PENENTUAN KOMPOS MATANG BERDASARKAN VARIABEL KADAR AIR, UKURAN BAHAN
DAN METODE PENGOMPOSAN MENGGUNAKAN SKORING PARAMETER
DETERMINATION OF MATURE COMPOST BASED ON VARIABLES OF WATER CONTENT,
MATERIAL SIZE AND COMPOSTING METHODS USING PARAMETER SCORING
Dian Asri Puspa Ratna, Ganjar Samudro dan Sri Sumiyati
Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro JL. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia, 50275
Email : [email protected]
ABSTRACT
Maturity compost is the level of completeness of composting which C-Organic, N-Total, P-Total, K-Total and fitotoxin compound has been stable. The use of immature compost affect negative effects for plants, and damaging crops. This study aims to determine mature compost based on variability of moisture content, material size and composting methods using parameter compost scoring. This study was conducted on field laboratory scale for 30 days and composting process was implemented using the takakura, composting tub and open windrow methods. This study was using dried leaves. Various moisture contents used in this study were 40%, 50%, and 60%. The material size has variety from 1 cm, 1,5 cm, and 2 cm. Molasses is fermented before it is used as a compost activator. The analysis of the mature compost quality such as water content, C-organic, N-Total, C/N ratio, P-Total, K-Total based on SNI 19-7030-2004. Germination index (GI) was performed to determine compost toxicity. Scoring parameters of mature compost conducted after characteristics compost has been test. Based on the results of scoring all variations compost, mature compost of takakura method at K1-60, composting tub method at K2-50 and open windrow method at K1-60.
Keywords: Organic Waste, Water Content, Size Materials, Composting Methode, Mature Compost ABSTRAK
Kematangan kompos adalah tingkat kesempurnaan proses pengomposan dimana C-Organik, N-Total, P-Total, K-Total dan senyawa fitotoksinnya stabil. Penggunaan kompos yang belum matang dapat mengakibatkan efek negatif bagi tanaman, karena dapat memperlambat pertumbuhan dan merusak tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kompos matang menggunakan skoring parameter kompos matang berdasarkan variabel kadar air, ukuran bahan dan metode pengomposan. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium lapangan selama 30 hari dan proses pengomposan dilakukan dengan metode Takakura, Composing Tub dan Open Windrow. Bahan baku yang digunakan pada penelitian yaitu sampah daun kering. Variasi kadar air yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40%, 50%, dan 60%. Variasi ukuran bahan yang digunakan adalah 1 cm, 1,5 cm, 2 cm. Mol tetes tebu difermentasi sebelum digunakan sebagai aktivator kompos. Setelah 30 hari pengomposan, seluruh variasi kompos dianalisis karakteristik akhirnya meliputi C-organik, N-Total, Rasio C/N, P-Total dan K-Total berdasarkan standar SNI 19-7030-2004. Germination Index (GI) dilakukan untuk mengetahui toksisitas kompos. Skoring parameter kompos matang dilakukan setelah pengujian karakteristik kompos. Berdasarkan hasil skoring seluruh variasi kompos, maka didapat hasil kompos matang pada metode Takakura pada variasi K1-60, metode Composting tub pada variasi K2-50 dan metode Open Windrow pada variasi K1-60.
Kata Kunci : Sampah Organik, Kadar Air, Ukuran Bahan, Metode Pengomposan, Kompos Matang
1. PENDAHULUAN
Daun kering adalah sampah organik yang paling banyak dihasilkan dibandingkan sampah lain pada kegiatan perkuliahan. Selama ini sampah dikelola dengan konsep umum seperti, open dumping, dibakar dan sanitary landfill (Zubair, 2011). Salah satu metode yang efektif untuk menghindari potensi masalah yang disebabkan oleh timbunan sampah organik yaitu dengan proses kompos. Jika kompos yang digunakan belum matang akan memperlambat pertumbuhan dan merusak tanaman sehingga kompos yang digunakan sudah harus kompos matang. Penelitian ini terfokuskan pada penentuan kompos matang dengan skoring dari parameter kompos matang berdasarkan SNI-19-7030-2004. Kompos matang adalah kompos yang telah hilang senyawa fitotoksinnya selama proses pengomposan. Kematangan adalah tingkat kesempurnaan proses pengomposan. Pada kompos yang telah matang, bahan organik mentah telah terdekomposisi membentuk produk yang stabil (CCQC, 2001). Kematangan kompos dapat dianalisis dengan pemantauan parameter temperatur, pH, tekstur dan warna serta bau. Kematangan kompos juga dapat diketahui melalui pengujian toksisitas dengan indeks perkecambahan (Selim dkk, 2012). Penentuan kematangan dengan uji indeks perkecambahan didasarkan pada nilai GI (Germination Index) yang dihasilkan. Semakin besar nilai GI merupakan indikasi penurunan fitotoksisitas dan dengan demikian produk/kompos jadi lebih matang (Zucconi dan De Bertoldi, 1987). Penggunaan kompos yang tidak stabil atau belum matang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang lambat dan merusak tanaman dengan persaingan untuk mendapatkan oksigen atau menyebabkan fitotoksisitas pada tanaman karena biodegradasi yang tidak cukup pada bahan organik (Wu, et al., 2000). Kompos yang belum matang mungkin mengandung atau menghasilkan jumlah gas amonia yang tinggi, asam organik tertentu atau senyawa lain yang larut dalam air sehingga dapat membatasi perkecambahan biji dan perkembangan akar (CCQC, 2001). Standar kualitas kompos matang menurut SNI 19-7030-2004 yaitu rasio C/N antara 10 – 20, temperatur sesuai dengan temperatur air tanah, berwarna kehitaman, tekstur seperti tanah, serta berbau tanah. Skoring dilakukan berdasarkan ranking, skor yang maksimum diberikan kepada variasi yang memiliki nilai terbaik dan skor minimum diberikan kepada variasi yang tidak baik (Raharjo, dkk, 2016).
2. METODE
Sebelum dilakukan proses pengomposan, terlebih dahulu dilakukan pembuatan MOL tetes tebu, berikut cara pembuatan MOL :
1. Mempersiapkan bahan berupa tetes tebu (molase) 150 ml, bioaktivator EM4 150 ml, air kelapa 1500 ml, dan air tajin 3000 ml.
2. Mencampurkan bahan-bahan tersebut kemudian diaduk hingga merata.
3. Memasukkan bahan yang telah tercampur ke dalam botol kemudian ditutup rapat dan difermentasi selama 7 hari. MOL yang sudah matang ditandai dengan bau alkohol yang tajam. Setelah mol tetes tebu matang, maka dilakukan penelitian pendahuluan dan penelitian utama dan skoring untuk kompos matang sebagai berikut :
a. Penelitian Pendahuluan, bahan kompos berupa sampah daun kering dan mol tetes tebu diidentifikasi karakteristiknya di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro meliputi kandungan C-Organik, N-Total, P-N-Total, K-N-Total, kadar air dan pH
b. Penelitian Utama (Uji ph, kadar air dan suhu per hari serta Uji kematangan kompos). Pengomposan dilakukan selama 30 hari menggunakan metode takakura, composting tub dan open windrow. Bahan kompos berupa sampah daun kering dicacah menjadi ukuran 1cm, 1,5cm dan 2cm, sedangkan kadar air divariasikan menjadi 40%, 50%, dan 60%.
c. Skoring Parameter Kompos Matang
Setelah pengomposan selesai, maka kompos diuji karakteristiknya di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro. Identifikasi karakteristik kompos akhir meliputi kandungan C-Organik, N-Total, P-Total, K-Total, rasio C/N, uji toksisitas kompos berdasarkan SNI-19-7030-2004. Setelah uji karakteristik kompos selesai maka dilakukan skoring untuk menentukan kematangan kompos dengan variabel kadar air, ukuran bahan dan metode. Sistem skoring ini memberikan nilai kepada masing-masing variasi penelitian berdasarkan parameternya. Sistem skoring ini memiliki tiga kriteria. Skoring dilakukan berdasarkan ranking, skor yang maksimum diberikan kepada variasi yang memiliki nilai terbaik dan skor minimum diberikan kepada variasi yang tidak baik (Raharjo, dkk, 2016).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Analisis Pendahuluan
Tabel 1. Hasil Uji Pendahuluan Bahan Kompos
Parameter Sampah Daun Mol Tetes Tebu Kondisi Awal Ideal Pengomposan
Kadar Air 6,09 % - 40 – 65 % (Rynk, 1992) pH 5,98 6,28 5,5 – 9,0 (Rynk, 1992) C-Organik 42,140 % 6,573 % - N-Total 0,790 % 0,071 % - P-Total 0,013 % 0,0167 % - K-Total 0,115 % - - Rasio C/N 53,316 % 92,90 % 40-80% (Dalzell, et al 1987)
Hasil uji pendahuluan menunjukkan kadar air bahan sampah daun kering adalah 6,09 %, menurut Rynk (1992) kadar air ideal untuk pengomposan adalah 40-65%. Nilai pH sampah daun kering adalah 5,98, sedangkan nilai pH mol tetes tebu adalah 6,28, nilai pH tersebut sudah memenuhi standar nilai pH untuk pengomposan menurut Rynk (1992) yaitu 5,50–
9,00. Nilai C-organik sampah daun kering berdasarkan hasil uji pendahuluan adalah 42,140% dan nilai C-organik mol tetes tebu 6,573%. Nilai N-Total sampah daun kering berdasarkan hasil uji pendahuluan adalah 0,790 % dan nilai N-Total mol tetes tebu 0,071%. P-total sampah daun kering yang didapat dari uji pendahuluan sebesar 0,013% sedangkan P-total mol tetes tebu 0,0167% dan untuk K-total sampah yang didapat dari uji pendahuluan sebesar 0,115%. Rasio C/N dari sampah daun kering sebesar 53,316% dan rasio C/N mol tetes tebu 92,90%, sedangkan nilai rasio C/N kondisi awal pengomposan menurut Dalzell, et al (1987) berkisar 40-80%.
3.2 Hasil Pengomposan
3.2.1 Analisis Karakteristik akhir pengomposan
Seluruh variasi kompos dianalisis karakteristiknya. Berikut hasil akhir pengomposan dari ketiga variasi metode pengomposan dapat dilihat pada tabel 2,3 dan 4 :
Tabel 2. Hasil Akhir Pengomposan Metode Takakura
Kompos Suhu (̊C) pH C (%) N-Total (%) Rasio C/N (%) P(%) K(%) GI (%) Warna
K1-40 29 7,4 29,432 1,626 18,101 0,115 1,219 98,1 Coklat K1.5-40 30 7,5 20,977 1,125 18,646 0,105 1,012 98,1 Coklat K2-40 29 7,4 24,371 1,362 17,894 0,117 1,24 86,32 Coklat K1-50 30 7,4 24,867 1,582 15,719 0,139 1,349 97,7 Coklat K1.5-50 28 7,5 28,142 1,604 17,545 0,113 1,169 86,34 Coklat Kehitaman
K2-50 28 7,4 26,804 1,600 16,753 0,119 2,409 86,17 Coklat Kehitaman K1-60 30 7,4 29,773 1,801 16,531 0,112 2,536 109,6 Kehitaman K1.5-60 28 7,4 29,287 1,924 15,222 0,124 1,425 113,82 Kehitaman K2-60 30 7,5 29,95 1,731 17,302 0,100 1,909 86,17 Kehitaman
Tabel 3. Hasil Akhir Pengomposan Metode Composter Tub
Kompos Suhu (̊C) pH C (%) N-Total (%) Rasio C/N (%) P(%) K(%) GI (%) Warna
K1-40 27 7,3 30.309 2.216 13.680 0,123 1.316 102,34 Coklat K1.5-40 27,5 7,2 31.361 1.230 19.836 0,133 0,875 117,97 Coklat K2-40 27,5 7,3 29.184 1.503 19.412 0,102 1.002 99,22 Coklat K1-50 27,5 7,2 31,883 1.908 16.714 0,162 1.276 104,69 Coklat K1.5-50 27 7,3 29.068 1.491 19.940 0,194 1.116 85,94 Coklat Kehitaman K2-50 27,5 7,2 28.087 1.915 14.668 0,175 1.943 105,47 Coklat Kehitaman K1-60 27,5 7,1 31,897 1.689 18.889 0,121 2.848 113,28 Kehitaman K1.5-60 27,5 7,2 27.754 1.429 19.428 0,196 1.541 128,91 Kehitaman K2-60 27,5 7,2 30.728 1.898 16.192 0,111 1.948 93,75 Kehitaman
Tabel 4. Hasil Akhir Pengomposan Metode Large Scale
Kompos Suhu (̊C) pH C (%) N-Total (%) Rasio C/N (%) P(%) K(%) GI (%) Warna
K1-40 28 7,2 27,406 1,569 17,467 0,110 1,263 133,43 Coklat K1.5-40 28 7 31,427 1,875 16,761 0,104 1,483 86,34 Coklat K2-40 28 7,4 31,462 1,576 19,963 0,103 1,475 121,66 Coklat K1-50 28 7,3 29,700 2,641 11,246 0,120 1,776 102 Coklat Kehitaman K1.5-50 28 7,3 31,066 1,688 18,404 0,110 1,030 93 Coklat Kehitaman K2-50 28 7,4 29,299 1,574 18,614 0,131 1,582 129,51 Coklat Kehitaman K1-60 28 7,4 27,324 2,441 11,194 0,211 1,730 125,58 Kehitaman K1.5-60 28,5 7,3 28,872 1,987 14,530 0,125 1,491 129,51 Kehitaman K2-60 28 7,3 30,974 1,710 18,113 0,124 1,606 108 Kehitaman
Tabel 2,3 dan 4 menunjukkan hasil akhir dari pengomposan setelah 30 hari. Standar kualitas kompos matang ditunjukkan pada SNI 19-7030-2004, di mana nilai rasio C/N antara 10 – 20, temperatur sesuai dengan temperatur air tanah, berwarna kehitaman, tekstur seperti tanah, serta berbau tanah. Secara keseluruhan semua variasi kompos telah sesuai dengan SNI 19-7030-2004, maka dari hasil akhir pengomposan tersebut dilakukan skoring untuk menentukan kematangan kompos yang paling baik. Skala penilaian parameter kompos yang dilakukan sesuai dengan pernyataan Raharjo, dkk (2016) dimana kriteria nilai paling baik diberikan pada variasi kompos yang memenuhi SNI 19-7030-2004 tentang kompos matang, dan kriteria nilai paling rendah diberikan pada variasi kompos yang tidak sesuai dengan SNI 19-7030-2004 dan pencapaian skor tertinggi didasarkan pada jumlah skoring dari parameter yang dinilai, berikut skala penilaian parameter kompos matang :
Tabel 5. Skala Penilaian Parameter Kompos Matang
Kriteria Skoring
C-ORGANIK (25 sampai 32) = 1 P-TOTAL <0,1=1 Warna Coklat=1 (17 sampai 24) = 2 (=0,1)=2 Coklat kehitaman =2 (9,2 sampai 16) = 3 >0,1=3 Kehitaman=3
N-TOTAL <0,4 = 1 K-TOTAL 0,2 sampai 1=1 Ph Sesuai SNI = 2 >0,4 sampai 0,9 =2 1 sampai 1,5=2 Tidak sesuai SNI = 1 1 sampai > 2 =3 >1,5=3
RASIO C/N >20 = 1 GI <80=1 Suhu Sesuai SNI = 2
10-20=2 80-100=2 Tidak sesuai SNI = 1
Tabel 6. Skoring Kompos Matang Metode Takakura
Parameter SNI-19-7030-2004 Kadar air(%)
Ukuran Bahan 1 cm Ukuran Bahan 1,5 cm Ukuran Bahan 2 cm
Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Suhu sesuai air tanah 40 29 2 30 2 29 2
pH 6,8-7,49 7,4 2 7,5 2 7,4 2 C-ORGANIK 9,8-32 29,432 1 20,977 2 24,371 2 N-TOTAL >0,4 1,626 3 1,125 3 1,362 3 P-TOTAL >0,1 0,115 3 0,105 3 0,117 3 K-TOTAL >0,2 1,219 2 1,012 2 1,240 2 RASIOC/N 10-20% 18,101 2 18,646 2 18,101 2 GI 80 98,1 2 98,1 2 86,32 2
Warna Kehitaman coklat 1 Coklat 1 Coklat 1
Total 18 Total 19 Total 19
Suhu sesuai air tanah 50 30 2 28 2 28 2
pH 6,8-7,49 7,4 2 7,5 2 7,4 2 C-ORGANIK 9,8-32 24,867 2 28,142 1 26,804 1 N-TOTAL >0,4 1,582 3 1,604 3 1,6 3 P-TOTAL >0,1 0,139 3 0,113 3 0,119 3 K-TOTAL >0,2 1,349 2 1,169 2 2,409 3 RASIOC/N 10-20% 15,718 2 17,544 2 16,752 2 GI 80 97,7 2 86,34 2 86,17 2
warna Kehitaman coklat 1 coklat
kehitaman
2 Kehitaman 3
Total 19 Total 19 Total 21
Suhu sesuai air tanah 60 30 2 28 2 30 2
pH 6,8-7,49 7,4 2 7,4 2 7,5 2 C-ORGANIK 9,8-32 29,773 1 29,287 1 29,95 1 N-TOTAL >0,4 1,801 3 1,924 3 1,731 3 P-TOTAL >0,1 0,112 3 0,124 3 0,100 2 K-TOTAL >0,2 2,536 3 1,425 2 1,909 3 RASIOC/N 10-20% 16,531 3 15,221 3 17,302 2 GI 80 109,6 3 113,82 3 86,17 2
Warna Kehitaman kehitam
an
3 Kehitama n
3 Kehitaman 3 Total 23 Total 22 Total 20 Pada tabel 6 diatas dapat dilihat kompos dengan metode takakura telah memenuhi kriteria kompos matang berdasarkan parameter yang sesuai dengan SNI-19-7030-2004. Jika dianalisis dari unsur hara kompos meliputi kandungan, C-Organik, N-Total, P-Total, K-Total, Rasio C/N, kadar air, pH dan suhu yang disesuaikan berdasarkan SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos dari sampah organik domestik dan berdasarkan hasil dari nilai skoring tertinggi yang meliputi parameter C-Organik, N-Total, Rasio C/N, P-Total, K-Total, GI dan warna, variasi K1-60 telah menunjukkan kompos matang dan yang paling baik diantara variasi lain. Suhu akhir K1-60 sudah sesuai dengan suhu air tanah sebesar 30˚, pH sebesar 7,4
dan K1-60 memiliki warna kehitaman yang sesuai dengan SNI 19-7030-2004. Nilai C-Organik sebesar 29,773%, N-Total sebesar 1,801%, rasio C/N sebesar 16,531%, P-Total sebesar 0,112%, K-Total sebesar 2,536%. Nilai GI sebesar 109,6%, GI lebih dari 80% menunjukkan fitotoksin kompos telah hilang dan kompos telah matang.
Tabel 7. Skoring Kompos Matang Metode Composter Tub
Parameter SNI-19-7030-2004
Kadar air(%)
Ukuran Bahan 1 cm Ukuran Bahan 1,5 cm Ukuran Bahan 2 cm
Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Suhu sesuai air tanah
40 27 2 27,5 2 27,5 2
Ph 6,8-7,49 7,3 2 7,2 2 7,3 2
N-TOTAL >0,4 2,216 3 1,23 3 1,503 3
P-TOTAL >0,1 0,123 3 0,133 3 0,102 3
K-TOTAL >0,2 1,316 2 0,875 1 1,002 2
RASIOC/N 10-20% 13,677 3 25,497 1 19,417 2
GI 80 102,34 3 117,97 3 99,22 2
Warna kehitaman Coklat 1 Coklat 1 Coklat 1
Total 20 Total 17 Total 18
Suhu sesuai air tanah 50 27,5 2 27 2 27,5 2 Ph 6,8-7,49 7,2 2 7,3 2 7,2 2 C-ORGANIK 9,8-32 31,883 1 29,068 1 28,087 1 N-TOTAL >0,4 1,908 3 1,491 3 1,915 3 P-TOTAL >0,1 0,162 3 0,194 3 0,175 3 K-TOTAL >0,2 1,776 3 1,030 2 1,582 3 RASIOC/N 10-20% 16,710 2 19,495 2 14,666 3 GI 80 104,69 3 85,94 2 105,47 3
Warna Kehitaman kehitaman 3 Kehitaman 3 Kehitaman 3
Total 22 Total 20 Total 23
Suhu sesuai air tanah 60 27,5 2 27,5 2 27,5 2 Ph 6,8-7,49 7,1 2 7,2 2 7,2 2 C-ORGANIK 9,8-32 31,897 1 27.754 1 30.728 1 N-TOTAL >0,4 2 3 1.429 3 1.898 3 P-TOTAL >0,1 0,121 3 0,196 3 0,111 3 K-TOTAL >0,2 2.848 3 1.541 3 1.948 3 RASIOC/N 10-20% 18,885 2 19,421 2 16,189 2 GI 80 113,28 3 128,91 3 93,75 2
Warna Kehitaman Kehitaman 3 Kehitaman 3 Kehitaman 3
Total 22 Total 22 Total 21 Pada tabel 7 diatas dapat dilihat kompos telah memenuhi kriteria kompos matang berdasarkan parameter yang sesuai dengan SNI-19-7030-2004. Jika dianalisis dari unsur hara kompos meliputi kandungan, C-Organik, N-Total, P-Total, K-Total, Rasio C/N, kadar air, pH dan suhu yang disesuaikan berdasarkan SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos dari sampah organik domestik dan berdasarkan hasil dari nilai skoring tertinggi yang meliputi parameter C-Organik, N-Total, Rasio C/N, P-Total, K-Total, GI dan warna, variasi K2-50 telah menunjukkan kompos matang dan yang paling baik diantara variasi lain dengan suhu akhir 27,5˚, pH sebesar 7,2 dan memiliki warna kehitaman yang telah sesuai dengan SNI 19-7030-2004. Nilai C-Organik pada K2-50 sebesar 28,087%, N-Total sebesar 1,915%, rasio C/N sebesar 14,666%, P-Total sebesar 0,175%, K-Total sebesar 1,582% dan nilai GI sebesar 105,47%. Nilai GI lebih dari 80% menunjukkan fitotoksis kompos telah hilang dan kompos telah matang.
Tabel 8. Skoring Kompos Matang Metode Open Windrow
Parameter SNI-19-7030-2004
Kadar air(%)
Ukuran Bahan 1 cm Ukuran Bahan 1,5 cm Ukuran Bahan 2 cm
Hasil Skor Hasil Skor Hasil Skor
Suhu sesuai air tanah 40 28 2 28 2 28 2 Ph 6,8-7,49 7,2 2 7 2 7,4 2 C-ORGANIK 9,8-32 27,406 1 31,427 1 31,462 1 N-TOTAL >0,4 1,569 3 1,875 3 1,576 3 P-TOTAL >0,1 0,11 3 0,104 3 0,103 3 K-TOTAL >0,2 1,263 2 1,483 2 1,475 2 RASIOC/N 10-20% 17,467 2 16,761 2 19,963 2 GI 80 133,43 3 86,34 2 121,66 3
Warna kehitaman Coklat 1 Coklat 1 coklat 1
Suhu sesuai air tanah 50 28 2 28 2 28 2 Ph 6,8-7,49 7,3 2 7,3 2 7,4 2 C-ORGANIK 9,8-32 29,7 1 31,066 1 29,299 1 N-TOTAL >0,4 2,641 3 1,688 3 1,574 3 P-TOTAL >0,1 0,120 3 0,110 3 0,131 3 K-TOTAL >0,2 1,776 3 1,030 2 1,582 3 RASIOC/N 10-20% 11,24574 2 18,40403 2 18,61436 2 GI 80 102 3 93 2 129,51 3
Warna kehitaman Coklat 1 coklat
kehitaman
2 kehitaman 3
TOTAL 20 TOTAL 19 TOTAL 22
Suhu sesuai air tanah 60 28 2 28 2 28,5 2 Ph 6,8-7,49 7,4 2 7,3 2 7,3 2 C-ORGANIK 9,8-32 27,324 1 28,872 1 30,974 1 N-TOTAL >0,4 2,441 3 1,987 3 1,71 3 P-TOTAL >0,1 0,211 3 0,125 3 0,124 3 K-TOTAL >0,2 1,731 3 1,491 2 1,616 3 RASIOC/N 10-20% 11,19377 3 14,53045 3 18,11345 2 GI 80 125,58 3 129,51 3 108 3
warna kehitaman Kehitaman 3 kehitaman 3 kehitaman 3
TOTAL 184 TOTAL 23 22 TOTAL 22
Jika dianalisis dari unsur hara kompos pada tabel 8 diatas berdasarkan hasil skoring parameter C-Organik, N-Total, Rasio C/N, P-Total, K-Total, GI dan warna, variasi K1-60 telah menunjukkan kompos matang dan yang paling baik diantara variasi lain. Suhu varisi K1-60 sudah sesuai dengan suhu air tanah yaitu 28˚, nilai pH 7,4, memiliki warna kehitaman, nilai C -Organik sebesar 27,324%, N-Total sebesar 2,441%, rasio C/N sebesar 11,194%, P-Total sebesar 0,211%, K-Total sebesar 1,731% dan nilai GI sebesar 125,58%. Nilai GI lebih dari 80% menunjukkan fitotoksis kompos telah hilang dan kompos telah matang.
Penggunaan kompos yang belum matang dan stabil dapat mengakibatkan efek negatif bagi tanaman, karena dapat memperlambat pertumbuhan dan merusak tanaman dengan persaingan untuk mendapatkan oksigen atau menyebabkan phytotoxicty pada tanaman karena biodegradasi yang tidak cukup pada bahan organik (Wu dkk, 2000). Efek negatif ini terjadi karena kompos yang belum matang akan menginduksi aktivitas mikroba yang tinggi (yang mengurangi konsentrasi oksigen dalam tanah), dan mengurangi kadar nitrogen yang tersedia dalam tanah. Tingkat kematangan (derajat humifikasi) dan kestabilan kompos (terkait dengan aktivitas mikroba) menentukan mutu kompos yang ditunjukkan oleh berbagai perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi substrat kompos. Pada kompos yang belum matang, proses dekomposisi bahan organik masih terus berlangsung yang dapat menciptakan suasana anaerobik di lingkungan perakaran (penggunaan oksigen oleh mikroba) dan imobilisasi N oleh mikroba, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Pengomposan yang tidak sempurna juga kerap menghasilkan senyawa fitotoksin seperti fenolat yang dalam banyak kasus menghambat pertumbuhan bibit tanaman (Zucconi et al. 1981 dalamSulistyorini,2005) atau menjadi tempat transien bagi mikroba patogen. Penggunaan kompos matang mampu menstimulasi perkembangan mikroba dan menghindari bibit dari serangan patogen tular tanah (Husen dan Irawan,2008). Kematangan kompos dapat diketahui melalui pengujian toksisitas (Selim dkk, 2012). Pengujian toksisitas dilakukan dengan indeks perkecambahan (Selim dkk, 2012). Uji indeks perkecambahan didasarkan pada nilai GI (Germination Index) jika semakin besar nilai GI mengindikasikan penurunan fitotoksisitas, dengan demikian produk/kompos jadi lebih matang (Zucconi dan De Bertoldi, 1987). Nilai GI dari tabel 6,7 dan 8 telah melebihi 80% sehingga kompos telah matang sesuai dengan pernyataan Zucconi dan De Beroldi (1987) bahwa kompos sudah dianggap matang ketika indeks perkecambahan lebih tinggi dari 80%. Peningkatan GI merupakan indikasi penurunan fitotoksisitas dan dengan demikian produk/kompos jadi lebih matang. Berdasarkan hasil skoring maka didapat hasil kompos matang pada metode takakura pada variasi K1-60, composting tub pada variasi K2-50, metode open windrow pada variasi K1-60.
Berdasarkan hasil skoring kompos matang, metode compostimg tub memberikan nilai lebih tinggi dibanding metode takakura dan open windrow. Perolehan nilai tertinggi ini didapatkan dari penjumlahan skoring semua variasi kompos pada penelitian ini. Perolehan nilai tertinggi ini berarti composting tub lebih efektif jika dibandingkan dengan metode pengomposan lainnya.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil skoring terhadap kadar air, ukuran bahan dan metode pengomposan maka didapat hasil kompos matang pada metode takakura pada variasi K1-60, composter tub pada variasi K2-50, metode large scale pada variasi K1-60. Berdasarkan skoring metode composter tub lebih efektif untuk metode pengomposan.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Saudari Sindi Martina Hastuti dan Vaneza Citra Kurnia sebagai kawan mahasiswa Tugas Akhir yang membantu dalam penelitian serta Bapak Ganjar Samudro, ST, MT dan Ibu Sri Sumiyati, ST, M.Si sebagai dosen pembimbing dalam penelitian. Departemen Teknik Lingkungan FT UNDIP, serta Laboratorium Teknik Lingkungan FT UNDIP.
6. DAFTAR PUSTAKA
Dalzell, H.W., K. Gray, J. Biddlestone, and K. Thurairajan. 1987. Soil Management: Compost Production and Use In Tropical and Subtropical Environment. FAO Soils Bulletin No. 56
Mangkoediharjo, S., (2006), Revaluation of Maturity and Stability Indices for Compost. J. Appl. Sci. Environ. Mgt. Vol. 10(3), 83 – 85.
Mangkoedihardjo, S., dan Samudro, G., (2009), Ekotoksikologi Teknosfer. Guna Widya. Surabaya. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Raharjo, Slamet, dkk. 2016. Analisis Bahan Aditif Terhadap Kualitas dan Kuantitas Kompos Menggunakan Rotary Klin. Sumatra Barat : Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik, Universitas Andalas
Rynk, R., M. van de Kamp, G.B. Willson, M.E. Singley, T.L. Richard, J.J. Kolega, F.R. Gouin, L. Laliberty Jr., D. Kay, D.W. Murphy, H.A.J. Hoitink, and W.F. Brinton. 1992. On-Farm Composting Handbook. New York : The Northeast Regional Agricultural Engineering Service, Coorperative Extension
Selim, Sh. M., Zayed, M. S., Atta, H. M., (2012), Evaluation of Phytotoxicity of Compost During Composting Process. Nature and Science 10(2).
SNI 19-7030-2004. Tentang Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta Tchobanoglous, G.; Theisen, H.; dan Vigil, S. 2003. Integrated Solid Waste Management: Engineering Principles and
Management Issues. McGraw-Hill. New York
Wu, L., Ma, L. Q., Martinez, G. A., (2000), Comparison of Methods for Evaluating Stability and Maturity of Biosolids Compost. Journal of Environmental Quality,Volume 29, No.2
Zubair, Achmad , Mahendra, N., dan Asrini. 2011. Studi Karakteristik Sampah Rumah Tangga di Kota Madya Makassar dan Prospek Pengembangannya Makassar : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Zucconi, F., dan M. de Bertoldi, (1987), Compost Specification for The Production and Characterization of Compost from Municipal Solid Waste. dalam Selim, Sh. M., Zayed, M. S., Atta, H. M., (2012), Evaluation of Phytotoxicity of Compost During Composting Process. Nature and Science 10(2).
TANYA JAWAB
1. Dr. Ir. MMA. Retno Rosariastuti, M.Si. (UNS) a. Mol tetes yang digunakan berasal dari mana?
b. Skoring sesuai SNI adalah 2, sedangkan ada jg skor 3, apa perbedaan antara 2 dan 3? Jawaban :
Mol tetes tebu dibuat sendiri terlebih dahulu dari molase selama 1 minggu sebelum penelitian dan setelah itu baru diaplikasikan ke sampah kering.
2. Ragil Darmawan SAC, MT. (Litbang KEBTKE Kementerian ESDM) Sudah ada SNI sebagai standar, namun kenapa dilakukan skoring lagi? Jawaban :
Skor 2 khusus untuk di pH dan suhu saja karena klasifikasinya hanya sesuai dan tidak. Karena kompos yang sudah ada sesuai dengan SNI maka perlu dilakukan skoring kembali untuk menentukan kematangannya.