• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN UMUM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR EDISI SATU CETAKAN KE DUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN UMUM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR EDISI SATU CETAKAN KE DUA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN UMUM

POS PEMBINAAN TERPADU

PENYAKIT TIDAK MENULAR

EDISI SATU CETAKAN KE DUA

(2)
(3)

KATA SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN

PENYEHATAN LINGKUNGAN

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kita semua, sehingga Buku Pedoman Posbindu PTM dapat dibuat disusun sebagai salah satu karya kita dalam rangka Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM).

Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM adalah peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring terhadap faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Pelaksanaan tindak lanjutnya dalam bentuk konseling dan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Upaya pengembangan program Posbindu PTM sedang gencar dilakukan, dan harapan saya ke depan Posbindu PTM dapat dijadikan

“kendaraan program” pengendalian penyakit tidak menular di masyarakat.

Agar upaya ini dapat berjalan dengan baik, benar, dan tepat sasaran perlu disusun satu pedoman untuk melaksanakannya sehingga implementasi dari Posbindu PTM mempunyai daya ungkit dalam pengendalian faktor risiko PTM, khususnya PTM Utama seperti Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Kanker, Diabetes Melitus, Penyakit Paru menahun, serta Gangguan Akibat Kecelakaan.

Saya berharap pedoman ini dapat bermanfaat dan diaplikasikan secara baik dan benar oleh individu, kelompok, masyarakat dan organi-sasi masyarakat, dalam rangka pengendalian PTM.

Jakarta, Februari 2014 Direktur Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP. 195509091980121001

(4)

KATA PENGANTAR

Saat ini, Indonesia menghadapi tiga beban penyakit dalam pem- bangunan kesehatan, yaitu disatu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang harus ditangani, penyakit menular baru dan penyakit menu-lar yang sudah lama hilang muncul kembali, sementara itu penyakit tidak menular (PTM) semakin meningkat.

PTM merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam tahap lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau kematian dini. Keadaan ini menimbulkan beban pembiayaan yang besar bagi penderita, keluarga dan negara.

PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, yaitu merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat, dan konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian PTM. Untuk itu diperlukan pemberdayaan dan peran serta masyarakat yang dikenal dengan pembinaan terpadu (Posbindu) PTM.

Pelaksanaan Posbindu PTM memerlukan pedoman sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan maupun pengelola program di ber- bagai tingkatan administrasi untuk memfasilitasi terselenggaranya Posbindu PTM di masyarakat.

Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak sehingga penyelenggaraan Posbindu PTM dapat berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini, untuk itu diharapkan masukan dan saran dalam penyempurnaan buku pedoman ini.

Jakarta, Februari 2014

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes NIP.196006101982022001

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor Risiko PTM ... 6 Gambar 2. Hubungan Faktor Risiko dengan PTM ... 7 Gambar 3. Kerangka Kerja Pengendalian PTM ... 8

DAFTAR TABEL

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Kata Sambutan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Gambar ... iii

Daftar Tabel ... iii

Daftar Isi ... v BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Lalar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 3 1.3. Landasan Hukum ... 3 1.4. Ruang Lingkup ... 4

BAB II TUJUAN DAN STRATEGI KEGIATAN ... 5

2.1 Tujuan Kegiatan ... 5

2.1.1 Tujuan Umum ... 5

2.1.2 Tujuan Kusus ... 5

2.2 Strategi Kegiatan ... 5

BAB III KONSEP DASAR POSBINDU PTM ... 7

3.1 Kontribusi Faktor Risiko Bersama Terhadap PTM ... 7

3.2 Sasaran Kegiatan ... 9

BAB IV GORGANISASIAN KEGIATAN POSBINDU PTM ... 11

4.1 Pengertian Kegiatan Posbindu PTM ... 11

4.2 Perencanaan Kegiatan Posbindu PTM ... 11

4.3 PelaksanaanKegiatan Posbindu PTM ... 12

4.4 Pencatatan dan Pelaporan ... 13

BAB V PEMANTAUAN, PENILAIAN DAN PEMBINAAN ... 15

5.1 Pemantauan dan Penilaian ... 15

(8)

BAB VI PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN ... 21

6.1 Pusat ... 21

6.2 UPT Kementerian Kesehatan ... 21

6.3 Dinas Kesehatan Provinsi ... 22

6.4 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ... 22

6.5 Puskesmas ... 23

6.6 Organisasi Sosial Kemasyarakatan ... 23

BAB VII PENUTUP ... 25

Tim Penyusun ... 26

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kema-tian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kemakema-tian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebe-sar 15% ( 44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang.

Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan me- nyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplika-si bahkan berakibat kematian lebih dini.

Dalam kurun waktu tahun 1995 -2007, kematian akibat PTM me- ngalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%.

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laiki-laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%. obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%.

Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung Negara dan ma- syarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya yang relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang menjadi kronik dan terjadi kom- plikasi.

(10)

Data Pusat Pemeliharaan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa PTM mengha-biskan biaya pengobatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular. Pembiayaan

Hemodialisis pada kasus Gagal Ginjal Kronik sebesar Rp. 227.493.526.119,- dan pada penyakit kanker sebesar

Rp. 144.689.231.240 sementara pembiayaan untuk TBC sebesar Rp. 106.502.636.171.

PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM.

Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertu-juan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup,.

Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembi-naan terpadu (Posbindu) PTM.

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasil-itas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat.

Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan bagi para pemangku kepentingan serta pelaksana di lapangan.

(11)

1.2 TUJUAN

Sebagai panduan bagi pengelola program PPTM di Dinas Keseha-tan Provinsi, Kabupaten / Kota, Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan dan Puskesmas serta institusi dan organisasi lain nya. 1.3 LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perundangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

6. Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2010 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 7 tahun 2007 Tentang Petugas pelaksana Pemberdayaan Masyarakat 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.741 Tahun

2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269 tahun 2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 1 tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pem-berdayaan dan Kesejahteraan Keluarga

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan

13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Survei-lans Epidemiologi Penyakit Menular dan PTM Terpadu

Data Pusat Pemeliharaan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa PTM mengha-biskan biaya pengobatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular. Pembiayaan

Hemodialisis pada kasus Gagal Ginjal Kronik sebesar Rp. 227.493.526.119,- dan pada penyakit kanker sebesar

Rp. 144.689.231.240 sementara pembiayaan untuk TBC sebesar Rp. 106.502.636.171.

PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM.

Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertu-juan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup,.

Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembi-naan terpadu (Posbindu) PTM.

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasil-itas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat.

Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan bagi para pemangku kepentingan serta pelaksana di lapangan.

(12)

14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 430 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker 15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1529

tahun 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga

1.4 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman ini meliputi tujuan dan strategi kegiatan, konsep dasar program Posbindu PTM, pengorganisasian Posbindu PTM, pemantauan, penilaian dan pembinaan serta peran pemangku kepentingan.

(13)

BAB II

TUJUAN DAN STRATEGI KEGIATAN

2.1. TUJUAN KEGIATAN 2.1.1 Tujuan Umum :

Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik 2.1.2 Tujuan khusus :

a. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM b. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM c. Terlaksananya tindak lanjut dini

2. 2 STRATEGI KEGIATAN

Untuk mencapai keberhasilan program Posbindu PTM perlu dikembang-kan strategi pelaksanaan kegiatan, yaitu :

a. Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah, pihak legislatif, pemerintah daerah serta pemangku kepentingan .

b. Peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam pengendalian faktor risiko PTM .

c. Fasilitasi ketersediaan sarana dan prasarana .

d. Peningkatan jejaring kerja PTM dengan melibatkan lintas program, lintas sektor dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait baik di Pusat maupun Provinsi, dan Kabupaten/ Kota dan puskesmas. e. Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat dalam an, pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

f. Berbasis bukti ilmiah (evidence-based) dan sesuai kearifan lokal. g. Pendekatan .integratif pada kelompok masyarakat khusus dan pada

berbagai tatanan seperti disekolah, tempat kerja, lingkungan pemukiman.

(14)
(15)

BAB III

KONSEP DASAR PROGRAM POSBINDU PTM

3.1 KONTRIBUSI FAKTOR RISIKO BERSAMA TERHADAP PTM Pada umumnya PTM merupakan penyakit yang tidak dapat disem-buhkan secara total apabila kondisi penyakit sudah sampai pada fase akhir, oleh karena itu upaya yang terbaik melalui pengendalian faktor risikonya sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat dicegah. Untuk dapat mengendalikan faktor risiko PTM, maka perlu dikenali terlebih dahulu faktor risiko PTM. ( Gambar 1 )

Gambar 1. FAKTOR RISIKO PTM

Risiko Lingkungan : Globalisasi, Sosio ekonomi Modernisasi,dll Faktor Risiko Yang Tidak Dapat

Diubah Umur, Sex)Keturunan ) " Risiko PerilakuMerokok Diet tdk sehat Kurang aktivitas Fisik " •Konsumsi alkohol • Stres • " FAKTOR RISIKO FISIOLOGIS - PENYAKIT ANTARA Hipertensi Hiperglikemi Obesitas Dislipidemia

Lesi Pra kanker

Benjolan pada payudara FASE AKHIR PJK-PD Stroke Diabetes Penyakit Ginjal Kronik Kanker PPOK Cedera Gagal ginjal Thalasemia Lupus

(16)

Tahapan yang akan dilalui suatu penyakit tidak menular sebelum sampai pada fase akhir penyakit, adalah sebagai berikut (Gambar 1):

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, keturunan.

b. Faktor risiko perilaku yang bisa diubah yaitu merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi buah dan sayur, konsumsi alkohol, stress, dan potensi cedera, perilaku seks tidak sehat, paparan zat karsinogenik dan radiasi

c. Faktor risiko lingkungan yaitu kondisi ekonomi daerah, lingkungan sosial seperti modemisasi, serta lingkungan fisik antara lain seperti polusi, pemukiman yang padat dan lokasi di bawah tegangan listrik tinggi, dan kebisingan

d. Faktor risiko fisiologis - penyakit antara meliputi hipertensi, hiper glikemia, dislipidemia, obesitas dan lesi pra kanker serta benjolan pada payudara

Faktor risiko perilaku dapat diubah dengan meningkatkan pengeta-huan dan kemampuan untuk menerapkan gaya hidup sehat melalui kegiatan promosi kesehatan seperti advokasi dan sosialisasi, edukasi, penyuluhan dan konseling secara terus menerus .

Gambar dibawah ini ( Gambar 2) adalah hubungan antara faktor risiko dengan PTM. Faktor risiko tersebut saling berkaitan dan mem-pu¬nyai konstribusi satu sama lainnya dalam menyebabkan terjadinya PTM. Merokok berisiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, penyakit kanker, penyakit diabetes, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Diet tidak seimbang berisiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, penya-kit kanker, diabetes. kurang aktifitas fisik berisiko dengan terjadinya penyakit kardiovaskuler, penyakit kanker, penyakit diabetes, dan penya-kit paru obstruktif kronik (PPOK), dan konsumsi alkohol berisiko terjadin-ya terjadinterjadin-ya penterjadin-yakit kardiovaskuler, penterjadin-yakit kanker, penterjadin-yakit diabe-tes dan demikian seterusnya dengan faktor risiko lainnya.

Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya efektif dan ekon-omis, karena dengan mencegah dan mengendalikan salah satu faktor risiko akan mengurangi terjadinya kasus PTM. Upaya pengendalian empat faktor risiko bersama PTM akan mengurangi kejadian baru kasus PTM secara signifikan.

(17)

Dalam rangka peningkatan kewaspadaan dan deteksi dini faktor risiko tersebut diatas maka faktor risiko fisiologis – penyakit antara sebagaimana gambar 1 dapat dideteksi secara dini sebelum muncul sebagai penyakit atau fase akhir. Deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM dilakukan secara terpadu dengan strategi pendekatan kese-hatan masyarakat yang fokus pada faktor rIsiko melalui penyelenggara-kan Posbindu PTM.

3.2 SASARAN KEGIATAN

Sasaran dalam penyelenggaraan Posbindu PTM dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sasaran utama, sasaran antara, dan sasaran penunjang. Pendekatan terhadap ketiga sasaran tersebut tidak dilakukan satu persatu berurutan namun harus dilakukan secara integratif selama proses pelaksanaan.

a. Sasaran Utama

Sasaran utama merupakan sasaran penerima langsung manfaat pelayanan yang diberikan, yaitu masyarakat sehat, masyarakat berisiko dan masyarakat dengan PTM berusia mulai dari 15 tahun ke atas.

b. Sasaran Antara

Sasaran antara merupakan sasaran individu/ kelompok masyarakat yang dapat berperan sebagai agen pengubah terhadap faktor risiko PTM, dan lingkungan yang lebih kondusif untuk penerapan gaya

Gambar 2. HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN PTM Merokok Diet Tidak Seimbang Kurang Aktifitas Fisik Konsumsi Alkohol Penyakit Kardiovaskuler Kanker Diabetes

Penyakit Paru Kronis

(18)

hidup sehat. Sasaran antara tersebut adalah petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta, tokoh panutan masyarakat, anggota organisasi masyarakat yang peduli PTM.

c. Sasaran Penunjang

Sasaran penunjang merupakan sasaran individu, kelompok/organi-sasi/ lembaga masyarakat dan profesi, lembaga pendidikan dan lembaga pemerintah yang berperan memberi dukungan baik dukun-gan kebijakan, teknologi dan ilmu pengetahuan, material maupun dana, untuk terlaksananya Posbindu PTM dan keberlanjutannya. Mereka antara lain adalah pimpinan daerah/ wilayah, Perusahaan, Lembaga Pendidikan, Organisasi Profesi, dan Penyandang Dana.

(19)

BAB IV

PENGORGANISASIAN POSBINDU PTM

4.1 PENGERTIAN POSBINDU PTM

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan gejala pada yang mengala-minya.

Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian PTM dengan melibatkan masyarakat mulai dari perenca-naan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbin-du PTM menjadi Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), di mana kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan kebutuhan masyarakat

4.2 Perencanaan Posbindu PTM

Persiapan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM didahului dengan identifikasi kelompok potensial yang ada di masyarakat, sosial-isasi dan advokasi, fasilitasi teknis, dan logistik, pengaturan mekanisme kerja antara tenaga pelaksana Posbindu PTM dengan pembinanya, serta sumber pembiayaan.

Secara substansi Posbindu PTM mengacu kepada kegiatan, bukan terhadap tempat. Hal ini yang membedakan Posbindu PTM dengan UKBM lainnya. Kegiatannya berupa deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya.

Kegiatan ini dapat berlangsung secara terintegrasi dengan kegia-tan masyarakat yang sudah aktif seperti majelis taklim, karang taruna, PERSADIA, YKI, Yastroki, YJI dan Klub Jantung Sehat dan lain-lain dan dapat dikembangkan pada kelompok khusus seperti kelompok Jemaah Haji, anak sekolah, pekerja/karyawan, pengemudi di perusahaan angku-tan/PO Bus, kelompok masyarakat adat, kelompok masyarakat keag-amaan, petani/nelayan, masyarakat binaan negara di lembaga pemas-yarakatan

(20)

Biaya penyelenggaraan Kegiatan Posbindu PTM dapat berasal dari berbagai sumber. Pada awal pelaksanaan mendapat stimulasi atau subsidi dari pemerintah. Secara berangsur-angsur, diharapkan mas-yarakat mampu membiayai untuk penyelenggaraan kegiatan secara mandiri.Pihak swasta berpartisipasi dalam membina kegiatan Pembi-naan Terpadu PTM dalam bentuk dan mekanisme kemitraan yang sudah ada, yaitu "CSR (Corporate Social responsibility)” sebagai tang-gung jawab social perusahaan.

Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang potensial untuk mendukung dan memfasilitasi penyelengga¬raan kegiatan Pembinaan Terpadu PTM selaku pembina kesehatan di wilayah kerjanya. Salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Opera-sional Kesehatan (BOK) yang ada di Puskesmas melalui fasilitasi trans-portasi petugas Puskesmas untuk melakukan penilaian dan monitoring terhadap pencapaian kegiatan Pembinaan Terpadu PTM di mas-yarakat.

Pemerintah Daerah setempat memiliki kewajiban juga untuk menja-ga keberlangsunmenja-gan kegiatan Posbindu PTM di desa/kelurahan, amenja-gar terus tumbuh dan berkembang dengan dukungan kebijakan termasuk berbagai fasilitasi lainnya.

4.3 Pelaksanaan Posbindu PTM

Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara, pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. Wawancara dilakukan untuk menelusuri faktor risiko perilaku seperti merokok, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress. Pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, dan tekanan darah. Pemeriksaan faktor risiko PTM seperti gula darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan klinik payudara, arus puncak ekspirasi, lesi pra kanker (Inspeksi Visual asam asetat /IVA posi-tif), kadar alkohol dalam darah, tes amfetamin urin.

Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan secara terpadu dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang cara mengendalikan faktor risiko PTM melalui penyuluhan/ dialog interaktif secara massal dan atau konseling faktor risiko secara terintegrasi pada individu dengan faktor risiko, sesuai dengan kebutuhan masyarakat termasuk rujukan sistematis dalam sistem pelayanan kesehatan

(21)

paripur-Rujukan dilakukan dalam kerangka pelayanan kesehatan berkelan-jutan (Continuum of Care) dari masyarakat hingga ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar termasuk rujuk balik ke masyarakat untuk pemantau-annya.

Kegiatan posbindu PTM dalam situasi kondisi tertentu dapat dise-suaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.

Pelaksanaan Posbindu PTM secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :

Sebelum dan setelah kegiatan Posbindu PTM dapat dilaksanakan kegiatan bersama, seperti senam bersama, bersepeda, ceramah agama, demo makanan sehat, penyuluhan kesehatan tentang IVA dan CBE, upaya berhenti merokok, gizi seimbang, dll.

4.4 Pencatatan dan Pelaporan Posbindu PTM

Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan secara manual dan/atau menggunakan sistem informasi manajemen PTM oleh Petugas Pelaksana Posbindu PTM maupun oleh Petugas Puskesmas. Petugas Puskesmas mengambil data hasil pencatatan posbindu PTM atau menerima hasil pencatatan dari petugas pelaksana posbindu PTM. Hasil pencatatan ini dianalisis untuk digunakan dalam pembinaan, sekaligus melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang.

Gambar 3.

Proses Kegiatan Posbindu PTM

Pemeriksaan

(satu persatu)

Identifikasi faktor risiko PTM, Konseling/Edukasi, serta tindak lanjut ainnya

Pemeriksaan Tekanan darah, Gula darah, Kolesterol total danTrigliserida, APE, lain-lain

Pengukuran TB,BB, IMT Lingkar perut, Analisa Lemak Tubuh Wawancara oleh Petugas Pelaksana Posbindu PTM

Registrasi ,Pemberian nomor urut / kode yang sama serta pencatatan ulang hasil pengisian Buku monitoring FR-PTM ke Buku Pencatatan oleh Petugas Pelaksana Posbindu PTM Tahapan layanan 1 Tahapan layanan 2 " Tahapan layanan 3 " Tahapan layanan 4 " Tahapan layanan 5 "

(22)

Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan posbindu PTM merupa-kan sumber data yang penting untuk pemantauan dan penilaian perkembangan kegiatan posbindu PTM.. Laporan hasil kegiatan bula-nan/ triwulan/ tahunan yang berisi laporan tingkat perkembangan Posbindu PTM, proporsi faktor risiko PTM, cakupan kegiatan Posbindu di tingkat Puskesmas, kab /kota, provinsi dan nasional.

Melalui kegiatan surveilans faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM, dilakukan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada peserta, penyelengara program maupun pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan posbindu PTM untuk dilakukan intervensi dalam rangka pengembangan kegiatan, pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM.

(23)

BAB V

PEMANTAUAN, PENILAIAN DAN PEMBINAAN

POSBINDU PTM

5.1 PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, apakah hasil kegiatan sudah sesuai dengan target yang diharapkan dan mengidentifikasi masalah dan hambatan yang dihadapi, serta menentukan alternatif pemecahan masalah,

Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek masukan, proses, keluaran atau output termasuk kontribusinya terhadap tujuan kegiatan. Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkemban¬gan kegiatan Posbindu PTM dalam penyelengga-raannya, sehingga dapat dilakukan pembinaan.

Pemantauan dilakukan dengan cara ::

a. Analisis laporan hasil kegiatan Posbindu PTM

b. Kunjungan Lapangan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM c. Sistim Informasi Manajemen PTM.

Pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM dilakukan sebagai berikut:

1. Pelaksana pemantauan dan penilaian adalah petugas Puskesmas. 2. Sasaran pemantauan dan penilaian adalah para petugas pelaksana Posbindu PTM.

3. Pemantauan kegiatan dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali dan penilaian indikator dilakukan setiap 1 tahun sekali.

4. Hasil pemantauan dan penilaian ini dipergunakan sebagai bahan penilaian kegiatan yang lalu dan sebagai bahan informasi besaran faktor risiko PTM di masyarakat serta tingkat perkembangan kinerja Kegiatan Posbindu PTM disamping untuk bahan menyusun perenca-naan pengendalian PTM pada tahun berikutnya.

5. Hasil pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM disosialisa-sikan kepada lintas program, lintas sektor terkait dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah upaya tindak lanjut.

(24)

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian hasil pelaksanaan Kegi- atan Posbindu PTM di masyarakat/ lembaga / institusi, Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Obyektif dan profesional

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara profesional berdasarkan analisis data yang lengkap dan akurat agar menghasil-kan penilaian secara obyektif dan masumenghasil-kan yang tepat terhadap pelaksanaan kebijakan pengendalian PTM.

2. Terbuka/Transparan

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara terbu-ka/transparan dan dilaporkan secara luas melalui berbagai media yang ada agar masyarakat dapat mengakses dengan mudah tentang informasi dan hasil kegiatan pemantauan dan penilaian Kegiatan Posbindu PTM.

3. Partisipatif

Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan penilaian dilakukan dengan melibatkan secara aktif dan interaktif para pelaku program PTM. 4. Akuntabel

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dapat dipertanggung-jawabkan secara internal maupun eksternal.

5. Tepat waktu

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dilakukan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

6. Berkesinambungan.

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara berkesinambungan agar dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi penyempurnaan kebijakan.

7. Berbasis indikator kinerja.

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan berdasarkan krite-ria kinerja, baik indikator masukan, proses, luaran, manfaat maupun dampak.

Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM harus dilakukan dengan membandingkan indikator yang telah ditetapkan sejak awal dan dibandingkan dengan hasil pencapaian-nya. Indikator tersebut terdiri dari;

(25)

Tingkat Perkembangan Posbindu PTM

Penilaian terhadap tingkat perkembangan Posbindu dilakukan sebagai bahan dasar perencanaan dan pengembangan kegiatan serta intervensi pembinaan dalam dukungan penguatan kapasitas Posbindu PTM terhadap upaya pengendalian faktor risiko PTM di masyarakat.

Beberapa tolak ukur hasil pengukuran dan tindak lanjut faktor risiko PTM yang menjadi indicator untuk perkembangan kegiatan Posbindu PTM yaitu merokok,konsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik, Konsumsi minuman beralkohol, IMT, lingkar perut, tekanan darah,gula darah, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan klinis payudara, IVA, pemerik-saan funsi paru (arus puncak ekspirasi), kadar alkohol dalam darah, tes amfetamine urin,

Untuk menilai hal tersebut dapat dilihat berdasarkan indikator cakupan kegiatan posbindu PTM dan indikator proporsi faktor risiko PTM.

Indikator Cakupan Kegiatan Posbindu PTM

Indikator ini untuk menilai cakupan kegiatan Posbindu PTM terha-dap masyarakat di tingkat desa/kelurahan.Cakupan tingkat posbindu adalah prosentase penduduk > 15 tahun yang diperiksa faktor risiko PTM di 1(satu) Posbindu PTM dibagi dengan jumlah penduduk berusia ≥ 15 tahun di satu desa / kelurahan.

Cakupan posbindu:

Ʃ pddk > 15 tahun yang diperiksa faktor risiko PTM di 1(satu) Posbindu PTM

_________________________________________________ x 100 % Ʃ jumlah penduduk berusia ≥ 15 tahun di satu desa / kelurahan

Dengan indikator tersebut, maka diketahui sejauh mana kegiatan Posbindu PTM pada suatu wilayah telah menjangkau masyarakat sehingga dengan demikian pengelola program PTM dapat melakukan pembinaan dan tindak lanjut terkait hal ini.

(26)

Indikator Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional

Indikator ini digunakan untuk menilai cakupan kegiatan Posbindu PTM pada tingkatan Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasi-onal berdasarkan prosentase masing-masing wilayah.

Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas, Kabupat-en/Kota, Propinsi dan Nasional adalah prosentase penduduk berusia lebih >15 tahun yang diperiksa faktor risiko disuatu wilayah (Puskesmas, kab/ kota, provinsi, nasional) dibagi jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah yang sama.

Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas, Kabupat-en/Kota, Propinsi dan Nasional:

penduduk berusia lebih >15 tahun yang diperiksa faktor risiko

disuatu wilayah (Puskesmas, kab/ kota, provinsi, nasional) _________________________________________________ x 100%

jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah yang sama

Hasil cakupan akan dikompilasi disetiap tingkatan mulai dari desa / kelurahan, puskemas, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional dengan 2 kategori yaitu merah jika melebihi nilai yang ditetapkan dan hijau bila kurang atau sama dengan nilai yang ditetapkan

Indikator Proporsi Faktor Risiko PTM pada Posbindu PTM .

Berdasarkan hasil pemeriksaan faktor risiko, maka dapat diketahui kondisi faktor risiko disuatu posbindu atau suatu wilayah yang merupa-kan rekapitulasi proporsi dari posbindu di wilayahnya. Proporsi faktor risiko ini untuk kewaspadaan masyarakat dan pengelola program PTM terhadap suatu faktor risiko di waktu tertentu dan prediksi atau proyeksi PTM di masa datang, serta intervensi yang diperlukan.

Proporsi Faktor Risiko PTM adalah prosentase hasil faktor risiko dari peserta Posbindu PTM yang diperiksa dibagi jumlah peserta setiap

(27)

Proporsi Faktor Risiko PTM: Ʃ positif faktor risiko PTM

____________________________________ x 100 % Ʃ peserta setiap kunjungan posbindu PTM

Hasil proporsi akan dikompilasi disetiap tingkatan mulai dari desa / kelurahan, puskemas, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional dengan 2 kategori yaitu merah jika melebihi nilai yang ditetapkan dan hijau bila kurang atau sama dengan nilai yang ditetapkan

5.2 PEMBINAAN

Pembinaan teknis ditujukan terhadap kelompok masyarakat yang aktif menyelenggarakan Posbindu PTM. Hasil penilaian terhadap mas-ing-masing indikator merupakan informasi yang digunakan untuk pem-binaan lebih lanjut.

Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, provinsi, dan nasional. Dukungan Pemer-intah pusat dan Daerah terhadap kegiatan posbindu PTM harus berjalan optimal untuk menjamin keberlangsungan penyelenggaraan Posbindu PTM di masyarakat, termasuk memotivasi dan memfasilitasi organisasi masyarakat/ profesi /swasta/ dunia usaha sesuai dengan kearifan lokal.

Adanya kegiatan Posbindu PTM di setiap Desa/Kelurahan, merupa-kan bagian integral dari kegiatan Desa / Kelurahan Siaga, yang mempu-nyai komponen akses pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan men-dorong upaya surveilans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Indikator Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional

Indikator ini digunakan untuk menilai cakupan kegiatan Posbindu PTM pada tingkatan Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasi-onal berdasarkan prosentase masing-masing wilayah.

Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas, Kabupat-en/Kota, Propinsi dan Nasional adalah prosentase penduduk berusia lebih >15 tahun yang diperiksa faktor risiko disuatu wilayah (Puskesmas, kab/ kota, provinsi, nasional) dibagi jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah yang sama.

Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas, Kabupat-en/Kota, Propinsi dan Nasional:

penduduk berusia lebih >15 tahun yang diperiksa faktor risiko

disuatu wilayah (Puskesmas, kab/ kota, provinsi, nasional) _________________________________________________ x 100%

jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah yang sama

Hasil cakupan akan dikompilasi disetiap tingkatan mulai dari desa / kelurahan, puskemas, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional dengan 2 kategori yaitu merah jika melebihi nilai yang ditetapkan dan hijau bila kurang atau sama dengan nilai yang ditetapkan

Indikator Proporsi Faktor Risiko PTM pada Posbindu PTM .

Berdasarkan hasil pemeriksaan faktor risiko, maka dapat diketahui kondisi faktor risiko disuatu posbindu atau suatu wilayah yang merupa-kan rekapitulasi proporsi dari posbindu di wilayahnya. Proporsi faktor risiko ini untuk kewaspadaan masyarakat dan pengelola program PTM terhadap suatu faktor risiko di waktu tertentu dan prediksi atau proyeksi PTM di masa datang, serta intervensi yang diperlukan.

Proporsi Faktor Risiko PTM adalah prosentase hasil faktor risiko dari peserta Posbindu PTM yang diperiksa dibagi jumlah peserta setiap kunjungan posbindu PTM.

(28)
(29)

BAB VI

PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM memerlukan peran lintas program seperti promosi kesehatan, gizi, kesehatan ibu anak, pelayanan kesehatan, surveilans, pelayanan kesehatan tradisional, Infeksi menular seksual, kesehatan kerja dan olahraga, kesehatan jiwa; lintas sektor seperti PKK, BKKBN, Bea cukai, Perhubungan, Pertamban-gan, Kehutanan, Pertanian, Perikanan dan pemangku kepentingan lainnya seperti pihak swasta, mulai di Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota sampai ke tingkat Desa dan masyarakat.

Adapun peran tersebut, seperti berikut. 6.1 PUSAT

1. Menyusun norma, standar, prosedur, modul, dan pedoman 2. Menyusun materi dan Media KIE Pengendalian PTM termasuk pendistribusiannya.

3. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik sebagai stimulan untuk mendukung kegiatan Posbindu PTM.

4. Melakukan sosialisasi dan advokasi baik kepada lintas program, lintas sektor dan pemegang kebijakan baik di Pusat dan Daerah dalam pengembangan Posbindu PTM.

5. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja dalam pengendalian PTM di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

6. Melakukan bimbingan teknis program pengendalian PTM. 7. Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan. 6.2 Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan (UPT)

UPT yaitu Kantor Kesehatan Pelabuhan, Balai Teknis Kesehatan Lingkungan, Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat,Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru, Balai Kesehatan Masyarat, Balai Besar Laboratori-um Kesehatan, Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradision-al, Balai Besar Litbang Vektor dan reservoir penyakit , Balai Besar Pela-tihan Kesehatan, melakukan:

1. Melakukan sosialisasi dan advokasi baik kepada lintas program, lintas sektor dan pemegang kebijakan di wilayah kerjanya.

2. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja. 3. Melakukan bimbingan teknis

(30)

6.3 DINAS KESEHATAN PROPINSI

1. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan di bidang PPTM

2. Mensosialisasikan pedoman umum dan pedoman teknis, modul, standar dan prosedur kegiatan Posbindu PTM

3. Melakukan sosialisasi dan advokasi kegiatan Posbindu PTM kepada Pemerintah Daerah, DPRD, lintas program, lintas sektor, dan swasta.

4. Memfasilitasi Kabupaten/Kota dalam mengembangkan du di wilayahnya.

5. Memfasilitasi pertemuan baik lintas program maupun lintas sektor.

6. Membangun dan memantapkan kemitraan dan jejaring kerja PTM secara berkesinambungan.

7. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik dan perbekalan dalam mendukung pengembangan Posbindu PTM bersumber dana APBD

5. Melaksanakan Melakukan pemantauan, penilaian dan naan.

6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan serta mengirimkan ke Pusat

6.4. DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

1. Mensosialisasikan pedoman umum dan teknis, modul, standar operasional prosedur dari Kegiatan Posbindu PTM.

2. Melakukan Advokasi kegiatan Posbindu PTM kepada Pemerin-tah Kabupaten/ Kota dan DPRD, lintas program, lintas sektor, swasta, dan masyarakat.

3. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan teknis ke Puskesmas dan jaringannya.

4. Menyelenggarakan pelatihan penyelenggaran Posbindu PTM bagi petugas puskesmas dan petugas pelaksana.

5. Memfasilitasi Puskesmas dan jaringannya dalam mengembang-kan Posbindu di wilayah kerjanya.

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi Kegiatan Posbindu PTM.

7. Mengelola surveilans epidemiologi faktor risiko PTM pada wilayah Kabupaten/Kota.

(31)

9. Melaksanakan Promosi pengendalian PTM melalui berbagai metode dan media penyuluhan kepada dan masyarakat/petu-gas pelaksana. Pedoman Umum Penyelenggaraan Kegiatan Posbindu PTM.

10. Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta forum ma-syarakat pemerhati PTM secara berkelanjutan.

11. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian PTM yang sesuai dengan kondisi daerah (lokal area specific) melalui kegiatan Kegiatan Posbindu PTM.

12. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan serta mengirimkan ke Provinsi.

13. Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan. 6.5. PUSKESMAS

1. Melakukan penilaian kebutuhan dan sumber daya masyarakat, termasuk identifikasi kelompok potensial di masyarakat untuk menyelenggarakan Posbindu PTM, misalnya swasta/dunia usaha, PKK/dasa wisma, LSM, organisasi profesi, serta lemba-ga pendidikan misalnya Sekolah, Perguruan Tinggi.

2. Melakukan sosialisasi dan advokasi tentang Posbindu PTM, yang meliputi informasi tentang PTM dan dampaknya, bagaima-na pengendalian dan manfaatnya bagi masyarakat, kepada pimpinan wilayah, pimpinan organisasi, kepala/ketua kelompok dan para tokoh masyarakat yang berpengaruh.

3. Mempersiapkan sarana dan tenaga di Puskesmas dalam rima rujukan dari Posbindu PTM.

4. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana termasuk logis-tik dan perbekalan lainnya untuk menunjang kegiatan posbindu PTM.

5. Menyelenggarakan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM. 6. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi teknis kepada gas pelaksana Posbindu PTM.

7. Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan. 6.6. KELOMPOK / ORGANISASI / LEMBAGA MASYARAKAT / SWASTA

(32)

2. Mendorong secara aktif anggota kelompoknya untuk kan gaya hidup sehat dan mawas diri terhadap faktor risiko PTM. 3. Memfasilitasi pembentukan, pembinaan dan pemantapan jejaring kerja pengendalian PTM secara berkesinambungan. 4. Mendukung implementasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengendalian PTM.

5. Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan Posbindu PTM.

6. Berpartisipasi mengembangkan rujukan dari Posbindu PTM ke Puskesmas.

7. Berkontribusi mengembangkan Posbindu PTM melalui dana CSR

(33)

BAB VII

PENUTUP

Salah satu strategi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan pemberdayaan dan peran serta aktif dari masyarakat. Dengan memban-gun kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap ancaman PTM, maka peningkatan kasus PTM di masyarakat pada masa mendatang dapat dikendalikan sehingga beban pembiayaan kesehatan yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara dapat dihindari.

Peran pimpinan masyarakat/kelompok/organisasi/institusi serta petugas pelaksana Posbindu PTM dalam pengendalian PTM di mas-yarakat menjadi sangat penting. Di samping itu, efektifitas dan optimal-isasi penyelenggaraan Posbindu PTM memerlukan dukungan, fasilitasi, dan pembinaan berkesinambungan.

(34)

TIM PENYUSUN

Pengarah:

Direktur Pengendalian PTM

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Rl

Tim Penyusun:

Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes Titi Sari Renowati, SKM, MScPH

dr. Prima Yosephine, MKM dr. Niken Wastu Palupi, MKM dr. Lily Banonah Rivai, M.Epid Rita Djupuri, BSc, DCN, M.Epid

dr. Aries Hamzah dr.Sylviana Andinisari, M.Sc dr. Sedya Dwisangka dr. Esti Widiastuti, M.ScPH dr. Chita Septiawati, MKM dr. Hj. Farina Andayani, M.Sc dr. Tiara Pakasi,M Setyadi, ST, MKes dr. Sorta, M.Sc Lili Lusiana, SKM dr. Rainy Fathiyah dr. Prihandriyo Sri Hijranti

dr.Tristiyenny P, M.Kes Rindu Rachmiati, SKM

Punto Dewo, M.Kes Kontributor:

Dr. Nunik Kusumawardhani, SKM, M.Sc.PH Editor:

Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes dr. Ernanti Wahyurini, M.Sc,

(35)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bloom, D.E, Cafiero, E.T, Jane-Llopis, E., Abrahams-Geseel, S., Bloom, L.R., Fathima, S., Freighl, A.B., Gaziano, T., Mowafi, M., Pandya, A., Prether, K., Rosenberg, L., Seligman, B., Stein, A.Z., & Weinstein, C, 2011. The Global Economic Burden of Noncommuni-cable Diseases. Geneve: World Economic Forum,.

2. Kementerian Dalam Negeri Rl, 2007. Pedoman Penataan Kelem-bagaan Masyarakat. Jakarta.

3. Kementerian Kesehatan Rl, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Jakarta

4. Kementerian Kesehatan Rl, 2010. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta.

5. Kementerian Kesehatan Rl, Pusat Promosi Kesehatan, 2011. Buku Paket Pelatihan Petugas pelaksana Kesehatan dan Tokoh Mas-yarakat dalam Pengembangan Desa Siaga (Untuk Petugas pelaksa-na). Jakarta.

6. Kementerian Kesehatan Rl, Pusat Promosi Kesehatan, 2011. Pan-duan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tang-ga.Jakarta.

7. Kementerian Kesehatan Rl, Pusat Promosi Kesehatan, 2011. Ren-cana Operasional Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian PTM Tahun 2010-2014. Jakarta.

8. Kementerian Kesehatan Rl, 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta.

9. Kementerian Kesehatan Rl, 2011. Revitalisasi Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

10. Perkeni, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

11. Rahajeng, Ekowati, 2007. Kegiatan Posbindu PTM. Jakarta.

12. WHO, 2003. The Protocol For The WHO Study on The Effectiveness of Community Based Programmes For NCD Prevention and Control (COMPASS). Geneve, Switzerland: WHO.

13. WHO, 2011 Global Status Report on Non Communicable Diseases 2010. Geneve, Switzerland: WHO.

14. WHO, 2013. Global Status Report on Road Safety 2013. Geneve, Switzerland: WHO.

15. WHO, 2013. Mental Health Action Plan 2013-2020. Geneve, Switzerland: WHO.

(36)

Gambar

Gambar 1. FAKTOR RISIKO PTM
Gambar 2. HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN PTM  Merokok   Diet Tidak  Seimbang   Kurang  Aktifitas Fisik   Konsumsi  Alkohol   Penyakit Kardiovaskuler  Kanker  Diabetes

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian adalah: (1) profil wajib belajar 9 tahun dapat terlihat dari sisi kependudukan, pembangunan pendidikan, data pokok, pemerataan, mutu, efisiensi,

1) Word of Mouth adalah suatu informasi yang tidak dipengaruhi atau independen dan terpercaya (ketika informasi itu didapatkan dari seorang teman atau keluarga akan terpercaya

maka bagai usaha ke arahnya hendaklah terus dijalankan. Antara lain, kerajaan.. mewujudkan banyak dasar bertujuan menerapkan nilai-nilai bagi mengekalkan perpaduan kaum.

Suku bangsa Bali memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi, sehingga Bali tidak hanya dikenal memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi, sehingga

Terdapat empat makna hasil penelitian yaitu pengalaman kehidupan penderita TB paru terindikasi buruk, makna hidup penderita TB paru adalah penderitaan, hambatan kehidupan yang

II Provinsi Sumatera Utara..

Bahwa sambil menunggu proses tahapan pembayaran, proses balik nama atau pembuatan kuasa atas tanah yang diajukan PIHAK KEDUA, dengan tanpa mengurangi ketentuan

Tinjauan mutu ini dilakukan untuk melihat peningkatan kesesuaian sistem manajemen mutu C&B setelah dilakukan perancangan dengan persyaratan yang ada dalam dokumen ISO