• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH ASKEP KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CONTOH ASKEP KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA T"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

CONTOH ASKEP KEPERAWATAN

LINTAS BUDAYA/TRUNCULTUR

NURSING

Juniartha Semara Putra

LAPORAN PENDAHULUAN

HUBUNGAN BUDAYA MEROKOK DENGAN BRONKITIS KRONIS

Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan/hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perkusi dan menyebabkan sionasis. Bronkitis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin pasti dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.

Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok.Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu : vBiasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

vKeadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak vMungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis vPada paru didapatkan suara napas yang kasar.

Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya virus merupakan awal dari serangan bronchitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronchitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.

(2)

mukosa, dan bronkopasme. Tidak seperti emfisema, bronchitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.Pasien dengan bronchitis kronis akan mengalami:

vPeningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mucus pada bronchus besar sehingga

meningkatkan produksi mucus. vMucus lebih kental

vKerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan mucus.

Dari paparan diaatas bahwa merokok dan bronkitis telah terbukti memiliki sambungan. Beberapa komponen kimia dari rokok mengiritasi lapisan saluran bronkial, sehingga menyebabkan peradangan pada saluran udara. Hanya beberapa zat beracun dalam sebatang rokok adalah karbon monoksida, tar, nikotin, ambergris, hidrogen sianida, dan benzena. Apa yang membuat merokok dan bronkitis yang mematikan pasangan-up adalah bahwa ketika tongkat menyala, toksisitas zat akan meningkat. Peradangan pada tabung trakea dan bronkial adalah respon sistem pernafasan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh komponen berbahaya dan racun dari tembakau.

Setelah tabung dari paru-paru terganggu, perokok biasanya menderita apa yang disebut sebagai “batuk perokok”, yang ditandai dengan batuk terus-menerus dan nyeri dada konstan. Bahkan orang yang hanya menerima perokok pasif juga dapat mengembangkan bronkitis karena setiap paparan kronis asap tembakau sudah bisa melumpuhkan aktivitas ciliary normal dari saluran bronkial. Perokok yang memiliki bronkitis biasanya memiliki diwarnai dengan dahak kuning, warna hijau, dan coklat.Kuning dan hijau menandakan bahwa ada infeksi pada paru-paru dimana warna coklat menunjukkan residu kimia pada paru-paru kiri dari merokok.

(3)

Merokok adalah penyebab paling penting dari bronkitis kronis. Trois dan rekan misalnya, mempelajari kebiasaan merokok dari perempuan yang terdaftar dalam studi kesehatan Perawat, studi kohort prospektif yang besar perempuan amerika, untuk menilai hubungan antara merokok dan oucurrence bronkitis kronis dan asma.

Antara 74,072 wanita, usia 34 hingga 68 tahun, 671 kasus asma baru didiagnosa dan 798 kasus bronkitis kronis yang baru didiagnosa. Risiko relatif dari bronkitis kronis pada dari chigarettes dihisap per hari, dan meningkat dengan usia. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat bronkitis kronis pada perokok empat sampai lima kali lebih tinggi daripada mereka

yang bukan perokok.

ASUHAN KEPERAWATAN TRUNSCULTURAL 1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :

a. FAKTOR TEKNOLOGI (TECNOLOGICAL FACTORS)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b. FAKTOR AGAMA DAN FALSAFAH HIDUP (RELIGIOUS AND PHILOSOPHICAL

FACTORS)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. FAKTOR SOSIAL DAN KETERIKATAN KELUARGA (KINSHIP AND SOCIAL

(4)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. NILAI-NILAI BUDAYA DAN GAYA HIDUP (CULTURAL VALUE AND LIFE WAYS)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.

e. FAKTOR KEBIJAKAN DAN PERATURAN YANG BERLAKU (POLITICAL AND

LEGAL FACTORS)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. FAKTOR EKONOMI (ECONOMICAL FACTORS)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

g. FAKTOR PENDIDIKAN (EDUCATIONAL FACTORS)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

(5)

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

4. EVALUASI

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atauberadaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Referensi :

ü health.learninginfo.org/smoking_bronchitis.htm (terjemahan dari bahasa

Inggris).

ü www.chantixsite.net/smoking_and_bronchitis.html( terjemahan dari bahasa

Inggris).

ü Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company

ü Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari

ü http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

(6)

ü Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc

ü Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia

ü Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts, Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies

KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

Asuhan Keperawatan Pada Pasien “JP” Terkait dengan Kebiasaan Merokok I. Pengkajian

Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Mei 2012 Jam : 13.30 WITA

Tanggal Masuk : 9 Mei 2012 No.CM: 035138

Ruangan : Mawar No. Kamar : 6

A. Identita Pasien Penanggung

Nama :

“JP” “LP”

Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

Uaia : 48 Tahun 42

Tahun

Status Perkawinan : Sudah

Kawin Sudah Kawin Agama :

Hindu Hindu

Suku Bangsa :

Indonesia Indonesia

Pendidikan : Tamat

SD Tamat SD

Bahasa yang digunakan : Bali dan Indonesia Bali dan Indonesia

(7)

Alamat : Abian Jero Amlapura Abian Jero, Amlapura

Diagnosa Medis : Bronchitis Kronis Sumber Biaya : Jamkesmas

Sumber Informasi : Pasien, Keluarga Pasien, CM

Hubungan dengan pasien: Istri B. Riwayat Keperawatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang a. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien dirawat di rumas sakit karena mengeluh nyeri perut bagian kanan, tembus sampai kebelakang, nyeri hilang timbul, mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu disertai batuk berdahak.

b. Keluhan Utama

Saat pengkajian, pasien mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), penggunaan otot bantu nafas (+), pernafasan cuping hidung (+), RR= 28 kali permenit.

c. KronologisKeluhan

Sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan tembus kebelakang, nyeri hilang timbul, dan pasien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, batuk (+), dahak (+). Pasien sempat berobat ke pengobatan tradisional namun tidak ada perubahan sehinnga keluarga pasien membawa pasien ke IRD Rumah Sakit Daerah Karangasem, dan dari IRD, pasien disuruh untuk dirawat inap di rumah sakit. Tanggal 9 Mei 2012 pasien dirawat inap di ruang mawar No.6 Rumah Sakit Daerah Karangasem dengan diagnosa medis Bronchitis kronis dengan terapi dari dokter:

ü RL 20 tetes/menit

ü Pemberian oksigen melalui kanula nasal 4 liter/menit

ü Ketorolak 3×1 ampul

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu a. Riwayat Alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi dengan jenis obat. b. Riwayat Kecelakaan

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat kecelakaan seperti kecelakaan dalam bekerja ataupun kecelakaan dalam berkendara.

c. Riwayat dirawat di Rumah Sakit

(8)

d. Riwayat Pemakaian Obat

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien juga mengonsumsi obat selain obat yang diresepkan oleh dokter yaitu obat berupa air (tirta) serta minyak yang berwarna coklat yang dioleskan di bagian perutnya yang didapat dari pengobatan tradisional.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan bahwa anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang dialami pasien.

C. Data-Bio-Psiko-Sosial a. Bernapas

Saat pengkajian, pasien mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), penggunaan otot bantu nafas (+), pernafasan cuping hidung (+), RR= 28 kali permenit.

b. Makan dan Minum

Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam hal makan dan minum, tetapi pasien mengaku punya kebiasaan jarang mencuci tangan sebelum makan dikarenakan didaerahnya merupakan daerah yang kering dan sulit untuk mencari air serta mempunyai kebiasaan merokok semenjak selesai bekerja menjadi sopis truk di Jawa yaitu dari tahun 1999, sehari mampu menghabiskan 2 bungkus rokok ( 2×20 batang ) serta mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol karena di desanya merupakan penghasil minuman beralkohol yakni tuak dan arak karangasem.

c. Eliminasi

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami gangguan dalam hal BAB dan BAK. Pasien BAB sekali dalam sehari.

d. Gerak Aktivitas

Pasien mengatakan belum mampu ke kamar mandi sendiri karena keadaannya yng lemas, dan mengaku pegal pada kakinya karena encok sebab sebelum masuk rumah

sakit pasien bekerja keras dalam menggarap kebun dan sapinya. e. Istirahat Tidur

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien kesulitan tidur karena sesak, jumlah tidur 5 jam. Tetapi sebelum sakit pasien tidur dengan teratur yakni tidur mulai jam 22.00

sampai jam 05.00 WITA ( jumlah tidur 7 jam ). f. Pengaturan Suhu Tubuh

Pasien tidak ada keluhan panas, suhu tubuhnya 370 C. g. Kebersihan Diri

(9)

dikarenakan di daerahnya merupakan daerah yang kering dan sulih mencari sumber air.

h. Data Sosial

Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya baik-baik saja, pasien selalu ditunngu oleh istrinya di rumah sakit.

i. Rasa Aman dan Nyaman

Pasien mengeluh nyeri pada kakinya karena rematik, merasa gelisah dan cemas karena pasien khawatir terhadap hewan ternaknya yang tidak dapat beliau urus sehingga anaknya yang mengurus hewan ternaknya selama beliau sakit.

j. Komunikasi

Pasien mampu berkomunikasi dengan lancar walaupun dengan tubuh yang lemas, pasien dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Bali madya dan terkadang menggunakan bahasa Indonesia.

k. Beribadah

Pasien beragama Hindu, pasien percaya yakin akan agamanya, serta pasien percaya bahwa penyakitnya murni karena masalah medis yaitu karena kebiasaannya merokok yang sehari mampu menghabiska 2 bungkus sehari.

l. Prestasi dan Produktivitas

Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani dan berternak sapi, namun sebelumnya sempat menjadi sopir truk di Jawa tetapi sudah selesai karena pasien tidak kuat merantau.

m. Belajar

Pasien mengetahui penyebab penyakitnya yakni kebiasaan merokok, yang sehari mampu menghabiskan 2 bungkus rokok.

n. Rekreasi

Pasien dalam mengisi waktu luangnya selama di rumah sakit hanya dengan ngobrol dengan keluarganya, tetapi sebelum sakit pasien tidak pernah berlibur karena keadaan ekonomi yang kurang serta kesibukannya sebagai petani dan berternak sapi sehinnga tidak ada waktu untuk pasien berekreasi.

D. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 10 Mei 2012

No Pemeriksaan Satuan

1 WBC 11.1 k/ul

2 NEU 8.99 .81.1 %N

(10)
(11)

1. P: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu berktivitas dalam

beternak dan bertani

E: Berhubungan dengan kebiasaan merokok.

S: Pasien mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir tentang ternak sapinya yang

tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok,pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit

Proses Terjadinya:

Kurangnya kesadaran akan bahaya merokok sehingga pasien mengalami sesak nafas yang merupakan dampak dari penyakitnya sehingga tidak mampu melakukan aktivitas berternak dan bertani.

Akibat jika tidak ditanggulangi:

Pasien akan terganggu aktivitas sehari-harinya karena tidak mampu beraktivitas akibat sesak nafasnya dan memperlambat proses penyembuhan

c. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam

beternak dan bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit III. Intervensi/Perencanaan

a. Prioritas

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam

beternak dan bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit b. Rencana Asuhan Keperawatan Pada Pasien “JP”

(12)
(13)

1

berhenti merokok dengan membatasi asupan rokok

berhenti merokok dengan membatasi asupan rokok

Jam No. Dx. Evaluasi Sumatif Pataf

1 Sabtu

12 Mei 2012

1 S:

(14)

Pkl. 14.00

khawatir dengan kondisinya sehingga tidak mampu beraktivitas sebagai petani

O:

üBatuk (+)

üGelisah (+)

üKeinginan Merokok (+)

A: Masalah belum tercapai

P: Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4

Amlapura, 18 Mei 2012

Mahasiswa,

( I Putu Juniartha Semara Putra)

NIM: P07120011014

Referensi

Dokumen terkait