• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAMANSARI STUDY TENTANG PERUBAHAN FUNGSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAMANSARI STUDY TENTANG PERUBAHAN FUNGSI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TAMANSARI STUDY TENTANG PERUBAHAN FUNGSI

DAN DAMPAK DARI PEMANFAATAN SEBAGAI TUJUAN

WISATA DARI TAHUN 1974 -2007

Lokasi : Kampung Taman, Kelurahan Patehan, Kecamatan Keraton, Kota

Yogyakarta, Provinsi DIY

Yogyakarta. 2 Maret 2017

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Peningkatan Kapasitas

Tenaga Kesejarahan bagi Penulis Sejarah 2017)

Oleh:

Kelompok 2

Nama anggota :

Johan Susilo Dwirahmi

Suryandari Aria

Tundung Himawan

Much. Huda Kurniawan

Hidayati

Samsul Bachri

Yoses Lamzag Dwitya

Sobat Ady Dharma Th.

Esti Wuryansari Khusnul

Aini Azizah

Albertus Danang Satria Nugraha

Pratomo Aji

(2)

TAMANSARI STUDY TENTANG PERUBAHAN FUNGSI

DAN DAMPAK DARI PEMANFAATAN SEBAGAI TUJUAN

WISATA DARI TAHUN 1974 -2007

LATAR BELAKANG

Taman Sari merupakan salah satu bangunan bersejarah di Yogyakarta. Sebagai sebuah monumen yang menyimpan kisah sejarah, Taman Sari senantiasa dipelihara secara detail pada semua aspek bagian bangunan. Tamansari dibangun pada tahun 1765 ditandai dengan candrasengkala yang terdapat pada gerbang masuk yang berbunyi "Lunging Sekar Sinesep Peksi". Lung berarti 1, sekar berarti 9, sinesep berarti 6, and peksi berarti 1 dibaca secara terbalik menjadi tahun jawa 1691. Tamansari menempati lahan seluas 15 ha. Tamansari dirancang oleh Tumenggung Mangundipura dan Demang Tegis, seorang berkebangsaan Portugis yang diberi pangkat Demang oleh Sultan Hamengku Buwana I (Dwidjasaraya, 1935: 16) sehingga tampak pengaruh gaya arsitektur portugis pada beberapa sisi Taman Sari.

Tamansari adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta, yang dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara

1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.

II. TUJUAN

Tujuan Ekskursi lapangan adalah untuk memahami proses pembangunan Tamansari dari yang hanya digunakan khusus untuk lingkup keraton menjadi tempat wisata .

III. METODE

Dalam penelitian ini saya menggunakan metode penelusuran dokumen, survey, dan wawancara. Untuk mengawali penelitian ini, saya terlebih dahulu mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis berkaitan dengan kawasan Taman Sari. Sumber tertulis pertama berupa arsip-arsip dan dokumen dari,

Pemda Propinsi DIY, Pemda Kota Yogyakarta. . Sumber Kedua adalah laporan –laporan hasil

penelitian sejaman yang dilakukan oleh lembaga-lembaga ilmiah, pemerintah , maupun pihak-pihak yang melakukan penelitian baik secara individu atau kelompok seperti: LIPI, UGM, UNDIP, IPB, UI,. Sumber ketiga adalah pemberitaan-pemberitaan media massa mengenai Taman Sari .

Teknik Pengumpulan Data

1. Kritik Sumber

(3)

atau data langsung kepada lembaga yang mengeluarkan arsip atau data tersebut sehingga keasliannya dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan kritik intern merupakan langkah yang diambil adalah menilai isi sumber yang telah terkumpul, guna memastikan kredibilitas isi sumber. Langkah pertama adalah mengelompokkan dan memilah-milah data sesuai dengan tema yang diangkat, kemudian mengecek validitas data dengan cara metode pengecekan silang dengan cara melakukan observasi langsung kelapangan, wawancara, dan memperbandingkan laporan satu dan lainnya. Dengan proses diatas diharapkan dapat memperoleh fakta-fakta yang dapat dipertanggung jawabkan imajinasi membantu proses penyajikan sintesa, kemudian diinterpretasikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang dapat dimengerti.

3. Pengamatan lapangan

Pengamatan lapangan diperlukan untuk melihat wujud kawasan Taman Sari sekarang, dan kondisi ruang-ruang di sekitarnya termasuk kawasan kampung Magersari yang ada di Sekitar Taman Sari. Dari pengamatan lapangan ini akan diketahui kondisi ruang kawasan Taman Sari. Hal ini membantu menganalisis perubahan dan perkembangan yang terjadi di kawasan Taman Sari

4. Wawancara mendalam

Kahn dan Cannell (1957) menggambarkan wawancara sebagai “a conversation with a

purpose” (p.149). Patton (1990, pp.280 – 290) mengkategorikan wawancara dalam 3 tipe yaitu: the

informal conversation interview, the general interview guide approach, and the standardized open-ended interview. Dari ketiga jenis wawancara tersebut, akan digunakan tipe wawancara informal dengan panduan yang telah dibuat sebelumnya, karena wawancara tipe ini tidak akan mengambil jarak yang terlalu jauh antara peneliti dan responden yang diteliti. Untuk melengkapi studi ini, metode sejarah lisan digunakan sebagai cara menjawab keterbatasan sumber tertulis menyangkut perkembangan kawasan Taman Sari. Wawancara ini akan dilakukan terhadap warga kawasan Taman Sari yang telah tinggal dan menetap sejak tahun 1970 hingga sekarang, selain itu wawancara juga dilakukan dengan narasumber yang mengetahui persis masalah perubahan fungsi Taman sari terutama pengetahuan mengenai kawasan taman Sari.

DESKRIPSI

Pada tahun 1970-an dilakukan renovasi di beberapa bangunan bagian dari Taman Sari, antara lain di kolam Unggul Binangun, Gapura Agung, dan Gapura Panggung. Setelah tahun 1974,

pengelolaan Taman Sari dilakukan oleh Tepas Keprajuritan Ngayogyakarta. Taman Sari terletak

kurang lebih sejauh 2 kilometer dari Keraton Yogyakarta. Luas Taman Sari kini sekitar 12 hektar, tepatnya 12.600 meter persegi. Sebelum gempa tahun 1867, kompleks Taman Sari memiliki 57 bangunan dan beberapa gerbang. Jumlah ini kini menyusut hingga separuhnya yaitu 26 bangunan. Jika ditambah dengan gerbang, jumlahnya mencapai 36. Secara detail, periksalah denah- denah berikut ini. Denah 1 menunjukkan posisi Taman Sari terhadap Keraton. Sementara itu, denah

(4)

Denah 1

Sumber: Mengenal Sekilas Bangunan Pesanggrahan Taman Sari Yogyakarta, Balai Kajian Sejarah dan

Nilai Tradisional, Yogyakarta, 1989.

Denah 2

Sumber: Mengenal Sekilas Bangunan Pesanggrahan Taman Sari Yogyakarta, Balai Kajian Sejarah dan

(5)

Foto 1

Sumber: 1930, Een batikster aan het werk bij Taman Sari, het waterkasteel van de Sultan van Jogjakarta, VIAF:?132330511 ISNI:?0000 0001 1512 2383 ULAN:?500305434

LCCN:?n79132355 NLA:?36507970

WorldCat

Foto 2

Sumber: 1920, Jogjakarta, Tamansari waterkasteel met deels door planten overwoekerde binnenplaats. VIAF:?132330511 ISNI:?0000 0001 1512 2383 ULAN:?500305434

LCCN:?n79132355 NLA:?36507970

(6)

Foto 3

Sumber: 1890, het waterkasteel van de Sultan van Jogjakarta, VIAF:?132330511 ISNI:?0000 0001 1512 2383 ULAN:?500305434 LCCN:?n79132355 NLA:?36507970

WorldCat

Foto 4

Sumber: 1870, het waterkasteel van de Sultan van Jogjakarta VIAF:?132330511 ISNI:?0000 0001 1512 2383 ULAN:?500305434 LCCN:?n79132355 NLA:?36507970

WorldCat

PERUBAHAN FUNGSI

Fungsi-fungsi Awal

(7)

tempat pemeliharaan ikan dan arena kegiatan mendayung bagi putra keluarga Kasultanan. Pulo Kenanga, tempat tinggal Sultan beserta keluarga bila berekreasi di Tamansari yang memiliki fasilitas untuk pertunjukkan kesenian. Pesarean Ledoksari, kamar khusus untuk Sultan. Terdapat 18 buah kebun (kebun bunga, sayuran, buahbuahan, dan rempah-rempah). Hutan dengan margasatwa yang terpilih.

Fungsi kedua dari Tamansari yaitu Tempat Beribadah (Subhekti, 2005:). Santi, pengelola Taman Sari mengatakan Tamansari sebagai tempat beribadah juga merupakan tetirah dimana Sultan menenangkan pikiran dan untuk bersemedi. Beberapa Fasilitas untuk aktivitas religius ataupun meditasi, antara lain: Sumur Gumuling, merupakan mesjid bawah air dengan konstruksi dua lantai berbentuk melingkar, di sebelah barat terdapat mihrab dan di lantai bawah untuk sembahyang berjamaah. Bangunan sumur gumuling berbentuk seperti sumur yang dindingnya dibuat berongga dan bertingkat. Tangga naik ke tingkat atas terdapat di tengah-tengah sumuran. Tangga tersebut merupakan rangkaian empat buah tangga yang bertemu pada sebuah bidang datar di tengah sumuran dan dari bidang datar ini terdapat sebuah tangga yang menuju ke pintu tingkat atas yang terletak di sisi sumur bagian dalam sebelah timur. Lantai tingkat atas bangunan ini ketinggiannya sejajar dengan permukaan tanah di luar Sumur Gumuling. Ruangan bawah dan ruangan atas cukup luas untuk dipakai sebagai tempat pertemuan atau sembahyang bersama-sama. Pulo Cemeti, terletak di sebelah selatan Pulo Kenanga, bangunan bertingkat berbentuk segi empat dan berfungsi sebagai tempat Raja bermeditasi. Pulo Cemeti sering pula disebut Pulo Panembung, walaupun disebut dengan istilah pulo (pulau), tetapi keadaannya berbeda dengan sebuah pulau yang biasa, karena sebenarnya Pulo Panembung merupakan sebuah bangunan yang dahulu berada di tengan segaran. Ketika air segaran masih penuh, bangunan ini hanya dapat dicapai melalui lorong yang berujung di urungurung dipakai sebagai jalan keluar masuk lorong.

Fungsi ketiga dari Taman Sari yaitu Tempat Pertahanan (Kota Jogjakarta, 200 tahun, 1956:16). Sebagai seorang panglima perang, ahli strategi dan seorang kesatria, Sultan memfasilitasi bangunan Tamansari sebagai tempat pertahanan, fasilitas tersebut antara lain: Benteng yang tinggi dengan baluwer (bastion tempat meriam), Gerbang atau gapuro yang dilengkapi dengan tempat penjagaan para prajurit. Jalan-jalan bawah tanah (urung-urung) dan bangunan tempat kesekretairatan. Dua buah meriam pada kanan kiri gerbang.

Fungsi Baru

(8)

TEMA DAN PERIODISASI

Fungsi Tamansari yang pertama merupakan tempat beristirahat dan berekreasi bagi Sultan dan keluarganya. sebagai tempat rekreasi atau peristirahan dapat diketahui dengan adanya beberapa fasilitas pendukungnya, antara lain: umbul, pasiraman, kolam, pertamanan, dan segaran. Dahulu segaran tersebut luasnya sampai dengan segaran Pulo Gedong di sisi timur kraton. Air segaran dialirkan dari sungai Winongo (sebelah barat kota) melalui parit yang sering disebut kali Larangan. Jika akan ke Tamansari, keluarga kraton saat itu melewati aliran air dari Magangan dengan menggunakan perahu. Fasilitas Tamansari sebagai tempat beristirahat dan berekreasi dahulunya memiliki beberapa fasilitas antara lain: Kompleks Umbul Winangun yang memiliki tiga kolam renang (Umbul Muncar, Belumbang Kuras dan Umbul Winangun) dengan menara tempat beristirahat bagi Sultan Yogyakarta. Segaran/danau buatan yang berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ikan dan arena kegiatan mendayung bagi putra keluarga Kasultanan. Pulo Kenanga, tempat tinggal Sultan beserta keluarga bila berekreasi di Tamansari yang memiliki fasilitas untuk pertunjukkan kesenian. Pesarean Ledoksari, kamar khusus untuk Sultan. Terdapat 18 buah kebun (kebun bunga, sayuran, buahbuahan, dan rempah-rempah). Hutan dengan margasatwa yang terpilih.

Fungsi kedua dari Tamansari yaitu Tempat Beribadah. Tamansari sebagai tempat beribadah juga merupakan tetirah dimana Sultan menenangkan pikiran dan untuk bersemedi. Beberapa Fasilitas untuk aktivitas religius ataupun meditasi, antara lain: Sumur Gumuling, merupakan mesjid bawah air dengan konstruksi dua lantai berbentuk melingkar, di sebelah barat terdapat mihrab dan di lantai bawah untuk sembahyang berjamaah. Bangunan sumur gumuling berbentuk seperti sumur yang dindingnya dibuat berongga dan bertingkat. Tangga naik ke tingkat atas terdapat di tengah-tengah sumuran. Tangga tersebut merupakan rangkaian empat buah tangga yang bertemu pada sebuah bidang datar di tengah sumuran dan dari bidang datar ini terdapat sebuah tangga yang menuju ke pintu tingkat atas yang terletak di sisi sumur bagian dalam sebelah timur. Lantai tingkat atas bangunan ini ketinggiannya sejajar dengan permukaan tanah di luar Sumur Gumuling. Ruangan bawah dan ruangan atas cukup luas untuk dipakai sebagai tempat pertemuan atau sembahyang bersama-sama. Pulo Cemeti, terletak di sebelah selatan Pulo Kenanga, bangunan bertingkat berbentuk segi empat dan berfungsi sebagai tempat Raja bermeditasi. Pulo Cemeti sering pula disebut Pulo Panembung, walaupun disebut dengan istilah pulo (pulau), tetapi keadaannya berbeda dengan sebuah pulau yang biasa, karena sebenarnya Pulo Panembung merupakan sebuah bangunan yang dahulu berada di tengan segaran. Ketika air segaran masih penuh, bangunan ini hanya dapat dicapai melalui lorong yang berujung di urungurung dipakai sebagai jalan keluar masuk lorong.

Fungsi ketiga dari Taman Sari yaitu Tempat Pertahanan (Kota Jogjakarta, 200 tahun, 1956:16). Sebagai seorang panglima perang, ahli strategi dan seorang kesatria, Sultan memfasilitasi bangunan Tamansari sebagai tempat pertahanan, fasilitas tersebut antara lain: Benteng yang tinggi dengan baluwer (bastion tempat meriam), Gerbang atau gapuro yang dilengkapi dengan tempat penjagaan para prajurit. Jalan-jalan bawah tanah (urung-urung) dan bangunan tempat

(9)

SUMBER LISAN

1. Ibu Septi , Yogyakarta, Pegawai BPCB Yogyakarta 2. Bapak Lukman , Yogyakarta, Pegawai BPCB Yogyakarta

SUMBER TERTULIS

1. Sukirman, D. H., 1988, Mengenal Sekilas Bangunan Pasanggrahan Taman Sari Yogyakarta. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Direktorat Jenderal

Kebudayaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Subhekti, Y. I., 2005, Perkembangan Tamansari Sebagai Kawasan Konservasi dan Pariwisata Kota Yogyakarta, Semarang: Universitas Diponegoro

3. Dwidjasaraya, A.S. Ngayogyakarta Hadiningrat. Yogyakarta: Mardimulyo, jilid II, 1935. 4. Kota Jogjakarta, 200 tahun, 7 Oktober 1756 - 7 Oktober 1956. Yogyakarta: Panitia Peringatan

Kota Jogjakarta 200 th, 1956.

5. Ridhani, Fianto, Yosep, 2015, PENCIPTAAN BUKU ILUSTRASI TAMAN SARI KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA PENGENALAN CAGAR BUDAYA, Jurnal Desain Komunikasi Visual Vol.4, No.2

6. Drs. Rusli Rachman, 1996, Studi Teknis Arkeologi Situs Tamansari Yogyakarta, Depdikbud

NILAI DAN MAKNA SEJARAH

NILAI DAN MAKNA SEJARAH TAMAN SARI

Adanya Taman Sari bagi masyarakat memberikan banyak nilai yang dapat diambil bagi

masyarakat luas. Beberapa nilai yang dimaksud adalah nilai historis, religi, dan arsitektur yang

semuanya menambah khasanah kebudayaan dari bangsa kita. Beberapa nilai tersebut juga

mencerminkan sebenarnya bangsa kita memiliki banyak nilai budaya yang tidak dimiliki bangsa

lainnya.

Salah satu nilai itu adalah nilai Historis, artinya bangunan Taman Sari ini memiliki sejarah

panjang dalam proses pembangunannya. Dalam hal ini, banyak hal yang terkandung di setiap

fasenya bagaimana peran Taman Sari sendiri d itengah perubahan social cultural dari kraton

Yogyakarta. Dari perubahan tersebut akhirnya menciptakan pristiwa penting yang menjadi catatan

sejarah yang dapat menjadi pelajaran kita sekarang ini. Misalnya saja historis pembangunan Taman

Sari yang dibangun setelah perjanjian Giyanti (1755).

Kemudian dalam nilai religi Taman Sari memiliki fungsi khusus seperti meditasi bagi sultan

(10)

sebagai tempat wisata juga dapat dijadikan sebagai bentuk manifestasi nilai religious dari seseorang

yang berkunjung disana.

Yang terakhir dalam nilai arsitektur bangunan Taman Sari memiliki nilai arstistik yang cukup

tinggi, hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunannya. Seperti banguanan Gedong Gapura Hageng dan

Persiraman Umbul Binangun. Yang semuanya mengalkuturasikan dari beberapa kebudayan

diantaranya adalah Hindu, Eropa dan tentunya kebudayaan Jawa.

POTENSI

Potensi Taman Sari di masa`kini dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi (tempat pesiar

bagi masyarakat), tempat religious, tempat edukasi sejarah (misalnya mempelajari tempat pertahanan

dan perlindungan) dan sebagai tempat untuk meningkatkan pendapatan bagi beberapa keluarga yang

tinggal di sekitar wilayah Taman Sari.

Taman Sari setelah hak milik diberikan oleh sultan kepada pemerintah untuk dikelola

sebagai objek wisata, memberikan alternative baru bagi masyarakat yang ingin berwisata di wilayah

Yogyakarta. Dari berbagai objek wisata yang ada, Taman Sari merupakan objek wisata yang diminati

karena memiliki keadaan bagungan yang artistic sehingga banyak pengunjung yang melakukan foto

bersama untuk menghilangkan kepenatan. Sebagai tempat religious, Taman Sari juga banyak

dikunjungi oleh masyarakat yang ingin mempelajari tentang aspek relijius di masa lalu. Taman sari

juga dikunjungi oleh para pelajar yang ingin belajar tentang sejarah. Metode belajar di luar ruangan

ini memang sekarang telah menjadi program yang dirancang sekolah agar pembelajaran menjadi

bermakna dan menyenangkan. Potensi yang terakhir, eksistensi Taman Sari dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat sekitar misalnya masyarakat yang berjualan di dalam Taman Sari.

Penutup

Dalam penelitian ini ada beberapa perubahan yang terjadi dalam kurun waktu 40 tahun dari

awal adanya moment perubahan pengelolaan Taman Sari. Pada Tahun 1974 merupakan awal dari

dibukanya Taman sari sebagai ruang baru tujuan wisata dengan diserahkannya pengelolaan Taman sari

ke Tepas Keprajuritan. Majunya Industri pariwisata di Yogyakarta dan tujuan wisata baru Taman Sari

membawa perubahan baik ekonimi dan dan budaya warga sekitar kraton. Hal ini terlihat

dengan semakin banyaknya wisatawan baik dalam dan luar negeri yang memanfatkan Tamansari

sebagai tujuan wisata. Ekonomi kreatif warga juga berkembang dengan munculnya industri pendukung

Referensi

Dokumen terkait

Individu dengan disposisi bersyukur yang kuat kemungkinan akan merasa bersyukur pada keluarga, pekerjaan, kesehatan, dan kehidupan dengan variasi yang berbeda

Menurut Bapak Dadang Sukandar komunikasi yang terjalin dengan semua pihak berjalan dengan baik dan tidak menemui kendala yang berarti. Hal ini dapat terjadi

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah pabrik kertas (sludge), sabut kelapa dan sampah plastik sebagai bahan baku pembuatan panel bangunan ramah lingkungan yang

Perawat Kamar Bedah (2013) Jakarta 12 Aulia Al Azhar Pelatihan Oklusi Tuba ( Mow) Bandung 13 Dede Supiana -. 14 Beni Rachmat

Selain Tuan Guru Sheikh Ahmad, Tuan Guru Abdul Qosim juga mempunyai dua orang anak murid yang bijaksana dan membuka kawasan baru untuk mengajar (selepas beliau

Sebuah nama yang jelas menggambarkan atribut merek dan manfaat memungkinkan konsumen untuk membuat keputusan pembelian informasi- dengan membiarkan mereka tahu apa

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana melakukan inversi AVO dengan menggunakan atribut hasil pendekatan Aki &

jumlah advetorial yang dicetak 9 cetak jumlah ILPPD yang terpenuhi 1 kegiatan komunikasi publik melalui. dialog interaktiv, radio dan