• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Orang Cina pada Masa Kolonial Hind (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Orang Cina pada Masa Kolonial Hind (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN 1. Toko Merah

Gambar 1.1 Toko Merah, Jakarta.

Kali Besar atau dahulu disebut De Grote Rivier adalah sebuah sungai buatan yang melintasi kota Batavia. Kali Besar dipergunakan sebagai sarana transportasi air pada masa kependudukan kolonial Belanda. Selain sebagai sarana transportasi air, di sepanjang sisi Kali Besar juga terdapat banyak bangunan bersejarah.

Salah satu nya adalah Toko Merah. Toko Merah berbentuk rumah kembar karena terdiri dari dua rumah dengan kedua sisi yang sama di bawah satu atap. Toko Merah adalah salah satu gedung tua di kawasan wisata Kota Tua Jakarta. Toko Merah sarat dengan ciri khas etnis Cina karena berwarna merah meski bercat merah tua.

Toko Merah sendiri didirikan sekitar tahun 1730. Julukan Toko Merah muncul pertama kali ketika digunakan sebagai toko oleh seorang keturunan Cina bernama Oey Liauw Kong pada tahun 1851.

(2)

Kong, beliau mengubah warna cat bangunan tersebut agar berbeda dari bangunan lainnya. Sejak saat itu orang-orang di sekitar Kali Besar menyebut bangunan tersebut Toko Merah.

Gambar 1.2 Toko Merah sebagai Cagar Budaya

Bangunan berwarna merah ini awalnya merupakan kediaman dari seorang juru beli kebangsaan Belanda, Gustaf Willem Baron Van Imhoff. Setelah tragedi pembantaian angke, beliau diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1743.

Kemudian bangunan ini juga sempat dialih fungsikan menjadi bank (Bank voor Indie), hotel pertama yang berdiri di Batavia (Heerenlogement), rumah sakit, kantor, bahkan sempat pula menjadi pusat Akademi Maritim (Academiede Marine) Belanda. Toko Merah juga pernah dijadikan tempat tinggal Gubernur Jendral lainnya seperti Jacob Mossel, Petrus Albertus der Parra, dan Reinier de Klerk.

2. Etnis Cina di sekitar Kali Besar

(3)

Gambar 2.1 Kali Besar jaman Batavia

Kemudian lambat laun perdagangan mereka berkembang pesat seiring dengan populasi etnis Cina. Sekitar tahun 900-an populasi mereka sudah mulai masuk ke daerah Petak 9.

Belakangan bangsa Eropa yang tinggal di sepanjang Kali Besar mulai menyadari perkembangan yang dialami oleh para warga keturunan Cina. Mereka pun mulai menganggap etnis Cina adalah saingan mereka.

3. Tragedi Angke (Geger Pacinan/ Chinezenmoord)

(4)

Kemunduran VOC dalam bidang perdagangan akibat kalah bersaing dengan maskapai dagang Inggris menimbulkan tekanan besar terhadap seluruh wilayah jajahan VOC. Dewan VOC memberlakukan Surat Ijin Tinggal sebagai salah satu bentuk pemerasan terhadap keturunan Cina yang kaya.

Keturunan Cina yang miskin dibunuh dan dideportasi. Kondisi ini sangat merugikan bagi keturunan Cina sehingga mendorong mereka untuk melakukan perlawanan. Kondisi yang memanas antara keturunan Cina dan pemerintah VOC menyebabkan pada Oktober tahun 1740 terjadi pembantaian etnis Cina secara sadis oleh Belanda.

Tragedi pembantaian tersebut terjadi di sepanjang Kali Angke dan di balai kota (Stadhuis) yang sekarang menjadi museum Fatahillah. Peristiwa ini menelan korban lebih dari 10.000 etnis Cina yang pada saat itu dibunuh atas perintah Jenderal Adrian Valkenier.

Akibat dari peristiwa pembantaian tersebut adalah terjadinya migrasi besar-besaran. Daerah migrasi yang paling banyak dituju adalah Tangerang. Di sana mulai dikenal sebutan orang-orang Cina benteng. Mereka adalah etnis Cina yang melarikan diri pada saat terjadi pembantaian. Orang-orang Cina benteng ini umumnya memiliki perekonomian lebih terbelakang dari etnis Cina yang tinggal di daerah lain..

Lama kelamaan setelah kejadian tersebut Batavia menjadi kota yang ditinggalkan. Selain karena kali yang mendangkal, Batavia juga terserang wabah disentri dan kolera. Sehingga Batavia yang dahulu perdagangannya sangat pesat menjadi kota yang ditinggalkan. Maka terdapat sebutan Oud Batavia.

4. Peran Orang Cina dalam bidang perekonomian dan bidang pemerintahan

(5)

sangat berpengaruh di wilayah itu serta mempunyai tanah perkebunan yang sangat luas yang bernama Souw Beng Kong.

Gambar 4.1 Batavia

Souw Beng Kong sangat dihormati dan dipercaya penuh oleh para petani dan pedagang di wilayah itu. Setiap pedagang asing dari Inggris, Portugis, dan Belanda yang ingin membeli hasil bumi haruslah melakukan pembelian dan negosiasi harga dengan Souw Beng Kong .

Souw Beng Kong lahir di Tang Oa Provinsi Hokkian pada tahun 1580. Masa itu Pelabuhan Banten adalah sebuah pelabuhan yang sangat ramai dikunjungi oleh para pedagang dari mancanegara. Terutama pada bulan Februari sampai bulan April banyak pedagang dari daratan Tiongkok yang datang untk membeli hasil bumi terutamanya adalah lada dan kopra. Peranan kelompok orang Tionghoa sangatlah penting dalam turut memajukan perdagangan di wilayah Kesultanan Banten sejak zaman dahulu.

(6)

bahwa telah terjadi hubungan yang sangat erat dan saling menguntungkan untuk kedua belah pihak.

5. Souw Beng Kong

Souw Beng Kong datang ke Indonesia sekitar akhir abad ke-16. Dia tinggal di daerah Banten. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, dia berhasil menjadi pedagang yang terkenal di sana. Kepiawaiannya dalam berdagang rempah membuat para pembeli dari Inggris, Itali, dan Portugis datang membeli ke tempatnya.

Kehancuran Jayakarta karena kekalahan Pangeran Jayakarta membuat keadaan kota hancur lebur. Jan Pieterszoon Coen menjadikan dia sebagai tokoh yang diandalkan karena banyak kesulitan jika menggunakan orang Belanda. Jika ingin menggunakan orang setempat juga dianggap kurang terampil dan tidak berkompeten.

Untuk membangun kembali kota Batavia J.P. Coen membujuk Beng Kong untuk bekerja sama. Dalam pandangan J.P. Coen orang Tionghoa adalah orang yang rajin, ulet, dan terampil.

Dia memiliki kedudukan sejajar dengan para Kapitan lain seperti dari Suku Bugis, Bali, Makassar, India, Mardijkers, dan kelompok etnis lain yang mengembangkan Kota Batavia. Hubungan antaretnis demikian erat dan tercatat Beng Kong memiliki dua istri wanita Bali yang memberinya dua putra.

Pada masanya Beng Kong mencetak uang tembaga. Selain itu dia juga merupakan seorang saudagar kapal, kontraktor, pedagang, dan juga pemegang lisensi penyelenggaraan judi di Batavia. Beng Kong juga merupakan pimpinan komunitas Tionghoa di Batavia.

(7)

Dapat dikatakan bahwa Jakarta saat ini salah satunya adalah berkat Beng Kong yang dulu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan Batavia. Di antara 22 kapitan Cina semasa pendudukan Hindia Belanda Souw Beng Kong adalah yang paling menonjol dan paling lama masa jabatannya. Sebagai penghargaan untuknya J.P. Coen memberikan tanah hibah yang juga kini terdapat makam Souw Beng Kong.

Gambar

Gambar 1.1 Toko Merah, Jakarta.
Gambar 1.2 Toko Merah sebagai Cagar Budaya
Gambar 2.1 Kali Besar jaman Batavia
Gambar 4.1 Batavia
+2

Referensi

Dokumen terkait