• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri

Cinnamomun burmanii

terhadap pertumbuhan

Candida albicans

Ali Yusran

Bagian Ilmu Penyakit Mulut

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

ABSTRACT

Many kinds of spicy plants grow in Indonesia. One of them is kayu manis (Cinnamomun burmanii) which is used not only for cooking, but also as traditional medicine. One of the components contained in the bark and leaves of kayu manis is volatile oil. Generally, volatile oil has an antifungal effect, therefore it’s inhibitory

effect was tested against fungi. The study was conducted to evaluate the anti fungal effect of kayu manis to Candida albicans. The method used in this study was determination of minimum inhibitory concentration (MIC) followed by determination of zone inhibition around the disc. The result showed that kayu manis has the highest antifungal activity against Candida albicans with 1% of MIC.

Key word: Kayu manis, Cinnamomun burmanii, volatile oil, antifungal activity

ABSTRAK

Banyak tumbuhan rempah-rempah yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah tumbuhan kayu manis (Cinnamomun burmanii) yang tidak hanya digunakan sebagai bumbu masak, tetapi juga menjadi obat tradisional. Salah satu kandungannya adalah minyak atsiri yang terdapat baik dalam kayu maupun daunnya. Pada umumnya minyak atsiri berkhasiat antijamur, oleh karena itu dilakukan pengujian daya hambatnya terhadap jamur. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui daya hambat anti jamur dari Cinnamomun burmanii terhadap Candida albicans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penentuan konsentrasi hambat minimal (KHM) dan dilanjutkan dengan mengukur zona hambatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu manis memiliki aktivitas antifungal terhadap Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimal 1%.

Kata kunci: Kayu manis,Cinnamomun burmanii, minyak atsiri, aktivitas antijamur

Koresponden: Ali Yusran, Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Kandea No. 5 Makassar, Indonesia

PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu begitu saja meniadakan makna pengobatan tradisional, terlebih keadaan perekonomian Indonesia saat ini yang sedang terpuruk, yang mengakibatkan harga obat-obatan modern menjadi mahal. Oleh karena itu salah satu

(2)

Salah satu tumbuhan yang telah lama dipergunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan obat-obatan adalah kayu manis (Cinnamomun burmanii). Kayu manis sering dipergunakan sebagai obat asam urat, tekanan darah tinggi, radang lambung (maag), sakit kepala, masuk angin, diare, hernia, sariawan, asma, dan sakit kuning. Kayu manis juga dipergunakan sebagai bumbu masak untuk menambah aroma dan citarasa pada makanan.1

Secara tradisional tanaman Cinnamomun burmanii sering digunakan sebagai obat oleh masyarakat Indonesia. Kandungan kimia kayu manis terdiri dari minyak atsiri, safrole, sinamadehide, eugenol, tanin, damar, kalsium oksanat, dan zat penyamak. Minyak atsiri akhir-akhir ini menarik perhatian dunia, karena minyak atsiri dari beberapa tumbuhan adalah zat biologis aktif sebagai antibakteri dan antijamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan sebagai antibiotik alami.2

Candida albicans adalah jamur yang dapat menyebabkan terjadinya kandidiasis. Candida albicans merupakan flora normal dalam rongga mulut, saluran pencernaan dan vagina. Akan tetapi infeksi pada mukosa yang disebabkan oleh

Candida albicans lebih sering terjadi baik pada rongga mulut maupun vagina. Candida albicans

selain bersifat sebagai flora normal, juga bersifat patogen. Candida bersifat oportunistik karena dapat berkembang menjadi patogen dan menyebabkan infeksi bila terjadi perubahan pada individu (host) yang memungkinkan untuk pertumbuhannya. Berdasarkan data yang ada, prevalensi Candida pada orang dewasa adalah 3-48%, sedangkan pada anak-anak 45-65%. Dengan prevalensi spesies tersebut yang cukup tinggi pada populasi maka para ahli mencoba menemukan suatu alternatif pencegahan dari kandungan kimia tumbuhan, yang dapat digunakan secara efektif.3

Untuk mencegah dan mengatasi berbagai macam penyakit gigi dan mulut khususnya kandidiasis, maka saat ini banyak dilakukan penelitian dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, yang bertujuan untuk menghasilkan obat-obatan alami dalam upaya mendukung program pelayanan kesehatan.

Makalah ini melaporkan suatu hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri terhadap pertumbuhan jamur

Candida albicans.

BAHAN DAN METODE

Penelitian yang bersifat eksprimental laboratoris ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Tahap-tahap penelitian dimulai dari persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian dan disterilkan. Alat seperti cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur disterilkan dalam oven bersuhu 180ºC selama 2 jam. Untuk alat plasti dan cair seperti spoit, akuades, dan medium disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121ºC selama 15 menit.

Pembuatan medium: sabaroad dextrose agar

(SDA) sebanyak 6,5 gram dalam 1000 ml akuades. Bahan-bahan tersebut ditimbang dengan timbangan analitik, kemudian dicampur dan dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan kloramfenikol 500 mg untuk mencegah medium berkontaminasi dengan bakteri. Medium ditutup dengan aluminium foil

(3)

Diamkan selama 30 menit agar memadat. Setelah medium agar memadat, goreskan jamur Candida albicans yang telah dioptimalisasikan di laboratorium, ke seluruh permukaan medium agar.

Pembuatan konsentrasi ekstrak minyak atsiri: Ekstrak minyak atsiri yang dipakai sebagai sampel adalah konsentrasi 100% dan berat bersih 30 gram (gambar 1). Minyak atsiri memiliki sifat mudah menguap, berbau khas sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Oleh karena sifatnya itu ekstrak minyak atsiri harus dimasukkan dalam botol dan ditutup dengan rapat.

Dari konsentrasi 100% ini dilakukan pengenceran dalam ml aquades untuk memperoleh konsentrasi dari 0,1%, 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan 30% untuk uji daya hambat ekstrak minyak atsiri. Sebagai contoh pada konsentrasi 5% untuk menentukan volume ekstrak minyak atsiri yang dibutuhkan caranya yaitu 50 ml dikali 5% dibagi 100% berarti volume ekstrak minyak atsiri yang dibutuhkan yaitu 2,5 ml lalu dicukupkan volumenya dengan akuades steril hingga 50 ml. Begitu pula dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya, lalu masukkan ke dalam

tabung konsentrasi dan disentrifus selama 15 menit.

Penentuan konsentrasi hambat minimal ekstrak minyak atsiri: Konsentrasi ekstrak tersebut diteteskan pada medium agar yang telah digoreskanCandida albicansyang telah terpasang cakram, 2 cakram untuk tiap pengenceran dan 1 cakram diberikan akuades sebagai kontrol negatif. Selanjutnya medium dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam. Selanjutnya medium diamati kekeruhannya dibandingkan dengan kontrolnya untuk menentukan konsentrasi hambat minimalnya.

Mengukur zona inhibisi: Pengukuran zona inhibisi dilakukan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran ini dilakukan pada area yang jernih. Luasnya wilayah jernih merupakan petunjuk kepekaan jamur terhadap ekstrak minyak atsiri.

HASIL PENELITIAN

Pengukuran konsentrasi hambat minimal

Dari penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas tentang ”konsentrasi hambat minimal ekstrak kayu manis terhadap pertumbuhan

Candida albicans”, diperoleh hasil bahwa konsentrasi hambat minimal ekstrak kayu manis yang dapat menghambat pertumbuhan jamur adalah 1%.

Pengukuran daya hambat

Konsentrasi hambat minimal (KHM) yang telah diperoleh kemudian diteruskan dengan pengujian daya hambat untuk melihat besarnya daya hambat konsentrasi hambat minimal dengan mengambil konsentrasi di bawah hasil uji KHM, yaitu konsentrasi 0,1%, dan di atas hasil uji KHM, yaitu konsentrasi 5%, 10%, dan akuades steril sebagai pembanding dan diperoleh hasil seperti tampak pada tabel 1.

(4)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa ekstrak minyak atsiri memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Besarnya rerata daerah hambat ekstrak minyak atsiri dalam konsentrasi 0,1% adalah 3,916 mm, konsentrasi 1% adalah 13,46 mm, konsentrasi 5% adalah 19,98 mm, dan terakhir konsentrasi 10% memiliki daya hambat paling besar dengan zona inhibisi sebesar 26,47 mm. Sedangkan akuades steril sebagai kontrol negatif sama sekali tidak memiliki daya hambat terhadap jamur Candida albicanskarena zona inhibisinya 0 mm.

Untuk membedakan apakah perbedaan daya hambat antara berbagai konsentrasi ekstrak minyak atsiri tersebut bermakna atau tidak,

maka dilakukan uji statistik Anova satu arah (tabel 2).

Dari uji statistik tersebut, hasil yang diperoleh adalah signifikan, yang berarti hipotesis diterima. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak minyak atsiri dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Karena hasilnya bermakna, maka uji dilanjutkan dengan uji least significant difference (LSD) untuk melihat besarnya perbedaan dari berbagai konsentrasi tersebut.

Dari hasil uji LSD pada tabel 3, terlihat bahwa antara berbagai konsentrasi ekstrak, minyak atsiri memiliki perbedaan yang bermakna dalam menghambat pertumbuhan C. albicans.

Tabel 1. Hasil pengukuran zona inhibisi ekstrak minyak atsiri terhadap Candida albicans dalam berbagai konsentrasi setelah inkubasi selama 24 jam dalam suhu 370C.

Replikasi Perlakuan

Ekstrak minyak atsiri Kontrol

0,1% 1% 5% 10% Akuades steril

I 2,38 12,8 20,13 25,08 0,00

II 2,83 11,05 19,05 26,52 0,00

III 4,43 14,42 20,10 25,40 0,00

IV 4,73 14,38 20,42 28,05 0,00

V 5,05 13,73 19,42 27,05 0,00

VI 4,08 14,38 20,77 26,40 0,00

Total 23,50 80,76 119,89 158,50 0,00

Rerata 3,916 13,46 19,98 26,47 0,00

Keterangan: Zona inhibisi diukur dalam mm (millimeter).

Replikasi dilakukan sebanyak enam kali; dalam sekali replikasi terdapat 5 cakram, masing-masing ekstrak minyak atsiri konsentrasi 0,1%, 1%, 5%, 10%, dan akuades steril.

Tabel 2. Hasil uji statistik Anova satu arah

Jumlah kuadrat df Rerata kuadrat F kemaknaan Di antara

kelompok 2881,014 4 720,254 795,243 0,000

Di dalam

kelompok 22,643 25 0,906

(5)

PEMBAHASAN

Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan dan hasil penelitian membuktikan bahwa konsentrasi terendah dari ekstrak minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans atau dikenal dengan konsentrasi hambat minimal (KHM) yang bertujuan mengetahui pada konsentrasi minimal berapa masih bisa menghambat jamur.

Konsentrasi hambat minimal ekstrak minyak atsiri yang diperoleh yaitu 1% berarti konsentrasi inilah yang memiliki kemampuan paling minimal dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Kemudian dari konsentrasi hambat minimal ini dilanjutkan dengan uji daya hambat untuk melihat kemampuan ekstrak minyak atsiri dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, dan untuk melihat perbedaan kemampuan daya hambat antara KHM yaitu 1% dan konsentrasi di atasnya yaitu 5%, 10% serta konsentrasi di bawahnya yaitu 0,1%. Uji ini bertujuan untuk membandingkan bahwa apakah hasil KHM betul-betul akurat untuk melihat daya hambat terkecil atau terendah bisa menghambat jamur. Rata-rata zona inhibisi yang diperoleh meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi. Hal ini terlihat konsentrasi 0,1% zona inhibisinya sebesar 3,916 mm, konsentrasi 1% zona inhibisinya 13,46 mm, konsentrasi 5% zona

inhibisinya 19,98 mm, dan konsentrasi 10% zona inhibisinya yaitu 26,47 mm. Sedangkan akuades steril tidak memiliki daya hambat terhadap jamur

Candida albicans.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan selain ekstrak minyak atsiri juga dilakukan uji coba dengan menggunakan akuades steril sebagai kontrol negatifnya untuk membuktikan bahwa akuades steril yang digunakan sebagai pelarut tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan jamur. Bahkan setelah inkubasi selama 24 jam, akuades steril ini zona inhibisinya 0 mm yang berarti tidak memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur. Hal ini disebabkan akuades yang dipakai adalah akuades steril, pH 7, dan telah melalui proses penyulingan sehingga bebas dari unsur-unsur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur.

Pada teori kimia dasar dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi larutan, yaitu semakin besar konsentrasinya maka laju reaksi akan semakin besar. Hal tersebut berarti bahwa makin tinggi konsentrasi minyak atsiri di dalamnya maka akan semakin banyak pula mediator jamur yang dihidrolisis.4 Teori ini terbukti pada penentuan daya hambat ekstrak minyak atsiri terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans terlihat bahwa konsentrasi mempengaruhi penghambatan,

Tabel 3. Tabel hasil uji LSD menunjukkan perbedaan rerata ekstrak minyak atsiri dalam berbagai konsentrasi dan akuades steril.

Perlakuan Rerata 0,1% 3,9166

1%

13,4600

5%

19,9816

10%

26,4166

Akuades steril

0,00000

0,1% 3,91667 0 9,54333 16,0650 22,5000 3,91667

1% 13,46000 0 6,52167 12,9566 13,46000

5% 19,98167 0 6,43500 19,98167

10% 26,41667 26,41667

(6)

sebagaimana hasil penelitian yang diperoleh bahwa semakin tinggi konsentrasi, daya hambatnya semakin besar. Sebagai contoh, konsentrasi 10% lebih besar dari 5% dan 5% lebih besar 1%.5

Untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak minyak atsiri dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans termasuk akuades steril dilakukan uji statistik Anova satu arah yang hasilnya signifikan. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 0,1%, 1%, 5%, 10% dan akuades steril dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Uji ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat besarnya perbedaan dan menentukan konsentrasi yang memiliki perbedaan yang bermakna. Dari penelitian ini didapatkan bahwa KHM minyak atsiri Cinnamomun burmanii sebesar 1%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sukandar yang menyimpulkan bahwa aktivitas antifungi minyak atsiri terhadapCandida albicans

terkuat dengan KHM 1%.6

Penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian pada ekstrak minyak atsiri cengkeh dan bunga kenanga yang mendapatkan hasil KHM pada minyak atsiri cengkeh terhadap pertumbuhan jamurCandida albicansadalah 1,25%. Sedangkan pada minyak atsiri bunga kenanga tidak mempunyai KHM. Hasil penelitian ini menunjukkan KHM ekstrak minyak atsiri

Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak minyak atsiri

Cinnamomun burmanii memiliki daya hambat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak minyak atsiri lainnya.7

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak minyak atsiri dapat digunakan sebagai anti jamur. Hasil ini tentunya bisa dijadikan sebagai

obat alternatif bagi dunia kesehatan khususnya untuk bidang kedokteran gigi karena ternyata ekstrak minyak atsiri dapat menyembuhkan penyakit kandidiasis. Suatu jenis minyak atsiri umumnya memiliki beberapa khasiat berbeda, misalnya sebagai antiseptik dan antibakteri.8

Minyak atsiri murni adalah substansi yang amat kuat, 75-100 kali lebih potensial dibandingkan bahan asalnya. Oleh karena itu dalam penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati, misalnya dengan selalu melarutkannya dengan cairan pembawa.(5) Kandungan minyak atsiri yang dapat dipakai dan aman untuk dipergunakan sebagai salah satu bahan campuran obat untuk mengobati kandidiasis adalah 0,1%.9

Kandungan minyak atsiri Cinnamomun burmanii telah banyak diproduksi dan dijadikan salah satu kandungan dari produk-produk larutan penyegar tenggorokan yang beredar di Indonesia. Namun dalam penggunaannya minyak atsiri itu sendiri diperbolehkan untuk langsung dioleskan pada bagian yang terkena kandidiasis, hanya saja dalam batas konsentrasi antara 0,1%-1%.10

SIMPULAN

Dari penelitian mengenai daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmaniiterhadap pertumbuhanCandida albicans

dapat disimpulkan bahwa ekstrak minyak atsiri

Cinnamomun burmanii mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.

Konsentrasi hambat minimal ekstrak minyak atsiri

Cinnamomun burmanii untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicansadalah 1%. Makin tinggi konsentrasi ekstrak minyak atsiri makin besar daya hambatnya.

SARAN

(7)

dosis maksimal minyak atsiri yang dapat dipakai untuk mengobati kandidiasis.

Ucapan terima kasih

Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan saudara Kevin Fadhurozi selama mempersiapkan penelitian dan pengumpulan data penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuharmen. Uji efektifitas antimikroba minyak atsiri dan ekstrak metanol lengkuas (Alpinia

galanga). Available from:

http://journaldentalfree.com/ina/atsiri. Accessed at Juni 15th, 2008.

2. Aureli P, Constantini A, Zolea S. Antimicrobial activity of some plant essential oils against Listeria monocytogenes. J Food Protect 1992; 55: 344-84.

3. Candida albicans. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Candida_

albicans. Accessed at Juni 19th, 2008.

4. Konsentrasi laju reaksi. Available from http://www.chem-is-try.org. Accessed at December 2nd, 2007.

5. Widagdo A. Uji daya antifungi ekstrak daun sirih padaCandida albicansinvitro. Available from http://digilib.uns.ac.id/abstrak_1268_ perbandingan-daya-antifungi-ekstrak-daun-

sirih-(piper-betle-linn.)--dengan-flukonazol-pada-candida-albicans-invitro.html. Accessed at 10th, 2008.

6. Sukandar E, Suganda A, Muslikhati. Efek minyak atsiri kulit kayu dan daun

Cinnamomum burmanni terhadap bakteri dan fungi. Majalah Farmasi Indonesia 1999; 10: 9. 7. Emiyati. Kemampuan Antifungi Minyak Atsiri Cengkeh dan Bunga Kenanga Terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Available from http://docs.google.com/gview?a=v&q= cache:rxEpRG_oUrUJ:medicine.uii.ac.id/inde x2.php%3Foption%3Dcom_content%26do_p df%3D1%26id%3D76+penelitian+minyak+at siri+terhadap+candida+albicans&hl=id&gl= id. Accessed at December 2nd, 2008.

8. Hertiani T, Purwantin I. Minyak atsiri hasil destilasi ekstrak etanol daun sirih (Piper belle L.) dari beberapa daerah di Yogyakarta dan aktivitas antijamur terhadapCandida albicans

Anti-fungal activity of essential oil distilled from ethanol. Majalah Farmasi Indonesia 2002; 13: 2.

9. Minyak atsiri. Available from http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php. Accessed at Agustus 20th, 2008.

Gambar

Gambar 1. Ekstrak minyak atsiri
Tabel 1. Hasil pengukuran zona inhibisi ekstrak minyak atsiri terhadap Candida albicans dalamberbagai konsentrasi setelah inkubasi selama 24 jam dalam suhu 370C.
Tabel 3. Tabel hasil uji LSD menunjukkan perbedaan rerata ekstrak minyak atsiri dalam berbagaikonsentrasi dan akuades steril.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melihat video Pembelajaran yang di share Melalui WA gruf Daring , siswa dapat memperaktikkan pola gerak dasar manipulatif sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha,

Pada bulan Maret 2007, sebagian besar (63,52 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 63,47

(1) Izin sementara Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 ayat (2) huruf a Peraturan Daerah ini, diberikan kepada penyelenggara usaha pariwisata untuk dapat

Jabatan Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan

Penulis berharap buku panduan ini juga dapat mendorong semangat mahasiswa UMN untuk terus berkarya dan tidak lupa untuk membagikan ilmunya melalui karya desain

Jumlah Saham yang ditawarkan 412.981.464 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal Rp.

InGDEP / Indonesian Group-based Diabetes Education Programme adalah suatu program edukasi untuk pasien diabetes tipe-2 yang berbasis kelompok yang dilakukan oleh

Fokus penelitian ini adalah: (1) nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Kuda Renggong yang merupakan budaya daerah asli dari Kabupaten Sumedang; (2) peranan kesenian