system utilization, adaptation, infusion, performance Abstrak - 070 MEDIASI INFUSI SISTEM INFORMASI ATAS PENGARUH"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIASI INFUSI SISTEM INFORMASI ATAS PENGARUH PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI TERHADAP KINERJA

PENGGUNA ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) WIDI ASNITA SIGALOTANG

Dinas Pendapatan Kota Makassar GRACE T. PONTOH

R.A. DAMAYANTI Universitas Hasanuddin

Abstract

Today’s era information, utilization and infusion of information system is used deeply for improving individual performance in organization. This research to examine and analyze impact of: 1) behaviour of problem focused and emotion focused adaptation on infusion of information system; 2) utilization of information system to infusion of information system; 3) infusion on performance of information system users; and 4) mediating infusion of information system on impact of information system utilization on performance of information system users. This research draws on IT Appropriation, Level of Infusion, and its Link with Individual Performance by Beaudry and Pinsonneault (2000). This research took place at office of PT PLN, a state-owned electricity company for area South, West, and South East Sulawesi located in Makassar city. Data collection using survey with questionnaires to users of Enterprise Resource Planning (ERP) system.The questionnaires was completed by 101 users and data analyzed with structural equation modeling using partial least square (PLS) Ver 2.0. The research result indicates behavior of problem focused and emotion adaptation has the positive and significant impact on infusion of information system, utilization of information system has the positive and significant impact on infusion of information system, and infusion of information system has the positive impact on performance. The result support infusion of information system mediate the relationship between information system utilization and users performance of information system.

Keywords: information system utilization, adaptation, infusion, performance

Abstrak

(2)

sistem ERP dan data dianalisis dengan pendekatan structural equation modeling menggunakan partial least square (PLS) Ver 2.0. Hasil penelitian menunjukkan perilaku adaptasi berfokus masalah dan adaptasi berfokus emosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi, pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi, dan infusi sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengguna sistem informasi. Hasil penelitian ini mendukung infusi sistem informasi memediasi pemanfaatan sistem informasi untuk meningkatkan kinerja pengguna sistem informasi.

(3)

1. Pendahuluan

Peran sistem informasi dalam mendukung keunggulan kompetitif organisasi

menjadi topik yang banyak diteliti saat ini (Zaied, 2012). Konsekuensi positif yang

diharapkan dari pemanfaatan sistem informasi adalah dampaknya terhadap kinerja

individual. Namun, penelitian-penelitian empiris belum menunjukkan hasil yang

konsisten (Beaudry dan Pinsonneault, 2000). Beberapa penelitian menemukan

pemanfaatan teknologi informasi berdampak positif terhadap peningkatan kinerja

individu (Davis et al., 1989; Thompson et al., 1991; Goodhue dan Thompson, 1995,

Chang et al., 2011), sementara penelitian lainnya menemukan pemanfaatan sistem

informasi tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja (Igbaria et al., 2000;

Lucas dan Spitler, 1999; Fung Jin, 2003). Brynjolfsson (1993) mengajukan beberapa

penjelasan akan perbedaan hasil ini, yaitu kemungkinan adanya variabel intervensi yang

bekerja di antara pemanfaatan sistem dengan kinerja. Cooper dan Zmud (1990)

menyatakan bahwa variabel yang mungkin dapat memediasi hubungan antara

pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja adalah infusi teknologi informasi yang

didefinisikan sebagai tingkat melekatnya teknologi informasi ke dalam sistem kerja

pengguna sistem informasi.

Beaudry dan Pinsonneault (2000) menggunakan teori coping yang dikemukakan

oleh Folkman dan Lazarus (1980) sebagai dasar yang menghubungkan apropriasi dan

infusi teknologi informasi dalam sebuah rerangka kerja konseptual yang baru, hubungan

apropriasi dan infusi teknologi informasi dalam pemanfaatan teknologi informasi, dan

dampaknya terhadap kinerja individual. Dalam hal ini, apropriasi teknologi informasi

didefinisikan sebagai proses coping yang bertujuan meningkatkan derajat infusi

teknologi informasi yang didefinisikan sebagai tingkat integrasi teknologi informasi ke

dalam sistem kerja, kebiasaan, dan kompetensi pengguna.

Penelitian ini untuk menguji secara empiris pengaruh pemanfaatan sistem

informasi terhadap peningkatan kinerja individu dengan infusi sistem informasi sebagai

variabel intervening berdasarkan rerangka kerja Beadury dan Pinsonneault (2000) yang

menghubungkan proses apropriasi teknologi informasi dalam pemanfaatan teknologi

informasi yang berdampak pada level infusi teknologi informasi. Berfokus pada

perilaku adaptasi teknologi informasi pada level individu, Fadel (2011) melakukan

penelitian empiris untuk menguji perilaku adaptasi pengguna sistem informasi yang

(4)

berdasarkan model penyelesaian masalah adaptasi pemakai (coping model of user

adaptation atau CMUA).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang sistem

informasi yang dapat menghasilkan model pemanfaatan sistem informasi yang

memengaruhi kinerja pengguna sistem informasi melalui infusi sistem informasi. Bagi

para praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengguna sistem informasi maupun organisasi dalam melakukan proses adaptasi

terhadap sistem informasi yang baru diterapkan agar manfaat maksimal dari penerapan

sistem informasi yang baru dapat diperoleh. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberi kontribusi bagi perusahaan atau organisasi dalam menerapkan kebijakan

khususnya berkaitan dengan penerapan sistem teknologi informasi.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Pemanfaatan Sistem Informasi

Pemanfaatan teknologi menunjukkan keputusan individu untuk menggunakan atau

tidak menggunakan teknologi dalam menyelesaikan serangkaian tugasnya (Dishaw et

al., 2002). Model perilaku pemanfaatan yang paling sering digunakan dalam

menganalisis perilaku pengguna dalam memanfaatkan teknologi informasi adalah

Technology Acceptance Model (TAM) yang dikemukakan oleh Davis (1989),

Task-Technology Fit Model (TTF) yang dikemukakan oleh Goodhue (1995), serta sejumlah

konstruk yang diajukan untuk membantu menjelaskan pilihan pengguna memanfaatkan

sistem informasi contohnya computer self efficacy (Compeau dan Higgins, 1995).

Doll dan Torkadezh (1998) membangun suatu instrumen untuk mengukur

penggunaan berdasarkan pada dampak dari penggunaan, ketimbang berdasarkan

frekuensi atau durasi penggunaan. Ukuran-ukuran pemanfaatan terhadap pemanfaatan

sistem informasi secara umum mengaplikasikan pengukuran yang sama, yaitu fitur-fitur

yang digunakan, dukungan tugas, luasnya pemanfaatan, menggunakan atau tidak

menggunakan, pemanfaatan tinggi atau rendah, frekuensi pemanfaatan, dan durasi.

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh

pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya. Thompson et al. (1991;

1994), Davis et al. (1989) mengukur pemanfaatan sistem informasi berdasarkan

intensitas pemanfaatan, frekuensi pemanfaatan, dan jumlah aplikasi atau perangkat

(5)

Coping Theory

Penyelesaian masalah (coping) berhubungan dengan tindakan-tindakan adaptasi

yang dilakukan oleh individual dalam merespon ke peristiwa-peristiwa pengganggu

yang terjadi di lingkungannya (Jogiyanto, 2007:353). Folkman dan Lazarus (1980)

mendefinisikan coping sebagai usaha-usaha kognitif dan perilaku adaptasi yang

digunakan untuk mengelola permintaan-permintaan eksternal dan atau internal spesifik

yang dinilai melebihi sumber-sumber daya dari orang tersebut.

Perilaku Adaptasi

Adaptasi pemakai didefinisikan sebagai suatu penyelesaian masalah (coping),

dengan demikian dapat dipelajari aneka macam respon dari pemakai termasuk cara

pemakai mengembalikan kestabilan emosinya, memodifikasi tugas-tugas, menginvestasi

kembali, dan mengadaptasi teknologi, atau bahkan menolaknya (Jogiyanto, 2007:356).

Lazarus dan Folkman (1984) membagi coping ke dalam dua bagian yaitu

problem-focused coping (adaptasi berfokus masalah) dan emotion-focused coping (adaptasi

berfokus emosi). Adaptasi berfokus masalah mengarah pada penyelesaian masalah,

seperti mencari informasi mengenai suatu masalah, mengumpulkan solusi yang dapat

dijadikan alternatif, memilih alternatif, dan menjalankan alternatif yang dipilih.

Adaptasi berfokus emosi merupakan sekumpulan proses kognitif yang diarahkan untuk

mengurangi penderitaan emosional dan mencakup strategi seperti menghindari,

meminimalisir, menjaga jarak, perbandingan positif, dan mencari nilai positif dari

sebuah peristiwa negatif.

Dalam konteks ini, tindakan berfokus masalah (problem focused acts) termasuk

seluruh perilaku yang terjadi dalam upaya untuk mengubah teknologi itu sendiri dan

prosedur-prosedur pemanfaatannya maupun untuk mengadaptasi sistem kerja tersebut

(tugas-tugas, prosedur operasional, dan kebutuhan fungsional) terhadap TI baru.

Adaptasi berfokus emosi (emotion focused acts) berorientasi pada diri sendiri dan tujuan

personal untuk mengubah persepsi dalam menghadapi konsekuensi kejadian sistem

informasi atau mengurangi ketegangan-ketegangan emosional. Kedua jenis tindakan

coping ini akan mengarahkan pada peningkatan level infusi IT (Beaudry dan

Pinsonneault, 2000).

Infusi Sistem Informasi

Infusi sistem informasi didefinisikan sebagai “peningkatan efektivitas organisasi

yang diperoleh melalui pemanfaatan aplikasi teknologi informasi secara penuh”

(6)

(Eder dan Igbaria, 2001), serta melekatnya aplikasi teknologi informasi secara

mendalam dan komprehensif dalam sistem kerja organisasi ataupun individual (Saga

dan Zmud, 1994). Menurut Fadel (2011) yang pokok dari definisi ini adalah 1)

teknologi dapat diintegrasikan pada berbagai tingkatan oleh organisasi dan individual,

dan 2) manfaat yang diperoleh dari teknologi oleh organisasi dan individual tergantung

pada tingkatan integrasi ini. Hasil dari proses infusi ini adalah pemanfaatan seluruh

potensi yang ada dalam aplikasi teknologi informasi secara penuh (Cooper dan Zmud,

1990). Dalam tahapan tersebut, infusi merupakan tahap terakhir pada seluruh tahap

implementasi TI. Dengan demikian, infusi merupakan tahap pemanfaatan teknologi

informasi paling tinggi karena dimanfaatkannya seluruh aplikasi teknologi informasi

untuk mendukung penyelesaian tugas dan pekerjaan individu dalam organisasi.

Beaudry dan Pinsonneault (2000) mengajukan model (gambar 1) yang mengkaji

apropriasi teknologi informasi dan infusi teknologi informasi untuk memberikan

pemahaman yang lebih baik mengenai cara pemanfaatan teknologi informasi dan

hubungannya terhadap kinerja individual. Proses apropriasi teknologi informasi akan

mendorong ke arah level infusi yang lebih tinggi. Dengan demikian level infusi

mengintervensi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja

individual. Semakin tinggi level infusi teknologi informasi akan berhubungan dengan

peningkatan kinerja (Beaudry dan Pinsonneault, 2000).

Gambar 1 Model hubungan apropriasi teknologi informasi, level infusi, dan

hubungannya dengan kinerja individual

IT Appropriation, Level of Infusion, and its Link with Individual Performance

Sumber: Beaudry dan Pinsonneault (2000)

(7)

Kinerja

Goodhue dan Thompson (1995) menyatakan bahwa kinerja yang dihasilkan oleh

faktor kesesuaian tugas teknologi berimplikasi pada efisiensi, efektivitas, dan kualitas

yang lebih tinggi terhadap pemanfaatan teknologi, serta implikasi kinerja yang lebih

baik pada sistem informasi. Kinerja yang lebih baik tersebut tercapai karena dapat

memenuhi kebutuhan individual dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Model rantai tekonologi kinerja yang diajukan oleh Goodhue dan Thompson (1995),

teknologi informasi memiliki dampak positif terhadap kinerja individual jika teknologi

tersebut dimanfaatkan (utilized) dan teknologi memiliki kesesuaian dengan serangkaian

tugas yang ada. Kinerja yang lebih baik tercapai karena dapat memenuhi kebutuhan

individual dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

2.1. Pengaruh Adaptasi Berfokus Masalah terhadap Infusi Sistem Informasi

Adaptasi berfokus masalah diarahkan pada penanganan isu-isu yang berhubungan

dengan kegiatan teknologi informasi secara langsung dengan cara mengadaptasi diri

sendiri, mengadaptasi pekerjaannya, dan mengadaptasi sistem. Mengadaptasi diri

sendiri dilakukan dengan merubah kebiasaan-kebiasaan personal untuk menyesuaikan

dirinya ke lingkungan teknologinya (Orlikowski 1996; Tyre dan Orlikowski, 1994),

mempelajari keahlian-keahlian baru (Tyre dan Orlikowski, 1994), dan memperbaiki

komitmen kerja (Majchrzak dan Cotton, 1988). Mengadaptasi pekerjaan dengan

memodifikasi prosedur-prosedur dan pekerjaan-pekerjaan rutin (Tyre dan Orlikowski,

1996). CMUA (Beaudry dan Pinsonneault, 2005) menyatakan bahwa perilaku adaptasi

akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas individual dengan menggunakan sistem

informasi dalam cara yang lebih produktif. Dalam konsep infusi sistem informasi

pengguna sistem informasi akan mengubah lingkungannya untuk mengintegrasikan

secara penuh fitur-fitur teknologi ke dalam tugas-tugas rutin yang akan berdampak

positif terhadap level infusi sistem informasi (Fadel, 2011). Berdasarkan uraian tersebut,

penelitian ini mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut:

H1.Perilaku adaptasi berfokus masalah berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi.

2.2. Pengaruh Adaptasi Berfokus Emosi terhadap Infusi Sistem Informasi

Adaptasi berfokus emosi diorientasikan menuju ke diri sendiri dan mengarah ke

perubahan persepsi seseorang akibat konsekuensi-konsekuensi dari kejadian teknologi

informasi atau untuk mengurangi ketegangan emosional (Jogiyanto, 2007:368).

(8)

emosi terhadap lingkungan kerja baru sistem informasi akan dapat mengintegrasi sistem

informasi yang dapat meningkatkan level infusi sistem informasi. Berdasarkan uraian

tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis kedua:

H2. Perilaku adaptasi berfokus emosi berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi.

2.3. Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi terhadap Infusi Sistem Informasi

Pemanfaatan teknologi menunjukkan keputusan individu untuk menggunakan atau

tidak menggunakan teknologi dalam menyelesaikan serangkaian tugasnya. Konsep

pemanfaatan tersebut mencerminkan pilihan individu (atau organisasi) untuk menerima

sistem, atau institusionalisasi sistem yang diukur dengan intensitas dan frekuensi

pemanfaatan sistem informasi oleh pengguna (Goodhue dan Thompson, 1995).

Infusi sistem informasi dimungkinkan terjadi jika pengguna memanfaatkan

teknologi informasi secara mendalam dan menyeluruh sampai pada sistem tersebut

terintegrasi pada pekerjaan rutin pengguna dan proses bisnis yang ada (Cooper dan

Zmud, 1990; Eder dan Igbaria, 2001). Fadel (2011) mengemukakan dalam level

individual, infusi sistem dikonseptualisasikan sebagai tingkat pemanfaatan sistem

informasi oleh pengguna secara penuh terhadap fitur-fitur yang ditawarkan oleh sistem

atau derajat pemanfaatan sistem secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H3. Pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi.

2.4. Pengaruh Infusi Sistem Informasi terhadap Kinerja Pengguna Sistem Informasi

Infusi sistem informasi telah didefinisikan sebagai tingkat aplikasi teknologi

informasi yang melekat secara mendalam dan secara luas dalam sistem kerja seseorang

maupun dalam organisasi (Cooper dan Zmud, 1990; Eder dan Igbaria, 2001; Saga dan

Zmud, 1994; Zmud dan Apple, 1992). Berdasarkan teori coping, Beaudry dan

Pinsonneault (2000) mengajukan model hubungan antara apropriasi teknologi informasi

sebagai proses coping antara teknologi informasi, pengguna, dan sistem kerja. Beaudry

dan Pinsonneault (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat infusi teknologi

informasi berhubungan dengan kinerja pengguna yang meningkat. Berdasarkan uraian

tersebut, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

(9)

2.5. Mediasi infusi sistem informasi atas pengaruh pemanfaatan sistem informasi

terhadap kinerja pengguna sistem informasi

Konsekuensi positif yang diharapkan dari pemanfaatan teknologi informasi adalah

dampaknya terhadap kinerja individual. Namun, penelitian-penelitian empiris belum

menunjukkan hasil yang konsisten (Beaudry dan Pinsonneault, 2000). Cooper dan

Zmud (1990) menyatakan bahwa variabel yang mungkin dapat memediasi hubungan

antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja adalah infusi teknologi

informasi yang didefinisikan sebagai tingkat melekatnya teknologi informasi ke dalam

sistem kerja pengguna sistem informasi. Berdasarkan pada teori coping, Beaudry dan

Pinsonneault (2000) mengajukan model yang menghubungkan apropriasi teknologi

informasi, pemanfaatan sistem, infusi teknologi informasi, dan kinerja pengguna.

Menurut Beaudry dan Pinsonneault (2000) proses appropriasi teknologi informasi

mengarah pada peningkatan level infusi teknologi informasi. Level infusi

mengintervensi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja

individual. Berdasarkan model tersebut terlihat semakin tinggi level infusi teknologi

informasi akan meningkatkan kinerja pengguna sistem informasi. Berdasarkan uraian

tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut

H5. Infusi sistem informasi memediasi pemanfaatan sistem Informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi.

Berdasarkan kelima hipotesis yang dirumuskan maka model penelitian digambarkan

seperti yang terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Model Penelitian

H1

H3 H4

H4

H5 Adaptasi berfokus

masalah

Pemanfaatan sistem informasi

Kinerja Infusi sistem

informasi

(10)

3. Metode Penelitian

3.1. Populasi dan Metode Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna sistem ERP pada Perusahaan Listrik

Negara wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Total pengguna sistem ERP

sebanyak 208 pengguna dengan jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

Pengambilan data dilakukan secara sensus yaitu prosedur pengambilan dan pencatatan

informasi mengenai karakteristik anggota secara langsung dari suatu populasi tertentu.

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah manajer maupun staf yang

memanfaatkan sistem ERP yang baru diterapkan dalam organisasi.

Pengumpulan data dilakukan melalui survey dengan menyebar kuisioner yang

diantar sendiri maupun melalui email yang dikirim kepada manajer dan staf yang

memanfaatkan sistem ERP. Kuisioner ini berisi daftar pertanyaan terstruktur yang

ditujukan kepada responden dengan maksud untuk memeroleh informasi tertulis yang

berkaitan dengan pemanfaatan sistem informasi, adaptasi sistem informasi, infusi sistem

informasi dan kinerja pengguna sistem informasi.

3.2. Definisi Operasional Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemanfaatan sistem informasi, adaptasi

berfokus masalah dan adaptasi berfokus emosi. Definisi operasional dari variabel

independen tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. pemanfaatan sistem informasi adalah perilaku pemanfaatan sistem informasi dengan

indikator intensitas penggunaan sistem dan frekuensi pemanfaatan sistem yang

terdiri dari dua pertanyaan dengan menggunakan skala rasio;

b. adaptasi berfokus masalah adalah perilaku pengguna dalam mengadaptasi sistem

atau teknologi baru dengan berfokus pada masalah. Dimensi adaptasi berfokus

masalah menggunakan dua konstruk yaitu mengadaptasi diri sendiri dan

mengadaptasi pekerjaan dengan cara mengkomunikasikan pada rekan kerja dan

bagian IT cara menjalankan sistem ERP, mencari cara untuk memperoleh

pengetahuan sistem ERP, mengkaji beberapa sumber informasi, mengonsultasikan

dokumen pendukung sistem, mengikuti pelatihan sistem 10 pertanyaan

menggunakan skala likert dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.; dan

c. adaptasi berfokus emosi adalah perilaku penguna dalam mengadaptasi sistem atau

teknologi baru dengan berfokus pada emosi. Dimensi adaptasi berfokus emosi

(11)

keluarga, maupun atasan serta penilaian kembali yang positif dengan 7 pertanyaan

menggunakan skala likert dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.

Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah infusi sistem informasi dan kinerja.

Infusi sistem informasi juga merupakan variabel intervening. Variabel intervening

adalah variabel yang secara teori memengaruhi fenomena yang diobservasi (variabel

dependen), yang efeknya harus diinferensi melalui efek hubungan antara variabel

independen dengan fenomenanya (variabel dependennya) (Jogiyanto, 2004:154).

Variabel ini juga memediasi (mengintervensi) hubungan kausal variabel independen ke

variabel dependen. Berikut definisi operasional dari variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini:

a. infusi sistem informasi adalah tingkat aplikasi sistem informasi yang melekat secara

mendalam dan secara luas dalam sistem kerja seseorang maupun dalam organisasi.

Variabel ini diukur melalui indikator penggunaan sistem secara penuh, penggunaan

seluruh kemampuan sistem mendukung pekerjaan, dan integrasi sistem ke dalam

pekerjaan pada level tertinggi dengan 4 pertanyaan menggunakan skala likert.

b. kinerja adalah manfaat (net benefit) yang dirasakan oleh pengguna sistem jika

sistem informasi berkontribusi terhadap individu misalnya dalam hal peningkatan

kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan

efektivitas. Variabel ini diukur menggunakan indikator sistem berdampak positif

terhadap peningkatan efektivitas dan produktivitas, serta sistem dirasakan memberi

bantuan yang penting dan bernilai dalam melaksanakan pekerjaan. Variabel ini

diukur menggunakan 2 pertanyaan menggunakan skala likert.

3.3. Teknik Analisis Data

Analisis keterkaitan antara berbagai variabel dilakukan dengan pendekatan uji

statistik berupa uji statistik dengan pendekatan structural equation modeling (SEM).

Dalam penelitian ini analisis data akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Partial Least Square (PLS). PLS merupakan bagian atau alternatif dari SEM. PLS

adalah salah satu metoda statistik SEM berbasis varian yang didesain untuk

menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik data, seperti

ukuran sampel penelitian kecil, adanya data yang hilang dan multikolinearitas

(Jogiyanto dan Abdillah, 2009:11).

Pada pengujian efek mediasi, ouput parameter uji signifikansi dilihat pada tabel total

(12)

dilakukan pengujian efek langsung variabel independen ke variabel dependen, tetapi

juga hubungan tidak langsung antara variabel independen dengan variabel dependen

melalui variabel mediasi. Karena itu total effect digunakan untuk melihat efek total

prediksi (direct dan indirect effect) (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:120).

4. Hasil Penelitian

4.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan data penelitian yang sudah dikumpulkan, maka diperoleh data

mengenai jumlah kuesioner yang disebar. Kuesioner yang dikirim kepada responden

sebanyak 208 kuesioner yang disebarkan secara langsung maupun dikirim melalui

alamat email pengguna sistem ERP. Kuesioner yang kembali sebanyak 103 eksemplar

artinya tingkat pengembalian kuesioner sebesar 49,51%. Kuesioner yang tidak kembali

sebanyak 105 kuesioner. Kuesioner yang tidak diisi secara lengkap sebanyak 2

kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam analisis model penelitian sebanyak 101

kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan pengalaman menggunakan

komputer diketahui bahwa sebagian besar telah memiliki pengalaman menggunakan

komputer rata-rata cukup lama yang ditunjukkan dengan jumlah responden terbanyak

adalah responden dengan pengalaman menggunakan komputer 16-20 tahun sebanyak 34

orang atau 33,67%. Hasil penelitian berdasarkan jabatan responden menunjukkan

bahwa pengisian kuesioner pada posisi staf sebanyak 74 orang atau 73,26%, posisi

superviser sebanyak 21 orang atau 20,80%, dan posisi manajer sebanyak 6 orang atau

5,94%.

4.2. Uji Kualitas Data

Uji Validitas dan Realibilitas Kontsruk

Pengujian validitas konstruk secara umum dapat diukur dengan parameter skor

loading di model penelitian (Rule of Thumbs > 0,7) dan menggunakan parameter AVE,

communality, akar AVE dan Redudancy. Skor AVE harus > 0,5, communality > 0,5,

dan Redudancy mendekati 1 (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:79-80). Parameter uji

validitas konvergen dilihat dari skor AVE dan Communality, masing-masing harus

bernilai di atas 0,5 (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:80). Berikut hasil output uji

konvergen dengan Partial Least Square menggunakan SmartPLS ver 2.0 M3. Hasil uji

validitas menunjukkan kelima variabel dalam penelitian ini valid.

Teknik statistik yang akan digunakan untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini

(13)

(Jogiyanto, 2009:61). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai Cronbach’s Alpha>0,70 (Hair et al. 2006) dalam Jogiyanto dan Abdillah

(2009:62). Selain Cronbach’s Alpha > 0,70, nilai composite reliability harus > 0,70

(Jogiyanto dan Abdillah, 2009:81). Hasil uji reliabilitas pada setiap variabel dapat

dilihat pada hasil perhitungan pada tabel 1 yang semuanya menunjukkan variabel

penelitian ini reliabel.

Tabel 1. AVE, Communality, Composite Reliability, dan Cronbach Alpha

Variabel AVE Communali

ty

Infusi Sistem Informasi (ISI) 0,554 8

0,5548 0,8310 0,7278

Kinerja (K) 0,774

9

0,7749 0,8731 0,7118

Sumber: hasil olah data, 2013

4.3. Pengujian Hipotesis

Untuk menilai signifikansi model prediksi dalam pengujian struktur model dapat

dilihat dari nilai T-statisic antara variabel independen ke variabel dependen dapat dilihat

dalam tabel 2 Total efek pada output SmartPLS. Kelima variabel yang dimasukkan

dalam model struktural (tabel 2) menunjukkan bahwa variabel adaptasi berfokus

masalah (ABM), adaptasi berfokus emosi (ABE), pemanfaatan sistem informasi (PSI)

memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap variabel infusi sistem informasi

(ISI). Berdasarkan nilai koefisien beta dan nilai T-statistik di atas, maka hasil uji untuk

masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Total efek pada pengujian model struktur

Variabel Original

(14)

Pengajuan hipotesis 1 sebagaimana yang dinyatakan dalam hipotesis 1 yaitu

perilaku adaptasi berfokus masalah berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi

terdukung dan signifikan dengan nilai koefisien beta sebesar 0.1578 dengan T-statistik

2.5059 > t-tabel 1,64. Hipotesis 2 yang dinyatakan yaitu perilaku adaptasi berfokus

emosi berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi diterima dan signifikan

dengan nilai koefisien beta sebesar 0.3115 dengan T-statistik 5.3101 > t-tabel 1,64.

Hipotesis 3 untuk menguji pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap infusi

sistem informasi, menunjukkan bahwa pemanfaatan sistem informasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi dengan nilai koefisien beta

sebesar 0.5556 dengan T-statistik 7.3966 > t-tabel 1,64. Hipotesis 4 untuk menguji

pengaruh infusi sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi

menunjukkan bahwa infusi sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pengguna sistem informasi dengan nilai koefisien beta sebesar 0.6476 dengan

T-statistik 9.4387 > t-tabel 1,64.

Hipotesis 5 ingin menunjukkan hubungan antara variabel pemanfaatan sistem

informasi sebagai variabel independen dan kinerja pengguna sistem ERP sebagai

variabel dependen melalui variabel infusi sistem informasi sebagai variabel mediasi

(intervening). Pada pengujian efek mediasi ini tahapan yang telah dilakukan, yaitu:

menguji pengaruh langsung variabel independen (pemanfaatan sistem informasi)

terhadap variabel dependen (kinerja) pada model dengan melibatkan variabel mediasi

(infusi sistem informasi), kemudian menguji pengaruh pemanfaatan sistem informasi

terhadap kinerja tanpa melibatkan variabel infusi sistem informasi, selanjutnya menguji

pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap infusi sistem informasi, dan pengaruh

infusi sistem informasi terhadap kinerja.

Hasil perhitungan software SmartPLS 2,0 menunjukkan bahwa pada pengujian

pengaruh langsung pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja dengan melibatkan

infusi sistem informasi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dengan nilai

koefisien beta sebesar 0.3598 dengan T-statistik 5,9282 > t-tabel 1,64. Selanjutnya

pada pengujian pengaruh langsung pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja tanpa

melibatkan variabel infusi sistem informasi menunjukkan pengaruh positif dan

signifikan dengan nilai koefisien beta sebesar 0.6633 dengan T-statistik 6.6686 > t-tabel

(15)

Tabel 3 Total efek pada pengujian model struktur tanpa variabel mediasi

Total Effect tanpa variabel mediasi

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

Standard Error (STERR)

T Statistics (|O/STERR|)

ABE -> K 0.1439 0.1538 0.0612 0.0612 2.3520

ABM ->

K 0.2100 0.2057 0.0916 0.0916 2.2940

PSI -> K 0.6633 0.6632 0.0995 0.0995 6.6686

Hasil kedua pengujian ini menunjukkan bahwa setelah pemanfaatan sistem

informasi diintervensi (dimediasi) dengan variabel infusi sistem informasi terjadi

penurunan nilai koefisien beta pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja dari

0.6633 menjadi 0.3598. Ini berarti infusi sistem informasi bertindak sebagai variabel

mediasi namun sebagian (partial mediation). Infusi sistem informasi bukan sebagai

variabel mediasi penuh (fully mediation) karena pemanfaatan sistem informasi terhadap

kinerja menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan meskipun tanpa melibatkan

variabel mediasi. Hasil pengujian ini menunjukkan hipotesis 5 diterima.

Gambar 3. Uji model struktural

PEMBAHASAN

Hasil pengujian hipotesis 1 yang menyatakan perilaku adaptasi berfokus masalah

berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi terdukung. Diperolehnya

pemahaman lebih baik tentang sistem, prosedur dan cara kerja sistem ERP, maka

pengguna dapat melakukan infusi sistem melalui penggunaan aplikasi sistem secara

(16)

dalam sistem kerja organisasi ataupun individual. Dengan demikian, semakin tinggi

perilaku adaptasi berfokus masalah pengguna sistem ERP maka semakin tinggi pula

infusi sistem ERP.

Hasil pengujian hipotesis 2 yang menyatakan perilaku adaptasi berfokus emosi

berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi terdukung. Adaptasi berfokus

emosi oleh pengguna sistem ERP diarahkan dengan mengubah persepsi pengguna

terhadap suatu situasi yaitu implementasi ERP. Dalam hal ini, pengguna mengatur

emosi, memelihara sikap stabilitas, dan mengurangi ketegangan-ketegangan emosional

dengan cara mencari dukungan sosial dari rekan kerja, membicarakan sistem ERP pada

teman atau keluarga, membicarakan sistem pada atasan. Perilaku adaptasi berfokus

emosi dilakukan pula melalui penilaian kembali secara positif (positive reappraisal)

dengan cara pengguna terus menerus memikirkan secara positif bahwa sistem ERP

adalah peluang untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru serta

menggunakan sistem ERP akan lebih baik seiring berjalannya waktu.

Melalui proses adaptasi berfokus emosi, pengguna ERP melakukan fokus

pendekatan pada kejadian-kejadian sistem ERP sehingga pengguna dapat mengintegrasi

sistem tersebut dan memanfaatkannya secara mendalam dan komprehensif dalam sistem

kerja individual yang kemudian meningkatkan level infusi sistem informasi. Hasil

penelitian ini mendukung model yang dikemukakan oleh Beaudry dan Pinsonneault

(2000; 2005) yang menyatakan adaptasi berfokus emosi secara langsung berhubungan

dengan perubahan kognitif dan motivasional dengan memuaskan manfaat-manfaat yang

dihasilkan oleh sebuah sistem akan mengarahkan pada level infusi teknologi informasi

yang lebih tinggi.

Hasil pengujian hipotesis 3 yang menyatakan pemanfaatan sistem informasi

terhadap infusi sistem informasi terdukung. Tingginya pemanfaatan sistem ERP

menunjukkan pemanfaatan sistem ERP telah menjadi rutinitas karena mengambil

sebagian besar waktu pengguna, pengguna menghabiskan waktunya dengan sistem

dalam sehari cukup tinggi untuk menyelesaikan serangkaian tugas yang telah

dimandatkan dalam organisasi. Semakin sering pengguna memanfaatkan sistem, maka

sistem menjadi aktivitas normal dan hal yang rutin. Pemanfaatan sistem yang tinggi

memungkinkan tingkat infusi yang tinggi karena pengguna ERP akan memanfaatkan

aplikasi-aplikasi sistem yang tersedia secara lebih komprehensif dan terintegrasi untuk

mendukung penyelesaian tugas individu dan sistem kerja organisasi pada tingkat yang

(17)

Hasil pengujian hipotesis 4 yang menyatakan infusi sistem informasi berpengaruh

positif terhadap kinerja pengguna sistem informasi terdukung. Penelitian ini mendukung

teori infusi yang dikembangkan oleh Beaudry dan Pinsonneault (1999) yang

menyatakan infusi sistem dikonseptualisasikan sebagai hasil dari perilaku adaptasi

pasca implementasi sistem oleh pengguna sistem yang terdiri dari integrasi teknologi

informasi pada sistem kerja, kebiasaan dan rutinitas kerja pengguna sistem. Teori ini

menyatakan jika sistem informasi secara penuh terinfusi pada tugas dan kebiasaan kerja

pengguna akan berdampak pada peningkatan kinerja secara signifikan.

Hasil pengujian hipotesis 5 yang menyatakan infusi sistem informasi memediasi

pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi

terdukung. Penelitian ini menunjukkan infusi sistem informasi memediasi sebagian

(partial mediation) pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna

sistem ERP pada PT.PLN wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Penelitian ini

tidak menemukan infusi sistem informasi sebagai variabel mediasi penuh karena

pengujian hubungan pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja yang diintervensi

dengan variabel infusi sistem informasi menunjukkan nilai yang signifikan demikian

halnya dengan uji pengaruh pemanfaatan informasi terhadap kinerja tanpa diintervensi

dengan infusi sistem informasi juga memiliki nilai yang signifikan.

Hasil penelitian ini mendukung model apropriasi TI, level infusi, dan hubungannya

dengan kinerja individual yang diajukan oleh Beaudry dan Pinsonneault (1999; 2000)

yang menyatakan level infusi mengintervensi hubungan antara pemanfaatan teknologi

informasi dengan kinerja individual. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Cooper dan Zmud (1990) tentang tahapan proses implementasi sistem MRP. Cooper

dan Zmud (1990) menemukan kesuksesan implementasi suatu sistem teknologi

informasi hanya terjadi jika terdapat level infusi sistem yang tinggi dalam sistem kerja

individual. Sistem teknologi informasi diterapkan di organisasi menjadi komponen dari

organisasi bersama-sama dengan manusia. Manusia berinteraksi menggunakan sistem

teknologi informasi.

Penelitian ini menunjukkan tingkat pemanfaatan sistem ERP oleh pengguna tinggi,

demikian halnya dengan dampak kinerja yang dirasakan oleh pengguna sistem ERP

juga meningkat karena sistem ERP dirasakan memiliki pengaruh yang besar dan positif

pada efektivitas dan produktivitas pekerjaan pengguna serta sistem membantu

(18)

menunjukkan semakin tinggi pemanfaatan sistem ERP maka semakin tinggi pula tingkat

infusi sistem yang pada akhirnya meningkatkan kinerja pengguna sistem ERP.

5. Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan 5.1. Kesimpulan

Penelitian ini berisi model yang menguji mediasi infusi sistem informasi atas

pengaruh pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem Enterprise

Resource Planning (ERP). Hasil dari pengujian SEM (Structural Equation Model)

dengan menggunakan SmartPLS 2.0, menemukan perilaku adaptasi berfokus masalah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi; perilaku adaptasi

berfokus emosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem informasi;

pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap infusi sistem

informasi; infusi sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pengguna sistem informasi, infusi sistem informasi memediasi sebagian pengaruh

pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi. Hasil

penelitian ini mendukung teori coping yang didefinisikan sebagai upaya kognitif bentuk

adaptasi pemakai sebagai suatu penyelesaian masalah (coping) dalam merespon

peristiwa-peristiwa pengganggu yang terjadi di lingkungannya (Lazarus dan Folkman,

1984). Hasil penelitian ini juga mendukung model apropriasi TI, level infusi, dan

hubungannya dengan kinerja individual yang diajukan oleh Beaudry dan Pinsonneault

(1999; 2000) yang menyatakan level infusi mengintervensi hubungan antara

pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja individual

5.2. Implikasi

Model penelitian yang diuji secara empiris dalam penelitian ini berimplikasi bagi

penelitian, praktek, dan kebijakan. Hasil penelitian ini berimplikasi pada penerapan

teori coping (penyelesaian masalah) untuk menjelaskan proses adaptasi pengguna

terhadap sistem baru yang diterapkan dalam organisasi. Penelitian ini menunjukkan

dampak kinerja yang dihasilkan dari infusi sistem informasi erat kaitannya dengan

sistem kerja pengguna. Penelitian selanjutnya dapat mengkaji bentuk penilaian kinerja

lainnya sebagai dampak dari pemanfaatan dan infusi sistem informasi pada tingkat

individual seperti kepuasan pelanggan dan pengendalian manajemen (Torkzadeh dan

Doll, 1999), serta pembelajaran (learning) dan efektivitas pengambilan keputusan

(19)

Bagi praktek, dari sisi dampak kinerja yang ditimbulkan penelitian ini erat kaitannya

dengan kecocokan tugas teknologi. Kinerja pengguna meningkat sehubungan dengan

pemanfaatan teknologi informasi karena aplikasi-aplikasi sistem cocok atau sesuai

dengan tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh pengguna. Sistem informasi

memberi dampak positif bagi pengguna jika pengguna memanfaatkan sistem dan sistem

tersebut bersesuaian dengan tugas-tugas pengguna (Goodhue dan Thompson, 1995).

Bagi kebijakan, hasil penelitian ini mendukung proses adaptasi dan pemanfaatan sistem

informasi berpengaruh besar terhadap infusi sistem informasi pada rutinitas, kebiasaan

dan sistem kerja pengguna yang dampaknya dirasakan dengan adanya peningkatan

kinerja pengguna.

5.3. Keterbatasan

Pada penelitian ini data dikumpulkan hanya dari satu wilayah perusahaan yaitu PT

PLN wilayah Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, sehingga daya generalisasi

temuan-temuan dalam penelitian ini masih terbatas. Data yang dianalisis dalam penelitian ini

menggunakan instrumen berdasarkan persepsi dari skor jawaban responden, hal ini

tentu saja akan menimbulkan bias terhadap hasil peneltian ini, apabila kondisi

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Beaudry, A. dan Pinsonneault A. “Advancing the Theory of Infusion: An Appropriation Model of the Infusion Process.” Social Science and Humanities Research Council of CanadaI, 1999.

Beaudry, A. dan Pinsonneault A. “Information Technology and Individual Performance: A Coping-Based Model of the Appropriation Process,” in Proceedings of ASAC-IFSAM, Canada, 2000, pp. 1-11.

Beaudry, A. dan Pinsonneault A. “Understanding User Responses to Information Technology: A Coping Model of User Adaptation,” MIS Quarterly (29: 3), September 2005, pp. 493-524.

Bernroider, Edward W.N. “IT governance for enterprise resource planning supported by the Delone-McLean model of information system success,” Information & Management 45, May 2008, pp. 257-269.

Brynjolfsson, E. “The Productivity Paradox of Information Technology,”

Communications of the ACM, 36(12), December 1993, pp. 67-77.

Burton-Jones, A. dan Straub D. “Reconceptualizing system usage: an approach and empirical test,” Information Systems Research, May 2006, pp. 220-246.

Chang, Hsiu-Hua., Chou, Huey-Wen., Yin, Chun-Po., dan Lin, Cecilia I. “ERP Post-Implementation Learning, ERP Usage and Individual Performance Impact.” In

proceeding of Pacific Asia Conference of Information Systems, PACIS 2011,

Australia, 7-11 July 2011.

Compeau, D., dan Higgins, CA. “Computer Self Efficacy: Development of Measure and Initial Test, MIS Quarterly, Vol 19:12, 1995.

Cooper, R.B. dan Zmud, R.W. “Information Technology Implementation Research: A Technological Diffusion Approach,” Management Science, 36(2), 1990, pp. 123-139.

Davis, F.D., “Perceived Usefullness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology,” MIS Quarterly, (13:3), 1989, pp. 319-340.

Davis, F.D., Bagozzi, R.P., dan Warshaw, P.R. “User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theoretical Models,” Management Science

(35:8), 1989, pp.982 – 1003.

Dishaw, M.T. dan Strong, D.M. “Extending the Technology Acceptance Model with Task Technolgy Fit Constructs,” Information and Management (36:1), 1999, pp. 9-21.

(21)

Eder, L. B., dan Igbaria, M., “Determinants of Intranet diffusion and infusion,” Omega

(29:3), 2001, pp. 233-242.

Doll WJ. dan Torkzadeh G. “Developing a multidimensional measure of system-use in an organizational context,” Information and Management, 1998, pp. 171-185

Fadel, K.J. “The Role of Appraisal in Adapting to Information Systems,” Journal of Organizational and End User Computing, 24(4), 2012, pp. 18-40.

Fadel, K.J. “User Adaptation and Infusion of Information Systems,” Journal of Computer Information Systems, Spring 2011, pp. 1-10.

Fung Jin, T., “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kinerja Akuntan Publik,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vo. 5 no. 1, 2003, pp. 1-23.

Folkman, S. dan Lazarus, R.S. “An Analysis of Coping in a Middle-Aged Community Sample,” Journal Health Social Behavior (21), 1980, pp.219-239.

Goodhue, D.L. dan Thompson R.L. “Task Technology Fit and Individual Performance,”

MIS Quarterly (19:2), 1995, pp. 213-236.

Igbaria, M., Anandarajan, M., dan Anakwe, U., “Technology acceptance in the banking industry: A Perspective from a less developed country,” Information Technology and People, MCB Universityy Press, 2000, pp. 298-312.

Jogiyanto HM., Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi 2004/2005. BPFE, Yogyakarta. 2004.

_______ . Sistem Informasi Keperilakuan. Edisi Revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2007.

Jogiyanto HM dan Abdillah, Willy. Konsep & Aplikasi PLS (Partial Least Square) untuk Penelitian Empiris. BPFE-UGM, Yogyakarta. 2009.

Lazarus, R.S. dan Folkman, S. Stress, Appraisal, and Coping, Springer Publishing Company, New York, 1984.

Leonard-Barton, D. “Implementation as Mutual Adaptation of Technology and Organization,” Research Policy, 1988, pp. 251-267.

Lucas, HC dan Spitler, VK. “Technology use and performance: a field study of broker workstations.” Decision Sciences (30:2), 1999, pp. 291-311.

Majchrzak, A. dan Cotton, J. “A Longitudinal Study of Adjustment to Technological Change: From Mass to Computer-Automated Batch Production,” Journal of Occupational Psychology, 61, 1988, pp. 43-66.

(22)

Saga,V.L. dan Zmud, R.W., “The nature and determinants of IT acceptance, routinization and infusion, in L. Levine, ed. Diffusion, transfer and implementation of information technology,” Elsevier Science BV Amsterdam,

1994, pp. 67-86.

Sedera, D., Gable, G., dan Chan T. “A factor and structural equation analysis of the enterprise systems success measurement model, In Proceedings of the Tenth Americas Conference on Information Systems, New York, USA, August, 2004.

Thompson, R.L., Higgins, C.A., dan Howell, J.M. “Personal Computing: Towards a Conceptual Models of Utilization,” MIS Quarterly (15:1), 1991, pp. 125-143.

Tyre, M.J. dan Orlikowski, W.J. “The Episodic Process of Learning by Using,”

International Journal of Technology Management, 1996, pp.790 – 798.

Tyre, M.J. dan Orlikowski, W.J. “Windows of Opportunity: Temporal Patterns of Technological Adaptation in Organizations,” Organization Science, 1994, pp. 98-118.

Zaied, A.N.H. “An Integrated Success Model for Evaluating Information System in Public Sector,” Journal of Emerging Trends in Computing and Information System in Public Sector, Vol. 3, 2012, pp. 814-825.

Gambar

Gambar 1  Model hubungan apropriasi teknologi informasi, level infusi, dan
Gambar 2. Model Penelitian
Tabel 1. AVE, Communality, Composite Reliability, dan Cronbach Alpha
Tabel 3 Total efek pada pengujian model struktur tanpa variabel mediasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian di tiga agroekologi terhadap karakter, jumlah daun, tebal daun, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, diameter batang, panjang tangkai daun dan

Penelitian aplikasi ice gel untuk transportasi jamur tiram telah dilakukan oleh Nurkusumaprama (2014), yaitu ice gel sebanyak 3 kg yang diaplikasikan dalam box styrofoam

Otettaessa tarkasteluun mukaan myös internet-palvelun käytön osaaminen, voidaan todeta, että opiskelijat osaavat käyttää niin asiakaspalvelupäätteitä kuin

Pada percobaan kali ini, yang ingin dilakukan adalah mencoba proses network scanning, yaitu mencari informasi lebih banyak lagi tentang situs target menggunakan

Berdasarkan dua penelitian sebelumnya, maka penelitian yang Penulis lakukan adalah tentang pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi di Lingkungan Direktorat

Dari hasil analisis SWOT posisi Bata Merah ada di Kuadran II atau Diversifikasi Strategi, posisi Bata Ringan AAC dan Bata Ringan CLC ada di Kuadran I atau

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM) PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESI GURU (P3G)..

Jika tidak, hanya untuk mereka senang, tapi tidak akan pernah naik.. Program struktural