• Tidak ada hasil yang ditemukan

33911827 SKRIPSI Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Kerja Kelompok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "33911827 SKRIPSI Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Kerja Kelompok"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN IPS

MELALUI METODE KERJA KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas V SD Negeri 2 Cadassari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Pendidikan Indonesia Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

PIPIN SRI MULYANINGSIH NIM. 0801898

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS DAERAH PURWAKARTA

(2)

i ABSTRAK

Penelitian ini mengangkat tema peningkatan kualitas pembelajaran IPS di kelas V sekolah dasar melalui penggunaan metode kerja kelompok. Pengambilan tema tersebut berangkat dari satu pemikiran bahwa kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya IPS di kelas V sekolah dasar yang masih kurang memuaskan. Seperti guru yang belum menggunakan metode yang bervariasi dan masih kurangnya penggunaan alat atau media yang sesuai.

Penelitian ini mengangkat masalah keadaan awal pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran IPS, kerjasama peserta didik dalam pembelajaran IPS dengan memakai metode kerja kelompok, dan hasil belajar peserta didik setelah menggunakan metode kerja kelompok, sehingga penelitian ini diharapkan seyogyanya guru sekolah dasar dapat meningkatkan mutu pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, dimana setiap siklusnya terdiri atas: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian telah berhasil mendeskripsikan efektivitas penerapan metode kerja kelompok terhadap peningkatan hasil belajar siswa, antara lain: 1) penggunaan metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran IPS telah mampu mengubah keadaan awal pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran IPS itu sendiri, hal ini disebabkan metode kerja akelompok telah mampu menarik minat belajar peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran tersebut; 2) pemilihan metode kerja kelompok ternyata telah mampu memupuk kerjasama di antara peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan tugas untuk membuat laporan dan membacakan di depan kelompok yang lain, 3) dengan diterapkannya metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran IPS terbukti telah menunjukan hasil belajar yang lebih baik.

(3)

ii

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN IPS

MELALUI METODE KERJA KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas V SD Negeri 2 Cadassari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disetujui dan disyahkan oleh:

Pembimbing I

Drs. Burhanudin T. R., M.Pd. NIP. 195506271983031001

Pembimbing II

Drs. Daim, M.Pd. NIP. 194509121964101001

Mengetahui,

Ketua Program Strata 1 PGSD UPI Kampus Purwakarta

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanya bagi Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tanpa halang rintang yang cukup berarti. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Metode Kerja Kelompok” ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Purwakarta.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada segenap pihak yang telah mendukung penyusunan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Ayah Bunda tercinta, dan segenap keluarga atas do’a restu dan dukungannya sepanjang hayat.

2. Drs. Burhanudin T. R., M.Pd. dan Drs. Daim, M.Pd., yang telah membimbing sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Nahrowi Aji, A.Pd., M.Pd., Ketua Program Strata 1 PGSD UPI Kampus Purwakarta.

4. H. Endis Bahrudin, Kepala SD Negeri 2 Cadassari Tegalwaru – Purwakarta, dan seluruh stafnya.

5. Rekan-rekan dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung hingga rampungnya skripsi ini.

Penulis sadar, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun besar harapan penulis, meski dalam ketidaksempurnaan tapi mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam memperkaya khazanah keilmuan masa kini, khususnya di dunia Pendidikan Agama Islam.

(5)

iv

A. Pengertian Pembelajaran ... 11

B. Pengertian Hasil Pembelajaran ... 14

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

D. Evaluasi Hasil Belajar ... 18

E. Metode Pembelajaran ... 20

F. Metode Kerja Kelompok ... 22

G. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32

C. Definisi Operasional ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas ... 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun Pelajaran 2009/2010

Tabel 3.1 Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun Pelajaran 2009/2010

Tabel 4.1 Data keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun Pelajaran 2009/2010

Tabel 4.2 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SD Negeri 2 Cadassari Tahun Ajaran 2009/2010

Tabel 4.3 Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari Tabel 4.4 Nilai Tes Awal Siswa

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

(8)

vii

DAFTAR GRAFIK

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan dipertimbangkan sebagai jalur strategis yang memberikan harapan untuk menunjang upaya pemecahan masalah jangka panjang. Program pembinaan dan pengendalian kependudukan dan lingkungan prilaku dilaksanakan secara terlaksana, sistematik, Terarah dan ketersinambungan. Program pendidikan selalu berkembang dan maju dengan berbagai inovasi agar sesuai dengan aspirasi masyarakat.

S. Pratomo (2006:140) mengemukakan bahwa pengertian pendidikan secara etimologi adalah usaha sadar untuk mengembangkan jiwa seseorang ke arah dewasa. Pengembangan jiwa seseorang tidak dapat diamati, yang dapat diamati adalah tingkah lakunya. Inti dari pendidikan itu adalah pengembangan jiwa dan perubahan tingkah laku seseorang ke arah dewasa.

Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 pasal 3 tentang tentang Sistem Pendidikan Nasional mengungkapkan:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.

(10)

peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan.

Pada kurikulum sekolah dasar, baik kurikulum tahun 2004 maupun kurikulum 2006, yang dikenal dengan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum yang berorientasi pada kemampuan peserta didik sebagai subjek dan sentral dalam pembelajaran, Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan sosial secara nasional, karena saat ini kesejahteraan tidak hanya mengandalkan pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual sosial dan kepercayaan (kreadibilitas).

Pengembangan kurikulum pengetahuan sosial merespon secara positif sebagai pengembangan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desternalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan manusia setempat dengan sejumlahn aktivitas sosialnya. Kompetensi sosial menjamin kebutuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, budaya dan kewrganegaraan sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak.

(11)

3

fisikologis untuk tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial.

Menurut Hasan (1996:107), tujuan IPS dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan intelektual peserta didik, pengembangan kemampuan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri peserta didik sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri peserta didik dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri peserta didik dan kepentingan masyarakat. Sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi peserta didik baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.

Mengenai karakteristik pendidikan IPS sebagai suatu syinhentik disciplines, dijelaskan oleh Somantri (2001:198) bahwa disebut syinthetic disciplines karena pendidikan IPS bukan hanya untuk mampu mensintetiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, melainkan juga tujuan pendidikan dan pembangunan serta masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat yang akan menjadi pertimbangan bahan pendidikan IPS.

(12)

belajar mengajar yang memiliki kadar siswa aktif yang tinggi. Metode kerja kelompok menuntut persiapan yang berbeda apabila dibandingkan dengan format belajar mengajar ekspositorik. Bagi yang sudah terbiasa dengan strategi ekspositorik memerlukan waktu untuk berlatih menggunakan metode kerja kelompok ini. (Moedjono dan Dimyati, 1993:60).

Metode kerja kelompok adalah dimana peserta didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tentu dengan bergotong royong. (Sagala, 2003:215).

Dalam metode kerja kelompok, peserta didik dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok dapat didasarkan pada perbedaan kemampuan belajar, perbedaan minat dan bakat, perbedaan jenis kegiatan, perbedaan wilayah tempat tinggal, ataupun dibuat secara acak.

Berdasarkan uraian di atas, pendidikan seyogyanya menghasilkan suatu kondisi pembelajaran yang memenuhi kriteria, baik ditinjau dari pengembangan, isi, bahan, pelajaran yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kurikulum dan bagaimana pula pendekatan strategi dan metode serta teknik mengajar yang harus dilakukan agar tujuan belajar mengajar berhasil dengan baik.

(13)

5

metode ceramah. Oleh sebab itu, kegiatan-kegiatan intelektual belum terlaksana sepenuhnya. (Hasil observasi di SD Negeri 2 Cadassari Kec. Tegalwaru Kab. Purwakarta)

Sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran pengetahuan sosial, metode ini sengaja menjadi bahan penelitian agar guru tidak hanya memakai atau menggunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan pelajaran pengetahuan sosial, karena dalam metode kerja kelompok siswa dilibatkan secara langsung sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang aktif dan diharapkan dapat terjadi meningkatkan dalam segi perolehan nilai serta perubahan sikap sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran pengetahuan sosial.

Berdasarkan uraian di atas, kajian ini terfokus pada penggunaan metode keeja kelompok dalam pembelajaran IPS dengan judul, “Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS melalui Metode Kerja Kelompok” (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas V SD Negeri 2 Cadassari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2009/2010).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Bagaimana penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Cadassari?

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari pada pembelajaran IPS setelah menggunakan metode kerja kelompok?

(14)

hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Bagaimana penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran IPS di

kelas V SD Negeri 2 Cadassari.

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari pada pembelajaran IPS setelah menggunakan metode kerja kelompok.

3. Seberapa besar pengaruh metode kerja kelompok dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari.

D. Manfaat Penelitian.

Secara umum, manfaat hasil penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi baru tentang kemajuan prestasi siswa pada mata pelajaran IPS melalui penggunaan metode kerja kelompok, terutama informasi tentang :

1. Penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Cadassari.

2. Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari pada pembelajaran IPS setelah menggunakan metode kerja kelompok.

(15)

7

E. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji penerapan metode kerja kelompok pada kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar. Kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar mengajaryang meiliki kadar siswa aktif yang tinggi. Kerja kelompok menuntut persiapan yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan format belajar mengajar ekspositorik. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan strategi ekspositorik, memerlukan untuk berlatih menggunakan metode kerja kelompok ini. Dalam mengkaji permasalahan penelitian ini, tentu ada beberapa landasan dari beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli dan para pakar peneliti pendidikan.

Dalam pembelajaran di kelas banyak komponen-komponen yang perlu dikuasai seorang guru antara lain: metode, media, dan sumber belajar. Maka dari itu selayaknya seorang guru harus menguasai kompenen-komponen tersebut demi tercapainya tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran, karena metode pembelajaran merupakan cara seorang guru untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Winataputra (2004:4.1) bahwa pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

(16)

1. Metode Ekspositoris, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan perannya lebih banyak dibanding siswa. Contohnya: Metode ceramah. 2. Metode Discovery, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana

guru hanya berperan sebagai fasilitator. Contohnya: Metode pemecahan masalah (Problem solving method) dan Metode penyelidikan dan penemuan (Inquiri and discovery method). Sehubungan dengan metode

discovery tersebut, Callahan and Clark (Wahyudin, 2004:413) mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya dibutuhkan guru yang mempunyai karekteristik sebagai berikut: permissive (pemberi kesempatan), friendly (bersahabat), a guide (seorang pembimbing),open minded (berpandangan terbuka), creative (kreatif), social aware (sadar bermasyarakat), enthusiastic (antusias), cooperative and sincere (bekerja sama dan sungguh-sungguh).

Pada dasarnya metode kerja kelompok adalah suatu aktifitas belajar di mana individu yang belajar terdapat lebih dari satu orang melalui kerja sama dalam menyelesaikan persoalan dalam menyelesaikan persoalan dalam belajar merupakan wujud pengembangan rasa rasional siswa.

“Metode kerja kelompok adalah dimana anak didik dalam suatu kelompok

(17)

9

F. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran, oleh karena itu, metode yang dianggap tepat adalah metode penelitian tindakan kelas (class action research), yakni studi sistematis yang dilakukan dalam upaya perbaikan praktik-praktik pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut (Kasbolah, 1998/1999:14).

Sedangkan pendekatannya adalah kualitatif, yaitu suatu penilaian yang berdasarkan kepada fakta dan analisis perbandingan, bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep pembuktikan teori dan mengembangkannya, serta pengumpulan data analisis datanya berjalan pada waktu yang bersamaan. (Burhanudin, 2007:93).

Metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Cadassari bersifat perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dimaksud adalah perbaikan dalam pembelajaran IPS. Karena bersifat perbaikan, tentu saja pelaksanaan pembelajaran tidak hanya cukup satu kali saja, melainkan diperlukan berulang-ulang.

Sumber data penelitian diperoleh dari: a) subjek siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari Tegalwaru - Purwakarta, b) guru sebagai peneliti, merangkap praktisi, serta guru-guru mitra penelitian yang di laksanakan secara kolaborasi, c) kelas, d) sarana dan prasarana, dan e) dokumen-dokumen sekilas sebagai penunjang.

(18)

G. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SD Negeri 2 Cadassari Kec. Tegalwaru Kab. Purwakarta.

Untuk lebih jelasnya, dipandang perlu untuk mengungkapkan keseluruhan siswa yang sedang menimba ilmu di SD Negeri 2 Cadassari, yaitu sebanyak 295 orang peserta didik, terdiri dari 145 orang siswa laki-laki dan 150 orang perempuan. Adapun yang menjadi sampel/subjek penelitian ialah 30 siswa kelas V, yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Tabel 1.1

Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun Pelajaran 2009/2010

(Dokumen SDN 02 Cadassari Kecamatan Tegalwaru - Purwakarta 2009/2010) Ket: *) Siswa kelas V yang dijadikan subjek penelitian.

NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 I 23 29 52

2 II 33 28 61

3 III 27 23 50

4 IV 28 29 57

5 V 17*) 13*) 30*)

6 VI 17 28 45

(19)

11 BAB II

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN IPS

MELALUI METODE KERJA KELOMPOK

A. Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman (Winataputra, 2005 : 2.3).

Sikun Pribadi, guru besar IKIP Bandung, berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata. (Tafsir, 2008:7)

Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari komponen-komponen berikut: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi. Yang menjadi komponen utama dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, karena semua komponen lainnya mengacu kepada tujuan pembelajaran. Karena itu, untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal yang harus dirumuskan pertama kali adalah tujuan pembelajaran. (Sutikno, 2008:37)

(20)

pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus memungkinkannya untuk memahami hal-hal lain. Belajar hanya akan terjadi dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang harus

diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan. Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang

memperoleh pola perilaku (Stephen, 2007:69-79), yaitu:

1. Pengondisian klasik, yaitu jenis pengondisian di mana individu merespons beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru.

2. Pengondisian operant, yaitu jenis pengondisian di mana perilaku sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman. Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku.

(21)

13

Proses belajar dapat dibedakan ke dalam tiga fase, yaitu:

1. Fase informasi, yaitu fase dimana anak didik memperoleh informasi yang menambah, memperhalus dan memperdalam, atau bahkan menentang pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

2. Fase transformasi, yaitu fase penganalisaan informasi yang telah didapat untuk kemudian diubah ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.

3. Fase evaluasi, yaitu fase penilaian apakah informasi yang didapat dan telah ditransformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Berikut beberapa hal penting tentang belajar:

1. Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja.

2. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan

semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

3. Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku.

(22)

5. Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.

6. Perasaan bangga dalam diri karena dapat mengerti dan paham akan apa

yang dipelajari.

B. Pengertian Hasil Pembelajaran

Menurut Depdiknas (2003:3), hasil belajar (prestasi belajar) siswa yang diharapkan adalah kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif atau perilaku.

Tu’u (2004:75) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang

dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Sedangkan Surya (2004:64) menyatakan bahwa prestasi belajar ialah sesuatu yang dicapai oleh peserta didik sebagai perilaku belajar yang berupa hasil belajar yang berbentuk perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Prestasi belajar peserta didik ini biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

(23)

15

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250-251), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif, ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian. Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.

Oemar Hamalik, sebagaimana dikutip oleh Marliani (2009:23) menyatakan bahwa tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut, yaitu: pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.

(24)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar (Slameto, 2003:64), yaitu:

1. Faktor internal

a. Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

b. Faktor Psikologis

(25)

17

2. Faktor Eksternal

a. Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b. Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c. Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

(26)

D. Evaluasi Hasil Belajar

Hasil belajar anak didik dapat dilihat dengan melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi berguna untuk mengetahui sampai mana pencapaian siswa terhadap suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan evaluasi pendidik juga dapat memperoleh timbal balik yang kemudian digunakan untuk memperbaiki serta mengembangkan proses pembelajaran berikutnya.

”Evaluasi berarti penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.” (Syah, 2008:141)

Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1, ”evaluasi

hasil belajar siswa dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan.”

Bukan hanya seperti di katakan di atas saja pengertian evaluasi, tetapi ada beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup evaluasi, yaitu di antaranya:

(27)

19

3. Assessment, yaitu suatu proses pengumpulan data dan pengolahan data tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan.

Terdapat urutan atau proses yang mendasari sebelum melakukan evaluasi (Duncan, 2005:22), yakni:

1. Mengembangkan konsep dan mengadakan penelitian awal. Konsep perlu direncanakan secara matang sebelum diadakan eksekusi pesan dan perlu diadakan uji coba untuk mengecek kesesuaian antara draft yang dibuat dengan eksekusi pesannya.

2. Dengan uji coba yang dilakukan, pengevaluasi mencoba mencari tanggapan dari khalayak. Tanggapan dari khalayak ini penting untuk mengukur efektifitas pesan yang disampaikan.

Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu diadakan evaluasi, dimana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang mengadakan evaluasi.

Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi di awal (pretest) dan diakhir (posttest). Pretest merupakan sebuah evaluasi yang diadakan untuk menguji konsep dan eksekusi yang direncanakan. Sedangkan, posttest merupakan evaluasi yang diadakan untuk melihat tercapainya tujuan dan dijadikan sebagai masukan untuk analisa situasi berikutnya.

(28)

lingkungan sekitar. Realisme dari metode ini lebih dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai evaluasi tersebut dengan baik, diperlukan sejumlah tahapan yang harus dilalui, yakni menentukan permasalahan secara jelas, mengembangkan pendekatan permasalahan, memformulasikan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan kemampuan menyampaikan hasil penelitian.

Terdapat dua tujuan khusus evaluasi pendidikan, yaitu :

1. Untuk mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia mengalami pendidikan selama jangka waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidik selam jangka waktu tertentu tadi.

E. Metode Pembelajaran

Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kata pembelajaran berarti segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa.

(29)

21

pembelajaran. Muhibin Syah (2008:201) juga menyebutkan bahwa metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.

Intinya, beberapa ahli tersebut sepakat bahwa metode mengajar adalah bagaimana cara guru menyampaikan materi ajar kepada siswa. Sedangkan tujuan penggunaan metode mengajar yang tepat ialah agar tercipta proses belajar pada diri siswa.

Metode pembelajaran sangat beraneka ragam. Dengan berbagai pertimbangan, guru harus mampu memilih dan memanfaatkan metode yang efektif sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar.

Secara umum, penerapan metode pembelajaran meliputi empat kegiatan utama (Sumiati, 2008:97), yaitu:

1. Kegiatan awal yang bersifat orientasi. 2. Kegiatan inti dalam proses pembelajaran. 3. Penguatan dan umpan balik.

4. Penilaian/Evaluasi.

Sutikno (2008:85) menyebutkan beberapa ciri metode yang baik, yaitu: 1. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa.

2. Bersifat luwes, fleksibel, dan memiliki daya yang sesuai dengan watak siswa dan materi.

3. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dan praktek serta menghantarkan siswa pada kemampuan praktis.

4. Tidak mereduksi materi.

5. Memberi keleluasaan bagi siswa.

(30)

Sutikno (2008:87) juga menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemilihan metode yang tepat, yaitu: tujuan yang hendak dicapai, materi pelajaran, siswa, situasi, dan guru.

F. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari atau tujuan pelajaran yang tentu dengan bergotong royong. (Sagala, 2003:215)

Moejono sebagai mana dikutip oleh Sumantri (1999:148), mengungkapkan bahwa kerja kelompok merupakan format belajar yang menitik beratkan kepada interaksi antar anggota guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama-sama.

Menurut Moedjiono (Sumantri dan Permana, 1998/1999:148), metode kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Karena itu guru dituntut untuk mampu menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara manipulatif mampu mengaktifkan anak untuk bekerja sama dan berkolaborasi dalam kelompok.

Dalam metode kerja kelompok, siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok dapat didasarkan pada perbedaan kemampuan belajar, perbedaan minat dan bakat, perbedaan jenis kegiatan, perbedaan wilayah tempat tinggal, ataupun dibuat secara acak.

(31)

23

mengelompokan peserta didik secara arif dan profesional. Pengelompokan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada:

1. Fasilitas yang tersedia,

2. Perbedaan individual dalam minat belajar kemampuan belajar, 3. Jenis pekerjaan yang diberikan,

4. Wilayah tempat tinggal peserta didik, 5. Jenis kelamin,

6. Memperbesar partisipasi peserta didik dalam kelompok, dan 7. Lotre/random.

Penggunaan metode kerja kelompok menurut Meojiono Mulyani Sumantri dan Johan Permana (1992:149) bertujuan untuk :

1. Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama di antara peserta didik. 2. Meningkatkan sosio-emosional dan intelektual peserta didik dalam proses

belajar mengajar yang diselenggarakan.

3. Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara berimbang.

Adapun alasan penggunaan metode kerja kelompok antara lain: 1. Membuat para peserta dididk dapat bekerjasama dengan temannya.

2. Mengembangkan kekuatan untuk mencari dan menemukan bahan-bahan untuk melaksanakan tugas tersebut.

3. Membuat peserta didik aktif.

Beberapa keuntungan dan kelebihan metode kerja kelompok adalah: 1. Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

(32)

dalam mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah. 3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi.

4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan peserta didik sebagai individu serta kebutuhan belajarnya.

5. Peserta didik lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka.

6. Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan rasa menghormati dan menghargai pribadi temannya serta menghargai pendapat orang lain.

7. Membiasakan siswa untuk bekerjasama sesuai asas demokrasi. 8. Menimbulkan sikap kompetitif yang sehat dan sportif.

9. Guru tidak perlu mengawasi proses belajar secara individual, sehingga lebih efisien.

10.Melatih siswa untuk hidup dalam lingkungan organisasi.

Adapun kelemahan-kelemahan metode kerja kelompok, antara lain: 1. Segi penyusunan.

a. Sulit untuk membuat kelompok yang homogen, baik intelegensi, bakat dan minat, atau daerah tempat tinggal.

b. Peserta didik yang ditetapkan oleh guru telah dianggap homogen, serta tidak merasa cocok dengan anggota kelompoknya itu.

(33)

25

2. Segi kerja kelompok.

a. Peminpin kelompok kadang-kadang sukar untuk meminpin anggota, sulit untuk menjelaskan dan mengadakan pembagian kerja.

b. Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh peminpin kelompok.

c. Dalam belajar bersama-sama tidak terkendali sehingga penyimpangan dari rencana yang berlarut-larut.

Kelemahan metode kerja kelompok menurut Moejono (Sumantri dan Permana, 1992:149).

1. Kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang mampu, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.

2. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda.

3. Keberhasilan metode kerja kelompok bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri.

Terdapat beberapa cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode kerja kelompok, sebagaimana diungkapkan Mansyur (1996:108) antara lain adalah:

1. Guru harus berusaha memiliki pengetahuan tentang cara penyusunan kelompok.

2. Pengumpulan data siswa untuk menunjang tugas-tugas guru.

3. Adakan tes sosiometri dan buatlah sosiogram dari kelas bersangkutan untuk mengetahui peserta didik yang terisolasi.

4. Bimbingan terhadap kelompok harus dilakukan terus menerus.

5. Usahakan agar jumlah kelompok itu tidak terlalu besar dan anggotanya dalam waktu tertentu berganti-ganti.

(34)

G. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pengajaran yang diberikan mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi. Ada tiga hal yang sering membingungkan kita, yaitu: ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial.

1. Ilmu sosial

Sanusi dalam Social Science (Sumaatmaja, 1980:7-8) memberikan penjelasan bahwa ilmu-ilmu sosial terdiri atas disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipellajari pada tingkat perguruan tinggi makin lanjut makin ilmiah.

Berdasarkan batasan yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ilmu sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia dan masyarakat. Mempelajari manusia di masyarakat itu memiliki banyak aspek, seperti aspek ekonomi, aspek sikap mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial dan aspek lain-lain. Ilmu ekonomi mempelajari kebutuhan materi, antropologi mempelajari aspek budaya, sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, dan psikolog mempelajari kejiwaan. Semua aspek itu berada dalam ruang lingkup yang sama, yaitu manusia dalam konteks sosial atau manusia sebagai anggota masyarakat.

2. Studi Sosial

(35)

27

bahwa studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universiter, bahkan dapat merupakan bahan-bahan pelajaran bagi murid-murid sejak pendidikan dasar dan selanjutnya dapat berfungsi sebagai pengatur bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial.

Studi sosial bersifat interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu berdasarkan suatu rangka referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya. Kerangka kerja pengetahuan sosial penekanannya tidak pada bidang terori, melainkan lebih kepada bidang praktis dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat. Pada taraf dan tingkat yang lebih rendah pendekatan studi sosial ini lebih bersifat multidimensional, dalam arti meminjam suatu gejala sosial dari berbagai dimensi (segi, sudut, aspek) kehidupan.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Studi sosial yang lahir di Amerika, kemudian sampai ke Indonesia dan disebut Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS dan Studi Sosial adalah sama, artinya tidak ada perbedaannya. IPS menjadi salah satu bidang studi sejak di berlakukannya kurikulum 1975, dengan tujuan membentuk warga negara yang baik berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

(36)

sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional. Intinya adalah mempelajari, menelaah, mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini, sebagai hakekat IPS.

Dengan demikian dipahami bahwa pengajaran pendidikan IPS diharapkan sebagai kemampuan dapat berkembang pada diri peserta didik, khususnya untuk hidup di tengah-tengah lingkungan masyarakat tempat peserta didik tinggal.

Pengajaran IPS pada saat sekarang ini mempunyai dua ciri khusus, yaitu: a. Yang menjadi tujuan utama yaitu menjadi warga negara yang baik.

b. Bukan hanya sekedar sebagai penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, akan tetapi juga meliputi komponen-komponen lain, seperti pendidikan nilai etika, filsafat, agama, sosial serta dari ilmu-ilmu sosial lainnya.

Pengajaran IPS di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu sampai sekarang.

(37)

29

Kurikulum pendidikan dasar 1994 pempunyai karakteristik khusus, yakni memberi peluang kepada guru selaku pengembangan kurikulum, penjabaran dan pengembangan materi terletak kepada guru di lapangan. Guru seyogyanya mengimplementasikan keterampilan proses dalam memberikan isi pembelajaran IPS berupa fakta, konsep dan generalisasi dengan memanfaatkan lingkungan yang ada.

(38)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran. Oleh karena itu metode yang dianggap tepatpada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Researh), yakni studi sistematis yang dilakukan dalam upaya perbaikan praktik-praktik pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta repleksi dari tindakan tersebut. (Kasbolah K, 1998:14)

Menurut Suyanto (1996/1997:4), PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesonal.

Selanjutnya Kemis dan Tagart, dalam Yatim Rianto (2001:49), menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktek ini dan tahap situasi tempat dilakukan praktek-praktek ini.

(39)

31

Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Dalam konteks pekerjaan guru, Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan menekankan kegiatan uji coba suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata dalam skala yang lebih kecil (kelas) agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas secara professional.

(40)

tindakan kelas tidak banyak menyita waktu sebab peneliti melakukan penelitian tanpa meninggalkan kegiatan mengajarnya. Penelitian tindakan dapat memecahkan masalah, penelitian ini merupakan suatu proses dinamis mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SD Negeri 2 Cadassari Kec. Tegalwaru Kab. Purwakarta.

Untuk lebih jelasnya, dipandang perlu untuk mengungkapkan keseluruhan siswa yang sedang menimba ilmu di SD Negeri 2 Cadassari, yaitu sebanyak 295 orang peserta didik, terdiri dari 145 orang siswa laki-laki dan 150 orang perempuan. Adapun yang menjadi sampel/subjek penelitian ialah 30 siswa kelas V, yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Tabel 3.1

Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun Pelajaran 2009/2010

(Dokumen SDN 02 Cadassari Kecamatan Tegalwaru - Purwakarta 2009/2010) Ket: *) Siswa kelas V yang dijadikan subjek penelitian.

NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 I 23 29 52

2 II 33 28 61

3 III 27 23 50

4 IV 28 29 57

5 V 17*) 13*) 30*)

6 VI 17 28 45

(41)

33

C. Definisi Operasional

Dalam kajian ini terdapat istilah-istilah yang secara spesifik perlu dijelaskan maknanya dan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul memahami makna yang dimaksud dalam naskah penelitian.

Istilah-istilah yang di maksud adalah: 1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan yang dicapai oleh pembelajar/peserta didik. Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif, ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian. Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.

2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

Merupakan suatu kelompok ilmu pengetahuan sosial yang masing-masing mempunyai tugas dan bidangnya yaitu: geografi, sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, dan fisikologi, serta kemampuan dan perbaikan intelektial dalam mata pelajaran yang mengkaji seperangkat Peristiwa, fakta, konsep dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarga negaraan. 3. Metode Kerja Kelompok

(42)

persoalan dalam belajar merupakan wujud pengembangan rasa rasional siswa. Metode kerja kelompok adalah dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari atu tujuan pelajaran yang tentu dengan bergotong royong.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, atau teknik penelitian, merupakan cara yang dipakai untuk mengumpulkan data. Sedangkan instrumen penelitian merupakan alat penelitian/alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. (Suryana, 2008:157)

Beberapa metode dan jenis instrumen penelitian yang dibagi oleh Suharsimi Arikunto (2006:149), adalah sebagai berikut:

1. Instrumen untuk metode tes ialah tes/soal tes.

2. Instrumen untuk metode angket ialah angket/kuesioner. 3. Instrumen untuk metode observasi ialah daftar cek/check-list.

4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi, atau dapat juga check-list.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi dan tes dalam mengumpulkan data.

“Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstrandar.” (Arikunto, 2006:222)

(43)

35

Tes prestasi adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.” (Arikunto, 2006:150)

Observasi dilakukan oleh para guru observer guna menelaah bagaimana proses pembelajaran IPS yang menggunakan metode kerja kelompok berlangsung. Segala hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran dicatat dalam suatu lembar observasi/daftar ceklis. Sedangkan tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan metode kerja kelompok. Lembar observasi dan tes ini digunakan di setiap siklus penelitian.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan analisis data dari setiap instrumen penelitian pada setiap siklus. Seanjutnya data-data tersebut diklarifikasikan sesuai dengan kebutuhan kemudian dianalisis kembali hasilnya untuk membandingkan perkembangan yang terjadi pada setiap siklus.

Pengklasifikasian data di antaranya meliputi data tentang minat dan tanggapan peserta didik maupun guru terhadap pembelajaran pengetahuan sosial melalui observasi, sedangkan pengukuran keberhasilan siswa dapat diperoleh melalui tes.

Untuk mendapatkan keabsahan data, dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data sebagai berikut:

1. Triangulasi Data

(44)

itu (Moelong, 2004:330). Analisis data dengan cara membandingkan data hasil observasi dan tes dilakukan pada setiap siklus.

2. Audit Trail (Auditing)

Penelusuran audit trail tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi (Moelong, 2004:338).

3. Member check

Pengecekan anggota dapat dilaksanakan atau dilakukan baik secara formal maupun non-formal. Yang dicek adalah seluruh anggota yang terlibat meliputi data, penafsiran, dan kesimpulan.

F. Prosedur Penelitian

Seperti yang dikemukakan di atas, dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model siklus PTK (Kasbollah, 1998/1999). Siklus terdiri dari pelaksanaan tindakan, refleksi dan observasi yang dilakukan secara berulang.

Secara rinci, prosedur peneltian ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

(45)

37

Dalam perencanaan tindakan ini, peneliti menyususn rancangan untuk melaksanakan tindakan yang akan dilakukan, antara lain:

a. Menentukan materi pokok dan metode membelajaran, dengan cara menganalisis kurikulum yang sesuai dengan permasalahan.

b. Menyusun jadwal pelaksanaan tindakan sebanyak tiga siklus, disesuaikan dengan jadwal yang sudah ada.

c. Memilih instrument penelitian dengan membuat format-format observasi dan tes hasil belajar siswa (LKS).

2. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan rencana yang telah disusun, pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai jadwal. Dalam proses ini peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan prinsip parsitifatif dan kolaboratif. Hasil pengamatan dari pelaksanaan tindakan merupakan dokumentasi data untuk melaksanakan langkah-langkah tindakan selanjutnya.

Untuk kelancaran pelaksanaan tindakan agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan harus sudah dipersiapkan sesuai rencana, seperti media dan alat pembelajaran, format-format pengumpulan data, soal-soal tes dan sebagainya.

3. Observasi

(46)

Jadi observasi dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama pelaksanaan proses pembelajaraan dan hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh peserta didik.

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian untuk menyebut jenis observasi yaitu :

a. Observasi non sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamatan dengan menggunakan pedoman sebagai pengamatan.

4. Refleksi

(47)

39

Refleksi

Pelaksanaan

Tindakan

Observasi Refleksi

Pelaksanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Tindakan

Observasi

Indikator tercapai

Siklus PTK (Kasbollah, 1998/1999 : 70)

Rencana Tindakan

Siklus I

Rencana Tindakan

Siklus II

Rencana Tindakan

Siklus III

Selesai

PRA PENELITIAN :

• Menentukan permasalahan

(48)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Dekripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Perkembangan Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari

Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari dengan NSS. 101022009002 beralamatkan di Jalan Terusan Simpang Desa Cadassari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat.

Sekolah tersebut berdiri pada tahun ajaran 1982/1983 dengan nama SD Negeri Cilangkap 02. Setelah adanya otonomi daerah, Desa Cilangkap berubah menjadi Desa Cadassari, dan SD Negeri Cilangkap 02 berganti nama menjadi SD Negeri 2 Cadassari. Secara geografis SD Negeri 2 Cadasari sangat strategis karena berada di tengah lingkungan padat penduduk.

2. Karakteristik Siswa

(49)

41

Tabel 4.1

Data Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun 2009/2010

NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 I 23 29 52

2 II 33 28 61

3 III 27 23 50

4 IV 28 29 57

5 V 17*) 13*) 30*)

6 VI 17 28 45

JUMLAH 145 150 295

Jumlah siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari pada tabel di atas sebanyak 30 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 13 perempuan. Dari data hasil ulangan semester 1 diperoleh nama-nama siswa peringkat tiga besar, yaitu: Muhamad Parhan Alawi, Iwan, dan Sihab Ali Patah. Sedangkan peserta didik yang menonjol di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: Siti Hindun, Ending, Fahrul, dan Ina. Dan siswa yang kurang aktif yaitu: Cecep, Ma’mun, dan Mudripin.

3. Karakteristik Guru

(50)

pelaksana berlangsungnya pengelolaan kelas.

SD Negeri 2 Cadassari memiliki sumber daya manusia yang cukup memadai sebagai tenaga pengajar. Sebagian besar tenaga pendidik di sekolah ini merupakan lulusan program profesional pendidikan keguruan yang memiliki keahlian khusus masing-masing yang menunjang berbagai program pendidikan di sekolah ini.

Berikut data tenaga pendidik dan kependidikan di SD Negeri 2 Cadassari: Tabel 4.2

Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SD Negeri 2 Cadassari Tahun Ajaran 2009/2010

No Nama Jabatan Pendidikan

1 H. Endis Bahrudin Kepala Sekolah SPG/1974

2 Zaenudin, A.Ma.Pd. Guru D-2/1998

3 Deni Rudianto, A.Ma.Pd. Guru D-2/1998 4 Yuyu Yudiawati, A.Ma.Pd. Guru D-2/2001 5 Lilis Sri M., A.Ma.Pd. Guru D-2/2001 6 Elis Nuryati, A.Ma.Pd. Guru D-2/2000 7 Enik Rokayah, A.Ma.Pd. Guru D-2/2007 8 Zaenal Agus Salim, A.Ma.Pd. Guru D-2/2006 9 Aidah St. M., A.Ma.Pd. Guru D-2/2007

10 Hamdanah, A.Ma.Pd. Guru D-2/2005

11 Pipin Sri M., A.Ma.Pd. Guru D-2/2007 12 Deni Gunawan S. A., S.Pd. Guru S-1/2008

(51)

43

4. Sumber Belajar

Sumber belajar (learning resources) merupakan semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

b. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

(52)

pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk show dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

Sumber belajar yang dominan dipakai di sekolah ini adalah alam sekitar dan buku cetak yang terbit pada tahun 2004/2005. Untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah ini menggunakan sumber belajar buku

Pengetahuan Sosial dari penerbit PT. Erlangga. 5. Sarana dan Prasarana

SD Negeri 2 Cadassari memiliki sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar yang memadai, diantaranya: luas tanah 378,3 m2, yang terdiri dari Lapangan Upacara, Bangunan 2 Unit dengan Ruang Kelas 6 Unit, dan Ruang Kantor 1 Unit.

Fasilitas belajar yang ada di SDN 2 Cadassari berupa bangunan sekolah yang terdiri dari dua unit bangunan permanen yang cukup baik, berada di tengah perumahan warga dan lingkungan yang cukup kondusif dengan udara yang cukup bersih karena tidak terlalu dekat dengan jalan raya namun terjangkau oleh kendaraan bermotor.

(53)

45

juga ruang guru yang cukup memadai, dengan berbagai fasilitas kantor yang mendukung.

Dalam proses belajar mengajar, siswa/siswi SDN 2 Cadassari dibagi menjadi 6 rombongan belajar, yaitu kelas I, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V, dan kelas VI. Yang didukung dengan sarana kegiatan lainnya seperti perangkat belajar, mebeuler, perlengkapan olahraga, pramuka, serta perlengkapan dan perangkat kegiatan belajar lainnya.

Di setiap kelas tertata rapi meja dan kursi murid serta meja dan kursi guru, serta hiasan dengan aneka hasil kreasi siswa yang diletakkan di dinding dan didepan kelas. Selain itu, di depan kelas di lengkapi pula dengan pot bunga dengan berbagai jenis tanaman bunga.

6. Deskripsi Awal Pembelajaran

Kegiatan awal penelitian yaitu melakukan observasi terhadap proses pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Cadassari yang menjadi objek penelitian. Dalam pelaksanaan observasi, observer mengamati, mencatat kemudian mendokumentasikan berbagai temuan dan informasi yang didapat pada saat kegiatan pembelajaran pra-siklus.

(54)

Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi IPS dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru menjelaskan cara-cara untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan materi dan langkah-langkah penyelesaiannya. Setelah pembahasan berakhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Atas dasar itulah guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, soal yang telah disiapkan guru berupa LKS yang dibagikan kepada siswa secara kelompok. Sebagai tindak lanjut, guru menyuruh siswa belajar di rumah dengan membaca kembali materi yang telah disampaikan.

7. Analisis Refleksi dan Rencana Penerapan Metode Kerja Kelompok dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial

(55)

47

Tabel 4.3

Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari

No Jenis Kegiatan Waktu Presentase (%)

1. Kegiatan Awal 5 menit 6,25

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran 62,50% berpusat pada guru. Guru lebih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya 12,50%, itupun lebih banyak pasif. Sedangkan sisanya 25% merupakan kegiatan yang melibatkan guru dan siswa.

Dari kondisi proses pembelajaran IPS di atas, dirasakan kurang efektif karena siswa bersifat pasif akibat guru hanya menyampaikan materi melalui ceramah dan tanya jawab. Proses pembelajaran yang berlangsung kurang membawa keterlibatan siswa. Guru tanpak mendominasi, kurang memberikan kesempatan belajar secara aktif, padahal materi yang dibahas dapat diterapkan melalui metode kerja kelompok yang dapat meningkatkan aktifitas siswa.

(56)

perlu adanya modifikasi yang mampu menjembantani permasalahan-permasalahan yang ada, di antaranya memberikan kesempatan yang optimal pada kegiatan belajar siswa untuk saling bertanya dengan teman.

Karena hal tersebut diupayakan dapat menjadi solusi masalah di atas, peneliti merencanakan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode kerja kelompok. Kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan materi pelajaran yang mengacu pada tujuan yang ingin dicapai.

B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas

1. Tindakan Pertama a. Perencanaan

Untuk melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran, peneliti menyusun perencanaan yang mencakup penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, pembentukan kelompok, dan perumusan masalah.

1) Penyusunan Rencana Pembelajaran Format rencana pembelajaran meliputi: Mata Pelajaran

Kelas/Semester Hari/Tanggal Nama

(57)

49

d) Indikator

e) Langkah-langkah Pembelajaran f) Penilaian

g) Materi pokok, Metode, Simber dan Alat 2) Pembentukan Kelompok

Agar adanya keseimbangan potensi di tiap-tiap kelompok, maka pembentukan kelompok didasarkan pada pertimbangan keragaman siswa, jenis kelamin, prestasi belajar, dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehari-hari. Dari jumlah siswa sebanyak 30 orang dibagi menjadi tujuh kelompok.

3) Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari proses pembelajaran, masalah yang akan dikaji oleh siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

a) Keragaman Kenampakkan Alam di Indonesia b) Kenampakan Alam Buatan di Indonesia b. Pelaksanaan Tindakan

(58)

Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada tabel berikut: yang lainnya sebanyak 24 orang (80%) masih jauh dibawah nilai batas lulus. Nilai rata-rata tes awal yaitu 53.

(59)

51

pernah belajar tentang Kenampakan Wilayah Alam di Indonesia? Coba sebutkan contoh-contoh kenampakan alam wilayah Indonesia!” Siswa menjawab serempak, “cagar alam, sungai, gunung, danau.”“Betul!” kata guru.

Selanjutnya guru membagi siswa menjadi enam kelompok. Pemilihan kelompok disusun oleh guru berdasarkan tingkat kecerdasan siswa. Siswa nampak bersemangat. Guru memberikan LKS pada setiap kelompok, serta memberikan penjelasan yang harus dikerjakan dalam LKS.

Setelah LKS dibagikan, siswa mulai membaca kemudian mengisi bersama kelompoknya masing-masing. Setiap siswa terlihat antusias, suasana sedikit ribut, karena adanya perdebatan pada tiap-tiap anggota kelompok. Guru kemudian menenangkan dan suasana belajar kembali tenang.

(60)

Adapun hasil evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5

Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Pertama

No Nama Nilai No Nama Nilai

(61)

53

Tabel 4.6

Nilai Kerja Kelompok Tindakan Pertama

No. Kelompok Nilai Keterangan

Dengan melihat tabel diatas, kelompok yang dinyatakan lulus sebanyak empat kelompok (57%) dan tiga kelompok sisanya (43%) masih dinyatakan belum lulus.

c. Analisis, Refleksi dan Revisi Pelaksanaan Tindakan Pertama

Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan pertama ini, proses pembelajaran melalui penerapan metode kerja kelompok masih memiliki berbagai kekurangan dalam penerapan.

Pengelolaan waktu masih belum efektif, dengan adanya kelebihan penggunaan waktu dari alokasi yang telah ditentukan, di antaranya dalam memberikan appersepsi yang terlalu meluas.

(62)

Dari segi hasil ada peningkatan, namun masih belum mencapai jumlah maksimal. Dari jumlah siswa sebanyak 30 orang, baru 14 orang saja yang dinyatakan lulus.

Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap jalannya proses pembelajaran pada tindakan pertama ini, maka perlu mengadakan perbaikan bagi pembelajaran berikutnya, yaitu:

1) Dalam proses pembelajaran, hendaknya guru harus senantiasa mengacu pada rencana pembelajaran. Pembagian waktu harus efektif sesuai pembagian dalam langkah-langkah yang telah ditentukan, sehingga kegiatan pembelajaran tidak menyita waktu mata pelajaran berikutnya. 2) Dalam memberikan petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada siswa harus

jelas dan mengarahkan kembali pada aturan tata tertib belajar. Seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin pada diri peserta didik, terutama disiplin diri yang dapat membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku yang baik terutama bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

(63)

55

2. Tindakan Kedua a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada tindakan kedua, guru mengadakan perubahan kelompok dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan kelompok dari tingkat kecerdasan dan keaktifan siswa. Jumlah anggota tetap sama seperti pada pelaksanaan tindakan sebelumnya.

Kegiatan selanjutnya adalah merumuskan masalah. Adapun masalah tersebut:

1) Jelaskan manfaat hutan bagi kehidupan makhluk hidup! 2) Sebutkan tiga contoh pembangunan kenampakan buatan!

3) Andaikan hutan disekitar kita musnah (rusak akibat ditebangi). Apa yang akan terjadi pada alam ini!

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan membuka pelajaran berupa appersepsi dengan mengarahkan siswa pada pokok bahasan yaitu Kenampakan Alam Buatan di Indonesia.

Guru juga mengemukakan tujuan yang akan dicapai dari proses pembelajaran. Untuk menumbuhkan sikap sosial dan adanya keseimbangan kerjasama dalam kelompok, guru mengemukakan perubahan kelompok serta membacakan anggota dari tiap-tiap kelompok yang telah disusun pada tahap perencanaan.

(64)

ketua kelompok untuk memimpin kelompoknya agar dapat bekerjasama secara aktif. Selama kegiatan berlangsung, guru membimbing tiap-tiap kelompok serta memberikan motivasi pada siswa untuk mencari, menemukan, dan mengembangkan kreativitas belajar secara aktif. Tanggung jawab ketua kelompok tampak dalam mengajak dan menegur anggotanya yang kurang aktif atau main-main selama kegiatan.

Peranan guru dalam proses pembelajaran yaitu mengarahkan, meluruskan, menyempurnakan, dan memperjelas pertanyaan atau jawaban antar siswa setelah tiap-tiap kelompok mengumpulkan hasil dari kerja kelompoknya. Guru mengadakan tanya jawab guna memacu siswa untuk mengembangkan kemampuan bertanya dan menjawab. Dalam menanamkan nilai afektifnya, guru menjelaskan sikap yang baik dalam memelihara alam, seperti tidak merusak alam, suka menanam dan memelihara tumbuhan. Penanaman nilai yang paling utama yaitu penanaman keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(65)

57

Hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.7

Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Kedua

No Nama Nilai No Nama Nilai

(66)

Tabel 4.8 dinyatakan lulus sesuai dengan batas lulus yang ditentukan.

c. Analisis, Refleksi dan Revisi Pelaksanaan Tindakan Pertama

Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan pertama ini, proses pembelajaran melalui penerapan metode kerja kelompok masih memiliki sedikit lagi kekurangan dalam penerapan.

Pengelolaan waktu sudah cukup efektif, dengan memperhatikan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan. Aktivitas siswa selama berlangsungnya kerja kelompok hampir optimal. Aktivitas kelompok mulai terlihat merata, tinggal beberapa siswa saja yang belum bisa beradaptasi dengan pole kerja kelompok ini..

Gambar

Tabel 1.1 Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari
Tabel 3.1 Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari
Tabel 4.1 Data Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dirumuskan adalah bagaimana laju alih fungsi lahan sawah di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya serta memberikan ketabahan, kekuatan, kemudahan dan kedamaian

Kedua , Teater Muslim hidup di arena sosial dan kultural yang didominasi oleh grup- grup yang menjadi mainstream dalam perkembangan teater modern Indonesia.. Dalam arena sosial

Tampilan berikutnya dari stage3 dibuat sesuai dengan warna anak-anak atau berwarna lembut, Warna bidang prisma menggunakan warna yang menarik perhatian yaitu campuran

Dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan tepung hasil fermentasi eceng gondok berpengaruh nyata terhadap daya cerna protein (p<0,05) Walaupun diketahui

Adapun alasan penulis memilih judul analsis efektifitas sistem pengendalian internal terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan dalam perspektif ekonomi isLam (studi

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan antara umur dan paritas dengan kejadian Abortus di Ruangan kebidanan di RSUD Rokan Hulu tahun

Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal, hal ini karena selain