• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Pada Membuat Murid (Matius 28:19-20)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fokus Pada Membuat Murid (Matius 28:19-20)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Fokus Pada Membuat

Murid (Matius 28:19-20)

Pdt. Yakub Tri Handoko

Istilah “pemuridan” pasti sudah tidak asing di telinga banyak orang. Tidak sedikit yang mengakui bahwa pemuridan adalah sebuah kewajiban, bukan sekadar pilihan. Beberapa bahkan sudah berusaha menjadikan pemuridan sebagai program.

Sayangnya, banyak gereja yang kurang menjadikan pemuridan sebagai pusat kegiatan. Mereka hanya melihat pemuridan sebagai sebuah

(4)

program (sekadar kelompok kecil). Hanya sebagai sebuah kegiatan di antara semua kesibukan. Konsep ini jelas keliru. Pemuridan bukan sekadar sesuatu yang dilakukan oleh gereja. Pemuridan seharusnya menjadi segala-galanya yang dilakukan oleh semua gereja. Apapun kegiatan yang ditawarkan harus ditujukan pada upaya pemuridan. Dengan kata lain, ibadah yang dilaksanakan harus menjadi ibadah yang memuridkan. Konseling yang dilakukan harus menjadi konseling yang memuridkan. Begitu pula dengan semua aktivitas lain. Kecuali sebuah kegiatan ditujukan pada pemuridan, kegiatan itu hanya menjadi beban tambahan yang tidak signifikan.

Dalam khotbah hari ini kita akan melihat bahwa Yesus adalah seorang pemberi amanat yang sangat baik. Dia menerangkan alasan (mengapa), langkah-langkahnya (bagaimana) dan jaminannya (apa). Jika setiap tugas disampaikan dengan cara seperti ini, semua orang akan terdorong untuk melakukan, tahu bagaimana melakukannya dan tidak patah semangat waktu melakukannya.

Alasan bagi pemuridan (ayat 18)

Ayat 18 memainkan dua peranan dalam konteks ini. Bagian ini merupakan respons Tuhan Yesus terhadap tindakan sebelas murid-Nya di ayat 17. Sebagian murid langsung menyembah Dia,

(5)

sedangkan yang lain masih ragu-ragu. Dengan aktif Yesus mendatangi mereka dan memberi penjelasan di ayat 18. Maksudnya, tindakan penyembahan kepada-Nya merupakan respons yang sudah seharusnya karena Dia memiliki kuasa (lit. “otoritas”) di bumi dan di sorga. Dia tidak membiarkan mereka berada dalam keraguan-raguan. Mereka perlu mengetahui siapa Dia yang sesungguhnya dan memberikan respons yang sebenarnya.

Selain menjadi respons terhadap tindakan murid-murid di bagian sebelumnya, ayat 18 sekaligus menjadi pengantar bagi Amanat Agung di ayat 19-20. Fungsi ini tampaknya sering diabaikan oleh banyak orang. Ketika membicarakan Amanat Agung mereka terburu-buru melompat ke ayat 19-20. Mereka melupakan kata “karena itu” di awal ayat 19. Kata sambung ini menyiratkan bahwa apa yang diperintahkan di ayat 19-20 dilandaskan pada ayat 18. Dengan kata lain, Amanat Agung merupakan konsekuensi dari kebenaran di ayat 18. Pada saat Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Dia memiliki segala otoritas di sorga dan di bumi (20:18) dan bahwa segala bangsa harus menjadi murid (20:19-20), Dia sedang mengungkapkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang menggenapi nubuat kitab suci di Daniel 7:13-14. Di sana dikatakan bahwa seorang seperti anak manusia akan diberi segala kuasa dan otoritas oleh Yang lanjut Usia. Segala bangsa dan bahasa akan menyembah

(6)

kepada Sang Anak Manusia. Ada ide tentang otoritas kosmik dan devosi semua bangsa kepada Anak Manusia. Dua ide ini juga muncul secara dominan di Matius 28:18-20.

Jika Amanat Agung – yang intinya terletak pada pemuridan – merupakan perintah dari Pribadi yang memegang segala kuasa di bumi dan di sorga, Amanat Agung merupakan perintah yang harus dilakukan, bukan sekadar program atau pilihan. Setiap orang Kristen patut melibatkan diri ke dalam pemuridan. Semua orang Kristen seharusnya terus-menerus berada dalam proses dimuridkan dan memuridkan.

Cara melakukan (ayat 19-20a)

Sebagaimana yang sudah sering diungkapkan oleh para penafsir Alkitab, kata kerja utama dalam bagian ini adalah “muridkan” (mathēteusate). Ini adalah satu-satunya kata kerja dalam bentuk imperatif. Yang lain (pergi, baptis, dan ajar) berbentuk partisip. Struktur kalimat seperti ini menyiratkan bahwa Amanat Agung terutama adalah tentang pemuridan. Jadi, adalah sebuah kesalahpahaman umum jika kita lebih mengidentikkan Amanat Agung dengan penginjilan daripada pemuridan. Penginjilan justru merupakan bagian dari proses pemuridan. Walaupun kata kerja “pergilah” (poreuthentes) berbentuk partisip, sebagian penerjemah dan penafsir Alkitab secara tepat mengekspresikan

(7)

makna imperatif (perintah) dalam kata ini. Memang sebuah partisip bisa mengandung makna seperti ini jika konteks memberikan petunjuk yang jelas ke arah sana. Jika kita menerima makna imperatif dalam kata poreuthentes Amanat Agung berisi dua perintah (pergi dan muridkan) dan dua penjelasan (baptis dan ajar).

Kata “pergilah” merujuk pada sebuah tindakan yang aktif. Kita tidak diperintahkan untuk menunggu. Kita tidak boleh sekadar mengamati dan menanti kesempatan. Setiap kita harus mengambil inisiatif.

Salah satu kesalahan umum dalam upaya gereja untuk menumbuhkan pemuridan adalah terlalu pasif menunggu orang lain mengungkapkan kebutuhan mereka terhadap sebuah komunitas pemuridan. Gereja terus-menerus melihat keadaan. Pemuridan disampaikan hanya sebagai sebuah masukan atau ajakan. Ini tidak sesuai dengan Amanat Agung. Pemuridan adalah perintah. Pimpinan gereja harus segera memulai dan aktif menjangkau, sementara para jemaat aktif menggabungkan diri dalam komunitas pemuridan.

Pemuridan dilakukan melalui dua cara: membaptis (baptizontes) dan mengajar (didaskontes). Dalam khotbah ini kita tidak akan menyinggung tentang isu seputar pelaksanaan baptisan oleh orang awam (boleh atau tidaknya). Yang dipentingkan di sini

(8)

juga bukan baptisan, melainkan pemberitaan Injil (bdk. 1Kor. 1:17). Baptisan dimunculkan di sini lebih sebagai respons positif terhadap pemberitaan Injil, bukan pelaksanaan sakramennya.

Penerimaan Injil hanyalah satu langkah. Walaupun setiap pertobatan membawa sukacita di sorga (Luk. 15:7, 10), kita tidak boleh berhenti di sana. Keselamatan bukanlah titik tujuan, melainkan jembatan menuju pemuridan. Tujuan kita bukan sekadar menikmati keselamatan, tetapi menghidupi keselamatan. Cara terbaik untuk menghidupinya adalah dengan membagikan kebenaran dan kehidupan kepada sebanyak mungkin orang.

Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid untuk mengajarkan segala sesuatu yang mereka telah terima dari Dia. Pengajaran dalam konteks ini bukan hanya secara intelektual, karena tujuan dari pengajaran adalah “untuk melakukan” (tērein). Terjemahan hurufiah dari kata ini adalah “menjaga” atau “memelihara” tetapi dalam kaitan dengan firman Allah kata ini memang sering mengandung arti “melakukan” atau “menaati” (NIV/NLT).

Jika kita diperintahkan untuk mengajar orang lain melakukan firman Tuhan, kita terlebih dahulu harus memahami dan melakukan firman tersebut. Pemuridan hanya bisa dilakukan oleh seorang murid Tuhan. Kita tidak mungkin memberi apa yang

(9)

kita sendiri tidak miliki. Kalau seseorang memiliki pemahaman dan ketaatan terhadap firman Tuhan, kemampuan verbal untuk menyampaikan menjadi nomor sekian dalam pemuridan. Yang penting adalah kejelasan, bukan kefasihan. Yang dibutuhkan adalah seorang pengajar yang menjadi teladan, bukan pembicara publik yang handal.

Jaminan (ayat 20b)

Tidak semua orang antusias ketika dipercayakan sebuah tugas. Hanya sedikit orang yang bersemangat mengerjakan tugas yang berat. Memahami “mengapa” (ayat 18) dan “bagaimana” (ayat 19-20a) kadangkala masih dianggap kurang memadai. Tugas yang besar membutuhkan jaminan yang besar.

Bagaimana perasaan murid-murid ketika menerima Amanat Agung? Apakah mereka melompat kegirangan atau justru mengalami ketakutan? Teks tidak memberi petunjuk yang jelas. Sebagian orang menduga mereka masih mengalami ketakutan dan kebingungan. Tugas yang diberikan begitu besar (memuridkan segala bangsa), sedangkan jumlah mereka sangat kecil (hanya sebelas orang). Mereka juga harus menghadapi tuduhan dari orang-orang Yahudi bahwa mereka telah mencuri jenasah Tuhan Yesus (28:12-15).

(10)

sebuah janji, yaitu penyertaan. Penyertaannya ditandai dengan dua hal: senantiasa dan tidak berkesudahan. Yang pertama merujuk pada ketersediaan yang terus-menerus sepanjang waktu. Yang kedua lebih ke arah konsistensi sampai akhirnya. Untuk apa kita diberi penyertaan 24 jam tetapi hanya berlaku selama seminggu? Untuk apa kita diberi penyertaan seumur hidup tetapi hanya bisa dinikmati dua jam dalam sehari? Hanya penyertaan yang senantiasa dan tidak berkesudahan yang akan memberikan ketenangan.

Puji Tuhan! Setelah karya penebusan-Nya benar-benar genap, Kristus naik ke sorga dan mengutus Roh Kudus ke dalam hati kita. Roh Kudus memberikan kuasa kepada setiap kita untuk menjadi saksi-saksi yang berani dan setia. Saksi yang bersemangat untuk menceritakan kabar baik tentang kematian dan kebangkitan Tuhan. Saksi yang selalu siap untuk membagi kehidupan kepada yang membutuhkan. Bukankah kehidupan yang sudah diubahkan oleh anugerah Tuhan seharusnya dibagikan kepada sebanyak mungkin orang?

Jangan menunggu. Ambil keputusan hari ini. Mulai dari yang sekecil apapun. Ingatlah, Allah selalu beserta dengan kita. Soli Deo Gloria.

(11)

Katekismus

Westminster

Pertanyaan 104:

Dosa apa yang dilarang dalam hukum yang pertama?

• Dosa yang dilarang dalam hukum yang pertama ialah: ateisme, yaitu menyangkal adanya Allah atau tidak mempunyai Allah;[a] penyembahan berhala, dengan cara memiliki atau menyembah allah lebih dari satu, atau satu allah disamping atau sebagai ganti Allah yang sejati;[b] tidak memiliki dan tidak mengakui Dia sebagai Allah dan sebagai Allah kita;[c] tidak melakukan atau mengabaikan salah satu kewajiban terhadap-Nya yang pelaksanaannya dituntut dalam hukum ini;[d] tidak mengenal Dia,[e] melupakan Dia,[f] salah paham,[g] pendapat keliru,[h] atau pikiran yang tidak pantas dan buruk[i] tentang Dia; menyelidiki rahasia-rahasiaNya dengan nekat dan karena rasa ingin tahu;[j] kelakuan yang mencemarkan barang apa yang kudus,[k] rasa benci terhadap Allah;[l] egoisme,[m] mencari kepentingan sendiri,[n] dan semua cara lain mengarahkan batin, kemauan, atau keinginan kita dengan tidak tahu batas dan keterlaluan ke hal-hal lain sambil membelokkannya

(12)

seluruhnya atau sebagian dari Dia;[o] sikap mudah percaya,[p] ketidakpercayaan,[q] ajaran bidat,[r] kepercayaan yang sesat,[s] sikap curiga,[t] rasa putus asa,[u] sikap tidak mau diperingatkan[v] dan tidak peka berhadapan dengan hukuman-hukuman Allah;[w] kekerasan hati,[x] keangkuhan;[y] kesombongan;[z] perasaan aman yang berdasarkan pertimbangan daging;[aa] mencobai Allah;[ab] memakai caracara yang tidak diizinkan[ac] dan mengandalkan cara-cara yang sah;[ad] hawa nafsu dan kegembiraan daging;[ae] semangat yang busuk, buta, dan tidak tahu batas;[af] sikap suamsuam kuku[ag] dan mati[ah] dalam hal-hal yang mengenai Allah; menjadi terasing dari Allah dan murtad dari Dia;[ai] berdoa atau mempersembahkan ibadah keagamaan kepada orang- orang kudus, malaikat, atau makhluk lain;[aj] semua kata sepakat dengan iblis, upaya mencari nasihat padanya,[ak] dan kesediaan mendengarkan bisikannya;[al] membiarkan orang lain berkuasa atas iman dan hati nurani kita;[am] memandang rendah dan menghina Allah serta perintah-perintahNya;[an] menentang dan mendukakan Roh-Nya;[ao] bersungut-sungut dan bersikap tidak sabar berhadapan dengan cara Dia memimpin kehidupan kita; melancarkan tuduhan-tuduhan yang tidak patut terhadap-Nya berhubung

(13)

dengan kemalangan-kemalangan yang didatangkan-Nya atas diri kita,[ap] dan memuji peruntungan,[aq] berhala,[ar] diri kita sendiri,[as] atau salah satu makhluk lain[at] karena segala kebaikan yang ada pada diri kita, dan yang kita miliki atau hasilkan.

• a. Maz 14:1; Efe 2:12. b. Yer 2:27-28 bersama 1Te 1:9. c. Maz 81:12. d. Yes 43:22-24. e. Yer 4:22; Hos 4:1, 6. f. Yer 2:32. g. Kis 17:23, 29. h. Yes 40:18. i. Maz 50:21. j. Ula 29:29. k. Tit 1:16; Ibr 12:16. l. Rom 1:30. m. 2Ti 3:2. n. Fil 2:21. o. 1Yo 2:15-16; 1Sa 2:29; Kol 3:2, 5. p. 1Yo 4:1. q. Ibr 3:12. r. Gal 5:20; Tit 3:10. s. Kis 26:9. t. Maz 78:22. u. Kej 4:13. v. Yer 5:3. w. Yes 42:25. x. Rom 2:5. y. Yer 13:15. z. Maz 19:14. aa. Zef 1:12. ab. Mat 4:7. ac. Rom 3:8. ad. Yer 17:5. ae. 2Ti 3:4. af. Gal 4:17; Yoh 16:2; Rom 10:2; Luk 9:54-55. ag. Wah 3:16. ah. Wah 3:1. ai. Yeh 14:5; Yes 1:4-5. aj. Rom 10:13- 14; Hos 4:12; Kis 10:25- 26; Wah 19:10; Mat 4:10; Kol 2:18; Rom 1:25. ak. Ima 20:6; 1Sa 28:7, 11 bersama 1Ta 10:13-14. al. Kis 5:3. am. 2Ko 1:24; Mat 23:9. n. Ula 32:15; 2Sa 12:9; Ams 13:13. ao. Kis 7:51; Efe 4:30. ap. Maz 73:2-3, 13-15, 22; Ayu 1:22. aq. 1Sa 6:7-9. ar. Dan 5:23. as. Ula 8:17; Dan 4:30. at. Hab 1:16.

(14)

Pokok Doa

Syafaat

1. Berdoa untuk uji klinis vaksin Covid-19 tahap ketiga supaya dapat berjalan dengan lancar sehingga vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat Indonesia benar-benar efektif dan aman.

2. Berdoa supaya Program REC 2021 yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan makin membawa jemaat maupun simpatisan REC bertumbuh dalam kasih dan iman pada Tuhan.

3. Realisasi Program 25 tahun REC yang sudah dicanangkan dan sudah berjalan memasuki tahun ke 16. Jemaat REC semakin menyadari akan anugerah dan kesempatan yang sudah Tuhan berikan untuk melayaniNYA.

(15)

Kebenaran

atau Konsekuensi

Dear diary,

Kepala saya terasa pusing. Saya tidak tahu harus mulai dari mana… Tiba-tiba, kami mendengar suara yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Saya berbalik dan di sana berdirilah makhluk paling indah yang pernah saya lihat…

Sebenarnya, untuk sekejap saya lupa bahwa Adam ada di sana. Saya merasa… sendirian bersama makhluk yang… sangat menarik ini… ia menawarkan beberapa hal yang tidak pernah saya miliki sebelumnya. Bebas dari Allah dan Adam.

(16)

Saya mendapati diri saya mempercayai makhluk itu. Kedengarannya sah-sah saja. Akhirnya saya menyerah…

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya. – Kejadian 3:6

Hawa memakan buah itu. Tetapi bukannya memperoleh apa yang dijanjikan, ia mendapati mulutnya penuh dengan cacing-cacing – rasa malu, bersalah, takut, dan terasing. Ia telah dibohongi – ia telah diperdaya.

Seperti yang dilukiskan oleh Thomas Brooks,

Setan menjanjikan yang terbaik, tetapi membalasnya dengan yang terburuk; ia menjanjikan kehormatan, dan membalasnya dengan kehinaan; ia menjanjikan kesenangan, dan membalasnya dengan penderitaan; ia menjanjikan keuntungan, dan membalasnya dengan kerugian; ia menjanjikan hidup, dan membalasnya dengan kematian.

Sejak saat itu sampai sekarang, Setan telah menggunakan tipu daya untuk mendapatkan perhatian kita, mempengaruhi pilihan-pilihan kita dan menghancurkan hidup kita. Tanpa memandang apa pun bentuknya, setiap kali kita

(17)

menerima masukan yang tidak sejalan dengan Firman Allah kita boleh yakin bahwa Setan sedang mencoba untuk menipu dan menghancurkan kita. Jika kita dapat melihat bahwa buah terlarang itu, buah yang pada mulanya tampak begitu ranum dan manis, selalu membawa kita pada kematian dan kehancuran.

BUKA MATA ANDA

Janji Setan kepada Hawa sangat menarik: “Matamu akan terbuka, dan engkau akan menjadi seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat” (Kej 3:5). Siapa yang dapat menolak tawaran yang begitu luar biasa?

Yang membuat tawaran Setan begitu menggoda dan menipu adalah karena tawaran itu kelihatannya tidak salah. Masalahnya adalah bahwa Hawa tidak berhenti sejenak untuk mengevaluasi apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak meluangkan waktu untuk memisahkan kebenaran dari kesalahan. Ia tidak berhenti untuk mempertimbangkan akibat dan konsekuensi dari perbuatan yang akan dilakukannya.

Kita pun menghadapi masalah yang sama. Saya mendapati bahwa sangat sedikit orang Kristen yang dengan serius mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-pilihan mereka, dan pengaruhnya di sekitar kita – memakan apa pun yang bisa kita makan saat itu, membeli

(18)

peralatan terbaru yang diiklankan di TV, mengikuti mode yang terbaru, dan menerima gaya hidup, nilai-nilai, dan prioritas-prioritas sahabat-sahabat kita. Semuanya tampak begitu indah; begitu tanpa dosa. Namun kita berakhir dalam relasi yang saling menghancurkan, terlibat utang, rasa marah, frustrasi, terperangkap. Kita telah tertipu. Kita jatuh dalam dosa karena percaya pada dusta.

TAHAPAN-TAHAPAN DARI TEPERDAYA SAMPAI TERBELENGGU

Pada umumnya, orang-orang tidak jatuh dalam belenggu dalam waktu semalam. Ada tahapan-tahapan yang mengarah pada belenggu dan itu selalu dimulai pada saat kita...

MENDENGARKAN DUSTA

Sebagai orang dewasa, saya mendapati bahwa sangatlah penting bagi saya untuk secara seksama memilih masukan yang saya izinkan masuk dalam kehidupan saya dan menolak segala sesuatu yang memicu pemikiran-pemikiran yang tidak suci. Mendengarkan nasihat-nasihat atau cara pikir yang tidak sesuai dengan Kebenaran adalah langkah pertama dalam mengembangkan keyakinan yang salah yang pada akhirnya akan membuat kita terbelenggu. Sekali kita mendengarkan dusta itu, maka langkah selanjutnya untuk menuju pada keadaan terbelenggu adalah kita...

(19)

MEMPERTIMBANGKAN DUSTA ITU

Kita mulai mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh Musuh. Kita mencernanya di dalam pikiran kita. Kita bercakap-cakap dengan Musuh. Kita merenungkan bahwa mungkin saja ia benar. Jika kita membiarkan hati dan pikiran kita mempertimbangkan hal-hal yang tidak benar, lambat laun kita akan...

MEMPERCAYAI DUSTA ITU

Hawa percaya bahwa apa yang dikatakan Setan itu benar – walaupun kenyataannya hal itu jelas-jelas bertentangan dengan Kebenaran yang telah Allah firmankan. Sekali ia mempercayai dusta itu, langkah selanjutnya adalah urusan sepele. Lambat laun Anda akan...

MEMPRAKTEKKAN DUSTA ITU

Hal penting yang harus diingat adalah bahwa setiap dosa dalam hidup kita diawali oleh dusta. Kita mendengarkan dusta; kita merenungkannya sampai kita mempercayainya; akhirnya, kita mempraktekkannya. Selanjutnya, kita menolak Kebenaran dan melanggar Firman Allah seolah-olah itu adalah hal “sepele.” Kali lain kita dicobai, kita mendapati bahwa lebih mudah bagi kita untuk berdosa; kali lainnya bahkan lebih mudah lagi. Kita tidak berdosa hanya sekali, kita melakukannya berulang kali, sampai hal itu menjadi suatu kebiasaan. Sebelum kita menyadari apa yang sedang terjadi, kita telah terbelenggu.

(20)

Jangan pernah lupakan urut-urutan kejadiannya: Benih ditabur, disirami dan dipupuk, benih itu berakar dan menghasilkan buah – bukan hanya sebuah saja, tetapi seluruh panen – belenggu, kehancuran, dan kematian.

LEPAS DARI BELENGGU

MENUJU PADA KEMERDEKAAN

Bagaimana kita dapat melepaskan diri dari belenggu dan mulai memperoleh kebebasan dalam bidang-bidang tertentu dalam kehidupan kita?

1. Mengidentifikasi area-area yang terbelenggu atau perilaku yang berdosa. Kemungkinan besar Anda telah mengetahui belenggu-belenggu itu. Namun mungkin ada yang belum begitu jelas. Mintalah agar Allah menunjukkan kepada Anda area-area spesifik itu (2 Petrus 2:19).

Langkah selanjutnya sangatlah penting, yaitu…

2. Mengidentifikasi dusta pada akar belenggu atau perilaku. Dusta-dusta apa yang telah Anda dengarkan, yakini, dan praktekkan yang telah membuat Anda terbelenggu? Jawaban atas pertanyaan itu mungkin tidak nampak dalam sekejap – akar-akar biasanya tersembunyi di bawah permukaan, dan dusta-dusta, sesuai dengan sifatnya, sangat menipu. Kita membutuhkan Tuhan untuk menolong kita melihat keyakinan kita yang tidak benar itu.

(21)

Selanjutnya adalah…

3. Menggantikan dusta dengan Kebenaran.

Setiap dusta harus dilawan dengan Kebenaran. Di mana sebelumnya kita telah mendengarkan, mempertimbangkan, mempercayai, dan mempraktekkan dusta-dusta itu, kita harus mulai mendengarkan, merenungkan, meyakini, dan mempraktekkan Kebenaran. Itulah jalan agar kita dapat menuju pada kebebasan, melalui kuasa Roh Allah. Seperti yang dinyatakan oleh Yesus, bahwa Kebenaran itu “akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:32).

---Ringkasan Bab Satu – bagian I: DASAR-DASAR Lies women believe – Nancy Leigh DeMoss

(22)

Apakah Telesakramen

Perjamuan Kudus

Alkitabiah?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Beberapa bulan yang lalu saya sempat mengunggah sebuah artikel mengenai telesakramen perjamuan kudus. Di sana saya memaparkan berbagai alasan teologis dan praktis mengapa sakramen perjamuan kudus tetap perlu diperlukan, walaupun tanpa kebersamaan secara ragawi. Sikap teologis dalam artikel tersebut tentu saja tidak mewakili semua denominasi. Pro dan kontra akan selalu ada.

(23)

Dalam artikel ini saya tentu saja tidak akan mengulang atau merevisi apa yang sudah tertulis di sana. Sebaliknya, saya hanya akan memberikan tanggapan terhadap beberapa rohaniwan yang berseberangan pendapat dengan saya. Dengan kata lain, saya hanya akan memberikan pembelaan terhadap tuduhan beberapa orang bahwa telesakramen perjamuan kudus hanyalah tiruan, bahkan berbahaya.

Pertama-tama saya ingin menegaskan kesamaan-kesamaan dalam pandangan saya dan mereka. Jumlah kesamaan yang ada juga cukup signifikan. Saya menyetujui bahwa kebersamaan umat perjanjian dalam pelaksanaan sakramen adalah sangat penting. Sakramen akan kehilangan makna yang seutuhnya jika tidak dilakukan dalam sebuah kebersamaan. Penekanan pada kebersamaan ini muncul beberapa kali dalam Alkitab (Kis. 2:42, 46; 1Kor. 11:18-34). Berbagai pengakuan iman dan katekismus Reformed juga menyuarakan poin yang sama. Saya sepenuhnya sepakat bahwa kebersamaan adalah harga mati yang tidak boleh ditawar-tawar.

Kesamaan lain berkaitan dengan kesadaran bahwa teleibadah maupun telesakramen bukanlah sebuah situasi yang ideal. Umat Allah seharusnya berkumpul bersama-sama secara ragawi. Ada banyak kekayaan rohani yang hilang tanpa kebersamaan ragawi. Jika situasi seperti ini

(24)

terjadi dalam jangka waktu yang lama, berbagai dampak buruk mungkin saja mulai bermunculan dalam kekristenan. Sebagian orang mungkin tidak lagi merasa nyaman dengan ibadah tatap muka. Jika dua hal terpenting di atas memang sama, mengapa saya bersilang pendapat dengan mereka yang menentang telesakramen? Ada beberapa keberatan saya terhadap argumentasi yang digunakan untuk menentang telesakramen. Pertama, jika kebersamaan dalam sakramen dipahami secara kaku (dalam arti hanya secara ragawi), prinsip yang sama seharusnya diterapkan pada telesakramen dan teleibadah. Bukankah ibadah dan sakramen sama-sama membutuhkan “kebersamaan”? Bukankah kebersamaan dalam ibadah juga ditekankan dalam Alkitab dan berbagai kredo/katekismus Reformed? Mengapa mereka yang menolak telesakramen tetap menjalankan teleibadah?

Salah satu kemungkinan alasan adalah natur ibadah yang dianggap harus ada setiap Hari Minggu sedangkan frekwensi pelaksanaan sakramen perjamuan kudus tidak harus sesering itu. Namun, penjelasan seperti ini tetap tidak menjawab esensi analogi yang dipaparkan tadi. Apakah kebersamaan ragawi harga mati dalam ibadah dan perjamuan kudus? Jika iya, prinsip yang sama harus diberlakukan pada keduanya. Kedua, jika telesakramen perjamuan kudus

(25)

dipandang bisa menghilangkan (atau paling tidak, mengaburkan) kekayaan simbolis dalam sakramen, bukankah kerisauan yang sama sepatutnya diterapkan pada teleibadah? Kita perlu memahami bahwa ibadah juga mengandung banyak simbol teologis dalam setiap elemennya, bahkan pengaturan sarana dan ruangannya. Beberapa makna tersebut tentu saja tidak sepenuhnya bisa tersampaikan secara ideal dalam teleibadah. Jika telesakramen ditolak gara-gara kekuatan seluruh simbolnya tidak dapat tersampaikan dengan utuh, bukankah pemikiran yang sama seharusnya diterapkan pada teleibadah?

Di samping itu, kekuatiran bahwa makna simbolis sakramen perjamuan kudus akan hilang ketika dilakukan tanpa kebersamaan ragawi juga perlu dikaji ulang. Sakramen merupakan kebenaran firman Tuhan (terutama penebusan Tuhan) yang diwujudkan sedemikian rupa sehingga lebih bisa dialami dengan berbagai macam indera kita. Jika setiap jemaat tetap memegang roti dan anggur sambil mengikuti arahan rohaniwan dalam telesakramen, saya tidak melihat “kehilangan makna” seperti yang dirisaukan. Bukankah roti dan anggur itu tetap bisa dilihat, dipegang dan dikecap? Bukankah kebersamaan umat perjanjian terutama didirikan di atas pencurahan darah Tuhan dan bukan pada kebersamaan ragawi orang-orang Kristen?

(26)

Ketiga, penggunaan Alkitab dan tulisan-tulisan Reformed kurang memperhatikan perbedaan konteks antara dulu dan sekarang. Apakah sakramen dalam Alkitab dan tradisi Reformed selalu dilakukan dalam sebuah kebersamaan ragawi? Tentu saja! Begitulah cara mereka memahami kebersamaan dalam sakramen.

Pertanyaannya, seandainya para penulis Alkitab dan pemikir Reformed tersebut hidup pada masa pandemi seperti sekarang, apakah mereka akan memahami kebersamaan seperti itu? Saya rasa tidak. Mereka akan tetap menekankan kebersamaan, namun mereka sangat mungkin akan menafsirkan ulang kebersamaan itu tanpa membuang esensinya.

Secara pribadi saya tidak melihat bahwa kebersamaan teologis menjadi hilang ketika ibadah atau sakramen dilakukan tanpa kebersamaan ragawi. Sebaliknya, saya melihat sebuah bahaya dalam kekuatiran tersebut, seolah-olah esensi kebersamaan adalah secara jasmani dan ditentukan oleh lokasi. Jika ini yang dipikirkan, hal itu justru menodai kebersamaan rohani di dalam Kristus. Kesatuan kita dilandaskan pada penebusan Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Keempat, kekuatiran berdasarkan dampak buruk atau berlebihan yang mungkin ditimbulkan merupakan sebuah kekeliruan logika. Segala

(27)

sesuatu berpotensi untuk disalahgunakan, tetapi bukan berarti segala sesuatu pada dirinya sendiri adalah keliru. Doktrin anugerah yang diajarkan oleh Paulus bahkan dianggap sebagai antinomianisme (Rm. 3:8). Apakah hal itu berarti doktrin yang diajarkan menjadi keliru? Tentu saja tidak, bukan?

Begitu pula dengan telesakramen. Potensi penyalahgunaan pasti ada. Namun, itu bukan alasan untuk menentangnya. Lagipula, beberapa bahaya yang dikuatirkan menurut saya terlalu dilebih-lebihkan. Sebagai contoh, ada seorang rohaniwan yang menuduh bahwa telesakramen berpotensi menggiring jemaat pada sejenis gnostisisme. Menurut saya kekuatiran seperti ini kurang jelas dan kurang tepat. Karakteristik gnostisisme mana yang mungkin muncul? Dalam gnostisisme yang ditekankan adalah pengetahuan mistis yang personal, sedangkan dalam teleibadah maupun telesakramen tetap ada firman yang sama yang diberikan kepada semua. Tidak ada ruang bagi seorang jemaat untuk menganggap dirinya menerima wahyu khusus dari Allah.

Jika yang dirisaukan adalah dikotomi antara materi dan non-material dalam gnostisisme, hal itu terlalu dipaksakan. Telesakramen tetap melibatkan materi. Jemaat tetap memegang roti dan anggur. Yang materi dan makna di baliknya sama-sama ditekankan.

(28)

Terakhir, sebagian melakukan telesakramen bersama keluarga. Anggapan bahwa telesakramen benar-benar tidak melibatkan kebersamaan ragawi merupakan tuduhan yang keliru. Dalam logika jenis kekeliruan ini disebut generalisasi yang terburu-buru (hasty generalization). Dalam banyak kasus jemaat merayakan sakramen bersama dengan keluarga. Jika kita serius dengan ucapan Yesus bahwa dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya maka Dia akan hadir di situ, kita tidak boleh mengesampingkan keabsahan persekutuan dalam keluarga. Kebersamaan mereka tetap merupakan sebuah persekutuan orang-orang percaya. Jadi, tuntutan kaku tentang “kebersamaan ragawi” juga tetap terpenuhi. Nah, jika tuntutan tadi dapat dipenuhi oleh sebagian orang, apakah bijaksana untuk meniadakan kesempatan telesakramen hanya gara-gara ada kekuatiran bahwa sebagian orang akan menyalahgunakannya?

Sebagai penutup, artikel ini tidak ditulis sebagai sebuah bahan polemis. Sama sekali tidak. Saya hanya ingin memberikan penjelasan dan sedikit pembelaan. Kiranya kita semua dapat terus memikirkan ulang keyakinan kita. Perbedaan pendapat akan menajamkan pandangan masing-masing. Soli Deo Gloria.

(29)

Kedaulatan Allah dan

Zaman Sekarang

Sumber : Sovereignty of God (Kedaulatan Allah) Penulis Arthur W. Pink

(Lanjutan tgl 8 November 2020)

Siapakah yang saat ini mengntrol kehidupan di atas bumi – Allah ataukah Iblis? Kesan apakah yang timbul dalam pikiran orang-orang dunia yang hanya sesekali mendengarkan pemberitaan firman Tuhan di gereja? Konsep seperti apa pula yang terbentuk pada orang-orang yang mendengarkan pemberitaan firman dari para pengkhotbah yang tergolong

(30)

“ortodoks”? Bukankah konsep yang terbentuk itu adalah bahwa Allah yang diyakini orang Kristen itu adalah Allah yang kecewa karena harapan-Nya tidak terpenuhi? Dari apa yang disampaikan oleh rata-rata penginjil sekarang ini, tidakkah mereka yang tekun mendengar akan terpaksa berkesimpulan bahwa penginjil tersebut sedang mengakui bahwa dia mewakili satu Allah yang penuh dengan maksud-maksud baik namun tidak mampu mewujudkannya; , dan bahwa Allah lebih patut dikasihani daripada di sembah.

Namun, benarkah semua itu menunjukkan betapa Iblis lebih berpengaruh terhadap banyak urusan dunia dibandingkan dengan Allah sendiri? Yah, semua itu tergantung pada apakah kita berjalan dengan iman atau berjalan dengan penglihatan. Apakah pemikiran Anda, pembaca yang terkasih, mengenai dunia ini serta peran Allah di dalamnya, didasarkan pada apa yang anda lihat? Jawab pertanyaan ini dengan jujur dan sungguh-sungguh. Dan bila Anda adalah seorang Kristen, maka kemungkinan besar Anda akan menundukkan kepala dengan penuh rasa malu serta pedih, dan mengakui bahwa memang benar demikian. Astaga, ternyata kita memang sangat sedikit berjalan “dengan iman.” Tetapi, apakah makna “berjalan dengan iman” itu sebenarnya? Ungkapan tersebut menunjuk pada suatu keadaan di mana pemikiran kita dibentuk, tindakan kita diatur, dsn hidup kita

(31)

dikendalikan oleh Kitab Suci, sebab “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rm. 10:17). Di dalam Firman Kebenaran, dan hanya di dalamnyalah, kita dapat menemukan pemahaman sejati mengenai hubungan Allah dengan dunia ini.

Siapakah yang mengntrol kehidupan di atas bumi sekarang ini – Allah ataukah Iblis? Apa kata Kitab Suci? Ketika kita memikirkan jawaban dari pertanyaan ini, kita hendaknya segera mengingat betapa Kitab Suci telah memprediksi apa yang sekarang kita lihat dan dengar. Nubuat Surat Yudas sedang berada dalam proses penggenapan. Dengan mendukung penegasan ini, kita akan dibawa semakin jauh dari jawaban atas pertanyaan di atas; tetapi yang terutama akan kita renungkan adalah kalimat pada ayat ke-8, yang berbunyi, “Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga.” Ya, mereka ini “menghujat” Yang Mahamulia, “Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja, dan Tuan di atas segala tuan.” Zaman kita ini, ironisnya, adalah zaman para pencemooh, dan akibatnya, roh pemberontakan – yang meniadakan segala batasan dan yang sangat ingin mencampakan segala sesuatu yang menjadi penghalang kehendak bebas – dengan cepat

(32)

melanda bumi ini bagaikan sebuah gelombang pasang raksasa. Anggota-anggota generasi yang sedang bangkit pada saat ini adalah pencemooh-pencemooh yang paling berani, dan dengan merosotnya dan hilangnya otoritas orangtua, kita melihat tanda yang pasti dari akan terjadinya kehancuran otoritas sipil. Maka, dengan memperhatikan semakin meningkatnya sikap merendahkan hukum manusia serta penolakan untuk “memberikan hormat kepada mereka yang layak menerimanya,” kita tidak perlu terkejut bila pengakuan atas kemuliaan, otoritas, serta kesaulatan Sang Pemberi Hukum yang Mahakuasa menjadi semakin didorong menjadi latar belakang, dan bila masyarakat menjadi semakin tidak sabar terhadap mereka yang melaksanakan hukum itu atas diri mereka. Bersambung……...

(33)

Daud Benci Orang

Timpang dan Orang Buta

(2 Samuel 5:8)

Ev. Nike Pamela, M.A.

(Lanjutan tgl 8 November 2020)

Kembali ke persoalan awal, merujuk kemanakah bayit itu? Ada yang mengatakan bahwa bayit di sana merujuk pada bait Allah, rumah Allah; ada juga yang mengatakan bahwa itu merujuk pada kota Yerusalem atau lebih spesifik lagi, yaitu istana Daud. Jika melihat gambaran keseluruhan kisah pendek ini, yang hanya ditulis 3 ayat, maka gambaran tempat yang ada hanyalah kota

(34)

Yerusalem, yang masih akan dikalahkan Daud dan orang-orangnya dari penduduk Yebus yang menempatinya. Istana Daud baru akan dibangun di ayat sesudahnya, yaitu ayat 9-11 yang merupakan upaya mempersiapkan istana bagi Daud. Bagaimana dengan Bait Allah? Daud pernah merencanakan untuk membangun Bait Allah tetapi Allah tidak mengijinkan Daud untuk membangunnya; Allah menjanjikan anak Daud lah yang akan membangun Bait Allah (2 Sam. 7). Selain itu, kemunculan kalimat ‘orang buta dan orang timpang tidak boleh masuk ke bait’ akan mendukung bahwa yang dimaksud dengan bayit di sana adalah sebuah tempat yang dikenal atau ada saat itu. Mengapa? Telah disampaikan sebelumnya bahwa kata ‘orang buta dan orang timpang’ muncul tanpa artikel h yang harus diartikan ‘blind and lame’ atau the ‘blind and lame’. Sedangkan untuk kata bayit, kata itu muncul dengan artikel h di depannya yang artinya ‘rumah itu’ atau ‘the house’ bukan ‘rumah’ atau ‘house’. Dengan kata lain kemunculan habayit di sini merujuk sesuatu yang ada atau dikenal di ayat. 6-8. Dalam hal ini pemilihan habayit untuk merujuk pada kota Yerusalem adalah pemilihan yang tepat.

Kalaupun pada akhirnya kata-kata ungkapan ‘orang buta dan orang timpang’ tidak boleh masuk ke Yerusalem’ mengalami perkembangan

(35)

arti dan penerapan, hal itu bukanlah sesuatu yang mencengangkan. Yerusalem akhirnya identik dengan Daud karena Daud sendiri menamainya ‘kota Daud’ (2 Sam. 5:9; 1 Taw. 11:7) dan menjadikannya sebagai istananya (band: kota Gibea sebasgai ibukota Saul). Identifikasi Yerusalem dengan beberapa tempat penting di era pemerintahan Daud mencapai puncaknya ketika anak Daud, Salomo, mendirikan Bait Allah juga di Yerusalem (1 Raja 5-6). Tidak mengherankan jika kemudian salah satu terjemahan Alkitab yang penting, yaitu Septuaginta, langsung menafsirkan kata bayit ini dengan bait Allah dan menuliskannya demikian : oikon tou kuriou, artinya “rumah Tuhan”. Orang memperkirakan di era berkembangnya Septuaginta, sudah ada semacam larangan orang-orang cacat (diwakili istilah ‘orang buta dan orang timpang’) tidak boleh memasuki Bait Allah. Mishnah (catatan hukum lisan orang Yahudi) juga mencatat larangan orang cacat masuk di Bait Suci:

Semua orang wajib untuk beribadah kepada Tuhan, kecuali orang tuli bisu, orang dungu, seorang anak, orang dengan kelamin yang meragukan, orang berkelamin ganda, para wanita, budak yang belum dibebaskan, orang yang timpang atau buta atau sakit atau berusia lanjut dan orang yang tidak sanggup naik ke Yerusalem (Hagigah 1.1)

(36)

Mati (yang terkenal dengan istilah Naskah Laut Mati), yaitu Temple Scroll mencatat adanya larangan orang buta masuk ke Yerusalem. Di gua ke-11 Qumran ditemukan Temple Scroll yang di dalamnya salah satunya mencatat larangan orang buta untuk tidak boleh masuk ke kota suci selamanya dan alasannya adalah disebabkan karena polusi yang bisa ditimbulkan terhadap kota Yerusalem.

Setiap orang buta tidak boleh memasuki kota itu sepanjang umur mereka; mereka tidak boleh membawa polusi di kota dimana aku tinggal (11QTª 45:12-14)

Kesimpulannya apa yang menjadi ungkapan orang pada saat itu ‘orang buta dan orang timpang tidak boleh masuk ke Yerusalem’ hanya menjadi semacam larangan yang mengikat di suatu era atau kondisi atau kalangan tertentu. Tidak lama setelah ungkapan itu muncul, Mefiboset yang timpang (2 Sam. 4:4), anak Yonathan, sahabat Daud, pergi menghadap Daud (2 Sam. 9). Dimana? Ya pasti di kota dan istana Daud di Yerusalem. Bahkan 2 Sam 9:13 menuliskan ‘Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.’ Sebenarnya kalimat ini sangat amat bertentangan dengan apa yang sedang dibahas di keseluruhan bagian ini. Dalam Perjanjian Baru pun, yaitu di Matius 21 dikatakan, ‘maka datanglah orang buta dan

(37)

orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya (Matt. 21:14). Semoga artikel ini (lebih panjang dari yang penulis pikirkan) membantu kita memahami tentang salah satu bagian dalam Alkitab yang banyak menimbulkan masalah (2 Sam. 5:6-8). Tuhan memberkati kita sekalian. Amen.

(38)

BAB I : Memahami

Panggilan Misi

(Diambil dari buku “Panggilan Misi” dengan judul asli “Misionary Call: Find your Place in God’s Plan for the World, 2008, David Sills, penerbit Momentum)

(Lanjutan tgl 8 November 2020)

Tsunami telah menyebabkan ribuan orang mengubah rencana-rencana liburan mereka, dan yang lainnya memberikan sumbangan. Saya mengenal sejumlah orang di ladang misi saat ini yang mengubah jauh lebih banyak hal dari sekedar rencana perjalanan liburan mereka. Saya mengingat beberapa murid seminari pada

(39)

masa saya di seminari, yang menolak pergi ke ke kapel, pada hari misi, karena takut Allah akan memanggil mereka untuk pergi bermisi. Mereka telah merencanakan hidup mereka sedemikian rupa, dan rencana mereka sama sekali tidak berhubungan dengan misi.

Ketika saya bekerja dengan orang-orang muda di gereja local, saya ingat beberapa dari mereka telah memberitahukan saya, bahwa mereka merasa gugup untuk menyerahkan hidupnya kepada Allah seratus persen. Ketika ditanya, mereka merespon dengan alasan seperti, “Saya takut, jika saya melakukannya, maka Tuhan akan memanggil saya untuk menjadi misionarisd Afrika, dan saya tidak ingin menjadi seorang misionaris.”

Saya sangat terkesima, bahwa beberapa orang memandang bahwa Allah harus memaksa seseorang dengan keras. Sebelum lulus seminari, seorang teman di cafetaria menanyakan apa rencana kami, sebagai seorang murid seminari selanjutnya. Kami menjelaskan, bahwa saya berencana untuk menjadi misionaris di Ekuador, dan bahwa saya masuk seminari dalam rangka mempersiapkan diri bagi pelayanan ini. Dia terkesan dengan jawaban yang diberikan, dan betapa tertantangnya dia dengan pengorbanan tanpa pamrih yang kami akan lakukan. Pada awalnya saya bingung, akhirnya saya sadar,

(40)

bahwa dia tidak memahami apa yang telah saya sampaikan. Saya sangat bergairah perihal menjadi seorang misionaris, sehingga bagi saya pengorbanan dan kesulitan terbesar adalah jika komisi misi mengecewakan kami dan menyampaikan bahwa kami tidak dapat menjadi misionaris! Ketika Allah memanggil anak-anakNya untuk hidup sebagai misionaris, Ia akan memberikan kerinduan bersama dengan panggilan tersebut.

Sebagai dorongan lain, Allah memberikan karunia rohani kepada setiap orang percaya yang sungguh-sungguh (I Kor 12). Bagaimanapun juga, sebagai dorongan terhadap karunia itu sendiri, orang percaya memiliki suatu area yang di dalamnya ia sangat berhasrat untuk melatih karunianya. Seorang pemuda mungkin memiliki karunia mengajar dan menemukan kebebasan besar dan penegasan, sementara ia mengajar kalangan muda. Namun, ketika ia memiliki kesempatan untuk mengajar anak-anak TK atau orang-orang tua, ia mendapati ekspresi dari karunianya ini sangat membebani dan melelahkan dia. Mazmur 37:4 mengatakan, “Bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” Saya pikir ayat ini mengajarkan dua kebenaran penting.

(41)

dari segala kerinduan di hati seseorang yang bergembira di dalam Allah, adalah Allah sendiri. Ketika hati kita benar, Ia membimbing kita dengan cara memberi kita kerinduan-kerinduan yang saleh. Kebenaran yang kedua adalah, Allah memberi kita kerinduan/hasrat, karena Ia ingin memenuhinya. Jadi, seseorang dapat secara sah mengatakan bahwa Allah membimbing saya melalui kerinduan, ketika saya bergembira di dalam Dia. Tentu saja, orang yang karena dosa, tidak dapat mengklaim ayat ini. Oleh karena itu, dalam membedakan panggilan misi ini, pertanyaan yang sering dilontarkan ialah, “Apa yang engkau rindu untuk lakukan?

Hasrat yang kuat memimpin kepada tindakan

Sementara kerinduan yang penuh semangat dan komitmen untuk menjadi seorang misionaris adalah sebuah indicator akan bimbingan Allah ke arah itu, sebuah panggilan yang sungguh-sungguh memiliki tanda-tanda yang berbeda. Orang-orang percaya di gereja Anda juga harus dapat melihat pimpinan Allah di dalam hidup Anda. Hasrat yang penuh gairah dan komitmen untuk melayani Allah di luar negeri, bisa saja hadir karena alasan-alasan lainnya. Nasihat yang saleh dan kemampuan untuk mengenali dibutuhkan untuk mengetahui kehendak Allah Bersambung……….

(42)

Tidak Ada Diskon

Senin, 16 November 2020

Bapa gereja Maximus pernah menulis, “Kita akan dihakimi karena kejahatan yang telah kita lakukan, tetapi khususnya atas kebaikan yang kita hiraukan dan bahwa kita belum mengasihi sesama kita.” Perkataan ini mengingatkan saya bahwa saya bisa mahir dalam menghindari perbuatan-perbuatan jahat, namun saya tidak mahir dalam perbuatan-perbuatan baik. Mengapa sebagai orang percaya kita mudah menghiraukan kebaikan?

Mungkin karena kita suka hidup nyaman. Mungkin karena kita merasa menjadi Kristen cukup sebatas percaya Yesus dan pergi ke gereja setiap Minggu. Mungkin kita merasa yang sanggup melakukan perbuatan mulia itu hanya orang-orang tertentu. Mungkin kita merasa kewajiban menjaga diri dan keluarga sendiri sudah menyita perhatian kita, sehingga tidak ada waktu atau kemampuan untuk melakukan lebih dari tanggung jawab kita. Namun semua penjelasan ini tidak berarti Tuhan akan memberi diskon kepada kehidupan orang percaya. Kita tetap dipanggil untuk mengasihi dan mengampuni. Kita tetap dipanggil untuk melayani dan berjuang demi kebenaran. Kita tetap dipanggil untuk memberitakan Injil. Kita

(43)

tetap dipanggil untuk memuridkan semua bangsa. Kita tetap dipanggil untuk berkarya demi Kerajaan Allah. Mari sebagai murid Kristus, kita memohon anugrah Tuhan agar kita dapat melakukan hal-hal yang harusnya kita lakukan, bukan hal-hal yang nyaman atau mudah bagi kita. (EW)

(44)

Jadilah Pembuat Murid

Selasa, 17 November 2020

Dari awal Paulus telah melakukan pemuridan. Setelah tiga tahun tinggal di Damaskus, ia meloloskan diri dengan cara diturunkan dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang. Dan menurut Kisah Para Rasul 9:25, “murid-muridnyalah” yang menurunkan dia dari atas tembok.

Setelah itu, Paulus pernah tinggal dan bahkan mengadakan perjalanan dengan sejumlah pemuda dan setidaknya sepasang suami istri. Ia mengajarkan mereka pengetahuannya akan Perjanjian Lama (yang mana ia adalah ahlinya) dan juga pernyataan-pernyataan yang telah ia dapatkan dari Allah. Mereka juga berkesempatan untuk melihat langsung Paulus melayani di lapangan dan ikut terlibat langsung dalam pelayanan aktual. Praktik lapangan seperti ini dapat mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang tidak akan didapatkan oleh para murid di dalam kelas. Paulus dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana para pelayan muda ini melayani dan itu akan menjadi pembinaan dan umpan balik yang paling baik. Dalam surat-suratnya, Paulus menyebutkan lebih

(45)

dari 30 nama dan wanita yang menjadi rekan sekerjanya. Sepertinya orang-orang ini memang dimuridkan oleh Paulus dan mungkin saja masih ada banyak lagi orang-orang lain yang tidak disebutkan. Dalam sebuah pelayanan yang berlangsung kira-kira 30 tahun lamanya, Paulus bisa dengan dah menghasilkan 30 orang murid atau bahkan lebih.

Dalam teks hari iini, Paulus mengajari Timotius untuk meneruskan tugas pemuridan-nya: “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain” (2 Tim. 2:2). Perhatikan bahwa Paulus tidak meminta Timotius untuk meneruskan apa yang telah didengar kepada banyak orang saja, tetapi kepada orang-orang yang dapat dipercayai dan yang cakap mengajar orang lain. Multiplikasi adalah fokus pelayanan Paulus, menjadikan orang lain dewasa dalam Tuhan saja tidak cukup, mereka harus terus bertumbuh menjadi seorang pembuat murid. Bagaimana dengan saudara? Pastikan bahwa saudara terus bertumbuh hingga saatnya saudarapun dapat membuat murid bagi Kristus. (NL)

(46)

Menjadi Panutan

Bagi Dunia

Rabu, 18 November 2020

Bapa ibu saudara masa sekarang ketika teknologi mulai berkembang dan maraknya social media, anak-anak mulai memiliki cita-cita baru yaitu menjadi influencer. Mereka terinspirasi oleh maraknya akun-akun influencer di social media. Para akun influencer tersebut berhasil memberikan pengaruh dan panutan kepada anak-anak generasi sekarang. Sehingga timbul dalam hati anak-anak kita sekarang untuk menjadi seperti mereka para influencer di social media. Sama halnya dengan para influencer tersebut kita sebagai seorang percaya dan murid Kristus sudah seharusnya kita memuridkan dunia ini dengan memberikan inspirasi melalui teladan hidup kita.

Bapa ibu saudara sekalian bagian yang kita baca merupakan sebuah surat yang ditulis oleh Paulus kepada muridnya Timotius. Melalui suratnya Paulus memerintahkan Timotius untuk mengajar dan mentaati pengajaran firman. Sehingga Timotius bisa menjadi teladan dan memberikan kemajuan dalam pemberitaan injil. Paulus disini bukan hanya memerintahkan Timotius hanya

Bacaan : 1 Timotius 4:12

(47)

untuk mengajarkan firman tetapi menghidupinya dan menjadi teladan.

Bapa ibu saudara sekalian perintah ini bukan hanya untuk Timotius saja tetapi kepada setiap kita sebagai seorang murid Kristus. Kita diperintahkan untuk memuridkan dunia ini, orang-orang yang ada di lingkungan kita melalui teladan hidup kita. Melalui kehidupan kita yang sudah ditransformasi oleh injil, kita menjadi teladan dan memuridkan orang-orang yang ada di sekililing kita. Sehingga orang-orang disekitar kita mau menyerahkan diri mereka untuk menjadi murid Kristus. Mari kita meminta pertolongan Roh kudus untuk memampukan kita untuk menjadi teladan bagi orang-orang disekitar kita. (EG)

(48)

Fokus Pembuat Murid

Kamis, 19 November 2020

Dewasa ini, konsep pemuridan sudah begitu menjamur di kalangan Kekristenan. Alkitab memang mengajarkan konsep ini, namun sering kali pemuridan di beberapa gereja hanya merupakan salah satu program gereja tanpa kerinduan utk memperluas jangkauan pemuridan. Teks kita hari ini dikenal sbg Amanat Agung. Setelah Kristus bangkit & menampakkan diri-Nya kpd para murid-Nya, maka Ia akan kembali kpd Bapa. Namun sebelumnya, Ia berfirman: segala kuasa baik di sorga maupun di bumi sdh diberikan kpd-Nya (Mat. 28:18). Dgn kata lain, Ia memiliki kuasa sbg Tuhan & Raja yg universal. Kuasa yg universal ini menjadi pendorong Kristus memerintahkan para murid-Nya utk mengerjakan misi yg universal (R. T. France, Matthew, 413). Misi yg universal dimulai dari perintah-Nya utk menjadikan semua bangsa murid-Nya (ay. 19). “Bangsa” menurut konteksnya merujuk pada orang-orang non-Yahudi. Hal ini berarti Kristus memerintahkan para murid-Nya utk memperluas ruang lingkup misi mereka kpd orang-orang Yahudi & non-Yahudi (France, Matthew, 413). Perintah memuridkan semua orang tanpa perbedaan diikuti dengan perintah Kristus utk pergilah (ay. 19). Ini berarti pemuridan bukan hanya salah satu program gereja, tetapi penjangkauan jiwa di luar gereja kita.

(49)

Memuridkan & pergi diikuti lagi dengan dua perintah Kristus yg lain yaitu baptislah para murid itu dalam nama Allah Trinitas & mengajar mereka akan apa yg telah Kristus perintahkan (ay. 19b-20a). Perintah Kristus utk membaptis merupakan wujud komitmen seorang murid Kristus utk bersekutu bersama sesama murid Kristus lain di dalam satu tubuh Kristus (France, Matthew, 414). Selain itu, Ia juga memerintahkan para murid-Nya utk mengajar murid-murid lainnya dengan cara mengamati apa yg telah Kristus perintahkan (ay. 20a, ESV, NASB, YLT; Leon Morris, Matius, 762). Ini berarti Kristus mengajar para murid-Nya utk mengajar murid-murid-murid-Nya lainnya tentang perintah Kristus sekaligus mendorong mereka utk memiliki pola hidup yg benar (Morris, Matius, 762). Dengan kata lain, ketika menjangkau jiwa lain utk menjadi murid Kristus, kita bertanggung jawab: membaptis mereka sebagai bukti konkrit komitmen mereka sebagai para murid Kristus yg baru sekaligus mengajar mereka utk mengamati apa yg telah Kristus perintahkan sebagai bukti konkit mereka benar-benar mengikut Kristus, belajar dari-Nya, & hidup makin hari makin serupa dengan-Nya.

Setelah menjalankan misi universal ini, Kristus berjanji: Ia akan menyertai para murid-Nya menggenapkan Amanat Agung ini selama-lamanya (ay. 20b). Ini berarti Kristus yg memiliki kuasa sbg Tuhan & Raja yg universal mendorong para murid-Nya utk menjalankan misi universal dengan janji penyertaan kekal dari Tuhan & Raja yg universal. Amin. Soli Deo Gloria. (DTS)

(50)

Memuridkan

Jum’at, 20 November 2020

Alkitab menggambarkan gereja Yesus Kristus dalam beberapa cara yang mengagumkan. Gereja adalah tubuh Kristus dan mempelai Kristus. Tetapi gereja itu jauh dari sempurna. Gereja terdiri dari murid-murid biasa, seperti Anda dan saya - orang-orang yang berdosa, orang yang hancur hati, tidak dicintai, sekaligus orang yang sukar mengasihi.

Yesus datang bukan untuk orang benar tetapi untuk orang berdosa. Dia tidak menyerahkan hidup-Nya untuk orang yang sehat secara rohani. Dia datang untuk membantu yang tak berdaya dan membawa harapan bagi yang putus asa. Yang membuat pengikut Kristus unik adalah bahwa mereka memiliki hubungan dengan Tuhan. Yesus memungkinkan orang-orang berdosa untuk berdiri di hadapan Tuhan Yang Mahakuasa tanpa takut akan penghakiman atau hukuman. Sungguh pesan yang indah untuk didengar. Sungguh kisah yang indah untuk diceritakan! Saat Yesus bersiap untuk meninggalkan bumi ini, Dia memerintahkan para pengikut-Nya untuk menjadi “pemurid”. Dia mengatakan kepada para murid bahwa mereka harus

Bacaan : Matius 28:16-20

(51)

memperkenalkan Yesus kepada orang lain dan meneguhkan mereka sebagai anak-anak Tuhan melalui baptisan. Mereka harus mengajar orang lain untuk menjalani hidup dalam kasih karunia dan cinta kasih: “Seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian juga kamu harus mengasihi satu sama lain” (Yohanes 13:34).

Inti dari kehidupan pengikut Kristus adalah kasih - kasih tanpa syarat dari Tuhan untuk para pengikut-Nya, dan kasih tanpa syarat mereka untuk orang lain. Pengikut Kristus diselamatkan oleh kasih karunia dan dipanggil untuk menjadi saluran kasih karunia Tuhan bagi orang lain - “kasih karunia yang lebih besar dari semua dosa kita.” Mari bersyukur kepada Tuhan yang telah memanggil kita untuk menjadi murid-Nya. Dan kiranya Tuhan mencurahkan kemauan dan kemampuan untuk menunjukkan rahmat Tuhan kepada orang lain. (HK)

(52)

Anak Penghiburan

Sabtu, 21 November 2020

Banyak orang memiliki julukan tertentu. Julukan yang diberikan pada seseorang bisa berupa olok-olok atau sebuah pujian. Dalam Alkitab sebutan “Anak penghiburan” adalah julukan yang melekat pada Yusuf yang tidak menutup kemungkinan berasal dari kesaksian hidupnya. Apa yang mencolok dari seorang Barnabas? Dia telah menerima dan memberi semangat bagi seorang penganiaya jemaat yang masih muda, yaitu Paulus (Kis. 8:3). Penerimaan dan pembelaan Barnabas padanya akhirnya membuahkan hasil luar biasa. Paulus menjadi pelayan Tuhan penuh keberanian dan kredibilitas tinggi, peran pelayanannya luar biasa pada pertumbuhan jemaat mula-mula (khususnya bagi orang di luar Yahudi), dan seorang penulis sebagian besar kitab PB. Barnabas juga telah memberi dorongan kepada seseorang pemuda yang pernah gagal yaitu Yohanes Markus (15:36-40). Kita tahu siapa dia? Dia adalah penulis kitab Injil Markus dari kesaksian Petrus.

Barnabas tidak pernah menyadari orang yang pernah dia tolong menjadi pelayan Tuhan yang

Bacaan : Kisah Para Rasul 4:36

(53)

hebat, bahkan nama mereka melebihi gaung julukan yang disematkan padanya. Dia hanya menyiapkan hati dan tangan yang terbuka menerima siapa saja yang pernah jatuh, pernah melakukan kesalahan, pernah bersikap tidak dewasa bahkan pernah ditolak. Alkitab berkata: Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ini bukan sebuah nama yang disematkan sembarangan, tetapi sebuah pengakuan dari setiap kesaksian hidup yang sudah banyak memberkati orang. Ini bukan sekadar nama yang bagus, tetapi integritas hidup yang membuahkan penghiburan banyak orang.

Barnabas adalah orang Kristen sejati yang senantiasa membuka hati bagi banyak orang. Dia meneladani Yesus Kristus Juru selamat kita. Bukankan ini adalah hal yang juga menjadi bagian dari hidup kita? Marilah kita membuka hati dan tangan untuk menerima mereka yang pernah terpuruk dan gagal, karena siapa tahu Tuhan memakai kita melalui hidup, teladan dan kasih. Siapa yang tahu, kita dapat melahirkan “Petrus” dan “Yohanes Markus” masa depan. (YDI)

(54)

Agenda Minggu Ini

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Senin 16 Nov ‘20

05.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM

23.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Ibu Eriana Chandra Selasa

17 Nov ‘20

HUT: Bp. Ruben Sanjaya

HUT: Anak Joy Emanuela Pairikas

Rabu 18 Nov ‘20

18.30 Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat”

Oleh: Ev. Heri Kristanto (DILIBURKAN)

19.00 Latihan Musik KU 3

HUT: Anak Jayden Amadeo Lai

Kamis 19 Nov ‘20

18.30

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto (DILIBURKAN)

19.00 Latihan Musik KU 1 dan KU 2

HUT: Sdr. Sebastian Priadi Jum’at

20 Nov ‘20

HUT: Ibu Njo Giok Lin

(55)

Sabtu 21 Nov‘20

06.30 Doa Pemuridan (DOA DIRUMAH)

18.00 Persekutuan Pemuda REC Kutisari(IBADAH DIRUMAH)

18.00 Persekutuan Pemuda REC MERR(IBADAH DIRUMAH)

22.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Mercury, 96 FM HUT: Bp. Yongki Sunyoto

Minggu 22 Nov ‘20

HUT: Sdr. Tan Hendra Wijaya HUT: Sdr. Jusub Novendri Behuku

(56)

IB ADAH MINGGU 08 NO VEMBER 2020 KU 1 | 08.00 WIB | http s:// you tu.be/ yY252O60XEU KU 2 | 10.00 WIB | http s:// you tu.be/2oWg6lpfP VA KU 3 | 17.00 WIB | http s:// you tu.be/Qdl0L9kk ew4 Pdt. Yakub T ri Handok o Foku s me njadi pe mbua t murid (Ma tiu s 28 : 19-20) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S COMMUNITY pk. 08.00 | 10.00 | 17.00 IB ADAH MINGGU 15 NO VEMBER 2020 Pdt. Yakub T ri Handok o Ekspo sisi Filipi 2:17-18 IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S

COMMUNITY

(57)

PANDUAN IBADAH BERSAMA KELUARGA Reformed Exodus Community (REC),

15 November 2020

(Bila ingin mengadakan ibadah langsung, bukan lewat live streaming)

1. 15 menit sebelum ibadah, kepala keluarga (pemimpin ibadah) mengajak semua ang-gota keluarga untuk bersiap-siap. Tampilkan

teks Matius 28:19-20 di TV (atau

dicetak/le-wat HP saja) sambil memutar lagu Sovereign

Grace - Turn Your Eyes Upon Jesus (https:// youtu.be/F2tKVqZZiI4)

2. 5 menit sebelum ibadah, pemimpin ibadah mengajak yang lain untuk mengambil saat teduh

3. Ibadah dimulai. Pemimpin ibadah mengajak semua anggota keluarga berdiri.

langsung diikuti dengan votum

“Ibadah ini kita mulai dengan keyakinan bah-wa satu-satunya jalan menuju takhta karunia Bapa sudah dibuka yaitu melalui pengurba-nan Yesus Kristus yang sempurna di atas kayu salib dan yang telah diterapkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Turunlah atas kita semua rahmat, berkat, dan anugerah dari Allah Tritunggal dalam ibadah ini. Amin.”

(58)

Jemaat dipersilakan duduk.

Kasih-Nya Lampaui Dosa (Matt Papa – His Mercy is More)(Terjemahan Gibeon Church) (https://youtu.be/b0Cizh47vWo)

1

Kasih yang melupakan pelanggaran Walau Maha Tahu tak diingat-Nya Allah hapuskan s’gala kesalahan Berlimpah kasih-Nya lampaui dosa Reff

Puji Tuhan

S’bab kasih-Nya sempurna Kasih-Nya baru tiap pagi

Berlimpah kasih-Nya lampaui dosa 2

Allah sabar saat kita tersesat

Lembut Sang Bapa panggil pulang kita Disambutlah yang lelah dan yang jahat Berlimpah kasih-Nya lampaui dosa Reff 2X

3

Allah curahkan kasih tanpa batas Kita ditebuskan oleh darah-Nya Dulu berhutang s’karang kita bebas Berlimpah kasih-Nya lampaui dosa

(59)

Reff 2X Ending 2X

Berlimpah kasih-Nya lampaui dosa Pengakuan Dosa Pribadi – Duduk

“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdo-sa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di da-lam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” 1 Yohanes 1:7-9

Doa Pengakuan dosa dan Pembukaan 4. Pengakuan Iman Rasuli

(jemaat dipersilahkan berdiri)

Aku percaya kepada Allah,

Bapa yang Mahakuasa,

Khalik langit dan bumi.

Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya

yang Tunggal, Tuhan kita.

Yang dikandung dari Roh Kudus,

lahir dari anak dara Maria.

(60)

Yang menderita sengsara di bawah

pe-merintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan,

turun ke dalam kerajaan maut.

Pada hari yang ketiga bangkit pula

dari antara orang mati.

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan

Allah Bapa yang Mahakuasa.

Dan dari sana Ia akan datang

untuk menghakimi orang yang hidup dan

yang mati. Aku percaya kepada Roh

Ku-dus, Gereja yang kudus dan am,

perseku-tuan orang kudus, pengampunan dosa,

kebangkitan tubuh, dan hidup yang

kekal. Amin.

(Jemaat dipersilakan duduk) 5. Petunjuk hidup baru

“Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamat-kan oleh hidup-Nya! Dan budiselamat-kan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepa-da kita, oleh karena Kristus telah mati untuk

(61)

kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.” Roma 5:8-11

Nyanyian jemaat

NKI 136 – Maju Laskar Kristus

(https://youtu.be/eUFA9RufYgQ?t=1460) 1

Maju laskar Kristus lawan kuasa g’lap Ikut salib Yesus sungguh dan tetap Rajamu sendiri paling di depan Maju dan iringi panji cemerlang 2

Dan serta melihat panji penebus Kuasa iblis mundur dikalahkan t’rus Goncanglah neraka kar’na mendengar Sorak soraian-Mu nyaring menggegar Reff

Maju laskar Kristus Lawan kuasa g’lap Ikut salib Yesus Sungguh dan tetap 4

Kuasa duniawi timbul tenggelam Tapi g’reja Kristus takkan terbenam! Alam maut tak sanggup menjatuhkannya

(62)

Kristus memenuhi isi janji-Nya Reff

Ending

Ikut salib Yesus Sungguh dan tetap 6. Pujian Firman

Keith & Kristyn Getty - Facing A Task Unfin-ished (Amanat Agung belum usai)

(https://youtu.be/rcHUgRP17r4?t=1435) 1

Amanat yang Ilahi masih belum usai Tegur kami yang ragu kabarkan Injil-Mu Semua umat tebusan kembali bersatu Berjanji ‘tuk setia b’ritakan kasih-Mu 2

Berhala di dunia mengguncangkan iman Sesatkan jiwa-jiwa dengan kebohongan Tiadalah terbilang yang haus Air Hidup Mereka yang terhilang perlukan kasih-Mu Reff

B’ritakan ke dunia Harapan t’lah tiba

Nama-Nya yang berkuasa Yesus Kristus, Tuhan

(63)

3

Misi Allah bermula sejak dulu kala

Tuk nyatakan Penebus yang bangkit dan hidup

Mari gereja Tuhan bersaksilah terus

Mengerjakan amanat yang agung dan luhur Chorus

4

Allah Bapa p’lihara, Roh Kudus bekerja Allah Putra menebus dengan kasih kudus Ragu tiada lagi, Tuhan yang mampukan Tritunggal utus kami bekerja bagi-Nya Chorus 2X

7. Khotbah

Lampiran halaman 03.

8. Persembahan. Melalui transfer ke BCA 088 2825 777 a/n GKRI Exodus

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. – Kolose 3:23 KPPK 350 – Pakai Hidupku Ini

(https://youtu.be/gF0iWTE-6yA?t=5173) 1

(64)

Pakai hidupku ini, s’luruh roh dan jiwaku, pakai tanganku ini, hatiku digerakkan, digerakkan kasih-Mu.

2

Pakai kakiku ini, tiap langkah ikut-Mu, pakai suaraku ini, selamanya memuji, memuji Kristus Tuhan.

3

Pakai mulutku ini, memb’ritakan Injil-Mu, pakai hartaku ini, seluruhnya bagi-Mu, bagi-Mu kurelalah, bagi-Mu kurelalah 4

Pakai kasihku ini, kusembahkan pada-Mu, pakai diriku ini, selamanya bagi-Mu, bagi-Mu kusembahkan.

9. Doa syafaat

Lampiran halaman 12 10. Pengumuman

11. Doxology

Puji Allah Bapa Putera Puji Allah Rohul Kudus Ketiganya Yang Esa

(65)

Referensi

Dokumen terkait