• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH SIDAYU DARI BEKAS KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI KECAMATAN ABAD XVI-XX M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH SIDAYU DARI BEKAS KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI KECAMATAN ABAD XVI-XX M."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH SIDAYU DARI BEKAS KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI KECAMATAN ABAD XVI-XX M

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam program Strata Satu (S1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:

MUHAMMAD FASIKHUL AMIN

NIM : A0.22.12.076

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Sejarah Sidayu Dari Bekas Kadipaten, Kawedanan, Hingga

Menjadi Kecamatan Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana Sidayu pada masa kini, (2) Bagaimana Hubungan Sidayu Dengan Mataram Islam, (3) Bagaimana Perubahan Pemerintahan Sidayu dari Kadipaten, Kawedanan, ke Kecamatan ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan pendekatan historis

melalui metode penelitian sejarah yang terdiri dari beberapa tahap (1) heuristik yakni

pengumpulan yang terdiri dari sumber benda berupa situs berupa peninggalan arkeologi dan

informasi lisan serta sumber buku literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. (2) kritik, (3)

interpretasi. (4) historiografi.

Peneliti dalam hal ini menggunakan teori Cotinuity and Change yang menguraikan secara rinci masalah-masalah kesinambungan ditengah-tengah perubahan di Sidayu.

(8)

ABSTRACT

History Of Former Duchy Sidayu, Kawedanan, Up to Become the District. Issues examined in this paper are. (1) How Sidayu Relations With Islam Mataram? (2) How to Change Sidayu Government of the Duchy, Kawedanan, to the District? (3) How Sidayu today?.

In answer to these problems researchers used a historical approach through historical research method consists of several steps (1) heuristic that collection consisting of the source object in the form of archaeological heritage sites and information in the form of oral and source literature books relating to this research. (2) Criticism, (3) Interpretation. (4) Historiography.

Researchers in this case using the theory Cotinuity and Change which outlines in detail the problems of continuity amid change in Sidayu.

(9)

F. Pendekatan dan kerangka Teori………...5

G. Metode penelitian………..7

H. Sistematika Bahasan………..…..12

BAB II :HUBUNGAN SIDAYU DENGAN MATARAM ISLAM A. Sidayu sebagai Daerah Kekuasaan Mataram Islam ...14

B. Para Bupati Sidayu………..21

C. Peninggalan di Sidayu……….24

1. Masjid Jami’………...24

2. Komplek makam Bupati……….28

(10)

BAB III :PERUBAHAN PEMERINTAHAN SIDAYU DARI

KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI

KECAMATAN

A. Sidayu Sebagai Wilayah Kadipaten………33

B. Sidayu Sebagai Wilayah Kawedanan....………..41

C. Akhir Pemerintahan Sidayu……….50

BAB IV : SIDAYU PADA MASA KINI

A. Profil Kecamatan Sidayu………...53

B. Gambaran Umum Kecamatan Sidayu………..55

C. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Sidayu………...63

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan………..69

B. Saran………70

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sidayu sekarang adalah sebuah kecamatan kecil bagian dari Kabupaten

Gresik yang menyandang sebutan kota santri, Kecamatan Sidayu yang dulunya

adalah sebuah kadipaten pada zaman belanda. Berbagai bukti peninggalan masih

sebagai ikon sebuah kadipaten di zaman penjajahan Belanda.Ada pintu gerbang

dan pendapa keraton. Ada pula masjid dan alun-alun, telaga dan sumur sebagai

sumber air di Sidayu. Bangunan tersebut termasuk sebuah situs.Tidak hanya itu

kecamatan Sidayu merupakan salah satu wilayah yang dilewati proyek jalan

deandles, Anyer-Panarukan yang dibangun pada tahun (1808-1811) oleh pejabat

Belanda yang bernama jendral Herman Williem Daendles.Dapat disimpulkan

bahwa kadipaten sidayu lebih dulu berkembang sebelum kedatangan

Daendles.Sidayu adalah kota tua di pesisir utara pulau jawa.jejak sejarah kota

tersebut tertapak jelas dari namanya dulu, kadipaten Sidayu, setidaknya ada

sepuluh orang bupati yang pernah memerintah.1

Pada akhir abad ke XVII Sidayu merupakan wilayah kadipaten tersendiri

yang mana Gresik menjadi kota kabupaten dengan nama Kabupaten

Tandes.2Kedudukan sidayu sebagai ibu kota atau pusat pemerintahan politik

secara adrimistratif merupakan daerah setingkat Kawedanan dibawah Keresidenan

Gresik yang berlansung pada masa kekuasaan VOC (Verenig Oost Indische

1

Oemar, “Gubernur Belanda Pakai Jalan Kadipaten Sedayu”, Jawa Pos (Selasa 3 Februari 2015), 32.

2

Nur Hadi, Rapat Evaluasi Hasil penelitian Arkeologi (Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1983), 317.

(12)

2

Compagne) di Indonesia pada masa itu pula bersamaan dengan masa kekuasaan kerajaan Mataram II islam sekitar abad ke XVIII atau tahun 1700 an, adapun

kedudukan sidayu sebagai ibukota kawedanan berlangsung setelah VOC runtuh.3

Sidayu Pada tahun 1935 merupakan wilayah Kawedanan. seperti wilayah

lain di Gresik yang pernah menyandang Kawedanan adalah Wedana Bawean, di

jabat oleh Astamoen yang memiliki nama bangsawan Mas Ngabei Soemoadi

Winoto, Sejak September 1973. Kemudian Wedana Grisse, Raden Soepardi

soeryoningprodjo, yang menjabat mulai 1 Januari 1935 setelah itu Mas Soewardi

menjabat sebagai Wedana Tjerme.Ia mempunyai nama bangsawan

Djojokoesoemo sejak 19 November 1935 dan yang terakhir adalah wedana

Sidajoe Raden Mas Hoeksamadiman menjabat sejak 6 Mei 1935.4

Dalamskripsi yang saya angkat berjudul Sejarah Sidayu dari bekas

Kadipaten, Kawedanan hingga Kecamatan.Merupakan hasil dari analisa dari

berbagai buku referensi yang saya baca dan observasi yang saya lakukan.Dapat

ditemukan bahwa kecamatan Sidayu yang berada di wilayah kabupaten Gresik

sebelah utara. Dulunya pada zaman Belanda merupakan Kadipaten yang mana

ditemukan situs-situs yang diduga kuat adalah sebuah kadipaten seperti makam

para bupati yang berada di belakang masjid besar Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik

tidak hanya itu ada juga alun-alun, telaga, pasar, uniknya sidayu merupakan

kecamatan yang dilalui oleh proyek jalan Deandles pada zaman Belanda. Seiring

berjalanya waktu Sidayu sebagai Kabupaten dipimpin oleh sepuluh orang

3

Libra Hari inagurasi, Laporan Penelitian: Kota Masa Pengaruh Eropa :Studi Terhadap Kota Sidayu, Gresik, Jawa Timur: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pusat Arkeologi 2002), 9.

4

(13)

3

Bupati.Diperkirakan berakhir tahun 1910.5 Kemudian Sidayu Menjadi

Kawedanan atau kantor pembantu Bupati hingga Sidayumenjadi Kecamatan.

Sementara itu dalam perkembangan Waktu dari status Countelir Wilayah

Sidayu dirubah namanya menjadi Kota Kawedanan . atau istilah pembantuBupati

kemudian status ini berakhir setelah Kebijakan otonomi Daerah diberlakukan dan

kini sidayu hanya sebagai kecamatan.6 Dalam hal inilah saya tertarik dan menurut

saya unik untuk dijadikan skripsi.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan Latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah ini hanya difokuskan permasalahan sebagai berikut:

1.Bagaimana hubungan Sidayu dengan mataram islam?

2. Bagaimana perubahan pemerintahan Sidayu dari Kadipaten, Kawedanan,

Kecamatan ?

3.Bagaimana Sidayupada masa kini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diperoleh pengetahuan baru seperti :

1.Mengetahui hubungan Sidayu dengan Mataram islam.

2.Mengetahui PerubahanSidayu sebagai bekasKadipaten, Kawedanan, Hingga

menjadi Kecamatan.

3.Mengetahui kondisi Sidayu pada masa kini.

5

Catatan K. Ridwan ahmad. JawatanpeneranganRI, 25 Februari 1957.

6

(14)

4

D. Kegunaan Penelitian

1.Manfaat teoristis merupakan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang

sejarah dan kebudayaan islam

2.Manfaat praktis sengaja skripsi dikerjakan sebagai syarat untuk memperoleh

gelar sarjana strata satu.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian kota Sidayu dalam perananya sering dilakukan oleh para

sejarawan. Akan tetapi merka lebih menitik beratkan kajianya pada kerajaan dan

rajanya sekitar abad 15. Prasasti-prasasti bersejarah bentuk-bentuk kebudayaan

terdahulu, namun banyak juga sejarah tentang Sidayu ini dijadikan fokus dalam

proses pembuatan karya ilmiah atau sekripsi seperti:

1.Ensiklopedi, Dukut Imam Widodo dan Sukarman Gresse Tempoe Doeloe,

Pemerintah Kabupaten Gresse. Dalam Ensiklopedi ini memfokuskan

pembahasanya sekitar wilayah Gresik termasuk wilayah Sidayu, adanya

kerajaan dan tokoh-tokoh yang mengislamkan Gresik.

2.Laporan Penelitian: Tim Peneliti, Kota Masa Pengaruh Eropa:

StudiTerhadapKotaSidayu, GresikJawaTimur. Badan Pengembangan kebudayaan dan Pariwisata Pusat Penelitian Arkeologi. Dalam laporan

penelitian ini membahas tentang gambaran Sidayu sebagai daerah

Pemerintahan. Mengenai peninggalan pengaruh gaya bangunan Eropa yang

dimaksud Eropa disini adalah peninggalan Belanda.

3.Skripsi Maimunah, Peranan Sidayu Gresik Dalam Perekonomian Pada Masa

(15)

5

Gresik sebagai kota pelabuhan dan Sidayu yang masuk wilayahnya mengenai

prekonomian pada masa Majapahit.

4.Skripsi: Wahyu Dwi Susilo, Peranan Kanjeng Sepuh Adipati Soeryo Diningrat

Dalam Menegakkan Agama Islam Di Sidayu. Dalam skripsi ini membahas tentang peran salah satu tokoh agama pada masa sidayu masih mnjadi

Kadipaten. Yang mencakup bidang agama, politik dan sosial kemasyarakatan.

Berdasarkan penelitian yang sudah ada kiranya ada perbedaan dengan

judul Proposal SkripsiSejarah Sidayu Dari Status Kadipaten, Kawedanan Hingga

Menjadi Kecamatan. Yang mana penelitian diatas mempunyai fokus yang

berbeda-beda tentang sejarah sidayu.Dalam penelitian judul diatas peneliti

berusaha menyajikan kronologi perpindahan status pemerintahan yang disandang

oleh sidayu dari bekas kadipaten, kawedanan hingga menjadi kecamatan.

F. Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan sejarah untuk

dapat mendeskripsikan sejarah Sidayu Dari Bekas Kadipaten, Kawedanan, Hingga

Menjadi Kecamatan.

Adapunteori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori Continuity

andChangeyang menguraikan secara rinci masalah-masalah kesinambungan ditengah-tengah perubahan yang terjadi di Sidayu.

Perubahan yang terjadi ketika tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan

dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik sebelumnya. Jika tradisi baru

(16)

6

adalah tidak adanya perubahan. Akan tetapiperubahan yang terjadi tidak akan

serta merta terputus begitu saja dari keilmuan yang lama yang telah ada

sebelumnya. Masih ada kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi

keilmuan yang lama, meskipun telah muncul paradigma baru. Dengan demikian

proses kesinambungan dan perubahan masih tetap terlihat dalam ilmu-ilmu

agama, pola-pola perbedaan yang ada satu priode ke priode brikutnya.7

Bentuk gambaran Sidayu sebagai daerah pemerintahan dari bekas

Kadipaten, Kawedanan, ke Kecamatan mempunyai perbedaan kan kesamaan. Dari

sudut inilah melihat perubahan-perubahan setatus yang di sandang oleh Sidayu.

Bentuk persamaan yang pertama yaitu ketika sidayu sebagai bekas

Kadipaten, Kawedanan, ke Kecamatan yaitu sama-sama masih menjadi daerah

Pemerintahan. Yang mana sidayu masih eksis meskipun sekarang hanyalah

sebuah kecamatan kecil di wilayah Gresik bagian utara. Sedangkan perbedaannya

sidayu masih menjadi Kadipaten dibawah pemerintahan Mataram II, Sidayu

menjadi Kawedaan ditandai dengan runtuhnya VOC dan pemerintahan diambil

alih oleh pemerintah Hindia Belanda dan Sidayu menjadi kecamatan ketika

andannya undang-undang pemerintah daerah tahun 1999 tentang otonomi daerah.

Yang mana wilayah adrimistrasi pemerintahan (Kawedanan) yang di sandang

Sidayu dilikuidasi dan Kecamatan masih dipertahankan.8

Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh melalui

penelitian ilmiah dan dibangun atas teori tertentu.Teori itu berkembang atas teori

tertentu.Teori itu berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang

7

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Yogyakarta:LP3ES, 1996), 177.

8

(17)

7

sistematik dan terkontrol berdasarkan data Empiris.Teori itu dapat diuji dalam hal

keajegan dan kemantapan internalnya. Artinya jika penelitian ulang dilakukan

merurut langkah-langkah yang sama menurut kondisi yang sama akan diperoleh

hasil yang konsisten, yaitu hasil yang sama atau hamper sama dengan hasil

terdahulu langkah-langkah penelitian yang teratur dan terkontrol itu telah

terpolahkan dan sampai batas tertentu, diakui umum. Pendekatan ilmiah akan

menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hamper setiap orang, karena

pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias dan perasan.Cara

penyimpulan bukan subyektif tapi obyektif.9

G. Metode Penelitian

Untuk memperoleh informasi sejarah yang berkaitan dengan judul di atas

maka di butuh sebuah data kualitatif yang berdasarkan data dan fakta di

lapangan.Untuk itu Diperlukan tahapan-tahapan penelitian seperti yang saya

lakukan seprti mencari referensi buku yang berhubungan dengan sejarah

Sidayu.Dalam melakukan penelitian orang dapat menggunakan berbagai metode,

dan sejalan dengan rancangan penelitian yang digunakan dapat bermacam-macam.

Keputusan mengenai rancangan apa yang akan dipakai akan tergantung pada

tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap dan berbagai alternatif yang

akan digunakan. Berdasarkan atas sifat-sifat masalahnya itu penelitian ini dapat

digolongkan menjadi penelitian Historis, tujuan penelitian Historis adalah untuk

membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan Obyektif, dengan

caramengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta memperolah

9

(18)

8

kesimpulan yang kuat. Maka dari itu langkah-langkah yang saya lakukan

seperti10:

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani Hueriskanyang artinya

mempeoleh.Heuristik merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya

sumber sejarah yang relevan dengan tulisan yang akan dikaji. Sumber sejarah

merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan data atau

informasi yang nantinya digunakan sebagai instrumen dalam pengolahan data dan

merekonstruksi sejarah.11

Heuristik adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Sejarah tanpa

sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan

hal yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu

manusia bisa dipahami oleh orang lain.12

Dalam pengumpulan sumber penulis memperoleh melalui:

a. Sumber kepustakaan, yakni data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

dengan berbagai macam buku, majalah dan cetakan-cetakan. Arsip-arsip

Kabupaten, Kecamatan yang ada hubunganya dengan skripsi ini.

10

Ibid,.14-16

11

Renier G.j, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 113.

12

(19)

9

b. Sumberlisan, dalam judul skripsi ini, sumberlisan dapat didapat melalui

mantan/pensiunan pegawai Kawedanan, Kecamatan yang masih hidup,dan

sesepuh masyarakat Sidayu.

c. Sumber Artefak, yakni dengan mengamati peninggalan bekas pemerintahan,

sperti makam para Bupati, Alon-alon, Bekas kantor Kawedanan

bangunan-bangunan ini sebagai bukti adanya kemajuan serta sebagai pendukung

penelitian.

Dari ketiga sumber diatas, pada tahapan pengumpulan sumber ini peneliti

memprioritaskan sumber kepustakaan dan arsip-arsip pemerintahan, mengingat

minimnya sumber lisan. Hanya pada priode ketika Sidayu menjadiKawedan ke

Kecamatan terdapat saksi sejarah seorang mantan pegawai paling tua tinggal tiga

orang.

Pengumpulan data ini bisa dari sumber primer dan sekunder. Sumber

primer adalah kesaksian seseorang yang melihat dan merasakan langsung

kejadian tersebut. Sedangkan sumber sekunder adalah kesaksian seseorang yang

tidak melihat kejadian tersebut namun masih bisa merasakan akibat dari kejadian

tersebut.

Sumber primer dan sekunder ini bisa saja berupa buku-buku, dokumen

maupun rekaman dimana buku-buku dan dokumen tersebut hasil karya saksi mata

(20)

10

2. Kritik Sumber

kritik ini dilakukan untuk menggolongkan sumber sesuai dengan kriteria

masing-masing. Selanjutnya dilakukan penilaian, pengujian dan penyeleksian

sumber-sumber untu mendapatkan sumber yang benar-benar autentik (keaslian

sumber).Hal ini patut dilakukan agar kita terhindar dari sumber palsu.Kritik

sumber ini pun terdiri sari kritik intern dan ekstern.

a. Kritik Intern

Kritik intern adalah kritik sumber yang hanya dapat diterapakan apabila

kita sedang menghadapi penulisan didalam dokumen-dokumen, inskripsi-inskripsi

pada monumen-monumen, mata uang, medeali-medali atau stempel-stempel.

berguna untuk meneliti keaslian isi dokumen, rekaman atau tulisan tersebut. Kritik

intern ini lebih menekankan pada isi dari sebuah dokumen sejarah.Caranya adalah

dengan membadingkan dokumen satu dengan dokumen yang lainnya.13

Kemudian penulis akan membandikan isi dari rekaman dari saksi mata

satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk menyingkronkan urutan kejadian

sehingga tidak ada pembahasan yang terputus. Dan jika ada satu kejadian yang

berbeda antara penjelasan saksi mata maka akan di lakukan wawancara dengan

saksi mata yang lain. Sehingga penulis akan mengambil pendapat yang paling

banyak.

13

(21)

11

b. Kritik ekstern

Kritik ekstern adalah penentuan asli atau tidaknya suatu sumber atau

dokumen14. Idealnya seseorang menemukan sumber yang asli bukan rangkapnya

apa lagi foto kopinya. Apa lagi jaman sekarang kadang-kadang sulit membedakan

asli atau bukan. Oleh karena itu peneliti juga akan mengkaji betul

dokumen-dokumen yang didapat. hal ini dilakukan supaya mendapatkan sumber yang

autentik.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya sejarawanuntuk melihat kembali tentang sumber-sumber

yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji

autentisnya terdapat saling hubungan atau satu dan yang lain. Dengan demikian

sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah

didapatkan.15Penulis akan menginterpretasikan atau menafsirkan sumber-sumber

yang telah didapat dengan membandingkan sumber satu dengan sumber yang lain.

Baik sumber itu berupa artefak, wawancara maupun berupa dokumen-dokumen

dan beberapa buku.

4. Historiografi

Historiografi adalahrekontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan

data yang diperoleh dengan menempuh proses pengumpulan data. Layaknya

14

Nugroho Noto Susanto, masalah penelitian konten porer, (jakarta: Yayasan Dayu, 1972), 11.

15

Ibid., 17.

(22)

12

penelitian ilmiah dan akan dilihat apakah penelitian itu berlangsung sesuai dengan

[rosedur yang digunakan atau tidak.16

H. Sistematika Bahasan

Untuk mempermudah penulisan skripsi, maka susunan skripsi dibagi

menjadi beberapa bab sekaligus ruang lingkupnya.

Bab pertama berisi pendahuluan, Bab initerdiri dari beberapa sub bab yang

menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penalitian,

kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, penelitianan terdahulu,

metode penelitian, sistematika penelitian, dan daftar pustaka.

Bab kedua berisi tentang Sidayu sebagai daerah taklukan. Bab ini

menguraikan tentang sidayu dibawah kekuasaan Mataram,para bupati Sidayu, dan

peninggalan-peninggalan di Sidayu

Bab ketiga berisi tentang sejarah Sidayu dari bekas Kadipaten, Kawedanan,

hinga menjadi Kecamatan, yang menguraikan tentang Asal usul terbentuknya

Kawedanan Sidayu, proses pergantian statusKadipaten, Kawedanan ke

Kecamatan.

Bab keempat berisikan tentang kondisi sidayu pada masa kini .Bad ini

menguraikan sejarah ringkas kecamatan sidayu, gambaran umum kecamatan

sidayu, kondisi sosial keagamaan kecamatan sidayu.

16

(23)

13

Bab kelima berisi tentang penutup.Bab ini menguraikan tentang kesimpulan

dari jawaban rumusan masalah besrta analisa dari permasalah yang diteliti

(24)

BAB II

HUBUNGAN SIDAYU DENGAN MATARAM ISLAM

A. Sidayu Sebagai Wilayah Kekuasaan Mataram Islam

Diduga sidayu telah ada sejak masa peralihan dari masa Klasik ke masa

islam pada abad ke 16 M. sebagai sebuah daerah agraris yang feodal, terletak

diantara Tuban dan Gresik. pantai di Sidayu tidak baik untuk berlabuh perahu,

meskipun penguasa di Sidayu islam, penduduk sekitar sebagian besar adalah umat

hindu. Seperti yang dituturkan oleh Meilink Roelofsz dalam bukunya tentang

perdagangan di Asia dan pengaruh Eropa di kepulauan Nusantara antara tahun

1500-1630, memberitakan sebagai berikut:

Sedayu, situated between tuan and grise. Was also an agrarian state and feudal in structur. Its coats was a abad one for landing on and being therefore little suited to trade it possessed no junks or cargo pangajavas.althought the ruler head al ready beeb coverted to islam, the population of the surrounding countryside was still largely hindu,there were no commercial towns in the small agrarian hindu kingdoms on the eastern tip java for although these place were abundantly provided with foodstuffs, these seem to have been of kind which no trade worth mentioning was carried on.17

Ketika institusi politik di jawa yaitu Mataram II berada pada punncak

kekuasaan masa Sultan Agung sekitar tahun 1600-an atau abad 17 M.

mengadakan intervensi ke daerah-daerah pantai utara pulau Jawa sebelah

timur.Pasuruan, Surabaya, Gresik, Sedayu, Tuban, Lasem. Penaklukan Sultan

Agung di daerah pesisiran timur tersebut.Antara lain dimotivasi oleh ambisi

17

(25)

15

Sultan Agung untuk memperluas wilayah kerajaan Mataram II di tanah jawa,

karena itu daerah-daerah pantai utara jawa Harus ditaklukkan dan tidak boleh

melakukan perdagangan langsung dengan VOC, sehingga perdagangan di pesisir

utara Jawa di monopoli oleh Mataram II,18

Sebelumnya Sidayu atau Sedayu semenjak dulu merupakan daerah

taklukan Surabaya, karena raja-raja Surabaya menganggap dirinya keturunan

Sunan Ngampel Denta, yang mana pada pergantian abad ke-16 atau sekitar tahun

1589, Surabaya telah mengukuhkan diri menjadi Negara yang kuat dan dianggap

sebagai lawan utama Mataram II yang masih muda umurnya, raja Surabaya selain

mempunyai sekutu juga mempunyai daerah-daerah jajahan, antara lain Gresik,

Jortan, dan Sedayu. Gresik misalnya, menurut loji Belanda (de Nederlanndse

loge), tertanggal 26 Mei 1610 waktu itu telah mempunyai seorang Gurbenur

Kanjeng Reksa Dana, sedangkan penguasa Sidayu dapat disebut disini misalnya

nama Ki Martanegara, yang ikut Bergabung dengan pasukan Surabaya

menghadapi Mataran II dalam pertemputan di sungai Andaka tahun 1614.

Nampaknya mataram tidak putus asa pada tahun berikutnya Mataram II

melancarkan serangan terus menerus ke Surabaya, antara lain tahun 1620, setelah

jatuhnya Tuban, serbuan pasukan Mataram II ke Surabaya semakin leluasa. Di

bulan Agustus 1620, dengan kekuatan 70.000 prajurit, raja mataram II berusaha

menduduki Surabaya, tetapi karena Gresik gagal diduduki kemudian prajuri

18

Libra Hari Inagurasi,Laporan Penelitian: Kota Masa Pengaruh Eropa : Studi Terhadap Kota

Sidayu, Gresik, Jawa Timur (Jakarta: Badan pengembembangan kebudayaan dan pariwisata pusat arkeologi 2002),10.

(26)

16

Mataram mengundurkan diri. Demikian pula pada tahun 1621, tahun 1622, 1623,

dan tahun 1624, mataram II masih belum berhasil menaklukan Surabaaya.karena

kurangnya persediaan logistic bagipara perajuritnya. Barulah pada tahun1625

setelan tentara matarm bergerak melalui japan (Mojokerto), Sidayu, da Tretes

akhirnya bergerak ke Surabaya, dibawah pimpinan Tumenggung Mangun Oneng,

tentara mataram berhasil menaklukan Surabaya. Dengan kecerdikan Tumenggung

Mangun Oneng ketika pasukan beristirahat di teres atau terusan, yang terletak

pada tempat Kali Brantas bercabang menjadi kali mas dan kali porong, di tempat

itu biasanya dangkal, Tumenggung membendung Kali Mas dengan batang pohon

kelapa, bamboo besar dan batu-batu. Air yang hanya sedikit mengalir ke Surabaya

dirusakatau dicemar dengan bangkai binatang dan buah aren, sehingga Surabaya

dihinggapi berbagai penyakit seperti: batuk, gatal, demam, dan sakit perut. Setelah

lama bertahan didam benteng, akhirnya atas kesepakatan Raja Tua (Kanjeng

Sepuh) dan Raja Muda (Pangeran Pekik), menyerah kepada Tumenggung Mangun

Oneng.19

Ketika Surabaya berhasil ditaklukan Mataram II maka selesailah

penaklukan ujung Timur pulau Jawa. Kota kota besar seperti Sperti Surabaya,

Pasuruan, Aros Baya, Gresik, Tuban, dan Sidayu dilucuti habis, semenjak itu Kota

Sidayu telah beralih kekuasaan. Dari jajahan Surabaya menjadi taklukkan

mataram II.

19

H.j. Degraf, Puncak Kekuasaan Mataram Politik Ekspansi Sultan Agung (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti 2002), 95-99.

(27)

17

Nah mulailah hubungan Sidayu dengan mataram islam, setelah

penaklukan Surabaya pada tahun 1625, Sidayu tunduk di bawah kekuasaan Sultan

Agung di Mataram II. Pada masa itu Sidayu jarang disebut dalam berita-berita

Belanda, baru setelah mataram II di bawah pemerintahan Amangkurat I (Tegal

Wangi) nama kota Sidayu mulai banyak disebutkan .hal itu berkaitan dengan

gejolak politik yang timbul semasa pemerintahan Amangkurat I.

Peristiwa penting yang menandai penyebutan Sidayu tersebut, adalah

berkaitan dengan usaha pembukaan pelabuan-pelabuan selain Jepara, semasa

amangkurat I, serta munculnya empat penguasa pesisir terkemuka, sebagai dasar

pembagian dasar pembagian desentralisai kekuasaan, atau pemberian otonomi

terbatas kepada empat serangkai, penguasa pesisir tersebut mereka adalah

Tumenggung Natairwana adipati yang bertugas memelihara hubungandngan

Batavia, serta berkuasa atas Indramayu sampai Citarum. Tumenggung suratana di

demak bertanggung jawab atas Palembang .Ngabehi Martanata dari Jepara juga

berkuasa atas wilayah Batang.serta Ngabehi Wangsaraja di semarang bertanggung

jawab pula atas Sukadana (Kalimantan) serta Sidayu.20

Menurut Dagregister tertanggal 20 Agustus 1659, Raja amangkurat I,

tersinggung dengan tindakan ngabehi Wangsaraja di Semarang yang dituduh telah

memata matai Sunan Amangkurat I, dengan mengirim sepasang dokter

suami-istri, yang disebut raja sebagai tukang sihir.dan berkomplot dengan Iblis, karena

itu raja menyuruh Ngabehi Martanata di Jepara untuk menghukum mati Ngabehi

20

(28)

18

Wangsaraja beserta sepasang dokter suami-istri tersebut. Perintah segera

dijalankan dan Ngabehi Martanata pergi ke Semarang, merampas keris sepasang

dokter suami istri-tersebut, serta membunuh Ngabehi Wangsaraja. Setelah

tewasnya Ngabehi Wangsaraja di Semarang, maka pada bulan Agustus tahun

1659 kedudukan Ngabehi Wangsaraja di semarang digantikan oleh Rangga

Sidayu.

Demikianlah dengan diangkatnya Rangga Sidayu maka kotaSidayu

menjadi terangkat dalam percaturan penting era Mataram II tersebut.Nampaknya

Rangga sidayu merupakan penguasa tertinggi wilayah pesisir bagian timur, karena

dalam amanatnya Sunan Amangkuarat I memberikan kepercayaan besar

terhadapnya sebagai penguasa pesisir Timur.berkaitan dengan posisinya yang

strategis, maka Rangga Sidayu juga menjalankan tugas penting. Misalnya dalam

hal fasilitator dengan pihak kompeni, menerima dan mengawasi tamu asing,

seperti ketika Evert Miclesen, bekas residen Jepara yang pada tanggal 16

september 1660 berkunjung ke Surabaya untuk berunding dengan Tumenggung

Surabaya. Mengenai permohonan pembukaan pelabuhan Wilayah mataram II,

maka Rangga Sidayu yang pertama menemui dan mengantar Michelsen ke

hadapan Tumenggung Surabaya.21

Dalam tahap selanjutnya kedudukan Sidayu menjadi sangat penting,

karena oleh Sunan, pada tahun 1676, kiai Rangga Sidayu dipercaya mengemban

tugas yang bersifat khusus militer, yaitu memimpin pasukan-pasukan laut pesisir

21

Ibid., 9

(29)

19

timur, dengan demikian ia dikukuhkan sebagai pejabat militer yang diperkirakan

membawahi satu kesatuan tentara yang jumlahnya diperkirakan tidak kurang dari

puluhan ribu orang. Melihat kenyataan tersebut besar kemungkinan bahwa saat itu

kota Sidayu berkembang menjadi sebuah kota militer pada masa Mataram II di

perintah oleh Sunan Amangkurat I. sebagai pertahanan wilayah pesisir timur

untuk menghalau musuh dari luar.22

Semasa kekuasaan Mataram II , berpindah ke Kartasura, Sidayu masih

punya peranan yang setrategis dalam jalur pertahanan di pesisir timur. Dalam

buku Babad Tanah Jawi, 1980, terbitan balai pustaka, Sidayu disebutkan sebagai

ajang perebutan wilayah pertahanan, ketika pada tahun 1711, Arya Jaya Puspita

(Surabaya) memberontak terhadap pemerintahan Susuhunan di Kartasura dan

menuntut kematian kakanya yaitu Adipati Jengrana (Adipati Surabaya), yang

dihukum mati oleh Susuhunan Pakubuwono I (Raja Kartasura), Arya Jayapuspita

bersama saudaranya bernama Panji Surengrana dan Panji Kartayuda pada tahun

1717, menyerbu Kartasura. Panji Surengrana dengan seribu perajuit menggempur

kotaSidayu, akhirnya Sidayu jatuh juga ketangan pasukan Surabaya, dengan

jatuhnya Sidayu, maka kota lain seperti Jipang, Kediri, dan Tuban ikut jatuh

ketangan pasukan Surabaya. Tiada lama sidayu berhasil direbut oleh pasukan

Kartasura.Tapi gabungan pasukan Surabaya-bali berhasil merebut pertahanan

sidayu kembali, dan mencerai beraikan pasukan Kartasura hingga mundur ke

Tuban.Namun demikian kegigihan Patih Cakrajaya (Patih Kartasura) yang

dibantu pasukan VOC. Dari loji Gresik, berhasil merebut Sidayu lagi. Melihat hal

22

Ibid., 11.

(30)

20

itu Sidayu dapat dianggap sebagai kota penting dalam pertahanan pasukan

Kartasura. Ini dimengerti karena Sidayu selain merupakan akses yang strategis

untuk pengiriman pasukan dan logistic, juga sebagai jalur yang menghubungkan

kota lainya seperti Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban.23

Perang yang terus-menerus di jawa antara lain pemberontakan Trunojoyo,

perang Suropati, dan perlawanan pangeran Singosari, membuat Kartasura semakin

lemah, sebaliknya VOC. Semakin memperoleh keuntungan yang besar, karena

setiap memnbantu Kartasura, VOC. Selalu memperoleh imbalan tanah dari

susuhunan Kartasura. Sebagai akibatnya daerah Kartasura semakin sempit. Satu

persatu wilayah Kartasura menjadi hak VOC. Antaralain: Semarang, Bogor,

Karawang, Cirebon, Preanger, bahkan wilayah timur VOC semakin meluaskan

wilayahnya dari Malang, Blitar, Besuki, Pasuruan, Lumajang, Lamongan,

Surabaya, Gresik, Sidayu, Tuban, hingga sampai Blambangan-bali. Maka dalam

tahun 1677 seluruh wilayah ujung timur itu sudah masuk daerah VOC.

Pada akhir tahun 1799 VOC. Dibubarkan dan seluruh miliknya diambil

alih oleh pemerintah kerajaan Belanda, karena itulah sejak tahun 1800 wilayah di

tanah jawa (kecuali: Bagelen, Kedu, Yogyakarta, dan Surakarta) termasuk sidayu,

praktis menjadi jajahan pemerintahan Hindia Belanda. Maka berakhirlah

hubungan Sidayu dengan Mataram islam dapat di mengerti bahwa ambisi sang

raja mataram Sultan agung untuk mengusai wilayah pesisir timur pulau jawa

23

Libra, Laporan Penelitian: Kota Masa Pengaruh Eropa : Studi Terhadap Kota Sidayu, Gresik, Jawa Timur: Jakarta: Badan Pengembembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pusat Arkeologi 2002),13

(31)

21

terwujud dengan segala strategi dan kekuatan sidayu yang pada awalnya adalah

daerah kekuasaan Surabaya sekaligus basis prajuit perang dapat ditaklukkan oleh

Mataram.24

B. Para Bupati-Bupati Sidayu

Sidayu sebagai wilayah yang berada pada pantai utara jawa menjadi

bagian wilayah kekuasaan Mataram, menurut Artur Gijels tahun 1622 sidayu ada

di bawah kekuasaan kerajaan Surabaya dan pusat kekuasaanyapun sampai diluar

pulau jawa, Raja Surabaya selain memperluas wilayah juga menguasai

perdagangan pada wilayah yang dikuasai itu, meskipun begitu Surabaya memiliki

pengaruh baik dalam bidang politik maupun ekonomi.

Pada abad 17 hegemoni di jawa Tengah dan jawa timur jatuh ke

tangan-tangan raja mataram termasuk kerajaan Bandar lainya dan sepanjan utara jawa

juga direbut mataram atau terpaksa mengakui raja-raja mataram.

Pada tahun 1613, ketika Raja Mataram yang bernama Sultan Agung masih

bertahta. Mengadakan ekspansi militer kedaerah sekitar Surabaya sampai tahun

1616 Raja Surabaya masih belum menyerah dan akhirnya pada tahun 1625 setelah

mataram II bergerak melalui japan (Mojokerto), Sidayu yang di bawah pimpinan

Tumenggung mangun Oneng, Surabaya mengaku kalah pada panglima tentara

mataram tanpa menunggu serangan . Surabaya unduk pada kerajann Mataram.

Dikarenakan berkurangnya rakyat banyak dari rakyat Surabaya mengalami

24

Ibid., 15.

(32)

22

kelaparan, sehingga dari 50-60 ribu jiwa tidak lebih dari 1000 orang yng masih

hidup dan sisanya meninggal dan kelaparan.

Setelah Raja Mataram menaklukan raja Surabaya, Sidayu beralih di bawah

kekuasaan Raja Mataram II (Sultan Agung), sebagai daerah yang dikuasai

Matram Sidayu secara sosial politis banyak terpengruh oleh peradaban kerajaan

Mataram, karena kediaman raja merupakan pusat lalu lintas perdagangan, ilmu

pengetahuan islam dan pusat kesustraan serta kesenian yang terletak di daerah

sepanjang pantai utara pulau Jawa telah mengalami kehancuran yang sebelumnya

merupakan akibat dampak pengaruh peradaban kekuasaan Demak.25

Jadi sebagaimana laporan Belanda bahwa pada abad 16 sistem

pemerintahan Sidayu adalah sebuah wilayah yang masuk dalam kekuasaan

kerajaan Surabaya. Pada abad 17-18an masuk dalam kekuasaan kerajaan mataram

II (islam) .sebagai daerah ibu kota kadipaten wilayah sidayu dipimpin oleh

beberapa orang Bupati, diantara Bupati yang pernah memerintah sidayu dimulai

dari:

1. Bupati Kromowijoyo Atau Tumenggng Suradiningrat I 1675.

2. Bupati Abdul Jamil atau Raden Tumenggung Aryo Suradingrat.

3. Bupati Tawang Alun atau Raden Kanjeng Suwargo.

4. Bupati Panji Dewa Kusuna atau Raden Tumenggung Suradiningrat.

5. Bupati Banteng atau Raden Tumenggung Aryo Suradiningrat I.

25

(33)

23

6. Bupati Kanjeng Kudus atau Raden Tumenggung suradiningrat.

7. Bupati Kanjeng Djoko atau Raden Aryo Suradiningrat II.

8. Bupati Kanjeng Sepuh atau Raden Adipati Aryo Suryadiningrat III

(1817-1855).

9. Bupati Kanjeng Pangeran atau Raden Adipati Aryo Suryadiningrat IV

(1855-1884).

10. Bupati Badrun atau Raden Adipati Suradiningrat V (1884-1910).

Setelah masa pemerintahan Raden Badrun brakhirlah Kota Sidayu sebagai

ibu kota kadipaten dan pemerintahan Belanda menjadikan Sidayu sebagai ibukota

Kadipaten dan pemerintahan Belanda menjadikan Sidayuhanya sebagai “countelir

“(pemerintahan perwakilan) dengan alasan untuk mengatasi kekacauan masa

raden Badrun,yang dipindah ke Jombang. Sementara itu dalam

perkembanganwaktu dari status Countelir wilayah Sidayu diubah namanya

menjadi kota kawedanan atau istilah pembantu Bupati. Kemudian status

iniberakirketika kebijakan otonmi daerah tahun 1999 dan kini sidayu sebagai kota

kecamatan.26

26

(34)

24

C. Peninggalan-Peninggalan Di Sidayu 1. Masjid Jami’

Gambar diatas adalah pintu gerbang menuju Masjid Kanjeng Sepuh

Sidayu.Masjid jami’ berada di jalan lama Deandels (Anyer Panarukan berhadapan

dengan alun-alun kota. Masjid jami’ mengalami 4 kali Renofasi, menurut catatan

H. Masudi Yasin yang pertama mendirikan bangunan masjid adalah Bupati

pertama yaitu Kanjeng Raden Kromowijoyo dan dibantu oleh Bupati Tawang

Alun dari Madura. Empat kali renofasi yang pertama dilakukan oleh kanjeng

kudus (Bupati ke enam) yang kedua oleh Kanjeng Sepuh (Bupati ke delapan)

yang ke tiga oleh Kanjeeng Pangeran (Bupati ke Sembilan) dan yang ke empat

oleh H.M. Thahir Surakama (Dermawan Sidayu) sehingga masjid Jami’ terlihat

ada dua bangunan lama dan bangunan baru yang ada di depan .27

Untuk selanjutnya mari kita lihat atap Masjid yang berbentuk tumpang

tingkat 3 dengan mahkota bagian puncak bagian depan Masjid berada pada pagar

27

Libra Hari Inagurasi,Laporan Penelitian: Kota Masa Pengaruh Eropa :Studi Terhadap Kota

Sidayu, 45.

(35)

25

pintu masuk dan pintu masuk masjid terdapat 31 di bagian tengah sebagai pintu

utama dan 2 bagian samping kanan dan kiri, pintumasuk atau gapura memiliki

atap berbentuk lengkung dengan disertai ragam hias, selain pada gapuro ragam

hias tersebut meliputi motif-motif sebagai berikut : kepas, bunga dalam bidang

tingkatan, sayap burung, bunga, sulur-suluran, club(clover).

Gapuro yang berada di depan masjid, rupa rupanya motif hias terpengaruh

oleh budaya eropa, gapuronya dapat dikatakan sebagai bersayap sebab

keduasisinya terdapat tambahan dan hiasanya berbeda dengan pintu/gapuro

melengkung bagian atas hamper tiga penempatan sebuah lingkaran dan

lengkunganya terdapat dekoratif tambahan burung garuda, namun gapura ini polos

tidak bergambar.

Sepasang ruang utama yang membatasi ruang masuk selebar tiga meter

luasnya menyerupai hiasan bastian pada pinggiranya. Dan hiasan juga melingkar

hiasan seperti bentukbunga matahari dan bagian tengah hiasan bunga itu seperti

(36)

26

segi masing-masing berhiaskan hiasan yang menyerupai kapas.Tembok dibagian

kanan dan kiri tengah terdapat juga hiasan terang dan pada bagian tengahnya

ruangan yang berpigura menyerupai sebuah cermin besar, bagian atas pigura ada

hiasan seperti gambaran dari kepala kucing bermata dan sepasang telinga

(Kanan-kiri) dan bagian bawah hiasanya segi tiga tempat kedudukanya.

Pada sisi dalam pigura/cermin terdapat hiasan sepasang kipas 19 lipatan di

tengah-tengah terdapat ½ lingkaran, sebelah kanan dan kiri pigura/cermin

berlipatan 14 dan ½ lingkaran.di bagian tengahnya. Hiasan berbentuk kapas

dengan 23 lipatan dan setengah lingkaran bagian bawahnya. Pada bagian bawah

ada hiasan menyerupai dan hiasan klaver pada kartu tiga lubang bagian atas

menyerupai daun bunga dan bawahnya segi tiga sebagai kedudukan 3 buah daun

bunganya, Bagian tengah sebagian pertemuan ke-empat hiasan seperti putik bunga

atau hiasan bunga kecil dengan empat hiasan daun bunga dan putiknya di

tengah-tengah di bagi menjadi empat bagian sama besarnya, pada pertemuan pinggiran

bagian atas dan bawah terdapat hiasan saluran dengan tiga helai daun bunga dan

pinggiran kedua ujung dan satu di tengah.28

Bagian akhir sayap terdapat hiasan dengan 7 segi pada bagian bawahnya

ada tiang penyangga seuah bangunan, sdangkan bagian atats tiang bersegi

delapan. Sedangkan bangunan yang depan (yang baru) hanya tampak kemegahan

pada masjid yakni berdinding kaca yang tembus pandang, pagar di sebelah

28

Ibid., 48.

(37)

27

utaranya ada tambahan pada ruangan bagian depan dan tiga buah gapura sebagai

pintu masuk agar terlihat megah.

Bagian dalam ruangan utamanya penuh dengan dekoratif dan saluran maupun

inskripsinya, hiasan dan transkipsi di temukan menghiasi tiap sudut dalam masjid,

mimbar mihrab, dinding di keempat sisinya dan dudeg wesi (bagian atap dalam

yang terlihat dari bawahnya dan dinding bagian tingkat-tingkat di bagian tengah).

Pada bagian mihrap ada pengaruh eropa, dimana tiang-tiang eropa yang

dikenal dengan pilasternya tidak hanya terdapat pada gapura masjid, tetapi juga

pada hiasan pilar sampai masuk ke ruangan utama masjid yang tertera pada

mihrabnya.29

29

(38)

28

2. Komplekmakam Bupati

Kompleks makam para Bupati Sidayu terletak di belakang Masjid Jami’

makamnya diberi cungkup dan inskripsi berhuruf Arab, Jawa dan latin yang

berbahasa melayu, Jawa dan Belanda. Seprti inskripsi pada makam Bupati

Kanjeng Sepuh tertulis:

- Bahwa ini Kanjeng Raden Adipati Suryadiingrat Negeri Sidayu.

(39)

29

- Adapun yang diberhentikan dengan sehat alatiat alakal hamdu wasyukru di dalamnya tahun Wulanda 1808 injawa 1739.

- Kanjeng Raden Adipati Arya Surya Diningraat ing panggeri Sidajeng. - Rikala jumeneng Bupati Sidajeng ing tahun Wulandi 1817 ing tahun jawi

1744 lumayahipun panjenengan.

- Bupati dateng kang kalian kersanipun pribadi ingsasi januari tahun 1855 utawi Rabiul Akhir tahun 1783.

- Dinten paeginipun ing malam ahad wancine jam 11 saking tanggal kaping 9 sasi Maret tahun 1856.

- Utawitinggal sasi Rejeb tahun ba’ werso jawi 1784 dan 1262 H.

- Rikala yosa nalika penghulu Muhammad Qasim Sinangkalan agniya’ panika.

- 1833 gunane aponggo wedhae rupo 1893

Terjemah inskripsi:

- Bahwa Kanjeng sepuh Adipati Surya Diningrat adalah seorang Bupati

daerah Sidayu.

- Dilahirkan oleh tuanmu”Ratu Anom “ di daerah Kudus tahun Belanda

1784 jawa 1710.

- Adapun dipindahkan ke Sidayu dalam keadaan sehat walafiat puji syukur

pada tuhan ketika tahun Belanda 1808 Jawa 1734.

- Kanjeng Raden Adipati Arya Suryadiningrat di Negeri Sidayu.

(40)

30

- Bupati yang akan datang yang merupakan putranya sendiri yang

dikehendaki di bulan januari tahun 1855 atau rabiul Akhir 1783.

- Hari Wafatnya di malam minggu tepatnya jam 11 dari tanggal 9 bulan

Maret tahun 1856.

- Atau tanggal 2 bulan Rejeb tahun ba’ “tahun jawa” 1784 dan 1272 H.

- (diskripsi) ini dibuat oleh pada masa pengulu Muhammad Qasim yang

kaya itu

- 1833 Kegunaan aponggo wedane Rupa 1893.30

Di sebelah barat makam kanjeng sepuh terdapat juga makam Kanjeng

Pangeran beseta istri. Dapat dilihat bahwa Candrasengkala yang terdapat di

makam Bupati Kanjeng Sepuh yang berbunyi “1833 Gunane Aponggo Wedahe

Rupo 1893” yang bermakna Gunane =3 Aponggo=3 Wedahe=8 dan Rupo=1 ini berarti bahwa pembuatan tulisan tersebut dimulai tahun 1833-1893, Jadi

pembuatanya seabad dengan Kanjeng Sepuh. Terdapat juga ragam hias naga yang

distinlis, Tahun lahi 1784 menjabat Bupati 1817-1856.

Terdapat juaga makam pangeran Aria Cokro notto Adinegoro dari

Pamekasan yang lahir 20 Mei 1918 sebagai Bupati Sidayu yang terakhir, wafat 17

februari 1935 di Gresik, Makam Kanjeng Kudus (Ayah Tiri Kanjeng Sepuh).

Dibelakang mihrab masjid terdapat rubuk kuno atau jam batu untukmenunjukan

waktu sholat dari bantuan cahaya matahari dan sekarang sudah dirobohkan. Dan

30

(41)

31

di sebelah paling barat terdapat sumur tua yang disertai dengan saluran air pengisi

kolam wudlu.31

3. Alun-AlunSidayu

Alun-alun merupakan tempat yang datar dan luas, alun-alun sidayu

merupakan bekas peninggalan kota kadipaten, dalam bukunya Dukut imam

widodo dikatakan bahwa pada masa Pemerintahan Belanda alun-alun dipakai oleh

para perajurit untuk latian, selain itu alun-alun digunakan tempat para Bupati

Sidayu untuk menerima penghargaan dan penghormatan. Di alun- alun itu puala

bansyak saudagar Kompeni Belanda berjalan-jalan disekitarnya.

Di sekitar alun-alun terdapat rumah-rumah Belanda , banyak pohon-pohon

dan didepanya terdapat kantor Kabupaten serta pasar masyarakat sidayu pada

masa itu pula belum ada mobil terdapat kereta-kereta beroda empat yang ditarik

oleh empat ekor kuda dan para bangsawan Sidayu atau para serdadu kompeni

bergaya naik kuda. Kemudian di sudut alun-alun ditempatkan gardu-gardu

31

Ibid , 84.

(42)

32

penjagaan, maka para prajurit sidayu dengan bersenjatakan tombak atau pedang

terhunus akan mengamati setiap pejalan kaki yang lewat.

Itulah gambaran sidayu semasa abad 19 adalah sebuah ibu kota kabupaten

dan setelah bupati memerintah selama 4 abad maka sidayu diubah kedudukanya

menjadi sebuah kawedanan .kantor kawedanan didirikan setelah surutnya Sidayu

menjadi Kadipaten yang dibangun di sebelah timur alun-alun dan bangunan

menghadap ke barat atau ke ararh alun-alun, bangunan tersebut antara alun-alun

dibatasi jalan.

Memang bangunan itu dirancang untuk perkantoran dan tetap

dipergunakan meskipun istilah kawedanan berubah menjadi pembantu Bupati.

Setelah tidak ada lagi jabatan pembantu Bupati, bangunan kantor untuk beberapa

tahun kosong tidk dipergunakan lagi. Pada tahun 2001 bangunan tersebut menjadi

milik pemda Kabupaten Gresik yang sekarang dipergunakan tiga instansi yakni

kantir cabang Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kecamatan Sidayu dan Bank

Jatim.32

32

(43)

BAB III

PERUBAHAN PEMERINTAHAN SIDAYU DARI KADIPATEN, KAWEDANAN, HINGGA MENJADI KECAMATAN

A. Sidayu Sebagai Wilayah Kadipaten

Surawesti adalah wilayah dimana sebelum nama Sidayu muncul

diperkirakan wilayah surawesti sudah ada sejak pemerintahan demak dan pajang

sebelum wilayah Sidayu muncul dibawah pemerintahan Sultan Agung.

Nampaknya ki Ageng Brondong adalah penguasa surawesti waktu itu.33

Berita-berita tentang sidayu menjadi kadipaten/kabupaten sudah ada sejak abad 16 M

seperti berita dari babad tanah jawi di bawah ini:

“Kacarios sultan pajang bidal ing giri lan sabala nipun Sedaya, ki ageng matawis ing nderek, samedya nyuwun idi anggenipun jumeneng sultan dating sunan prapen. Kala semanten para bupati ing bangwetan sami pepak wonten ing griku sedaya: ing Madura, Sidayu,Nlasem, Tuban, Pati, sarta sami ndamelpasangrahan ing ngriku…….Sultan Pajang nunten……….kemupakatan nggenipun jumeneng sulatan, mengku negari ing pajang ajejuluk sultan prabu adiwijaya……”34

Secara garis besar petikan dari babad tanah Jawi tersebut adalah

menceritakan bagaimana Sultan Pajang sowan ke Giri untuk memohon doa restu

kepada Sunan Prapen sehubungan dengan pengangkatannya sebagai Raja di

ceritakan Bupati dari Madura, Sidayu, Nlasem (Lasem), Tuban, Pati, pada

camping untuk menyambut kedatangan Sultan Pajang. Sunan Prapen memerintah

di Giri sangat lama 1548-1605.Kekuasaanya di bidang rohani telah membuatpara

33

Masyudi, Manuskrip Dala’il Al-Khairat dari Sidayu Gresik (Kajian Hubugan Antar Kebudayaan Terhadap Kronografi Sharif Ahmad (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2013), 10.

34

(44)

34

Raja baru untuk tunduk dan patuh padanya.Nampaknya Kadipaten Sidayu berada

di bawah kerajaaan Giri Kedaton yang dipimpin oleh Sunan Prapen waktu itu.35

Ketika kekuasaan pajang mulai memudar dan digantikan oleh

kekuasaanMataram ada sebuah penolakan dari Adipati Jawa Timur menolak

tunduk pada Mataram Islam.Termasuk juga kadipaten Sidayu. Perang antara

Mataram dan persekongkolan Adipati Surabaya yang didukung oleh

Adipati-Adipati Brang Wetan pada abad 16 hampir terjadi di Japanan, adalah Sunan

Prapen yang menggagalkan pertempuran sesama muslim ini.Dalam babad tanah

jawi pesisiran disebutkan bahwa senopati Mataram menyerang Brang Wetan

(Jawa Timur) yang diperkirakan tahun 1510 saka (1588 M).

Adipati-adipati Jawa Timur bersatu di bawah pimpinan Adipati Surabaya

berkumpul di japanan.Adipati Sidayu pun tidak ketinggalan.Ketika semangat

mereka sedang membara untuk berperang, datanglah sepuluh orang utusan dari

Sunan Giri Prapen Ngargosari memberi tawaran.Adipati Surabaya dan Senapati

Mataram disuruh memilih dua pilihan kekuasaan. Mana yang akan dipilih: isi,

yang maksudnya adalah menguasai manusia, atau irengan (hitam), yang dimaksud

adalah adalah menguasai bumi-wilayah.Ternyata adipati Surabaya yang didukung

para Adipati Brang Wetan termasuk Sidayyu memilih Isi.Sedang Senapati

Mataram melilih irengan.Akhirnya, pasukan mataram dan Surabaya yang siap

tempur itu tidak jadi perang. Berkat upaya dari Sunan Giri Perapen Ngargosari,

melalui mediator kesepuluh utusannya itu, maka pertumpahan darah

35

Ibid., 247.

(45)

35

sesamamuslim di tanah Jawa urung terjadi. Sunan Giri Prapen Ngargosari sebagai

pemegang kekuasaan duniawi dan ukhrawi di tanah Jawa telah terbukti.36

Seperti yang telah disinggung di atas.Sidayu sebagai wilayah kadipaten,

memainkan perananya sebagai wilayah yang tak ingin begitu saja langsung

tunduk di bawah serangan Mataram dan berpindah kekuasaan.Namun dalam

penguasaan wilayah Mataram sangat berambisi untuk menguasai wilayah timur

pulau Jawa.Ketika institusi politik di Jawa yaitu Mataram II berada pada punncak

kekuasaan masa Sultan Agung sekitar tahun 1600-an atau abad 17 M.

mengadakan intervensi ke daerah-daerah pantai utara pulau Jawa sebelah

timur.Pasuruan, Surabaya, Gresik, Sedayu, Tuban, Lasem. Penaklukan Sultan

Agung di daerah pesisiran timur tersebut.Antara lain dimotivasi oleh ambisi

Sultan Agung untuk memperluas wilayah kerajaan Mataram II di tanah jawa,

karena itu daerah-daerah pantai utara jawa Harus ditaklukkan dan tidak boleh

melakukan perdagangan langsung dengan VOC, sehingga perdagangan di pesisir

utara Jawa di monopoli oleh Mataram II,

Ekspedisi Sultan Agung pun berhasil Akhirnya Surabaya berhasil

ditaklukan Mataram II maka selesailah penaklukan ujung Timur pulau Jawa. Kota

kota besar seperti Sperti Surabaya, Pasuruan, Aros Baya, Gresik, Tuban, dan

Sidayu dilucuti habis, semenjak itu Kota Sidayu telah beralih kekuasaan. Dari

jajahan Surabaya menjadi taklukkan mataram II.setelah penaklukan Surabaya

pada tahun 1625, Sidayupun tunduk di bawah kekuasaan Sultan Agung di

36

(46)

36

Mataram II. bersamaan dengan kekuasaan mataram II. nampaknya VOC sudah

datang di perairan nusantara.37

Menurut sejarawan Eropa tahun 1596 sebagai tahun yang menduduki

kedatangan armada Belanda pertama di perairan nusantara, di bawah pimpinan

Cornelis Houtman setelah singgah di beberapa pelabuhan dan mendapatkan

gambaran awal tentang topografi serta perdagangan di Asia. Sejumlah pedagang

Batavia bergabung tahun 1602 kemudian mendirikan “ Serikat Perseroan Hindia

atau VOC”.38

VOC merupakan sebuah badan yang kuat, yang mengawasi perdagangan

belanda dan tujuan utama dari belanda mendirikan organisasi ini adalah untuk

mengumpulkan kekayaan dan untuk melakukan perdagangan rempah-rempah

serta hasil bumi lainnya.Perlu diketahui bahwa masa VOC ini adalah semasa

dengan kerajaan mataram.

Masa kerajaan Mataram kedudukan Bupatisebagai pemegang wilayah

kadipaten adalah pemegang dan pelaksana pemerintahan di daerah yang mendapat

otoritas dari kekuasaan pusat kerajaan.Otoritas itu tidak didasarkan atas pewarisan

melainkan atas posisi yang diduduki dalam struktur kekuasaan dalam kerajaan.

Masa kekuasaannya di bawah oleh seorang raja “ Kerajaan Mataram”

bahwa sistem pemerintahannya adalah feudal yakni system pemerintahan tak

37

H.j. Degraf, Puncak Kekuasaan Politik Ekspansi Sultan Agung (Jakarta:PT Pustaka Utama Grafiti, 2002), 98-99.

38

Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya Warisan Kerajaann-Kerajaan Konsentris (Jakarta: PT. Gramedia, Pustaka Utama, 1996), 34.

(47)

37

langsung, dimana segala peraturan dipegang oleh penguasa pusat (Raja) termasuk

dalam membayar upetimasyarakat dan adanya tenaga-tenaga manusia, hal tersebut

dikarenakan tanah dan tenaga adalah modal pokok dari produksi pertanian itu.39

Kerajaan Mataram di Jawa dahulu mengenal 4 macam daerah kerajaan: 1.

Daerah inti atau kota- kerajaan, yang dinamakan Nagaraatau khuthagara 2.

Nagaragung atau Nagara Agung, yaitu daerah yang terletak di luar dan sekitar

nagara, yang menjadi daerah pelungguh kaum bangsawan dan

pembesar-pembesar di istanan 3. Mancanagara adalah daerah yang terletak di luar

Nagaragungdan yang diperintah oleh bupati-bupati yang kedudukannya sebagai

raja bawahan kerajaan Mataram 4.Pasisir ialah daerah mancanagara di pantai

utara Jawa yang memanjang dari Cirebon sampai Surabaya.40 Dalam pembagian

daerah kekuasaan kerajaan Mataram, Sidayu berada pada daerah pasisiran yang

mana penguasa kota kadipaten ini dinamakan bupati yang tunduk kepada raja

mataram. Dikarenakan sarana komunikasi dnan alat transportasi masih sangat

terbatas dan belum sempurna, maka bupati-bupati di daerah pasisiran seperti

kadipaten Sidayu itu praktis berdiri sendiri, kekuasaan Mataram di daerah-daerah

tersebut hanyalah bayangan, kekuasaan yang nyata dipegang oleh bupati-bupati.41

Selanjutnya mari kita lihat bahwa sidayu merupakan bekas kadipaten

zaman Mataram. Jika dilihat tata kotanya memang benar Sidayu mempunyai

alun-alun yang luas, seperti yang di katakana sartono kartodirjo alun-alun-alun-alun merupakan

39

Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), 339.

40

Sartono Kartodirjo, Perkembangan Peradaban Priyayi(Yogyakarta:Gajah Mada University press, 1993), 11.

41

Ibid., 12

(48)

38

tanah yang luas letakya di depan kompleks tempat tinggal bupati. Tepat di tengah

tengah alun-alun di tanam pohon beringin, pertanda bahwa daerah tersebut adalah

bawahan mataram.Di sisi barat alun-alun dibangun masjid besar dengan kampung

kauman di belakangnya. Demikian juga di sidayu kantor bupati berada pada timur

alun-alun. Masjid berada di sebelah barat alun-alun yang sekarang masjid itu

bernama masjid jami’ Kanjeng Sepuh. Di sisi lain juga dibangun rumah-rumah

yang menjadi tempat tinggal pembesar-pembesar eropa, yang karena kedudukanya

(49)

39

Alun-alun menjadi pusat koa kabupaten dan dipergunakan sebagai tempat

upacara-upacara dan perayaan-perayaan umum, seperti watangan, rampongan,

grebegan dan sebagainya, agar upacara dan perayaan tersebut ditonton dan

dinikmati oleh rakyat kebanyakan.Pada zaman sekarang alun-alun dipergunakan

sebagai tempat upacara pada hari-hari besar umum dan pada waktu tertentu untuk

tempat pertunjukan umum seperti pasar malam, kethoprak, dan

wayang.Sehari-harinya alun-alun digunakan untuk olah raga anak-anak sekolah dan pada sore

harinya menjadi tmepat bermain sepak bola.42

42

Ibid., 28-29

(50)

40

Gambar diatas adalah sisa-sisa reruntuhan bangunan zaman kadipaten, dari

bentuk bangunannya bisa ditemukan mihrab, menunjukan bangunan tersebut

adalah tempat peribadatan.Ketika Mataram mengalami perpecahan.Status

Kadipaten masih di sandang oleh Sidayu.Padatahun 1746 kekuasaan kompeni

jatuh di daerah pesisir dan bupati-bupatinya menjadi bupati kompeni, sehingga

kewajiban mereka terhadap raja mataram dengan semua adat upacaranya

dialihkan pada kompeni.Kewajiban bupati inipun dimanfaatkan oleh kompeni

untuk kepentingan perdagangan dan rumah tangganya.Selain itu upeti yang wajib

di serahkan juga ditentukan waktu ataupun jumlah jenisnya seperti lada, beras,

minyak, kelapa, kayu, bahan bangunan, kayu bakar dan benang tenun.43

Ketika kompeni sudah dilikuidasi dan semua kekayaanya diambil alih

pemerintahan Bataafsche Republik, daerah-daerah di jawa yang menjadi daerah

yurisdiksi kompeni menjadi daerah administrasi pemerintahan colonial Belanda

dan namaJava’s Noord an ooostkost atau disebut dengan gubermen oleh orang

jawa yang telah diberikan kompeni untuk mancanegara tetap dipakai sehingga

pada masa itu bupatinya disebut sebagai Gubernamen.44Demikianlah perjalanan

kota sidayu sebagai daerah pemerintahan kadipaten jaman Mataram II.

peninggalan artefak makam kanjeng sepuh dan para bupati yang terdapat di

belakanng masjid kanjeng sepuh dapat dilihat bahwa dalam makam Kanjeng

sepuh tertulis angka 1808 M, menjabat menjadi Bupati tahun 1817 M dan

berakhir tahun 1856 M, dan 1724 H pengangkatan Kanjeng Kudus sebagai bupati

43

Ibid., 13.

44

Ibid ., 15.

(51)

41

Sidayu yang ke 6, priode Sidayu menjadi Kabupaten dengan indikator tinggalan

arkeologis Masjid Jami’ Kamjeng Sepuh Sidayu, kompleks kubur Kanjeng Sepuh,

alun-alun kantor kawedanan dan pasar.

Menurut Catatan KH. Suhail Ridwan Bupati Sidayu terakhir Raden

Badrun di pindah ke jombang pada tahun 1910.Lantas setelah itu sidayu dibawah

pengawasan Controleur. Tercatat beberapa nama Controleur Residen Soerabaia,

yang dengan sendirinya membawahi kota-kota kabupaten Di bawah seperti: J.B.F

Sartorius, menjabat Cotroleur sejak 3 November 1937. J.P de jong, Menjabat

Adspirant Controleur Sejak 22 Januari 1936.B. Oldenburger Menjabat Adspirant

Controleur sejak 28 oktober 1937. Pada masa ini Sidayu berubah setatus menjadi

kota Kawedanan.45

B. Sidayu Sebagai Wilayah Kawedanan

Setelah kekuasaan Mataram di Jawa memudar di jawa maka kekuasaan

atas wilayah pesisir barat dan pesisir timur Jawa mulai jatuh ke tangan

pemerintahan Hindia Belanda.Menurut Ensiklopedie Nederlancdsch indie, Sidayu

merupakan daerah di bawah pengawasan/perlindungan /protektorat (controle

Gresik, dan Gresik termasuk wilayah residente Surabaya. Nama ibukota Sidayu

sama dengan daerahnya, yakni beribukota di sidayu. Gresik sendiri membawahi

dua daerah yaitu Sidayu dan karangbinangun. Tanah di daerah sidayu tidak

begitu subur, selain itu kondisi masyarakatnya miskin, terutama mereka yang

kekurangan air, karena itulah ibukota sidayu dipindah dari tepi laut ke tepi muara

45

(52)

42

sungai solo terjadi proses pengendapan lumpur pada masa kemudian, sedangkan

ibukota sidayu yang lama ditinggalkan, kondisi daerah pantainya semakin jauh

dan semakin kumu atau jorok.46

Setelah kekuasaan kompeni pindah kepemerintahan Belanda, tahu 1799

VOC yang mereka dirikan di bubarkan, maka kekuasaan Belanda sejal tahun 1800

wilayah di tanah Jawa termasuk wilayah Sidayu praktis menjadi jajahanya, sejak

itu lah terjadi perubahan-perubahan pada sistem pemerintahan.

Perubahan ini dimulai masa kekuasaan Herman Willem Dandles yang

diangkat oleh seorang raja belanda bernama Lovis Bonaparte untuk menjadi

gurbenur. Dandles berkuasa sejak tahun 1808 sampai 1811 menjalankan

pemerintahanya dengan memberantas sistem feudal yang diperkuat oleh VOC

masa kerajaan mataram yakni akan membatasi hak-hak bupati sebagai kepala

wilayah kadipaten yang berkuasa terutama menyangkut kekuasaan tanah dan

pemakaian tenaga rakyat, sehingga hal yang mewajibkan tanam dan wajib kerja

hendak dihapus.47

Tindakan yang dilakukan oleh Dandles ini tidak hanya ingin mengurangi

pemerasan oleh para penguasa saja, akan tetapi lebih selaras dengan perinsip

kebebasan berdagang, Dandles merupakan tokoh yang terkenal kejam dengan

segala kekuatanya itu, ia menciptakan system kerja paksa atau lebih tepat

dikatakan merampas hak-hak Raja Jawa untuk mewajibkan penduduk melakuakan

46

Libra Hari Inagurasi, Kota Masa Pengaruh Eropa : Studi Terhadap kota Sidayu, Gresik, JawaTimur (Jakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pusat Penelitian Arkeologi, 2002), 10

47

(53)

43

kerja rodi untuk pemerintah Batavia, selainitu Dandles juga menjual hak atas

tanah penguasa Cina.48

Kerja rodi yang diterapkan oleh Dandles tidak lain adalah untuk

pembangunan jalan raya pos (Grote Postweg), pembangunan ini digunakan

sebagai prasarana yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi sosial dan

politik, baik dalam bidang transportasi maupun bidang administrasi pemerintahan

serta mobiisasi sosial. Sidayu merupakan salah satu daerah yang dilewati proyek

jalan raya pos sehingga jalur ini ramai sebagai penghubung dari Lamongan ke

Gresik,dan Surabaya.49

Selain itumendirikan benteng benteng dan membangun tempat penjarahan

yang terletak di kalisosok Surabaya.Dimana hal tersebut membutuhkan tenaga

dari rakyat, sehingga masyarakat diwajibkan untuk dipertahankan.Kebijakan yang

dilakukan oleh Dandles tentang kerja paksa dan pembayaran pajak itu sepertinya

system feudal-tradisional yang pernah berjalan senelumnya telah berjalan terus

dan niatnya untuk menghapus system feudal tidak lagi berlaku lagi.

Pada tahun 1811 kekuasaan tertinggi beralih pada Sir Thomas Stamford

Raffles sampai tahun 1826, maka politik colonial yang diterapkn raffles sama

seperti yang dijalankan oleh inggris di india yakni suatu system yang dikenal

48

Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya, 74

49

(54)

44

denan system pajak tanah (Condrent –System) atau system pemerintahan,

berdasarkan hokum kuno bahwa sewa tanah adalah milik penguasa (Raja).50

Bentuk pemerintahan raffles adalah didasarkan atas prinsip-prinsip liberal

berarti bahwa struktur tradisional dan feudal perlu dirombak dan diganti dengan

system baru yang didasarkan atas prinsip legal-rasionalitas.Sedangkan tugas dari

bupati hanya sebagai kepolisian pribumi karena pemerintahan Inggris

dikembalikan pada pemerintahan Belanda, maka tahun 1816 politik Raffles

terhadap oemerintahan pribumi dilanjutkan kembali. Kemudian pada tahun 1819

bupati tidak lagi bertugas menggaji pegawai-pegawai bawahanya, tetapi tugas

tersebut beralih pada pemerintahan colonial sendiri dengan berupa uang dan

perubahan ini adalah mengakhiri posisi bupati sebagai penguasa otonom dan

hanya menjadi birokrat-birokrat pribumi pada system administrasi oemerintahan

colonial.

Birokrat pribumi merupakan korps kerena ikatan profesi atau karena

unsure kekerabatan, korps adalah suatu kelompok sosial yang seolah-olah

memonopoli jabatan-jabatan kepangrehprajaan terutama jabatan pimpinan yang

biasanya disebut dengan istilah priyayi.51

Setelah masa kekuasaan raffles berakhir, belanda mengirim seorang

gurbenur jendral baru yakni Johanes Van Den Bosch. Karena akibat peperangan

Belanda dan Belgia (1830-1839) telah membuat kas pemerintah Belanda terkuras

50

Dnys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya, 75

51

(55)

45

habis, maka Bosch telah menerapkan system tananm paksa atau disebut dengan

Kltuuurstelsel atau Cultivation System.52

System tanam paksa yang diterapkan oleh Den Bosch didasarkan atas

system wajib atau paksa dan prinsip monopoli, prinsip yang pertama (tanam

paksa) sebenarnya system yang pernah dipakai sebelumnya yakni system feudal

dan tidka meneruskan system liberal yang pernah diterapkan oleh Raffles.

Menurut Den Bosch aturan system tanam paksa yang dibuatnya bahwa

pungutan pajak dari rakyat tidak lagi berupa uang, akan tetapi berupa hasil

tanaman yang dapat diekspor seprti: Gula, tebu dan dalam peraturan tersebut ada

sebagian pihak yang bebas pajak yakni pihak tani yang memiliki tanah (bumi),

tenaga rakyay yang dikerahkan untuk menuai, rakyat yang bekerja mengangkut di

pabrik dan pihak rakyat yang bekerja di pabrik.

Secara teoristis system tanam paksa akan membentuk hubungan langsung

antara pemerintah dan desa, dengan melampaui peranan Bupati sebagai

peranatanya. Sifat kepemimpinan bupati sebagai otoritas tertinggi di daerahnya

adalah palimortik (persegi banyak) sehingga dalam menyelenggarakan system

tanam paksa ini tugas bupati agak dipersempit yakni secara khusus hanya menjadi

pengawas dan menjamin produksi atau disebut dengan Scrieke yakni sebagai

mandor tnam paksa, meskipun begitu hal tersebut adalah sebuah peraturan bahwa

52

Suhardi, Sejarah Pemikiran, Rekontruksi, Presepsi 2 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), 26.

(56)

46

sesungguhnya bupati sebagai pranata atau agen pemerintah anya tinggal

meneruskan perintah dari atasan yakni pemerintahan belanda.53

Demikian adalah kebijakan- kebijakan pemerintah belanda yang di mulai

dari dandles yang menerapkan system kerja paksa dan kewajiban membayar pajak

kemudian pemerintahan rafles yang menerapkan system pajak tanah atau sewa

tanahkemudian dilanjutkan tindkan Van Den Bosch yang menerapkan system

tanam paksa, dengan berbagai model pemimpin colonial Belanda dan berbagai

pula kebijakan wilayah Sidayu masih menjadi perhatian pemerintah Belanda

untuk di jadikan wilayah pemerintahan.

gambar diatas adalah kantor kawedanan Sidayu yang terletak di sebalah

timur alun-alun sidayu, Sebagai daerah Kawedanan di bawah Residente Gresik

pada masa colonial Belanda, sidayu meninggalkan catatan pemerintahan Seperti

53

(57)

47

yang tercatat dalam arsip colonial yang naskah tersimpan di Arsip Nasional, di

masa Hindia Belanda, Sidayu merupakan daerah yang secara administrative

merupakan daerah setingkat district, dibawah keresidenan gresik, yang mana

sidayu membawahi lima Onderdistrict yaitu sidayu (sedajoe), Ujungpangkah

(Oedjoengpangkah), panceng (panjtjeng), Bungah (Boengah), dan Dukun

(Doekoen). Sementara itu komposisi penduduk sidayu terdiri dari Eropa , Arab,

Cina, dan Pribumi. Pegawai eropa biasanya menjadi pegawai negeri, penduduk

Arab dan Cina sebagai pedagang sedangkan Pribumi yang sendiri dari suku Jawa

dan Madura hidup sebagai petani dan nelayan. Di kota Sidayu sendiri penduduk

cina pun cukup banyak, oleh karena itu di kota tersebut diangkat pula

kepala-kepala kampong cina berpangkat letnan (luitenant) oleh pemerintah belanda.

Menurut sensus yang dilakukan pada tanggal 22 september hingga 5

Oktober 1930, komposisi jumlah penduduk District Sidayu sebagai berikut: orang

eropa sejumlah 16 orang, orang Arab sejumlah 12 orang, orang Cina sejumlah 194

orang, dan pribumi sejumlah 113.747 orang, hingga total penduduk district sidayu

keseluruhanya mencapai 113.969 orang. Adapun komposisi penduduk khusus di

Ondsrdistrict Sidayu sendiri sebagai berikut: orang Eopa sejumlah 9 orang, orang

Arab sejumlah 4 orang, orang cina sejumlah 157 orang, dan pribumi sejumlah

15.799 orang, hingga total penduduk di Onderdistrict Sidayu keseluruhanya

mencapai 15.969 orang.

Berdasarkan Regerings Almanak Voor Nederlands indie tahun 1938, disitu

Gambar

Gambar diatas adalah pintu gerbang menuju Masjid Kanjeng Sepuh
gambar diatas adalah kantor kawedanan Sidayu yang terletak di sebalah

Referensi

Dokumen terkait