• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA NOMOR 13/G/2013/PTUN-BL TENTANG GUGATAN ATAS PENOLAKAN PENDAFTARAN TANAH MASYARAKAT BRANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA NOMOR 13/G/2013/PTUN-BL TENTANG GUGATAN ATAS PENOLAKAN PENDAFTARAN TANAH MASYARAKAT BRANTI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA NOMOR 13/G/2013/PTUN-BL TENTANG GUGATAN ATAS PENOLAKAN

PENDAFTARAN TANAH MASYARAKAT BRANTI

Muhamad Rusjana, Upi Hamidah, S.H., M.H., Satriya Prayoga, S.H., M.H. Program Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung,

Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 e-mail : janamuhamad23@gmail.com

ABSTRAK

Pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sebagai pelaksanaan dari Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Kasus yang terjadi pada penelitian ini merupakan sengketa yang terjadi antara Warga Desa Branti dengan PT. Kereta Api Indonesia. Tanah yang terletak disekitaran rel kereta yang telah dikuasai warga lebih dari 30 tahun merupakan dasar diajukannya permohonan hak atas tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan. Dianggap permohonan hak atas tanah tersebut tidak dikabulkan maka warga melayangkan surat gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung.

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan masalah menggunakan pendekatan normatif yaitu kepustakaan dan empiris yaitu sebagai data pendukung. Pengumpulan data menggunakan klasifikasi sistematis serta penyusunannya dengan cara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dalam memutus Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL, ini hanya menggunakan ketentuan berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana yang menjadi dasar pertimbangan Majelis Hakim memutus perkara hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian. Tanpa mempertimbangkan ketentuan Pasal 25 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 2004, setiap amar putusan harus didukung oleh alasan atau dasar pertimbangan hakim serta alas an atau aturan hukum yang membenarkannya. Serta apa yang dilakuan hakim juga tidak sesuai dengan Pasal 53 ayat (2) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara, bahwa asas umum pemerintahan yang baik yaitu asas kecermatan dan asas kepastian hukum.

Kata kunci: Kantor Pertanahan, Pendaftaran Tanah, Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

ABSTRACT

(2)

The method used in this study is a normative legal research methods to approach the problem using an approach that is normative and empirical literature that is as supportive data. Collecting data using a systematic classification of the preparation as well as qualitative descriptive manner.

Legal considerations Administrative Court Judge in deciding Case Number: 13/G/2013/PTUN-BL, only use the provisions under Article 107 of Law No. 5 of 1986 on the State Administrative Court as the basis for consideration of the Panel of Judges of First Instance deciding cases judges are free to determine what is to be proved, the burden of proof , along with the assessment of evidence. Without taking into consideration the provisions of provision article 25 subsection (1) of Act No. 4 In 2004, any verdict must be supported by reasons or basis for consideration of judges and the reasons that justify or rule of law . As well as what was done the judge also incompatible with provision article 53 subsection (2) letter a of Law Number 5 of 1986 on the State Administrative Court , that the general principle of good governance principles, namely the principle of legal certainty and precision.

Keywords : Land Office, Land Registry, the State Administrative Court Decision

I. PENDAHULUAN

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria adalah undang-undang yang dibentuk untuk meletakkan dasar bagi penyusunan hukum agraria. Dalam pasal 19 undang-undang ini, diperintahkan diadakannya pendaftaran tanah diseluruh wilayah Indonesia.1 Pendaftaran tanah sendiri diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan pemerintah yang berlaku sejak 8 Oktober 1997 ini lahir sebagai wujud kesadaran akan pentingnya peran tanah dalam pembangunan, dan oleh karenanya perlu adanya dukungan kepastian hukum dibidang pertanahan.

1 Indonesia, Undang-undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria ps 19 ayat 1.

Pelaksana dari tugas pemerintah di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) berdasarkan Perpres 10/2006.

(3)

(PT.KAI) pada Tanggal 28 Agustus 2013. Sampai dengan Tanggal 11 Desember Tahun 2013 Pengadilan Tata Usaha Negara Memutus Perkara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL dengan isi putusan dalam eksepsi menolak seluruh eksepsi tergugat dan tergugat II intervensi; dalam pokok perkara menolak gugatan para penggugat.

Permasalahan yang ingin penulis angkat adalah analisis putusan Pengadilan Tata

Usaha Negara Nomor :

13/2013/G/PTUN-BL tentang gugatan atas penolakan pendaftaran tanah masyarakat Branti.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif untuk meneliti dan menulis pembahasan skripsi ini sebagai metode penelitian hukum. Penggunaan metode penelitian normatif dalam upaya penelitian dan penulisan skripsi ini dilatari kesesuaian teori dengan metode penelitian yang dibutuhkan penulis dengan pendekatan peraturan perundang-undangan (statue aproach). 2

2 Peter Mahmud Marzuki. 2008.Penelitian

Hukum. Cet 2. Jakarta: Kencana, hlm 29

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Perkara Tata Usaha Negara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL

Tanah tersebut terletak di areal kawasan hutan yang terdapat bentangan rel kereta api milik PT. Kereta Api Indonesia sepanjang ± 400meter yang kini areal kawasan hutan tersebut telah beralih fungsi menjadi kawasan hutan produksi yang dapat dikonvensi atau non budidaya kehutanan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 67/KPTS-II/1991, hal ini selanjutnya ditindak lanjuti oleh Keputusan Gubernur

Lampung Nomor :

G/320/B.IX/HK/2000 dan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2001, yang menyatakan bahwa hak atas tanah yang terletak dikawasan register 48 dapat disertifikatkan melalui program Ajudikasi Swadaya, PRONA Swadaya atau pemberian sertifikat masal lainnya.

(4)

Menindak lanjuti PERGUB Nomor 31 Tahun 2012 Warga Branti mengajukan Permohonan Hak Atas Tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan (tergugat) pada tanggal 3 Juli 2012, akan tetapi tergugat mengeluarkan Surat Nomor : 124/200/IV/20013 tertanggal 16 April 2013 yang ditujukan kepada Masyarakat Branti (penggugat) dikarenakan adanya surat masukdari pihak tergugat yaitu surat dari PT. Kereta Api Indonesia Nomor Aset : 12/III.2/496/VIII/2010 tanggal 12 Agustus 2010 perihal Data Aset Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2.

Diadakan pertemuan antara PT. Kereta Api Indonesia dengan Para Penggugat tanggal 23 April yang sebagai tindak lanjut pertemuan yang dilakukan pada Tanggal 13 April 2013 yang membahas mengenai proyek double track yang dilakukan PT. Kereta Api Indonesia diatas lahan milik Para Penggugat, yang bahwa lahan seluas 75 meter sisi kanan dan kiri rel kereta merupakan milik PT. Kereta Api Indonesia berdasarkan

Grondkaart No 32 tanggal 30 September 1913.

Pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan sehingga pada tanggal 10

Juli 2013 Surat Gugatan Penggugat atas Nama Ragiel Poernomo,dkk yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan (tergugat) dan didaftarkan dalam register perkara pada Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung yang mana Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung menetapkan Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL.

Maka Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung memutuskan Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL karena majelis hakim telah menimbang mendengarkan keterangan para saksi-saksi dan bukti-bukti yang telah diajukan oleh penggugat dinyatakan ditolak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan berdasarkan Pasal 107 UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana yang menjadi dasar pertimbangan majelis hakim tingkat pertama bahwa hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian.

3.2 Pihak-Pihak Yang Bersengketa 3.2.1 Identitas Penggugat

(5)

berikut: 1. Ragiel Poernomo; 2. M. Johari; 3. Fembrio Hartoko; 4. Mulyono Hadi Sutarno; 5. Syahrial Efendi Dalimunthe; 6. Supardi; 7. Tohir; 8. Ngadiman; 9. Misdi Pranata; 10. Haryanto; 11. Eko Medio Kartiono; 12. Mumuk Suasono; 13. Murini; 14. Martini Suwanto; 15. Ningsih: kesemuanya adalah Kewarganegaraan Indonesia, Tempat Tinggal Desa Branti Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Dalam hal ini diwakili oleh Herwanto Semenguk, S.H. yang selanjutnya memberikan izin pendampingan kepada Satria Prayoga, S.H.,M.H.; Eko Raharjo, S.H.,M.H.; Depri Liber Sonata, S.H.,M.H.; Deswan Arwanda, S.H.,M.H. dan Eko Yulianto, S.H. Kewarganegaraan Indonesia,dan

kesemuanya merupakan

Advokat/Petugas Bidang Konsultasi BKBH Universitas Lampung yang beralamat di Gedung A Lt. I Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 7 Juli 2013.

3.2.2 Identitas Tergugat

a. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan :

Berkedudukan di Jl. Indra Bangsawan No. 2 Kalianda, Lampung Selatan. Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya : Efendi.As, S.H.; Najib Wijaya, S.H. dan Johan Siregar, S.ST. kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia, PNS (Pegawai Negeri Sipil) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, beralamat di Jl. Indra Bangsawan No.2 Kalianda, Lampung Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 29 Juli 2013.

(6)

3, Komplek Sahid Jaya, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 86 Jakarta.

3.3 Duduk Perkara Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor 13/G/2013/PTUN-BL

3.3.1.Dasar Gugatan Penggugat Telah diajukan dasar gugatan dan selanjutnya penggugat mohon agar Pengadilan dapat memutus sebagai berikut :

a. Mengabulkan Gugatan

PENGGUGAT untuk seluruhnya ; b. Menyatakan batal / tidak sah Surat Nomor: 124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013 yang dikeluarkan oleh TERGUGAT ;

c. Mewajibkan TERGUGAT untuk

mencabut Surat Nomor:

124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013, Perihal Permohonan Sertifikat Rutin Massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan;

d. Mewajibkan tergugat untuk menertibkan keputusan tata usaha negara yang dimohonkan oleh para penggugat terhadap pembuatan sertifikat massal di desa Branti Raya Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan; e. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul.

3.3.2 Jawaban Tergugat a. Tergugat I

Tergugat telah mengajukan jawabannya tertanggal 27 Agustus 2013 yang pada pokoknya sebagai berikut :Bahwa tergugat membantah dan menolak semua dalil, tuntutan, dan segala sesuatu yang dikemukakan oleh para penggugat, kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya oleh tergugat.

Terbitnya surat tertanggal 16 April 2013 tersebut dikarenakan adanya surat dari PT. Kereta Api Indonesia Nomor Asset : 12/II.2/496/VIII/2010 tanggal 12 Agustus 2010 perihal data asset tanah milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2.

b. Tergugat II Intervensi

(7)

Tanah yang dimohonkan oleh Warga Branti (penggugat) tanpa alas hak, atas kepemilikan tanah milik Tergugat II Intervensi berdasarkan Grondkaart No. 32, tanggal 30 September 1913, yang luasnya 75 M ( tujuh puluh lima meter ) dari As Rel, maka beralasan menurut hukum gugatan Para Penggugat tersebut untuk ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.

3.3.3 Putusan Hakim

Pada perkara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL, hakim telah menjatuhkan putusannya yaitu :

a. Dalam Eksepsi

Menolak seluruh Eksepsi Tergugat dan Eksepsi Tergugat II Intervensi

b. Dalam Pokok Perkara

1) Menolak gugatan Para Penggugat

2) Menghukum Para Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp. 317.000 ( Tiga Ratus Tujuh Belas Ribu Rupiah)

3.4 Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Perkara Tata Usaha

Negara Nomor :

13/G/2013/PTUN-BL

Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 107 Undang-undang Nomor

5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian serta penilaian pembuktian.

Menurut pertimbangan Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung, berdasarkan Putusan pada Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL. Obyek sengketa pada perkara iniadalah Surat Nomor : 124/200/IV/2013, Perihal Permohonan Sertifikat Rutin Massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tertanggal 16 April 2013, yang diterbitkan oleh Tergugat I. Maka Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan (Tergugat I) berwenang menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara.

Areal tanah yang dimohonkan oleh Para Penggugat terletak berdekatan dengan rel kereta api. Setelah dilakukan pengecekan oleh bagian pengukuran dan pemetaan Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, lokasi tanah yang dimaksud masuk dalam peta

Grondkaart.

Areal tanah yang termasuk dalam

(8)

Maka Hakim berkesimpulan, tindakan Tergugat I dalam menerbitkan obyek sengketa a quo tidak terdapat cacat hukum baik dari segi kewenangan, prosedur penerbitan dan substansi materi, serta telah memenuhi asa-asas umum pemerintahan yang baik, maka gugatan Para Penggugat yang memohonkan obyek sengketa dinyatakan batal atau tidak sah, tidak beralasan hukum untuk dikabulkan dan haruslah dinyatakan ditolak.

3.5 Dasar Hukum Penolakan Pendaftaran Tanah Oleh Kantor Pertanahan Lampung Selatan Dikeluarkannya surat Nomor : 124/200/IV/2013 tanggal 16 April 2013 perihal permohonan sertifikat rutin massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dikarenakan adanya surat dari PT. Kereta Api Nomor Aset : 12/III.2/496/VIII/2010 tanggal 12 Agustus 2010 perihal Data Aset Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2 Tnk antar lain :

a. Bersama ini terlampir kami kirimkan data asset Tanah milik PT Kereta Api Indonesia diluar tanah yang dikuasai pemerintah di dalam

Groondkart untuk wilayah Sub Divisi Regional III.2 Tanjung karang berdasarkan Lobbi 2010 dengan bukti kepemilikannya;

b. Dengan ini kami

memohon/menghimbau jika ada warga/masyarakat/instansi lain yang akan mensertifikatkan tanah yang berada diarea tanah PT Kereta Api Indonesia agar terlebih dahulu untuk klarifikasi dengan pihak-pihak terkait. Sehingga tanah milik PT Kereta Api Indonesia Persero tidak timbul sertifikat oleh pihak lain.

Ketentuan diatas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang menetapkan bahwa apa yang harus dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, harus selalu cermat dalam pelaksanaan pendaftaran tanah.

(9)

3.6 Analisis Hukum Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL Sesuai dengan Peraturan yang Berlaku 3.6.1.Analisis Hukum Menurut

Ketentuan Hukum Agraria Penggugat telah mengajukan permohonan hak untuk pensertifikatan tanah pada Kantor Pertanahan Lampung Selatan tertanggal 3 Juli 2012, namun Tergugat menerbitkan surat Nomor : 124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013 Perihal permohonan sertifikat rutin massal warga Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dikarenakan adanya surat dari PT. Kereta Api Nomor : Aset 12/III.2/496/VIII/2010 tanggal 12 Agustus 2010 perihal Data Aset Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2. Dalam hal ini Tergugat (Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan) telah melakukan pembiaran terhadap permohonan Para Penggugat.

Berdasarkan bukti Penggugat telah diadakan pertemuan antara Para Penggugat dan PT. Kereta Api Indonesia, dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia Menyatakan bahwa status

tanah Para Penggugat masuk dalam

Grondkaart Nomor 32 Tanggal 30 September Tahun 1913, yang menyatakan bahwa luas tanah yang dimiliki seluas 75 meter kesisi kanan dan kiri pada As Rel kereta.

Tergugat dalam hal ini tidak cermat dan teliti, serta tidak mempertimbangkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkretaapian dan pelaksanaannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, Pasal 58 ayat (1) menyatakan bahwa : Batas ruang milik jalur kereta api untuk jalan rel yang terletak pada permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan ruang manfaat jalur kereta api,yang lebarnya paling sedikit 6 (enam) meter. Dan Pasal 61 ayat (1,2, dan 3) Ruang pengawasan jalur kereta api meliputi bidang tanah atau bidang lain di kiri dan di kanan ruang milik jalur kereta api digunakan untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api.

(10)

yang terletak pada permukaan tanah berada di jembatan yang melintas sungai dengan bentang lebih besar dari 10 (sepuluh) meter, batas ruang pengawasan jalur kereta api masing-masing sepanjang 50 (lima puluh) meter ke arah hilir dan hulu sungai.

Tergugat dalam hal ini tidak melakukan upaya terkait dengan tugas pokok dan fungsinya serta tidak cermat dalam penyelesaian sengketa tanah sebagai pejabat tata usaha Negara.

Tergugat tidak menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan KEPPRES No. 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional serta tidak mempertimbangkan ketentuan dalam Pasal 6 jo. Pasal 15 dan Pasal 18 UUPA Nomor 5 Tahun 1960 mengenai fungsi sosial hak atas tanah yaitu bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial dan tidak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

3.6.2 Analisi Hukum Menurut Ketentuan Hukum Tata Usaha Negara

Dalam perkara ini, hakim memutuskan perkara menggunakan ketentuan berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Pengadilan Tata Usaha Negara

sebagaimana yang menjadi dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara yaitu hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian, sehingga dalam perkara ini hakim bertindak secara sewenang-wenang.

Hakim dalam perkara ini tidak mempertimbangkan ketentuan Pasal 25 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 2004, setiap amar putusan harus didukung oleh alasan atau dasar pertimbangan hakim serta alasan/aturan hukum yang membenarkannya.

Proses persidangan pada perkara ini, setelah adanya pergantian hakim, juga terdapat pelaksanaan persidangan yang hanya dihadiri oleh dua orang hakim yaitu hakim ketua dan hakim anggota, hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Kekuasaan Kehakiman, bahwa pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.

(11)

Pengadilan Tata Usaha Negara, mengenai asas umum pemerintahan yanga baik yaitu asas kecermatan dan asas kepastian hukum.

V. Kesimpulan

1. Pertimbangan hukum penolakan pendaftaran tanah yang dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan, dalam Perkara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL, yaitu karena adanya Surat Nomor : Asset 124/III.2/496/VIII/2010, tertanggal 12 Agustus tahun 2010 yang diterima oleh Tergugat dari Tergugat II Intervensi. Jelas terkait obyek sengketa dalam perkara ini yaitu dikeluarkannya Surat Nomor: 124/200/IV/2013 Perihal permohonan sertifikat rutin massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, tertanggal 16 April 2013 yang dikeluarkan oleh Tergugat, dengan sebelumnya telah diajukan permohonan hak kepada Tergugat oleh Para Penggugat tertanggal 3 Juli 2013. Maka dalam hal ini pihak Tergugat telah melakukan pembiaran terhadap masalah yang terjadi, serta tidak adanya koordinasi dan upaya yang dilakukan selama masa waktu tersebut. 2. Pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dalam

menyelesaikan Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL, ini tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu berdasarkan ketentuan hokum agraria. Penerbitan Surat oleh Tergugat yang dianggap sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dalam hal ini hakim menyatakan apa yang telah Tergugat lakukan sudah sesuai secara substansi dan materi serta tidak terdapat cacat hokum dan tidak melanggar asas umum pemerintahan yang baik. Maka apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam perkara ini merupakan ketidakcermatan dan ketidaktelitiannya dalam memeriksa dan meneliti data-data fisik dan data yuridis baik secara langsung di lapangan maupun dalam hal penyelidikan riwayat tanah dan penilaian kebenaran alat bukti pemilikan atau penguasaan tanah.

(12)

pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain. .

Berdasarkan ketentuan hukum Tata Usaha Negara bahwa apa yang telah Tergugat lakukan serta hakim putuskan yang merupakan Keputusan Tata Usaha Negara, adalah cacat hukum, karena bertentangan dengan asas umum pemerintahan yang baik yaitu asas kecermatan dan asas kepastian hukum (Pasal 53 ayat (2) huruf a UU No.5 Tahun1986)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Dalimunthe, Chadidjah.1991 Politik

Hukum Agraria Nasional Terhadap

Hak-Hak Atas Tanah. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Daliyo, JB. 2001. Hukum Agraria I.

Jakarta: Prenhallindo.

Hermit, Herman. 2009. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah. CV. Mandar Maju.

Harsono, Boedi. 2008. Hukum Agraria Indonesia: sejarah pembentukan

undang-undang pokok agraria, isi dan

pelaksanaanya. Jakarta: Djambatan. Muhammad, Abdulkadir. 2007. Hukum dan penelitian hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Parlindungan, AP. 2007. Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria. Jakarta: Sinar Grafika

Syamsu, Syamsir. 2011. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sarjita. Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan.

Yogyakarta: Tugujogja.

Sayekti, Sri. 1999. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Buku

Ajar), Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Supriadi. 2010. Hukum Agraria. Jakarta: SinarGrafika.

Sutedi, Adrian. 2011. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya.

Jakarta: Sinar Grafika.

. 2011. Sertifikat Hak Atas Tanah. Jakarta:Sinar Grafika.

Waluyo, Bambang. 1992. Implementasi

Kekuasaan Kehakiman Republik

Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

(13)

pemerintah. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Peraturan dan Perundangan-undangan

Undang-undang Dasar 1945.

Undang-undang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Undang-undang Nomor 5 tahun1986, perubahan I tahun 2004, perubahan II tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendafataran Tanah

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

Karya Ilmiah Septi.Hariyanti,

tesis.2008.eprints.undip.ac.id

SP. Dewi, 2010.repository.usu.ac.id

Kanwil BPN Propinsi Jawa Tengah,

Bahan Pembinaan Teknis Penyelesaian

MasalahPertanahan, Semarang : Kanwil BPN PropinsiJawa Tengah, 2005.

Internet

http://www.bpn.go.id-tasikmalaya https://www.kereta-api.co.id

http://al- rasyid.blog.undip.ac.id/tag/pengertian-sengketa-tanah/

http://kabtasikmalaya.bpn.go.id/Propinsi /JawaBarat/KabupatenTasikmalaya/Arti

kel/Luas-Lingkup-Penyebab-Timbulnya-Masalah-Tanah-Dan-.aspx

Seminar

Materi BPN Provinsi Lampung, diskusi publik Himpunan Mahasiswa Hukum

Admistrasi Negara (HIMA-HAN

Fakultas Hukum Universitas

Lampung)Bandar Lampung 16, Desember 2013.

Badan Pertanahan Nasional,

Pengarahan Direktur Pengadaan Tanah

Instansi Pemerintah pada Rapat

Konsultasi Teknis Para Kepala Bidang

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Deversifikasi, dan Return on Assets Terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia (Studi Empiris

Ini dapat disajikan tersendiri berdurasi 1 (satu) hari, sebagaimana yang telah dilakukan bekerja sama dengan PT. Pelangi Niaga Mitra Internasional. Materi ini berkaitan dengan

Pada persiapan ini tim pelaksana kegiatan sosialisasi melakukan beberapa persiapan yaitu persiapan alat dan bahan sebagai penunjang kegiatan, persiapan pembuatan produk

Meskipun sudah lima tahun berada dalam tahap pe nge mbangan, Proye k Uji Coba Ulu Mase n tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk me nge lola hutan dalam lokasi proye k..

Dari hasil analisa Perhitungan kuat lentur balok tabel hasil Perhitungan studi 1 rasio tulangan = 0,0 dengan fy 420 mpa bahwa untuk rasio tulangan tekan atau balok bertulangan

Perahu atau kapal yang berbasis di Barru, Sulawesi Selatan memiliki daerah penangkapan ikan demersal khususnya jenis ikan karang ekonomis penting dengan rawai

Salah satu contoh peranserta krama desa adat adalah turut memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar dan saluran drainase/sungai, turut terlibat aktif dalam kegiatan

Pada pelaksanaan hand hygiene, mencuci tangan terkadang tidak dapat dilakukan karena kondisi atau karena keterbatasan sumber daya. Banyaknya pasien yang kontak dengan