• Tidak ada hasil yang ditemukan

326740133 Teori Dan Sistem Pengupahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "326740133 Teori Dan Sistem Pengupahan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Teori dan sistem pengupahan

System pengupahan di suatu Negara biasanya didasarkan kepada falsafah atau teori

yang dianut oleh Negara itu. Teori yang mendasari system pengupahan pada dasarnya dapat

dibedakan menurut dua ekstrim. Ekstrim yang pertama didasarkan kepada ajaran karl marx

mengenai teori nilai dan pertentangan kelas. Ekstrim yang kedua didasarkan kepada teori

pertambahan produk marjinal berlandaskan asumsi perekonomian bebas. System pengupahan

dari ekstrim pertama umumnya dilaksanakan di Negara-negara komunis, sedangkan ekstrim

kedua umumnya digunakan di Negara-negara yang menganut paham kapitalis.

System pengupahan di berbagai Negara termasuk Indonesia, pada umumnya berada diantara

dua ekstrim tersebut. Landasan system pengupahan di Indonesia adalah UUD, pasal 27 ayat 2

dan pejabarannya dalam hubungan industrial pancasila. System pengupahan pada prinsipnya

haruslah :

1) Mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, jadi mempunyai

fungsi social,

2) Mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang, dan

3) memuat imbalan intensif yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan

nasional.

Pengertian Upah

Upah merupakan rangsangan penting bagi para karyawan dalam suatu perusahaan.

Hal ini tidaklah berarti bahwa tingkat upahlah yang merupakan pendorong utama, tingkat

(2)

kebutuhan hidup para karyawan sepantasnya. Upah sebenarnya merupakan salah satu syarat

perjanjian kerja yang diatur oleh pengusaha dan buruh atau karyawan serta pemerintah.

Upah menurut kebutuhan

Ajaran karl marx pada dasarnya berpusat pada tiga hal. Yang pertama adalah

mengenai teori nilai. Marx berpendapat bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai

ekonomi. Jadi niilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja

yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Implikasi padangan yang demikian

adalah :

I. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk seluruh proses

produksi barang tersebut.

II. Jumlah jasa kerja yang dikorbankan untuk memproduksikan sesuatu jenis barang adalah

kira-kira sama.

III. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian hanya buruh/pekerja yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional tersbeut.

Padangan ini tidak cocok dengan kenyataan. Pertama, walaupun manusia merupakan

faktor yang paling utama dalam proses produksi, namun peranan factor modal sangat besar.

Peranan faktor modal ini tidak dipertimbaangkan dalam teori nilai karl marx. Kedua, peranan

selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata sangat berpengaruh dalam penentuan harga.

Ajaran yang kedua dari karl marx menyangkut pertantangan kelas. Marx berpendapat

bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi

penggunaan buruh. Dengan demikian aakan timbul pengangguran besar-besaran. Dengan

adanya pengangguran yang sangat besar ini maka pengusaha dapat menekan upah.

Konsekuensi dari pada system yang demikian ini maka tiada jalan lain bagi buruh kecuali

(3)

Yang ketiga, sebagai konsekuensi dari karl marx teori nilai dan pertentangan kelas

diatas dia atas, adalah terbentuknya masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini seseorang

tidak menjualkan tenaganya kepada yang lain, akan tetapi masyarakat itu melalui partai buruh

akan mengatur apa dan berapa jumlah produksi. Dalam masyarakat impian marx tersebut

“tiap orang harus bekerja menurut kemamampuannya, dan setiap orang memperoleh menurut

kebutuhannya”

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Upah

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi besarnya upah yang diterima oleh para

karyawan, yaitu :

1. Penawaran dan permintaan karyawan

2. Organisasi buruh

3. Kemampuan untuk membayar

4. Produktivitas 5. Biaya hidup

6. Peraturan pemerintah

Peranan bagian kepegawaian

Bagian kepegawaian memikul tanggung jawab utama untuk mengembangkan sistem

imbalan bagi suatu organisasi yang diterapkan secara beragam di seluruh jajaran organisasi.

Perlu diperhatikan bahwa sistem imbalan itu harus merupakan instrumen yang ampuh untuk

berbagai kepentingan.

Pertama : sistem imbalan harus mempunyai daya tarik bagi tenaga kerja yang berkualitas

tinggi untuk bergabung dengan organisasi, artinya karena setiap organisasi bersaing dengan

(4)

Kedua : sistem imbalan harus merupakan daya tarik kuat untuk mempertahankan tenaga kerja

yang sudah berkarya dalam organisasi. Meskipun benar bahwa kompensasi bukan

satu-satunya faktor pengikat bagi para pegawai untuk tetap tinggal dalam suatu organisasi, tetap

tidak dapat dipungkiri bahwa apabila jumlah imbalan yang diperolehnya lebih rendah dari

imbalan yang diterima oleh rekan-rekannya.

Ketiga : sistem imbalan mengandung prinsip keadilan. Untuk kepentingan pengembangan

dan penerapan imbalan, yang dimaksud dengan prinsip keadilan adalah bahwa secara internal

para pegawai yang melaksanakan tugas sejenis mendapat imbalan yang sama pula. Tentunya

ada faktor lain yang harus dipertimbangkan, seperti masa kerja, jumlah tanggungan dan

sebagainya, yang dapat berakibat pada perbedaan penghasilan para pegawai meskipun

melaksanakan pekerjaan yang sejenis.

Keempat : menghargai perilaku positif. Idealnya, sistem kompensasi harus pula

mencerminkan penghargaan organisasi terhadap perilaku positif para pegawai yang

mencakup berbagai hal seperti prestasi kerja yang tinggi, pengalaman, kesetiaan, kejujuran,

ketekunan, dan perilaku positif lainnya.

Kelima : pengendalian pembiayaan. Telah umum diketahui bahwa salah satu komponen biaya

yang jumlahnya tidak kecil dalam menjalankan organisasi ialah belanja pegawai. Oleh karena

itu sistem imbalan harus mampu berfungsi sebagai alat pengendalian biaya dikaitkan degan

produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan, artinya dengan berpegang teguh pada

kompensasi harus dapat menjamin bahwa upah dan gaji yang dibayarkan kepada pegawai

tidak sedemikian tingginya, sehingga merupakan beban yang terlalu berat untuk dipikul oleh

organisasi.

(5)

Dalam memberikan upah atau gaji perlu juga memperhatikan prinsip keadilan.

Keadlian bukan berarti bahwa segala sesuatu mesti dibagi sama rata. Keadilan harus

dihubungkan antara pengorbanan dengan penghasilan. Semakin tinggi pengorbanan semakin

tinggi penghasilan yang diharapkan. Karena itu pertama yang harus dinilai adalah

pengorbanan yang diperlukan oleh suatu jabatan, pengorbanan dari suatu jabatan

dipertunjukan dari spesifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang memangku jabatan

tersebut. Semakin tinggi persyaratan yang diperlukan, semakin tinggi pula penghasilan yang

diharapkan, penghasilan ini ditunjukan dari upah yang diterima.

Rasa keadilan ini sangat diperhatikan oleh para karyawan, mereka tidak hanya

memperhatikan besarnya uang yang dibawa pulang, tetapi membandingkan dengan rekan

yang lain. Disamping masalah keadilan, maka dalam pengupahan perlu diperhatikan unsur

kelayakan. Kelayakan ini bisa dibandingkan dengan pengupahan pada

perusahaan-perusahaan lain atau bisa juga dengan menggunakan peraturan pemerintah tentang upah

minimum atau juga dengan menggunakan kebutuhan pokok minimum.

Dalam hubungan dengan ketidak layakan dengan pengupahan apabila dibandingkan

dengan perusahaan lain, ada dua macam ketidak layakan tersebut, yaitu : Menggunakan

skala-skala upah yang lebih rendah dibandingkan dengan skala upah yang dibayarkan untuk

skala pekerjaan yang sama dalam perusahaan lain. Skala-skala upah dimana suatu pekerjaan

tertentu menerima pembayaran yang kurang dari skala yang layak dibandingkan dengan

skala-skala untuk jenis pekerjaan yang lain dalam perusahaan yang sama.

Hubungan antara upah minimum dengan hubungan industrial

Hubungan kerja antara majikan sebagai pemberi kerja dan pekerja sebagai penerima kerja

dipengaruhi oleh perkembangan dan perubahan sosial, ekonomi dan cara pengelolaan usaha.

(6)

tiddak puasnya pekerja terhadap sistem pengupahan yang ada. Untuk menyelesaikannya perlu

ada kerja sama antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah agar dapat tercipta iklim yang

sehat dan dihayati oleh semua pihak.

Dalam situasi penawaran tenaga kerja lebih besar daripada lowongan kerja yang

tersedia, maka hanya tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang punya kesempatan untuk

masuk ke dalam pasar tenaga kerja. Dengan demikian keterampilan pekerja dapat

memperoleh upah yang cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya, pekerja tidak hanya

harus sekedar terampil tetapi juga harus dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi

agar tingkat upah dapat dinaikkan.

Masalah upah dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :

1. Segi mikro, menyangkut masalah keserasian antara besarnya upah dengan kemampuan perusahaan.

2. Segi makro, menyangkut hubungan antara upah dengan produktivitas tenaga kerja dan kesempatan kerja.

3. Namun, sampai saat ini belum ada ukuran yang baik untuk upah yang wajar, kemampuan perusahaan, kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja. Sehingga dengan demikian

(7)

Teori Upah, Sistem Upah dan Jenis-Jenis Upah di Indonesia

Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang, yang mencakup bukan hanya komponen upah/gaji, tetapi juga lembur dan tunjangan yang diterima secara rutin/reguler (tunjangan transport, uang makan dan tunjangan lainnya sejauh diterima dalam bentuk uang), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan bersifat tahunan, kwartalan, tunjangan-tunjangan lain yang bersifat tidak rutin dan tunjangan dalam bentuk natural (BPS, 2008).

Menurut Gilarso (2003) balas karya untuk faktor produksi tenaga kerja manusia disebut upah (dalam arti luas, termasuk gaji, honorarium, uang lembur, tunjangan, dsb).

Upah dibedakan menjadi dua (Gilarso, 2003), yaitu: upah nominal (sejumlah uang yang diterima) dan upah riil (jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang itu). Upah dalam arti sempit khusus dipakai untuk tenaga kerja yang bekerja pada orang lain dalam hubungan kerja (sebagai karyawan/buruh).

Di indonesia banyak orang berusaha sendiri dan tidak memperhitungkan ”upah” untuk dirinya sendiri. Tetapi dalam analisis ekonomi, besar kecilnya balas karya mereka sebagai tenaga kerja seharusnya ikut diperhitungkan. Tingkat upah disebut juga taraf balas karya rata-rata yang berlaku umum dalam masyarakat untuk segala macam pekerjaan. Tingkat upah ini dapat diperhitungkan per jam, hari, minggu, bulan atau tahun (Gilarso, 2003).

Sistem upah menurut Gilarso (2003) :

1. Upah menurut prestasi (upah potongan)

Upah menurut prestasi adalah besarnya balas karya langsung dikaitkan dengan prestasi kerja karena besarnya upah tergantung dari banyak sedikitnya hasil yang dicapai dalam waktu tertentu. Cara ini hanya dapat diterapkan kalau hasil kerja bisa diukur secara kuantitatif (dengan memperhitungkan kecepatan mesin, kualitas bahan yang dipakai, dll.).

2. Upah waktu

Upah waktu merupakan besar upah yang ditentukan atas dasar lamanya waktu pekerja melakukan pekerjaan bagi majikan. Bisa dihitung per jam, per hari, per minggu atau per bulan. Sistem ini terutama dipakai untuk jenis pekerjaan yang hasilnya sukar dihitung per potong. Cara ini memungkinkan mutu pekerjaan yang baik karena karyawan tidak tergesa-gesa; administrasinya pun dapat sederhana. Di samping itu perlu pengawasan apakah si pekerja sungguh-sungguh bekerja selama jam kerja.

3. Upah borongan

Upah borongan adalah balas jasa yang dibayar untuk suatu pekerjaan yang diborongkan. Cara memperhitungkan upah ini kerap kali dipakai pada suatu pekerjaan yang diselesaikan oleh suatu kelompok kerja. Untuk seluruh pekerjaan ditentukan suatu balas karya, yang kemudian dibagi-bagi antara para pelaksana. Misalnya, untuk pembangunan gedung, pembuatan sumur, dan lain-lain.

4. Upah premi

(8)

5. Upah bagi hasil

Bagi hasil merupakan cara yang biasa di bidang pertanian dan dalam usaha keluarga, tetapi juga dikenal di luar kalangan itu. Misalnya, pekerja atau pelaksana diberi bagian dari keuntungan bersih; direksi sebuah PT mendapat tantieme; bahkan kaum buruh dapat diberi saham dalam PT tempat mereka bekerja sehingga kaum buruh ikut menjadi pemilik

perusahaan.

6. Peraturan gaji pegawai negeri

Gaji Pegawai Negeri Sipil (GPNS) berdasarkan dua prinsip : pendidikan dan masa kerja. Setiap orang yang diangkat sebagai pegawai negeri mendapat gaji pokok yang ditentukan oleh golongan dan masa kerja.

Secara empiris besarnya tingkat upah sangat dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu (Aris Ananta, 1990) :

Secara empiris besarnya tingkat upah sangat dipengaruhi oleh

tiga komponen, yaitu (Aris Ananta, 1990) :

a. Kebutuhan fisik minimum

Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) merupakan kebutuhan pokok seseorang yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi fisik dan mentalnya agar dapat menjalankan fungsinya sebagai salah satu faktor produksi yang dilihat dari kualitas barang dan jasa yang dibutuhkan.

b. Indeks harga konsumen

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan petunjuk mengenai naik turunnya harga kebutuhan hidup, peningkatan terhadap harga kebutuhan hidup ini secara tidak langsung dapat mencerminkan tingkat inflasi.

c. Pertumbuhan ekonomi daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah mencerminkan keadaan perekonomian dalam suatu daerah yang mempunyai hubungan pertumbuhan dan kondisi perusahaan yang beroperasi di daerah yang bersangkutan.

Sumber:

(9)

PENGUPAHAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upah merupakan hal yang paling utama dalam ketenagakerjaan, karena tujuan orang bekerja adalah untuk mendapatkan upah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika nilai upah yang ditawarkan oleh suatu perusahaan tersebut dinilai tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja, maka pekerja tersebut akan menolak pekerjaan yang ditawarkan.

B. Perumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan upah?

b. Sebutkan macam – macam teori upah!

c. Apa sistem upah yang berlaku di Indonesia?

d. Sebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat upah!

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

(10)

Upah merupakan salah satu rangsangan penting bagi para karyawan dalam suatu

perusahaan. Hal ini tidaklah berarti bahwa tingkat upahlah yang merupakan pendorong utama, tingkat upah hanya merupakan dorongan utama hingga pada tarif dimana upah itu belum mencukupi

kebutuhan hidup para karyawan sepantasnya. Upah sebenarnya merupakan salah satu syarat perjanjian kerja yang diatur oleh pengusaha dan buruh atau karyawan serta pemerintah.

“Upah adalah jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh karyawan meliputi masa atau syarat-syarat tertentu.”

Dewan Penelitian Pengupahan Nasional memberikan definisi pengupahan sebagai berikut :

“Upah ialah suatu penerimaan kerja untuk berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan menurut suatu persetujuan Undang-undang dan Peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja.”

Dari pengertian diatas mengenai upah ini dapat diartikan bahwa upah merupakan penghargaan dari tenaga karyawan atau karyawan yang dimanifestasikan sebagai hasil produksi yang berwujud uang, atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam tiap-tiap menggu atau bulan.

Gaji sebenarnya juga upah, tetapi sudah pasti banyaknya dan waktunya. Artinya banyaknya upah yang diterima itu sudah pasti jumlahnya pada setiap waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal waktu yang lazim digunakan di Indonesia adalah bulan. Gaji merupakan upah kerja yang dibayar dalam waktu yang ditetapkan. Sebenarnya bukan saja waktu yang ditetapkan, tetapi secara relatif banyaknya upah itu pun sudah pasti jumlahnya. Di Indonesia, gaji biasanya untuk pegawai negeri dan perusahaan-perusahaan besar. Jelasnya di sini bahwa perbedaan pokok antara gaji dan upah yaitu dalam jaminan ketepatan waktu dan kepastian banyaknya upah. Namun keduanya merupakan balas jasa yang diterima oleh para karyawan atau karyawan.

(sumber : http://sobatbaru.blogspot.com/2010/05/pengertian-upah.html)

B. Teori Upah

(11)

A.Teori Upah Alam

Teori dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi klasik , David Ricardo ,yangberpendapat bahwa upah dimasyarakat terbagi menjadi dua, yaitu upah alami dan upah pasar.Upah Alami adalah upah yang hanya cukup untuk memenuhikebutuhan tenaga kerja dan keluarganya sehari-hari.Sedangkan UpahPasar adalah upah yang terjadi karena kekuatan tarik-menarik antarapermintaan dan penawaran tenaga kerja dipasar.

B.Teori Upah Besi

Teori ini dikemukakan oleh Ferdinand Laselle.Ia mengasumsikanbahwa pengusaha berada pasa posisi yang kuat , dan inginmemaksimalkan keuntungannya,sementara buruh berada posisi yanglemah, atau tidak mempunyai kekuatan tawar-menawarsama sekali.Posisiyang seperti ini membuat buruh harus pasrah dan meneria upah padatingkat serendah papapun.Itulah sebabnya mengapa teori ini

dinamakanupah besi ,karena upah yang diterima buruh benar-benar hanya untukmemenuhi kebutuhan minimal hidupnya.

C. Teori Upah Menurut Kesusilaan

Teori ini berpendapat bhawa pembayaran upahharus didasarkan atas pertimbangankemanusiaan.Setiap orang mempunyai hak untuk dapatmemenuhi kebutuhan hidupnya secara layak danwajar,sehingga tidaklah pantas pabila upah yangdibayarkan kepada mereka hanya cukup untukmemenuhi kebutuhan minimal.D.Teori Diskriminasi UpahPada teori diskriminasi upah ,terjadi perbedaantingkat upah yang dibayarkan pada setiap tenaga kerja ,meskipun mereka melakukan satu jenis pekerjaan yangsama .Teori ini membedakan tingkat upah tersebutdengan alasan adanya perbedaan pada

sifatpekerjaan,kualitas tenaga kerjanya , jenis kelamin, danperbedaan suku , ras, dan agama.

(sumber: http://www.scribd.com/doc/33645524/pasar-faktor-produksi)

C. Sistem Upah yang Berlaku di Indonesia

Di Indonesia dikenal beberapa sistem pemberian upah, yaitu :

1. Upah menurut waktu

Sistem upah dimana besarnya upah didasarkan pada lama bekerja seseorang. Satuan waktu dihitung per jam, per hari, per minggu atau per bulan. Misalnya pekerja bangunan dibayar per hari / minggu. 2. Upah menurut satuan hasil

Menurut sistem ini, besarnya upah didasarkan pada jumlah barang yang dihasilkan oleh seseorang. Satuan hasil dihitung per potong barang, per satuan panjang, atau per satuan berat. Misal upah pemetik daun teh dihitung per kilo.

3. Upah borongan

Menurut sistem ini pembayaran upah berdasarkan atas kesepakatan bersama antara pemberi dan penerima pekerjaan. Misalnya upah untuk memperbaiki mobil yang rusak, membangun rumah dll. 4. Sistem bonus

(12)

dengan harapan keuntungan lebih tinggi. Makin tinggi keuntungan yang diperoleh makin besar bonus yang diberikan pada pekerja.

5. Sistem mitra usaha

Dalam sistem ini pembayaran upah sebagian diberikan dalam bentuk saham perusahaan, tetapi saham tersebut tidak diberikan kepada perorangan melainkan pada organisasi pekerja di perusahaan tersebut. Dengan demikian hubungan kerja antara perusahaan dengan pekerja dapat ditingkatkan menjadi hubungan antara perusahaan dan mitra kerja.

Kebijakan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)

Di Indonesia pemerintah menetapkan upah minimum yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Upah minimum tiap-tiap daerah berbeda-beda, karena memiliki keragaman sumberdaya, adat istiadat dan kebudayaan serta struktur ekonomi dan kinerjanya.

(sumber : http://ekoxi.blogspot.com/2009/12/sistem-upah-yang-berlaku-di-indonesia.html)

D. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah

Faktor yang mempengaruhi tingkat upah, yaitu : 1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

Meskipun hukum ekonomi tidaklah biasa ditetapkan secara mutlak dalam masalah tenaga kerja, tetapi tidak bisa diingkari bahwa hukum penawaran dan permintaan tetap dipengaruhi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang tinggi dan jumlah tenaga kerja yang langka maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah maka upah cenderung turun.

2. Organisasi buruh

Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya organisasi pekerja akan ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat pekerja yang berarti posisi penawaran pegawai juga kuat akan menaikkan tingkat upah, demikian pula sebaliknya.

3. Kemampuan untuk membayar

Meskipun serikat pekerja menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya realisasi pemberian upah akan tergantung juga pada kemampuan membayar dari organisasi. Bagi organisasi, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi yang akan mengurangi keuntungan. Jika kenaikan biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian organisasi jelas organisasi tidak akan mampu memenuhi fasilitas pegawai.

4. Produktivitas

Upah sebenarnya merupakan imbalan bagi pegawai, semakin tinggi prestasi pegawai sudah seharusnya semakin tinggi pula upah yang akan diterima. Prestasi ini biasanya dinyatakan sebagai produktivitas, hanya yang menjadi masalah nampak belum ada kesepakatan dalam melindungsi produktivitas.

5. Biaya hidup

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Di kota-kota besar biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi. Bagaimanapun juga nampaknya biaya hidup merupakan batas penerimaan dari para pegawai.

6. Pemerintah

(13)

(Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2116243-faktor-yang-mempengaruhi-tingkat-upah/#ixzz27rqeQAOD)

BAB III

PENUTUP

A . K E S I M P U L A N

U p a h m i n i m u m t e l a h m e n g u n t u n g k a n s e b a g i a n p e k e r j a t e t a p i m e r u g i k a n s e b a g i a n l a i n n ya . P a r a p e k e r j a y a n g d a p a t

m e m p e r t a h a n k a n pekerjaannya di pabrik-pabrik jelas mendapat keuntungan dari peningkatanu p a h m i n i m u m . P e k e r j a k e r a h p u t i h j e l a s m e r a s a k a n m a n f a a t b e s a r d a r i p e n e g a k a n k e b i j a k a n u p a h m i n i m u m . N a m u n , m e r e k a y a n g

k e h i l a n g a n pekerjaan sebagai akibat meningkatnya upah minimum adalah mereka yangdirugikan oleh kebijakan upah minimum. Mereka ini khususnya terdiri dari p a r a p e k e r j a y a n g r e n t a n t e r h a d a p p e r u b a h a n k o n d i s i p a s a r t e n a g a k e r j a , s e p e r t i p e k e r j a p e r e m p u a n , m u d a u s i a , d a n m e r e k a y a n g b e r p e n d i d i k a n rendah.D a l a m i k l i m p e r t u m b u h a n e k o n o m i t i n g g i , p e n i n g k a t a n u p a h m i n i m u m t i d a k t e r l a l u m e n j a d i p e r s o a l a n k a r e n a p e r t u m b u h a n i t u s e n d i r i akan mendorong peningkatan upah, sehingga tingkat upah yang berlaku samad e n g a n a t a u d i a t a s u p a h m i n i m u m . P e r t u m b u h a n e k o n o m i j u g a a k a n m e n d o r o n g p e n c i p t a a n k e s e m p a t a n k e r j a y a n g l e b i h b e s a r d a r i p a d a ya n g hilang karena kebijakan upah minimum.D a m p a k u p a h m i n i m u m t e r h a d a p k e s e j a h t e r a a n p e k e r j a d i

s e k t o r informal, yang merupakan sebagian besar dari angkatan kerja di

(14)

sektor informal.Penetapan upah yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah ketentuan u p a h m i n i m u m y a n g b e r l a k u s e c a r a r e g i o n a l , s e k t o r a l r e g i o n a l a t a u s u b s e k t o r a l r e g i o n a l w a j i b d i l a k s a n a k a n o l e h s e t i a p p e r u s a h a a n

d e n g a n p e n g e r t i a n b a h w a p e r u s a h a a n t i d a k b o l e h m e m b a ya r u p a h p e k e r j a n ya d i b a w a h K e t e n t u a n U p a h M i n i m u m . A p a b i l a P e m e r i n t a h

m e n g e l u a r k a n Ketetapan Upah Minimum yang baru yang jumlahnya meningkat dari yanglama maka akan terjadi perubahan upah di dalam perusahaan. Mereka yang b e r a d a p a d a t i n g k a t u p a h m i n i m u m y a n g l a m a a k a n m e n g a l a m i k e n a i k a n upah minimal sama dengan kenaikan di dalam Ketetapan Upah Minimum. D e n g a n n a i k n ya u p a h p e k e r j a ya n g p a l i n g b a w a h d a p a t m e n d e k a t i a t a u m e n y a m a i t i n g k a t u p a h p e k e r j a d i a t a s n ya . P e k e r j a y a n g b e r a d a d i a t a s Ketentuan Upah Minimum Pemerintah.

B . S A R A N

I n t i d a r i m e n a i k k a n p o s i s i t a w a r p e k e r j a / b u r u h d a l a m p r o s e s negosiasi upah tidak adalah tingkat kesejahteraan pekerja/ buruh itu sendiri.Kesejahteraan merupakan pertanda telah terpenuhinya kebutuhan masyarakatdi suatu Negara. Pemenuhan kebutuhan masyarakat disuatu Negara, paling tidak kebutuhan pokoknya, adalah tugas dari pemerintah

(Sumber : http://www.scribd.com/doc/54183743/Makalah-Ketenagakerjaan)

C.

Daftar Pustaka

- http://sobatbaru.blogspot.com/2010/05/pengertian-upah.html - http://www.scribd.com/doc/33645524/pasar-faktor-produksi

(15)

BAB 2

PEMBAHASAN

E. Undang-Undang Ketenagakerjaan no.13 tahun 2003 Tentang pengupahan

Undang-Undang ketenagakerjaan no.13 tahun 2003 bab vii bagian 2 pengupahan sebagai berikut:

Pasal 109

(1) Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. (2) Untuk mewujudkan penghasilan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah menetapkan perlindungan pengupahan bagi pekerja.

(3) Perwujudan penghasilan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Pemerintah menetapkan upah minimum atas dasar kebutuhan hidup layak.

Pasal 112

(1) Ketentuan mengenai penghasilan yang layak dan perlindungan pengupahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 ayat (1), ayat (2), dan ayat (6), serta pengaturan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. (2) Tata cara penetapan, jenis komponen, dan ketentuan mengenai besarnya upah minimum ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 113

(1) Upah di atas upah minimum ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja. (2) Dalam penetapan upah, pengusaha dilarang melakukan diskriminasi atas dasar apapun untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Pasal 114

(1) Upah tidak dibayar apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dan pengusaha wajib membayar upah apabila :

3

a. pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; b. pekerja tidak masuk bekerja karena berhalangan

c. pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap ampon;

d. pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;

e. pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah diperjanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang dialami pengusaha;

f. pekerja melaksanakan hak istirahat dan cuti;

g. pekerja melaksanakan tugas organisasi pekerja atas persetujuan pengusaha.

(3) Ketentuan mengenai ampong, tata cara, dan besarnya pembayaran upah pekerja karena berhalangan melakukan pekerjaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 115

(16)

(2) Anggota Dewan Pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari wakil pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja, perguruan tinggi dan pakar.

(3) Anggota Dewan Pengupahan tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan anggota Dewan Pengupahan tingkat Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.

(4) Tata cara pembentukan dan pengangkatananggota, tugas, dan tata kerja Dewan Pengupahan sebagaimana diamksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut oleh Menteri.

4 B.Upah Tenaga Kerja dan Konsentrasi Sektor Industri

Hasil telaah singkat ini masih mengundang penelitian-penelitian yang lebih mendalam tentang sebab-sebab perbedaan upah pada berbagai Negara ekonomi baik karena perbedaan-perbedaan keterampilan, pendidikan, lokasi (wilayah), jenis kelamin, pengalaman, dan negara-faktor institusional lainnya. Namun, beberapa kesimpulan masih dapat ditarik. Pertama, terdapat tanda-tanda masih ada relevansi teori upah terhadap realitas di Indonesia. Masalahnya, mungkin menerjemahkan apa yang dimaksudkan dengan pengertian relevansi tersebut. Dalam studi ini setidak-tidaknya pengertian relevansi itu adalah memberikan petunjuk terhadap apa dan bagaimana melakukannya, kemudian barulah melihat hasilnya. Beberapa bukti menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan oleh Adam Smith lebih 200 tahun yang lalu dapat ditemukan di Indonesia. Lapisan pekerja terbawah pada umumnya tidak dan kurang terampil dan dari waktu ke waktu tingkat upahnya secara nyata tidak banyak berubah malah mengalami penurunan secara terus-menerus. Bila sewaktu-waktu dilakukan penyesuaian, tindakan ini dapat memperkuat keadaan ketimpangan yang telah ada. Gejala-gejala ini tidak hanya pada pertanian sebagai negara tradisional, tetapi juga terdapat pada sektor industri. Sebagian besar tenaga kerja merupakan masyarakat yang sedang melakukan maraton mengejar kaki langit,hamper tak bergerak dalam arti daya beli dan mungkin inilah yang disebut sebagai tingkat upah sekadar dapat hidup.

Apabila dilakukan segmentasi, sebagaimana pada kasus pada sector industry sedang dan besar, semakin jelas terlihat bahwa semakin sedikit bagian tenaga kerja yang dapat menikmati tingkat upah yang relatif tinggi. Tetapi sebaliknya, semakin terjadi persaingan keras untuk memperebutkan tingkat upah yang rendah. Keadaan ini dipertajam dengan semakin tingginya menyebabkan kebutuhan kualitas tenaga kerja yang semakin tinggi, penggunaan kapital, dan teknologi. Hal ini telah diramalkan dan dapat dijelaskan melalui berbagai teori.

Kesimpulan kedua, lebih bersifat implikasi yaitu terjadinya konsentrasi tanpa diimbangi kekuatan lain dapat diperkirakan akan bersifat kumulatif dan kolusif. Sifat terakhir ini mungkin lebih berbahaya dari pada onopoli. Diharapkan pemerintah akan dapat

(17)

Salah satu kekuatan lain yang mulai bangkit adalah Organisasi Serikat Buruh yang kuat dan bertanggung jawab untuk upah tenaga kerja sehingga berbagai ketimpangan dapat dikurangi sementara hasrat meningkatkan produktivitas tetap tidak diabaikan

Perkembangan dan Pendalaman Struktur Industri di Indonesia. 5

Perkembangan perubahan struktur ekonomi Indonesia selama waktu yang diteliti dalam makalah ini relatif lambat, jika dilihat pergeseran dari sector A ke sektor M dan S. Proses industrialisasi Indonesia masih tertinggal dari negeri-negeri ASEAN, apalagi dengan negeri Korea Selatan. Hal ini terlihat dengan jelas dan andil nilai tambah sektor industri pengolahan terhadap PDB dan nilai tambah per kapita sektor industri pengolahan yang masih ampong rendah. Namun, potensi-potensi ekonomi dan industri indonesia masih luas, baik dari segi sumber daya yang masih menganggur maupun jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang besar sebagai salah satu faktor produksi, juga sebagai pasar yang luas, tetapi permintaan efektifnya masih rendah terhadap berbagai barang industri modern. Pengembangan industri di dalam negeri yang mendorong tingkat harga yang mahal haruslah dipikirkan dengan cermat karena pasar di dalam negeri relatif cepat jenuh. Hal ini bukan karena ekonomi dalam keadaan depresi saja, tetapi karena daya beli masyarakat yang rendah. Setiap barang mempunyai segmentasi pasar, malah dalam beberapa hal memperlihatkan kondisi ekonomi yang dualistic.Keadaan ekonomi yang terbelah ini dapat dipertajam oleh aspek teknologi yang kurang dipertimbangkan sehingga sektor formal industri kurang mampu menyerap tenaga kerja sebagaimana yang diharapkan. Penggunaan teknologi padat modal dalam rangka kelangsungan proses industrialisasi di Indonesia tidak dapat dihindarkan, tetapi dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja yang menganggur maka penggunaan teknologi produksi sejauh mungkin mempertimbangkan faktor dan kondisi ini.

(18)

6

Diperkuatnya kembali orientasi ekspor ekspor dalam negeri untuk kepentingan menopang kebutuhan neraca pembayaran,

menciptakan nilai tambah, dan membuka kesempatan kerja dan membuka peluang-peluang baru dengan tidak mengabaikan kesulitan dalam mengundang investor dan pasar yang harus bersaing keras.

Hal ini tidak dapat dihindarkan, kalau komoditi yang akan diproduksi Indonesia telah terlebih dahulu dikuasai negeri-negeri maju.

Pemasaran barang-barang tersebut lazimnya dikuasai oleh perusahaan monopologi dan oligopoli internasional yang sangat tangguh. Jadi, kalau Indonesia ingin ke sana, masalah rintangan masuk (barrier to entry) tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, usaha pertama adalah bergabung dengan mereka. Ini membutuhkan garansi, bukan hanya sekadar

rangsangan-rangsangan ekonomis saja. Semua negeri yang sedang berkembang dewasa ini sedang berlomba memberikannya, namun berbagai daya tarik investor mungkin terletak di luar itu.

Secara berangsur-angsur telah terlihat pendalaman struktur industri Indonesia. Namun demikian, terlihat gejala-gejala kesempatan kerja yang kurang proporsional, oleh karena pergeseran struktur internal industri pengolahan cenderung semakin padat modal. Dalam hal ini masalah trade off tidak dapat dihindarkan, namun pertimbangan mana yang akan dipilih tentunya tidak terlepas dari kondisi objektif Indonesia. Sementara itu, berlangsungnya proses pendalaman struktur industri Indonesia telah mendorong permintaan terhadap kebutuhan impor yang semakin tinggi baik dalam hal barang-barang modal, bahan baku, dan bahan penolong.

7 C.Definisi Upah

Pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi pada dasarnya merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya yang telah disumbangkan dalam kegiatan produksi. Upah tenaga kerja yang diberikan tergantung pada:

a) Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya.

(19)

(UMR).

c) Produktivitas marginal tenaga kerja.

d) Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha. e) Perbedaan jenis pekerjaan.

Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu:

Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.

Upah Riil , adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang amp didapatkan dari pertukaran tersebut.

Upah Minimum Regional adalah suatu upah minimum yang digunakan oleh para pelaku pengusaha untuk memberikan upah dalam bentuk uang kepada pekerja/buruh ,di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum.

Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari akademisi,mengadakan rapat, membentuk kepanitiaan dan turun ke lapangan mencari tahu sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak(KHL) – dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. Komponen kebutuhan hidup layak

digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja lajah)

Saat ini UMR juga dienal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP) karena ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu setelah berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum Kota/Kabupaten(UMK).

8

Daftar Upah Minimum (UMR) jawa barat tahun 2010

(20)

13

(21)

Dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia, upah tenaga kerja Indonesia paling murah. Kondisi ini dimanfaatkan pemerintah untuk mengundang investasi-investasi dari negara asing untuk masuk ke dalam negeri.

Di brosur BKPM, upah TKI lebih rendah dari di China, Thailand, dan India, bahkan Vietnam. Dan sekarang sudah diakui komunitas internasional upah tenaga kerja China lebih tinggi dari negara Asia lain. Tinggal penyikapan UU Tenaga Kerja saja, murahnya ongkos tenaga kerja ini membuat beberapa investor besar berencana untuk membangun basis manufaktur di Indonesia. Seperti, produsen barang-barang elektronik LG dan produsen sepatu olahraga yaitu Nike.

Nike misalnya, akan kembali memperbesar order sepatunya dari Indonesia, yakni mencapai 300 juta pasang sepatu atletik dalam satu tahun ini. Sedangkan LG akan memindahkan basis produksinya ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, khususnya untuk pembuatan TV yang nilainya miliaran dolar.

G. Upah Tenaga Kerja Asing

Besaran gaji rata-rata Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia mencapai Rp 25-50 juta. Dari besaran itu, gaji para TKA di sektor konstruksi, dan sektor pertambangan dan penggalian jadi yang tertinggi, mencapai di atas Rp 125 juta/bulan.

Demikian hasil survei Bank Indonesia (BI) yang dikutip Senin (25/10/2010).

Dari survei tersebut dikatakan, selain gaji Rp 25-50 juta/bulan, para TKA ini juga memperoleh tunjangan jabatan dengan kisaran Rp 10-25 juta/bulan.

Gaji TKA tertinggi adalah yang bekerja di sektor konstruksi, serta pertambangan dan penggalian yang jumlahnya di atas Rp 125 juta/bulan. Sementara yang paling rendah adalah di sektor Pertanian dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa yaitu di bawah Rp 10 juta.

Berdasarkan asal negara, disebutkan TKA asal AS dan Eropa rata-rata mendapatkan gaji Rp 25-50 juta per bulan di Indonesia, Sedangkan TKA asal Oceania mendapatkan gaji di atas Rp 125 juta/bulan. Lalu terkecil adalah TKA asal Afrika dan Timur Tengah dengan gaji di bawah Rp 10 juta/bulan.

Dari hasil survei BI tersebut, sebagian besar gaji yang diterima oleh para TKA ini digunakan untuk konsumsi, sisanya untuk ditabung dan dikirim ke negara asalnya (remitansi).

Rata-rata remitansi yang dikirim oleh TKA ini adalah Rp 10 juta/bulan. Jika dibandingkan dengan rata-rata gaji mereka yang sebesar Rp 25-50 juta/bulan, maka porsi gaji yang dikirim ke negara asal adalah 20-40%

10

(22)

sangat rendah. Perilaku diskriminatif itu semakin jelas ketika pekerja rumah tangga dari negara lain secara otomatis menerima upah yang lebih tinggi.

Sebagian besar dari 300 ribu pekerja sektor domestik di Malaysia adalah pekerja yang berasal dari Indonesia. Kebanyakan mereka bekerja hingga 18 jam perhari, tujuh hari seminggu, dengan upah sebesar 400 - 600 ringgit (1,1 - 1,6 juta rupiah) perbulan. Pada umumnya upah pekerja rumah tangga juga dipotong selama enam bulan pertama untuk membayar ongkos perekrutan agen tenaga kerja yang sudah menyalurkan mereka ke tempat kerja.

Dengan adanya potongan upah untuk membayar ongkos perekrutan itu, pekerja rumah tangga Indonesia hanya mendapat gaji sebesar 300 - 450 ringgit (840 ribu -1,2 juta rupiah) perbulan untuk masa kontrak kerja selama dua tahun.

Dengan tidak adanya peraturan pemerintah, agen tenaga kerja dan majikan pada umumnya mematok upah pekerja rumah tangga berdasarkan standar yang berlaku di negara asal dan bukan berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman mereka. Pekerja rumah tangga asal Filipina memperoleh gaji paling tinggi sebesar 400 dolar Amerika karena persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah Filipina. Dibandingkan dengan negara lain yang menerima tenaga kerja Indonesia dalam jumlah banyak, Malaysia merupakan negara yang menetapkan upah terendah. Sebagai contoh, Arab Saudi mewajibkan majikan untuk memberi upah sebesar 800 rial (1,9 juta rupiah) perbulan tanpa potongan apapun.

Keluhan terbanyak yang disampaikan oleh pekerja rumah tangga adalah berkisar pada upah yang tidak dibayar dan mencuatnya berbagai kasus penyiksaan yang mendorong pemerintah Indonesia untuk menunda pengiriman tenaga kerja ke Malaysia pada bulan Juni 2009 hingga adanya mekanisme perlindungan yang jelas. Setelah melalui beberapa perundingan yang berlarut-larut, Indonesia dan Malaysia masih belum sepakat atas tuntutan Indonesia mengenai penetapan standar upah minimum dan dalam rancangan kesepakatan saat ini terdapat pasal yang rentan terhadap penyalahgunaan dimana majikan diperbolehkan memberi uang

pengganti jika pekerja tidak mengambil hari libur. Di samping itu Human Rights Watch juga menekankan bahwa ongkos perekrutan masih merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian serius.

11

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian bahasan”Sistem Pengupahan Tenaga Kerja”,dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem pengupahan tenaga kerja berdasarkan Upah Minimum Regional(UMR).

2. Tenaga kerja asing masih di gaji besar dibandingkan tenaga kerja Indonesia. 3. Pengupahan belum sesuai dengan Undang-Undang no.13 tahun 2003. B. Saran

Dengan demikian penyusun memberikan saran sebagai berikut:

1. Seharusnya sebelum tenaga kerja di terima diperusahaan tertentu harus di lakukan terlebih dahulu pelatihan secara maksimal supaya upah yang didapat oleh tenaga kerja Indonesia sama dengan upah tenaga kerja asing.

2. Perusahaan sebaiknya memperhatikan Undang-Undang no.13 tahun 2003 karena tidak semua tenaga kerja mendapatkan hakny sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(23)

SISTEM UPAH YANG BERLAKU DI INDONESIA

Di Indonesia dikenal beberapa sistem pemberian upah, yaitu :

1. Upah menurut waktu

Sistem upah dimana besarnya upah didasarkan pada lama bekerja seseorang. Satuan waktu dihitung per jam, per hari, per minggu atau per bulan. Misalnya pekerja bangunan dibayar per hari / minggu.

2. Upah menurut satuan hasil

Menurut sistem ini, besarnya upah didasarkan pada jumlah barang yang dihasilkan oleh seseorang. Satuan hasil dihitung per potong barang, per satuan panjang, atau per satuan berat. Misal upah pemetik daun teh dihitung per kilo.

3. Upah borongan

Menurut sistem ini pembayaran upah berdasarkan atas kesepakatan bersama antara pemberi dan penerima pekerjaan. Misalnya upah untuk memperbaiki mobil yang rusak, membangun rumah dll.

4. Sistem bonus

(24)

yang diperoleh makin besar bonus yang diberikan pada pekerja.

5. Sistem mitra usaha

Dalam sistem ini pembayaran upah sebagian diberikan dalam bentuk saham perusahaan, tetapi saham tersebut tidak diberikan kepada perorangan melainkan pada organisasi pekerja di perusahaan tersebut. Dengan demikian hubungan kerja antara perusahaan dengan pekerja dapat ditingkatkan menjadi hubungan antara perusahaan dan mitra kerja.

Kebijakan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)

Di Indonesia pemerintah menetapkan upah minimum yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Upah minimum tiap-tiap daerah berbeda-beda, karena memiliki keragaman sumberdaya, adat istiadat dan kebudayaan serta struktur ekonomi dan kinerjanya.

Diposkan oleh Yusup Saputra Eman di 12:42 AM

(25)

SISTEM PENGUPAHAN DALAM ISLAM

Salah satu pemicu utama polemik perburuhan adalah seberapa besar seorang pekerja mendapatkan upah dari pekerjaanya. Sebelum bicara lebih jauh berbicara tentang upah, terlebih dulu harus diperhatikan asumsi dasar pengupahan, yakni pertama, ada hubungan yang signifikan antara upah dengan perolehan laba; dan kedua, ada tindakan tidak maksimal dari pihak buruh jika upah tidak diperhatikan. Hal inilah yang kemudian menjadi polemik berkepanjangan antara pekerja dan pengusaha.

Kondisi kesejahteraan buruh yang sebagian besar belum memenuhi standar kebutuhan hidup minimum merupakan akibat dari serangkaian keadaan yang sangat tidak kondusif. Hal ini menyangkut kondisi pasar kerja yang labil, rendahnya mutu keterampilan pencari kerja, tuntutan mekanisme pasar bebas serta ditunjang kebijakan pemerintah dalam mengatur upah buruh yang belum merepresentasikan kebutuhan buruh.

Sementara itu, Islam sebagai ajaran universal memiliki konsep normatif upah pekerja yang diharapkan mampu mengaktualisasikan dirinya untuk menjawab realitas ketenagakerjaan kontemporer di bawah hegemoni sistem kapitalisme. Ajaran Islam pada dasarnya sangat memperhatikan pemenuhan kebutuhan manusia, baik terkait dengan diri, jiwa, akal, akidah, usaha, pahala dan lain-lain. Spiritualitas Islam yang tertuang dalam teks-teks korpus Qur`an sarat dengan idiom keadilan, kemanusiaan.

Islam mempunyai tradisi membela kaum lemah yang terhisap. Kalau marxisme menolak kapitalisme, kelas-kelas masyarkat, eksploitasi negara, penumpukan kekayaan, etika

pencarian diri terutama menolak terhadap perbudakan manusia, Islam juga sangat menentang penghisapan dan penindasan. Islam berusaha mendobrak kebudayaan penindas yang telah lama mengakar pada jaman Jahiliyah. Islam dalam prerspektif teologi kaum tertindas pada dasarnya merupakan agama pembebasan. Al Qur’an selalu berpihak pada orang-orang tertindas: “Dan Kami hendak memberikan karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan orang-orang yang mewarisi.”

(26)

ini hendak melacak teori pengupahan islam, dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi penegakan hubungan industrial antara pekerja dan majikan secara lebih adil.

UPAH TENAGA KERJA.

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Afzalur Rahman mendefinisikan upah sebagai harga yang dibayarkan kepada pekerja atas jasanya dalam produksi kekayaan seperti faktor produksi lainnya, tenaga kerja diberi imbalan atas jasanya yang di sebut upah. Dengan kata lain, upah adalah harga dari tenaga yang dibayar atas jasanya dalam produksi.

Secara lebih luas upah terkait dengan pemberian imbalan kepada pekerja tidak tetap, atau tenaga buruh lepas, seperti upah buruh lepas di perkebunan kelapa sawit, upah pekerja bangunan yang dibayar mingguan atau bahkan harian. Sedangkan gaji menurut pengertian Barat terkait dengan imbalan uang (finansial) yang diterima oleh karyawan atau pekerja tetap dan dibayarkan sebulan sekali. Sehingga dalam pengertian barat, Perbedaan gaji dan upah itu terletak pada jenis karyawannya (Tetap atau tidak tetap) dan sistem pembayarannya (bulanan atau tidak).

Skala upah dan struktur upah sangat bermanfaat terhadap kestabilan upah, baik untuk jangka waktu menengah maupun jangka panjang serta memenuhi rasa keadilan, pekerja yang mempunyai masa kerja lebih lama akan dapat memperoleh upah yang relatif lebih besar dibanding dengan pekerja yang bermasa kerja baru.

Masalah upah ini sangat penting dan berdampak sangat luas. Upah pekerja akan berdampak pada kemampuan daya beli yang akhirnya mempengaruhi standar kehidupan pekerja dan keluarganya, bahkan masyarakat umum. Jatuhnya daya beli masyarakat dalam waktu panjang sangat merugikan industri-industri yang menyediakan barang-barang konsumsi. Di samping itu, ketidak adilan terhadap golongan pekerja akan menyebabkan kekacauan dan

menimbulkan aksi terhadap industri berupa pemogokan kerja.

TEORI UPAH.

Ada beberapa pendapat yang besar di kalangan ekonom terkait masalah pengupahan.

Seberapa besar upah seorang pekerja dan bagaimana upah tersebut di tetapkan? Para ekonom berbeda pendapat dalam hal ini, sebagian mengatakan upah ditetapkan berdasarkan tingkat kebutuhan hidup, sedangkan yang lainnya menetapkan berdasarkan ketentuan produktivitas marginal.

Menurut teori ekonomi konvensional kekayaan akan bertambah searah dengan peningkatan ketrampilan dan efisiensi para tenaga kerja, dan sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi. Kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi total dengan jumlah penduduk atau yang dewasa ini disebut pendapatan riil per kapita.

Sementara itu menurut Adam Smith, pembayaran uang yang terbesar untuk membiayai produksi dan distribusi ialah upah, sewa dan laba. Dari pengamatannya terhadap apa yang sesungguhnya terjadi di masyarakat, sistem kebebasan alamiyah yang sederhana dan gambling, selain menguntungkan kapitalisme juga mengandung beberapa kelemahan mendasar. Agar dapat menikmati keuntungann berupa meningkatnya kekayaan, masyarakat harus dapat meyakinkan orang agar mau menabung dan menanamkan uangnya dalam persediaan (stock) atau apa yang sekarang disebut sebagai modal. Dengan demikian upah para pekerja tidak dapat dibayarkan seluruhnya sebanyak nilai riil produk yang

(27)

merupakan unsur mutlak dari sebuah produksi.

Orang-orang Kapitalis menghargai daya kerja seorang pekerja dengan upah yang wajar. Upah yang wajar menurut mereka, yaitu biaya hidup dengan batas minimum. Mereka akan

menambah upah tersebut, apabila beban hidupnya bertambah pada batas yang paling minim. Sebaliknya mereka akan menguranginya, apabila beban hidupnya berkurang. Oleh karena itu, nilai tukar seorang pekerja ditentukan berdasarkan beban hidupnya, tanpa memperhatikan jasa yang diberikan oleh tenaga seseorang.

Sedangkan menurut Sosialis, nilai suatu barang harus sama dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang, yang di dalamnya termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami. Upah alami yang diterima buruh tidak cukup sekedar penyambung hidup, khususnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan yang sangat pokok saja. Upah alami yang diterima buruh hanya cukup sekedar penyambung hidup, khususnya hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan yang sangat pokok saja. Pada hal nilai hasil dari suatu kerja para buruh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima mereka sebagai upah alami.

Kelebihan nilai produktivitas kerja kaum buruh atas upah alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih, yang hanya dinikmati oleh para pemilik modal. Makin kecil upah yang dibayarkan pada kaum buruh, makin besar nilai lebih yang dinikmati oleh pemilik modal, yang menurut Marx berarti penghisapan atau eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh. Pada dasarnya teori ini diambil dari ahli ekonomi Kapitalis Adam Smith. Kemudian balas menyerang Smith dengan teori tersebut. Menurutnya, nilai suatu barang harus sama dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang, yang di dalamnya termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami.

Kelebihan nilai produktivitas kerja kaum buruh atas upah alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih, yang hanya dinikmati oleh para pemilik modal. Makin kecil upah yang dibayarkan pada kaum buruh, makin besar nilai lebih yang dinikmati oleh pemilik modal, yang menurut Marx berarti penghisapan atau eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh. Ukuran nilai tukar sebenarnya adalah kerja. Ukuran nilai tukar dari sebuah komoditas adalah kerja yang memungkinkan seseorang membeli atau menguasai komoditas yang lain dalam pasar. Dengan demikian bahwa kerja adalah ukuran alamiah dan faktor terakhir yang menentukan nilai suatu barang. Kerja sebagai kekuatan untuk membeli suatu barang dalam pasar. Dengan kata lain, ukuran sebenarnya dari nilai tukar suatu barang dalam sistem ekonomi adalah kerja sebagai daya tukar.

Menurut Marx nilai-lebih itulah satu-satunya sumber laba sang kapitalis. Andaikata buruh boleh berhenti bekerja sesudah empat jam, pekerjaannya tidak mengahasilkan untung sama sekali bagi pemilik karena yang masuk lewat pekerjaan buruh bagi pemilik langsung akan keluar sebagai upah. Laba perusahaan seluruhnya tergantung dari besar kecilnya nilai-lebih. Bukanlah buruh industri bekerja dengan mesin yang melipatgandakan hasil kerjanya? Maka Marx menjawab bahwa itu memang betul, tetapi mesin itu sendiri harus dibeli dan dipelihara. Apabila biaya pembelian dan pemeliharaan mesin dikurangi dari harga produk akhir

perusahaan, akan kelihatan bahwa satu-satunya keuntungan pemilik modal adalah nilai lebih. Biaya pembelian dan pemeliharaan mesin-mesin sendiri juga ditentukan oleh tangan-tangan tenaga kerja. Dengan demikian laba dari sebuah produksi sudah sepantasnya menengok jasa-jasa kaum pekerja industri.

Paling tidak ada enam teori yang menjelaskan besaran dan jenis upah yang mesti diterima buruh. Yaitu;

1. Teori Subsistensi yang digunakan untuk pekerja yang tidak mempunyai keterampilan khusus. Upah, menurut teori ini, didasarkan pada tingkat subsistensi sesuai tingkat kebutuhan mendasar;

(28)

pengurangan jumlah pekerja;

3. Teori Marginal Productivity. Menurut teori ini, upah tenaga kerja didasarkan pada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Pengusaha akan menambah upah pekerja sampai batas pertambahan produktivitas marjinal minimal sama dengan upah yang diberikan pada mereka.

4. Teori Bargaining. Teori ini mengandaikan ada batas minimal dan maksimal upah. Upah yang ada merupakan hasil persetujuan kedua belah pihak;

5. Teori Daya Beli. Teori ini mendasarkan permintaan pasar atas barang dengan upah. Agar barang terbeli, maka upah harus tinggi. Jika upah rendah, maka daya beli tidak ada, dan barang tidak laku. Jika hal ini dibiarkan, maka akan terjadi pengangguran besar-besaran; 6. Teori upah hukum alam. Teori ini menyatakan bahwa upah ditetapkan atas dasar biaya yang diperlukan untuk memelihara atau memulihkan tenaga buruh yang telah dipakai untuk berproduksi.

SISTEM PENGUPAHAN DALAM ISLAM.

Menetapkan setandar upah yang adil bagi seorang pekerja sesuai dengan kehendak syari’ah bukanlah perkara yang mudah. Kompleksitas permasalahannya terletak pada ukuran apa yang akan dipergunakan, yang dapat mentransformasikan konsep upah yang adil dalam dunia kerja. Menurut Muhammad, sebagaimana dikutip Rustam Efendi kesulitan penetapan upah ini pernah terjadi dalam penetapan upah Khalifah Abu Bakr al Shiddiq. Umar bin Khattab bersama sahabat lain menetapkan gaji Abu Bakr dengan setandar yang mencukupi kehidupan seorang muslim golongan menengah. Penetapan gaji ini masih samar sehingga Abu Bakr meminta ukuran penghasilan pedagang, yaitu 12 dirham perhari. Standar Abu Bakr ini adalah kerja yang memungkinkan seseorang mendapatkan penghasilan. Penghasilan harian atau bulanan seseorang secara umum dalam masyarakat dalam bekerja dapat menjadi standar pengupahan secara pantas.

Kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas. Termasuk semua jenis kerja yang dilakukan fisik maupun pikiran. Tenaga kerja sebagai salah satu factor produksi mempunyai arti yang besar, karena semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dioekloitasi oleh manusia dan diolah oleh pekerja. Fenomena ketenagakerjaan ini merupakan sunatullah yang logis. Setiap orang mencari dan bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kaitannya dengan bisnis, terjadilah hubungan simbiosis mutualisme antara pengusaha dan pekerja.

Secara implisit al Qur’an menerangkan tentang masalah kompensasi/upah dalam beberapa ayat, diantaranya:

ىرريي فرووسر هييرعوسر ننرأرور ىعرسر امر النرإإ نإاسرنوإإلولإ سريولر نوأرور

ىفرووأرلوا ءرازرجرلوا هيازرجويي منرثي

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna"

نربوسرتركوا امنرمإ ببيصإنر ءإاسرننإللإور اوبيسرتركوا امنرمإ ببيصإنر لإاجررنإللإ

(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan.

الليبإسر ىدرهوأر ورهي نومربإ ميلرعوأر موكيبنيررفر هإتإلركإاشر ىلرعر ليمرعوير لنبكي لوقي

"Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya asing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya"

ارلسويي ررسوعي درعوبر هيلنرلا ليعرجويرسر اهراتراءر امر النرإإ اسلفونر هيلنرلا فيلنإكريي الر

(29)

kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan"

نروليمرعوتر موتينوكي امربإ موكيئيبنإنرييفر ةإدراهرشنرلاور بإيوغرلوا مإلإاعر ىلرإإ نرودنيررتيسرور نرونيمإؤوميلواور هيليوسيررور موكيلرمرعر هيلنرلا ىرريرسرفر اوليمرعوا لإقيور Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang

Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".

Sedangkan dalam hadith-hadith rasulullah tergambar jelas keberpihakannya atas nasib pekerja. Bahkan rasulullah tidak sekedar berteori tetapi mengamalkannya dalam kehidupan bisnis. Dalam hal hak buruh, secara tegas Rasul mengatakan; “Kepada buruh hendaknya diberikan makanan dan pakaian seperti kalian makan dan berpakaian, dan jangan bebani mereka yang melebihi kemampuannya/Li al-mamluki th’amuhu wa kiswatuhu, wa la

yukallafu min al-‘amal ma la yuthiquhu.” dan dalam hadits lain Rasulullah menyuruh seorang pengusaha untuk memberikan upah buruh dengan segera ketika pekerjaanya telah selesai:

:

هقرع فنجي نأ لبق هرجأريجلا لاق ملسو هيلع هللا لص ينبننلا ننأ رمع نبا نع

Dari Ibnu ‘Umar bahwa Rasulullah bersabda: berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.(HR Ibnu Majah).

Dalam keterangan lain Nabi Muhammad SAW bersabda: Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan beritahukan ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan.

Pembelaan Rasul dalam kedua riwayat tersebut, tidak bersifat ideologis: bahwa buruh selalu benar dan majikan salah. Sebab, dalam riwayat lain beliau juga mengecam buruh-buruh yang khianat dan tidak amanah. Pembelaan beliau sebenarnya berujung pada keadilan (al-‘adalah) dan kesetaraan (al-musawah).

Lebih lanjut dalam hadits Rasulullah saw tentang upah yang diriwayatkan oleh Abu Dzar bahwa Rasulullah SAW bersabda: Mereka (para budak dan pelayanmu) adalah saudaramu, Allah menempatkan mereka di bawah asuhanmu; sehingga barang siapa mempunyai saudara di bawah asuhannya maka harus diberinya makan seperti apa yang dimakannya (sendiri) dan memberi pakaian seperti apa yang dipakainya(sendiri); dan tidak membebankan pada mereka dengan tugas yang sangat berat dan jika kamu membebankannya dengan tugas seperti itu, maka hendaklah membantu mereka (mengerjakannya).

Dari ayat Alquran dan hadits riwayat Baihaqi di atas, dapat diketahui bahwa prinsip utama pengupahan adalah keadilan yang terletak pada kejelasan aqad (transaksi) dan komitmen melakukannya. Aqad dalam perburuhan adalah aqad yang terjadi antara pekerja dengan pengusaha. Artinya, sebelum pekerja dipekerjakan, harus jelas dahulu bagaimana upah yang akan diterima oleh pekerja. Upah tersebut meliputi besarnya upah dan tata cara pembayaran upah.

(30)

:

Nabi saw dan Abu Bakar ra mengupah seorang lelaki dari bani Al Dain untuk menjadi penunjuk jalan. Dia orang yang terampil dan masih menganut agama kafir Qurays. Beliau memberikan jaminan keselamatan terhadapnya. Beliau menyerahkan beberapa ekor unta, dan berjanji akan bertemu kembali di gua Tsur setelah tiga malam. Pada malam ketiga dia datang kembali dengan membawa kendaraannya, dan beliaupun berangkat”.

,معن لاق ؟تنأو هباحصلاقف منغلا ىعرلإ ايبن هللا ثعبام لاق ملسم هلآو هللا ىلص ىبنلا نع ةريره ىبأ نع: : , :

.

هجام نبا و ىراخبلاو دمحأ هاور تكم لهل طيرارق ىلعاهاعرأتنك.

Nabi bersabda: Allah tidak mengutus seorang Nabi, melainkan dia adalah seorang yang pernah menjadi pengembala kambing. Sahabat bertanya: apakah anda juga seorang

pengembala? Nabi menjawab: benar. Saya mengembala dengan pembayaran beberapa qirat untuk penduduk Makkah”.

هيفيلنإكريي الرور سيبرلوير امنرمإ هيسوبإلوييلوور ليكيأوير امنرمإ هيموعإطوييلوفر هإدإير ترحوتر هياخرأر هيلنرلا لرعرجر نومرفر موكييدإيوأر ترحوتر هيلنرلا ميهيلرعرجر موكينياورخوإإ موهي

هإيولرعر هينوعإييلوفر هيبيلإغوير امر هيفرلنركر نوإإفر هيبيلإغوير امر لإمرعرلوا نرمإ

Para perkerja adalah saudaramu yang dikuasakan Allah kepadamu. Maka barang siapa mempunyai pekerja hendaklah diberi makanan sebagaimana yang ia makan, diberi pakaian sebagaimana yang ia pakai, dan jangan dipaksa melakukan sesuatu yang ia tidak mampu. Jika terpaksa, ia harus dibantu"

Tidak masuk Surga orang pelit, penipu, pengkhianat, dan orang yang jelek pelayananannya terhadap majikan. Sedangkan orang yang pertama kali mengetuk pintu Surga adalah para pekerja yang baik terhadap sesamanya, taat kepada Allah, dan kepada majikannya.

Saya mendengar Nabi bersabda: Barang siapa mengangkat pekerja, jika ia tidak mempunyai rumah harus dibikinkan rumah; jika belum menikah harus dinikahkan; jika tidak mempunyai pembantu harus dicarikan pembantu; jika tidak mempunyai kendaraan harus diberikan kendaraan. Jika Majikan tidak memberikan hal tersebut, ia adalah pembunuh.

شإجوننرلا نإعرور هيريجوأر هيلر نرينربريي ىتنرحر رإيجإأرلوا رإاجرئوتإسوا نإعر ىهرنر مرلنرسرور هإيولرعر مهلنرلا ىلنرصر ينربإننرلا ننرأر ينإرإدوخيلوا دريعإسر يبإأر نوعر رإجرحرلوا ءإاقرلوإإور سإمولنرلاور

)

دمحا )

"Sesungguhnya Nabi melarang mempekerjakan buruh sampai ia menjelaskan besaran upahnya, melarang Lams, najash dan ilqa' al-hajr"

Masuknya kompenen biaya hidup dalam upah, tidak semata-mata pertimbangan produktivitas kerja, memang masalah tersendiri jika majikan memetaforakan tenaga kerja sebagai mesin. Akan tetapi, dengan pertimbangan surplus value dan kemanusiaan, hal tersebut bisa diterima. Kenaikan upah yang berujung pada tingginya biaya produksi ini pada akhirnya harus

(31)

spekulasi, penimbunan, penyelundupan, dan lain-lain. Penentuan harga yang timbul dari persaingan tidak sempurna telah melahirkan harga monopoli lebih tinggi daripada harga kompetisi, dan hasil yang dibuat di bawah kondisi bersaing yaitu persaingan tidak sempurna. Disamping itu, produksi monopoli lebih rendah daripada produksi kompetitif. Kenaikan Harga yang sebenarnya disebabkan oleh; 1] Bertambahnya persediaan uang; 2] Berkurangnya produktivitas; 3] Bertambahnya kemajuan aktifitas; dan 4. Berbagai pertimbangan fiscal dan moneter.

Dari ayat dan Hadith ini kita mengetahui bahwa besaran upah dikaitkan dengan hak dasar untuk hidup (hifz al-nafs) secara layak, bukan semata-mata oleh sejauh mana produktivitas mereka.

Sementara itu Taqiyuddin an Nabhani mengajukan penyelesaian gaji dengan konsep ijarah. ijarah adalah memanfaatkan jasa suatu kontrak. Apabila ijarah berhubungan dengan seorang pekerja (ajir) maka yang dimanfaatkan adalah tenaganya. Karena itu, untuk mengontrak seorang pekerja harus ditentukan jenis pekerjaan, waktu, upah dan tenaganya. Ijarah mensyaratkan agar honor transaksi yang jelas, dengan bukti dan ciri yang bisa

menghilangkan ketidakjelasan. Kompensasi ijarah (upah, honor, gaji) boleh tunai dan boleh tidak, boleh dalam bentuk harta ataupun jasa. Intinya, apa saja yang bisa dinilai dengan harga boleh dijadikan sebagai kompensasi, dengan syarat harus jelas.

An Nabhani juga tidak mendasarkan upah pada kebutuhan hidup. Ia mendasarkan upah pekerja pada jasa atau manfaat yang diberikan pekerja dengan perkiraaan ahli terhadap jasa tersebut di tengah masyarakat. Jika upah telah disebutkan pada saat akad maka upah yang berlaku adalah upah yang disebutkan, sedangkan jika upah belum disebutkan, atau terjadi perselisihan di dalamnya, maka upah yang diberlakukan adalah upah yang sepadan.

Karena itu, upah dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) upah yang telah disebutkan pada saat akad yang dikenal dengan ajr al musamma, (2) upah yang sepadan atau ajr al mitsl. Ajr al musamma ketika disebutkan harus diiringi dengan kerelaan kedua belah pihak yang berakad. Dalam kondisi demkian, pihak majikan (musta’jir) tidak boleh dipaksa untuk membeyar upah lebih besar dari apa yang telah disebutkan, dan pihak pekerja (ajir) juga tidak dipaksa

menerima upah yang lebih kecil daripada yang telah disebutkan.

Adapun ajr al mitsli adalah upah yang sepadan dengan kerja maupun pekerjaanya sekaligus jika akad ijarahnya menyebutkan jasa kerjanya. Upah sepadan adalah upah yang sepadan dengan pekerjaanya saja jika akad ijarahnya menyebutkan jasa pekerjaanya.

Sedangkan al Mawardi, berpendapat bahwa dasar penetapan upah pekerja adalah setandar cukup, artinya gaji atau upah pekerja dapat menutupi kebutuhan minimal. Pendapat ini cenderung sama dengan pemikiran kapitalis yang menetapkan upah pada kebutuhan hidup minimal, yang kemudian dikenal di Indonesia dengan konsep Upah Minimum Kabupaten (UMK).

Berkaitan dengan masalah kontak kerja antara pengusaha dan pekerja. Islam telah mengatur agar kontrak kerja dan kerjasama antara pengusaha dan pekerja tersebut saling

menguntungkan. Tidak boleh satu pihak menzalimi dan merasa dizalimi oleh pihak lainnya. Islam mengatur secara jelas dan rinci hukum-hukum yang berhubungan dengan ijârah al-ajîr (kontrak kerja). Transaksi ijârah yang akan dilakukan wajib memenuhi prinsip-prinsip pokok transaksi ijârah. Di antaranya adalah: jasa yang ditransaksikan adalah jasa yang halal, bukan jasa yang haram; memenuhi syarat sahnya transaksi ijârah, yakni orang-orang yang

mengadakan transaksi haruslah yang sudah mampu membedakan baik dan buruk; harus didasarkan pada keridhaan kedua pihak, tidak boleh karena ada unsur paksaan. Transaksi ijârah juga harus memuat aturan yang jelas menyangkut bentuk dan jenis pekerjaan, masa kerja, upah kerja, dan tenaga yang dicurahkan saat bekerja.

(32)

Islam dalam menjaga kemaslahatan umatnya, kaum buruh. Sayangnya, banyak mufasirin (penafsir) tidak menindak lanjuti ayat-ayat al Qur’an dan al Hadith dengan konsep hukum yang detail, seperti memunculkan fikih perburuhan misalnya

Karena hukum etika saja tidak cukup dalam mengangkat derajat kaum buruh. Etik tidak punya daya untuk menghukum, hanya sebatas rambu-rambu pengingat saja. Padahal, kaum buruh tidak memiliki daya tawar yang sepadan dengan pengusaha atau pemerintah. Faktanya, selama ini ajaran Islam berjalan stagnan sementara posisi umatnya, kaum buruh semakin tidak terlindungi. Sehingga mau tidak mau kita harus menyeimbangkan/menyelaraskan ajaran Islam dengan fakta sosial yang ada saat ini.

Agar Islam tidak terjebak dalam ritus individualistik yang tidak berisi dan agama menjadi gagap ketika diberi beban untuk mengurusi realitas sosial, maka dibutuhkan upaya penafsiran yang memihak lebih konkrit dari kaum beragama terhadap ajaran agamanya dalam melihat isu perburuhan. Ulama Islam harus berpikir untuk memiliki “fikih perburuahan” yang dapat menjadi panutan (guide line) umatnya dalam menghadapi masalahnya. Fikih yang sebagai konsep normatif yang bersifat operasional dalam agama Islam diharapkan mampu

menegaskan dan memperkuat etika Islam yang melindungi buruh.

Selama ini, perburuhan adalah wacana yang langka dalam perbincangan Islam. Kelangkaan ini disebabkan tidak adanya ulama Islam yang peduli terhadap isu-isu perburuhan. Selain itu kelangkaan fikih ini karena keterbatasan sumber-sumber otoratif yang memungkinkan dilakukan kajian Islam dan perburuhan secara komperehensif dan mendalam. Kelangkaan ini mengakibatkan umat kesulitan mendapatkan ajaran-ajaran yang dapat menjadi pedoman bagaimana melindungi buruh. Sehingga, penggalian teks-teks suci yang dapat melindungi kaum buruh akan mempersepit praktik pelanggaran hak asasi manusia.

Dokumentasi hukum perburuhan ini memiliki posisi yang signifikan dan kontekstual dengan fenomena global saat ini, yaitu era industrial. Seperti apa jawaban Islam yang tegas dan konkrit dalam melihat problem perburuhan akan menentukan eksistensi Islam ke depan. Sudah tentu masalah perburuhan sekarang jauh berbeda dengan situasi perburuhan pada awal kemunculan Islam. Persekongkolan teknologi, akan memunculkan produk massal dalam industri manufaktur; modal tidak lagi berpusat dalam lingkup regional, tetapi berputar dalam ekonomi global tanpa bisa dikontrol. Dan salah satu komunitas rentan dan semakin hilang daya tawarnya tentu adalah kaum buruh. Nah apa jawaban Islam terhadap problematika perburuhan yang semakin kompleks ini.

(33)

Sistem Pengupahan

A. Pendahuluan

Upah adalah segala macam pembayaran yang timbul dari kontrak kerja, terlepas dari jenis pekerjaan dan denominasinya. Upah menunjukkan penghasilan yang diterima oleh pekerja sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukannya. Upah dapat diberikan baik dalam bentuk tunai atau natura, atau dalam bentuk tunai natura. Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan ditetapkan. Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tingkat fungsi upah, yaitu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang dan menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja

Penghasilan yang di terima karyawan digolongkan ke dalam empat bentuk yaitu upah atau gaji, tunjangan dalam bentuk natura (seperti beras, gula dan pakaian), fringe benefits (dalam bentuk dana yang disisihkan pengusaha untuk pensiun, asuransi kesehatan, kendaraan dinas, makan siang) dan kondisi lingkungan kerja. Sistem penggajian di Indonesia pada umumnya mempergunakan gaji pokok yang didasarkan pada kepangkatan dan masa kerja. Pangkat seseorang umumnya didasarkan pada tingkat pendidikan dan pengalaman kerja. Dengan kata lain, penentuan gaji pokok pada

umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip teori human capital, yaitu bahwa upah atau gaji seseorang diberikan sebanding dengan tingkat pendidikan dan latihan yang dicapainya. Di samping gaji pokok, pekerja menerima juga berbagai macam tunjangan, masing-masing sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Sebelumnya banyak penelitian yang membahas tentang kecanggihan teknologi informasi, perlindungan sistem informasi, partisipasi manajemen, pengetahuan manajer akuntansi,

Paket teknologi yang akan dikaji di petani berasal dari BALITKA Manado meliputi teknologi pengolahan minyak kelapa menggunakan dengan metode pemanasan bertahap serta pembuatan

Judul skripsi ini adalah “Pemberian Bantuan Hukum Oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sebagai Perwujudan Hak Konstitusional Fakir Miskin di Makassar” dan untuk

Pengaruh Konflik Kerja Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Produktivitas Karyawan Pt Bikasoga Bandung (Studi Kasus Pada Divisi Gedung Pertemuan Dan Sarana Olahraga) Oleh :

Setelah mendapat arahan dari kepala seksi bantuan, Peneliti kembali melakukan wawancara kepada informan yang berbeda tentang strategi komunikasi Dinas Sosial,

Penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti dan Muslimin (2014) yang berjudul “Efektivitas Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis Media DALAM Meningkatkan

Sejalan dengan pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani,

Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai