Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan berbagai
macam suku bangsa dan budaya. Budaya nasional sendiri
sebenarnya berakar dari budaya daerah. Untuk melestarikan
budaya daerah yang beraneka ragam, harus mengenal budaya
daerah terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengenal budaya daerah adalah dengan mengenali produk
dari daerah tersebut. Produk daerah dapat berupa kesenian ,
bahasa, adat istiadat, dan juga makanan. Produk kesenian sendiri
dapat berupa tarian atau sendratari, kesenian musikal beserta alat
musiknya, seni lukis dan tulis serta seni kerajinan daerah. Adat
istiadat adalah bentuk budaya yang dikenali melalui rumah adat,
pakaian adat atau daerah, senjata adat atau daerah, upacara adat
seperti perkawinan, kelahiran, kematian atau pengkuburan.
Makanan daerah merupakan produk budaya yang biasanya bahan
bakunya dihasilkan dari kota tersebut (Salamun, 2008).
Makanan daerah dibedakan dari jenisnya, yakni makanan
berat dan makanan ringan. Makanan berat adalah makanan yang
dikonsumsi tiga kali sehari dan disebut juga sebagai kebutuhan
makanan ringan sering dikonsumsi sebagai makanan pembuka
atau makanan penutup. Makanan ringan sering juga disebut
sebagai camilan karena sering di camil, yang dalam bahasa jawa
berarti dikonsumsi dalam jumalah kecil atau berulang-ulang.
Camilan memang makanan sampingan, namun makanan jenis ini
sangat digemari. Hampir di setiap kemasan camilan oleh-oleh
terdapat kota pembuatan camilan tersebut. Oleh sebab itu layak
jika camilan disebut sebagai produk budaya daerah. Karena secara
tidak langsung melakukan pengenalan mengenai daerah tersebut
kepada masyarakat luas..
Kota Salatiga merupakan sebuah kota kecil di Jawa
Tengah yang terkenal kesejukannya dan tenang. Walaupun
Salatiga adalah kota kecil, namun cukup strategis, karena banyak
dilewati oleh para pelancong dari Solo maupun Semarang. Kota
Salatiga memiliki berbagai macam kebudayaan, seperti makanan,
tempat wisata, dan juga batik Salatiga yang saat ini sedang
berkembang dan juga banyak diminati oleh konsumen Salatiga
maupun luar Salatiga. Di dalam perancangan ini, penulis hanya
akan membahas camilan khas kota Salatiga Camilan khas Salatiga
ada berbagai macam, seperti enting gepuk, gula kacang, kripik
paru, kripik bayam, domino, dan lain-lain. Camilan khas Salatiga
tidak hanya dikenali melalui jenis camilannya namun juga melalui
kemasan. Berdasarkan pengamatan awal, konsumen mengetahui
melihat tulisan atau gambar pada kemasan. Biasanya produsen
mencantumkan nama kota camilan tersebut diproduksi.
Gendis Arumanis adalah salah satu macam makanan
tradisioal Indonesia era 90-an yang ingin diperkenalkan kembali
di kota Salatiga sebagai makanan oleh-oleh khas Salatiga. Ide ini
muncul karena gagasan Ibu Marlina, pemilik industri rumahan
yang membuat arumanis. Namun karena belum memiliki
kemasan dan merek sendiri makan keberadaan Gendis Arumanis
kurang menarik perhatian konsumen, maka perlu adanya
perancangan kemasan untuk produk Gendis Arumanis untuk
meningkatkan penjualan Gendis sekaligus memperkenalkan kota
Salatiga ke kota-kota lain melalui makanan dan kemasannya. Kemasan merupakan “pemicu” karena langsung berhadapan dengan konsumen. Karena itu kemasan harus dapat
mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif,
dalam hal ini membeli produk; karena tujuan akhir dari
pengemasan adalah untuk menciptakan penjualan.(Wirya, 1999)
Kemasan mempunyai kekuatan untuk menjelaskan suatu produk
dan meningkatkan penjualan produk tersebut. Kemasan juga
merupakan media komunikasi, dimana melalui kemasan produsen
dapat berkomunikasi dengan konsumen tentang produk tersebut.
Gendis Arumanis ingin menciptakan kemasan yang menarik
sehingga dapat membantu terciptanya penjualan.
konsumen dengan sendirinya tertarik dan akhirnya membeli
produk tersebut. Tindakan ketika seseorang secara tidak sadar
tertarik dengan kemasan suatu barang yang bagus dan kemudian
membelinya disebut Sensation Transference (Wirya, 1999).
Dalam membeli sebuah produk tentunya konsumen akan
membutuhkan informasi yang lebih baik tentang produk tersebut.
Informasi yang dibutuhkan antara lain seperti kandungan bahan,
kalori, nutrisi yang terkandung dalam produk tersebut, dan
lain-lain. Diharapkan dengan tercantumnya informasi tersebut tidak
hanya digunakan sebagai pemanis dalam kemasan tetapi juga
berguna bagi konsumen yang akan membelinya. Dalam kemasan
tentu saja tata warna dan gambar yang menarik menjadi salah
satu faktor pendorong agar konsumen membeli produk tersebut.
Kemasan adalah salah satu bidang dalam Desain
Komunikasi Visual yang mempunyai banyak tuntutan khusus
karena fungsinya yang langsung berhadapan dengan konsumen,
antara lain tuntutan teknis, kreatif, komunikatif dan pemasaran
yang harus diwujudkan ke dalam bahasa visual. Sebagai seorang
desainer komunikasi visual, hal ini merupakan suatu tantangan
karena selain dituntut untuk dapat menyajikan sebuah kemasan
yang estetis, desainer juga dituntut untuk memaksimalkan daya
tarik kemasan untuk dapat menang dalam pertarungan untuk
menghadapi produk-produk pesaing. Tantangan yang lain adalah
juga agar konsumennya tetap setia menggunakan produknya
(Swann, 1997).
Perancangan kali ini merancang desain kemasan dari
camilan khas Salatiga “Gendis Arumanis“, Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan melalui penyebaran angket, dapat
disimpulkan bahwa sebuah kemasan yang memiliki nilai
kebudayaan atau memberikan informasi tentang sebuah daerah
asal makanan tersebut dapat lebih menarik minat beli konsumen,
terlebih lagi produk yang dijual adalah makanan oleh-oleh khas
Salatiga, dalam hal ini digunakan Gendis Arumanis yang
merupakan makanan kecil tahun 90-an yang dikembangkan
kembali oleh produsen, dengan menggunakan sempe yang
ditengah-tengahnya terdapat arumanis, sehingga terlihat seperti
Hamburger. Hal inilah yang mendorong penulis untuk membuat
kemasan dengan menampilkan kebudayaan Salatiga pada
kemasan tersebut.
Selain terdapat kemasan primer, dibuat juga kemasan
sekunder yang berbahan dasar kertas dan mika transparan, selain
itu kemasan Gendis Arumanis ini tidak hanya sekedar kemasan,
tetapi terdapat informasi atau pengetahuan tentang kota Salatiga
yang diharapkan bermanfaat bagi orang-orang yang belum
mengetahui kota Salatiga. Display untuk di toko juga akan
dirancang sedemikian rupa, sehingga diharapkan dapat menarik
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merancang kemasan yang sesuai untuk
Gendis Arumanis sebagai camilan oleh-oleh khas
Salatiga?
2. Bagaimana merancang display toko untuk produk Gendis
Arumanis agar dapat dikenal oleh masyarakat sebagai
camilan oleh-oleh khas Salatiga?
1.3. Batasan Masalah
Dalam merancang bentuk kemasan camilan oleh-oleh khas
Salatiga “Gendis Arumanis”. Perlu adanya batasan masalah
agar permasalahan yang ada tidak terlalu luas.
perancangan logo Gendis Arumanis dirancang sesuai dengan makna nama tersebut dan dibuat semenarik
mungkin.
Perancangan desain kemasan primer untuk produk Gendis Arumanis.
Perancangan desain kemasan sekunder untuk produk Gendis Arumanis.
Perancangan desain kemasan pengiriman untuk produk Gendis Arumanis.
Perancangan display untuk di toko. Diharapkan dengan adanya perancangan display yang menarik dapat
Target konsumen adalah Penduduk tetap dan tidak tetap di Salatiga, pria atau wanita berusia 15-65tahun,
Masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah keatas,
Masyarakat yang suka mencoba hal baru seperti
camilan.
Tools yang dipakai adalah Corel Draw X4.
1.4. Tujuan dan Manfaat
Dari perancangan kemasan yang akan dibuat penulis,
adapun tujuan dan manfaatnya adalah:
Merancang logo Gendis Arumanis menjadi memiliki brand image makanan oleh-oleh khas Salatiga yang
menarik.
Merancang desain kemasan yang dapat memperkenalkan identitas daerah Salatiga melalui
kemasan, sehingga Gendis Arumanis mempunyai daya
tarik tersendiri bagi konsumen.
Merancang display toko yang moderen namun tetap memiliki kesan tradisional.
Agar masyarakat bisa lebih mengetahui pentingnya suatu desain kemasan bagi suatu usaha, khususnya bagi
para produsen agar lebih memperhatikan segi kemasan
1.5. Sistematika Penulisan Bab 1. Pendahuluan
Berisikan latar belakang dari perancangan,
rumusan masalah, batasan masalah, dan tujuan
serta manfaat dari perancangan.
Bab 2. Tinjauan Pustaka
Berisikan mengenai penelitian sebelumnya, teori
tentang kemasan, logo, teori tentang metode
SWOT, Salatiga.
Bab 3. Metode Penelitian & Perancangan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini
adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai Gendis Arumanis dan metode
kuantitatif digunakan untuk mendapatkan hasil
perhitungan dari keberhasilan perancangan Desain
kemasan Gendis Arumanis. Metode Perancangan
menggunakan metode linier. Metode analisis
SWOT untuk menganalisis kelebihan, kekurangan,
ancaman, dan peluang dari Gendis Arumanis.
Hasil Akhir dari perancangan beserta pembahasan
pengujian.
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan