• Tidak ada hasil yang ditemukan

2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

(2)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam

pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun

menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya

berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan

nasional.

2.1.

Rencana

Pembangunan

Jangka

Panjang

Nasional 2005-2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun

2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka

panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh

yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025.

Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun

2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”.

Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai

berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka

pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan

untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat

serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri,

perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya

mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan

tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan

(demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan

sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air,

serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata

dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

(3)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam

penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan

minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3)

penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel

dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan

murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat

miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih

merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya

bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa

permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan

pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana,

sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan

prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk

proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan

pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:

1) RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian

ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur

dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan

dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan

permukiman.

2) RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian

bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung

oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin

mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

3) RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung

(4)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

2.2.

Rencana

Pembangunan

Jangka

Pendek

Nasional 2014-2019

RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden

No. 2 Tahun 2015. menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan

salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong

partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk

tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD

1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan

bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan

penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air

minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman dalam RPJMN

2015-2019 meliputi :

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi

0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas

38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683

kelurahan.

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh

penduduk Indonesia yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu

optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan

efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan

lingkungan yang kondusif (enabling environment).

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui (i)

fasilitasi SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100%

PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700

kawasan dan (ii) fasilitasi SPAM non-PDAM yaitu bantuan program

non-PDAM menuju 100% pengelola non-PDAM sehat dan

pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan. Sedangkan

(5)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk

661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk

66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR; (ii)

pembangunan SPAM berbasis masyarakat untuk 9.665.920 SR;

(iii) pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk

9.991.200 SR dan SPAM Ibukota Pemekaran dan Perluasan

Perkotaan untuk 4.268.800 SR; (iv) pembangunan SPAM Regional

untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui

penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara

nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui (i)

pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada

komponen sumber, operator dan konsumen di seluruh

kabupaten/kota; (ii) optimalisasi bauran air domestik di seluruh

kabupaten/kota; (iii) penerapan efisiensi konsumsi air minum

pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap

tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar

10 persen setiap tahunnya.

5. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui (i)

penyusunan dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan

pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang

mencakup Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum

(RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum daerah

(Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; (ii)

peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan

dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota; (iii)

fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin

penyediaan layanan air minum di seluruh kabupaten/kota.

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah

domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen

pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana

(6)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

peningkatan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kota,

kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa),

serta peningkatan kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat

melalui peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja perkotaan

dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di

409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan

persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341

kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab,

fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana

drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas

22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di

kawasan kumuh; serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi,

pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab

seluruh Indonesia.

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung

termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i)

pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik

Pemerintah di seluruh kabupaten/kota; (ii) penyusunan Norma

Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan

gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di

seluruh kabupaten/kota; dan (iii) menciptakan building codes yang

dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan penataan

bangunan di seluruh kabupaten/kota.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan dan strategi

pembangunan diarahkan sebagai berikut :

1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan,

perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan

pengelolaan sanitasi melalui strategi:

a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1)

pengarusutamaan pembangunan air minum yang memenuhi

(7)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan

pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site

dan di perkotaan dengan sistem on-site melalui IPLT dan

sistem off-site baik skala kawasan maupun skala kota,

peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill

dengan prioritas skema TPA regional,pengelolaan sampah

melalui penerapan prinsip 3R, serta (3) peningkatan

kesadaran masyarakat akan hygiene, sanitasi dan nilai

ekonomis air.

b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan

kuantitas air melalui upaya konservasi sumber air baku air

minum yakni perluasan daerah resapan air hujan,

pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber

air baku air minum maupun secondary uses pada skala

rumah tangga (biopori dan penampung air hujan) dan skala

kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase

berwawasan lingkungan.

c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada melalui

pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan

idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat

penyelenggara dan skala kota.

d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan

berbagai alternatif sumber air domestik yang tersedia sesuai

tujuan pemanfaatan air, termasuk di dalamnya pemakaiaan

air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air

yang telah dipergunakan (water reclaiming).

2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan

melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan,

penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan

pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui

(8)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

a. Optimalisasi infrastruktur air minum dan sanitasi eksisting

melalui penurunan Non-Revenue Water (NRW) dan

pemanfaatan idle capacity.

b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk

memperluas cakupan layanan.

c. Rehabilitasi infrastruktur air minum dan sanitasi untuk

infrastruktur dengan pemanfaatan yang sub-optimal,

infrastruktur yang menua, dan infrastruktur yang terkena

dampak bencana.

d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah,

persampahan dan drainase untuk memaksimalkan potensi

yang ada.

e. Pembentukan dan penyehatan pengelola infrastruktur air

minum, air limbah dan persampahan, baik berbasis institusi

maupun berbasis masyarakat.

f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan

prasarana air minum dan sanitasi terbangun yang menuju

prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost

recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi

(BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara

air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika

terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full

cost recovery.

g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan,

pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset

infrastruktur.

3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di

tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat

melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana

Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi

(9)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

dalam proses perencanaan dan penganggaran formal.

Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran sumber

daya air domestik kota/kabupaten dan telah

mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya

pengamanan air minum. Peningkatan kualitas SSK dilakukan

dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi

perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal

access di wilayah kabupaten/kota;

b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam

rangka demand generation sebagai prasyarat penyediaan

infrastruktur air minum dan sanitasi;

c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja

Pemerintah Daerah di sektor air minum dan sanitasi.

d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air

minum dan sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta

media untuk menjamin keselarasan serta konsistensi

perencanaan dan implementasinya di tingkat pusat dan

daerah.

4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air

minum dan sanitasi melalui strategi:

a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan

mulai tahap perencanaan sampai implementasi baik secara

vertikal maupun horizontal, termasuk sinergi dengan

pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren,

kegiatankegiatan pelestarian lingkungan hidup dan

upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, penanganan

dan pencegahan kawasan kumuh, serta pembangunan

kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus.

b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis

regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan air

baku dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas

(10)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan

melalui (i) peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kab/Kota, (ii)

pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk

penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di

sekolah; (iii) pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik

untuk upaya preventif penyakit dan promosi higiene dan

sanitasi serta pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat;

serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan

Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas

Pembantuan (TP), dana hibah berbasis kinerja/hasil,

masyarakat, dan sumber dana lain terkait lingkungan hidup,

pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan.

d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge

management) termasuk pengelolaan data dan informasi

melalui sistem terintegrasi (National Water and Sanitation

Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi

serta melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.

2.3.

Peraturan Perundangan Terkait Bidang Cipta

Karya

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu

dilandasi peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta

Karya, antara lain UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan UU No.

(11)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

1) Undang undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan

kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan

permukiman mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada

tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan

permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi

penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian,

dan kawasan permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap

pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi,

serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman

pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat

kabupaten/kota.

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan

serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi

dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

berpedoman pada kebijakan nasional.

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

(12)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan

provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman

pada tingkat kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

menjalankan tugasnya yaitu:

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-

undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan

perumahan dan permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan

bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara

pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai

perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat

kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan

(13)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga

mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman,

pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan

tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran

masyarakat.

UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman

yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat

kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana

dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan

upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan

pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas

permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

2) Undang undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan

Gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa

penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang

meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta

kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap

bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.

Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah,

status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.

Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan

persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan

meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung,

arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak

lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL).

Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal

(14)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

a. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung

dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya

ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang,

serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem

penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan

dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi

dalam bangunan gedung (amanat green building).

b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai

cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan,

pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan

gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak

mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang

dikandungnya.

c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan

lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

3) UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan

sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan

kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah

tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan

sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan

timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan

kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan

sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan

pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat

penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah

(15)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber

dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau

dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke

tempat pemrosesan akhir,

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi,

dan jumlah sampah,

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah

dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media

lingkungan secara aman.

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah

secara terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu,

Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah

yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan

TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

4) UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta

Karya turut serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan

berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut

Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat

yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam

bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah

horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama

untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda

bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal

pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan

pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian,

kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan

(16)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

5) Amanat Internasional

Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog

internasional dan perumusan kesepakatan bersama di bidang

permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan

dalam pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya

meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium

Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.

a) Agenda Habitat

Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan

Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di

Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda

Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran

pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara

dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.

Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara

dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang

layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan

akses air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi

masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.

b) Konferensi Rio +20

Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan

KTT Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT

Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We

Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen

memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang

diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen

untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat

penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of

(17)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama

bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi

Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan

kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan

berkelanjutan tingkat global, serta (iii) kerangka aksi dan instrumen

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut

termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post-

2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara

inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development

Goals (MDGs).

Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam

pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019,

dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).

c) Agenda Pembangunan Pasca 2015

Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat

Tinggi untuk memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan

global pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia,

Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf

dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris, dan

beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel

tersebut mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB

berjudul “A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform

Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah

rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca-2015 yang

dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus

pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs.

Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif

(18)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

a. mengakhiri kemiskinan

b. memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan

gender

c. menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran

seumur hidup

d. menjamin kehidupan yang sehat

e. memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik

f. mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi

g. menjamin energi yang berkelanjutan

h. menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan,

dan pertumbuhan berkeadilan

i. mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan

j. memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif

k. memastikan masyarakat yang stabil dan damai

l. menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan

mendorong

m. pembiayaan jangka panjang

Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan

dalam pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air

minum dan sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian

sasaran tersebut adalah:

a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di

rumah, dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,

b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses

universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan

meningkatkan akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,

c. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals)

dengan pasokan air minum, serta meningkatkan efisiensi air

untuk pertanian sebanyak x%, industri sebanyak y% dan

daerah-daerah perkotaan sebanyak z%,

d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari

(19)

Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020

Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan

tersebut juga menekankan pentingnya kemitraan baik secara global

maupun lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan

yang dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel

dimana seluruh pihak duduk bersama-sama untuk bekerja bukan

tentang bantuan saja, melainkan juga mendiskusikan kerangka

Referensi

Dokumen terkait

Peralatan atau alat berat dalam pekerjaan sipil banyak berkaitan dengan pemindahan tanah (earth moving) dan segala aspek yang timbul dari peralatan yang digunakan untuk

Pada kelompok eksperimen pre test dengan presentase tertinggi masuk kategori sikap dampak seks bebas kurang (48,3%) pada post test masuk kategori baik (56,9%).Pada kelompok

Evaluasi program dan umpan balik, dilakukan terhadap keseluruhan pelaksanaan program pengabdian. Pada kegiatan ini akan dievaluasi kelebihan dan kekurangan teknik

Dari persamman diatas terlihat bahwa NA maupun θ co tidak tergantung pada ukuran (dimensi) serat cakap silang (cross talk) n Cahaya Di Dalam Serat Propagasi cahaya pada

Pernyataan ilmiah yang kita gunakan dalam tulisan kita harus mencakup beberapa hal. Pertama kita harus mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita

Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka kerja sama ASEAN dengan Mitra Eksternal ASEAN di

OOP memberikan kemudahan dalam pembuatan sebuah program, keuntungan yang didapat apabila membuat Program berorientasi objek atau object oriented programming (OOP)

Berdasarkan pengamatan sampai akhir penelitian terhadap subkultur tunas gaharu yang berkembang dengan baik, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tercukupinya kebutuhan