• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syari’ah. Oleh: ISNATUN NIM: 042111052. JURUSAN AHWAL SYAHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH IAIN WALISONGO SEMARANG 2010.

(2) ii.

(3) iii.

(4) MOTTO.     

(5)  

(6)    

(7)     

(8) 

(9)       

(10) "!# $ %

(11)  & !  ' ()  (788 :/45') * +   %

(12)  & ! ,    -+   /. + '  $ 0 1

(13)    2 

(14) Artinya: Kewajiban ayah untuk memberikan belanja dan pakaian untuk istrinya. Seseorang tidak dibebani kecuali semampunya, seorang ibu tidak akan mendapat kesusahan karena anaknya, dan seorang ayah tidak akan mendapat kesusahan karena anaknya. (Q.S. al∗ Baqarah: 233).. ∗. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag, 1978, hlm. 57 .. iv.

(15) Persembahan. Penulis persembahkan karya tulis ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam perjalanan hidup penulis, teruntuk orang-orang yang selalu hadir dan berharap keindahan-Nya khususnya buat:. Orang tua penulis tersayang(Bapak Imam Subkhi-Ibu Siti Suwarni dan Bapak Chabibun-Ibu Siti Musyarofah) yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam menjalani hidup ini. Suami penulis tersayang Mukhammad Burhanudin yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka, yang telah memotivasi dalam studi serta dalam penulisan skripsi ini. Putra penulis tercinta Muhammad Amilidin syifaul anam semoga menjadi anak yang soleh. Kakak penulis tersayang M.Sayidul Amin (Alm) beserta istri Siti Zumaroh dan anak Berliana Putri Febrianti yang selalu memberikan motivasi dan menghibur penulis dalam menyelesaikan skripsi. Adik-adik penulis tersayang (Ahmad Muadim,Siti Fahma Indriyani,Lina Khoirunnisa’,Ana mufidatul khusna) yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Sahabat-sahabat penulis jurusan AS’04 FAKSYA yang selalu bersamasama dalam meraih cita dan asa. Penulis. v.

(16) DEKLARASI. Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pemikiranpemikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat. dalam. daftar. kepustakaan. yang. dijadikan bahan rujukan. Jika di kemudian hari terbukti sebaliknya maka penulis bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar menurut peraturan yang berlaku.. Semarang, 10 Mei 2010. ISNATUN NIM: 042111052. vi.

(17) ABSTRAK Bagi pegawai negeri sipil (PNS), mengenai pembagian nafkah bagi bekas istri pegawai negeri sipil (PNS)juga sudah diatur didalamnya yaitu pada pasal 8 PP. No. 10 tahun 1983 Jo. No. 45 tahun 1990. Sedangkan di dalam PP. No. 10 tahun 1983 Jo. PP No.45 tahun 1990, disitu tidak ditemukan suatu penjelasan bahwa mengenai pembagian gaji yang mengatur adalah kepala atau instansi PNS tersebut bekerja. Yang merijadi rumusan masalah adalah bagaimana putusan Pengadilan Agama Semarang dan pertimbangan hukumnya tentang pemberian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian? Bagaimana efektifitas putusan Pengadilan Agama Semarang tentang pemberian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian? Dalam menyusun skripsi ini menggunakan jenis penelitian metode penelitian lapangan (fieldresearch) dan penelitian dokumentasi (document research). Data Primer, yaitu putusan PA Semarang tentang penyelesaian pembagian gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan. Sebagai data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan. Metode pengumpulan data dengan Interview (wawancara). observasi, dan dokumentasi. Metode analisisnya adalah analisis deskriptifkualitatif. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa majlis hakim Pengadilan Agama Semarang yang memutus perkara No. 405/Pdt.G/2005/PA.Sm., telah mewajibkan kepada seorang suami memberi nafkah lampau 35 bulan = Rp',500.000 = Rp. 17.500.000,- (tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah). Isi putusan ini sudah sesuai dengan peran suami sebagai kepala keluarga berkewajiban memberi nafkah, karena nafkah mei-upakan bagian hak istri yang harus dipenuhi seorang suami. Majlis hakim Pengadilan Agama Semarang yang memutus perkara No. 1135/Pdt.G/2007/PA.Sm., telah menetapkan kewajiban pada suami untuk memberi nafkah pada anak perbulan minimal sebesar Rp.500.000,-(lima ratus ribu rupiah) dengan kenaikan 10% setiap tahunnya sampai anak tersebut dewasa. Putusan ini sesuai dengan kewajiban seorang ayah dalam memelihara anak. Majlis hakim Pengadilan Agama Semarang yang memutus perkara No. 1203/Pdl.G/2007/PA.Sm., telah menetapkan kepada suami untuk memberi mut 'ah sebesar Rp.20.000.000,(dua puluh juta rupiah). Dalam hukum Islam, apabila apabila suami menceraikan istrinya, maka itu berarti inisiatif perceraian datangnya dari suami yang kemudian disebut talaq. Karena perceraian itu atas kehendak suami maka suami memberi mut'ah yaitu pemberian barang kenangankenangan pada istri yang dicerai. Putusan Hakim Pengadilan Agama Semarang yang memutus perkara No. 405/Pdt.G/2005/PA.Sm, putusan perkara No. 1135/Pdt.G/2007/PA.Sm., dan No.l203/Pdt.G/2007/PA.Sm., inti pertimbangannya menyatakan bahwa majlis hakim berpendapat bahwa masalah pembagian gaji tersebut adalah merupakan kewenangan instansi dimana pemohon bekerja dan majlis menyerahkan sepenuhya masalah ini kepada instansi tersebut untuk menyelesaikannya.. vii.

(18) KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul: “PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Yahya M.A selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Drs. H. Eman Sulaeman, M.H selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Saekhu, M.H selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, beserta staf yang telah membekali berbagai pengetahuan 5. Orang tuaku yang senantiasa berdoa serta memberikan restunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, dan semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin.. Penulis. viii.

(19) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v HALAMAN DEKLARASI........................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................... vii KATA PENGANTAR................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................. ix BAB I :. BAB II :. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. .................................................... 1. B. Perumusan Masalah. .................................................... 4. C. Tujuan Penelitian. .................................................... 5. D. Telaah Pustaka. .................................................... 5. E. Metode Penelitian. .................................................... 7. F. Sistematika Penulisan. .................................................... 11. TINJAUAN. UMUM. TENTANG. NAFKAH. AKIBAT. PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Tentang Nafkah. .................................................... 13. 1. Nafkah bagi Mantan Istri PNS ........................................... 13 2. Akibat Perceraian bagi PNS............................................... 23 B. Eksekusi. .................................................... 27. 1. Pengertian Eksekusi. .................................................... 27. 2. Pelaksanaan Eksekusi. .................................................... 31. BAB III : GAMBARAN UMUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG TENTANG PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PNS TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA INSTANSI ATAU ATASAN TERKAIT PASCA PERCERAIAN A. Putusan Pengadilan Agama Semarang No.405/pdt.G/2005/. ix.

(20) PA.Sm.. ..................................... 35. 1. Identitas Para Pihak. ..................................... 35. 2. Pertimbangan Hakim. ..................................... 35. 3. Putusan Hakim. ..................................... 43. B. Putusan. Pengadilan. Agama. Semarang. Nomor. 1135/Pdt.G/2007/PA.Sm. ..................................... 44. 1. Identitas Para Pihak. ..................................... 44. 2. Pertimbangan Hakim. ..................................... 45. 3. Putusan Hakim. ..................................... 48. :. C. Putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor 1203/Pdt.G/2007/PA.Sm. ..................................... 48. 1. Identitas Para Pihak. ..................................... 48. 2. Pertimbangan Hakim. ..................................... 49. 3. Keputusan Hakim. ..................................... 51. BAB IV : ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG TENTANG PEMBAGIAN GAJI TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA ATASAN ATAU INSTANSI TERKAIT PASCA PERCERAIAN A. Analisis terhadap Putusan PA tentang Pemberian Gaji PNS terhadap Bekas Istri yang Diserahkan kepada Instansi Atau Atasan terkait pasca perceraian ..................................... 53 1. Putusan Pengadilan Agama Semarang No.405/pdt.G/2005/PA.Sm. ..................................... 59. 2. Putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor: 1135/Pdt.G/2007/PA.Sm. ..................................... 65. 3. Putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor 1203/Pdt.G/2007/PA.Sm. ..................................... 68. B. Analisis Efektifitas Putusan Pengadilan Agama Semarang tentang Pembagian Gaji PNS terhadap Bekas Istri yang Diserahkan Kepada Instansi atau Atasan Terkait Pasca Perceraian. ..................................... 73. x.

(21) BAB V :. PENUTUP A. Kesimpulan. .................................................... 80. B. Saran-saran. .................................................... 81. C. Penutup. .................................................... 82. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP. xi.

(22) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan, seorang perempuan dan seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup bersama.1 Untuk meligitimasi hidup bersama itu dibuat peraturan yang mengatur perihal perkawinan. Perkawinan. merupakan. kebutuhan. fitri. setiap. manusia. yang. memberikan banyak hasil yang penting.2 Menurut Mahmud Yunus, perkawinan ialah akad antara calon suami istri untuk memenuhi hajat jenisnya menurut yang diatur oleh syariat.3 Sejalan dengan keterangan di atas, Rasulullah bersabda:. $ :  

(23)            !  "   . /- ,,-$ )+ :  ,)  $ *  :  ,% &' *4 56 56 + )+   ":2- 

(24)         01 " - *7

(25)  89: ;- <= % &' ,)  *  ,,- )+ 4. .(  @7) ."*. 1 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Sumur Bandung, 1981, hlm. 7 2 Ibrahim Amini, Principles of Marriage Family Ethics, terj. Alwiyah Abdurrahman, "Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami Istri", Bandung: al-Bayan, 1999, hlm. 17. 3 Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, Cet. 12, 1990, hlm. 1. 4 Imam Syaukani, Nail al–Autar, Juz IV, Beirut: Daar al-Qutub al-Arabia, tth, hlm. 171.. 1.

(26) 2. Artinya : Dan Dari Anas, Sesungguhnya beberapa orang dari sahabat Nabi SAW sebagian dari mereka ada yang mengatakan: “Aku tidak akan menikah”. Sebagian dari mereka lagi mengatakan: “Aku akan selalu shalat dan tidak tidur”. Dan sebagian dari mereka juga ada yang mengatakan: “Aku akan selalu berpuasa dan tidak akan berbuka”. Ketika hal itu di dengar oleh Nabi SAW beliau bersabda: apa maunya orang-orang itu, mereka bilang begini dan begitu? Padahal di samping berpuasa aku juga berbuka. Di samping sembahyang aku juga tidur. Dan aku juga menikah dengan wanita. Barang siapa yang tidak suka akan sunnahku, maka dia bukan termasuk dari golonganku. (Muttafaqun A'laih) Hadis di atas mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak menyukai seseorang yang berprinsip anti menikah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tenteram, dan rasa kasih sayang antara suami dan istri. Anak keturunan dari hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan.5 Dalam masalah perkawinan, pemerintah telah mengeluarkan UU No.1 tahun 1974 untuk mengatur pelaksanaan perkawinan bagi warga Negara Indonesia. Sedangkan untuk operasionalnya dikeluarkan PP No.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974. Dengan adanya UU perkawinan diharapkan akan terjaga hak-hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga bersama anak-anak mereka secara yuridis, pemerintah menganggap bahwa warga Negara Indonesia yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS). 5. Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004, hlm. 1..

(27) 3. mempunyai kekhususan dari warga Negara Indonesia lainnya, sehingga diperlukan aturan tersendiri. Maka pada tanggal 21 April 1983 dikeluarkan PP No. 10 tahun 1983 Jo. PP No.45 tahun 1990 yang mengatur secara khusus tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil (PNS). Dengan kata lain, peraturan ini merupakan pangecualian dari UU No. Tahun 1974 yang bersifat umum. Pergaulan antara suami istri yang dipersatukan di dalam ikatan perkawinan tidak selamanya berjalan mulus dan wajar. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan oleh kondisi sosial, ekonomi, rendahnya kualitas pendidikan dan lain-lain. Dari kenyataan ini kadang kala pihak suami atau istri tidak mampu mengatasi. dan. menyelesaikan. kesulitan-kesulitan. tersebut. sehingga. perkawinan yang didambakan terciptanya damai, sejahtera dan kekal tidak tercapai dan diakhiri dengan perceraian. Apabila perkawinan putus atau terjadi perceraian, tidak begitu saja selesai urusannya, Akan tetapi ada akibat-akibat hukum yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang bercerai. Begitu pula dengan tanggung jawab nafkah bagi suami tidak hanya sewaktu si istri masih menjadi istri sahnya saja dan terhadap anak-anak yang dilahirkan si istri, tetapi suami pun tetap wajib menafkahinya bahkan pada saat perceraian. Untuk. menghindari. kekacauan. dan. menciptakan. kerukunan,. kedamaian serta kesejahteraan abadi, maka dalam keluarga harus saling bantu membantu untuk menciptakan kebahagiaan bersama dan menuju kepada.

(28) 4. kebaikan dan kesempurnaan diperlukan suatu tertib hukum atau undangundang.6 Sedangkan bagi pegawai negeri sipil (PNS) disamping berlaku undang-undang. yang. telah. penulis. sebutkan. sebelumnya,. mengenai. pembagian nafkah bagi bekas istri pegawai negeri sipil (PNS) juga sudah diatur didalamnya yaitu pada pasal 8 PP. No. 10 tahun 1983 Jo. No. 45 tahun 1990. Sedangkan di dalam PP. No. 10 tahun 1983 Jo. PP No.45 tahun 1990, disitu tidak ditemukan suatu penjelasan bahwa mengenai pembagian gaji yang mengatur adalah kepala atau instansi PNS tersebut bekerja. Berawal dari kasus-kasus diataslah penulis ingin menelusuri lebih jauh dalam bentuk skripsi dengan judul “Penyelesaian Pembagian Gaji Pegawai Negeri Sipil Terhadap Bekas Istri yang Diserahkan pada Atasan. atau. Instansi Terkait Pasca Perceraian”. B. Rumusan masalah Dari uraian yang telah penulis paparkan diatas maka ada beberapa permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian yaitu: 1. Bagaimana putusan Pengadilan Agama Semarang dan pertimbangan hukumnya tentang pemberian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian?. 6. hlm.25. Abduk Kadir Audah, Islam dan Perundang-Undangan, Jakarta: PT.Bulan Bintang tt,.

(29) 5. 2. Bagaimana efektifitas putusan Pengadilan Agama Semarang tentang pembagian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian? C. Tujuan Penelitian Tujuan penulis dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk. mengetahui. putusan. Pengadilan. Agama. Semarang. dan. pertimbangan hukumnya tentang pemberian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian. 2. Untuk mengetahui efektifitas putusan Pengadilan Agama Semarang tentang pembagian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian D. Telaah Pustaka Telaah pustaka disini adalah meneliti skripsi orang lain yang telah selesai dan ada kaitannya dengan pembahasan penulis, yaitu skripsi yang membahas tentang nafkah bekas istri terutama yang berkaitan dengan pegawai negeri sipil (PNS) dan skripsi yang membahas tentang perceraian. Berikut ini adalah beberapa karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang ada kaitannya dengan judul skripsi penulis, yaitu: 1. Tinjauan Hukum Islam terhadap pasal 8 (3) PP. No. 10 tahun 1983 tentang Kewajiban Memberikan Separoh Gaji kepada Bekas Istri bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Ghomroni, NIM. 2194003, yang berkesimpulan bahwa kewajiban PNS pria untuk menyerahkan setengah gajinya kepada bekas istrinya, dimana dalam perkawinan tidak dikaruniai.

(30) 6. anak sebagaimana dinyatakan dalam pasal 8 ayat (3) PP No. 10 tahun 1983, sedangkan dipandang dari hukum Islam pemberian separoh gaji kepada bekas istri adalah sah, apabila suami ada kerelaan dan tidak ada unsur paksaan walaupun telah habis masa iddah ataupun istri telah menikah lagi. 2. Analisis Hukum Islam terhadap pasal 3 PP. No. 10 tahun 1983 tentang Keharusan Izin Cerai Kepada Pejabat Bagi Perceraian Pegawai Negeri Sipil, oleh Nasiruddin, NIM. 2193049. Dalam penelitian ini Nasiruddin lebih menitik beratkan kepada kajian maqasidul tasyri’ dan maslahat dari peraturan pemerintah (PP) tersebut dalam pandangan hukum Islam untuk mendapatkan solusi yang terkait demi kemaslahatan dan kepentingan masyarakat terutama para Pegawai Negeri Sipil (PNS). 3. Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama (Analisis Putusan Hakim Nomor 71/pdt.G/2007/PA.Pwd. tentang Pembagian Gaji PNS Pasca Perceraian di PA Purwodadi), oleh Muhammad Taufiq , NIM. 2103044. Dalam penelitian ini Muhamad Taufiq menitik beratkan pada tuntutan pembagian gaji PNS kepada bekas istri yaitu sepertiga untuk istri dan sepertiga untuk anak akan tetapi hakim tidak mengabulkan tuntutan tersebut hakim menyerahkan sepenuhnya pada instansi. Dalam skripsi ini pembahasannya lebih berbeda, karena spesifik pembahasannya tentang apa yang menjadi pertimbangan majlis hakim tentang sistem pembagian gaji PNS terhadap bekas isteri yang diserahkan kepada atasan atau instansi terkait dan apakah putusan pengadilan agama dalam.

(31) 7. sistem pembagian gaji PNS terhadap bekas isteri yang diserahkan kepada atasan atau instansi terkait itu sesuai dengan hukum yang berlaku. Disamping itu penulis akan membahas seberapa besar bagian bekas istri kalau si istri adalah sama-sama pegawai negeri sipil dan si istri adalah sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja. E. Metode Penelitian Metode penulisan skripsi merupakan suatu pendekatan yang dipakai sebagai metodologi dan mencari penjelasan terhadap permasalahan. 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian lapangan (Fieldresearch)7.Yaitu guna memperoleh informasi terhadap masalah-masalah yang dibahas, karena penulis langsung terjun kelapangan yaitu meneliti terhadap pelaksanaan putusan PA Kendal tentang pelaksanaan pembagian gaji pegawai negeri sipil terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian, maka dari itu penulis langsung terjun ke instansi tersebut guna mengetahui jawaban dari permasalahan. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan jenis penelitian dokumentasi (document research), karena permasalahannya berupa menganalisis terhadap putusan di Pengadilan Agama Kendal yaitu tentang penyelesaian pembagian gaji Pegawai Negeri Sipil ( PNS) terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian. 7. Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet.IV, Bandung: Remaja Rosda Karya, hlm. 153.

(32) 8. Adapun sebagai sampelnya yaitu tiga putusan Pengadilan Agama Semarang tentang penyelesaian pembagian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan pada instansi atau atasan terkait pasca perceraian. Putusan yang dimaksud yaitu perkara No. 405/Pdt.G/2005/PA.Sm, putusan perkara No.1135/Pdt.G/2007/PA.Sm., dan No.1203/Pdt.G/2007/PA.Sm. Alasan mengambil tiga putusan tersebut adalah pertama, tiga putusan tersebut telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. Kedua, putusan tersebut memiliki pertimbangan hukum relatif sama. Ketiga, karena keterbatasan penulis baik dalam aspek waktu maupun dana. 2. Sumber Data Sumber Data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh8. Sumber data penelitian ini terdiri dari dua, yaitu: sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber Data Primer Yaitu Sumber data utama yang digunakan penulis sebagai rujukan dalam penelitian skripsi ini, merupakan sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu putusan PA Kendal tentang penyelesaian pembagian gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian. Sumber data primer ini meliputi putusan PA Kendal, keterangan dari atasan dan para pihak yang bersangkutan.. 8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, hlm.115.

(33) 9. b Sumber Data Sekunder Yaitu data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan. Dalam hal ini penulis gunakan untuk melengkapi sumber data primer. 3. Metode Pengumpulan Data Metode atau teknik pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian, dimana kesalahan dalam penggunaan metode pengumpulan data berakibat fatal terhadap hasil penelitian. Mengumpulkan data merupakan langkah yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan penelitian dengan. pendekatan. apapun,. karena. desain. penelitiannya. dapat. dimodifikasi setiap saat, pengumpulan data menjadi satu fase yang strategis bagi dihasilkannya penelitian yang bermutu. Dalam. penelitian. akan. menggunakan. beberapa. instrument. pengumpulan data, antara lain: a. Interview (wawancara) Wawancara adalah salah satu cara memperoleh informasi dengan jalan bertanya langsung kepada pihak yang diwawancarai atau dipihak kedua. Dalam wawancara ini penulis lakukan di Pengadilan Agama Kendal dengan para responden hakim atau panitera. Disamping itu wawancara penulis lakukan di instansi terkait dengan responden yang terdiri dari pihak-pihak yang berperkara, staf kantor, dan atasan instansi.

(34) 10. b. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.9 Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan. Pengamatan bisa dilakukan terhadap suatu benda, kondisi, situasi, keadaan, kegiatan, proses atau penampilan tingkah laku seseorang. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, undang- undang serta peraturan perudang-uandangan yang lain.10 Dokumentasi ini berupa putusan pengadilan Agama Kendal tentang penyelesaian pembagian gaji pegawai negeri sipil (PNS) terhadap bekas istri yang diserahkan pada instansi atau atasan terkait pasca perceraian 4. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu data diperoleh, dipilih dan disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif. Dalam arti lain yaitu analisis yang bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari kelompok subjek yang diteliti, yakni secara sistematis tekstual dan akurat.11. 9. Ibid., hal. 234 Ibid, hal. 131 11 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali, 1999, hlm.42 10.

(35) 11. Yang diteliti dan dipelajari adalah objek penelitian yang utuh, sepanjang hal itu mengenai manusia, maka hal tersebut menyangkut sejarah hidup manusia. Dengan demikian, maka dengan mempergunakan metode kualitatif, seorang peneliti dapat memahami atau mengerti gejala yang diteliti.12 F.. Sistematika penulisan Untuk mempermudah menyusun skripsi ini, dalam penyusunannya dibagi dalam beberapa bab dengan rincian sebagai berikut: BAB 1 Dalam bab ini menguraikan tentang, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, sistimatika penelitian BAB II Dalam bab ini penulis uraikan berbagai hal yang merupakan tinjauan umum tentang nafkah akibat perceraian bagi pegawai negeri sipil yang meliputi tentang nafkah (nafkah bagi mantan istri PNS, akibat perceraian bagi PNS), eksekusi (pengertian eksekusi,. pelaksanaan eksekusi).. BAB III Merupakan penjelasan gambaran umum putusan pengadilan agama Semarang tentang penyelesaian pembagian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan pada instansi atau atasan terkait pasca perceraian yang meliputi putusan Pengadilan Agama Semarang No.405/pdt.G/2005/PA.Sm. (identitas para pihak, pertimbangan hakim, putusan hakim), putusan Pengadilan. 12. Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:UI Press, 1982, hlm.32.

(36) 12. Agama Semarang Nomor : 1135/Pdt.G/2007/PA.Sm (identitas para pihak, pertimbangan hakim, putusan hakim), putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor 1203/Pdt.G/2007/PA.Sm (identitas para pihak, pertimbangan hakim, keputusan hakim). BAB IV Dalam Bab ini diuraikan tentang analisis putusan Pengadilan Agama Semarang tentang pembagian gaji terhadap bekas istri yang diserahkan pada atasan atau instansi terkait pasca perceraian yang meliputi analisis terhadap putusan pa tentang pemberian Gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau. atasan. (putusan. No.405/pdt.G/2005/PA.Sm,. Pengadilan. Agama. putusan. Pengadilan. Semarang Agama. Semarang Nomor: 1135/Pdt.G/2007/PA.Sm, putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor 1203/Pdt.G/2007/PA.Sm), analisis efektifitas. putusan. pengadilan. agama. Semarang. tentang. pembagian gaji PNS terhadap bekas istri yang diserahkan kepada instansi atau atasan terkait pasca perceraian. BAB V Merupakan bab penutup Sebagai akhir pembahasan dalam skripsi ini, maka akan penulis simpulkan beberapa pokok masalah sebagaimana yang terdapat dalam pendahuluan. Dalam bab ini penulis juga akan berusaha mengemukakan saran-saran. Pada akhirnya penulis akan tutup dengan beberapa harapan yang tertuang dalam sub bab penutup..

(37) BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAFKAH AKIBAT PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL. A. Tentang Nafkah 1. Nafkah bagi Mantan Istri PNS Menurut bahasa, nafkah berasal dari isim mufrad  (nafaqah), yang jamaknya adalah ‫( ت‬nafaqâh) yang artinya barang-barang yang dibelanjakan seperti duit.1 Demikian pula dalam Kamus Al-Munawwir, ّ ‫ا‬ yang artinya biaya, belanja.2 Dalam Kamus al-Munjid,3 yang tertera yaitu:.          

(38)  . –  Menurut Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi,4 dan Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary, kata nafaqah berarti mengeluarkan.5 Sedang secara terminologi terdapat beberapa rumusan di antaranya: 1. Menurut Ibrahim Muhammad al-Jamal, nafkah adalah apa saja yang diberikan kepada Istri, seperti makanan, pakaian, uang dan lainnya.6. 1. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1973, hlm. 463. 2 Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997, hlm. 1449. 3 Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wal-A'lam, Beirut Libanon: Dâr al-Masyriq, 1986, hlm. 828 4 Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi, Fath al-Qarîb al-Mujîb, Indonesia: Dâr al-Ihya al-Kitab al-Arabiah, tth, hlm. 51 5 Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary, Fath al-Mu’în, Maktabah wa Matbaah, Semarang: Toha Putera , tth, hlm. 119 6 Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah, Terj. Anshori Umar Sitanggal, “Fiqih Wanita”, Semarang: CV Asy-Syifa, 1986, hlm. 459. 13.

(39) 14. 2. Menurut Zakiah Daradjat, nafkah berarti belanja, maksudnya ialah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada istri, kerabat, dan miliknya sebagai keperluan pokok bagi mereka, seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.7 3. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, nafkah adalah pengeluaran yang biasanya dipergunakan oleh seseorang untuk sesuatu yang baik atau dibelanjakan untuk orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.8 4. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud nafkah yaitu memenuhi kebutuhan makan, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, pengobatan istri jika ia seorang kaya.9 Dari beberapa rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa nafkah adalah suatu pemberian dari seorang suami kepada istrinya. Dengan demikian, nafkah istri berarti pemberian yang wajib dilakukan oleh suami terhadap istrinya dalam masa perkawinannya. Apabila telah sah dan sempurna suatu akad perkawinan antara seorang. laki-laki dan seorang perempuan, maka sejak itu menjadi tetaplah kedudukan laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai isteri, dan sejak itu pula suami memperoleh hak-hak tertentu beserta kewajibankewajiban tertentu pula, sebaliknya isteri memperoleh hak-hak tertentu beserta kewajiban-kewajiban tertentu pula.. 7. Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, jilid 2, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, hlm. 141. Abdual Aziz Dahlan, et. al, (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, hlm. 1281. 9 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, juz 2, Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth, hlm. 228. 8.

(40) 15. Hak yang diperoleh suami seimbang dengan kewajiban yang dipikulkan di pundaknya, sebaliknya hak yang diperoleh istri seimbang pula dengan kewajiban yang dipikulkan di pundaknya. Suami wajib mempergunakan haknya secara hak dan dilarang menyalahgunakan haknya, di samping itu ia wajib menunaikan kewajibannya dengan sebaikbaiknya, demikian juga isteri, ia wajib mempergunakan haknya secara hak dan dilarang menyalahgunakan haknya, di samping itu ia wajib menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Jika suami mempergunakan haknya secara tidak menyalahgunakan haknya serta menunaikan kewajibannya dengan baik, begitu pula istri mempergunakan haknya secara tidak menyalahgunakan haknya serta menunaikan kewajibannya dengan baik, maka menjadi sempurnalah terwujudnya sarana-sarana ke arah ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa masing-masing, terjelmalah kesejahteraan dan kebahagiaan bersama lahir batin. Apa yang menjadi kewajiban bagi suami adalah menjadi hak bagi isteri, sebaliknya apa yang menjadi kewajiban isteri adalah menjadi hak bagi suami.10 Hubungan perkawinan menimbulkan kewajiban nafkah atas suami untuk istri dan anak-anaknya. Dalam hubungan ini Q.S. Al-Baqarah: 233 mengajarkan bahwa suami yang telah menjadi ayah berkewajiban memberi nafkah kepada ibu anak-anak (istri yang telah menjadi ibu). 10. Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta, 1978, hlm. 55..

(41) 16 dengan cara ma’ruf.11 Itulah sebabnya Mahmud Yunus menandaskan bahwa suami wajib memberi nafkah untuk istrinya dan anak-anaknya, baik istrinya itu kaya atau miskin, maupun muslim atau Nasrani/Yahudi.12 Bahkan kaum muslimin sepakat bahwa perkawinan merupakan salah satu sebab yang mewajibkan pemberian nafkah, seperti halnya dengan kekerabatan.13 Dengan demikian, hukum membayar nafkah untuk istri, baik dalam bentuk perbelanjaan, pakaian adalah wajib. Kewajiban itu bukan disebabkan oleh karena istri membutuhkannya bagi kehidupan rumah tangga, tetapi kewajiban yang timbul dengan sendirinya tanpa melihat kepada keadaan istri. Bahkan di antara ulama Syi'ah menetapkan bahwa meskipun istri orang kaya dan tidak memerlukan bantuan biasa dari suami, namun suami tetap wajib membayar nafkah. Dasar kewajibannya terdapat dalam Al-Qur'an maupun dalam hadis Nabi. Dalil dalam bentuk al-Qur'an terdapat dalam beberapa ayat. Di antara ayat Al-Qur'an yang menyatakan kewajiban perbelanjaan terdapat dalam surat al-Baqarah (2) ayat 233:. '& ( * ) "  +  $&, - ' .  /0 !" 1 2 3 -45 2 3 67 8     !" #$% (CDD :=/A) 9 : 1  & )   '  ;:1 =< : 82 >?- ' 30 Artinya: Kewajiban ayah untuk memberikan belanja dan pakaian untuk istrinya. Seseorang tidak dibebani kecuali semampunya, seorang 11. Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Pers, 1999, hlm. 108. Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990,. 12. hlm. 101. 13. Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Khamsah, Terj. Masykur, Afif Muhammad, Idrus al-Kaff, "Fiqih Lima Mazhab", Jakarta: Lentera, 2001, hlm. 400..

(42) 17. ibu tidak akan mendapat kesusahan karena anaknya, dan seorang ayah tidak akan mendapat kesusahan karena anaknya. (Q.S. alBaqarah: 233).14 Di antara ayat yang mewajibkan perumahan adalah surat at-Thalaq (65) ayat 6:. :MN) GF?H 2 ; I8 ?-   5 : J  F H, K  GL   2 ; ,   (O Artinya: Beri kediamanlah mereka (istri-istri) di mana kamu bertempat tinggal sesuai dengan kemampuanmu. (Q.S. at-Thalaq: 6).15 Adapun dalam bentuk sunnah terdapat dalam beberapa hadis Nabi, di antaranya:. P  0 !  Q 6 P R 1 S  1 T F : %  %  A0U S:2 L V R W( X1  1 Y Z S:2 L XF A2  % P  $"  [ T F 8 \]" R 04   X1  % T 2 8 \]" :W^W 1  $&:A%  $;  #$% _     $4  ! " ` a( Q 6 &$  G$% &$ #&$b XF A2  % Q [ (T8 dA 98) _ 6:b   P   5 3A4  HcW ; 16. Artinya: Telah mengabarkan kepada kami, Adam bin Abi Iyas dari Syu'bah dari 'Adiyin bin Tsabit berkata: aku telah mendengar Abdullah bin Yazid al-Anshari dari Abu Mas'ud al-Ansari r.a., Rasulullah Saw. bersabda: "Apabila seorang Muslim memberikan belanja kepada keluarganya semata-mata karena mematuhi Allah, maka ia mendapat pahala. (H.R. al-Bukhari). 14. Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:: DEPAG RI, 1978, hlm. 57. 15 Ibid., hlm. 228. 16 Abu Abdillâh al-Bukhâry, Sahîh al-Bukharî, juz III, Beirut Libanon: Dâr al-Fikr, 1410 H/1990 M, hlm. 305.

(43) 18. K  Ge" X1  % :R W7  1 8  S  % f )   S:2 L  %^6  1 #GcW S:2 L #$% X% 24 &$  G$% &$ #&$b XI A2 Q 6 Q 6 = /W/; X1  %  j 2\ g G$&  j "    $& g GA X[ : ; h!" 5 i  , 4  ! "  $8]" (T8 dA 98) 8 32 17. Artinya: Telah mengabarkan kepada kami, Yahya bin Qoza'ah dari Malik dari Syauri bin Yazid dari Abi al-Ghoisa dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang berusaha keras membantu janda dan orang miskin, sama artinya dengan. berjuang di jalan Allah atau selalu sembahyang sepanjang malam hari dan selalu berpuasa di siang hari. (H.R. al-Bukhari)..  %.  /%]"  %  F^ X1  % f )   XS:2 L Q 6 g G% !( S:2 L Q 6 &$  G$% &$ #&$b  $& Q 8 k&  % &$ Xl8 = /W/; X1 (T8 dA 98) fG$% `   YZ 1 W `    $& Q 6 18. Artinya: Telah mengabarkan kepada kami, Ismail dari Malik dari Abi alZanad dari al-A'raj dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Allah berfirman: 'Hai Anak Adam, belanjakanlah hartamu dijalan kebaikan, maka Aku akan membelanjaimu! (H.R. al-Bukhari). /  %  % G;/1(  1 : 0   % k G" /Am nR o5  1 : !2 c S:2 L  G$% &$ #&$b XI A2 k 5 Q 6 % &$ Xl8 :R 0   % :R 0   1  $p5 X !1 Xb Q<  X P  $"  [  ,& !1 q ) W/  X 0W &$ k"  n) o5 K  $os K  $os Q 6 K  $os [ P$" 6  Q 6 / N" r 2  [ P  $" 6  Q 6 X[ V 2 k & , HW _  %  3 %:- k"    /) Gm ut Gv"  fHS8 w:X[ X[ 30[/ -  !"$s #2HL < 6:b f 3[ P"  !3  3 W:W 17. Ibid, hlm. 305. Ibid,. 18.

(44) 19. 98) k /mZ f1 /I ?W V )  f1 x  HW f0[/ W &$ g& 0 f-/ (T8 dA 19. Artinya: Telah mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Katsir dari Syufyan dari Sa'ad bin Ibrahim dari 'Amir bin Sa'ad dari Sa'ad r.a., kutanya: Sewaktu saya sakit di Mekkah, Nabi saw. datang melihat saya. Saya berkata: "Saya memiliki sejumlah harta. Saya akan membuat wasiat (testament) untuk menyerahkan seluruh harta saya itu." Jawab Rasul: "Tidak boleh'." "Setengah?" kataku. "Tidak," jawab Rasul. "Apakah boleh sepertiga?" tanyaku lagi. Rasul menjawab: "Sepertiga boleh, tetapi masih terlalu banyak. Engkau lebih baik meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, daripada kamu tinggalkan mereka dalam keadaan melarat dan menjadi beban dan orang lain. Semua pengeluaran yang kamu belanjakan adalah sedekah dan berpahala bagimu. Bahkan sesuap nasi yang engkau berikan kepada istrimu. Mudah-mudahan janganlah Allah menjadikan engkau seorang yang berguna bagi kelompok manusia, tetapi mendatangkan malapetaka bagi kelompok lain. (H.R. al-Bukhari)..  1  !L/2 :A% XS:2 L Q 6 K  G$& XS:2 L Q 6 /R G %  1 : G0 S:2 L k&  = /W/; X1  % y  G24!"  1  % z R 3U  1  % /R [ 4  1 :  m / 3 {  % k 5   6:2\ / Gm Q 6 &$  G$% &$ #&$b  $& Q 8 (T8 dA 98) Q 0-  !1 ":1 #|v 20. Artinya: Telah mengabarkan kepada kami, Sa'id bin Ghufair dari Lais dari 'Abdur Rahman bin Khalid bin Musafir dari ibnu Syihab dari ibnu al-Musayyab dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Sedekah yang terbaik adalah yang dilakukan oleh orang yang kaya. Mulailah memberikan sedekah dengan bersedekah kepada orang yang menjadi tanggung-jawabmu! (H.R. al-Bukhari)..  %  G1  % Y) r; /Am y ) G; S:2 L g G% !(  1 # S:2 L   X g" ;  $& Q 8 W P  $" 6  !$ FY  %  !$ X1 P  1 yW7 19. Ibid, hlm. 305 Ibid, hlm. 305. 20.

(45) 20. }, ;  3 H5 8 H1 P  4    3 G$% `  k"   !$ X1 X1 X[ /R J  98)  3 G$% P  "    / J  f    0 Q 6 X2 1  ; !2( }, ; (T8 dA 21. Artinya: Telah mengabarkan kepada kami, Musa bin Ismail dari Wuhaib dari Hisyam dari bapaknya dari Zainab binti Abi Salamah dari Ummu Salamah r.a., katanya; Saya berkata kepada Rasulullah Saw.: "Ya Rasulullah, kalau saya membelanjai anak-anak Abu Salamah dan saya tidak mau meninggalkan mereka dalam keadaan terlantar, karena mereka adalah juga anak-anak saya, apakah saya memperoleh pahala?" Rasul menjawab: "Benar, engkau akan memperoleh pahala atas segala nafkah yang engkau belanjakan. (H.R. al-Bukhari). Dalam konteksnya dengan nafkah mantan istri PNS, bahwa pegawai negeri sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat diharapkan dapat menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku, tindakan, dan ketaatan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.22 Pegawai negeri sipil harus mentaati kewajiban tertentu dalam hal hendak melangsungkan perkawinan beristri lebih dari satu, dan atau bermaksud melakukan perceraian. Sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugasnya diharapkan tidak terganggu oleh urusan kehidupan rumah tangga atau keluarganya. Dalam pelaksanaannya, beberapa ketentuan peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1983 tidak jelas. Pegawai negeri sipil tertentu yang seharusnya terkena 21. Ibid, hlm. 306. Harmon Harun, Himpunan UU Kepegawaian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 20022004, hlm 2-3 22.

(46) 21. ketentuan peraturan pemerintah Nomor 10 tahun 1983 dapat menghindar, baik secara sengaja maupun tidak, terhadap ketentuan tersebut. Disamping itu adakalanya pula pejabat tidak dapat mengambil tindakan yang tegas karena ketidak jelasan rumusan ketentuan peraturan pemerintah Nomor 10 tahun 1983 itu sendiri, sehingga dapat memberi peluang untuk melakukan penafsiran sendiri-sendiri. Pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pejabat yang berwenang disini adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat dan atau memberhentikan pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembagian Pegawai Negeri Sipil terdiri dari: a. Pegawai negeri pusat Yang di maksud Pegawai negeri pusat adalah pegawai negeri sipil pusat yang gajinya dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara dan bekerja pada departemen, lembaga pemerintah non departemen, kesekretariatan lembaga tertinggi/tinggi negara, instansi vertikal di daerah-daerah, dan kepaniteraan pengadilan. b. Pegawai negeri sipil daerah.

(47) 22. Yang dimaksud dengan pegawai negeri sipil daerah adalah pegawai negeri sipil daerah propinsi/kabupaten/kota yang gajinya dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah dan bekerja pada pemerintah daerah, atau dipekerjakan diluar instansi induknya.23 Dalam hubungannya dengan perceraian PNS, bahwa apabila usaha untuk merukunkan kembali tidak berhasil dan perceraian itu terjadi atas kehendak Pegawai Negeri Sipil pria, maka ia wajib menyerahkan bagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya. Pegawai Negeri Sipil yang diwajibkan menyerahkan bagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya, wajib membuat pernyataan tertulis.24 Hak atas bagian gaji untuk bekas istri tidak diberikan, apabila perceraian terjadi karena istri terbukti telah berzina dan atau istri terbukti telah melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap suami dan atau istri terbukti menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan dan atau istri terbukti telah meninggalkan suami selama dua tahun berturut-turut tanpa ijin suami dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya. Meskipun perceraian terjadi atas kehendak istri yang bersangkutan, haknya atas bagian gaji untuk bekas istri tetap diberikan apabila ternyata alasan istri mengajukan gugatan cerai karena dimadu, dan atau karena suami terbukti telah berzina, dan atau suami terbukti telah melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap istri, 23. Ibid., hlm. 19. Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009, hlm. 277. 24.

(48) 23. dan atau suami terbukti telah menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan dan atau suami terbukti telah meninggalkan istri selama dua tahun berturut-turut tanpa ijin istri dan tanpa alasan yang sah atau karena hall lain di luar kemampuannya. Yang dimaksud dengan gaji adalah penghasilan yang diterima oleh suami dan tidak terbatas pada penghasilan suami pada waktu terjadinya perceraian. Bendaharawan gaji wajib menyerahkan secara langsung bagian gaji yang menjadi hak bekas istri dan anak-anaknya sebagai akibat perceraian. Tanpa lebih dahulu menunggu pengambilan gaji dari Pegawai Negeri Sipil bekas suami yang telah menceraikannya. Bekas istri dapat mengambil bagian gaji yang menjadi haknya secara langsung dari Bendaharawan gaji, atau dengan surat kuasa. atau dapat meminta untuk dikirimkan kepadanya. Apabila ada gugatan perceraian yang diajukan oleh pihak istri dan setelah dilakukan upaya merukunkan kembali oleh Pejabat tidak berhasil, maka proses pemberian ijin agar diselesaikan secepatnya mematuhi dan sesuai dengan ketentuan jangka waktu yang telah ditentukan.25 2. Akibat Perceraian bagi PNS Menurut Fuad Said, perceraian adalah putusnya hubungan pernikahan antara suami istri.26 Menurut Zahry Hamid suatu pernikahan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dapat berakhir dalam keadaan suami istri masih hidup dan dapat pula berakhir sebab 25. Ibid., hlm. 277-278. Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994, hlm. 1.. 26.

(49) 24. meninggalnya suami atau istri. Berakhirnya pernikahan dalam keadaan suami dan istri masih hidup dapat terjadi atas kehendak suami, dapat terjadi atas kehendak istri dan terjadi di luar kehendak suami istri. Menurut hukum Islam, berakhirnya pernikahan atas inisiatif atau oleh sebab kehendak suami dapat terjadi melalui apa yang disebut talak, dapat terjadi melalui apa yang disebut ila' dan dapat pula terjadi melalui apa yang disebut li'an, serta dapat terjadi melalui apa yang disebut zihar.27 Berakhirnya pernikahan atas inisiatif atau oleh sebab kehendak istri dapat terjadi melalui apa yang disebut khiyar aib, dapat terjadi melalui apa yang disebut khulu' dan dapat terjadi melalui apa yang disebut rafa' (pengaduan). Berakhirnya pernikahan di luar kehendak suami dapat terjadi atas inisiatif atau oleh sebab kehendak hakam, dapat terjadi oleh sebab kehendak hukum dan dapat pula terjadi oleh sebab matinya suami atau istri.28 Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa perkawinan dapat putus karena: a. kematian, b. perceraian, dan c. atas keputusan pengadilan. Undang-undang ini tidak memberi definisi tentang arti perceraian. KHI juga tampaknya mengikuti alur yang digunakan oleh undang-undang perkawinan, walaupun pasal-pasal yang digunakan lebih banyak yang menunjukkan aturan-aturan yang lebih rinci. KHI memuat masalah putusnya perkawinan pada Bab XVI. Pasal 113 KHI menyatakan: perkawinan dapat putus karena: a. kematian; b. perceraian, dan; c. Atas 27 Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Pernikahan Islam dan Undang-Undang Pernikahan di Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta, 1978, hlm. 73. 28 Ibid., hlm. 73..

(50) 25. putusan pengadilan. Dalam Pasal 117 KHI ditegaskan bahwa talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129, 130 dan 131. Sejalan dengan prinsip perkawinan dalam Islam yang antara lain disebutkan bahwa perkawinan adalah untuk selamanya, tidak boleh dibatasi dalam waktu tertentu, dalam masalah talak pun Islam memberikan pedoman dasar sebagai berikut, 1. Pada dasarnya Islam mempersempit pintu perceraian. Dalam hubungan ini hadis Nabi riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah mengajarkan, "Hal yang halal, yang paling mudah mendatangkan murka Allah adalah talak." Hadis Nabi riwayat Daruquthni mengajarkan, "Ciptaan Allah yang paling mudah mendatangkan murka-Nya adalah talak." AlQurthubi dalam kitab Tafsir Ayat-Ayat Hukum mengutip hadis Nabi berasal dari Ali bin Abi Thalib yang mengajarkan, "Kawinlah kamu, tetapi jangan suka talak sebab talak itu menggoncangkan arsy." Dari banyak hadis Nabi mengenai talak itu, dapat kita peroleh ketentuan bahwa aturan talak diadakan guna mengatasi hal-hal yang memang telah amat mendesak dan terpaksa. 2. Apabila terjadi sikap membangkang/melalaikan kewajiban (nusyus) dari salah satu suami atau istri, jangan segera melakukan pemutusan perkawinan. Hendaklah diadakan penyelesaian yang sebaik-baiknya antara suami dan istri sendiri. Apabila nusyus terjadi dari pihak istri,.

(51) 26. suami supaya memberi nasihat dengan cara yang baik. Apabila nasihat tidak membawakan perbaikan, hendaklah berpisah tidur dari istrinya. Apabila berpisah tidur tidak juga membawa perbaikan, berilah pelajaran dengan memukul, tetapi tidak boleh pada bagian muka, dan jangan sampai mengakibatkan luka. 3. Apabila perselisihan suami istri telah sampai kepada tingkat syiqaq (perselisihan yang mengkhawatirkan bercerai), hendaklah dicari penyelesaian dengan jalan mengangkat hakam (wasit) dari keluarga suami dan istri, yang akan mengusahakan dengan sekuat tenaga agar kerukunan hidup suami istri dapat dipulihkan kembali.29 4. Apabila terpaksa perceraian tidak dapat dihindarkan dan talak benarbenar terjadi, harus diadakan usaha agar mereka dapat rujuk kembali, memulai hidup baru. Di sinilah letak pentingnya, mengapa Islam mengatur bilangan talak sampai tiga kali. 5. Meskipun talak benar-benar terjadi, pemeliharaan hubungan dan sikap baik antara bekas suami istri harus senantiasa dipupuk. Hal ini hanya dapat tercapai, apabila talak terjadi bukan karena dorongan nafsu, melainkan dengan pertimbangan untuk kebaikan hidup masingmasing.30 Dalam konteksnya dengan perceraian PNS bahwa apabila perceraian terjadi atas kehendak kehendak Pegawai Negeri Sipil pria, maka ia wajib menyerahkan sebagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak29. Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, UUI Press, Yogyakarta, 1999, hlm.. 71-72. 30. Ibid., hlm. 72..

(52) 27. anaknya. Pembagian gaji tersebut sepertiga untuk Pegawai Negeri Sipil pria yang bersangkutan, sepertiga untuk bekas isterinya, dan sepertiga untuk anak atau anak-anaknya. Apabila dari perkawinan tersebut tidak ada anak maka bagian gaji yang wajib diserahkan oleh Pegawai Negeri Sipil pria kepada bekas isterinya ialah setengah dari gajinya. Apabila perceraian terjadi atas kehendak isteri, maka ia tidak berhak atas bagian penghasilan dari bekas suaminya. Ketentuan sebagaimana dimaksud tidak berlaku, apabila isteri meminta cerai karena dimadu. Apabila bekas isteri Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan kawin lagi. maka haknya atas bagian gaji dari bekas suaminya menjadi hapus terhitung mulai ia kawin lagi.31 B. Eksekusi 1. Pengertian Eksekusi Eksekusi adalah hal menjalankan putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap. Putusan pengadilan yang dieksekusi adalah putusan pengadilan yang mengandung perintah kepada salah satu pihak untuk membayar sejumlah uang, atau menghukum pihak yang kalah untuk membayar sejumlah uang, atau juga pelaksanaan putusan hakim yang memerintahkan pengosongan benda tetap, sedangkan pihak yang kalah tidak mati melaksanakan putusan itu secara sukarela sehingga memerlukan upaya paksa dari pengadilan untuk melaksanakannya.32 Putusan Pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang 31. Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan P.erceraiann badi PNS yang kemudian diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 32 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Prenada Media, 2005. hlm. 313..

(53) 28. mempunyai kekuatan eksekutorial. Adapun yang memberikan kekuatan eksekutorial pada putusan pengadilan terletak pada kepada putusan yang berbunyi "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". Di samping itu. putusan pengadilan yang mempunyai titel eksekutorial adalah putusan yang bersifat atau yang mengandung amar "condemnatoir, sedangkan putusan pengadilan yang bersifat deklaratoir dan constitutif tidak dilaksanakan eksekusi karena tidak memerlukan eksekusi dalam menjalankannya.. Menurut. Sudikno. Mertokusumo. eksekusi. pada. hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan pengadilan tersebut. Pihak yang menang dapat memohon eksekusi pada pengadilan yang memutus perkara tersebut untuk melaksanakan putusan tersebut secara paksa (execution force).33 Dalam pelaksanaan eksekusi dikenal beberapa asas yang harus dipegangi oleh pihak pengadilan, yakni sebagai berikut: a. Putusan pengadilan harus sudah berkekuatan hukum tetap Sifat putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah tidak ada lagi upaya hukum, dalam bentuk putusan tingkat pertama, bisa juga dalam bentuk putusan tingkat banding dan kasasi. Sifat dan putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah litis finiri opperte, maksudnya tidak bisa lagi disengketakan oleh pihak-pihak. 33. Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1998,. hlm.201..

(54) 29. yang berperkara. Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap mempunyai kekuatan mengikat para pihak-pihak yang berperkara dan ahli waris serta pihak-pihak yang mengambil manfaat atau mendapat hak dan mereka. Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat dipaksa pemenuhannya melalui pengadilan jika pihak yang kalah tidak mau melaksanakannya secara sukarela. Pengecualian terhadap asas ini adalah: (1) pelaksanaan putusan uit voerbaar hij voorraad sesuai dengan Pasal 191 ayat (1) R.Bg, dan Pasal 180 ayat (2) pelaksanaan putusan provisi sesuai dengan Pasal 180 ayat (1) HIR, Pasal 191 ayat (1) R.Bg dan Pasal 54 Rv. (3) pelaksanaan putusan perdamaian. sesuai dengan Pasal- 130 ayat (2) HIR dan Pasal 154 ayat (2) R.Bg, (4) eksekusi berdasarkan Grose akta sesuai dengan Pasal 224 HIR dan Pasal 258 R.Bg. b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela Sesuai dengan ketentuan Pasal 196 HIR dan Pasal 207 R.Bg, maka ada dua cara menyelesaikan pelaksanaan putusan yaitu dengan cara sukarela karena pihak yang kalah dengan sukarela melaksanakan putusan tersebut. dan dengan cara paksa melalui proses eksekusi oleh pengadilan. Pelaksanaan putusan pengadilan secara paksa dilaksanakan dengan bantuan pihak kepolisian sesuai dengan Pasal 200 ayat (1) HIR..

(55) 30. c. Putusan mengandung amar Condemnatoir. Putusan yang bersifat condemnatoir biasanya dilahirkan dari perkara yang bersifat contensius dengan proses pemeriksaan secara contradidoir. Para pihak yang berperkara terdiri dari para pihak Penggugat dan Tergugat yang bersifat partai. Adapun ciri putusan yang bersifat condemnatoir mengandung salah satu dinar yang menyatakan: (1) Menghukum atau memerintahkan untuk "menyerahkan". (2) Menghukum atau memerintahkan untuk "pengosongan"; (3) Menghukum atau memerintahkan untuk "membagi". (4) Menghukum atau memerintahkan untuk "melakukan sesuatu". (5) Menghukum atau memerintahkan untuk "menghentikan". (6) Menghukum atau memerintahkan untuk "membayar". (7) Menghukum atau memerintahkan untuk "membongkar". (8) Menghukum atau memerintahkan untuk "tidak melakukan sesuatu" d. Eksekusi di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Menurut Pasal 195 ayat (1) HIR dan Pasal 206 ayat (1) R.Bg. yang berwenang melakukan eksekusi adalah pengadilan yang memutus perkara yang di minta eksekusi tersebut sesuai dengan kompetensi relatif. pengadilan tingkat banding tidak diperkenankan melaksanakan eksekusi. Sebelum melaksanakan eksekusi, Ketua Pengadilan Agama terlebih dahulu mengeluarkan penetapan yang ditujukan kepada.

(56) 31. Panitera/juru Sita untuk melaksanakan eksekusi dan pelaksanaan eksekusi tersebut dilaksanakan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Agama. 2. Pelaksanaan Eksekusi Dalam menjalankan eksekusi terhadap perkara-perkara yang menjadi wewenang Pengadilan Agama .dapat ditempuh tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Permohonan pihak yang menang Jika pihak yang kalah tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan Agama secara sukarela. maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama yang memutuskan perkara tersebut untuk dijalankan secara paksa hal-hal yang telah disebutkan dalam amar putusan. Permohonan pengajuan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Agama merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan oleh pihak yang menang agar putusan tersebut dapat dijalankan secara paksa sebagaimana tersebut dalam Pasal 207 ayat (1) R.Bg dan Pasal 196 HIR. Jika para pihak yang menang ingin putusan Pengadilan supaya dijalankan secara paksa, maka ia harus membuat surat permohonan yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Agama yang memutus perkara, memohon agar putusan supaya dijalankan secara paksa karena pihak yang kalah tidak mau melaksanakan isi putusan tersebut. Tanpa ada. surat. permohonan. dilaksanakan.. tersebut. maka. eksekusi. tidak. dapat.

(57) 32. b. Penaksiran biaya eksekusi Jika Ketua Pengadilan Agama telah menerima permohonan eksekusi dari pihak yang berkepentingan. maka segera memerintahkan meja satu untuk menaksir biaya eksekusi yang diperlukan dalam pelaksanaan eksekusi yang dilaksanakannya. Biaya yang diperlukan meliputi biaya pendaftaran eksekusi, biaya saksi-saksi, dan biaya pengamanan serta lain-lain yang dianggap perlu. Setelah biaya eksekusi tersebut dibayar oleh pihak yang menghendaki eksekusi kepada Panitera atau petugas yang ditunjuk untuk mengurus biaya perkara, barulah permohonan eksekusi tersebut didaftarkan dalam register eksekusi.34 c. Melaksanakan peringatan (Aan maning) Aan maning merupakan tindakan dan upaya yang dilakukan oleh Ketua Pengadilan Agama berupa teguran kepada pihak yang kalah agar ia melaksanakan isi putusan secara sukarela. Aan maning dilakukan dengan melakukan panggilan terhadap pihak yang kalah dengan menentukan hari, tanggal, dan jam persidangan dalam surat panggilan tersebut. Memberikan peringatan (Aan maning) dengan cara: (1) melakukan sidang insidental yang dihadiri oleh Ketua Pengadilan Agama, Panitera dan pihak yang kalah, (2) memberikan peringatan atau teguran supaya ia menjalankan putusan hakim dalam waktu. 34. Abdul Mannan, op.cit.. hlm. 317.

(58) 33. delapan hari, (3) membuat berita acara Aan waning dengan mencatat semua peristiwa yang terjadi di dalam sidang tersebut sebagai bukti autentik, bahwa Aan maning telah dilakukan dan berita acara ini merupakan landasan bagi perintah eksekusi yang akan dilaksanakan selanjutnya. Apabila pihak yang kalah tidak hadir dalam sidang Aan maning, dan ketidakhadirannya dapat dipertanggungjawabkan, maka ketidakhadirannya itu dapat dibenarkan dan pihak yang kalah itu harus dipanggil kembali untuk Aan maning yang kedua kalinya. Jika ketidakhadiran pihak yang kalah setelah dipanggil secara resmi dan patut tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka gugur haknya untuk dipanggil lagi, tidak perlu lagi proses sidang peringatan dan tidak ada tenggang masa peringatan. Secara ex officio Ketua Pengadilan Agama dapat langsung mengeluarkan surat penetapan perintah eksekusi kepada Panitera/Juru Sita.35 d. Mengeluarkan surat perintah eksekusi Apabila waktu yang telah ditentukan dalam peringatan (Aan maning) sudah lewat dan ternyata pihak yang kalah tidak menjalankan putusan, dan tidak mau menghadiri panggilan sidang peringatan tanpa alasan yang sah, maka Ketua Pengadilan Agama mengeluarkan perintah eksekusi dengan ketentuan: (1) perintah eksekusi itu berupa penetapan, (2) perintah ditujukan kepada Panitera atau Juru Sita yang. 35. Ibid.. hlm. 3 17..

(59) 34. namanya harus disebut dengan jelas. (3) harus menyebut dengan jelas nomor perkara yang hendak dieksekusi dan objek barang yang hendak dieksekusi, (4) perintah eksekusi dilakukan di tempat letak barang dan tidak boleh di belakang meja, (5) isi perintah eksekusi supaya dilaksanakan sesuai dengan amar putusan. e. Pelaksanaan eksekusi nil. Perintah eksekusi yang dibuat Ketua Pengadilan Agama, Panitera atau apabila ia berhalangan dapat diwakilkan kepada Juru Sita dengan ketentuan harus menyebut dengan jelas nama petugas dan jabatannya yang bertugas melaksanakan eksekusi sebagaimana diatur dalam Pasal 197 ayat (1) HIR dan Pasal 209 R.Bg. Dalam pelaksanaan eksekusi tersebut, Panitera atau Juru Sita dibantu dua orang saksi berumur 21 tahun, jujur dan dapat dipercaya yang berfungsi membantu Panitera atau Juru Sita yang melaksanakan eksekusi, sebagaimana diatur dalam Pasal 197 ayat (6) H'lR dan Pasal 210 R.Bg..

(60) BAB III GAMBARAN UMUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG TENTANG PENYELESAIAN PEMBAGIAN GAJI PNS TERHADAP BEKAS ISTRI YANG DISERAHKAN PADA INSTANSI ATAU ATASAN TERKAIT PASCA PERCERAIAN. A. Putusan Pengadilan Agama Semarang No.405/pdt.G/2005/PA.Sm. 1. Identitas Para Pihak Suami istri yang sah, yang telah menikah pada tanggal 27 juli 2001 dihadapan pejabat Kantor Urusan Agama. Purworejo Pasuruan Jawa. Timur yaitu Wahyu Setyaji Ismaryanto bin Ismono, umur 27 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS ( kantor pajak ), tempat tinggal di jalan tikung baru 7. RT.10. RW.VI. kelurahan Bandarharjo kecamatan. Semarang Utara kota semarang, sebagai pemohon. Melawan Yulianti Magdalena binti Salimin, umur 27, agama Islam, pekerjaan PNS (pajak), tempat tinggal di jalan Suren Timur 1 No.85 Banyumanik, sebagai termohon. 2. Pertimbangan Hakim Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas; Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha dengan sungguh-sungguh mendamaikan kedua belah pihak, namun tidak berhasil;. 35.

(61) 36. Menimbang, bahwa sesuai dengan bukti P,1 dapat dibuktikan bahwa Pemohon dan Termohon terikat dalam pernikahannya yang sah tanggal 27 Juli 2001; Menimbang, bahwa Pemohon sebagai PNS telah mendapatkan ijin untuk bercerai dari atasan Pemohon yakni Dirjen Pajak Wilayah Jateng tanggal 12 Agustus 2004 No.Kep.13/WPJ.10/2004 sebagaimana bukti P.2 dan Termohon dengan bukti T.1 telah mendapatkan surat Keterangan dari atasan yang bersangkutan maka Penggugat dan Tergugat telah memenuhi ketentuan pasal 3 Peraturan.Pemerintah No. 10 tahun 1983 yang telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah No.45 tahun 1990; Menimbang, bahwa berdasarkan jawab menjawab antara Pemohon dengan Termohon dapat ditemukan pokok permasalahan dalam perkara ini adalah sebagai berikut : a. Bahwa retaknya hubungan suami isteri antara Pemohon dengan Termohon sehingga keduanya sering terjadi pertengkaran terus menerus penyebabnya adalah api cemburu yang telah berkobar dihati keduanya, ditambah lagi keduanya bertempat tinggal berjauhan , Pemohon di Semarang sedangkan Termohon di Pasuruhan; b. Bahwa ungkapan Termohon kepada Pemohon dengan mengatakan kalau saya dilamar orang bagaimana? dimaksudkan memancing agar Pemohon lebih memperhatikan Termohon sebagai isterinya akan tetapi. oleh. Pemohon. ditanggapi. sebaliknya. seolah-olah.

(62) 37. kecemburuannya beralasan, sehingga hal ini sebagai puncak perselisihan dan pertengkaran yang terjadi pada lebaran tahun 2002 ; Menimbang, bahwa dalil Pemohon sebagian besar diakui Termohon terlebih tentang telah terjadinya pertengkaran antara Pemohon dengan Termohon telah diakui oleh Termohon, lagi pula pengakuan tersebut telah dikuatkan oleh para saksi dari kedua belah pihak antara lain : a. Indaryati. menyatakan. Pemohon. dan. Termohon. bertengkar. dirumahnya, Termohon memegang pisau; b. Aan Setiawan menyatakan sejak Termohon. pindah ke Semarang. Pemohon dan Termohon tidak pernah tinggal serumah hingga sekarang ; c. Muh Saliman menyatakan bahwa Pemohon dan Termohon rumah tangganya tidak harmonis, telah didamaikan tidak berhasil, dan ketiga saksi tersebut tidak mengetahui sebab-sebab pertengkaran ; Menimbang, bahwa berdasarkan Keterangan Pemohon pengakuan Termohon yang dikuatkan para saksi tersebut dapat ditemukan fakta sebagai berikut : a. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah sebagai suami isteri yang belum dikaruniai anak b. Bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak harmonis , telah terjadi pertengkaran yang tajam Termohon memegang pisau , sejak akhir 2002 atau setidaknya sejak Termohon pindah di Semarang,.

(63) 38. Pemohon dan Termohon sudah tidak serumah lagi dan telah didamaikan tidak berhasil; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut Majelis Hakim berpendapat. bahwa telah terjadi pertengkaran. tajam yang sulit untuk. didamaikan yang tidak ada harapan dapat disatukan dalam rumah tangga dan rumah tangga yang demikian sebenarnya telah pecah tidak utuh lagi; Menimbang, bahwa jika rumah tangga telah pecah maka tidak perlu mencari siapa yang salah, akan tetapi Majelis akan menilai apakah masih mungkin rumah tangga tersebut dapat disatukan kembali hal ini sesuai Yurisprodensi MARI Reg No.38 K/AG/1990 tanggal 5 Oktober 1991; Menimbang, 'bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, Majlis berpendapat bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah tidak sesuai dengan tujuan perkawinan sebagaimana tercantum pada pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo pasal 3 Kompilasi Hukum Islam; Menimbang,. bahwa. berdasarkan. pertimbangan-pertimbangan. tersebut dimuka, maka Permohonan Pemohon telah sesuai dan memenuhi maksud pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 jo pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam harus dinyatakan terbukti menurut hukum, oleh karena itu telah cukup alasan Majelis Hakim mengabulkan Permohonan Pemohon ; Menimbang, bahwa Pemohon mendalilkan Termohon Nuzus, Termohon menolak dengan keras tuduhan tersebut maka sebelum Majelis.

(64) 39. Hakim mempertimbangkan hal ini terlebih dahulu akan dikemukakan batasan nuzus berdasarkan kitab mughi ibnu Qudumah Vl: 295 yang selanjutnya telah diambil alih menjadi pendapat majelis bahwa nusuz ialah : apabila si isteri tidak mau seketiduran atau keluar rumah tanpa ijin suami; Menimbang, bahwa atas tuduhan Termohon nuzus di depan sidang Termohon telah mengajukan bukti T.2 jenis surat keputusan mutasi atas nama Termohon dari Kantor Pajak Pasuruhan ke Kantor Pajak Semarang barat, hal ini telah menunjukkan adanya indikasi iktikat baik dari Termohon untuk mengikuti Pemohon yang bekerja di Semarang; Menimbang, bahwa Pemohon tidak cukup memiliki bukti atas tuduhan tersebut sehingga dalil yang menyatakan Termohon nusuz harus dinyatakan tidak terbukti dan harus dikesampingkan ; Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 41 (c) Undangundang No.1/74 jo pasal 149 (b) Kompilasi Hukum Islam, Majelis Hakim secara ex officio dapat menetapkan nafkah iddah yang harus dibayar Pemohon terhadap Termohon yang besarnya akan dicantumkan dalam amar putusan ini; Dalam Rekonpensi Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan rekonpensi sebagai tersebut di atas; Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan gugat rekonpensi antara lain: a. Nafkah lampau selama 49 bulan Rp.1.000.000,- = Rp.49.000.000,-;.

(65) 40. b. Mut'ah sebesar = Rp.5.000.000,-; c. Penggugat berhak % gaji dari Tergugat ; d. Menetapkan harta tersebut yang terurai dalam gugatan rekonpensi sebagai harta bersama; e. Menghukum Tergugat menyerahkan y-i dari harta bersama tersebut kepada penggugat , f. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara ; Menimbang, bahwa atas tuntutan Penggugat tersebut Majelis akan mempertimbangkan sebagai berikut : Tentang tuntutan Nafkah lampau untuk mengabulkan atau tidaknya tuntutan tersebut maka terlebih dahulu apakah Penggugat sebagai isteri nusuz atau tidak, dalam hal ini Majelis Hakim telah mempertimbangkan dalam Konpensi bahwa Penggugat tidak terbukti nusuz oleh karena itu tuntutan Penggugat patut dipertimbangkan; Menimbang, bahwa sesuai fakta yang telah terurai dalam pertimbangan hukum dalam Konpensi Penggugat dan Tergugat mulai berpisah dan Penggugat tidak memberi nafkah sejak lebaran 2002 atau setidaknya sejak bulan Desember 2002 hingga kini ( Nopember 2005) = 36 bulan, oleh karena tuntutan Penggugat patut dikabulkan yang jumlahnya akan dipertimbangkan dengan keadaan Tergugat maupun Penggugat yang mana Penggugat juga sebagai PNS;.

(66) 41. Menimbang, bahwa tentang tuntutan mut'ah, Majelis Hakim menilai bahwa tuntutan Penggugat tersebut tidak berlebihan sehingga patut; Menimbang, bahwa tuntutan Penggugat yang berkaitan dengan pembagian gaji, gaji Tergugat sebagai PNS dalam hal ini Majelis Hakim berpendapat. bahwa Peraturan Perundang-undangan yang mengatur hal. tersebut adalah sebagai aturan Disiplin PNS, oleh karena itu sudah sepatutnya tentang tuntutan yang berkaitan dengan gaji tersebut diserahkan pelaksanaannya kepada atasan PNS ditempat Tergugat bekerja ; Menimbang, bahwa tentang tuntutan harta yang berupa sebidang tanah dan sebuah bangunan rumah di atasnya sebagaimana tertuang dalam bukti Penggugat dan pemeriksaan setempat tanggal 17 Oktober 2006 oleh karena harta tersebut pengadaannya dalam masa perkawinan Penggugat dengan Tergugat maka harta tersebut sebagai harta bersama antara Penggugat dengan Tergugat sesuai pasal 35 (a) Undang-undang No.1 tahun 1974 dan masing-masing Penggugat dan Tergugat mendapatkan 1/2 bagian dari harta bersama tersebut sesuai pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu tuntutan tersebut patut dipertimbangkan; Menimbang, bahwa terhadap bukti-bukti yang diajukan oleh kedua belah pihak yang tidak dipertimbangkan oleh Majelis Hakim dianggap tidak relevan dan hams dikesampingkan ;.

(67) 42. Menimbang, bahwa. oleh karena. tidak seluruhnya dalil gugatan. Penggugat terbukti maka gugatan Penggugat hams dinyatakan dikabulkan sebagian dan menolak selain dan selebihnya ; Dalam Konpensi Dan Rekonpensi Menimbang, bahwa sesuai pasal 89 (1) Undang-undang No.7 tahun 1989 maka seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Pemohon Konpensi /Tergugat rekonpensi; Dasar Hukum Majlis Hakim Menimbang bahwa atas tuntutan penggugat tersebut majlis hakim akan mempertimbangkan sebagai berikut: a. Tentang tuntutan nafkah lampau untuk mengabulkan atau tidaknya tuntutan tersebut maka terlebih dahulu apakah penggugat sebagai istri nusuz atau tidak, dalam hal ini majlis hakim telah mempertimbangkan dalam konpensi bahwa penggugat tidak terbukti nusuz oleh karena itu tuntutan penggugat patut di pertimbangkan b. Menimbang bahwa sesuai fakta yang telah terurai dalam pertimbangan hukum dalam konferensi penggugat dan tergugat mulai berpisah dan penggugat tidak memberi nafkah sejak lebaran 2002 atau sejak bulan desember 2002 hingga kini (November 2005) = 36 bulan, oleh karena tuntutan penggugat patut dikabulkan yang jumlahnya akan di pertimbangkan dengan keadaan tergugat maupun penggugat yang mana penggugat juga sebagai PNS.

(68) 43. c. Menimbang bahwa tentang tuntutan mu'tah majlis hakim menilai bahwa tuntutan penggugat terse4but tidak berlebihan sehingga patut dikabulkan d. Menimbang bahwa tuntutan penggugat yang berkaitan dengan pembagian gaji, tergugat sebagai PNS dalam hal ini majlis hakim berpendapat bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut adalah sebagai aturan disiplin PNS oleh karena itu sudah sepatutnya tentang tuntutan yang berkaitan dengan gaji tersebut diserahkan pelaksanaannya kepada atasan PNS di tempat tergugat bekerja 3. Putusan Hakim a. Mengabulkan Permohonan Pemohon seluruhnya; b. Memberi ijin kepada Pemohon (Wahyu Setyaji Ismaryanto bin Ismono) untuk menjatuhkan talak terhadap Termohon (Yulianti Magdalena binti Salimin) dihadapan sidang Pengadilan Agama c. Menghukum kepada Pemohon untuk membayar nafkah iddah sebesar Rp. 1,500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah); Dalam Rekonpensi d. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian; e. Menghukum Tergugat membayar kepada Penggugat berupa : f. Nafkah Lampau 35 bulan = Rp.500.000 = Rp. 17.500.000,- (tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah) ; g. Uang Mut'ah sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) ;.

(69) 44. h. Menetapkan sebidang tanah dan bangunan rumah diatasnya yang terletak di Perum Pudak Payung Permai Asri Blok D No.76 Pudak Payung Semarang dengan batas-batas: - Sebelah Timur. ; Jl. Paving Perumahan;. - Sebelah Selatan. : Jalan Paving Perumahan;. - Sebelah Barat. : Tanah kosong PT Wahyu Multi Prakasa. - Sebelah Utara :. Tanah Kosong PT Wahyu Multi Prakarsa. Adalah sebagai harta bersama Penggugat dengan Tergugat ; i. Menetapkan bagian masing-masing Penggugat dan Tergugat separo bagian dari harta tersebut; j. Menghukum kepada Penggugat dan Tergugat atau siapa saja yang menguasai harta tersebut untuk menyerahkan kepada yang berhak yakni Penggugat dan Tergugat, apabila tidak dapat dibagi secara natura maka akan dijual secara pelelangan umum ; k. Menolak selain dan selebihnya ; Dalam Konpensi dan Rekonpensi Membebankan kepada Pemohon Konpensi/Tergugat Rekonpensi untuk membayar biaya perkara yang hingga kini diperhitungkan sebesar Rp.671.000,- (enam ratus tujuh puluh satu ribu rupiah ); B. Putusan Pengadilan Agama Semarang Nomor : 1135/Pdt.G/2007/PA.Sm. l. Identitas Para Pihak Drs. Prasetyo bin Abdurrochim umur 43 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS, tempat tinggal di jl Sadewa III no 7, Kelurahan Pandrikan.

(70) 45. Kidul kecamatan semarang tengah, kota semarang sebagai pemohon. Melawan Maudy Schepper binti J.N.Schepper umur 46 tahun, agama Islam, pekerjaan tidak ada, tempat tinggal di jalan Sadewa III No.21, kelurahan Pandrikan Kidul, kecamatan Semarang Tengah, kota Semarang termohon 2. Pertimbangan Hakim Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan pokok perkaranya terlebih dahulu dipertimbangkan tentang status pemohon sebagai Pegawai Negeri Sipil yang menurut pasal 3 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1990, untuk melakukan perceraian wajib memperoleh izin lebih dulu dari pejabat Menimbang bahwa berdasarkan keterangan pemohon yang diakui kebenarannya oleh termohon dan dikuatkan dengan kutipan akta nikah nomor 566/13/III/1994 yang merupakan akta otentik, maka harus dinyatakan terbukti menurut hukum bahwa pemohon dengan termohon telah terikat dalam perkawinan yang sah sebagai suami istri sejak 26 Maret1994 Menimbang bahwa oleh karena dalil-dalil permohonan pemohon yang berkaitan dengan alas an perceraian telah di bantah kebenarannya oleh termohon maka sudah seharusnya pemohon dibebani untuk membuktikan kebenaran dalil-dalil permohonannya, demikian pula sebaliknya termohon harus dibebani untuk membuktikan kebenaran dalili-dalil bantahannya, karena barang siapa yang mengatakan ia mempunyai suatu hak atau.

Referensi

Dokumen terkait

maka kata-kata yang dapat penulis sarankan adalah konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun ini diharapkan bisa menjadi wahana bagi peningkatan Pendidikan Islam ke depan, sehingga

Salah satu teknik pukulan dalam bulutangkis yaitu pukulan lob, seperti dikemukakan oleh Subardjah dan Hidayat (2007:67) teknik pukulan lob bertahan yaitu :

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja, skeptisme profesional dan tekanan waktu terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi

Beyf Bersaudara pada dasarnya masih bersifat manual, tidak adanya proses penilaian kinerja yang dilakukan, tidak sesuai dengan kenyataan dan melalui proses yang sangat

Dengan demikian, untuk mengetahui apakah riwayat berbagai hadis yang terhimpun dalam kitab-kitab hadis tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah ataukah tidak, terlebih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Daya Juang wanita single parent yang ditinggal meninggal demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang digunakan dalam penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari nilai kecepatan kendaraan sebelum dan sesudah melewati rumble strips, mengetahui nilai gelombang kejut kendaraan pada ruas jalan

Sifat fisikokimia yang dianalisis meliputi swelling power , kelarutan dan viskositas tepung kentang termodifikasi menunjukkan lebih tinggi dibandingkan tepung kentang