• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPD 07 PPD 07 | Berbagi itu Indah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PPD 07 PPD 07 | Berbagi itu Indah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

PERKEMBANGAN SOSIAL DAN BAHASA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari perkembangan sosial dan bahasa, mahasiswa mampu: 1. menjelaskan aspek perkembangan sosial remaja;

2. menjelaskan perkembangan dan karakteristik bahasa;

3. menjelaskan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam pendidikan.

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sosial Remaja

Membicarakan perkembangan sosial remaja tidaklah cukup hanya membicarakan nilai-nilai dan sikap-sikap sosial remaja. Melainkan perlu pula dibahas lingkungan sosial yang yang melengkapi hidup remaja beserta tuntutan-tuntutan yang terkandung di dalamnya. Untuk membahas lingkungan sosial remaja tersebut akan dibicarakan: (1) Arti kelompok bagi remaja, (2) Tugas-tugas perkembangan remaja, (3) Sosialisasi remaja, (4) Hambatan-hambatan sosial remaja. Sudah tentu yang menjadi fokus pembicaraan adalah: (5) Sikap-sikap sosial remaja. Butir-butir di atas berturut-turut akan dibicarakan dalam uraian berikut ini.

1. Arti Kelompok Bagi Remaja

(2)

dan normal. Corak kelompok sosial remaja akan mempengaruhi hidupnya dan juga sebaliknya yaitu remaja dapat mempengaruhi kelompok sosial di mana dia berada. Tegasnya kelompok sosial remaja bersifat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi oleh kehadiran seorang remaja di dalamnya.

Adapun peranan kelompok sosial remaja secara garis besar dapat diuraikan dalam butir berikut ini:

Pertama, kelompok sosial adalah suatu wahana di mana dibentuk sikap-sikap sosial remaja. Tidak dapat dibayangkan bagaimana remaja dapat (misalnya) memiliki rasa tanggungjawab sosial yang tinggi tanpa ada kelompok yang "membentuk" sikap sosial yang demikian itu. Tidak cukup sikap sosial tersebut (bertanggungjawab) hanya dengan menceramahi remaja dengan sikap sosial yang dimaksud.

Kedua, tugas-tugas perkembangan remaja--sebagaimana akan diuraikan nanti--baru dapat dipenuhi remaja kalau ada kelompok sosial tempat remaja tersebut mengadakan gladi diri untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Adanya tugas perkembangan karena adanya kelompok sosial yang menuntut kearah itu. Baru kemudian remaja "dituntut" untuk memenuhinya.

Ketiga, dengan adanya kelompok sosial remaja yang hetero-seksual (yang sehat) dimungkinkan remaja dapat mengenal dan berperilaku yang lebih beradaptasi kepada lain jenisnya. Berlaku sopan dan melindungi wanita (oleh remaja pria) hanya dapat dipelajari dalam kelompok sosial remaja yang sehat tersebut. Sekali lagi, tidak dapat diperoleh remaja dengan membaca buku, atau mendengarkan ceramah tentang tata cara sopan santun hubungan pria dan wanita.

2. Tugas-Tugas Perkembangan Sosial Remaja

(3)

Pertama, remaja dituntut untuk mampu berperilaku yang sesuai dengan gender (jenis kelamin) yang telah menjadi takdirnya. Pada umumnya remaja pria tidak banyak mengalami kesulitan berperan sebagai pria tersebut. Hal ini dimungkinkan karena kondisi pisik dan psikis peria (remaja) mendukung ke arah itu, di samping (barangkali) budaya kontemporer hingga dewasa masih "dikuasai" pria, sehingga remaja pria dapat banyak, wanita sedikit banyak mengalami kesulitan untuk berperan yang sesuai dengan gendernya, yang disebabkan bukan oleh kondisi pisik maupun psikis yang tidak mendukung, melainkan disebabkan oleh banyaknya tuntutan peran wanita yang rumit dan membatasi ditambah lagi oleh situasi sosial-kemasyarakatan yang menghendaki peningkatan emansipasi peran wanita di masyarakat ke arah yang sederajat dengan laki-laki. Khusus untuk hal yang terakhir (emansipasi peran wanita) berakibat yang tidak menguntungkan dalam belajar peran yang dikehendaki untuk remaja wanita; dia menjadi bingung! Di satu sisi oleh nilai-nilai tradisional dia dikehendaki berlaku lembut, penuh sopan santun. Di sisi lain oleh tuntutan emansipasi dia dikehendaki berlaku seperti laki-laki misalnya: keras, tegas, dan kompetitif.

(4)

tersebut cukup panjang. Selama masa latihan tersebut remaja tertunda dalam memperoleh kebebasan ekonominya.

Ketiga, remaja dituntut untuk memiliki keterampilan intelektual dan konsep dalam perilaku sosial (disingkat dengan "Keterampilan Sosial"). Misalnya remaja dituntut untuk dapat mempraktikkan kerjasama dengan orang lain dan memahami pentingnya hal itu bagi kehidupan sosial yang sehat. Pembentukan keterampilan sosial ini semestinya adalah tugas keluarga dan sekolah, akan tetapi dalam praktiknya tidaklah serius dilaksanakan berhubung keluarga "sibuk" mencari nafkah dan sekolah disibukkan oleh tugas-tugas kurikulernya. Akibatnya banyak dijumpai tingkah laku remaja yang kurang menunjukkan budi pekerti yang tinggi. Akibat yang paling parah berupa munculnya kasus perkelahian antara remaja sekolah. Sudah tentu baik pihak keluarga maupun sekolah perlu berbenah diri untuk membentuk sikap sosial remaja yang beradab (berbudi pekerti).

3. Sosialisasi Remaja

(5)

Adapun keberhasilan sosialisasi remaja diukur dari keaktifan remaja yang bersangkutan di dalam suatu kelompok remaja tertentu (Soesilo Windradini,1995:13). Remaja yang aktif di suatu kelompok remaja tertentu berarti dia berhasil dalam sosialisasinya di kelompok tersebut remaja ini dengan mudah menginternalisasi nilai-nilai, norma-norma, sikap-sikap, tradisi-tradisi pokoknya hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kelompok. Sangat boleh jadi remaja yang sukses dalam sosialisasinya ini dapat berperan sebagai pimpinan kelompok. Sebaliknya remaja yang tidak sukses dalam proses sosialisasinya hanya berperan "dipinggiran" di dalam kegiatan kelompok. Sering dikatakan remaja seperti ini "masuk tidak menggenapi, keluar tidak terasa". Remaja seperti ini perlu mendapatkan pertolongan yang khusus yang berupa bimbingan pribadi-sosial.

Proses sosialisasi dalam hidup remaja adalah suatu kondisi yang cukup genting bagi remaja yang bersangkutan. Bila remaja berhasil dalam sosialisasinya tumbuhlah dia sebagai pribadi yang untung dalam hidup sosialnya. Tiada masalah baginya untuk bergaul dengan orang lain. Akan tetapi bila remaja gagal dalam bersosialisasi tersebut jadilah dia sebagai remaja yang mengalami kesulitan dalam pergaulan sosialnya: pemalu, penyendiri; tidak/kurang percaya diri, bahkan mungkin bersifat sombong dan keras kepala. Maka dapatlah dipahami kalau proses sosialisasi remaja adalah sesuatu yang cukup genting bagi hidup remaja. Permasalahannya sekurangnya adalah hal-hal apakah yang mengakibatkan proses sosialisasi remaja?

4. Hambatan-Hambatan Sosialisasi Remaja

(6)

terhambatnya sosialisasi (dipergunakan istilah transisi sosial) dalam enam kategori sebagai berikut:

Pertama, dasar pengalaman remaja yang kurang baik. Pola asuh yang diterima anak di keluarga kurang mendukung tumbuhnya rasa kurang percaya diri remaja. Misalnya remaja tiada diberi kebebasan untuk mengatur hal-hal dalam hidupnya yang sebenarnya dia telah mampu untuk itu (menerima teman, berkunjung ke rumah sanak saudara, ikut perkumpulan karang taruna di kampung dll.).

Kedua, tidak adanya bimbingan. Bimbingan dari orangtua dalam bersosialisasi (sekalipun tidak bersifat otoriter) masih diperlukan remaja. Akan tetapi orangtua beranggapan lain yaitu bahwa anak dengan sendirinya dapat bersosialisasi tersebut khususnya kalau remaja menghadapi kesulitan (dalam bersosialisasi tersebut) maka dalam hal-hal ini bimbingan lebih-lebih diperlukan oleh remaja.

Ketiga, tidak ada orang model untuk dicontoh. Dalam lingkungan remaja (di keluarga atau di luar keluarga) seringkali remaja tidak menjumpai tokoh (model) yang bagus untuk diteladani dalam pergaulan sosial. Akibatnya anak tidak belajar dalam bersosialisasi.

Keempat, tidak ada kesempatan untuk mengadakan hubungan sosial karena kesulitan sosial ekonomi (miskin) seorang tidak berkesempatan untuk bergabung dengan suatu kelompok remaja tertentu. Akibatnya tidak terbentuk keterampilan remaja dalam bergaul dengan banyak kalangan di masyarakat.

Kelima, tidak ada motivasi. Remaja, karena kegagalan-kegagalan bersosialisasi di masa lalu menjadi malas untuk bersosialisasi pada kesempatan-kesempatan mendatang, sehingga kemampuan sosialisasinya makin memburuk.

(7)

disko atau tari-tarian/musik. Remaja dalam kelompok masjid akan canggung kalau dia berada di remaja kelompok klub disko tersebut.

5. Sikap-Sikap Sosial Remaja

Kelompok remaja (yang sehat) merupakan wacana yang amat berharga bagi proses sosialisasi remaja sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi sekalipun demikian di dalam kehidupan kelompok remaja akan dijumpai variasi sikap-sikap remaja sebagai akibat dari watak kelompok dan interaksi sosial antar warga kelompok remaja.

Soesilo Windradini (1995: 16-17) mengemukakan lima sikap sosial remaja dalam kelompoknya yaitu:

Pertama, kompetisi (persaingan). Didalam suatu kelompok remaja (misalnya di kelas-kelas sekolah) bila diciptakan iklim kompetisi, sangat boleh jadi terjadilah kompetisi yang menyangkut berbagai aspek hidup remaja misalnya: prestasi belajar, berpakaian, kekayaan (orangtua). Telah mulai disadari di kalangan para pendidik bahwa budaya kompetisi lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Hanya mereka yang mencapai prestasi di puncang yang diuntungkan dengan budaya ini. Sedangkan mayoritas remaja merasa kecewa dengan perolehan prestasi atau kondisi dirinya.

Kedua, komformitas (berbuat sama dengan yang lain). Kecenderungan ke arah konformitas ini lebih banyak terlibat pada kelompok-kelompok remaja yang kurang terorganisir seperti pada "gang" remaja. Bisa terjadi seorang remaja berbuat kenakalan oleh hanya karena dorongan konformitas ini.

(8)

Keempat, menentang kekuasaan otoritas atau orangtua. Remaja sebelum mencapai tahap perkembangan akhir remaja (dewasa awal) tak jarang memperlihatkan sikap menentang figur-figur kekuasaan di masyarakat/pejabat dan tak ketinggalan pada orang tuannya. Penentangan remaja ini seringkali dilandasi hanya sekedar ingin berbeda dengan para otoritas tersebut.

Kelima, kesadaran sosial. Sekalipun masih berbuat kesalahan-kesalahan pada remaja telah tumbuh kesadaran berbuat baik/berguru bagi kehidupan bersama, berbangsa dan bernegara. Sikap seperti ini semakin mantap kalau remaja sudah mencapai tahap perkembangan remaja akhir (dewasa awal).

B. Perkembangan Bahasa

1. Pengertian Perkembangan Bahasa

Sebagaimana fungsinya bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam pergaulannya atau komunikasinya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat/sarana bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak bayi mulai bisa berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi-anak) dimulai dengan mereba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.

(9)

sederhana sampai tingkat bahasa yang komplek. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Bayi belajar bahasa sebagaimana halnya belajar hal yang lain, "meniru dan mengulang" hasil yang telah didapatkan merupakan hasil belajar bahasa awal. Bayi bersuara, "mmmmmm", ibunya tersenyum, mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi "maem-maem". Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) di sekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak mulai usia 6-7 tahun, di saat anak mulai masuk sekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik secara lisan, tulis, maupun menggunakan tanda-tanda atau isyarat. Mampu dan mengusai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan difahami orang lain.

Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut:

1. Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). 2. Sociolized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antar anak

dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah),

request (permintaan) dan threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e)

answers (jawaban).

2. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja

(10)

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khas dalam perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, remaja mengikuti proses belajar di sekolah. Sebagaimana diketahui, di lembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam wawasan ilmu pengetahuan semata, melainkan juga secara terencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di masyarakat (teman sebaya) terkandung cukup menonjol, sehingga bahasa remaja menjadi lebih diwarnai oleh pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok sebaya berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah "baceman" dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa "prokem" tercipta secara khusus untuk kepentingan khusus pula.

Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara remaja yang satu dengan remaja lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh pemilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari lapisan masyarakat berpendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang "kasar". Masyarakat terdidik yang umumnya memiliki status sosial ekonomi lebih baik, akan menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak remajanya juga berbahasa secara lebih baik.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:

(11)

a. Umur anak

Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual remaja sehingga mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.

b. Kondisi lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuhkembang memberi dukungan yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan di lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan, dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.

Sebagaimana diuraikan di atas bahwa bahasa pada dasarnya dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan yang berbentuk kelompok-kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial yang lain.

c. Kecerdasan

(12)

Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya memiliki inteligensi normal atau di atas normal. Namun begitu, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya pada usia awal, dikategorikan sebagai anak yang bodoh (Lindgren, dalam E. Hurlock, 1991). Selanjutnya, Hurlock mengemukakan hasil studi mengenai anak yang mengalami kelambatan mental, yaitu bahwa sepertiga di antara mereka yang dapat berbicara secara normal dan anak yang berada pada tingkat intelektual yang paling rendah, mereka sangat miskin dalam bahasanya.

d. Status sosial ekonomi keluarga

Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak, anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan lebih tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh pula terhadap perkembangan bahasa.

Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock,1991).

(13)

yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yag tidak sehat itu bisa berupa sikap orangtua yang keras/kasar, kurang kasih sayang atau kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contoh dalam berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan, seperti: gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.

e. Kondisi fisik/kesehatan

Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat akan terganggu kesehatannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap, organ suara yang tidak sempurna akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.

Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila anak pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Oleh karena itu, untuk memelihara pekembangan bahasa anak secara normal, orangtua perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh dengan cara memberi ASI, makanan bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak atau secara reguler memeriksakan anak ke dokter atau ke puskesmas.

(14)

Bersosialisasi berarti melakukan hubungan dengan yang lain. Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berfikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut bahwa hasil proses berfikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemrosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.

5. Perbedaan Individu Dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa

Menurut Chomsky anak lahir ke dunia pada dasarnya memiliki kapasitas berbahasa (Woolflok, dkk, 1998). Akan tetapi seperti di bidang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa yang sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat, dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.

Di bagian depan telah dijelaskan bahwa kemampuan berfikir anak berbeda-beda, sedang bahasa dan berfikir mempunyai korelasi yang tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berfikir.

Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.

(15)

6. Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Kelas atau kelompok belajar pada dasarnya terdiri dari individu yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.

Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh siswa sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa siswa-siswanya.

Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa siswa dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita siswa tentang isi pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para siswa mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.

Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tulis, dengan mendasarkan bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.

RANGKUMAN

(16)

dibahas lingkungan sosial yang melengkapi hidup remaja beserta tuntutan-tuntutan yang terkandung di dalamnya. Untuk membahas lingkungan sosial remaja tersebut dibicarakan pula: (1) Arti kelompok bagi remaja, (2) Tugas-tugas perkembangan remaja, (3) Sosialisasi remaja, (4) Hambatan-hambatan sosial remaja. Sudah tentu yang menjadi fokus pembicaraan adalah: (5) Sikap-sikap sosial remaja.

Sebagaimana fungsinya bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam pergaulannya atau komunikasinya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat/sarana bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak bayi mulai bisa berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi-anak) dimulai dengan meraban (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah: umur, kesehatan/fisik, kecerdasan, sosial ekonomi keluarga, dan lingkungan.

Perkembangan bahasa aplikasinya dalam pembelajaran, maka guru seharusnya mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.

Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh siswa sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa siswa-siswanya.

(17)

siswa mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.

Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tulis, dengan mendasarkan bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.

PENDALAMAN

Selesaikan tugas berikut dan laporkan!

1. Jelaskan aspek perkembangan sosial remaja!

2. Temukan aspek sosial manakah di antaranya yang anda pandang kurang dapat berkembang?

3. Temukan perbedaan-perbedaan penggunaan bahasa dalam proses pembelajaran, jelaskan dengan contoh!

DAFTAR RUJUKAN

Hurlock, Elisabeth B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mappiare. A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Monks, FJ, dkk. 1984. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.

(18)

Soesilo Windradini dan Suwandi, Iksan. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Malang: FIP IKIP MALANG.

Sunarto dan Hartono, Ny. Agung. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Suwandi, I, Marthen,P, dan Nur H. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Malang: FIP Uneversitas Negeri Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis RCA ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan daya saing suatu daerah atau keunggulan daerah dalam suatu negara.. Secara matematis indeks RCA

Biji kopi hasil fermentasi dalam karung plastik mempunyai kadar biji warna coklat lebih rendah daripada kopi yang dari mesin fermentor.. Walaupun pada pengukuran warna dengan

lebih akhir dari pengamatan Arthropoda di padi dan pematang karena pada saat awal dibuat tanah pulau bunga masih labil dan flora berbunga masih dalam masa adaptasi

Penelitian ini menggunakan 1 kelompok, yang terdiri dari 16 orang yang masing-masing subjek melakukan tes dengan 3 perlakuan yang berbeda sehingga setiap subjek

analytic hierarchy process (AHP) dan technique for order preference by similarity to ideal solution (TOPSIS) untuk digunakan pada kegiatan pengadaan barang dengan

Arcus pedis ini memiliki kedalaman yang berbeda-beda setiap orang. Flat foot merupakan arcus pedis yang kedalamannya kurang dari 1 cm. Hal ini

Jika gejala berupa rasa gatal atau iritasi sudah mulai terjadi pada kulit organ kelamin anda maka bisa jadi ini adalah gejala yang harus segera anda antisipasi supaya tidak semakin

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap pendidikan karakter sebagai pelaksanaan visi FKIP UNS,