TINJAUAN KEPUSTAKAAN III Jumat, 26 Agustus 2016
PERKEMBANGAN KONTROL POSTURAL PADA BAYI
Oleh:
Vitaka Dwi Charisma, dr
Pembimbing :
Marietta Shanti P, dr., SpKFR
Penguji :
Irma Ruslina Defi, dr., SpKFR., Ph.D
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RS HASAN
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II KONTROL POSTURAL ... 3
2.1 Definisi kontrol postural ... 3
2.2 Susunan sistem pada kontrol postural ... 4
2.2.1 Sistem individu pada kontrol postural ... 5
2.2.1.1 Sistem motorik ... 5
2.2.2 Tugas yang dihadapi (task constraints) ... 9
2.2.3 Lingkungan sekitar (environmental constraints) ... 9
BAB III PERKEMBANGAN KONTROL POSTURAL ... 11
3.1 Munculnya kontrol postural dan motorik milestones ... 13
3.2 Teori reflex dalam perkembangan kontrol postural ... 14
ii
3.4 Perkembangan kontrol postural pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan ... 19
3.5 Perkembangan kontrol postural pada bayi setelah 6 bulan ... 21
BAB IV PENUTUP ... 23
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pusat massa tubuh, pusat gravitasi dan dasar tumpuan ... 4
Gambar 2.2 Susunan sistem pada control postural ... 4
Gambar 3.1 Stabilisasi kepala bayi dapat menghasilkan perubahan tingkah laku ... 12
Gambar 3.2 Motor milestones menunjukkan perkembangan kontrol postural ... 13
Gambar 3.3 Antitudinal reflexes ... 15
Gambar 3.4 Righting reaction ... 16
Gambar 3.5 Landau reflex ... 17
1 BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh manusia terdiri dari beberapa segmen sepanjang rantai kinematik
yang meliputi kaki, tungkai, paha, panggul ,tulang belakang, dada, lengan, leher
dan kepala. Kemungkinan rangkaian segmen tubuh yang terbentuk ketika
seseorang bergerak sangatlah banyak, ada yang memerlukan sedikit energi dalam
mempertahankan otot-ototnya sedangkan yang lain memerlukan energi yang
lebih banyak. Rangkaian segmen tubuh yang terbentuk memerlukan
keseimbangan dalam mempertahankan posturnya.1 Bergerak merupakan sifat utama dari manusia, melalui gerakan manusia memenuhi kebutuhan pokoknya
dan melakukan kegiatan secara fungsional seperti merawat diri, bekerja serta
bersosialisasi.2
Fungsi kontrol postural yang paling penting adalah untuk memastikan
keseimbangan dan mempertahankannya selama awal sampai akhir dari
pergerakan. Selain itu, kontrol postural berfungsi sebagai dasar untuk
menghasilkan gerakan yang akurat.3 Sistem saraf pusat juga mempunyai peranan dalam membentuk kontrol postural yang baik, disebut juga sebagai pusat
pengolahan gerak, berfungsi untuk menentukan titik tumpu tubuh dan posisi
gravitasi pada tubuh untuk membentuk serta mengorganisasikan respon sensori
2 Sejak anak-anak, manusia memiliki perkembangan keterampilan yang
luar biasa di tahun-tahun awal kehidupannya, termasuk merangkak, berjalan,
berlari, memanjat, koordinasi mata serta tangan dan manipulasi benda-benda
dalam berbagai cara. Munculnya semua keterampilan membutuhkan
pengembangan dari kontrol postural untuk mendukung gerakan dasar. Anak yang
memiliki kontrol postural dapat mempertahankan posisinya tanpa memerlukan
energi yang besar sehingga tidak mudah mengalami kelelahan. Selain itu anak
yang mengalami kesulitan duduk dengan postur tubuh yang baik akan
mengalami kesulitan untuk fokus terhadap kegiatan lainnya. Memahami
pengembangan kontrol postural normal yang dasar merupakan langkah awal
dalam memahami gangguan perkembangan postural, dimana keduanya
diperlukan untuk pendekatan terapi dalam meningkatkan keterampilan postural
3 BAB II
KONTROL POSTURAL
2.1 Definisi kontrol postural
Kontrol postural merupakan fungsi tubuh yang kompleks dan terintegrasi
untuk melaksanakan gerakan yang bertujuan seperti dalam mengendalikan posisi
tubuh terhadap ruang untuk tujuan stabilitas dan orientasi.3,4 Semua tugas memerlukan kontrol postural, namun kebutuhan stabilitas dan orientasi
bervariasi tergantung pada jenis tugas yang dilakukan dan lingkungannya.4 Penelitian menyebutkan bahwa kontrol postural membuat seseorang dapat
bertahan dalam satu posisi tertentu, ketika hal tersebut terjadi maka pusat massa
tubuh (center of mass) harus dijaga supaya tetap seimbang sehingga posisi
tersebut bisa dipertahankan.2
Center of mass (COM) didefinisikan sebagai suatu titik di tengah-tengah
atau pusat dari total massa tubuh yang dapat kita temukan dengan mengetahui
rata-rata pusat massa dari setiap segment tubuh. Proyeksi secara vertical dari
COM didefinisikan sebagai center of gravity (COG). Lokasi dari COG
tergantung pada berat badan, usia dan jenis kelamin. Nilai normal COG pada
perempuan adalah sekitar 55% dari tingginya ketika berdiri sedangkan untuk
laki-laki sekitar 57% dari tingginya ketika berdiri. COG harus tetap berada di
dalam dasar tumpuan (base of support) ketika seseorang diam atau bergerak
4 sebagai area dari tubuh yang melakukan kontak atau menempel dengan
permukaan.4,5
Gambar 2.1 Pusat massa tubuh (COM), pusat gravitasi (COG) dan dasar tumpuan (BOS)
Dikutip dari kepustakaan no 5
2.2 Susunan sistem pada kontrol postural
Gambar 2.2 Susunan sistem pada kontrol postural
5 2.2.1 Sistem individu pada kontrol postural4
Setiap individu memiliki kemampuan untuk mengatur posisi tubuh dalam
suatu ruang yang dihasilkan dari interaksi yang komplek antara sistem
muskuloskeletal dan sensoris. Komponen dari sistem musculoskeletal yaitu luas
gerak sendi, fleksibilitas tulang belakang, sifat dari otot dan hubungan
biomekanik antara segmen tubuh. Komponen sistem sensoris yang penting untuk
kontrol postural adalah pengolahan motorik (pengaturan otot di seluruh tubuh
menjadi suatu sinergi), pengolahan sensoris (sistem visual, vestibular dan
somatosensoris) serta kognisi.
2.2.1.1 Sistem motorik4,6
Sistem motorik memastikan pembentukan gaya yang cukup terkoodinasi
pada otot-otot tertentu untuk mengatur posisi tubuh dan pergerakannya sehingga
terjadi stabilitas gerak. Sistem motorik meliputi perencanaan, koordinasi serta
gerakan dalam mengendalikan posisi tubuh. Tonus otot mengacu pada gaya
dimana kontraksi yang terus dipertahankan oleh otot atau disebut juga kekakuan
otot. Tonus otot yang sesuai akan membantu seseorang dalam membentuk
kontrol postural. Saat berdiri tegak terjadi peningkatan aktivitas pada otot
postural antigravitasi untuk melawan arah gaya dari gravitasi hal ini dinamakan
tonus postural. Lesi pada dorsal root pada saraf tulang belakang akan
mengurangi tonus dari postural.
Sistem musculoskeletal harus membentuk tulang yang utuh, sendi yang
6 kuat untuk menahan gaya gravitasi namun cukup lemah sehingga
mengakomodasi pergerakan. Elastisitas otot perifer, tendon dan jaringan lain
merupakan pertahanan utama ketika terjadi gerakan yang tidak terduga atau
terkompensasi.
2.2.1.2 Sistem sensoris
a. Sistem visual4,7
Penglihatan memberikan salah satu sumber informasi yang paling dapat
diandalkan bagi otak manusia. Banyak peneliti telah mempelajari efek dari
gangguan visual untuk stabilitas tubuh dan mereka menyimpulkan bahwa
penglihatan berhubungan langsung dengan kontrol postural. Sebuah percobaan
sederhana menunjukkan pentingnya input visual hal ini terlihat dari peningkatan
ayunan tubuh 22-56% saat mata tertutup dibandingkan dengan mata terbuka pada
individu sehat selama berdiri tegak.
Penglihatan memberikan informasi tentang pergerakan kepala dan tubuh
terhadap lingkungan dan juga penting untuk reaksi keseimbangan ketika terjadi
perubahan permukaan tanah. Penglihatan juga memberikan informasi mengenai
arah gerak secara vertikal saat tubuh bergerak dan ketika tubuh melakukan
hubungan dengan benda-benda di sekitar lingkungan tersebut. Parameter lain
yang memberikan konstribusi dalam mempengaruhi sistem visual yaitu ukuran
dari objek dan lokasinya, perbedaan posisi dari sebuah objek yang ditangkap
7 tingkat detail suatu objek yang ditangkap oleh sudut pandang mata (spatial
frequency).
b. Sistem somatosensoris4,7,8
Sistem somatosensoris berkontribusi pada kontrol postural dengan
memberikan informasi tentang posisi dan gerakan tubuh terhadap permukaan
tanah. Selain itu, input somatosensoris melalui seluruh tubuh memberikan
informasi mengenai hubungan bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan penelitian Diener dan kawan-kawan kehilangan input
somatosensoris dari anggota gerak bawah diketahui meningkatkan ayunan tubuh.
Dua jenis informasi somatosensoris diperlukan untuk mengembalikan
keseimbangan ketika terjadi gangguan stabilitas postural. Informasi pertama
adalah propiosepsi otot dan serabut aferen dari sendi yang menandakan posisi
sendi dan gerakan. Informasi kedua adalah dari reseptor mekanik di telapak kaki
yang memberikan informasi mengenai perubahan pola tekanan dan gaya geser
yang dihasilkan dari gerakan tubuh.
c. Sistem vestibular4,7,9
Orang yang sehat tetap bisa menjaga keseimbagan postural dengan mata
tertutup hal ini dikarenakan manusia juga bergantung pada sistem sensoris lain
seperti vestibular dan propioseptif. Telah ditemukan bahwa rangsangan suara
pada sistem vestibular dapat membangkitkan reflex postural. Sistem vestibular
8 gravitasi. Sistem ini mempengaruhi keseimbangan, emosi, tonus otot dan
gerakan mata.
Sistem vestibular mendeteksi penyimpangan orientasi kepala sehubungan
dengan bidang gravitasi (graviceptive signal), yaitu sinyal dari gerakan kepala
terhadap ruang dan stabilisasinya. Sistem vestibular memiliki fungsi dinamis dan
statis. Fungsi dinamis memungkinkan manusia untuk melacak rotasi kepala
dalam ruang dan berperan penting dalam pengendalian refleks gerakan mata.
Fungsi statis memungkinkan manusia memantau posisi kepala dan ruang dalam
mempertahankan kontrol postural.
2.2.1.3 Kognisi4,10,11
Kehidupan sehari-hari tidak hanya dihabiskan dengan satu kegiatan,
namun seringnya kita melakukan lebih dari satu tugas pada satu waktu seperti
ketika menjaga keseimbangan saat berjalan sambil menelepon. Kontrol postural
yang normal tampak terjadi secara otomatis tanpa usaha yang disadari sehingga
diasumsikan bahwa hanya sedikit perhatian atau atensi yang dibutuhkan ketika
mengendalikan keseimbangan.
Gangguan dalam melakukan tugas ganda (dual task interference)
didefinisikan ketika dua tugas yang dilakukan secara bersamaan maka terjadi
kompetisi dalam atensi sehingga menyebabkan penurunan kinerja pada satu
tugas atau lainnya. Dalam penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan atensi
9 konstan namun bergantung pada jenis postural, usia seseorang, dan kemampuan
keseimbangan seseorang.
2.2.2 Tugas yang dihadapi (task constraints)4,10
Kehidupan sehari-hari ditandai oleh kinerja dari beragam tugas yang
fungsional dan kegiatan yang memerlukan tiga jenis kontrol keseimbangan, yaitu
kesetimbangan, keseimbangan reaktif dan keseimbangan proaktif.
Kesetimbangan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan COM
terhadap BOS dalam kondisi perubahan yang bisa diprediksi seperti ketika
sesorang duduk, berdiri atau berjalan dengan kecepatan yang konstan.
Keseimbangan reaktif adalah kemampuan untuk kembali ke posisi yang stabil
setelah adanya gerakan yang tidak terduga seperti ketika tersandung saat berjalan
atau bertemu seseorang disaat sedang berjalan memerlukan aktivasi beberapa
otot di kaki dan batang tubuh untuk kembali ke posisi yang stabil. Keseimbangan
proaktif atau disebut juga keseimbangan antisipatif adalah kemampuan untuk
mengaktifkan otot-otot kaki dan batang tubuh untuk mengatur gerakan volunter
yang cenderung tidak stabil. Mengangkat benda berat atau melangkah ke trotoar
merupakan contoh tugas yang memerlukan kesimbangan proaktif.
2.2.3 Lingkungan sekitar (environmental constraints)4,12
Perubahan pada lingkungan mempengaruhi pengaturan otot serta gaya
yang dibutuhkan untuk keseimbangan. Perbedaan pada kondisi lingkungan dan
10 keseimbangan. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya seseorang memerlukan
beragam aktivitas yang akan mempengaruhi sistem kognisi seperti atensi.
Lingkungan yang ramai merupakan salah satu faktor yang mungkin mengganggu
proses kontrol postural sehingga menyebabkan seseorang terjatuh atau tidak bisa
11 BAB III
PERKEMBANGAN KONTROL POSTURAL
Perkembangan keterampilan pada tahun-tahun awal kehidupan pada
anak-anak berkembang dengan sangat luar biasa, termasuk merangkak, berjalan
secara mandiri, berlari, memanjat, koordinasi antara gerakan tangan dan mata
serta manipulasi objek atau benda dalam berbagai cara. Munculnya semua
keterampilan ini memerlukan pengembangan kegiatan postural untuk
mendukung gerakan utamanya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa control
postural merupakan bagian penting dari perkembangan motorik.3,4
Gerakan jari dan tangan pada bulan pertama kehidupan pada bayi
digunakan untuk mengeksplorasi stimulus sensoris baru dan digunakan sebagai
input somatosensoris dalam mengembangkan kemampuan motoriknya.
Eksplorasi terhadap suatu benda selain membantu pengembangan motorik juga
meningkatkan atensi visual pada bayi sehingga membantu rangkaian
perkembangan sistem sensoris dan motorik. Beberapa penelitian menyebutkan
penyimpangan gerakan bukan berarti kurangnya kontrol motorik namun
merupakan kontribusi positif pada proses pembelajaran untuk pembentukan
gerakan lain. Kurangnya variabilitas dari gerakan biasanya diidentifikasi sebagai
keterlambatan perkembangan.13
Penelitian pada awal perkembangan menunjukkan bahwa postural,
12 untuk munculnya dan penyempurnaan keterampilan di semua bidang. Ketika
gerakan kepala tidak stabil pada bayi yang biasanya mengganggu keseimbangan
duduk distabilkan maka akan muncul gerakan dan perilaku yang biasanya terlihat
pada bayi yang lebih besar atau matang. Hasil tersebut mendukung konsep
bahwa sistem postural yang belum matang adalah faktor yang membatasi atau
kendala untuk munculnya perilaku lain seperti gerakan koordinasi pada lengan
dan tangan serta inhibisi dari refleks. Terlambatnya perkembangan atau
abnormal sistem postural juga dapat membatasi kemampuan seorang anak untuk
mengembangkan kemandirian dalam keterampilan mobilitas dan
manipulasi.4,10,14
Gambar 3.1 Stabilisasi kepala bayi dapat menghasilkan perubahan tingkah laku.
A. Gerakan tidak terkontrol pada kepala menghasilkan respon Moro. B. Sokongan pada
batang tubuh dan kepala bayi menghasilkan perilaku yang lebih matang seperti
memperhatikan benda atau orang atau bahkan meraih.
13 3.1 Munculnya kontrol postural dan motorik milestones
Perkembangan control postural secara tradisional telah dikaitkan dengan
urutan yang terprediksi yang disebut dengan motor milestones. Antara lain
kontrol kepala, duduk, merayap atau merangkak, pull to stand, berdiri dan
berjalan. Urutan dan waktu dari munculnya motor milestones ini telah
digambarkan dengan baik oleh beberapa peneliti.3
Gambar 3.2 Motor milestones menunjukkan perkembangan dari kontrol postural, termasuk
mengangkat kepala (1 bulan), duduk dengan sandaran dan berdiri tanpa bantuan (4-7 bulan),
merangkak (9-10 bulan), berdiri tanpa berpegangan (12-13 bulan), dan berjalan (14-18 bulan).
Dikutip dari kepustakaan no 4
Arnold Gesell seorang dokter spesialis anak menggambarkan pola umum
14 dari perkembangan perilaku yaitu dari kepala menuju ke arah panggul dan dari
arah proksimal ke arah distal. Beliau menganggap bahwa perkembangan
keterampilan tidak selalu mengikuti urutan linier yang selalu maju serta secara
konstan meningkat sehubungan dengan bertambahnya waktu dan maturitas.
Namun beliau percaya bahwa perkembangan lebih dinamis dan ditandai dengan
perubahan baik itu peningkatan maupun penurunan atau regresi dari kemampuan
seseorang dalam melakukan keterampilan.2,4
Beberapa penilaian untuk perkembangan dapat mengevaluasi
kemampuan dari bayi atau anak pada fungsi keterampilan yang membutuhkan
kontrol postural. Keterampilan ini termasuk duduk, berdiri, berjalan tanpa
bantuan, meraih, bergerak dari posisi duduk ke posisi berdiri. Contoh dari uji
perkembangan tersebut adalah Gross Motor Function Measure (GMFM), the
Peabody Developmental Motor Scales, the Bayley Scales of Infant Development,
dan the Movement Assessment of Infants. Uji fungsi tersebut mengikuti pola
perkembangan anak normal dan digunakan untuk membedakan perkembangan
anak.2,15
3.2 Teori refleks dalam perkembangan kontrol postural
Teori-teori pada perkembangan anak sangat berpengaruh pada
munculnya pola perilaku pada orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pada
anak normal munculnya postur dan kontrol pada gerakan tergantung pada
timbulnya dan penggabungan dari refleks berikutnya. Berdasarkan teori ini maka
15 struktur kortikal pada sistem saraf pusat ke dalam fungsi postural respon motorik
secara volunter.4
Berdasarkan teori ini keseimbangan dan postur dihasilkan dari respon
reflex yang dipicu oleh input sensoris. Sherrington menemukan hal tersebut di
tahun 1910 ketika memotong saraf tulang belakang bagian leher namun hewan
penelitiannya masih bisa berjalan ketika diletakan di treadmill. Hasil observasi
ini memberikan hipotesa adanya struktur saraf pada tulang belakang yang
menghasilkan aktivitas otot secara ritmis yang dihasilkan dari sinyal afferent.4,6 Tonic antitudinal reflexes menghasilkan perubahan secara terus menerus
dalam postur tubuh yang dihasilkan dari perubahan posisi kepala, contohnya
adaah the asymmetric tonic neck reflex (ATNR), the symmetric tonic nect reflex
(STNR) dan the tonic labyrinthine reflex (TLR). ATNR menghasilkan ekstensi
dari lengan dan wajah serta fleksi lengan satunya ketika kepala dipalingkan.
STNR menghasilkan fleksi pada ekstrimitas atas dan ekstensi pada ekstrimitas
bawah ketika kepala ditekuk namun ketika kepala ditengadahkan maka
ekstremitas atas ekstensi sedangkan ekstrimitas bawah fleksi.3,4,14
Gambar 3.3 Antitudinal reflexes
16
Righting reaction dianggap suatu reaksi otomatis yang memungkinkan
seseorang untuk menjaga stabilitas dan berdiri secara normal ketika mengubah
posisi. Menurut teori reflek interaksi lima righting reactions menghasilkan
orientasi kepala dalam ruang dan orientasi tubuh dalam hubungannya dengan
kepala dan alas atau bidang datar. Tiga righting reactions menggambarkan
orientasi kepala dalam ruang yaitu optical righting reaction yang memberikan
kontribusi untuk orientasi kepala dengan menggunakan input dari visual,
labyrinthine righting reaction yang memberikan kontribusi untuk orientasi
kepala ke posisi tegak dengan bereaksi terhadap sinyal vestibular, serta body on
head righting reaction yang memberikan kontribusi untuk orientasi kepala
dengan bereaksi terhadap sinyal taktil atau sentuhan dan propriosepsi dari tubuh
dengan kontak dari lingkungannya.2,4,14
Gambar 3.4 Righting reaction
17
Landau reaction merupakan efek dari kombinasi ketiga reflex righting
reaction tersebut. Fungsi dari landau reflex adalah meningkatkan kekuatan tonus
otot dan memperhalus keterampilan motoric. Hal tersebut akan dibutuhkan untuk
perkembangan duduk dan berjalan secara mandiri. Neck on body righting
reaction mengorientasikan kepala dengan bereaksi terhadap cervical afferents
yang memberikan informasi perubahan posisi kepala dan leher. Body on body
righting reaction menjaga orientasi tubuh terhadap alas atau bidang datar.4,6
Gambar 3.5 Landau reflex
Dikutip dari kepustakaan no 6
Balance and protective reactions terbagi atas tilting reaction yang
digunakan untuk mengatur pusat gravitasi ketika suatu permukaan dinaikkan,
parachute atau respon proteksi yang menjaga badan dari cedera ketika terjatuh,
dan terakhir adalah staggering reaction sebagai suatu respon terhadap
18 Gambar 3.5 Balance and protective reaction
Dikutip dari kepustakaan no 4
3.3 Teori sistem dalam perkembangan kontrol postural
Teori terbaru yaitu teori sistem menyebutkan bahwa perkembangan tidak
hanya melibatkan proses maturasi dari reflex dalam sistem sarap pusat.
Perkembangan merupakan suatu proses yang kompleks dimulai dengan
munculnya keterampilan dan tingkah laku baru dari hasil interaksi anak dan
lingkungannya, hal ini tergantung juga kepada maturasi saraf dan sistem
muskuloskeletal. Munculnya postural kontrol berdasarkan teori sistem
merupakan hasil dari interaksi antara sistem neural dan muskuloskeletal, antara
lain :3,4,6
1. Perubahan pada sistem muskuloskeletal termasuk perkembangan
kekuatan otot dan perubahan massa otot pada beragam segmen tubuh
2. Perkembangan dari koordinasi motorik penting untuk mengatur
19 3. Perkembangan sistem sensori termasuk somatosensory, visual dan sistem
vestibular
4. Perkembangan sensoris berperan untuk mempersiapkan beragam input
dari posisi, reaksi, serta kontrol postural
5. Perkembangan kognisis berperan dalam mengendalikan postur dalam
beragam pergerakan
3.4 Perkembangan kontrol postural pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan
Hedberg menyebutkan dari hasil penelitiannya menunjukkan pada bayi
usia satu bulan bisa menghasilkan arah pernyesuaian untuk postural tertentu. Hal
ini menggambarkan bahwa tingkat dasar kontrol postural secara fungsional aktif
pada usia tersebut dan dimiliki dari bawaan lahir. Berdasarkan penelitiannya
pada bayi berusia 1 bulan, informasi sensorik yang dihasilkan oleh rotasi panggul
tidak cukup untuk memicu aktivitas postural tertentu. Informasi vestibular tidak
dapat menjadi pencetus utama dari aktivitas postural pada bayi tersebut karena
ada gangguan berupa pergerakan kepala ke segala arah.16,17
Awal masa kehidupan, aktivitas postural memiliki ciri beragam pola
postural, hal ini terutama terlihat saat kombinasi aktivasi otot postural. Jumlah
otot khusus yang berperan pada suatu gerakan tertentu akan berkurang seiring
meningkatnya usia yang mulai terlihat sekitar usia 3 bulan. Setelah usia 3 bulan
terjadi peningkatan penggunaan otot pada aktivitas postural. Aktivitas fungsional
20 ditemukan meningkat. Peneliti menyimpulkan usia bayi 3 bulan merupakan
periode perkembangan transisional pada kontrol postural.3,17
Usia perkembangan 3 sampai 6 bulan menunjukkan beragam gerakan
terarah yang spesifik. Kapasitas untuk beradaptasi pada aktivitas postural secara
signifikan muncul pada usia 6 bulan seperti yang digambarkan oleh dua hasil
penelitian. Pertama ditunjukan pada bayi usia 6 bulan ke atas dimana bayi
mengembangkan kemampuan untuk memilih otot-otot tertentu yang diaktifkan.
Ketika bayi menjelajah melalui percobaan (trial & error) pola postural dengan
arah khusus sehingga terbentuk stabilisasi dari kepala, pola ini disebut pola en
bloc. Hasil kedua menunjukkan bahwa bayi 6 bulan keatas mampu beradaptasi
dengan memilih pola en bloc ketika ada gangguan keseimbangan.10,13,15,17
Data menunjukkan bahwa usia 6 bulan adalah periode transisi lain dalam
pengembangan kontrol postural ketika control tingkat dua sudah aktif secara
fungsional. Usia 6 bulan juga diketahui saat bayi belajar untuk duduk mandiri,
hal ini menggambarkan bahwa pengembangan duduk mandiri tergantung pada
kemampuan untuk beradaptasi pada aktivitas postural kedalam situasi khusus.17 Dua penjelasan dapat disimpulkan untuk perbedaan perkembangan pada
aktivitas otot ventral dan dorsal. Pertama bayi selalu berorientasi kearah
perkembangan pada kehidupan sehari-harinya, oleh karena itu bayi akan
menggunakan otot-otot dorsal dibandingkan otot-otot ventral. Perbedaan
pengalaman ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menjelaskan mengapa
aktivitas otot postural dorsal mengalami maturasi yang lebih cepat dibandingkan
21 3.5 Perkembangan kontrol postural pada bayi setelah 6 bulan
Ko-aktivasi antagonis dalam posisi duduk muncul sekitar umur 9 bulan
dan dapat diamati pada otot leher sampai usia 18 bulan dan ketika ada gangguan
seperti ayunan tubuh kearah belakang sampai usia 2 tahun. Ko-aktivasi antagonis
selama berdiri muncul ketika bayi berdiri mandiri sampai setidaknya usia 5
tahun. Bayi mulai mengembangkan kapasitas untuk menambah adaptasi postural
dengan cara yang halus pada usia 9-10 bulan dan seterusnya dengan cara
adaptasi dari tingkat kontraksi otot dengan menggunakan otot yang spesifik.
Selama ada gangguan eksternal yang memunculkan ayunan tubuh ke arah
belakang dalam posisi duduk maka bayi akan mengembangkan kemampuan
untuk beradaptasi di tingkat kontraksi otot tertentu ke arah gerakan yang lebih
cepat dan mengatur tingkatan kontraksi dari otot-otot perut dan kaki ke posisi
tertentu.2,6,13,17,18
Kemampuan adaptasi aktivitas postural juga terjadi pada waktu meraih,
dimana kepala menjadi lebih tegak, batang tubuh menjadi lebih ekstensi dan
posisi panggul lebih rendah berhubungan dengan pola en bloc tertentu. Usia 9-10
bulan disebutkan juga sebagai periode transisional ketiga dalam perkembangan
postural. Hal ini berhubungan dengan peningkatan aktivitas fungsional pada
korteks parietal dan frontal yang terjadi pada usia ini serta persiapan untuk
aktivitas berdiri dan berjalan.17,19
Bertambahnya usia, meningkatnya pengalaman dan kemampuan ketika
berdiri membuat bayi belajar untuk memilih otot spesifik mana yang akan
22 usia dini ditandai dengan dominasi pengerahan otot bagian atas ke bawah
(top-down recruitment) sedangkan penyesuaian postural selama fase pertama
perkembangan pada aktivitas berdiri ditandai dengan dominasi yang kuat dari
pengerahan otot bagian bawah ke atas (bottom up recruitment). Data
menunjukkan bahwa usia 13-14 bulan adalah periode transisi lain dalam
pengembangan kontrol postural dimana terjadi transisi dari process perencanaan
23 BAB IV
PENUTUP
Perkembangan kontrol postural merupakan aspek utama pada
perkembangan keterampilan anak seperti berpindah tempat (locomotion) dan
gerak langkah (manipulation). Munculnya kontrol postural ditandai dengan
adanya kedua hal yaitu komponen bawaan yang terbatas dari kontrol reaktif dan
perkembangan berikutnya dari pengaturan yang berhubungan dengan input
sensoris ketika melaporkan posisi tubuh terhadap lingkungan terhadap aksi
motoric yang mengatur posisi tubuh.3,4,6,15
Perkembangan control postural yang terbaik ditandai sebagai
pengembanan yang berkesinambungan dari sistem motorik dan sensorik, yang
bermanifestasi pada perilaku dengan perkembangan motorik milestone yang
tidak berkesinambungan. Strategi baru untuk merasakan dan bergerak dapat
dikaitkan dengan perilaku saat anak menggabungkan strategi baru kedalam
kontrol posturalnya. Tidak semua sistem yang berkontribusi terhadap munculnya
kontrol postural berkembang pada tingkat kecepatan yang sama. Komponen
tingkat kecepatan yang terbatas membatasi munculnya perilaku yang
independen. Dengan demikian kontrol postural yang muncul harus menunggu
24 DAFTAR PUSTAKA
1. Loram ID. Postural control and sensorimotor integration. Dalam: Jull G,
Moore A, Falla D, editor. Grieve's Modern Musculoskeletal Physiotherapy. Edisi ke-4. London: Elsevier; 2015. hlm. 28 - 41.
2. Massion J. Postural control system. Current Opinion in Neurobiology. 1994;4:877-87.
3. Asssaiante C, Mallau S, Viel S. Development of Postural Control in Healthy Children : A Functional Approach. Neural Plasticity. 2005;12(2-1):109-18.
4. Cook A. Development of Postural Control Dalam:
Shumway-Cook A, Woollacott MH, editor. Motor Control : Translating Research Into Clinical Practice. Edisi ke-5. Philadelphia: Wolter Kluwer; 2017.
5. Hamilton N. Center of Gravity and Stability. Dalam: Weimar W,
Luttgens K, editor. Kinesiology : Scientific Basis of Human Motion Edisi ke-11. New York: McGraw-Hill; 2008.
6. Cheng K. A Systematic Perspective of Postural Control [Doctoral Disertation]. California: University of Toronto; 2004.
7. Gaerlan MG. The Role of Visual, Vestibular, and Somatosensory Systems in Postural Balance. Las Vegas: University of Nevada; 2010. 8. Wuhr M. Sensorimotor Postural Control in Healthy and Pathological
Stance and Gait [Dissertation ]. Munchen: Ludwig Maximilian Universitu of Munich; 2014. Control Throughout The Lifespan. National Institutes of Health. 2013;41(2):123-32.
11. Anderson G, Hagman J, Talianzadeh R, Svedberg A. Effect of Cognitive
Load on Postural Control. Pubmed. 2002;58(1):135-9.
12. Bateni H, Vaizasatya A, Blaschak MJ. Affect of Intensive Environmental
Noise of Human Postural Control. College of Health and Human Science. 2011;23(3):213-21.
13. Dusing SC, Harbourne RT. Variability in Postural Control During Infancy : Implications for Development, Assessment, dan Intervention. American Physical Therapy Association. 2010;90(12):1838-49.
14. Deliagina TG, Zelenin PV, Orlovsky GN. Physiological and Circuit Mechanisms of Postural Control. Current Opinion in Neurobiology. 2012;22:646-52.
25 16. Tjernstrom F. Adaptation and Learning in Postural Control [Doctoral
Dissertation]. Sweden: Lund University; 2009.
17. Hadders-Algra M. Development of Postural Control During the First 18 Months of Life. Neural Plasticity. 2005;12(2-3):99-108.
18. Witherington DC, Robinette A, Woollacott MH, Bertenthal BI. The Development of Anticipatory Postural Adjustments in Infancy. Infancy. 2002;3(4):495-517.
19. Algra MH. Typical and Atypical Development of Reaching and Postural
Control in Infancy. Developmental Medicine & Child Neurology. 2013;55(4):5-8.