• Tidak ada hasil yang ditemukan

Treatment of Hypertension in Women Pralansia with Family Doctor Approach

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Treatment of Hypertension in Women Pralansia with Family Doctor Approach"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

[ARTIKEL PENELITIAN]

TREATMENT OF HYPERTENSION IN WOMEN PRALANSIA WITH FAMILY DOCTOR APPROACH

Rahma Erlina

Abstract

Background:The development of medical science these days may provide a better prognosis due to the discovery of the pathophysiology and antihypertensive, although the etiology is still unknown. Medical science has also evolved not only to pharmacotherapy, but also the prevention of risk factors and healthy lifestyle changes.

Methods:This study was a descriptive study of case reports. Primary data were obtained through anamnesis, physical examination, household and family circumstances. The assessment based on a holistic diagnosis from beginning,the process and the end of study with quantitative and qualitative.

Results:a woman aged 54 years, married, have complaints of headaches, neck and nape feels heavy and sore,blood pressure 140/90 mmHg, 94x pulse/minute,respiratory rate 21 / min, temperature 36,60C, height 153cm, weight 56kg and gained BMI 23.92. Meanwhile, patient with high risk factor such as high salt and fat diet uptake, and lack of exercise usually search for treatment if there is a complaint.

Conclussion:a woman aged 54 years, married, had grade I hypertension is diagnosed based on anamnesis, physical examination and had been treated by medication (captopril 1x25mg) and education about lifestyle, regularly check up, and motivation to avoid trigger factors of hypertension.

Keywords: hypertension grade 1

Abstrak

Latar Belakang:Dengan perkembangan ilmu kedokteran saat ini mampu memberikan prognosis yang lebih baik seiring dengan ditemukannya patofisiologi dan antihipertensi, walaupun etiologinya sampai saat ini masih belum diketahui. Ilmu kedokteran juga telah berkembang tidak hanya untuk farmakoterapi, namun juga pencegahan faktor risiko serta perubahan gaya hidup sehat.

Metode:Studi deskriptif berupa laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah tangga dan keluarganya. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil:seorang wanita usia 54 tahun, menikah, memiliki keluhan nyeri kepala, leher dan tengkuk terasa berat dan pegal,tekanan darah 140/90 mmHg, nadi: 94x/menit, frek. nafas: 21x/menit, suhu: 36,60C, tinggi badan: 153 cm, berat badan: 56 Kg didapatkan IMT 23,92. Sementara itu, pasien dengan faktor resiko tinggi seperti diet tinngi garam dan lemak serta kurang olahraga biasanya mencari pengobatan jika terdapat keluhan.

Simpulan:pasien wanita usia 54 tahun, menikah, telah ditegakkan diagnosis hipertensi grade I atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta telah ditatalaksana dengan terapi farmakologi berupa captopril 1x25 mg dan pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya memberikan dukungan pada pasien dan mengawasi pengobatan dan gaya hidup, serta motivasi untuk menghindari faktor-faktorpencetus hipertensi.

Kata Kunci :Hipertensi Grade 1

. . .

(2)

Pendahuluan

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi di seluruh dunia dan merupakan risiko utama dari berbagai penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit pembuluh darah perifer, infark miokard, gagal ginjal kronis, dan penyakit-penyakit lainnya. Penyakit ini mengenai hampir 75 orang dewasa di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 10 penyakit yang paling banyak diderita orang Indonesia.1

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.2

Dengan perkembangan ilmu kedokteran saat ini mampu memberikan prognosis yang lebih baik seiring dengan ditemukannya patofisiologi dan antihipertensi, walaupun etiologinya sampai saat ini masih belum diketahui. Ilmu kedokteran juga telah berkembang tidak hanya untuk farmakoterapi, namun juga pencegahan faktor risiko serta perubahan gaya hidup sehat.3

Edukasi mengenai hipertensi, faktor risiko, anjuran gaya hidup yang

benar, mampu menurunkan morbiditas dan mortalitas dari penyakit ini. Dalam hal ini, bukan hanya kardiologis atau pasiennya, namun juga dokter keluarga, memegang peranan besar dalam kemajuan prognosis dan perkembangan penyakit pasien. 4 Morbiditas dan efek generative disease-correlated dari hipertensi dapat ditekan dengan perubahan gaya hidup dan monitoring yang adekuat. Dokter keluarga memegang peranan penting dalam mendeteksi dari keluhan-keluhan pasien, perubahan gaya hidup terutama pola makan yang benar, dan terutama bila terdapat riwayat genetik. Pelayanan dokter keluarga yang komprehensif dan holistik, tidak hanya berfokus pada aspek biologi namun juga psikososial dan edukasi pasien. Dengan ini diharapkan hipertensi dapat dikontrol dengan baik dan morbiditas lanjut dapat dicegah.5 Metode

Analisis studi deskriptif dalam bentuk laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis dari anggota keluarga), pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah. Untuk melengkapi data keluarga, data okupasi dan psikososial serta lingkungan. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif.

(3)

Kasus

Pasien wanita usia 54 tahun, bertempat tinggal di kelurahan Kota Karang.

Datang ke puskesmas rawat inap Kota Karang pada tanggal 14 april 2014 dengan keluhan kepala terasa sakit, leher dan tengkuk terasa berat dan pegal. Pasien mulai sering kesemutan di kedua kakinya sejak 1 minggu lalu, terutama bila kaki diam dalam waktu lama, atau menopang berat badan dalam posisi yang tidak ergonomis.

Sebelumnya keluhan kepala sakit dan leher kaku ini sudah sering dirasakan oleh pasien sejak beberapa tahun yang lalu. Awalnya pada tahun 2007 pasien merasa kepalanya sakit dan leher terasa kaku saat itu pasien sudah mencoba meminum obat warung tapi keluhan tidak hilang, sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke puskesmas. Saat itu tekanan darah pasien dikatakan tinggi (pasien lupa tepatnya) dan pasien diberi obat untuk tekanan darah tinggi.

Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 7 tahun lalu, dan hanya berobat bila terdapat keluhan. Bila keluhan telah hilang, pasien tidak melanjutkan pengobatan ataupun kontrol dengan teratur. Pasien masih sanggup mengerjakan aktivitas sehari-hari, namun bila keluhan kambuh pasien hanya bisa tidur di rumah. Keluhan kambuh bila pasien kelelahan atau sedang stress. Bila kambuh pasien meminum obat berupa captopril 25 mg 1xsehari, yang didapatkan dari puskesmas.

Pasien senang memakan makanan berkadar lemak tinggi seperti makanan

dari daging berlemak, makanan bersantan, goreng-gorengan dan makanan asin. Pasien dan keluarganya jarang berolahraga dan tidak menyediakan waktu khusus untuk berekreasi. Tidak ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, ataupun meminum alkohol. Pasien memasak sendiri makanan di rumahnya, namun sebagian besar anak-anak sering makan di luar/jajan. Tidak ada riwayat diabetes, asam urat, hipertensi ataupun penyakit jantung lainnya di keluarga pasien.

Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan Keadaaan umum: terlihat tampak sakit ringan ;TD: 140/90 mmHg; frek. nadi: 94x/menit; frek. nafas: 21x/menit; suhu: 36,6oC; berat badan:

56 kg; tinggi badan: 153 cm; status gizi: overweight (IMT: 23,92 kg/m2). Status

generalis : Mata, telinga dan hidung dalam batas normal. Tenggorokan faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, leher, KGB tidak terdapat pembesaran. Regio thorax : pulmo dan cor dalam batas normal, Abdomen dalam batas normal. Ekstermitas superior dalam batas normal. Status neurologis : Reflek fisiologis normal, reflek patologis (-), motorik dan sensorik dalam batas normal.

Diagnosis pasien berupa hipertensi grade 1 (ICD-X 1(1.10).

Dilakukan intervensi dengan melakukan sebanyak 3x kunjungan rumah. Intervensi meliputi terapi nonmedikamentosa dan medikamentosa terhadap pasien.

Intervensi Nonmedikamentosa yaitu:

• Konseling kepada pasien tentang penyakit-penyakit kronis dan motivasi

(4)

untuk penatalaksanaan yang dilakukan harus seumur hidup

•Konseling kepada pasien mengenai makan yang dianjurkan berupa diet rendah garam, rendah lemak dan rendah kolesterol

•Memberikan informasi tentang hipertensi serta aktivitas yang di anjurkan untuk pasien

•Konseling kepada pasien terhadap tekanan darah pasien yang tidak terkontrol dan memberi tahu untuk selalu memeriksakan tekanan darahnya

•Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan hal-hal bersifat positif

• Konseling kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya memberikan dukungan pada pasien dan mengawasi pengobatan seperti diet pasien, berolah raga, dan kapan harus kontrol kembali

Sedangkan intervensi farmakologisnya adalah captopril 1×25 mg.

Pembahasan

Penegakan diagnosis klinik utama pada pasien sudah benar yaitu dari faktor resiko yang di miliki oleh pasien dari faktor usia, keturunan, konsumsi garam berlebih dan berat badan overweight

sehingga mendukung diagnosis kearah hipertensi karena pada saat datang ke puskesmas Kota Karang dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 140/90 mmHg, sesuai klasifikasi menurut JNC-7 di kriteriakan sebagai hipertensi grade I.6

Gambar 1. Algoritme Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC 7 Hipertensi pada pasien merupakan riwayat penyakit yang sudah diderita sejak 7 tahun yang lalu dan diketahui dari anamnesis bahwa pasien awalnya tidak rutin meminum obat antihipertensi. Penyakit hipertensi yang tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. 7 Dari

beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.8

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.9

Masalah kesehatan pada penderita hipertensi ini dapat dikaji menurut mandala of health. Dari segi perilaku kesehatan pasien masih mengutamakan

(5)

kuratif dari pada preventif dan memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang ia derita.10

Lingkungan fisik, pemukiman padat penduduk, jarak rumah yang berdekatan dan tidak lancarnya irigasi pembuangan limbah rumah tangga di sekeliling tempat tinggal pasien. Keadaan rumah kurang ideal, sempit, kurang tertata rapi, serta ventilasi dan pencahayaan yang kurang.

Human biology, memiliki riwayat hipertensi dalam keluarganya. Pola makan tidak sesuai dengan anjuran dokter. Sistem pelayanan kesehatan terjangkau baik dari segi biaya maupun lokasi. Pasien seorang wanita dengan usia 54 tahun yang berarti sudah memasuki kriteria pralansia.11

Hipertensi juga dicetuskan oleh beberapa faktor resiko baik yang tidak dapat dimodifikasi seperti faktor keturunan, jenis kelamin, dan umur juga faktor yang dapat dimodifikasi seperti kebiasaan merokok, obesitas, kebiasaan kurang berolah raga, dan stres. Pada pasien faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi memberikan pengaruh terhadap kejadian hipertensi. Seperti dengan umur pasien yang telah memasuki usia lanjut mendukung terjadinya hipertensi karena risiko hipertensi akan bertambah dengan semakin bertambahnya umur. Kebiasaan kurangnya berolah raga pada pasien juga meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. 12 Diketahui dari anamnesis,

pasien memang jarang berolahraga dan suka mengonsumsi makanan yang asin.

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang

tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, sepertii gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.13

Gejala klinis yang utama pada hipertensi secara umum sakit kepala sampai ke tengkuk bagian belakang tengkuk terasa pegal dan mudah marah. Gambaran lainnya adalah susah tidur, sesak nafas, mudah lelah, mata berkunang-kunang, pandangan menjadi kabur bahkan bisa terjadi mimisan. Faktor resiko timbulnya hipertensi antara lain usia, keturunan, kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih, kolesterol, obesitas, stress, rokok, aktivitas fisik dan kebiasaan olah raga.14

sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari

(6)

hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.15

Faktor predisposisi yang dipikirkan menjadi penyebab terjadinya hipertensi pada pasien ini adalah faktor genetik dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang tidak baik dan olah raga yang jarang dilakukan, serta penggunaan obat hipertensi yang tidak teratur sehingga memperbesar risiko. 16 Terapi yang

diberikan adalah medikamentosa yang bersifat untuk menurunkan tekanan darah. Pada follow up didapatkan keadaan umum pasien membaik dan keluhan pusing pada leher berkurang.

Penatalaksanaan hipertensi yang diberikan kepada pasien dan keluarganya mencakup edukasi dan terapi medikamentosa. Keluarga diedukasi mengenai penyebab hipertensi, faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit hipertensi, gejala-gejala hipertensi dan bahaya yang dapat ditimbulkan penyakit hipertensi. Sedangkan untuk pengobatan sehari-hari pasien meminum obat berupa captopril. Pemberian tersebut sudah sesuai berdasarka algoritma terapi dari JNC 7. Captopril merupakan obat antihipertensi dari golongan ACE-inhibitor. Angiotensin Converting Enzyme

(ACE) inhibitor adalah terapi pilihan pada pasien dengan hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan proteinuria. ACE inhibitor mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan gagal jantung, pasien dengan infark miokard, dan pasien dengan penyakit ginjal proteinuric. ACE inhibitor berkerja melalui penekanan sistem renin -angiotensin - aldosteron. ACE inhibitor mencegah konversi angiotensin I menjadi angiotensin II dan memblokir jalur utama

degradasi bradikinin dengan menghambat ACE. Akumulasi bradikinin telah diusulkan sebagai mekanisme etiologi untuk efek samping batuk dan angioedema.17

ACE inhibitor dapat menyebabkan cedera atau bahkan kematian pada janin yang sedang berkembang. Captopril diindikasikan untuk pengobatan hipertensi. Hal ini dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lainnya, sepertii diuretik atau beta-adrenergic-blocking agen. Dosis awal adalah 25 mg diberikan 2 sampai 3 kali sehari. Jika penurunan tekanan darah tidak tercapai setelah 1 atau 2 minggu, dosis dapat dititrasi sampai 50 mg 2 atau 3 kali sehari. Jika pengurangan darah lebih lanjut diperlukan setelah penambahan diuretik, dosis kaptopril dapat ditingkatkan sampai 100 mg 2 atau 3 kali sehari dan kemudian, jika perlu, sampai 150 mg 2 atau 3 kali sehari (sambil terus diuretik).

18

Penggunaan jangka panjang obat ini dapat mengakibatkan hiponatremia. Mereka juga meningkatkan ekskresi kalium dan bikarbonat dan menurunkan ekskresi kalsium dan retensi asam urat. Tiazid tidak mempengaruhi tekanan darah normal. Hydrochlorothiazide disetujui untuk pengelolaan hipertensi, sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lainnya. Tidak seperti produk kombinasi diuretik hemat kalium, hydrochlorothiazide dapat digunakan pada pasien yang tidak bisa mengambil risiko pengembangan hiperkalemia, termasuk pasien yang memakai inhibitor ACE. Hydrochlorothiazide tersedia sebagai tablet atau kapsul dalam dosis

(7)

mulai 12,5-50 mg. Dosis umum adalah 12,5 mg diberikan sendiri atau dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dengan dosis maksimum 50 mg sehari. Dosis lebih besar dari 50 mg terkait dengan hipokalemia.19

Pada pasien dan keluarganya kami juga mengedukasi bahwa kesehatan keluarga adalah tanggung jawab bersama dan tindakan pencegahan penyakit seperti dengan pola dan gaya hidup yang sehat serta ketaatan minum obat sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang bisa terjadi. Sedangkan untuk keluarga lainya juga disarankan untuk melakukan gaya hidup sehat.

Pedoman JNC 8

merekomendasikan perubahan gaya hidup sebagai komponen penting dari terapi. Intervensi gaya hidup termasuk penggunaan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) rencana makan, penurunan berat badan, pengurangan asupan natrium sampai kurang dari 2,4 gram per hari, dan setidaknya 30 menit aktivitas aerobik hampir setiap hari dalam seminggu. 20 Modifikasi gaya

hidup terbukti dapat menurunkan tekanan darah meliputi pengurangan berat badan pada orang-orang yang kelebihan berat badan atau obesitas, mengurangi tekanan darah, meningkatkan khasiat obat antihipertensi, dan menurunkan risiko kardiovaskular.21

Sebagian besar subyek dengan tekanan darah (TD) tinggi adalah

overweight, dan hipertensi lebih sering terjadi pada obesitas.22

Berdasarkan Third Report National Cholesterol Education Program expert panel on Detection, valuation, and

Treatment of High Blood Cholesterol in Adult (adult Treatment Panel III) NCEP-ATP III, berat badan diklasifikasikan menjadi normal (BMI 18,5 – 24,9),

overweight(BMI > 25), dan obesitas (BMI > 30). Kriteria obesitas viseral adalah lingkar perut atau pinggang > 94 cm (laki-laki) dan > 80 cm (perempuan), atau rasio lingkar perut/pinggul (waist-hip ratio) > 1,0 (laki-laki) dan > 0,85 (perempuan). 23 Pada populasi Asia

ditemukan bahwa, morbiditas dan mortalitas terjadi pada populasi dengan BMI yang lebih rendah dan lingkar perut atau pinggang yang lebih kecil. Oleh karena itu, dibuatlah kriteria khusus obesitas untuk populasi dewasa Asia, yaitu overweight bila BMI > 23 dan obesitas bila BMI > 25. Kriteria obesitas sentral untuk populasi dewasa Asia adalah lingkar perut atau pinggang > 90 cm (untuk laki-laki) dan > 80 cm (untuk perempuan).24

Sampai dengan 60% dari semua individu dengan hipertensi, lebih dari 20% memiliki kelebihan berat badan. Distribusi lemak secara sentripetal berhubungan dengan resistensi insulin dan hipertensi. Penurunan berat badan secara sederhana (5%) dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan sensitivitas insulin meningkat. Penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah 5-20 mm/Hg/10 kg berat badan pada pasien yang berat badannya lebih dari 10% dari berat badan ideal. Aktivitas fisik aerobik yang teratur dapat memfasilitasi penurunan berat badan, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi keseluruhan risiko penyakit kardiovaskular. Tekanan darah dapat

(8)

diturunkan dengan 4-9 mm Hg dengan aktivitas fisik cukup intens. Kegiatan ini meliputi jalan cepat selama 30 menit sehari, 5 hari per minggu. Latihan lebih intens dari 20-30 menit, 3-4 kali seminggu, juga dapat menurunkan tekanan darah dan memiliki manfaat kesehatan tambahan.25

Tujuan dari pemberian terapi antihipertensi ialah didapatkan terget tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal, stroke) ialah <130/80 mmHg.26

Target tekanan darah pada seseorang dengan usia lebih dari 60 tahun tanpa komplikasi ialah <150/90 mmHg.

American Heart Association (AHA)

merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung.26

Pada pasien ini dilakukan modifikasi gaya hidup dengan menganjurkan untuk mengurangi konsumsi garam, dan tinggi lemak. Pasien juga dianjurkan untuk olahraga ringan. Modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi obat antihipertensi, dan mengurangii risiko penyakit kardiovaskular.27

Simpulan

Telah ditegakkan diagnosis Hipertensi grade I pada Ny.L 54 tahun atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta telah ditatalaksana dengan nonfarmakologi berupa edukasi kepada

pasien dan keluarga tentang pentingnya memberikan dukungan pada pasien dan mengawasi pengobatan seperti diet pasien, berolah raga, dan kapan harus kontrol kembali, dan motivasi untuk

menghindari faktor-faktor pencetus hipertensi. Pasien dan keluarganya telah mengetahui bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas dan terapi farmakologi berupa captopril 1x25 mg.

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan

Indonesia, 2011. Diakses melalui

http://www.depkes.go.id.

2. Hartono B. Hipertensi The Silent

Killer,Perhimpunan Hipertensi Indonesia, Availaable in: (Diakses pada tanggal;2 April 2013). melalui http://www.inash.or.id-/index-,php/berit-a/press-release/1637 penyakit-tidak-menular-ptm-penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html.

3. Meena S.M. Hypertension Medication.

Diakses pada tanggal 29 Maret 2014. http://emedicine.medscape.com/article/24 1381-medication#2 .

4. WHO Definition Of An Older Or ElderlyPerson. Diakses dari http://www.who.int/healthinfo/survey/agei ngdefnolder/en/,2014.

5. Exercise Prescription, Doctor’s handbook. Center for Health Protection, Department of Health. Hongkong. 2012.

6. Michael R, Page, PharmD, RPh, The JNC 8 Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide.

2014. Diakses pada tanggal 29 Maret 2014 7. Pressure United State: Department Of

Health And Human Services. NIH Publication No. 06-4082. 2006.

(9)

8. Departemen Kesehatan. Survei kesehatan nasional. Laporan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2004

9. Lumbantobing, M.S. Tekanan Darah Tinggi. 2008.

10. Tjokronegoro, A, Utama H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI, In: Kapojos, H.R Lubis ed. Hipertensi, Jakarta: Gaya Baru. 2011.

11. WHO Definition Of An Older Or Elderly

Person. 2014. Diakses melalui

http://www.who.int/healthinfo/survey/agei ngdefnolder/en/.

12. Setiawan Z. Karakteristik sosiodemografi sebagai factor resiko hipertensi studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program Studi Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006.

13. Tjokronegoro A, Utama H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In: E. Susalit, E.J. Kapojos, dan H.R. Lubis ed. Hipertensii Primer. Edisi 3 jilid 2. Jakarta: Gaya Baru, 453-456

14. Darmojo B. Mengamati penelitian

epidemiologi hipertensi di Indonesia. Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI; 2000.

15. Wiryowidagdo S. Obat tradisional untuk penyakit jantung, darah tinggi dan kolestrol.

Jakarta : Agromedia Pustaka; 2002.

16. The Seventh Report of the Joint Nationall Committee (JNC 7), Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. United State: U.S. Department Of Health And Human Services. NIH Publication No. 03-5233,2003.

17. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC). The Seventh Report of the JNC (JNC-7). JAMA. 2003;289(19):2560-72.

18. Meena S.M. Hypertension Treatment & Management. 2014. Diakses melalui http://emedicine.medscape.com/article/24 1381treatment#aw2aab6b6b2.

19. Price Sylvia, Anderson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Edisi 6 Volume 1 , 2005.

20. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, daily working load – past antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural

Indonesia study. Med J Indon.

2001;10(1):29-33

21. Arjatmo T, Hendra U, Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI; 2001.

22. Poirir P, Giles T.D., Bray G.A, Hong Y, Stern J.S, Sunyer X.P, Eckel R.H. Obesity and cardiovascular disease : Pathophysiology, Evaluation, and effect of weight loss. Arterioscler.Thromb.Vasc.Biol. 2006;26:968-976.

23. Grundy S.M, Becker D., Clark L.T., Cooper R.S., Denke M.A., et all. Third Reprt of The National Cholesterol Education Program (NCEP) expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesetrol in Adult (ATP III). National Cholesterol Education program, National Heart, Lung and Blood Institute, National institute of Health. NIH Publication No.01-3670 May 2001.

24. Inoue S, Zimmet P, Caterson I, Chunming C,

Ikeda Y, Khalid AK, Kim YS, Basset J. The Asia Pasific perspective : Redefining Obesity and its treatment; 2000.

25. Yogiantoro M. Buku Ajar Penyakit Dalam :

Hipertensi Esensial. Jilid I Edisi IV, Editor:

Sudoyo, Aru W. Jakarta:Penerbit

Depertemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. 26. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC,

Himmelfarb CD, Handler J, et al. 2014

Evidence-Based Guideline for the

Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8) [published online December 18, 2013]. Journal American Medical Association. 2013 [cited 2014 April 07].

27. WHO-ISH Hypertension Guideline

Committee. Guidelines of the management of hypertension. 2003. J Hypertension , 21(11): 1983-92.

Gambar

Gambar 1. Algoritme Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC 7 Hipertensi pada  pasien  merupakan riwayat  penyakit  yang  sudah  diderita sejak  7  tahun  yang lalu dan  diketahui dari  anamnesis  bahwa  pasien awalnya tidak rutin meminum obat antihipertens

Referensi

Dokumen terkait

discovery learning yang mengarahkan siswa aktif untuk memperoleh pengetahuan, mengarahkan siswa mengalami pembelajaran bermakna, pengetahuan yang diperoleh lebih

Apabila nilai dari setiap kelas sudah ditentukan maka dapat ditentukan apakah seseorang terkena osteoporosis atau tidak berdasarkan dengan gejala yang mereka masukan

Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu bahwa penelitian yang dilakukan olehnya adalah untuk mengetahui pengaruh Corporate Social

induk (pohon penghasil biji) menghasilkan biji yang memiliki sifat-sifat unggul yang berbeda seperti kandungan kimia dalam biji. Dilaporkan bila bahwa komposisi kimia dalam

Temuan penelitian ini tidak konsisten dengan teori yang ada serta tidak mendukung beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemikiran moral akan mudah

Oleh karena variabel Jurusan signifikan pada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang jurusan sekolah asal mahasiswa mempengaruhi pemahaman konsep dasar akuntansi

Adapun hasil reduksi volume kotoran sapi menjadi arang dapat diketahui dari gambar 3 berikut, dimana kotoran sapi masih dipirolisis pada temperatur yang sama dengan laju

Sebagai akhir atau penutup dari penelitian ini penulis mencoba untuk memberikan saran-saran sebagai berikut yaitu: 1) Hendaknya PG. Gondang Baru PTPN IX dalam membuat