• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muatan gender ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan pada program Bengkel Keluarga Sakinah TV9: analisis Charles Sanders Pierce.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Muatan gender ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan pada program Bengkel Keluarga Sakinah TV9: analisis Charles Sanders Pierce."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

MUATAN GENDER CERAMAH KH. ILHAMULLAH SUMARKAN PADA PROGRAM BENGKEL KELUARGA SAKINAH TV9

(Analisis Charles Sanders Pierce)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi

Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh : Siti Hajar F020715162

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Hajar 2017. Muatan Gender Ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan Pada Program Bengkel Keluarga Sakinah TV9 (Analisis Charles Sanders Pierce). Tesis, Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Dr. Nikmah Hadiati Salisah, SIP, M.Si.

Kata Kunci : Muatan Gender dalam Keluarga Sakinah.

Berbicara tentang gender maka tidak terlepas dengan persoalan jenis kelamin. Maka yang ada hanya dua jenis kelamin, namun yang lain hanya dimiliki oleh gaya hidup dalam kesehariannya. Persoalan gender juga menjadi hal yang melekat dalam kehidupan berkeluarga. Hal yang dibahas dalam kajian gender ini adalah kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berkeluaga. Tolak ukur munculnya kesetaraan gender dalam keluarga berawal dari konsep budaya yang berasal dari kehidupan masyarakat tanpa adanya alasan yang mendasar dan rasional dalam memberikan keterangan yang terkait dengan kesetaraan gender dalam kehidupan keluarga yang sakinah.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna mencari konsep yang tepat dalam membentuk keluarga yang sakinah. Obyek penilitian ini adalah Muatan Gender ceramah Kiai pada program keluarga sakinah TV9.Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pemaknaan mengenai kesetaraan gender dalam ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan di Program Bengkel Keluarga Sakinah TV9 2) Mengetahui representasi perempuan dalam ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan di Program Bengkel Keluarga Sakinah TV9.

Penelitian ini merupakan studi kasuistik menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam mengumpulkan data digunakan metode wawancara, observasi dan analisis teks. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, menyajikannya, kemudian melakukan verifikasi guna menarik suatu kesimpulan. Untuk pengecekan keabsahan data digunakan teknik triangulasi dan referensi.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Signifikasi Penelitian ... 11

F. Literatur Review ... 12

G. Kerangka Teori ... 13

1.Feminisme Islam Analisis Nasaruddin Umar ... 13

2 Semiotika ... 15

H. Metode Penelitian ... 17

BAB II: LANDASAN TEORI DAKWAH MELALUI TELEVISI DAN GENDER A. Dakwah Melalui Media Massa ... 22

1. Dakwah Sebagai Kegiatan Komunikasi ... 24

2. Unsur-Unsur Komunikasi Dalam Dakwah ... 26

3. Dakwah Massal Dalam Perspektif Komunikasi ... 29

(8)

B. Semiotika Dalam Media Massa... 35

1. Teknik Penyiar Saat Berlangsungnya Acara ... 35

2. Semiotika Charles Sanders Pierce ... 38

C. Keadilan Islam Dalam Persoalan Gender... 42

1. Hakikat Gender ... 42

2. Pesan Gender Dalam Media Massa ... 48

3. Perspektif Tentang Gender Sebagai Efek Komunikasi Massa ... 49

4. Prinsip Kesetaraan Gender Dalam Islam Analisis Nasaruddin Umar ... 50

BAB III: APLIKASI GENDER DALAM CERAMAH KH. ILHAMULLAH SUMARKAN A. Biografi KH. Ilhamullah Sumarkan ... 54

B. Kumpulan Ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan ... 57

1. Kepuasan Hidup Suami Istri Dlam Rumah Tangga... 57

2. Rumah Tangga Adalah Ladang Bisnis di Akhirat ... 65

3. Kemerdekaan dan Penjajahan Cinta Suami Istri ... 71

4. Tidak Ada Kalah dan Menang Dalam Cinta dan Keluarga ... 77

5. Tips Untuk Merah Jodoh Shaleh dan Shalehah ... 85

6. Emosi Jiwa Suami Istri ... 91

BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA KH. ILHAMULLAH SUMARKAN A. Muatan Kesetaraan Gender Dalam Ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan ... 99

B. Posisi Perempuan Dalam Ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan ... 117

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 122

B. Saran-Saran... 123

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berbicara soal perempuan dan media massa, pada dasarnya tidak terlepas dari kehidupan sosial. Representasi perempuan dalam media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun berbagai bentuk multi media. Sejauh ini media massa masih menjadikan perempuan sebagai obyek, baik didalam pemberitaan, iklan komersial bahkan program acara kajian dakwahpun juga wanita terlibat didalamnya.1

Sebagaimana tercatat dalam sejarah, bahwa “Islam disebarluaskan

dan diperkenalkan kepada manusia melalui aktivitas dakwah, tidak melalui

kekerasan, pemaksaan atau kekuatan senjata”2. Hakikat substansi dakwah itu adalah penyampaian informasi tentang bagaimana nilai-nilai keislaman itu diterapkan dalam setiap moment kehidupan, terutama dalam kehidupan berkeluarga. Dalam kehidupan berkeluarga, persoalan gender3menjadi hal yang melekat. Dalam konstruksi sosial, ditemukan sikap-sikap yang tidak menguntungkan pihak perempuan, seperti marginalisasi perempuan, dimana perempuan misalnya (dalam tradisi keluarga suku Banjar) ketika makan, maka yang didahulukan adalah laki-laki sementara perempuan makan seadanya atau sisa dari makanan yang disuguhkan kepada laki-laki.

Perempuan juga berada dalam posisi ‘subordinat’ yang merupakan

1

Sarah Santi, "Jurnalisme Berperspektif Gender" ,Komunikologi,Vol. 4, No. 2 (September, 2007), 1.

2

Masyhur Amin.,Dakwah Islam dan Pesan Moral(Yogyakarta: Al-Amin Press. Cet ke-1, 1997), 1. 3

(10)

2

rangkaian sikap marginalisasi tadi sehingga perempuan kemudian berada

dalam posisi ‘dinomorduakan’. Hal lainnya yang menjadi persoalan

pandangan terhadap gender ini adalah adanya stereotip atau pelabelan terhadap perempuan bahwa perempuan itu racun dunia, perempuan itu cerewet, sampai pada stereotip bahwa perempuan itu tidak rasional, sehingga ada perempuan yang dalam kehidupan berkeluarga atau dalam kehidupan sosial tidak punya peran apa-apa dalam pengambilan keputusan.4

Perdebatan tentang status dan posisi perempuan dalam Islam merupakan salah satu topik yang selalu hangat untuk dibahas. Karena itu persepsi elit Muslim terhadap posisi perempuan sangat beragam dan tidak dapat diidentifikasikan dalam clear-cut dichotomy. Hal ini menandakan bukti bahwa perempuan adalah makhluk yang luar biasa. Sayangnya, perempuan seringkali dianggap dengan stereotipe5 yang lemah dan menjadi sosok pelengkap. Tidak hanya kaum laki-laki yang memiliki pandangan demikian, tetapi perempuan yang tidak percaya diri dan kurang meyakini bahwa sebenarnya perempuan tidak diciptakan berbeda dengan kaum laki. Sebab secara historis telah terjadi dominasi laki-laki dalam semua masyarakat disepanjang zaman dan selama ini perempuan mengalami perlakuan yang tidak adil dalam berbagai aspek

4Mariyatul Norhidayati Rahmah, "Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak", Vol. 2, No. 2, (Juli Desember 2014), 156-173.

5

(11)

3

kehidupan, kecuali dalam masyarakat matrialkal6 yang jumlahnya tidak seberapa, dimana perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki.

Perempuan telah termakan oleh pola berpikir bahwa peran perempuan terbatas pada dapur, sumur dan tempat tidur, sehingga pada akhirnya hal luar menjadi tidak penting. Sosok perempuan yang berprestasi dan menyeimbangkan antara keluarga dan karier kerja menjadi sangat langka ditemukan. Perempuan seringkali takut berprestasi karena tuntutan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang tidak bergaji dan tidak pernah berhenti, atau perempuan lainnya yang terlalu fokus untuk urusan luar rumah dan terbengkalai untuk keharmonisan dalam keluarga. Keseimbangan untuk urusan internal keluarga dan pencapaian diri yang terus meningkat semakin sulit untuk dicapai. Secara fisik wanita dilemahkan dengan cara membiarkan wanita melakukan hal-hal yang berat secara fisik yang dapat menyiksa tubuhnya. Wanita didera dalam berbagai pekerjaan buruh angkut, buruh seks, buruh rumah tangga yang semuanya tanpa penghargaan (ekonomi dan sosial) yang jelas dan pantas. Disatu pihak kita menganggap wanita sebagai makhluk yang lemah, dipihak lain kita membiarkan dalam kasus memaksa. Tubuh mereka menjadi arena eksploitasi.7

Ada yang memposisikan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan melarangnya beraktivitas di luar rumah dengan dalih bahwa perempuan kemana pun pergi harus disertai dengan mahram walaupun

6

Matrialkal dapat dipahami sebagai suatu sistem masyarakat dimana kaum perempuan yang menjadi kepala keluarga atau kepala suku. Lihat A.S Hornby dan E.C Parnwell, An English Reader’s Dictionary(Jakarta: PT. Pustaka Ilmu, 1992),201.

7

(12)

4

untuk keperluan menuntut ilmu sekalipun. Di sisi lain ada juga yang berpandangan bahwa perempuan tidak boleh bekerja tetapi sebaiknya berada di rumah untuk mengurus rumah dan mendidik anak.8

Fakta menunjukkan memang ada pandangan yang timpang dan

miring terhadap perempuan yang ternyata memakai teks-teks

keagamaan,terutama Hadits Nabi, sebagai alatlegitimasi.9 Banyak penafsiran teks agama yang kemudian menempatkan perempuan sebagai makhluk nomor dua. Perempuan kemudian dianggap sebagai hal milik laki-laki yang dapat diperlakukan sekehendaknya, termasuk dengan cara kekerasan.10

Bahkan banyak Hadits-Haditsyang dijadikan sebagai alat

pembenaranuntuk memojokkan kaum perempuanatau untuk diberikan

label-label yangmerendahkan. Reaksi perlawanan lalumuncul dengan

membangun teori adakelompok konspirasi yang sengajamembuat

Hadits-Hadits untuk menghinaperempuan, atau Hadits-Hadits Misogynist11,seperti

8

Agustin Hanapi, "Peran Perempuan Dalam Islam", Vol. 1, No. 1 (Maret, 2015), 25. 9

Nurdin, Rufika Sari, "MisogynistDi Dalam Hadis: Telaah Hadis Sunan Tirmidzi Dan Ibnu Majah, Perempuan Sumber Fitnah Paling Berbahaya)",Marwah, Vol. 13, No. 2 (Desember , 2014), 2. 10

Busriyanti, "Islam dan Kekerasan terhadap Perempuan",Vol. 2, No. 2 (September ,2012), 3. 11

(13)

5

termuat dalam berbagai kitabTafsir yang sudah populer, maupunkitab

Hadits dan Syarahnya.12

Hal tersebut dilatar belakangi oleh berbagai faktor, diantaranya

yaitu kontruk sosial yang patriakhi serta pemahaman terhadap teks

keagamaan yang terkesan bias gender yang melegalkan segala bentuk

superiotas dan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Hal ini

sebagaimana dampak Hadits-Hadits yang mendeskriditkan perempuan.

Padahal Al-Quran sebagai otoritas hukum tertinggi pada dasarnya sangat

menekankan kehormatan, persamaan manusia pada persamaan manusia

dan kesetaraan gender.13 Oleh karena itu, reinterpretasi terhadap teks Hadits tersebut merupakan suatu keharusan.14 Dan ini disinyalir beberapa kalangan, salah satunya disebabkan oleh adanya penafsiran-penafsiran yang didominasi ideologi patirarkhi.15

kebencian terhadap wanita (hatred ofwomen) yang berakar pada kemarahan bayi primitif terhadap ibunya karena masyarakat memberikan tugas pengasuhan anak kepada wanita. Tumbuhnya kebencian kaum pria terhadap kaum wanita tersebut bisa ditelusuri dari penjelasan Chodorow mengenai proses perkembangan kepribadian anak laki-laki dan perempuan melalui sosialisasi nilai-nilai gender tertentu.

12

Alamsyah, "Menyikapi Hadis-Hadis Misoginis", (Laboratorium Studi al-Qur’an), dalam http://menyikapi-hadist-hadist misoginishtml. (23 Desember 2016).

13

Hal tersebut sebagaimana dalam surat al-Hujarat ayat 13.: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

14

Khariri, "Kesetaraan Gender Dalam Prespektif Islam": Reinterpretasi Fiqih Wanita, Yin Yang Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. 4, No. 1, (2009) ,29-30.

15

(14)

6

Tafsir arus utama (mainstream) yang masih dipercayai mayoritas masyarakat Muslim hingga saat ini tetap meletakkan laki-laki sebagai pusat dari kehidupan domestik maupun publik. Ini menunjukkan bahwa dalam pandangan para penafsir konservatif ide ketidaksetaraan dalam Al-Quran sebagai bagian dari pandangan Islam. Cara pandang seperti ini jelas berlawanan dengan pengakuan dan kesepakatan kaum muslimin atas prinsip universalitas Islam, kesetaraan dan keadilan universal.

Demikianlah, maka persoalan diskriminasi gender dan eksploitasi terhadap perempuan berujung pada problem metodologi penafsiran terhadap teks-teks agama dan kemandekan kaum muslimin untuk melakukan analisis secara kritis terhadap teks-teks tersebut dalam suasana dan sejarah yang berubah. Pengamatan secara cerdas terhadap pernyataan Al-Quran yang mengkritik secara tajam kebudayaan Arab yang diskriminatif dan misoginis terhadap perempuan seharusnya menjadi dasar metodologi penafsiran. Teks-teks suci perlu dipahami sebagai upaya transformasi kultural menuju arah pembebasan manusia dari tradisi-tradisi tirani, yang menindas. Dalam hal ini sering kali terjebak pada pemikiran yang salah, ketika menempatkan pikiran yang relatif, kontekstual dan profan sebagai pikiran yang absolut, abadi dan sakral.

(15)

7

pada gilirannya dapat memberikan peluang bagi tindak semena-mena laki-laki terhadap perempuan atas nama kebenaran agama.16

Pemahaman terhadap teks-teks keagamaan yang kemudian memandang rendah terhadap satu golongan ini jelas tidak dapat dibenarkan karena bertentangan dengan teks-teks lain yang membawa visi adanya persamaan dan kesetaraan manusia di sisi Allah. Oleh sebab itu, penafsir teks-teks keagamaan dituntut untuk memahami teks-teks tersebut secara benar. Dalam kaitannya dengan hal ini, teks-teks yang bermakna fundamental agama harus ditempatkan sebagai dasar utama dan tidak boleh tunduk di bawah teks lainnya yang lebih spesifik atau yang lebih bersifat praksis.17

Ada beberapa kemungkinan adanya penafsiran yang terkesan agak timpang dan cenderung bias gender terhadap ayat-ayat yang berkenaan dengan hubungan laki-laki dan perempuan sehingga menimbulkan perspektif diskriminatif atau subordinatif terhadap perempuan. Pertama, karena kekeliruan dalam menginterpretasikan bunyi teks secara harfiah.

Kedua, cara atau metode penafsiran yang parsial atau tidak utuh,

sepotong-sepotong, sebagian, atau separo dari keseluruhan teks. Ketiga, penafsiran terhadap teks-teks Alquran sering kali didasari dan dikuatkan oleh hadis-hadis lemah (da‘îf), hadis palsu (mawdû‘) atau hadis-hadis

isrâîliyyât.18Tiga kemungkinan itu pada akhirnya terakumulasi dalam

16

Busriyanti, "Islam dan Kekerasan terhadap Perempuan",Studi Agama-agama, Vol. 2, No. 2 (September 2012), 9-10.

17

Husein Muhammad, "Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren", (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2007), 225.

18

(16)

8

interpretasi dan sering kali kurang memperhatikan sosio-kultur; di mana dan kapan firman itu diturunkan, atau disebut dengan asbâb al-nuzûl dan

asbâb al-wurûd. Selain adanya manipulasi Hadits-Hadits Nabi untuk

kepentingan politis.

Dilihat dari sisi proses komunikasinya, hampir seluruh pesan yang disampaikan pada hakikatnya adalah keagamaan. Sebaliknya dari sisi keagamaan, pelestarian keagamaan pada hakikatnya dicapai melalui proses komunikasi.19

Maka dari itu penulis sangat tertarikmengangkat satu pandangan seorang Kiai, yang menurut penulis cukup menarik dalam permasalahan ini. Yang pemikirannya ataupandangannya cukup bisa diterima oleh

kalangan masyarakat. KH. Ilhamullah Sumarkan adalah seorang da’i,

faqih jugapembaharu yang sangat peduli dengan permasalahan umat Islam terutama dalam kehidupan berkeluarga. Terlihat Kiai Sumarkan menjadi seorang penceramah pada tahun 2009 dia diminta oleh PWNU untuk mengisi salah satu program di TV9 yang diberi nama BKS (Bengkel Keluarga Sakinah).

Program BKS (Bengkel Keluarga Sakinah) membuat Kiai Sumarkan memilih materi tentang permasalahan seputar hak dan kewajiban suami istri, keharmonisan rumah tangga dalam setiap ceramahnya. Rujukan yang Kiai Sumarkan gunakan tak lain adalah

Al-dari sumber-sumberisrâilî. Isrâilîyât dinisbahkan kepada kedua putra Nabi Ibrâhîm yang bernama Ya‘qûb dan Ishâq yang mempunyai 12 keturunan. Isrâilîyât adalah cerita-cerita yang bersumber dari agama-agama samawi sebelum Islam seperti dari agama Yahudi dan Nasrani. Lihat Sayyid Husayn al-Dhahabî,Al-Isrâilîyat fî al-Tafsîr wa al-Hadîth ,(Damaskus: Lajnah Nashr fî Dâr al-Imân, 1985), 19.

19

(17)

9

Quran, Hadist, fikih pernikahan, buku-buku tentang permasalahan rumah tangga, buku-buku tentang masalah percintaan yang berhubungan dengan psikologi, dan masih banyak lainnya. Biasanya setelah mengungkapkan satu tema lalu Kiai Sumarkan analisis dengan rujukan tersebut. Ini menunjukkan keseriusannya dalam menanggapi permasalahan umat. Islam khususnya masalah wanita. Hal ini menambah ketertarikan dan keyakinan penulis untuk meneliti lebih lanjut pandangannya mengenai kehidupan keluarga di dalam Islam.

B. Batasan Masalah

Kedudukan wanita dalam Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakekatnya memberi perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada wanita. Kalau kita mengembalikan pandangan ke masa sebelum seribu tahun, maka kita akan menemukan wanita menikmati keistimewaan dalam bidang materi dan sosial yang dikenal oleh perempuan-perempuan di kelima benua. Keadaan mereka ketika itu lebih baik dibandingkan perempuan-perempuan barat dewasa ini asal saja kebebasan dalam berpakaian serta pergaulan tidak dijadikan bahan perbandingan.

Islam mengajarkan bahwa persamaan antara manusia baik antar lelaki dan wanita maupun antar bangsa, suku keturunan. Perbedaan yang digaris bawahi dan kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan ketaqwaan kepada Allah swt.

(18)

10

kesetaraan yang dibahas dalam keluarga, wanita dalam perkembangan ilmu pengetahuan, dan wanita dalam dunia sosial.

Namun agar penelitian ini menjadi lebih fokus, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diangkat. Yaitu mengenai muatan gender ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan pada program Bengkel keluarga Sakinah TV9( Analisis Charles Sanders Pierce), terdiri dari enam materi dan dimulai pada tanggal 11 April 2014, 11 Agustus 2015, 18 Agustus 2015, 25 Agustus 2015, 15 September 2015 dan 18 September 2015.

C. Rumusan Masalah

Bedasarkan Penjelasan dan batasan masalah diatas maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemaknaan mengenai kesetaraan gender dalam ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan di Program Bengkel Keluarga Sakinah TV9 ?

2. Bagaiamana representasi perempuan dalam ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan di Program Bengkel Keluarga Sakinah TV9?

D. Tujuan Penelitian

Dari topik pembahasan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk;

(19)

11

2. Menjelaskan bagaiamana reprentasi perempuan dalam ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan di Program Bengkel Keluarga Sakinah TV9? E. Signifikan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: Dari rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bermanfaat dan penting baik secara teoritis (ilmiah) maupun praktis (amaliah). Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah khazanah keislaman khususnya di dunia akademik mengenai referensi yang berkaitan dengan pandangan seorang ulama moderat mengenai kontruksi wanita dalam Islam melalui media massa.

2. Untuk menjadi bahan pertimbangan bagi umat Islam khususnya wanita muslimah dalam menyikapi maraknya perkembangan pemikiran yang ada dalam umat Islam mengenai wanita, baik dari kaum tekstualis, kontekstualis, maupun aliran pemikiran yang lainnya. Sedangkan secara praktis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

3. Agar umat Islam, khususnya para akademisi lebih bijak lagi dalam menanggapi berbagai macam pemikiran yang berkenaan tentang wanita di dalam Islam, sehingga umat Islam mampu menempatkan posisi wanita Muslimah pada tempat yang sesungguhnya, hingga tidak saling menyalahkan satu pemikiran dengan yang lainnya.

(20)

12

F. Literatur Review

Untuk memberikan gambaran tentang originalitas penelitian ini, maka berikut dikemukakan penelitian-penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Dinoyo, dalam

jurnalnya yang berjudul: “Karakter Opoturnisme dalam Film Animasi

Adit & Sopo Jorwo ( Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce) Terhadap

Tokoh Sopo Jarwo”. Penelitian ini membuat karakter Opoturnisme yang

ditampilkan dalam tokoh Sopo Jarwo dilihat dari tanda dan maknanya. Penelitian yang dilakukan oleh Ayub, didalam jurnalnya yang

berjudul,” Melawan Eksploitasi Tubuh Antara Femenisme Barat".

Penelitian ini mengenai pergerakan dan pemikiran feminism Barat, yakni persoalan eksploitasi terhadap tubuh perempuan. Pembahasan ini dimulai dari tinjauan terhadap cara barat memperlakukan perempuan atas solusinya. Sementara solusi yang ditawarkan Islam bagi eksploitasi tubuh perempuan berangkat dari titik penting bahwa perempuan tidak dinilai berdasarkan tubuh mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Pristiwiyanto, didalam jurnalnya

yang berjudul,” Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Islam (Meretas

Ketidakadilan Politik Terhadap Kemanusiaan Manusia)”.Penelitian ini

(21)

13

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Zaini, didalam jurnalnya yang berjudul, ”Reprentasi Feminisme Liberal dalam Sinetron: Analisis

Semiotika Terhadap Sinetron Kita Nikah Yuk".Penelitian ini membahas

bahwa representasi feminisme liberal dalam sinetron tersebut mencakup hal-hal antara lain perempuan bukan kelompok marginal, perempuan bukan kelas kedua, perempuan juga berpikir secara cerdas, kesetaraan sosial antara laki-laki dan perempuan, serta perempuan tidak lemah.

Berbeda dengan penelitian Ini, dalam penelitian ini menangkat

tema,” Analisis Gender Oleh KH. Ilhamullah Sumarkan di Program

Bengkel Keluarga Sakinah TV9 (Studi Analisis Semiotik Charles Sanders

Pierce). Penelian ini memfokuskan pada kajian gender dan analisis

Semiotik.

Selanjutnya perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah lokalisasi, metode, pendekatan dan subjek penelitiannya. Sehingga penelitian analisis Gender Oleh KH. Ilhamullah Sumarkan di Program Bengkel Keluarga Sakinah TV9 (Studi Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce) layak untuk diteliti dan belum pernah diteliti dari beberapa penelitian terdahulu.

G. Kerangka Teori

1. Feminisme Islam Analisis Nasaruddin Umar

(22)

14

keturunan.20.Hal ini tegas dalam Al-Quran sesungguhnya yang membedakan kemuliaan disisi Allah adalah ketaqwaan masing-masing. Dengan demikian, kodrat dan fitrah alami sebagai insan yang berlainan jenis, seperti reproduksi, melahirkan menyusui dan datang bulan merupakan satuhal pembeda. Dalam kaitan ini, gerakan feminisme tidak mereduksi perbedaan natural dan biologis yang sangat mendasar, namun sebaliknya gerakan feminisme harus diletakkan dalam kerangka memburu ketertinggalan perempuan dalam menggapai ha-haknya sebagai manusia21. Perbedaan peran secara sosiologis yang didasarkan pada anatomi biologis banyak dipengaruhi oleh faktor geografis, topografis, demografis, klimatologis dan hal lain yang berhubungan dengan ekologi22. Hal ini juga tampak dalam kekuasaan yang selalu diidentikkan dengan aksi maskulin berupa ketegaran, kekuatan dan dapat mempengaruhi orang lain23. Sehingga distorsi semacam ketidakadilan gender menjadi lebih melunak yang merupakan realitas obyektif individu bukan subyektif perempuan itu sendiri.24

Menurut Nasaruddin Umar, ada beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai standar dalam menganalisis prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam Al-Quran. Variabel-variabel antara lain:

20

Khairuddin Nasution,Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Academia Tazzafa,2009,) 222. 21

AbuYazid,Nalar dan Wahyu, (Jakarta: Erlangga, 2007), 104. 22

Umi, Sumbulah , dkk,Spektrum Gender; Kilasan Inklusi Gender di Peguruan Tinggi, (Malang: UIN Maliki Press, 2008), 25.

23

Siti Musdah Mulia, dan AnikFarida,Perempuan dan Politik,Jakarta: Gramedia Pustaka,2005, 24.

24

(23)

15

a. Laki-laki dan perempua sama-sama sebagai hamba b. Laki-laki dan perempua sama-sama sebagaiKhalifah c. Laki-laki dan perempua sama-sama sebagaiPrimordial d. Laki-laki dan perempua sama-sama meraih prestasi

e. Adam dan Hawa, terlibat secara aktif dalam drama kosmis.25 2. Semiotika

Sebagai sebuah bidang kajian, semiotika digunakan untuk menganalisis teks media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda tersebut tidak pernah membawa makna tunggal. Teks media selalu memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa teks media membawa kepentingan-kepentingan tertentu26. Dalam hal teks dalam semiotika, menurut Menurut Charles Sanders Peirce (1839-1914), tanda adalah

something which stands to somebody for something in some respect

or capacity”27. Dia mengemukakan teori segitiga makna (triangle

meaning) yang terdiri atassign(tanda),object(objek), daninterpretant

(interpretan). Salah satu bentuk tanda (sign) adalah kata. Sedangkan objek (object) adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan (interpretant) adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk oleh sebuah tanda. Ketika ketiga elemen makna tersebut berinteraksi dalam benak seseorang, muncullah

25

Abdul rahim, " Gender dalam Persfektif Islam", Vol. 7, No. 2014., 173. 26

AlexSobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 91.

(24)

16

makna tent dibawah ini

a. Tanda ditangka merujuk Acuan t b. Objek tanda a c. Interpr mengg atau m dirujuk se

Teor semiotika persoalan tanda itu di

De menganali

28

Ibid,. 115

16

tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda te

[image:24.595.139.513.146.559.2]

h ini menunjukkan “Segitiga Makna” oleh Peirc

Gambar Segitiga Makna

nda (sign) adalah sesuatu yang berbentuk fi ngkap oleh panca indera manusia dan merupaka ujuk (merepresentasikan) hal lain di luar ta uan tanda ini disebut objek.

k (object) adalah konteks sosial yang menjadi

nda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

rpretan (interpretant) adalah konsep pemikiran nggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu u makna yang ada dalam benak seseorang tent ujuk sebuah tanda.

eori dari Charles Sanders Peirce menjadi grand ka yang dikupas dari teori segtiga makna ada

n bagaimana makna muncul dari sebuah tanda u digunakan orang pada waktu berkomuikasi.

engan demikian pendekatan Peirce dapat di nalisis ceramah sebagai sebuah tanda dalam pr

16

tersebut. Gambar

irce28.

fisik yang dapat upakan sesuatu yang tanda itu sendiri.

njadi referensi dari

an dari orang yang tu makna tertentu ntang objek yang

grand theory dalam

adalah bagaimana nda ketika sebuah

(25)

17

Keluarga Sakinah di TV9. Sehingga pendekatan Peirce akan tepat untuk menganalisis "Analisis Gender pada Ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan di Program Bengkel Keluarga Sakinah di TV9 (Anlaisis Semiotik Charles Shanders Pierce)" sebagai pisau analisis untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kesetaraan gender dalam isi ceramah di TV9.

H. Metode Dakwah 1. Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian analisi semiotik dalam perspektif gender. Metode penelitian ini juga sering disebut metode penelitian naturalistik. Hal ini didasarkan pada kondisinya yang alamiah. Artinya apa yang menjadi objek penelitian bukanlah sesuatu yang dimanipulasi, karena memang berkembang apa adanya. Sehingga, kehadiran peneliti nantinya tidak akan terlalu mempengaruhi dinamika dari obyek yang diteliti.29

Menurut Danzin dan Lincoln, sebagaimana dikutip Moleong, berpendapat bahwasanya, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, yang bermaksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada.30

Adapun yang menjadi alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang utuh serta menyeluruh Analsis Gender pada Ceramah Kiai Sumarkan di

29

Imam Suprayogo,Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung,: Rosdakarya, 2001), 163. 30

(26)

18

TV9 (Anaisi Semiotik Charles Sanders Pierce) dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview).31 Peneliti memilih penelitian semiotik dengan melakukan wawancara mendalam kepada seorang Da'i, karena akan menghasilkan penelitian sifatnya menyeluruh atau holistic, tidak mengeneralisasi dan sangat dinamis.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan gender dan analisis semiotik, berusaha untuk menguraikan gender misalnya pada kegiatan dakwah oleh Kiai Sumarkan di TV9, maka perlu kiranya untuk meggunakan teori ini sebagai alat penelitian, seorang peneliti memasuki wawancara mendalam kepada seorang Da'i. Sehingga, dalam penelitian gendermerupakan penelitian yang penting untuk dilakukan melalui studi analisis gender dan semiotik.

3. Jenis Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang akan menjadi sumber data:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dihasilkan dari sumber terdekat dengan orang, informasi, periode, atau ide yang 31

(27)

19

dipelajari32. Yang dimaksud dengan data primer adalah data berupa rekaman video ceramah KH. Ilhamullah Sumarkan yang diperoleh dari TV9.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data pelengkap dan bersifat menguatkan data primer. Sumbernya bisa berasal dari literatur, dokumen, serta data yang diambil dari suatu organisasi tertentu. Dalam konteks penelitian ini, yang menjadi data sekunder adalah data berupa wawancara langsung dari obyek penelitian oleh Bapak K.H Ilhamullah Sumarkan untuk melengkapi referensi dakwah gender tentang Bengkel Keluarga Sakinah TV9.

c. Sumber Data

Sumber data merupakan sumber untuk memperoleh data yang diperlukan menyangkut perilaku dan perkataan subyek penelitian. Karena penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata. Jauhari mengungkapkan bahwa metode kualitatif memerlukan data kata-kata tertulis dan tindakan. Selebihnya adalah data-data tambahanatau pelengkap.33

Guna mendapatkan data jelas, peneliti akan memaksimalkan keberadaan analisis gender pada ceramah kiai Sumarkan di TV9, Bengkel Keluarga Sakinah (sebagai materi dakwah), tokoh agama (sebagai pelaku dalam masyarakat) dan 32

Mohamad Mustari,Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: LaksBang Press Indo, 2012), 38. 33

(28)

20

tokoh masyarakat (bagian sistem struktural masyarkat) dan masyarakat setempat.Sehingga, penelitian ini pun menjadi akurat, empirik dan sesuai dengan data di lapangan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara atau strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan.34 Cara-cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data atau informasi adalah :

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara untuk mengumpulkan data atau informasi yang utama dalam kajian pengamatan.35 Ia dilakukan dengan tanya jawab lisan dan jawaban dari KH. Ilhamullah Sumarkan disimpan secara tertulis, melalui rekaman kaset, video, atau media elektronik lainnya.36 Tujuannya adalah untuk menjadikan wawancara lebih cair tetapi tetap mengacu kepada jawaban informan terkait rumusan masalah. Sehingga, dalam penelitian ini tentunya peneliti memilih informan yang sekiranya mampu memberikan data lapangan yang mendalam dan lengkap mengenai pemahaman analisis bias gender pada ceramah kiai Sumarkan di TV9.

b. Dokumentasi

34

Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2002), 58.

35

Mohamad Mustari,Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta:LaksBang Press Indo, 2012), 38. 36

(29)

21

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat dengan kata lain sumber nonmanusia.37 Dalam penelitian ini, dokumentasi di sini merujuk terhadap kitab-kitab dan segala sumber fisik yang bersangkutan dengan analisis gender pada ceramah kiai Sumarkan di TV9.

37

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

MEDIA MASSA DAN KOMUNIKASI MASSA A. Dakwah Melalui Media Massa

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kehidupannya tidak bisa dilepaskan dari individu atau manusa lain. Hidup bersama antara manusia akan membentuk proses dan situasi komunikasi yang bisa berupa penyampaian ide, pemikiran, pendapat antar manusia tersebut.1Dakwah merupakan perilaku yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Cara berdakwah bisa melalui seruan, pemberian contoh dan kegiatan yang bermanfaat bagi umat.

Definisi dakwah sendiri menurut Toha Yahya adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akherat2. Sedangkan menurut Quraish Syihab adalah seruan atau ajakan kepada usaha mengubah situasi menjadi lebih baik dan sempurna terhadap pribadi maupun masyarakat.3 Hukum dakwah adalah wajib bagi setiap muslim, dengan tujuan untuk mengubah perilaku manusia berdasarkan ilmu pengetahuan dan sikap yang benar, yaitu untuk membawa manusia mengabdi kepada Allah SWT.4

Menurut Sayyid Muhammad Nuh, ada perbedaan makna antara dakwah dan tarbiyah. Dakwah diartikan mengenalkan atau

1

Wahyu Ilaihi,Komunikasi Dakwah,121-122. 2

Toha Yahya Umar,Ilmu Dakwah(Jakarta:Widjaya, 1985), 1. 3

Quraish Syihab,Membumikan Al Qur’an(Bandung: Mizan, 1999), 194. 4

(31)

✁ ✂

menyampaikan, sedangkan tarbiyah ini bijadi mengenalkan kepada pembantah dan manusia secara keseluruhan. Dakwah juga bisa diartikan sebagai pembangun dan pembentukmad’uyang sudah menerima.5

Pada aspek sosiologis, dakwah merupakan kebutuhan untuk mewujudkan kesalehan individu maupun kesalehan sosial yang bisa berfungsi untuk menjaga keharmonisan dan mendorong kemajuan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan dakwah sendiri, yakni kemaslahatan umat dan kemajuan masyarakat.6Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanisfestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia dalam bidang kemasyarakatan. Hal ini dilakukan secara teratur untuk bisa mempengaruhi cara berfikir, cara merasa, dan bersikap pada tataran individual maupun sosiokultural dalam rangka mewujudkan ajaran Islam di semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.7 Secara umum bisa diambil kesimpulan bahwa dakwah bisa bermakna ajakan atau seruan untuk melakukan perilaku yang diperintahkan oleh Allah SWT, dalam proses perubahan perilaku tersebut seorang da’i menjadi pihak yang memberikan informasi berupa ayat-ayat Al-Qur’an kepada penonton atau mad’u yang mendengarkan ceramahnya. Hal ini berarti ada pihak yang menyampaikan pesan dan ada pihak yang menerima pesan tersebut. Pesan bisa diterima jika antara penyampai pesan dan penerima pesan memiliki media, baik bertemu langsung maupun menggunakan media tidak langsung lainnya.

5

Sayyid Muhammad Nuh, Dakwah dan Tarbiyah terj. Irwan Raihan (Solo: Pustaka Barokah, 2003), 52.

6

Shonhadji Sholeh,Sosiologi Dakwah(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), 11. 7

(32)

✄ ☎

1. Dakwah Sebagai Kegiatan Komunikasi

Dakwah adalah kegiatan mengajak dan mempengaruhi mad’u untuk melakukan apa yang diperintahkan. Menurut beberapa pendapat menyampaikan bahwa dakwah adalah kegiatan komunikasi. Dakwah kegiatan da’i menyampaikan ajakan ke mad’u. Dalam aspek ini da’i bertindak sebagai pihak yang memiliki kepentingan mempengaruhi orang lain, dalam dakwah disebutmad’uatau penonton atau jamaah.

Ahmad Mubarok dalam buku psikologi dakwah mengungkapkan bahwa kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi. Da’isebagai komunikator menyampaikan pesan kepadamad’usebagai komunikan, baik secara personal maupun kelompok. Dikarenakan ada proses penyampaian pesan dari satu pihak (da’i) ke pihak lain (mad’u), maka secara teknis dakwah adalah perilaku komunikasi. Maka hukum berkomunikasi juga berlaku dalam kegiatan dakwah8.

Istilah komunikasi diambil dari bahasa Yunani, yaitu “common” yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi “shared by all alike”. Komunikasi pada prinsipnya harus bersifat dua arah dalam rangka pertukaran pikiran dan informasi menuju pada kesamaan pengertian. Dalam perkembangan, komunikasi tidak hanya terjadi antara satu orang dengan satu orang saja. Perkembangan itu membuat satu orang bisa berkomunikasi dengan banyak orang dalam satu waktu bersamaan. Media massa muncul sebagai jawaban dari

8

(33)

✆ ✝

keinginan untuk bisa menjangkau banyak orang di tempat yang berbeda dalam satu waktu yang sama.

Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa

(audiens atau khalayak sasaran). Massa yang dimaksudkan sebagai

penerima pesan yang memiliki status sosial dan tingkat ekonomi yang sangat heterogen. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan feedback (umpan balik) yang langsung. Ciri massa yaitu; (1) jumlahnya besar; (2) tidak ada hubungan antar individu secara organisatoris; dan (3) memiliki latar belakang sosial yang berbeda.9

Dakwah juga berkembang mengikuti perkembangan teknologi, banyak sekali dakwah yang menggunakan media massa seperti koran, radio, dan televisi. Da’i bisa mempengaruhi khalayak dalam satu waktu yang bersamaan, dalam proses komunikasi ini, terjadi pertukaran informasi dari da’i kepada mad’u. Hal ini tentu linier dengan tujuan dakwah itu sendiri yang ingin mempengaruhi orang lain untuk melakukan perilaku tertentu sesuai dengan ketentuan agama. Dalam proses mempengaruhi atau menyampaikan ajaran Islam, da’i dihadapkan pada kondisi komunikasi, yakni menyampaikan pesan kepada mad’u. Mad’u adalah seorang manusia, yang memiliki akan pikiran, kepentingan dan nilai budaya yang dipegang seperti halnya parada’i.

9

(34)

✞6

Dalam proses ini maka seorang da’i diharuskan memikirkan bagaimana cara agar pesan yang disampaikan bisa dimengerti, dirasakan dan dilakukan oleh mad’u. Komunikasi yang dibangun oleh seorang da’i harus memiliki pengaruh dan bisa diterima oleh mad’u, tanpa adanya pemahaman tersebut akan kesulitan seorang da’i untuk mengubah atau mengajak mad’u sesuai dengan apa yang dikehendaki berdasarkan landasan ajaran agama.10

2. Unsur-Unsur Komunikasi Dalam Dakwah

Proses dakwah akan melibatkan unsur-unsur dalam komunikasi seperti sumber komunikasi, komunikator, pesan komunikasi, media, komunikan, tujuan, dan akibat

a. Sumber komunikasi

Dakwah Islamiah masa kini banyak mengangkat persoalan hidup atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasyarakat dalam isi dakwahnya. Dalam dunia komunikasi, sumber komunikasi adalah segala hal yang menjadi latar belakang masalah atau fenomena yang ingin terjadi didalam alam semesta. Situasi ini membuat dakwah akan selalu memiliki sumber komunikasi, dikarenakan akan selalu ada banyak fakta atau fenomena yang terjadi dimasyarakat yang harus dijawab oleh kegiatan dakwah. Atas kejadian tersebut para da’i mencoba untuk menjawab masalah yang terjadi dalam kegiatan dakwahnya dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist yang disampaikan sebagai pesan dakwah

10

(35)

27

kepada mad’u atau masyarakat muslim.11 Dalam konteks Mamah Dedeh, maka fenomena yang akan dibahas dan menjadi sumber komunikasi dalam ceramahnya adalah fenomena poligami yang terjadi di masyarakat. Mamah Dedeh selaku pendakwah akan berusaha menjawab masalah tersebut dengan menggunakan landasan Al-Qur’an dan Hadist.

b. Komunikator (da’i)

Peran da’i dalam sebuah dakwah adalah memahami dan melaksanakan semua langkah strategi mengenai khalayak, pesan, metode yang digunakan dan media yang dipakai sesuai dengan kondisi khalayak Da’i adalah pihak yang menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u. Dalam komunikasi, seorang komunikator harus memiliki kriteria dan persyarakat tertentu. Dalam surat At-Taubah ayat 122, menjelaskan 2 syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah, yakni : (1) berpengetahuan yang mendalam tentang Islam, (2) menjadi “ruh” yang penuh dengan

kebenaran, kesadaran dan kemauan. Diperlukan pandangan yang bersih bagi seorang pendakwah dalam melihat masalah masyarakat. Da’i harus menjadi pihak yang tegas meluruskan jika ada penyelewengan di masyarakat. Pendakwah harus menjadi pengingat, menjadi pihak yang menyelamatkan ajaran Islam dari segala ancaman atau bahaya yang ada.12

11

Ibid., 19-24. 12

(36)

28

c. Pesan Komunikasi

Pesan dakwah adalah hal-hal yang disampaikan oleh seorang pendakwah kepada masyarakat muslim. Pesan dakwah bisa berupa masalah akidah, ibadah muamalah maupun akhlak yang diajarkan dalam Al-Qur’an.13

Dalam penelitian ini, pesan komunikasi yang disampaikan oleh Mamah Dedeh adalah mengenai poligami. Masalah ini akan berusaha disampaikan oleh Mamah Dedeh untuk bisa mempengaruhi masyarakat dalam melihat masalah poligami. d. Media Komunikasi

Pendakwah membutuhkan alat untuk menyampaikan pesan dakwahnya agar bisa diterima oleh masyarakat (mad’u). Media komunikasi bersifat antar personal maupun massa. Media dakwah bisa berupa mimbar ceramah, tulisan atau buku, seni bahasa, seni musik untuk bisa menyampaikan pesan dakwahnya.14

e. Komunikan (mad’u)

Dalam komunikasi, pihak yang menerima pesan dari komunikator adalah komunikan. Komunikan adalah pihak yang ingin dipengaruhi agar memiliki cara berfikir sampai berperilaku yang sesuai dengan keinginan komunikator. Dalam dakwah, masyarakat yang mengikuti ceramah, membaca buku, mendengarkan ceramah adalah pihak yang ingin dipengaruhi oleh da’i.

13

Ibid., 21-22. 14

(37)

29

3. Dakwah Massal Dalam Perspektif Komunikasi

Dakwah massal (komunikasi massa) memiliki perbedaan dengan dakwah antar personal. Dakwah massal pada prinsipnya menyampaikan pesan dakwah kepadamad’u dalam jumlah yang besar atau banyak. Komunikasi kelompok adalah proses komunikasi yang berlangsung antara banyak orang secara bertatap muka dimana individu-individu dalam kelompok tersebut saling berinterkasi satu sama lain.15

Menurut Rahmat, komunikasi massa yang dirumuskan Bitter, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Masih mengenai komunikasi massa, menurut Wiryanto, komunikasi massa merupakan komunikasi manusia yang lahir bersamaan dengan munculnya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Bisa diartikan komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang memanfaatkan media massa untuk menyebarkan pesan kepada masyarakat pada saat bersamaan.16

Komunikasi massa memiliki pengertian lainnya yakni suatu proses organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi yang lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan dikonsumsi oleh masyarakat.

15

Syaiful Rohim,Teori Komunikasi; Perspektif, Ragam, & Aplikasi(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 86.

16

(38)

30

Media dianggap sebagai pusat studi mengenai komunikasi massa. Media massa dianggap sebagai alat utama dalam komunikasi massa.17

Lebih lanjut menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble menyampaikan bahwa sesuatu dapat didefinisikan sebagai komunikasi massa jika memiliki beberapa hal, yakni : (1) mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan pesan secara cepat, (2) komunikator menyebarkan pesannya mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling mengenal, (3) pesan milik publik, (4) komunikator adalah organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan, (5) komunikasi massa dikontrol

oleh gate keeper, (6) umpan balik dalam komunikasi massa bersifat

tertunda.

Ellizabeth Noelle Neuman menyebutkan empat tanda pokok dari komunikasi massa yaitu, (1) bersifat tidak langsung, yang artinya harus melewati media teknis (tekhnologi media), (2) bersifat satu arah, yang artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi. Komunikasi juga bersifat irreversible (tidak bisa diputar ulang), (3) bersifat terbuka, yang artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas secara jumlah, dan (4) memiliki publik yang secara geografis tersebar, yang artinya tidak hanya untuk kawasan tertentu saja melainkan lebih luas. Melalui media massa seorang atau kelompok dalam melakukan komunikasi persuasi kepada banyak orang diberbagai tempat secara efisien.

17

(39)

31

4. Dakwah Melalui Televisi

a. Kelebihan Televisi sebagai Media Dakwah

Perkembangan dan perubahan media televisi, baik dalam

programnya maupun dalam peningkatan teknologi barunya, akan

menawarkan cara baru bagi publik dalam pemanfaatan sarana

televisi di masa mendatang. Pada gilirannya, sangat mungkin

apabila pola konsumsi informasi yang baru ini juga akan berakibat

pada pembentukan gaya hidup para pemilik dan penonton18.

Bahwa televisi mempunyai daya tarik yang kuat tak perlu

dijelaskan lagi. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat

disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV

selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa

gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar

hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada

penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film

bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman

dan nyaman, sedang pesawat yang kecil mungil itu dapat

menghidangkan selain film juga program menarik lainnya.19

Tampaknya, gambar hidup yang didukung oleh suara

merupakan bahasa manusia yang universal, dan lambang

komunikasi itulah yang sangat diandalkan oleh televisi. Karena

manusia dalam berkomunikasi banyak sekali bergantung kepada

18

Asep SaefulMuhtadi,Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, dan Aplikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), 88.

19

[image:39.595.141.514.273.565.2]
(40)

32

indra studio dan video, maka berita-berita televisi bagi khalayak

akan bersifat lebih akurat, lebih teliti, lebih jelas, dan lebih dapat

dipercaya. Di samping itu juga, sama dengan film, televisi

mengandalkan kode analogis dan kode mediator dalam ilmu

komunikasi.

Dengan demikian siaran ataupun beritanya menciptakan

semacam proses melek gambar (visual literacy). Dengan kata lain,

dalam jangka waktu tertentu anggota khalayak yang tuna aksara

akan memahami juga apa yang mereka tonton di layar televisi20.

Televisi sebagai media massa, merupakan jenis ke-empat yang

hadir di dunia, setelah kehadiran pers, film dan radio. Televisi telah

mengubah dunia dengan terciptanya dunia baru bagi masyarakat,

dengan seluruh keunggulan dan kelemahannya sebagai media.

Televisi telah merupakan penggabungan antara radio dan

film, sehingga kekurangan-kekurangan yang ada pada radio dan

film, tidak lagi dijumpai dalam penyiaran televisi. Dari sini, maka

televisi sangat penting untuk menjadi media dakwah. Umumnya

lembaga penyiaran televisi di Indonesia menyediakan waktu untuk

kegiatan dakwah, seperti azan magrib atau acara-acara khusus pada

bulan Ramadan, dan Idul Fitri serta Idul Adha. Adapun

keunggulan-keunggulan televisi sebagai dakwah adalah sebagai

berikut:Pertama,keunggulan dan ciri khas yang dilahirkan televisi

terutama dalam hal kedekatannya dengan kehidupan sehari-hari.

20

(41)

33

Televisi merupakan produk kultural yang unik.

Bentuk-bentuk pemberitaan, perbincangan, visualisasi dan dramatisasi

yang dikembangkan oleh televisi melahirkan suatu kultur publik

yang sama sekali berbeda dari yang pernah ada sebelumnya.

Televisi mampu menawarkan suatu bentuk kerangka dan ekspresi

kultural yang khas secara teknologi dan institusional seperti

ekspresi dari kekuatan-kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang

lebih luas. Kedua, sebagai media audio visual (dengar pandang)

keunggulan televisi terletak pada daya persuasinya yang sangat

tinggi, karena khalayak dapat melihat gambar hidup dan suara

sekaligus. Bahkan suara dan gambar hidup itu dapat diterima oleh

khalayak pada saat sebuah peristiwa tabligh atau khutbah yang

sedang terjadi, melalui liputan secara langsung. Dengan demikian

televisi memiliki kecepatan dan aktualitas yang tinggi dengan daya

persuasi yang tinggi pula. Saat ini siaran televisi dapat dilihat di

dalam mobil yang sedang melaju dan bahkan dapat dilihat melalui

telepon genggam sehingga hambatanhambatan yang bersifat teknis

dan geografis dapat teratasi.Ketiga,televisi memiliki daya jangkau

(converage) yang sangat luas dalam menyebarluaskan pesan secara

cepat dengan segala dampaknya dalam kehidupan individu dan

masyarakat. Justru itu dapat dipahami jika Mc Luhan menyebut

bahwa berkat televisi, dunia menjadi “desa jagat” dari pengalaman

(42)

34

bersama-sama. Tatanan sosial muncul dari makna transenden yang

diturunkan dari budaya bermedia elektronik yang sama.

Sependapat dengan hal ini, Samsul S. Ma’arif juga

berpendapat bahwa televisi dapat digunakan sebagai media

penyampai pesan, karena memiliki beberapa keunggulan sebagai

berikut: (a) lebih cepat dalam menyampaikan informasi, (b) lebih

menunjukkan kepada bukti yang nyata dengan pencitraan yang

unggul, (c) lebih banyak menggunakan bahasa ucapan dan

pesan-pesan vokal, serta (d) dapat disimak oleh khalayak yang tidak

berminat, atau orang yang tidak terlibat.

Karena itu perlu ditegaskan juga bahwa media massa di

samping membawa kebaikan juga membawa sisi kelabu dari berita

yang perlu dikritisi. Komunikator dakwah perlu memberikan

penilaian secara objektif tentang peranan konstruktif dari media

massa. Langkah itu diambil dengan cara mendidik masyarakat

tentang peranan media komunikasi massa sehingga masyarakat

tidak tergiring oleh opini massa bahwa media massa selalu

mencerdaskan kehidupan.

Padahal, kenyataannya tidak semua informasi media massa

menawarkan isi yang mendidik karena tidak sejalan dengan tujuan

ajaran Islam. Masyarakat terkadang dibuat bosan oleh informasi

yang tidak dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Menurut

Rosmawati seperti dikutip oleh Tamburaka televisi mampu

(43)

35

hadir di ruang-ruang publik hingga ruang yang sangat pribadi.

Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar hidup

(gerak atau live) yang dapat bersifat politis, informatif, hiburan,

pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut.

Karena itu, televisi memiliki kekhasan tersendiri yaitu

kemampuannya yang luar biasa sangat bermanfaat bagi banyak

pihak, baik dari kalangan ekonomi hingga politik.

Dengan demikian, dapat dibayangkan apabila para

pengusaha kaya dari kalangan muslim bersatu untuk memiliki

televisi sendiri, maka program-program acara yang menyajikan

tematema religi akan semakin banyak tentunya. Walaupun

memang tidak selalu harus dinamakan televisi Islam, yang

terpenting adalah konten dari program yang ditampilkan.

B. Semiotika Dalam Media Massa

1. Teknik Penyiar Saat Berlangsungnya Acara

(44)

36

Secara epistemologis21, istilah semiotik berasal dari Yunani berasal dari kata Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.

Pada dasarnya, Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannnya, dan penerimannya oleh mereka yang menggunakannya. Menurut preminger (2011), ilmu ini menggangap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mmempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.22 Bidang kajian Semiology atau Semiotik adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung didalamnya.23 Peran utama semiotika media adalah untuk mempelajari bagaimana media massa membuat atau mengolah tanda untuk tujuannya masing-masing dengan mempertanyakan apa makna

21

Alex Sobur,Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 95.

22

Rachmat Kriyantono,Teknik Praktis Riset Komunikasi(Jakarta : Kencana Prenada Group, 2006), 265.

23

(45)

37

sesuatu atau apa yang direpresentasikannya? Bagaimana tanda tersebut memperkuat maknanya? Serta, mengapa tanda tersebut memiliki makna seperti itu?.

Semiotika adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana sign atau tanda dan berdasarkan pada sign system (sistem tanda). Dalam semiotika dibahas secara mendalam tentang bagaimana tanda tersebut bekerja, apa yang dibawah oleh tanda-tanda tersebut, serta bagaimana tanda-tanda tersebut menyampaikan makna yang dikandungnya.

Jadi semiotik mempunyai tiga wilayah kajian, antara lain24: a. Tanda itu sendiri. Wilayah itu meliputi kajian mengenai berbagao

jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda didalam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya.

b. Kode-kode atau sistem dimana tanda-tanda diorganisasikan. Kajian ini melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut.

c. Budaya tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi, hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode dan tanda-tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri.

24

(46)

38

2. Semiotika Charles Sander Pierce

Dalam semiotik ada dua aliran utama yaitu antara lain Chaerles Sanders Pierce yang berangkat dari logika dan Saussure bertumpu pada ilmu bahasa. Charles Sanders Pierce memperkenalkan kembali istilah John Locke karena ia melihat semiotika konsisten dengan tradisi sebelumnya. Secara tidak sengaja Charles Sanders Pierce juga menyediakan Tipologi tanda yang selama ini paling memadai. Ia mengidentifikasi 66 jenis tanda, menurut fungsinya. Misalnya ia mengindetifikasiqualisign sebagai tanda yang menarik perhatian pada kualitas referennya. Dalam bahasa, sebuah kata sifat adalah qualisign karena ia menarik perhatian pada kualitas (warna, bentuk, ukuran dan lain-lain) obyeknya. Dalam ranah non verbal, qualisignmeliputi warna yang digunakan pelukis dan harmoni serta nada yang digunakan oleh seorang komposer.25

CharlesSanders Pierce dilahirkan di Cambridge, Massachusetts, tahun 1893. Charles Sanders Pierce lahir dalam sebuah keluarga intelektual. Ia menjalani pendidikan di Harvard University dan memberikan kuliah mengenai logika dan filsafat di Universitas John Hopkins dan Harvard. Pada tahun 1859, 1862, dan 1863 secara berturut-turut ia menerima gelar B.A , M.A, dan B.Sc dari university Harvard. Selama lebih dari tiga puluh tahun banyak melaksanakan tugas astronomi dan geodesi untuk survei pantai Amerika Serikat. Dari

25

(47)

39

tahun 1879 sampai tahun 1884.26 Ia melakukan percobaan untuk menentukan kepadatan dan bentuk bumi, serta mengembangkan sistem logika yang diciptakan oleh ahli matematika Inggris George boole (1815-1864). Namun Pierce paling dikenal dengan melalui sitem filsafatnya, yang kemudian dinamakan pragmatisme. Menurut sistem ini, signifikasi sebuah teori atau model terletak pada efek praktis penerapannya.

Model tanda yang dibangunnya menjadi sangat berpengaruh, dan membentuk sebagian besar karya kontomporer mengenai semiotika kontomporer. Pokok-pokok pikiran linguistik de Saussure yang utama mendasarkan diri dari pembedaan dari beberapa pasangan konsep. Pertama, konsepnya tentang bahasa (langue) dengan pasangan konsep langue dan parole. Kedua, dua jenis pendekatan dalam linguistik, yaitu sinkronik dan diakronik. Ketiga, konsepnya tentang tanda dengan pasangan penanda dan petanda.27 Langue merupakan struktur bahasa yang secara kesatuan aturan linguistik digunakan dan dipahami bersama serta harus dipatuhi dalam sistem masyarakat, sedangkan parole merupakan penggunaan bahasa yang dipahami bersama tersebut, seperti ucapan saat sedang bicara dengan teman.

Sedangkan bagi Pierce, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat

26

Ibid,. 37. 27

(48)

40

diterapkan pada segala macam tanda. Pierce menjelaskan, “suatu tanda merupakan sesuatu yang menggantikan sesuatu bagi seseorang dalam beberapa hal atau kapasitas. Ia tertuju kepada seseorang, artinya didalam benak orang itu tercipta suatu benda lain yang ekuevalin (berbanding sama), atau mungkin suatu tanda yang lebih berkembang.

Tanda yang tercipta itu disebut sebagai interpretan dari tanda yang pertama. Tanda yang tercipta itu disebut sebagai interpretan dari tanda yang pertama. Tanda menggantikan sesuatu yaitu objeknya, tidak dalam segala hal melainkan dalam rujukannya pada sejumput

gagasan, yang kadang saya sebut sebagai latar dari tanda.”28Tanda atau

disebut dengan Representamen berfungsi sebagai tanda (Saussure menyebutnya signifier).

Bagi Pierce, semiotika bersinonim dengan logika. Logika harus mempelajari bagaimana orang harus bernalar. Penalaran ini, menurut hipotesis teori pierce yang mendasar, dilakukan melalui tanda-tanda. Secara harafiah, pierce mengatakan bahwa seseorang hanya berpikir dalam tanda. Tanda merupakan unsur komunikasi. Tanda tanya berarti tanda apabila ia berfungsi tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita untuk berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.29

28

Kris Budiman,Ikonisitas ; Semiotik Sastra dan Seni Visual( Yogyakarta : Buku Baik, 2005), 49. 29

(49)

41 Jenis T Ikon Indeks saling men acuan Simbol Cha dalam gam Be indekx (inde 30

Marcel Danesi,Pesan, T Komunikasi (Yogyakarta

41

Hubungan Ikon, Indeks dan Simbol30 is Tanda Hubungan antara

Tanda dan Sumber acuannya Tanda dirancang untuk mempresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon) Segala m foto, kata dan lain-Tanda dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau

Jari yang kata kete disini, enghubungkan sumber disana, kata ganti se

ia Tanda dirancang untuk menyandikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan Simbol sosi mawar, si matemat lain.

[image:49.595.142.520.82.635.2]

Charles Sanders Pierce lazimnya ditampilkan se gambar berikut ini:

Gambar : Elemen Makna Peirce

erdasarkan obejeknya, Peirce membagi tanda (indek), dan symbol (simbol). Ikon adala

, Tanda dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai Se ta : Jalasutra, 2010), 19.

41

ol30

Contoh

macam gambar, o, kata-kata, lukisan

in-lain.

ng menunjuk, keterangan seperti

seperti aku, kau, bol sosial seperti

r, simbol atika dan

lain-n sebagai tampak

nda atasicon(ikon), lah tanda yanga

(50)

42

hubungan antara penanda dan petandanya bersifat kebersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.

Tanda dapat pula mengacu ke Denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang iasa disebut simbol. Jadi simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian ) masyarakat.31 Berdasarkan Interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Sedangkan argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.

C. Keadilan Islam Dalam Persoalan Gender 1. Hakikat Gender

Kata gender berasal dari bahasa Inggris berarti jenis kelamin.32 Dalam Webster's New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari

31

Ibid,. 41-42 32

(51)

43

segi nilai dan tingkah laku.33 Dalam Women's Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.34 Sedangkan Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap lakilaki dan perempuan (cultural expectations for women and men).35

Pendapat ini sejalan dengan pendapat kaum feminis, seperti Lindsey yang menganggap semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah termasuk bidang kajian gender (What a given society defines as masculine or

feminin is a component of gender).36 H. T. Wilson dalam Sex and

Gender mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk menentukan pengaruh faktor budaya dan kehidupan kolektif dalam membedakan laki-laki dan perempuan.37 Agak sejalan dengan pendapat yang dikutip Showalter yang mengartikan gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya, tetapi menekankan gender sebagai konsep analisa yang kita dapat menggunakannya untuk menjelaskan sesuatu (Gender is an analityc

33

Victoria Neufeldt (ed.), Webster's New World Dictionary (New York: Webster's New World Cleveland,1984), 561.

34

6Helen Tierney (Ed.), Women's Studies Encyclopedia Vol. I (NewYork: Green Wood Press), 153.

35

7Hilary M. Lips, Sex & Gender an Introduction (California, London, Toronto: Mayfield Publishing Company, 1993), 4.

36

Linda L. Lindsey,Gender Roles a Sociological Perspective(New Jersey: Prentice Hall, 1990), 2.

37

(52)

44

concept whose meanings we work to elucidate, and a subject matter we

proceed to study as we try to define it).

Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (social

constructions), bukannya sesuatu yang bersifat kodrati.Dalam konteks

tersebut, gender harus dibedakan dari jenis kelamin (seks).Jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.

(53)

45

Pada gilirannya, perbedaan gender dianggap kodrati hingga melahirkan ketidakseimbangan perlakuan jenis kelamin. Lebih jauh berbicara tentang gender, Oakley mengemukakan bahwa gender bukan perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan.Perbedaan biologis yakni perbedaan jenis kelamin (sex) adalah kodrat Tuhan dan oleh karenanya secara permanen berbeda.

Sedangkan gender adalah perbedaan prilaku (behavioral

differences) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara

social yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (laki-laki dan perempuan) melalui proses sosial dan cultural yang panjang. Caplan (1987) dalam The

Cultural Construction of Sexuality, menguraikan bahwa perbedaan

prilaku antara laki-laki dan perempuan tidaklah sekedar biologi. Gender berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat bahkan dari kelas ke kelas, sedangkan jenis kelamin biologis (sex) akan tetap tidak berubah.38

Dalam perkembangannya, menurut Mansour Fakih perbedaan gender akan melahirkan manifestasi ketidakadilan antara lain:terjadi marginalisasi (pemiskinan ekonomi) terhadap kaum perempuan, terjadinya subordinasi pada salah satu jenis kelamin, pelabelan negatif

(stereotype), kekerasan (violence), menanggung beban kerja domestik

lebih banyak dan lebih lama (doble burden), pada umumnya yang menjadi korban adalah perempuan dengan adanya tradisidan

38

(54)

46

keyakinan masyarakat bahwa perempuanlah yang bertugasdan memelihara kerapian rumah, serta tanggung jawab atas terlaksananya keseluruhan pekerjaan domestik.39

Perspektif gender dalam al-Qur’an tidak sekedar mengatur keserasian relasi gender, hubungan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, tetapi lebih dari itu al-Qur’an juga mengatur keserasian pola relasi antara mikro-kosmos (manusia), makrokosmos (alam), dan Tuhan. Konsep berpasang-pasangan (azwâj) dalam al-Qur’an tidak saja menyan

Gambar

Gambar Segitiga Makna
gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar
Gambar : Elemen Makna Peirce

Referensi

Dokumen terkait