• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intoksikasi IMELS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Intoksikasi IMELS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

INTOKSIKASI DENGAN ANCAMAN

HIDUP

Departemen Penyakit Dalam

FKUI‐RSCM

(2)

Definisi

Definisi

I

k ik i

k

d l h k d

kli i

Intoksikasi atau keracunan adalah keadaan klinis

yang terjadi akibat pajanan bahan kimia asing

(xenobiotic)

(3)

Etiologi

Etiologi

ƒ

Self poisoning

K

l k

ƒ

Kecelakaan

ƒ

Percobaan bunuh diri

(4)

Etiologi

(2)

Etiologi

(2)

ƒ

T oxidrome:

à

Sindrom kolinergik Æ pasien lebih “basah”.

‚

Organofosfat dan karbamat.

à

Sindrom antikolinergik Æ delirium akut picking

Sindrom antikolinergik Æ delirium akut, picking

movement, takikardia, mulut kering, wajah kemerahan,

pupil midriasis.

à

Sindrom simpatomimetik Æ overdosis akut/penggunaan

à

Sindrom simpatomimetik Æ overdosis akut/penggunaan

kronik kokain, amfetamin, dekongestan.

à

Sindrom opioid/hipnotik‐sedatif/etanol Æ gangguan

i d

i

f

sensoris, depresi nafas

à

Sindrom serotonin Æ interaksi obat seperti SSRI, SRI,

MAOI, agen simpatomimetik, antidepresan, meperidin,

, g

p

,

p

,

p

,

(5)

Toxidrome dan Penyebab Potensial Intoksikasi

Toxidrome

Tanda dan Gejala

Mekanisme Kerja

Penyebab Potensial

Kolinergik

Diare, produksi urin ↑, miosis,

bradikardia, bronkorea,

bronkospasme, muntah, lakrimasi,

Overstimulasi reseptor kolinergik

oleh asetilkolin akibat inhibisi

asetilkolinestrase

Organofosfat, karbamat

bronkospasme, muntah, lakrimasi,

salivasi

asetilkolinestrase

Antikolinergik

Kulit kering dan kemerahan,

hipertermia, retensi urin, kesadaran

Inhibisi kompetitif dengan

reseptor asetilkolinestrase

Antikolinergik atau antihistamin,

antidepresan trisiklik,

disopyramide

Hipnotik‐sedatif

Koma, hipotermia, sinus bradikardi,

Peningkatan tonus inhibisi SSP

Hipnotik sedatif, alkohol, agen

bradipnea, hiporefleks, hipotensi atau

TD normal

atau perubahan homeostasis

glukosa

hipoglikemik

Opioid

Koma, miosis, hiporefleks, hipotermia,

bising usus menurun, bradikardi,

bradipnea, hipotensi atau TD normal

Overstimulasi reseptor opioid

Opioid, agen yang dapat

menstimulasi reseptor opioid

Simpatomimetik

Hipertensi, hipertermia, takipnea,

takikardia, agitasi, confusion, perilaku

agresif

Gangguan produksi, pelepasan,

atau fungsi neurotransmiter

Stimulan, MAOI, antipsikotik , SRI

Withdrawal

hipnotik‐sedatif

Hipertermia, takipnea, takikardia,

agitasi, confusion; kejang, tremor,

Perubahan produksi, pelepasan,

dan fungsi neurotransmiter akibat

Etanol, hipnotik sedatif, gama

hidroksibutirat

p ot sedat

ag tas , co fus o ; eja g, t e o ,

hipertensi

da

u gs eu ot a s

te a bat

penghentian penggunaan obat

secara tiba‐tiba

d o s but at

Withdrawal

opioid

Piloereksi, muntah, rinorea, diare;

takikardia atau takipnea

Perubahan produksi, pelepasan,

dan fungsi neurotransmiter akibat

penghentian penggunaan obat

Opioid

(6)

Kelainan Tanda Vital Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab Potensial Intoksikasi

Kelainan Mekanisme Penyebab potensial

Hipertermia Gangguan produksi, pelepasan, atau fungsi Golongan stimulan, antipsikotik, SRI, withdrawal alkohol, antikolinergik Hipertermia

neurotransmiter

Inhibitor fosforilasi oksidatif Dinitrofenol, salisilat Akibat hormon Pengganti hormon tiroid

Hipotermia Metabolisme melambat Alkohol, hipnotik‐sedatif, opioid Gangguan homeostasis glukosa Insulin, sulfonilurea

G d k i l f i S i l i ik ik SRI i d i hd l b ik li ik Sinus

takikardia

Gangguan produksi, pelepasan, atau fungsi neurotransmiter

Stimulan, antipsikotik, SRI, sindrom withdrawal, obat antikolinergik, agen kolinergik (organofosfat)

Akibat hipovolemia Diuretik

Akibat distres pernafasan Gas iritan atau penyebab asfiksia, penyebab Hb abnormal (nitrat) Racun metabolik Sianida, natrium monofluorasetat, H2S

Metabolisme melambat Opioid hipnotik sedatif organofosfat baklofen antagonis β adrenergik Sinus

bradikardia

Metabolisme melambat Opioid, hipnotik‐sedatif, organofosfat, baklofen, antagonis β‐adrenergik Gangguan voltage‐gated ion channel di miokardium Calcium‐channel blockers, digoksin, glikosida kardioaktif lainnya

Agen penyebab hipoglikemik Sulfonilurea, insulin

Takipnea Racun metabolik Sianida, natrium monofluorasetat, hidrogen sulfida Gangguan produksi, pelepasan, atau fungsi

neurotransmiter

Stimulan, antipsikotik, SRI, sindrom withdrawal, obat antikolinergik, agen kolinergik

neurotransmiter kolinergik

Agen hematotoksik Penyebab Hb abnormal, karbonmonoksida, nitrit, dapson, dsb Gangguan fosforilasi oksidatif Dinitrofenol, salisilat

Menyebabkan asidosis metabolik Alkohol dan racun metabolik Gas iritan dan penyebab asfiksisa Klorin dan gas lainnya Kerusakan sistem pernafasan secara selektif Paraquat

Bradipnea Gangguan produksi, pelepasan, atau fungsi neurotransmiter

GABA, opioid, hipnotik‐sedatif, agen kolinergik

Gangguan homeostasis glukosa Insulin, sulfonilurea Hipertensi Gangguan produksi, pelepasan, atau fungsi

neurotransmiter

Golongan stimulan, antipsikotik, SRI, sindrom withdrawal, antikolinergik, kolinergik

Hipotensi Metabolisme melambat Opioid, hipnotik‐sedatif, organofosfat, baklofen, antagonis β‐adrenergik Hipotensi Metabolisme melambat Opioid, hipnotik sedatif, organofosfat, baklofen, antagonis β adrenergik

Gangguan voltage‐gated ion channel di miokardium Agen antidisritmia, digoksin, glikosida kardioaktif lainnya Hipovolemia dan hipovolemia relatif Diuretik, vasodilator perifer

(7)

Tatalaksana

Tatalaksana

Stabilisasi Awal

ƒ

Jaga patensi jalan nafas , ventilasi adekuat, cegah aspirasi

Jaga patensi jalan nafas , ventilasi adekuat, cegah aspirasi

à

Oksigen

à

Jika tidak terdapat gag reflex Æ intubasi, suction

Jik

i

l t

i t t

i

ih t d

t

fl

b i

k

à

Jika pasien letargi tetapi masih terdapat gag reflex, baringkan

pasien dalam posisi lateral dekubitus dengan kedudukan kepala

dan badan lebih tinggi daripada tungkai bawah

S k l

ƒ

Sirkulasi:

à

Pasang jalur IV: jarum ukuran besar atau CVP

à

Tatalaksana syok:

y

cairan kristaloid 20‐30 mL/kgBB; dopamine 5‐15 µg/kgBB/jam

à

DPL, elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal

à

AGD pH

(8)

Tatalaksana

(2)

Tatalaksana

(2)

Stabilisasi Awal

ƒ

Tatalaksana koma:

Tatalaksana koma:

à

50 mL glukosa 50% IV dalam 3‐4 menit

à

Nalokson 0,2‐0,4 mg IV; dapat ditambah 1‐2 mg tiap 2‐3 menit

hingga dosis total 10‐20 mg.

à

Thiamine 100 mg IM jika suspek intoksikasi alkohol/malnutrisi

ƒ

Tatalaksana kejang:

à

Diazepam 0,1–0,2 mg/kg IV selama 1–2 menit;

jika tetap kejang Æ fenitoin 15–20 mg/kg dengan kecepatan

tidak lebih dari 100–150 mg/menit.

à

Koreksi asidosis, hipoksemia, gangguan elektrolit, hipertermia.

EKG

ƒ

EKG

(9)

Tatalaksana Lanjut

1

Pencegahan absorpsi

1.

Pencegahan absorpsi

ƒ

Dekontaminasi kulit: bersihkan kulit dengan sabun dan air, lepaskan pakaian

yang terkontaminasi

ƒ

Dekontaminasi mata: irigasi dengan NaCl 0.9% atau air bersih

g

g

9

ƒ

Dekontaminasi saluran cerna: rangsang muntah (tidak dianjurkan lagi),

pengosongan/bilas lambung, irigasi usus, karbon aktif dan katartik.

ƒ

Lavase/kumbah lambung:

Ef k if jik dil k k

j

l

à

Efektif jika dilakukan 1 jam pasca tertelannya racun

à

French tube No. 36‐40, lavase dengan 200‐300 mL cairan fisiologis hangat atau

air matang pada suhu tubuh

à

Kontraindikasi : jalan nafas tidak terproteksi, ingesti nontoksik, tertelan material

korosif

korosif

ƒ

Irigasi usus

à

Membuang obat/racun yang tidak diserap

à

Indikasi pada keracunan obat‐obatan lepas lambat , logam berat, “body packers”.

à

Irigasi: 1,5‐2 L/jam larutan polietilenglikol melalui NGT

à

Kontraindikasi: gangguan proteksi jalan nafas, gangguan usus, hemodinamik

tidak stabil, BU menghilang, muntah‐muntah hebat.

(10)

Tatalaksana Lanjut

(2)

2 Peningkatan eliminasi

2. Peningkatan eliminasi

ƒ

Diuresis paksa dan pengaturan pH urin

ƒ

Karbon aktif dosis multipel:

à

Paling efektif dalam 1 jam pasca keracunan

à

Paling efektif dalam 1 jam pasca keracunan

à

Tidak dapat mengikat alkohol, material korosif, dan logam berat

à

Dosis awal 1 g/kgBB karbon aktif, selanjutnya 0,5 mg/kgBB setiap 3‐4

jam hingga total 3 dosis tambahan

à

Diberikan jika racun tertelan dalam jumlah besar, obat‐obatan lepas

lambat, obat‐obatan yang mengalami siklus enteroenterik atau

enterohepatik, terbentuk bezoar dalam lambung

à

Kontraindikasi : gangguan jalan nafas, ileus (kontraindikasi relatif)

o t a d as ga ggua ja a

a as, eus ( o t a d as e at )

3. Pengeluaran toksin ektrakorporal

ƒ

Hemodialisis

ƒ

Hemoperfusi

Hemoperfusi

4. Antidotum

(11)

Antidotum

Toksin

Antidotum

Dosis

A t

i

f

N

til i t i

140

/k k

di

70

/k

ti

4 j

IV

Asetaminofen

N‐asetil sistein

140 mg/kg, kemudian 70 mg/kg setiap 4 jam; IV

Antikolinergik

Fisostigmin

1–2 mg IV pada dewasa, diberikan selama 2 menit

Antikolinesterase,

organofosfat

Atropin

1–2 mg IV pada dewasa. Titrasi

Benzodiazpin

p

Flumazenil

0,2 mg, kemudian 0,3 mg, kemudian 0,5 mg, hingga 5 mg

,

g,

,

g,

,

g,

gg

g

Besi (Fe)

Deferoksamin

mesilat (desferral)

15 mg/kg/jam IV

Digoksin

Antibodi spesifik

digoksin

10–20 vial jika pasien mengalami fibrilasi ventrikel.

Isoniazid

Piridoksin

5 g pada dewasa.

Karbon monoksida

Oksigen

Logam berat

(arsenik, timbal,

air raksa)

Dimerkapol (BAL)

3–5 mg/kg IM

Penisilamin

20–40 mg/kg/hari; 3 x 500 mg pada dewasa

air raksa)

Timbal

EDTA

Drip 75 mg/kg/hari

Metanol

Etanol

Loading dose 10 ml/kg larutan 10%; maintenance dose 0.15 ml/kg/jam

Fomepizol 15

mg/kg

setiap 12

jam

Methemoglobine

Methylene blue

1–2 mg/kg IV, dosis awal 10 ml larutan 10% (100 mg)

Methemoglobine

mia

Methylene blue

1 2 mg/kg IV, dosis awal 10 ml larutan 10% (100 mg)

Obat hipoglikemia

Dekstrose,

glukagon, okreotid

Opioid

Nalokson

2 mg (<2 mg untuk menghindari withdrawal narkotik; >2 mg jika respon

id k d k

)

tidak adekuat);

Sianida

Natrium nitrit

10 ml larutan 3% (300 mg; 1 ampul) pada dewasa, IV lambat

Natrium tiosulfat

50 ml larutan 25% (12.5 g; 1 ampul) pada dewasa, IV

(12)

Tatalaksana

Tatalaksana

Indikasi rawat ICU:

Indikasi rawat ICU:

ƒ

Depresi napas (PaCO

2

>45 mmHg)

ƒ

Intubasi endotrakeal

ƒ

Kejang

ƒ

Aritmia (Blok AV derajat II atau III)

ƒ

TD sistolik <80 mmHg

ƒ

Tidak berespon terhadap rangsang suara

GCS

ƒ

GCS <12

ƒ

Perlu hemodialisis, hemoperfusi, atau ECMO

ƒ

Asidosis metabolik yang memberat

ƒ

Edema paru akibat toksin (inhalan) atau obat

ƒ

Edema paru akibat toksin (inhalan) atau obat

ƒ

Hipotermia atau hipertermia

ƒ

Overdosis trisiklik atau fenotiazin hingga manifestasi gejala antikolinergik,

kelainan neurologis, interval QRS >0.12 detik, atau interval QT >0.5 detik

(13)

Tidak Ya

Pasien kesulitan bernafas?

Algoritme Panduan Tatalaksana Pasien dengan Intoksikasi

Ya

Kontrol jalan nafas, ventilasi, dan oksigenasi sambil

dilakukan stabilisasi servikal Periksa saturasi oksigen dengan pulse oxymetry; stabilisasi servikal

Periksa tanda vital. Apakah terdapat tanda-tanda yang mengancam nyawa?

Tidak

Monitor jantung; EKG 12 lead

Periksa saturasi oksigen dengan pulse oxymetry dan AGD. Berikan oksigen • Jalur IV

Periksa gula darah bedside, elektrolit

Pertimbangkan terapi empiris:g p p •Dekstrose hipertonik

•Thiamine •Nalokson

Tatalaksana kejang, disritmia jantung, agitasi

Anamnesis, PF singkat

Ya

Tidak

j g, j g, g

psikomotor, atau gangguan elektrolit berat Sindrom intoksikasi dapat teridentifikasi Tatalaksana sindrom intoksikasi

Anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh

P ik DPL l kt lit l k AGD l i l i i i dik i Periksa DPL, elektrolit, glukosa, AGD, lain-lain sesuai indikasi

Pertimbangkan kumbah lambung

Pertimbangkan pencegahan absorpsi racun: • Activated charcoal

• Whole-bowel irrigation

Evaluasi eliminasi racun:

Multiple dose activated charcoal

• Alkalinisasi urin

• Eliminasi obat obatan ekstrakorporeal • Eliminasi obat-obatan ekstrakorporeal Evaluasi perlunya ICU, penilaian status psikiatri

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Kebakaran hutan juga disebabkan ulah manusia yang melakukan aktivitas seperti pembukaan lahan dengan membakar hutan pada akhirnya terjadi polusi udara akibat kabut asap

keselamatan Allah bagi manusia yang suci adanya.” Pernyataan tegas dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK), Kanon 1086 menyatakan bahwa: “Perkawinan antara dua orang, yang

Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari

Menurut Shalahuddin al-Ayubi yang dimaksud dengan syariat adalah amalan zahir yang dilakukan melalui anggota tubuh atau melalui harta yang dimiliki seperti membantu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara keseluruhan, rata-rata keterampilan berpikir kritis mahasiswa menunjukkan kriteria belum nampak atau masih

Dalam penelitian ini, intervensi sikap kerja dengan pemberian makanan ringan disela-sela jam kerja dapat menurunkan kelelahan kerja karena pemberian makanan

Perilaku merupakan seluruh aktivitas atau kegiatan yang bisa dilihat ataupun tidak pada diri seseorang sebagai hasil dari proses pembelajaran (Dermawan, 2008).. Dalam teori

Pengujian sistem pertama dilakukan untuk mengetahui metode kontrol PID sudah berjalan sesuai dengan yang diingkan atau belum dengan pengaturan pada parameter