• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. SNI ASTM C136-2012 Meteode Analisi Saringan Agregate Halus Dan Agregat Ksaar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. SNI ASTM C136-2012 Meteode Analisi Saringan Agregate Halus Dan Agregat Ksaar"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Standar Nasional Indonesia

Metode uji untuk analisis saringan

agregat halus dan agregat kasar

(ASTM C 136-06, IDT)

ICS 91.100.30

Badan Standardisasi Nasional

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(2)

© BSN 2012

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(3)

i

Daftar isi

Daftar isi ... i Prakata ... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup ... 1 2 Acuan normatif ... 1

3 Istilah dan definisi ... 2

4 Ringkasan metode uji ... 2

5 Arti dan kegunaan ... 2

6 Peralatan ... 2

7 Pengambilan dan penyiapan contoh uji ... 3

8 Cara uji ... 4

9 Perhitungan ... 7

10 Laporan ... 7

11 Ketelitian dan penyimpangan ... 7

12 Kata kunci ... 9

Lampiran A (informatif) Daftar penyimpangan teknis dan penjelasannya ... 10

Lampiran B (normatif) Contoh formulir pengujian ... 11

Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat campuran ... 12

Lampiran D (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat halus ... 13

Lampiran E (informatif) Contoh isian formulir pengujian agregat kasar ... 14

Lampiran F (informatif) Contoh perhitungan ... 15

Tabel 1 - Berat minimum contoh uji agregat kasar ... 3

Tabel 2 - Jumlah contoh uji maksimum yang diizinkan tertahan pada saringan, kg ... 5

Tabel 3 - Ketelitian ... 8

Tabel 4 - Ketepatan data untuk benda uji 300 g dan 500 g ... 9

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(4)

SNI ASTM C136:2012

ii

© BSN 2012

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji untuk analisis saringan agregat halus

dan agregat kasar adalah revisi dari SNI 03-1968-1990, Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar. Standar ini merupakan adopsi identik dari ASTM C

136-06 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates. Revisi dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan beberapa kekurangan yang terdapat pada versi sebelumnya, yaitu perubahan judul, penambahan istilah dan definisi, persyaratan dan ketentuan serta cara pengujian, penjelasan rumus, dan penambahan contoh formulir pengujian.

Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan.

Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor : 03:1:2007 dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 29 Oktober 2009 di Bandung oleh Subpantek dengan melibatkan para narasumber dan pakar dan lembaga terkait.

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(5)

iii

Pendahuluan

Standar ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian analisis saringan agregat halus dan agregat kasar, adapun tujuannya adalah untuk mengetahui gradasi butiran dari agregat halus dan agregat kasar termasuk agregat campuran.

Pengujian dilakukan dengan cara penyiapan contoh uji, penimbangan, pengeringan, dan penyaringan. Hasil pengujian dinyatakan dalam persentase material yang tertahan pada setiap saringan, persentase total dari material yang lolos setiap saringan, dan persentase total dari material yang tertahan pada setiap saringan, serta indeks modulus kehalusan.

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(6)

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(7)

1 dari 16

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar

1 Ruang lingkup

1.1 Metode uji ini meliputi penentuan pembagian ukuran partikel agregat halus dan agregat

kasar dengan penyaringan.

1.2 Beberapa spesifikasi untuk agregat yang mengacu pada metode ini berisikan

persyaratan gradasi agregat halus ataupun agregat kasar, termasuk di dalamnya instruksi-instruksi untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar.

1.3 Satuan angka yang dinyatakan pada unit Satuan Internasional (SI) sebagai standar.

Satuan angka dalam kurung dibuat hanya untuk informasi. Spesifikasi ASTM E 11 menggunakan ukuran saringan dengan satuan inci sebagai standar, tetapi pada metode uji ini ukuran saringan menggunakan satuan SI yang ekuivalen dengan satuan inci.

1.4 Standar ini tidak mencakup semua keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja serta penentuan batasan penerapan aturan sebelum digunakan menjadi tanggung jawab pengguna standar ini.

2 Acuan normatif 2.1 Standar ASTM

C 117, Test Method for Materials Finer than 75- µm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates

by Washing.

C 125, Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates.

C 637, Specification for Aggregates for Radiation-Shielding Concrete (SNI 03-2457-1991,

Metode pengujian agregat untuk beton penahan radiasi)

C 670, Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods for

Construction Materials (SNI 03-6865-2002, Tata cara pelaksanaan program antar laboratorium untuk penentuan presisi metode uji bahan dan konstruksi).

C 702, Practice for Reducing Samples of Aggregate to Testing Size (SNI 13-6717-2002, Tata

cara penyiapan benda uji dari contoh agregat).

D 75, Practice for Sampling Aggregates (SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh

agregat).

E 11, Specification for Wire Cloth and Sieves for Testing Purposes (SNI 03-6866-2002,

Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian).

2.2 Standar AASHTO

AASHTO No. T 27, Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates (SNI 03-1968-1990, Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar).

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(8)

SNI ASTM C136:2012

2 dari 16

© BSN 2012

3 Istilah dan definisi

3.1 Istilah dan definisi yang digunakan dalam metode ini mengacu kepada istilah-istilah

yang terdapat dalam ASTM C 125.

4 Ringkasan metode uji

4.1 Contoh uji agregat kering dengan massa yang sudah diketahui dipisahkan melalui

rangkaian saringan dengan bukaan yang semakin kecil untuk menentukan pembagian ukuran partikel.

5 Arti dan kegunaan

5.1 Metode uji ini terutama digunakan untuk menentukan gradasi material berupa agregat.

Hasil tersebut biasanya digunakan untuk menentukan pemenuhan ukuran distribusi partikel dengan syarat-syarat spesifikasi yang dapat dipakai dan untuk menyediakan data penting dalam mengatur produksi dari berbagai macam agregat dan campuran yang mengandung agregat. Data tersebut dapat pula berguna khususnya yang terkait dengan porositas dan pengepakan (porosity and packing).

5.2 Ketelitian penentuan material yang lolos saringan 75 µm (No. 200) tidak dapat dicapai

hanya dengan menggunakan metode ini. Untuk material yang lolos saringan 75 µm dengan pencucian harus dilakukan sesuai dengan ASTM C 117.

6 Peralatan

6.1 Timbangan – Timbangan yang digunakan untuk pengujian agregat halus dan agregat kasar harus memiliki keterbacaan dan ketelitian sebagai berikut:

6.1.1 Untuk agregat halus, pembacaan sampai 0,1 g dan ketelitian 0,1 g atau 0,1% dari massa uji, dipilih nilai yang lebih besar pada kisaran nilai yang digunakan.

6.1.2 Untuk agregat kasar atau gabungan dari agregat halus dan agregat kasar, pembacaan dan ketelitian sampai 0,5 g atau 0,1% dari massa uji, dipilih nilai yang lebih besar pada kisaran nilai yang digunakan.

6.2 Saringan − Saringan harus terpasang pada rangka yang tersusun sedemikian sehingga dapat mencegah kehilangan material selama penyaringan. Saringan dan rangka standar harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi ASTM E 11 (SNI 03-6866-2002). Rangka non-standar yang dapat digunakan harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi ASTM E 11.

CATATAN 1 – Disarankan menggunakan saringan dengan diameter lebih besar dari pada diameter standar 203,2 mm (8 inci), untuk mengurangi kemungkinan beban berlebih dalam saringan pada pengujian agregat kasar, lihat 8.3.

6.3 Pengguncang saringan mekanis – Apabila digunakan saringan yang digerakkan

secara mekanis, saringan tersebut harus menghasilkan gerakan saringan yang

menyebabkan butiran memantul, berjatuhan atau berputar, bergerak tidak beraturan di atas permukaan saringan. Cara penyaringan harus sesuai dengan yang dijelaskan pada 8.4 dalam jangka waktu tertentu.

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(9)

3 dari 16

CATATAN 2 – Disarankan menggunakan pengguncang saringan mekanis, apabila banyaknya contoh

uji 20 kg atau lebih, dan dapat digunakan untuk contoh uji yang lebih kecil, termasuk agregat halus. Kelebihan waktu (kurang lebih 10 menit) untuk mencapai penyaringan yang cukup dapat mengakibatkan degradasi pada contoh uji. Pengguncang saringan mekanis yang sama tidak bisa digunakan untuk semua ukuran contoh uji karena luasan penyaringan besar hanya digunakan untuk agregat kasar dengan ukuran nominal besar, apabila digunakan untuk contoh agregat kasar dengan ukuran kecil atau agregat halus, akan menyebabkan hilangnya sebagian contoh uji.

6.4 Oven – Oven yang digunakan harus memiliki ukuran yang sesuai dan dapat mempertahankan temperatur yang merata pada (110 ± 5 ) C.

7 Pengambilan dan penyiapan contoh uji

7.1 Pengambilan contoh uji agregat dilakukan sesuai dengan ASTM D 75 (SNI

03-6889-2002). Banyaknya berat contoh dari lapangan harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam ASTM D 75 (SNI 03-6889-2002) atau empat kali dari jumlah yang disyaratkan dalam 7.4 dan 7.5 (kecuali seperti dimodifikasi dalam 7.6), diambil nilai yang lebih besar.

7.2 Pengadukan contoh agregat dilakukan dengan seksama dan contoh uji tersebut

dikurangi sampai jumlahnya sesuai untuk pengujian, menggunakan prosedur yang berlaku dalam ASTM C 702 (SNI 13-6717-2002). Banyaknya contoh harus mendekati jumlah yang dibutuhkan dalam kondisi kering dan harus merupakan hasil akhir dari proses pengurangan. Pengurangan contoh sampai jumlah yang persis sebagaimana jumlah minimum yang ditentukan tidak diizinkan.

CATATAN 3 – Jika hanya untuk tujuan pengujian analisis saringan, termasuk menentukan material

yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200), jumlah contoh uji dapat dikurangi di lapangan untuk menghindari jumlah berlebihan material yang dibawa ke laboratorium.

7.3 Agregat halus – Jumlah contoh uji agregat halus setelah kering harus minimum 300 g.

7.4 Agregat kasar – Jumlah contoh uji agregat kasar harus sesuai dengan Tabel 1:

Tabel 1 - Berat minimum contoh uji agregat kasar Ukuran nominal maksimum

bukaan saringan

Massa minimum contoh uji mm inci kg lb 9,5 3/8 1 2 12,5 1/2 2 4 19,0 3/4 5 11 25,0 1 10 22 37,5 1½ 15 33 50,0 2 20 44 63,0 2½ 35 77 75,0 3 60 130 90,0 3 ½ 100 220 100,0 4 150 330 125,0 5 300 660

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(10)

SNI ASTM C136:2012

4 dari 16

© BSN 2012

7.5 Campuran agregat kasar dan agregat halus – banyaknya contoh uji campuran agregat

kasar dan agregat halus harus sama dengan banyaknya contoh uji untuk agregat kasar pada butir 7.4.

7.6 Contoh uji agregat kasar berukuran besar - banyaknya contoh uji yang diperlukan

untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum  50 mm harus sedemikian untuk mencegah pengurangan contoh uji, kecuali menggunakan alat pemisah contoh dan alat pengguncang saringan mekanis. Sebagai alternatif, apabila peralatan tersebut tidak tersedia, daripada menggabungkan dan mencampurkan contoh uji tersebut kemudian mengurangi contoh lapangan lebih baik melakukan analisis saringan dengan jumlah yang kira-kira sama dengan keperluan contoh uji sehingga total massanya sesuai dengan persyaratan dalam 7.4.

7.7 Apabila jumlah material lebih halus dari saringan ukuran 0,075 mm (No. 200) harus

ditentukan sesuai dengan ASTM C 117, sebagai berikut:

7.7.1 Untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum ≤ 12,5 mm (1/2 inci) atau kurang, contoh uji yang sama dapat digunakan untuk pengujian dengan ASTM C 117 dan metode ini. Pertama uji sesuai dengan ASTM C 117 sampai pekerjaan pengeringan, lalu lakukan penyaringan kering contoh uji seperti yang ditetapkan pada 8.2 sampai dengan 8.7.

7.7.2 Untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum > 12,5 mm (1/2 inci), contoh uji tunggal boleh digunakan, seperti yang dijelaskan pada 7.7.1 atau contoh uji yang berbeda boleh digunakan ASTM C 117 dan metode ini.

7.7.3 Apabila spesifikasi diperlukan untuk menentukan jumlah total material lolos saringan ukuran 0,075 mm (No. 200) dengan pencucian dan penyaringan kering, gunakan prosedur yang dijelaskan pada 7.7.1.

8 Cara uji

8.1 Keringkan contoh uji sampai massa tetap pada temperatur 110 ± 5 oC (230 ± 9 oF).

CATATAN 4 – Untuk keperluan kontrol, terutama bila hasil dibutuhkan segera, umumnya contoh uji agregat kasar tidak perlu dikeringkan untuk pengujian analisis saringan. Hasilnya akan sedikit dipengaruhi oleh kadar air kecuali: (1) ukuran maksimum nominal lebih kecil dari12,5 mm (1/2 inci); (2) agregat kasar mengandung material yang lebih halus dari 4,75 mm (No. 4); atau (3) agregat kasar memiliki peresapan yang tinggi (contohnya agregat ringan). Tanpa mempengaruhi hasil, contoh uji boleh dikeringkan pada temperatur lebih tinggi dengan penggunaan hot-plates dengan syarat uap tidak terperangkap sehingga tidak menghasilkan tekanan yang cukup untuk menghancurkan partikel dan temperatur tidak terlalu tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan secara kimiawi pada agregat.

8.2 Saringan dipilih berdasarkan bukaan yang sesuai dengan bahan yang akan diuji untuk

memberikan informasi yang diperlukan dalam spesifikasi. Saringan-saringan tambahan dapat digunakan jika diperlukan untuk memberikan informasi lain, seperti modulus kehalusan atau untuk mengatur jumlah material dari suatu saringan tertentu. Saringan disusun dengan urutan dari atas ke bawah, dengan saringan yang memiliki bukaan lebih besar ditempatkan di bagian atas dan menempatkan contoh uji di bagian atas saringan. Saringan diguncangkan dengan cara manual atau menggunakan peralatan mekanis dengan waktu yang cukup, dengan cara coba-coba atau mengukur contoh uji yang nyata, untuk memenuhi kriteria kecukupan penyaringan, sebagaimana dijelaskan pada 8.4.

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(11)

5 dari 16

8.3 Jumlah contoh uji pada saringan dibatasi sehingga semua butiran mempunyai

kesempatan untuk mencapai bukaan saringan selama waktu pelaksanaan penyaringan. Untuk saringan dengan bukaan saringan lebih kecil dari 4,75 mm (No. 4), jumlah yang

tertahan pada setiap saringan pada akhir proses penyaringan tidak boleh melebihi 7 kg/m2

dari luas permukaan saringan (lihat Catatan 5). Untuk saringan dengan bukaan saringan ukuran 4,75 mm (No. 4) atau lebih besar, jumlah contoh uji yang tertahan pada saringan

dalam kg tidak melebihi dari 2,5 kali [bukaan saringan, mm x (luas penyaringan efektif m2)]

yang ditunjukkan pada Tabel 2 untuk lima tipe ukuran bingkai saringan yang umum digunakan. Jumlah material pada saringan dibatasi sehingga jumlah yang tertahan tidak boleh menyebabkan perubahan permanen pada kain saringan.

Tabel 2 - Jumlah contoh uji maksimum yang diizinkan tertahan pada saringan, kg

Bukaan saringan

mm

Dimensi nominal saringana

203,2 mm 254 mm 304,8 mm (350 x 350) (372 x 580)

Diameterb Diameterb Diameterb mm mm

Luas bidang penyaringan, m2

0,0285 0,0457 0,0670 0,1225 0,2158 125 c c c c 67,4 100 c c c 30,6 53,9 90 c c 15,1 27,6 48,5 75 c 8,6 12,6 23,0 40,5 63 c 7,2 10,6 19,3 34,0 50 3,6 5,7 8,4 15,3 27,0 37,5 2,7 4,3 6,3 11,5 20,2 25,0 1,8 2,9 4,2 7,7 13,5 19,0 1,4 2,2 3,2 5,8 10,2 12,5 0,89 1,4 2,1 3,8 6,7 9,5 0,67 1,1 1,6 2,9 5,1 4,75 0,33 0,54 0,80 1,5 2,6

Perhitungan Jumlah contoh uji maksimum yang diizinkan tertahan pada saringan diperhitungkan dengan 2,5 x [bukaan saringan,mm x (luas efektif bidang saringan, m2)] dalam satuan kg.

a Dimensi bingkai saringan dalan satuan inci: diameter 8,0 inci.; diameter 10,0 inci.; diameter 12,0 inci.; 13,8 x 13,8 inci (nominal 14 inci x 14 inci); 14,6 inci x 22,8 inci (nominal 16 inci x 24 inci).

b Bidang saringan lingkaran didasarkan pada diameter efektif 12,7 mm (1/2 inci) kurang dari diameter nominal bingkai karena M 92 mengizinkan perekat antara kain saringan dan bingkai sampai 6,35 mm (1/4 inci) melebihi kain saringan. Diameter efektif penyaringan untuk diameter bingkai saringan 203,2 mm (83,0 inci) adalah diameter bingkai saringan 190,5 mm (7,5 inci). Pada beberapa produk saringan perekatnya mungkin tidak penuh 6,35 mm

(1/4 inci).

c Menandai saringan yang memiliki kurang dari lima bukaan penuh yang tidak boleh digunakan untuk pengujian saringan.

8.3.1 Adanya material berlebih di atas setiap saringan harus dihindari dengan cara mengikuti salah satu dari metode berikut ini:

8.3.1.1 Satu saringan tambahan disisipkan dengan ukuran bukaan di antara saringan yang berlebih dan saringan di atasnya, dalam susunan saringan semula.

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(12)

SNI ASTM C136:2012

6 dari 16

© BSN 2012

8.3.1.2 Contoh uji dipisahkan menjadi dua bagian atau lebih, penyaringan setiap bagian dilakukan secara terpisah. Jumlah dari beberapa bagian yang tertahan pada satu saringan tertentu digabungkan sebelum menghitung persentase contoh uji.

8.3.1.3 Menggunakan saringan-saringan yang memiliki ukuran bingkai lebih besar dan memiliki bidang penyaringan yang lebih besar.

CATATAN 5 – 7 kg/m2 setara dengan 200 g untuk saringan dengan diameter 203,2 mm (8 inci) (dengan permukaan efektif penyaringan berdiameter 190,5 mm (7,5 inci).

8.4 Lanjutkan penyaringan dengan waktu secukupnya sehingga setelah selesai tidak lebih

dari 1% massa total contoh uji yang tertahan pada setiap saringan selama 1 menit dengan penyaringan manual secara terus menerus yang dilakukan sebagai berikut: Pegang setiap saringan yang telah dilengkapi pan dan penutup dengan posisi agak miring dengan satu tangan. Ketuk sisi dari saringan dengan keras ke arah tangan yang satunya dengan kecepatan sekitar 150 kali per menit, putar saringan sekitar 1/6 putaran pada setiap interval sekitar 25 kali. Dalam menentukan penyaringan yang memadai untuk ukuran saringan lebih besar dari 4,75 mm (No.4), batasi contoh uji pada saringan dalam satu lapisan partikel. Jika ukuran susunan saringan penguji membuat gerakan penyaringan tidak praktis, gunakan saringan dengan diameter 203 mm (8 inci) untuk memverifikasi penyaringan yang memadai.

8.5 Untuk campuran agregat kasar dan agregat halus, bagian contoh uji yang lebih halus

dari saringan 4,75 mm (No.4) dapat didistribusikan menjadi dua atau lebih susunan saringan-saringan untuk mencegah muatan berlebih pada setiap saringan.

8.5.1 Cara lain, jumlah bagian yang lebih halus dari saringan 4,75 mm (No.4) dapat dikurangi dengan menggunakan pemisah contoh uji mekanis menurut metode ASTM C 702. Jika langkah kerja ini diikuti, massa setiap ukuran dari contoh uji awal dapat dihitung sebagai berikut : B x 2 W 1W A  ……….. (1) Keterangan:

A adalah massa setiap ukuran pada jumlah contoh uji total;

W1 adalah massa setiap fraksi yang lolos saringan 4,75 mm (No.4);

W2 adalah massa bagian yang berkurang pada contoh uji lolos saringan 4,75 mm (No.4)

yang disaring, dan

B adalah jumlah massa agregat halus dari agregat gabungan.

8.6 Jika tidak menggunakan pengguncang saringan mekanis, untuk partikel yang lebih

besar dari 75 mm (3 inci) dapat dilakukan penyaringan tangan, dengan menentukan bukaan saringan terkecil sampai setiap partikel bisa lolos. Dimulai dengan menggunakan saringan paling kecil. Memutar partikel-partikel, jika diperlukan, untuk menentukan apakah partikel lolos melalui bukaan tertentu. Bagaimanapun, jangan memaksa partikel-partikel untuk lolos melalui satu bukaan.

8.7 Tentukan massa contoh uji tertahan pada setiap saringan dengan menggunakan

timbangan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam 5.1 dengan ketelitian 0.1% dari jumlah total contoh uji kering. Massa total contoh uji setelah penyaringan harus mendekati massa awal dari contoh uji yang ditempatkan pada saringan. Jika perbedaan lebih dari 0,3% massa awal contoh uji kering, hasilnya tidak boleh digunakan untuk syarat penerimaan.

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(13)

7 dari 16

8.8 Jika contoh uji sebelumnya telah diuji dengan Metode Uji C 117, tambahkan massa

lolos saringan 75 µm (No. 200) sesuai dengan metode tersebut kepada massa yang lolos saringan 75 µm (No. 200) dengan penyaringan kering dari contoh uji yang sama pada metode ini.

9 Perhitungan

9.1 Persentase lolos, persentase total tertahan, atau persentase dalam berbagai fraksi

dihitung sampai mendekati 0,1% berdasarkan massa awal dari total contoh uji kering. Jika contoh uji yang sama telah diuji dengan metode C 117 terlebih dahulu, termasuk massa material lolos saringan 0,075 mm (No. 200) dengan pencucian dalam perhitungan analisis saringan dan gunakan massa total contoh uji sebelum pencucian dalam metode uji C 117 sebagai dasar untuk perhitungan semua persentase.

9.1.1 Apabila contoh diuji sesuai butir 7.6, massa dari bagian yang tertahan pada setiap saringan dijumlahkan total dan gunakan massa tersebut untuk memperhitungkan persentase sesuai butir 9.1.

9.2 Apabila diperlukan, modulus kehalusan dihitung dengan menjumlahkan akumulasi

persentase bahan dari contoh uji tertahan dari saringan 0,150 mm (No.100), 0,300 mm (No.50), 0,600 mm (No.30), 1,18 mm (No.16), 2,36 mm (No.8), 4,75 mm (No.4), 9,6 mm (No. 3/8 inci), 19,0 mm (No. 3/4 inci), 37,5 mm (No. 1½ inci), 75 mm (No. 3 inci), 150 mm (No. 6 inci), dan jumlahnya dibagi dengan 100.

10 Laporan

10.1 Tergantung pada format dari spesifikasi yang digunakan untuk pengujian bahan, laporan harus meliputi salah satu dari berikut ini:

10.1.1 Persentase total dari material yang lolos setiap saringan. 10.1.2 Persentase total material yang tertahan pada setiap saringan.

10.1.3 Persentase material yang tertahan antara saringan-saringan yang berurutan.

10.2 Laporkan persentase sampai mendekati angka bulat, kecuali jika persentase yang lolos dari saringan 0,075 mm (No. 200) kurang dari 10% harus dilaporkan sampai mendekati 0,1%.

10.3 Laporkan modulus kehalusan, jika diperlukan, sampai mendekati 0,01.

11 Ketelitian dan penyimpangan

11.1 Ketelitian, estimasi ketelitian pada metode uji ini tercantum pada Tabel 3. Estimasi tersebut berdasarkan hasil dari AASHTO Materials Reference Laboratory Proficiency Sample

Program, dengan dilakukan pengujian yang menggunakan metode uji ASTM C 136 dan

metode uji AASHTO T 27. Data hasil uji berdasarkan analisis dari 65 laboratorium sampai 233 laboratorium yang diuji 18 pasang contoh uji profisiensi agregat kasar dan hasil uji dari 74 laboratorium sampai 222 laboratorium yang diuji 17 pasang contoh uji profisiensi agregat halus (Contoh uji No.21 sampai No.90). Nilai pada tabel diberikan untuk hasil yang berbeda dari total persentase agregat yang lolos saringan.

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(14)

SNI ASTM C136:2012

8 dari 16

© BSN 2012

11.1.1 Nilai ketelitian untuk agregat halus pada Tabel 3 berdasarkan contoh uji nominal 500 g. Revisi metode uji tahun 1994 mengizinkan minimum 300 g untuk contoh uji agregat halus. Analisis hasil pengujian contoh uji 300 g dan 500 g dari uji profisiensi agregat dengan 99 contoh uji dan 100 contoh uji (99 contoh uji dan 100 contoh uji hampir sama) dihasilkan nilai ketelitian pada Tabel 4, yang menunjukkan sedikit perbedaan mengenai ukuran contoh uji.

CATATAN 6 - Nilai untuk agregat halus pada Tabel 3 akan direvisi, yang menunjukkan ukuran contoh

uji 300 g jika jumlah uji profisiensi agregat telah dilakukan dengan ukuran contoh uji untuk mendapatkan data yang akurat.

Tabel 3 - Ketelitian

Presentasi total dari bahan yang lolos saringan

Deviasi standar (1s),

%A

Rentang yang dapat diterima dari dua hasil uji (d2s), %A Agregat kasar.B Ketelitian Tunggal <100 ≥95 0,32 0.9 <95 ≥85 0,81 2.3 <85 ≥80 1,34 3.8 <80 ≥60 2,25 6.4 <60 ≥20 1,32 3.7 <20 ≥15 0,96 2.7 <15 ≥10 1 2.8 <10 ≥5 0.75 2.1 <5 ≥2 0.53 1.5 <2 >0 0.27 0.8 Ketelitian beberapa laboratorium <100 <95 ≥95 0.35 ≥85 1.37 3.9 1 <85 ≥80 1.98 5.4 <80 ≥60 2.82 8 <60 ≥20 1.97 5.6 <20 ≥15 1.6 4.5 <15 ≥10 1.48 4.2 <10 ≥5 1.22 3.4 <5 ≥2 1.04 3 <2 >0 0.45 1.3 Agregat halus: Ketelitian tunggal <100 ≥95 0.26 0.7 <95 ≥60 0.55 1.6 <60 ≥20 0.83 2.4 <20 ≥15 0.54 1.5 <15 ≥10 0.36 1 <10 ≥2 0.37 1.1 <2 >0 0.14 0.4 Ketelitian beberapa laboratorium <100 ≥95 0.23 0.6 <95 ≥60 0.77 2.2 <60 ≥20 1.41 4 <20 ≥15 1.1 3.1 <15 ≥10 0.73 2.1

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(15)

9 dari 16

<10 ≥2 0.65 1.8 <2 >0 0.31 0.9

A Angka-angka ini menunjukan, berturut-turut, (1s) dan (d2s) dibatasi seperti yang digambarkan pada ASTM

C 670 (SNI 03-6865-2002).

B Estimasi ketelitian berdasarkan pada agregat dengan ukuran nominal maksimum 19.00 mm (¾ inci)

11.2 Penyimpangan - Tidak didapatkan referensi material yang cocok untuk menentukan penyimpangan pada metode uji ini. Tidak ada pernyataan penyimpangan yang dibuat.

12 Kata kunci

12.1 Agregat; agregat kasar; agregat halus; gradasi; grading; analisis saringan; analisis ukuran.

Tabel 4 - Ketepatan data untuk benda uji 300 g dan 500 g

Profisiensi benda uji agregat halus Intra laboratorium Antar laboratorium Hasil Tes benda uji Ukuran laboratorium Jumlah Rata-rata 1s d2s 1s d2s

ASTM C136/AASHTO T27

Jumlah bahan yang lolos

saringan No. 4 (%) 500 g 285 99.992 0.027 0.066 0.037 0.104

300 g 276 99.99 0.021 0.06 0.042 0.117

Jumlah bahan yang lolos

saringan No. 8 (%) 500 g 281.00 84.10 0.43 1.21 0.63 1.76

300 g 274.00 84.32 0.39 1.09 0.69 1.92

Jumlah bahan yang lolos

saringan No. 16 (%) 500 g 286.00 70.11 0.53 1.49 0.75 2.10

300 g 272.00 70.00 0.62 1.74 0.76 2.12

Jumlah bahan yang lolos

saringan No. 30 (%) 500 g 287.00 48.54 0.75 2.10 1.33 3.73

300 g 276.00 48.44 0.87 2.44 1.36 3.79

Jumlah bahan yang lolos

saringan No. 50 (%) 500 g 286.00 13.52 0.42 1.17 0.98 2.73

300 g 275.00 13.51 0.45 1.25 0.99 2.76

Jumlah bahan yang lolos

saringan No. 100 (%) 500 g 287.00 2.55 0.15 0.42 0.37 1.03

300 g 270.00 2.52 0.18 0.52 0.32 0.89

Jumlah bahan yang lolos

saringan No. 200 (%) 500 g 278.00 1.32 0.11 0.32 0.31 0.85

300 g 266.00 1.30 0.14 0.39 0.31 0.85

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(16)

SNI ASTM C136:2012

10 dari 16

© BSN 2012

Lampiran A

(informatif)

Daftar penambahan lampiran dan penjelasannya

Uraian / Pasal/Sub Pasal ASTM C 136-06 SNI ASTM C 136:2012

Temperatur Dalam satuan C dan F Dalam satuan C

Contoh formulir pengujian (Lampiran B)

Tidak tercantum contoh formulir pengujian

Tercantum contoh formulir pengujian

Contoh isian formulir pengujian agregat campuran (Lampiran C)

Tidak tercantum contoh isian formulir pengujian agregat campuran

Tercantum contoh isian formulir pengujian agregat campuran

Contoh isian formulir pengujian agregat halus (Lampiran D)

Tidak tercantum contoh isian formulir pengujian agregat halus

Tercantum contoh isian formulir pengujian agregat halus

Contoh isian formulir pengujian agregat kasar (Lampiran E)

Tidak tercantum contoh isian formulir pengujian agregat kasar

Tercantum contoh isian formulir pengujian agregat kasar

Contoh perhitungan (Lampiran F)

Tidak tercantum contoh perhitungan (Lampiran F)

Tercantum contoh

perhitungan (Lampiran F)

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(17)

11 dari 16

Lampiran B

(normatif)

Contoh formulir pengujian

Instansi penguji No. pengujian : Jenis contoh : Jumlah contoh : Diterima tanggal : Diuji tanggal : Diuji oleh : Diperiksa oleh :

Pengujian dilaksanakan sesuai dengan metode uji SNI ...

Saringan Massa tertahan Jumlah tertahan Persentase kumulatif (%) Spesifikasi mm (inci) Gram (a) Gram (b) Tertahan (c) Lewat (d) 76,2 mm (3 inci) 63,5 mm (2 ½ inci) 50,8 mm (2 inci) 36,1 mm (1 ½ inci) 25,4 mm (1 inci) 19,1 mm (¾ inci) 12,7 mm (½ inci) 9,52 mm (3/8 inci) 4,75 mm (No. 4) 2,36 mm (No. 8) 1,18 mm (No. 16) 0,6 mm (No. 30) 0,3 mm (No. 50) 0,15 mm (No. 100) 0,075 mm (No. 200) Pan Modulus kehalusan : …………..,…...………. Mengetahui,

Penyelia Teknisi laboratorium

( ) ( )

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(18)

SNI ASTM C136:2012

12 dari 16

© BSN 2012

Lampiran C

(informatif)

Contoh isian formulir pengujian agregat campuran

No. pengujian :

Jenis contoh : Agregat Campuran

Jumlah contoh : 10 kg

Diterima tanggal : 17 Maret 2009

Diuji tanggal : 18 Maret 2009

Diuji oleh : Budi Subrata

Diperiksa oleh : Penyelia Laboratorium

Pengujian dilaksanakan sesuai dengan metode uji SNI ASTM C136:2012.

Saringan Massa tertahan Jumlah tertahan Persentase kumulatif (%) Spesifikasi mm (inci) Gram (a) Gram (b) Tertahan (c) Lolos (d) 76,2 mm (3 inci) - - - - 63,5 mm (2 ½ inci) - - - - 50,8 mm (2 inci) - - - - 36,1 mm (1 ½ inci) - - 0,00 100,00 25,4 mm (1 inci) 371,00 371,00 3,71 96,29 19,1 mm (¾ inci) 154,00 525,00 5,25 94,75 12,7 mm (½ inci) 4 158,00 4 683,00 46,83 53,17 9,52 mm (3/8 inci) 1 758,26 6 441,26 64,41 35,59 4,75 mm (No. 4) 1 189,74 7 631,01 76,31 23,69 2,36 mm (No. 8) 502,22 8 133,22 81,33 18,67 1,18 mm (No. 16) 501,13 8 634,36 86,34 13,66 0,6 mm (No. 30) 472,39 9 106,75 91,07 8,93 0,3 mm (No. 50) 404,05 9 510,80 95,11 4,89 0,15 mm (No. 100) 316,73 9 827,53 98,28 1,72 0,075 mm (No. 200) 131,25 9 958,78 99,59 0,41 Pan 41,22 10 000,00 100,00 0,00 Modulus kehalusan : 6,49 Bandung, 19 Maret 2009

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN

Jl. A. H. Nasution No. 264, Kotak Pos 2 Ujungberung Bandung 40294 – Tlp. (022) 7802251, Fax. (022) 7802726 e-mail : pusjal@melsa.net.id

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(19)

13 dari 16

Lampiran D

(informatif)

Contoh isian formulir pengujian agregat halus

No. pengujian :

Jenis contoh : Agregat Halus

Jumlah contoh : 500 gram

Diterima tanggal : 22 Juni 2009

Diuji tanggal : 23 Juni 2009

Diuji oleh : Budi Subrata

Diperiksa oleh : Penyelia Laboratorium

Pengujian dilaksanakan sesuai dengan metode uji SNI ASTM C136:2012.

Saringan Massa tertahan Jumlah tertahan Persentase kumulatif (%) Spesifikasi mm (inci) Gram (a) Gram (b) Tertahan (c) Lolos (d) 76,2 mm (3 inci) 63,5 mm (2 ½ inci) 50,8 mm (2 inci) 36,1 mm (1 ½ inci) 25,4 mm (1 inci) 19,1 mm (¾ inci) 12,7 mm (½ inci) 9,52 mm (3/8 inci) 0 100 4,75 mm (No. 4) 23 23 4,6 95,4 2,36 mm (No. 8) 67 90 18 82 1,18 mm (No. 16) 72 162 32,4 67,6 0,6 mm (No. 30) 88 250 50 50 0,3 mm (No. 50) 167 417 83,4 16,6 0,15 mm (No. 100) 60 477 95,4 4,6 0,075 mm (No. 200) 16 493 98,6 1,4 Pan 7 500 100 0 Modulus kehalusan : 2,84 Bandung, 24 Juni 2009

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN

Jl. A. H. Nasution No. 264, Kotak Pos 2 Ujungberung Bandung 40294 – Tlp. (022) 7802251, Fax. (022) 7802726 e-mail : pusjal@melsa.net.id

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(20)

SNI ASTM C136:2012 14 dari 16 © BSN 2012

Lampiran E

(informatif)

Contoh isian formulir pengujian agregat kasar

No. pengujian :

Jenis contoh : Agregat Kasar

Jumlah contoh : 10 kg

Diterima tanggal : 22 Juni 2009

Diuji tanggal : 23 Juni 2009

Diuji oleh : Budi Subrata

Diperiksa oleh : Penyelia Laboratorium

Pengujian dilaksanakan sesuai dengan metode uji SNI ASTM C136:2012.

Saringan Massa tertahan Jumlah tertahan Persentase kumulatif (%) Spesifikasi mm (inci) Gram (a) Gram (b) Tertahan (c) Lolos (d) 76,2 mm (3 inci) 63,5 mm (2 ½ inci) 50,8 mm (2 inci) 36,1 mm (1 ½ inci) 0 100 25,4 mm (1 inci) 211,3 211,3 2,11 97,89 19,1 mm (¾ inci) 2850 3061,3 30,61 69,39 12,7 mm (½ inci) - - - - 9,52 mm (3/8 inci) 4832,6 7893,9 78,94 21,06 4,75 mm (No. 4) 1961,1 9855 98,55 1,45 2,36 mm (No. 8) - 100 0 1,18 mm (No. 16) - 100 0 0,6 mm (No. 30) - 100 0 0,3 mm (No. 50) - 100 0 0,15 mm (No. 100) - 100 0 0,075 mm (No. 200) - 100 0 Pan 145 10.000 100 0 Modulus kehalusan : 7,10 Bandung, 24 Juni 2009

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN

Jl. A. H. Nasution No. 264, Kotak Pos 2 Ujungberung Bandung 40294 – Tlp. (022) 7802251, Fax. (022) 7802726 e-mail : pusjal@melsa.net.id

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(21)

15 dari 16

Lampiran F

(informatif)

Contoh perhitungan

F.1 Perhitungan dengan rumus

Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada formulir pengujian (Lampiran A) diperoleh massa total contoh uji lolos saringan 4,75 mm (No.4) sebanyak 2368.99 gram (B). Untuk menghindari material berlebih di atas saringan, 6.4.4.5 diberlakukan. Benda uji dikurangi dengan menggunakan pemisah contoh uji mekanis hingga didapatkan contoh uji sesuai 5.3.

sebanyak 300 gram (W2). Dari hasil penyaringan diperoleh data sebagai berikut:

Saringan Massa tertahan

setelah pengurangan Massa tertahan awal

mm (inci) Gram Gram

W1 A 76,2 mm (3 inci) - 63,5 mm (2 ½ inci) - - 50,8 mm (2 inci) - - 36,1 mm (1 ½ inci) - - 25,4 mm (1 inci) - - 19,1 mm (¾ inci) - - 12,7 mm (½ inci) - - 9,52 mm (3/8 inci) - - 4,75 mm (No. 4) - - 2,36 mm (No. 8) 63,60 502,22 1,18 mm (No. 16) 63,46 501,13 0,6 mm (No. 30) 59,82 472,39 0,3 mm (No. 50) 51,17 404,05 0,15 mm (No. 100) 40,11 316,73 0,075 mm (No. 200) 16,62 131,25 Pan 5,22 41,22 B x W W A 2 1  Keterangan:

A adalah berat setiap ukuran pada jumlah contoh uji total; W1 adalah berat setiap fraksi lolos saringan 4,75 mm (No.4);

W2 adalah berat bagian yang berkurang contoh uji lolos saringan 4,75 mm

(No.4) yang disaring;

B adalah jumlah berat agregat halus dari agregat gabungan.

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(22)

SNI ASTM C136:2012

16 dari 16

© BSN 2012

F.2 Perhitungan modulus kehalusan

Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada formulir pengujian Lampiran C diperoleh modulus kehalusan agregat campuran sebagai berikut.

Modulus kehalusan agregat campuran: 0+3,71+5,25+46,83+64,41+76,31+81,33+86,34+91,07+95,11+98,28 = 100 648,64 = = 6,49 100

Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada formulir pengujian Lampiran D diperoleh modulus kehalusan agregat halus sebagai berikut.

Modulus kehalusan agregat halus: 0+4,6+18+32,4+50+83,4+95,4 = 100 283,80 = = 2,84 100

Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada formulir pengujian Lampiran E diperoleh modulus kehalusan agregat kasar sebagai berikut.

Modulus kehalusan agregat kasar : 2,11+30,61+78,94+98,55+100+100+100+100+100 = 100 710,21 = = 7,10 100

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(23)

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

(24)

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN

Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3,4,7,10

Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270

Telp: 021- 574 7043; Faks: 021- 5747045; e-mail : bsn@bsn.go.id

© BSN 2012

h BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha

n Konstruksi Bangunan

dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 9

Gambar

Tabel 1 - Berat minimum contoh uji agregat kasar  Ukuran nominal maksimum
Tabel 2  - Jumlah contoh uji maksimum yang diizinkan tertahan pada saringan, kg
Tabel 3 - Ketelitian
Tabel 4 - Ketepatan data untuk benda uji 300 g dan 500 g

Referensi

Dokumen terkait