• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika relasi aktor dalam pembebasan hak atas tanah: studi kasus pembebasan lahan proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika relasi aktor dalam pembebasan hak atas tanah: studi kasus pembebasan lahan proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar Surabaya."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA RELASI AKTOR DALAM PEMBEBASAN HAK ATAS TANAH (Studi Kasus Pembebasan Lahan Proyek Pembangunan Jalan MERR II-C Gunung

Anyar Surabaya)

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Filsafat Politik Islam

Oleh :

ATIKA VANIA NIM E04213010

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapangan yang bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika pembebasan tanah dalam proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar dan membahas mengenai relasi antar aktor yang terlibat dalam pembebasan tanah di wilayah Gunung Anyar tersebut.

Penelitian ini menggunakan teori elite dan teori tindakan sosial Weber. Dalam skripsi ini Teori elite digunakan sebagai alat analisis dalam mengklasifikasikan aktor serta pola relasi nya. Sedangkan, teori tindakan sosial Weber digunakan sebagai pijakan dalam menganalisis faktor-faktor penghambat pembebasan serta dinamikanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Dinas PU Bimanarga dan Pematusan Kota Surabaya, warga yang terdampak proyek serta kelompok-kelompok penekan yang muncul pada warga di tengah proses pembebasan tanah di Gunung Anyar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) dinamika pembebasan tanah di kelurahan Gunung Anyar menggambarkan pola hubungan yang menarik. Beberapa kendala yang muncul sangat beragam, namun yang paling kuat megenai faktor ganti kerugian. Aktor yang terlibat dibagi menjadi 2 kelompok yakni aktor pemerintahan dan masyrakat yang terdampak. (2) Relasi antar aktor berdasarkan kesepakatan dan juga ketidaksepahaman yang berbasis rasionalitas dan nilai. Dan stabilitas relasi nya

(unstable) atau Kurang menjalin koordinasi secara langsung antara pihak pemkot

dengan warga yang terdampak. Pola relasinya adalah Disosiatif, yakni interaksi yang memungkinkan kompetisi diantara keduanya.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

(8)

BAB II : LANDASAN TEORI ... 23

A. Teori Elite ... 23

B. Teori Tindakan Sosial Weber ... 27

C. Konsep Aktor... 32

D. Relasi Aktor... 35

E. Pembebasan Hak Atas Tanah... 37

BAB III : SETTING PENELITIAN ... 43

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 42

1. Kondisi Geografis ... 42

2. Kondisi Demografis ... 43

B. Proyek Pembangunan Jalan MERR II-C... 49

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ...... 55

A. Dinamika Pembebasan Hak Atas Tanah Proyek Pembangunan MERR II-C Gunung Anyar... ... 55

1. Identifikasi Aktor ... 57

2. Faktor Penghambat Pembebasan... 65

3. Mekanisme dan Sosialisasi... 71

B. Relasi Aktor Dalam Pembebasan Hak Atas Tanah Proyek Pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar... 74

BAB V : PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Surabaya merupakan salah satu kota dengan mobilitas penduduk dan

kepadatan penduduk yang tinggi. Surabaya sebagai gerbang pintu masuk

Indonesia bagian timur dituntut untuk memiliki sarana dan prasarana serta

infrastuktur yang memadai demi menunjang laju perekonomian yang ada.

Prasarana transportasi menempati peranan penting dan khusus dalam

menunjang pengembangan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan.

Salah satu prasarana transportasi berupa jalan, yang mana dapat

mempengaruhi perkembangan kota Surabaya kedepannya. Apalagi masalah

kemacetan adalah hal yang tidak bisa lepas dari kota ini. Kemacetan akan

menghambat laju mobiliasasi dan perekonomian yang ada di Surabaya.

Seiring dengan bertambahnya volume kendaraan namun tidak

sebanding dengan ruas jalan yang tersedia maka Kementerian Pekerjaan

Umum melalui Direktorat Jenderal Bina Marga melaksanakan program

dengan membangun jaringan jalan yang dapat menghubungkan daerah

pinggiran kota atau daerah luar kota menuju ke pusat kota. Jaringan jalan ini

bertujuan untuk memudahkan warga kota untuk bermobilitas serta dapat

(10)

2

kendaraan bermotor. Untuk menjawab permasalahan yang ada, dibangunlah

jalan lingkar / ring road untuk solusi kemacetan agar tidak bertambah parah.

MERR (Middle East Ring Road) atau dalam Bahasa Indonesia jalan

lingkar timur merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya

perbaikan infrastruktur dan ekonomi. Pembangunan ini dilaksanakan

berdasarkan Undang-Undang (UU) No.38 Tahun 2004 tentang Jalan. Tujuan

nya adalah untuk menyelesaikan Ruas Jalan Lingkar Timur Kota Surabaya

sepanjang 10,925 Km. Jalan tersebut menghubungkan akses ruas Tol Waru –

Bandara Juanda menuju ke utara sampai ke Jalan Kenjeran menuju akses

Jembatan Suramadu. Memperlancar arus lalu lintas khususnya di wilayah

Surabaya Selatan dan Timur dimana saat ini pengembangan di wilayah

tersebut sangat pesat. Pembangunan jalan MERR II-C ini adalah kelanjutan

dari pembangunan jalan MERR II-A dan MERR II-B yang telah rampung

diselesaikan.

Proyek MERR II-A dimulai dari persimpangan jalan Kenjeran,

Kecamatan Kenjeran, Surabaya hingga persimpangan jalan Mulyorejo

(kampus C Universitas Airlangga), Kecamatan Mulyorejo, Surabaya. Proyek

MERR II-B dimulai dari persimpangan jalan Mulyorejo, Kecamatan

Mulyorejo Surabaya hingga persimpangan jalan Arif Rahman Hakim,

Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Kedua proyek

tersebut (MERR II-A dan MERR II-B) sudah terealisasi terlebih dahulu.

(11)

3

Hakim, Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo, Surabaya hingga

persimpangan Pondok Candra, Kelurahan Tambak Sumur, Kecamatan Waru,

Kabupaten Sidoarjo. Proyek jaringan jalan MERR II-C ini sepanjang 7,56

km. Target dari proyek tersebut untuk mempersingkat jarak tempuh dari

Sidoarjo menuju ke Surabaya Timur. 1

Pembangunan terutama untuk fasilitas umum, pastinya memerlukan

tanah sebagai sarananya. Tanah yang luas akan mempermudah dalam

pembangunan fasilitas umum. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam

yang penting untuk kelangsungan hidup manusia. Namun persoalannya tanah

merupakan sumber daya alam yang terbatas dan saat ini semakin terus

berkurang. Tanah sudah banyak yang menjadi hak milik seseorang (swasta)

dan tanah milik negara pun saat ini sudah sangat terbatas.Masalah tanah erat

sekali hubungannya dengan manusia sebagai pemenuhan kebutuhannya demi

kelangsungan hidupnya. Bagi masyarakat Indonesia hak atas tanah dan benda-

benda yang ada diatasnya merupakan hukum yang penting, namun apabila

benar-benar diperlukan dapat dilakukan pencabutan dan pembebasan hak

tersebut untuk kepentingan pembangunan.

Pengadaan tanah dapat dikatakan merupakan salah satu kebijakan

pemerintah guna mendukung keberlangsungan pembangunan. Kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah dikeluarkan dalam bentuk peraturan yang telah

memiliki dasar hukum yang jelas dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan

(12)

4

yang telah digariskan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang

muncul di masyarakat. Pembangunan untuk memenuhi kepentingan umum

dalam diwujudkan dalam bentuk pembangunan infrastruktur, yang dalam

pelaksanaannya menuntut tersedianya lahan/tanah yang memadai. Sehingga

pembangunan dapat dilakukan dengan baik dan lancar, dan karena bertujuan

untuk kepentingan umum, maka hasil-hasil pembangunan yang dilaksanakan

oleh pemerintah ini tetap harus berorientasi pada hakikat ideal dari

pembangunan, yaitu mampu merealisasikan potensi manusia, sehingga

infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah di atas tanah milik rakyat ini

harus mampu memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas dan adanya

akses masyarakat akan pemanfaatan program-program pembangunan, tidak

hanya kepada kepentingan dan manfaat sebagian kelompok atau kepentingan

pemerintah saja.

Dalam praktek pelaksanaan pembangunan jalan untuk kepentingan

umum selalu menimbulkan masalah pada aspek pembebasan maupun

pemberian ganti kerugian. Anggapan seperti ini bisa jadi muncul karena

beberapa faktor yakni kurangnya peraturan yang mengatur, kebijakan yang

hanya menguntungkan sebagian pihak, ketidaksiapan aparat yang berwenang

atau juga karena tindakan aparat yang melampaui batas kewenangannya.

Proyek pembangunan jalan MERR IIC telah menuai konflik dalam hal

pembebasan tanah yang mengakibatkan terseretnya satgas dari Dinas

(13)

5

No Tanggal PERISTIWA

1 2008 Dimulai proyek MERR II C

2 2009-2010 Pembebasan Tanah MERR IIC Arief Rahman Hakim sampai

Semolowaru

3 2011 Pengerjaan Jalan MERR IIC Arief Rahman Hakim sampai

Semolowaru

4 2011 Negosiasi harga 2.680.000 yang ditawarkan oleh P2T

5 2012 Harga turun menjadi 1.750.000 Oleh P2T

6 Oktober

2013

Pembebasan Tanah Di Gunung Anyar sudah 50% dengan harga 2.5 juta per meter

7 21 Mei 2014 Terbongkarnya Kasus Mark Up dana MERR IIC dan

penetapan tersangka Djoko Waluyo dan Olli Faisol

8 26 Agustus

2014

Pembebasan tanah di Gunung Anyar berhenti karena DPUBMP trauma dengan kasus Mark Up

9 30 Maret

2015

Penjatuhan Vonis Majelis hakim terhadap Terdakwa

10 27 Mei 2015 Kontrak pembangunan MERR IIC oleh kontraktor PT Tectonia

Grandis

11 Agustus

2015

Dari sekitar 1,6 Km lahan di Gunung Anyar, yang belum dibebaskan ada 750 Meter.

12 April 2016 Pemkot berniat menyelesaikan pembebasan tanah di Gunung

Anyar

13 September

2016

Warga Gunung Anyar meminta harga 18 Juta Per M2

keputusan. Djoko Walujo, Olli Faisol dan Euis Darliana. Serta menyeret

beberapa warga yang membantu petugas dalam hal mark-up harga bangunan

dalam pembebasan lahan.

Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikan tabel kronologis

pembebasan tanah pada pembangunan MERR II-C:

Tabel 1.1

Kronologis Pembebasan Tanah MERR II-C

(14)

6

Setelah munculnya kasus tersebut, pembebasan tanah sempat terhenti

untuk beberapa waktu dikarenakan penyelesaian perkara hukum. Hal itu juga

menjadi sebuah trauma tersendiri bagi Dinas Pekerjaan Umum Binamarga dan

Pematusan. Kepala DPUBMP Kota Surabaya Erna Purnawati mengakui

belum ada yang berani mengerjakan proyek tersebut pasca perkara. Namun

saat ini pihaknya sudah membentuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang

berisi orang-orang baru untuk mempersiapkan pengerjaan kembali.“Kami

sudah mempersiapkan tim Pejabat Pembuat Komitmen Baru,”2

Selain Erna, Kepala Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan DPUBMP Kota

Surabaya, Ganjar Siswo Pramono, mengatakan, pihaknya tidak mau

menargetkan kapan pembebasan lahan selesai. Karena khawatir akan terulang

kasus penyalahgunaan wewenang yang berujung hukum.

“Kami tidak target. Agak trauma, kami tunggu sampai selesai. Apalagi

pemerintah pusat tahun ini tidak menganggarkan pembangunan fisik Jalan MERR," 3

Sedangkan Walikota Surabaya Tri Rismaharini optimistis proyek

pembangunan jalan MERR IIC akan terus berlanjut. Risma menyatakan

bahwa proses pembebasan persil lahan pemukiman warga di Gunung Anyar

2Magdalena Fransilia, Walikota Risma Akui Pembebasan Lahan Merr terkendala Kasus

Korupsi 2014”, http://surabaya.tribunnews.com/2015/06/26/wali-kota-risma-akui-

pembebasan-lahan-merr-terkendala-kasus-korupsi-2014 (diakses pada, Selasa 30 Desember 2016)

3 Sri Handi Lestari. Pemkot Surabaya Hanya Sediakan Lahan Pengerjaan Merr IIIC Oleh

Kementrian PU”, http://surabaya.tribunnews.com/2016/04/21/pemkot-surabaya-hanya-

(15)

7

telah dilanjutkan. "Sudah berjalan lagi. Saat ini yang persil pemukiman sudah

diproses pembebasannya,"4

Namun hingga saat ini proses pembebasan lahan di daerah Gunung

Anyar belum juga rampung, sehingga proyek jalan ini masih buntung pada

persimpangan jalan di daerah Gunung Anyar. Meskipun telah ada intruksi

langsung dari walikota untuk segera menyelesaikan proyek ini, juga telah

dibentuk petugas baru untuk menyelesaikan Pembebasan tanah di daerah

Gunung Anyar. Pembebasan tanah yang sulit menjadi salah satu faktor

penyebab proyek ini terhenti. Di satu sisi warga terdampak enggan

melepaskan tanahnya karena terkendala oleh ganti kerugian yang tidak sesuai

dengan mereka inginkan. Warga ingin pemerintah memberikan ganti kerugian

dengan nilai yang tinggi kepada mereka. Di sisi lain, petugas yang berwenang

untuk melakukan pembebasan tanah terlihat memiliki tendensi untuk

kepentingan masing-masing. Hal tersebut menimbulkan sebuah ketimpangan

yang menyebabkan proyek ini sulit terselesaikan. Pihak-pihak yang terlibat

terlihat memiliki tendensi kepentingannya sehingga menimbulkan alotnya

pembebasan lahan.

4 Arif Fajar.”Risma Sebut Pembebasan Lahan Proyek Merr C Berlanjut Lagi

(16)

8

Dalam proses pembebasan tanah terjadi interaksi antara masyarakat

dengan petugas pengadaan tanah yang diberikan wewenang untuk

menyelesaikan masalah pembebasan. Hal ini menjadi salah satu faktor

penunjang bekerhasilan dalam penyelesaian masalah pembebasan.

Kesejahteraan warga yang terdampak juga terkait dengan interaksi antar aktor

yang tercipta. Yang paling krusial dalam hal permasalahan pembebasan tanah

guna kepentingan umum, adalah produk sinergi interaksional dari beragam

aktor yang terlibat juga institusi yang berwenang atas penyelesaian

pembebasan tanah pada proyek pembangunan jalan MERR II-C ini.

Permasalahan ini berbeda dengan kasus sengketa tanah yang banyak

muncul. Bukan permasalahan sengketa tanah atau ketidak jelasan pemilik

yang dibahas melainkan berfokus pada aktor-aktor yang bermain dalam

pembebasan tanah. Aktor-aktor tersebut terlihat memiliki kepentingan

masing-masing. Atas permasalahan yang muncul tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “DINAMIKA RELASI

AKTOR DALAM PEMBEBASAN HAK ATAS TANAH (Studi Kasus

Pembebasan Lahan Pada Proyek Pembangunan Jalan MERR II-C Gunung

(17)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka, untuk lebih

memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini. Peneliti, menyajikan

rumusan masalah dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana dinamika dalam pembebasan hak atas tanah pada proyek

pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar?

2. Bagaimana relasi aktor dalam pembebasan ha katas tanah pada proyek

pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas. Maka, peneliti mempunyai tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menganalisis dinamika pada pembebasan hak atas tanah pada

proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar.

2. Untuk menganalisis relasi aktor dalam pembebasan hak atas tanah

pada proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar.

D. Manfaat Penelitian

Berhubungan dengan tujuan penelitian diatas. Maka, dapat peneliti

(18)

10

1. Manfaat Teoritis

a) Memperkaya literatur serta bahan kajian ilmu politik dalam upaya

perngembangan keilmuan.

b) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan

pembelajaran di penelitian-penelitian berikutnya,

2. Manfaat Praktis

a) Sebagai salah satu prasyarat untuk memenuhi tugas akhir dalam

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu.

b) Sebagai sarana pengembangan ilmu bagi penulis secara pribadi.

c) Diharapkan penelitian ini bisa membantu masyarakat mengetahui

permasalahan yang berkaitan dengan interaksi aktor dalam politik

pertanahan

E. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan topic

permasalahan tentang pembebasan tanah guna kepentingan umum ini perlu

dipaparkan untuk memberikan tambahan wacana ilmiah mengenai bagaimana

upaya yang perlu diambil oleh pembuat keputusan. Diantaranya adalah

sebagai berikut.

Rini Mulyanti (2013) dari Universitas Indonesia, menulis tesisnya

yang berjudul “ Analisis Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Studi

Kasus Pembangunan Jalan tol JORR WEST 2). Tesis ini membahas

(19)

11

perusahaan pengembang perumahan di wilayah Jakarta Barat. Dengan

menganalisa putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang telah

memenangkan perusahaan pengembang perumahan sampai ke tingkat kasasi.

Hingga dikeluarkannya surat Gubernur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

nomor 2349/1.7711.52 tanggal 2 november 2008.

Hasil penelitian yang diperoleh gambaran bahwa hasil putusan

Gubernur tidak memiliki dasar hukum yang kuat, sehingga kasus tersebut

dimenangkan oleh perusahaan pengembang perumahan. Secara teoritis

pelepasan hak dalam pengadaan tanah untuk kepentingan pemerintah,

sedangkan kenyataan proyek ini adalah proyek swasta namun pengadaan

tanahnya mengatasnamakan kepentingan umum.

Kevin Babtista Rewos (2012) dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan pembebasan Tanah Untuk

Pembangunan Pasar Inpres di Kota Ruteng Manggarai Nusa Tenggara

Timur”. Tesis ini membahas mengenai perlindungan hukum hak milik dari

pemegang tanah dalam pembebasan lahan untuk pembangunan pasar dalam

Instruksi Kota Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Masalah utama

adalah bagaimana fase tanah akuisisi untuk Pasar Inpres di Desa Pitak, Kota

Ruteng, Manggarai dan mengapa di gedung di Pasar Inpres Desa Pitak itu,

Kota Ruteng, Manggarai ada mantan pemegang hak atas tanah untuk ganti

rugi. Tujuan dari tesis ini adalah untuk mengetahui hukum, menganalisis dan

(20)

12

empiris yang dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data

utama. Data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data diperoleh melalui wawancara langsung dari

responden tentang objek yang diteliti dan kemudian dianalisis secara

kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi dari

pembebasan lahan untuk pasar konstruksi di kota Ruteng instruksi,Manggarai,

Nusa Tenggara Timur tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam

Peraturan Nomor 15 tahun 1975. Bentuk belum pelaksanaan perlindungan

hukum masih ada empat responden yang tidak memperoleh ganti rugi.

Dian Ayu Novianti (2014) dari Universitas Negeri Yogyakarta

menulis skripsi dengan judul Implementasi kebijakan pengadaan tanah dalam

pembangunan Tol Semarang-Solo (Ruas Jalan Bawean-Salatiga). Hasil dari

skripsi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan pengadaan tanah

berjalan lancar, pemegang hak tanah bersedia mengikuti prosedur yang ada.

Di balik kelancaran implementasi pengadaan tanah ini juga muncul kendala

pada proses musyawarah yang susah mencapai mufakat. Persoalan tersebut

menyebabkan proses pelaksanaa pembebasan lahan menjadi tertunda.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “DINAMIKA RELASI

AKTOR DALAM PEMBEBASAN HAK ATAS TANAH (Studi

(21)

13

C Gunung Anyar Surabaya)”. Adapun metode yang digunakan adalah

metode deskriptif kualitatif, dimana pendekatan kualitatif yang secara

sederhana dapat di jelaskan bahwa metode ini menggunakan

keterangan dari informan sebagai subjek dan selama penulisan data

yang penulis paparkan berasal langsung dari lapangan.

Penelitian kualitatif deskriptif merupakan prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode ini

menggunakan analisis proses dan makna lebih diperdalam dalam

penelitian kualitatif, penelitian ini juga harus fokus kepada fakta-fakta

yang terjadi di lapangan. Penelitian ini bersifat holistic (utuh) dan

sistematis terkait dengan suatu keseluruhan, tidak bertumpu pada

pengukuran sebab penjelasan mengenai suatu gejala diperoleh melalui

pelaku yang dalam hal ini adalah sasaran penelitian.5

Metode penelitian kualitatif merupakan proses atau prosedur

penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,

menganalisis data deskriptif yang berupa tulisan, ungkapan dan

perilaku manusia yang diamati.6 Lebih lanjut didefinisikan bahwa

penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

5 Nur Syam. Metode Penelitian dakwah . (Solo: Ramadhan 1991) 11.

6 M.Irfan Islami. Policy Analisis : Seri Monografi Kebijakan Public. (Malang: UNBRAW

(22)

14

pengamatan manusia dalam lingkungannya yang berhubungan dengan

orang-orang dengan bahasa dan istilah mereka sendiri.

2. Jenis Penelitian

Dalam hal ini penelitian yang dilaksanakan adalah berupa

penelitian yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis studi

kasus. Metode deskriptif analisis yaitu metode dimana penulis

mengumpulkan data-data penelitian yang diperoleh dari objek

penelitian dan literatur-literatur lainnya. Kemudian menguraikan secara

rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari

penyelesaiannya.7

Sedangkan, metode deskriptif kualitatif yang berbasis studi

kasus yaitu penelitian yang dimaksud untuk memahami tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, presepsi,

motivasi dan tindakan dan dengan cara deskripsi melalui kata-kata dan

bahasa pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai macam metode alamiah.8

3. Pemilihan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya

dan beberapa lokasi lain di Kota Surabaya Seperti, Dinas Pekerjaan

7 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD (Bandung: Alfabeta 2010) 218-

219.

(23)

15

Umum Bina Marga dan Pematusan, Badan Perencanaan dan

Pembangunan Kota. Karena mengingat pembahasan yang berkaitan

dengan penelitian ini adalah dinamika aktor yang terlibat dalam

pembebasan tanah pada proyek pembangunan jalan MERR II-C

Gunung Anyar. Alasan memilih Gunung Anyar sebagai lokasi utama

penelitian ini dikarenakan pembebasan tanah di Gunung Anyar

terbilang alot yang mengakibatkan proyek jalan ini buntung di

persimpangan jalan di Gunung Anyar.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2

yakni sebagai berikut :

a) Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber yang secara langsung

memberikan informasi dan data kepada peneliti.9 Sumber primer

penulis dapatkan dari data dan informasi yang berasal dari wawancara

dan observasi yang penulis dapatkan langsung dari narasumber yang

berhubungan langsung dengan proses pembebasan hak atas tanah di

Gunung Anyar.

b) Sumber Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang secara tidak

langsung memberikan informasi kepada pengumpul data. Data ini

(24)

16

digunakan sebagai pendukung data primer yang didapatkan langsung

dari proses wawancara maupun observasi langsung di lapangan.

Sumber data sekunder ini diharapkan mampu memberikan keterangan

pelengkap sebagai pembanding dari data yang berasal dari sumber

primer.10

Dalam penelitian ini sumber data sekunder penulis dapatkan

dari literatur dan dokumentasi. Sumber literatur yang penulis gunakan

adalah sebagai referensi teoritik yang berhubungan langsung dengan

kajian pustaka yang penulis teliti. Referensi ini baik berasal dari

sumber buku maupun sumber online (jurnal dan berita online).

Sedangkan untuk dokumentasi penulis dapatkan sebagai tambahan,

dalam hal ini adalah dokumen-dokumen yang ada pada kelurahan dan

dinas-dinas terkait pembebasan hak atas tanah dalam proyek

pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk mencari realitas kebenaran maka dibutuhkan

metode di bawah ini dalam penelitian yang dilakukan:

a). Metode Observasi

10 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif.

(25)

17

Metode ini merupakan pengamatan yang dilakukan secara

sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala

psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Metode ini penulis

gunakan untuk memperoleh data tentang lokasi, sarana letak geografis

objek penelitian pada proyek pembangunan jalan MERR IIC Gunung

Anyar Surabaya.

b). Metode Wawancara

Metode ini adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang

dinamakan interview guide (panduan wawancara). Metode ini penulis

gunakan untuk mendapatkan informasi dari aktor-aktor yang terlibat

langsung dalam pembebasan tanah di Gunung Anyar Surabaya.

Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah indepth

interview atau wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah

suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap

muka secara langsung agar mendapatkan informasi yang akurat dan

mendalam.

(26)

18

11 Ibid, 135.

Menurut Suharsimi dokumentasi ialah mencari data mengenai

suatu hal yang berasal dari pihak lain yang berupa catatan, buku, surat

kabar.11 Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi untuk

melengkapi data-data yang penulis peroleh langsung dari lapangan.

Data-data dan dokumentasi tersebut penulis pilih yang berkaitan

langsung dengan proses pembebasan tanah pada proyek MERR II-C

Gunung Anyar.

6. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan dengan

teknik purposive sampling, artinya dengan memilih narasumber yang

benar-benar mengetahui kondisi internal dan eksternal Lokasi

penelitian yang bertempat di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya.

sehingga mereka akan dapat memberikan informasi secara tepat

tentang bagaimana proses pembebasan tanah pada proyek

pembangunan jalan MERR IIC. Informan yang dipilih dalam

penelitian ini berikut:

a) Unsur pemerintah, yakni :

1) Dinas PU Bina Marga dan Pematusan

2) BAPPEKO

(27)

19

12 Ibid, 135.

4) RW

b) Masyarakat yang terdampak proyek, dan

c) Masyarakat sekitar yang mengetahui langsung dinamika

pembebasan hak atas tanah di Kelurahan Gunung Anyar.

7. Teknik Analisis Data

Moelong mendefinisikan analisis data sebagai proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja sebagaimana yang disarankan oleh data.12

Penelitian ini menggunakan model analisis data yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga hal

utama/alur kegiatan yang akan dilaksanakan dari awal hingga selesai,

yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Proses-proses analisis kualitatif tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a) Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyerdehanaan abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh

(28)

20

b) Penyajian Data, yaitu deskripsi pengumpulan informasi yang tersusun

yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

c) Penarikan Kesimpulan dan verifikasi, dari awal pengumpulan data

periset kualitatif mencari makna dari setiap data yang diperolehnya

dilapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan

konfigurasi yang mungkin ada alur kausalitas, dan proporsisi. Periset

yang kompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu secara

longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan telah disediakan.

Selama penelitian masih berlangsung, setiap kesimpulan yang

ditetapkan akan terus menerus diverifikasi agar benar-benar valid dan

kokoh.

8. Pengujian Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, penulis menggunakan

triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,

dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Yang dijelaskan

sebagai berikut:

a) Triangulasi Sumber

(29)

21

dilakukan dengan cara mengecek data yang yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Seperti halnya dalam penelitian ini akan

dilakukan triangulasi kredibilitas mengenai data yang peneliti

peroleh dari masyarakat Gunung Anyar dan Pemerintah Kota

Surabaya.

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda. Misalnya dalam penelitian ini yang

peneliti peroleh dari kabar berita, lalu akan dicek dengan observasi,

dokumentasi. Jika kedua teknik tersebut menghasilkan data yang

berbeda-beda maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut

kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data

mana yang dianggap benar.

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan yang akan di bahas dalam laporan

skripsi ini diantaranya sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan. Memuat Latar belakang, rumusan masalah,tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, tinjuan pustaka, metode

(30)

22

BAB II : Landasan Teori. Memuat Teori Elite, Teori Tindakan Sosial, Konsep

menegani Aktor, dan Konsep Pembebasan Hak Atas tanah,

BAB III : Setting Penelitian, yang memuat tentang Deskripsi umum lokasi

penelitian yang terdiri dari kondisi geografis maupun kondisi demografis

kelurahan Gunung Anyar.

BAB IV : Penyajian data dan analisis data. Pada bab ini akan dipaparkan

mengenai data yang diperoleh di lapangan serta analisis mengenai relasi aktor

yang terlibat dalam pembebasan tanah pada proyek pembangunan jalan

MERR IIC Gunung Anyar.

` BAB V : Berisi tentang Penutup yakni kesimpulan dan saran sebagai jawaban

atas pertanyaan pada bab pertama yang dianalisis melalui bab ke dua dan

(31)

23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Elite

Elite merupakan orang-orang yang berhasil, dan mampu menduduki

jabatan tinggi dan dalam lapisan masyarakat.1 Filfredo Pareto mengatakan

bahwa yang disebut Elite adalah sekelompok kecil individu yang memiliki

kualitas-kualitas terbaik yang dapat menjangkau pusat kekuasaan politik.2

Para elite merupakan sekelompok kecil orang yang ada di tengah-tengah

masyarakat yang plural, dimana mereka memiliki kualitas-kualitas yang

diperlukan di dalam masyarakat, sehingga dengan kualitas tersebut

masyarakat memilih mereka sebagai orang yang dihormati perilaku dan

tindakannya.3

Dari beberapa definisi mengenai elite tersebut dapat disimpulkan

bahwa elite adalah orang yang berhasil mendapatkan kekuasaan atau pengaruh

terhadap orang lain. Baik itu kekuasaan secara sah maupun tidak sah, yang

diperhitungkan disini adalah dia telah memberikan pengaruh atas kekuasaan

yang dimilikinya dan memberikan sebuah jalan keluar atas permasalahan

orang di bawah kekuasaannya.

1

Sp.Varma, teori politik modern, (Jakarta: Raja Grafindo 2010) 200

2 Elly M. Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Prenada Media 2013) 40

(32)

24

Selanjutnya, teori elite menegaskan bahwa ia bersandar pada

kenyataan bahwa setiap masyarakat terbagi dalam 2 kategori yang luas

yang mencakup:

1. Sekelompok kecil manusia yang berkemampuan dan karenanya

menduduki posisi untuk memerintah.

2. Sejumlah besar massa yang ditakdirkan untuk diperintah.4

Konsep dasar teori yang lahir di eropa ini mengemukakan bahwa di

dalam kelompok penguasa (the ruling class) selain ada elite yang berkuasa

(the ruling elite) juga ada elite tandingan, yang mampu meraih kekuasaan

melalui massa jika elite yang berkuasa kehilangan kemampuannya untuk

memerintah. Dalam hal ini, massa memegang sejenis control jarak jauh atas

elite yang berkuasa, tetapi karena mereka tak begitu acuh dengan permainan

kekuasaan, maka tak bisa diharapkan mereka akan menggunakan

pengaruhnya.5

Konsep elite merupakan konsep yang paling sentral dalam politik.

Karena elite inilah yang melahirkan kebijakan-kebijakan atau mengurus

kepentingan rakyat yang menyangkut kepentingan orang banyak. Perilaku

politik seorang individu ditentukan oleh elite politik yang sedang berkuasa,

sehingga baik buruknya politik sangat tergantung pada perilaku elitenya. Para

4 Elly M. Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi Politik,

(Jakarta: Prenada Media 2013) 197

(33)

25

pemimpin agama juga dapat dikategorikan kedalam elite, karena mampu

memberikan pengaruhnya terhadap para pengikutnya. Mereka yang masuk

dalam kategori elite ini memiliki sejumlah peranan dalam masyarakat yang

mana peranan tersebut adalah merupakan jalan keluar bagi persoalan

masyarakat.6

Filfredo Pareto (1848-1923) percaya bahwa setiap masyarakat

diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas-kualitas

yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan social dan politik

yang penuh. Mereka yang bias menjangkau pusat kekuasaan adalah selalu

merupakan yang terbaik. Merekalah yang dikenal sebagai elite. Pareto juga

percaya bahwa elite yang ada pada pekerjaan dan lapisan masyarakat yang

berbeda itu umumnya datang dari kelas yang sama; yaitu orang- orang yang

kaya dan juga pandai, karena itu menurut pareto masyarakat terdiri dari 2

kelas:

1. Lapisan atas, yaitu elite, yang terbagi ke dalam elite yang

memerintah (governing elite) dan elite yang tidak memerintah

(non governing elite).

2. Lapisan yang lebih rendah, yaitu non-elite. Pareto sendiri lebih

memusatkan perhatiannya pada elite yang memerintah, yang

(34)

26

menurut dia, berkuasa karena bias menggabungkan kekuasaan dan

kelicikan, yang dilihatnya sebagai hal yang sangat penting.7

Tak jauh berbeda dengan Pareto, Gaetano Mosca (1858 -

1941) memberikan gagasan tentang elite bahwa dalam semua

masyarakat selalu muncul dua kelas, yaitu kelas yang berkuasa dan

kelas yang dikuasai. Kelas yang menguasai jumlahnya lebih sedikit,

melaksanakan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan

menikmati keistimewahan. Sedangkan kelas yang dikuasai

jumlahnya lebih banyak, diperintah, dan dikendalikan oleh kelas

yang memerintah dengan cara yang masa kini kurang lebih legal

diktatorial dan kejam.8

Sedangkan mosca juga menilai komposisi elite melalui peran

kekuatan sosial yang dimiliki. Dan mengenalkan konsep sub elite.

Menurut Mosca yang tergolong dalam sub elite adalah mereka kelas

menengah yang terdiri dari para pegawai negeri sipil, para manager

industri, ilmuwan dan mahasiswa. Kelas menengah ini dianggap sebagai

elemen vital dalam kehidupan bermasyarakat yang mengatur stabilitas

politik.9

Pada kesimpulannya, baik Pareto, maupun Mosca, keduanya

7 Ibid, 201

8 TB. Bottomore, Elite dan Masyarakat. (Jakarta: Akbar Tandjung Institute Press 2006) 30.

(35)

27

memusatkan kajiannya pada elite dalam artian kelompok orang yang

secara langsung menggunakan atau berada dalam posisi memberikan

pengaruh yang sangat kuat terhadap penggunaan kekuatan politik.

B. Teori Tindakan Sosial Weber

Max Weber mengatakan, individu manusia dalam masyarakat

merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang

statis dari pada paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak

sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nilai, dan sebagainya yang

tercakup di dalam konsep fakta sosial. Walaupun pada akhirnya Weber

mengakui bahwa dalam masyarakat terdapat struktur sosial dan pranata sosial.

Dikatakan bahwa struktur sosial dan pranata sosial merupakan dua konsep

yang saling berkaitan dalam membentuk tindakan sosial.10

Max Weber dalam memperkenalkan konsep pendekatan verstehen

untuk memahami makna tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang

dalam bertindak tidak haya sekedar melaksanakannya tetapi juga

menempatkan diri dalam lingkungan berfikir dan perilaku orang lain. Konsep

pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang

hendak dicapai atau in order to motive.11 Interaksi sosial merupakan perilaku

yang bisa dikategorikan sebagai tindakan sosial. Dimana tindakan sosial

10 Prof. DR. I.B Wirawan. Teori-Teori Sosial dalam tiga paradigma. (Jakarta: Kencana

Prenada Media 2012) 79.

(36)

28

merupakan proses aktor terlibat dalam pengambilan-pengambilan keputusan

subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

dipilih, tindakan tersebut mengenai semua jenis perilaku manusia, yang di

tujukan kepada perilaku orang lain, yang telah lewat, yang sekarang dan yang

diharapkan diwaktu yang akan datang. tindakan sosial (social action) adalah

tindakan yang memiliki makna subjektif (subjective meaning) bagi dan dari

aktor pelakunya. Tindakan sosial seluruh perilaku manusia yang memiliki arti

subjektif dari yang melakukannya. Baik yang terbuka maupun yang tertutup,

yang diutarakan secara lahir maupun diam-diam, yang oleh pelakunya

diarahkan pada tujuannya. Sehingga tindakan sosial itu bukanlah perilaku

yang kebetulan tetapi yang memiliki pola dan struktur tertentudan makna

tertentu.12

Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam

klasifikasinya sampai mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan rasional

menurut weber berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan

bahwa tindakan itu nyata.13 Atau dengan kata lain rasional adalah segala

sesuatu yang dapat di nalar dan masuk akal. Sedangkan Weber memberikan

contohnya pada seseorang yang membeli baju dengan harga yang murah

ketimbang harga yang mahal adalah hal yang dianggap rasional. Bagi weber,

konsep rasionalitas merupakan kunci bagi suatu analisa obyektif mengenai

12 Ibid, 83

13 Doyle P Johnson, Teori sosiologi klasik dan modern (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

(37)

29

14 Ibid, 219

arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis-

jenis tindakan sosial yang berbeda. Pendekatan obyektif hanya berhubungan

dengan gejala yang dapat diamati seperti benda fisik atau perilaku nyata,

sedangkan pendekatan subyektif berusaha untuk memperhatikan juga

gejala-gejala yang sulit ditangkap dan tidak dapat diamati seperti perasaan

individu, pikirannya, dan motif-motifnya.

Perbedaan juga dapat dilihat dalam hubungannya dengan hal dimana

pengalaman subyektif pribadi seseorang dimiliki bersama oleh suatu

kelompok sosial, pengalaman subyektif dapat dimengerti karena dialami

bersama secara meluas, dapat dilihat sebagai obyektif sedangkan

pengalaman subyektif yang tidak dapat dikomunikasikan atau dimengerti,

tetapi tidak dapat ditangkap sebagai suatu pengalaman pribadi yang benar-

benar subyektif, meskipun sangat ril bagi orang yang bersangkutan.14

Max Weber dalam mengklasifikasikan empat jenis tindakan sosial

yang mempengaruhi system dan struktur sosial masyarakat yaitu:

1. Rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)

Jenis Tindakan sosial Rasional instrumental ini merupakan

tindakan yang memiliki rasionalitas paling tinggi, yang meliputi pilihan yang

sadar (masuk akal) yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat

(38)

30

16 Ibid, 220

macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu

kriteria menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling

bersaingan, lalu individu menilai alat yang mungkin dapat

dipergunakan untuk mencapai tujuan.15

Rasional instrumental merupakan Tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang

dipergunakan untuk mencapainya.16

Dalam tindakan ini manusia melakukan suatu tindakan sosial

setelah mereka melalui pertimbangan matang mengenai tujuan dan cara yang

akan ditempuh untuk meraih tujuan itu. maksudnya tindakan atau perilaku

yang dilakukan memang jelas untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan sosial

itu sudah dipertimbangkan masak-masak tujuan dan cara yang digunakan

untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia dalam melakukan tindakan

atau perilaku itu sadar akan apa yang dilakukannya dan sadar akan tujuan

tindakannya. Jika dihubungkan dengan peneliteian ini jenis tindakan rational

instrumental ini merupakan salah satu jenis tindakan sosial yang cocok untuk

menganalisis peneliteian tentang proses pemberian ganti kerugian pada

pembebasan tanah pada proyek pembangunan MERR II-C Gunung Anyar.

2. Rasionalitas yang berorientasi nilai (Werk Rational)

Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai merupakan tindakan

15 Doyle Paul Jochnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.(Gramedia Pustaka: Jakarta,

(39)

31

17 Ibid, 221.

sosial yang hampir sama dengan tindakan rasional instrumental, yaitu

tindakan yang dilakukan telah melalui pertimbangan yang matang dan

mempunyai tujuan yang jelas, yang membedakannya terletak pada nilai- nilai

yang menjadi dasar dalam tindakan ini.

Yaitu alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute atau merupakan nilai akhir baginya. Individu merupakan alat untuk mencapai nilai-nilai seperti itu.17

Tindakan sosial ini memperhitungkan manfaat, sedangkan tujuan yang

dinginkan tidak terlalu dipertimbangkan. Kriteria baik dan benar merupakan

menurut penilaian dari masyarakat Bagi tindakan sosial ini yang penting

adalah kesesuaian tindakan dengan nilai-nilai dasar yang berlaku dalam

kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai budaya dan

agama bisa juga juga nilai-nilai lain yang menjadi keyakinan disetiap individu

masyarakat. Setiap individu atau kelompok masyarakat mempunyai

keyakinan terhadap nilai-nilai yang berbeda jadi tindakan yang dilakukan

oleh setiap individu menurut jenis tindakan ini mempunyai makna yang

berbeda-beda.

3. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action)

Tindakan ini berbeda dengan tindakan rasional instrumental dan

tindakan rasionalitas berorientasi nilai, karena tindakan afektif tidak

(40)

32

18 Ibid, 221.

karena pengaruh emosi dan perasaan seseorang.

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif, tindakan ini benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideology, atau criteria rasional lainnya.18

Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan

ekspresi emosional dari individu.

4. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional action)

Tindakan sosial ini dilakukan oleh seseorang karena mengikuti

tradisi atau kebiasaan yang sudah diajarkan secara turun temurun dan telah

baku dan tidak dapat diubah. Jadi tindakan ini tidak melalui perencanaan yang

sadar terlebih dahulu, baik dari caranya maupun tujuannya. Karena

mengulangnya dari kebiasaan yang sudah dilakukan secara turun temurun

Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh

dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau emosi tanpa refleksi

intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif bersifat spontan, tidak

rasional dan merupakan refleksi emosional dari individu. Apabila dalam

kelompok masyarakat ada yang di dominasi oleh orientasi tindakan sosial ini

maka kebiasaan dan pemahaman mereka akan di dukung oleh kebiasaan

atau tradisi yang sudah lama ada di daerah tersebut sebagai kerangka

(41)

33

C. Konsep Aktor

Secara sederhana, aktor politik adalah mereka yang terlibat dalam

proses politik. Menurut McNair, yang termasuk aktor politik adalah orang

atau individu dalam sebuah organisasi politik, partai politik, organisasi publik,

kelompok penekan, dan bahkan teroris. Dan Nimmo menyebut kriteria aktor

politik adalah orang yang berbicara tentang politik atau dalam setting politik,

seperti politikus, profesional, dan aktivis.19

Aktor mempunyai posisi yang amat strategis bersama-sama

dengan faktor kelembagaan (institusi) kebijakan itu sendiri. Interaksi

Aktor dan kelembagaan inilah yang kemudian menentukan proses perjalanan

dan strategi yang dilakukan oleh komunitas kebijakan dalam makna yang

lebih luas. Pada prinsipnya aktor kebijakan adalah mereka yang selalu dan

harus terlibat dalam setiap proses analisis kebijakan publik, baik

berfungsi sebagai perumus maupun kelompok penekan yang senantiasa

aktif dan proaktif di dalam melakukan interaksi dan interelasi di dalam

konteks analisis kebijakan publik.20

Sedangkan aktor dalam kebijakan meliputi aktor internal birokrasi dan

aktor eksternal yang selalu mempunyai konsern terhadap kebijakan. Mereka

dapat terdiri dari aktor individu maupun kelompok yang turut serta dalam

19Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, (Terjemahan),

Bandung: Rosdakarya, 2004, hlm. 30.

20 Muhlis Madani, Dimensi Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan Kebijakan Publik

(42)

34

setiap perbincangan dan perdebatan tentang kebijakan publik. Dengan

demikian dapat dipahami bahwa makna aktor dalam kaitannya dengan

kebijakan publik selalu terkait dengan pelaku dan penentu terhadap suatu

kebijakan yang berinteraksi dan melakukan interelasi di dalam setiap tahapan

proses kebijakan publik. Merekalah pada dasarnya yang menentukan pola dan

distribusi kebijakan yang akan dilakukan oleh birokrasi yang di dalam proses

interaksi dan interelasinya cenderung bersifat konfliktif. dibandingkan dengan

sifatnya yang harmoni dalam proses itu sendiri.21

Dengan memperhatikan berbagai ragam dan pendekatan dalam

memahami berbagai Aktor maka konsep dan konteks aktor adalah sangat

terkait dengan macam dan tipologi suatu kebijakan yang diberikan oleh

pemerintah. Aktor dapat dipilah menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok

dalam organisasi birokrasi (the official policy makers) dan yang lain adalah

kelompok di luar birokrasi (un-official policy makers). Aktor dapat

digolongkan kedalam kelompok formal dan kelompok non formal seperti

badn-badan administrasi pemerintah yang meliputi eksekutif, legislatif

maupun yudikatif, sementara itu kelompok non formal dapat terdiri dari:22

1. Kelompok kepentingan (interest groups), kelompok kepentingan

merupakan kelompok yang berusaha mempengaruhi kebijakan

pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik.

(43)

35

Kelompok ini tidak berusaha mempengaruhi pengelolaan

pemerintah secara langsung. Kelompok kepentingan juga berbeda-

beda antara lain dalam struktur gaya dan basis dukungannya.

Perbedaan-perbedaan tersebut sangat mempengaruhi kehidupan

politik, ekonomi pada suatu bangsa.23

2. Kelompok penekan. Kelompok penekan merupakan kelompok

yang dapat mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan

pemerintah melalui cara-cara persuasi, propaganda atau cara lain

yang lebih efektif.24

3. Warga negara individual

Berikut merupakan beberapa fungsi aktor politik:25

1. Menentukan manajemen publik. Di sini keputusan politik harus

dilakukan oleh aktor politik pada saat yang tepat. Di sini pun aktor

politik harus bisa memprioritaskan program, sehingga bisa memilih

mana yang bisa disetujui dan mana yang tidak.

2. Menjaga keseimbangan sosial. Di sini aktor politik dituntut menjadi

peredam gejolak, baik itu dari pihak internalnya sendiri, maupun

23 Elly M. Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Prenada Media 2013) 43.

24 Ibid, 45

25 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, (Terjemahan),

(44)

36

dari rakyat secara umum, karena aktor politik harus bisa menjaga

kondisi politik tetap kondusif untuk diurus (governable).

3. Mengajukan pemikiran pemerintahan yang mendukung rasionalitas

sosial. Di sini aktor politik harus bisa memprioritaskan produk-

produk kebijakan yang membawa pada kemaslahatan masyarakat.

Dari fungsi-fungsi di atas, nyatalah bahwa aktor politik adalah individu

atau kelompok yang mencari sebuah penghargaaan demi mewujudkan

kepentingan mereka dengan jalan konflik ataupun kerjasama dalam konteks

kebijakan publik. Nampak bahwa mereka yang mendominasi suatu

pemerintahan lebih dianggap sebagai aktor politik utama.

D. Relasi Aktor

Relasi ada pola hubungan antara satu aktor dengan aktor lainnya.

Relasi ini didasari atas proses Interaksi yang terjalin diantara keduanya.

Interaksi yang terjadi umumnya berbentuk kerjasama (cooperation) dan

bahkan pertikaian atau pertentangan (competition). Gillin dalam Soekanto

menyatakan penggolongan proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya

interaksi sosial yaitu:

1. Asosiatif, interaksi ini adalah pola interaksi dengan menajaga

hubungan baik diantara kedua aktor. Seperti, Kerjasama,

(45)

37

2. Disosiatif, pola interaksi ini memungkinkan kompetisi diantara

keduanya. Seperti kontraversi, pertentangan dan pertikaian26

Kemudian Stone menjelaskan 4 tipologi dalam penggunanan

kekuasaan antar institusi :

1. Decisional, interaksi terbentuk karena penggunaan kekuasaan atau

wewenang yang dimiliki oleh masing-masing kelompok yang

terlibat untuk memperjuangkan kepentingannya atau dalam

konteks kebijakan adalah untuk menetapkan pilihan pilihan akhir

kebijakan.

2. Anticipated reaction, interaksi yang bersifat langsung namun yang

terbentuk karena struktur kekuasaan dan penguasaan atas sumber

daya pada situasi tertentu

3. Nondecision making, interaksi yang diidentifikasi adanya

kelompok yang kuat atau mayoritas berupaya mempengaruhi

kebijakan. Interaksi tipe ini juga dapat melibatkan pihak ke tiga

atau eksternal untuk mendukung salah satu aktor kebijakan.

Pengaruh eksternal ini menjadi bagian dari kekuasaan dan

kepentingan elite.

4. Systemic, interaksi yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh

system seperti sistem politik, ekonomi, sosial. Hal ini

26 Muhlis Madani, Dimensi Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan Kebijakan Publik

(46)

38

diidentifikasikan melalui perilaku elite/ pejabat yang berpihak

kepada kelompok kepentingan tertentu. Dalam tipe interaksi ini

penggunaan kekuasaan dilakukan oleh tiga kelompok atau aktor

yang menempatkan pejabat public pada posisi tengah27

E. Pembebasan Hak Atas Tanah

1. Pengertian Pembebasan Tanah

Pembebasan tanah ialah melepaskan hubungan yang semula di antara

pemegang hak penguasa atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi.

Bahwa setiap hak atas tanah dapat di serahkan secara sukarela kepada Negara

penyerahan sukarela inilah yang di sebut melepaskan hak. Dalam praktek

kebanyakan sukarela itu tidak murni lagi sebab sudah ada unsur paksaan, atau

penyerahan sukarela adalah akibat tindakan penggusuran oleh suatu pihak

yang membutuhkan tanah di lepaskan itu

Instansi yang memerlukan tanah harus mengajukan permohonan

pembebasan hak atas tanah kepada gubernur atau kepala daerah, dengan

mengemukakan maksud dan tujuan penggunaan tanahnya. Setelah menerima

permohonan, gubernur meneruskan permohonan itu kepada panitia

pembebasan tanah. Panitia pembebasan tanah lalu mengadakan penilitian

terhadap data dan keterangan yang bersangkut paut. Jika di anggap perlu

(47)

39

panitia dapat memanggil pihak-pihak yang bersangkutan untuk di mintai

keterangan dan menetapkan besarnya ganti rugi

Pihak yang minta pembebasan tanah membayar ganti rugi yang telah

di tetapkan oleh panitia, langsung di bayarkan kepada pemegang hak atas

tanah. Bersamaan dengan pembayaran ganti tugi itu di buat akta pelepasan ha

katas tanah. Setelah selesai pembayaran ganti rugi dan di buat akta pelepasan

hak , maka instanssi yang membebaskan tanah itu mengajukan permohonan

kepada instansi yang berwenang agar kepadanya di berikan sesuatu ha katas

tanah. Penyelesaian permohonan itu di lakukan menurut PMDN No 5 tahun

1973.

2. Hak Atas Tanah

Hak atas tanah dalam sistem UUPA (undang-undang pokok agraria)

terdapat dalam Pasal 16 Ayat (1) UUPA, meliputi hak milik, hak guna usaha,

hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka hutan, hak

memunggut hasil hutan, dan hak lain-lain yang tidak termasuk ke dalam hak-

hak tersebut diatas, yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang serta Hak-

Hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53 UUPA.

Yang dimaksud dengan hak-hak yang sifatnya sementara adalah hak-hak yang

masih diatur oleh hukum adat, dan hak-hak ini nantinya akan hapus.28

28 Bachsan Mustafa, Hukum Agraria Dalam Perspektif, (Bandung: Remadja Karya, 1988),

(48)

40

Semua hak atas tanah itu mempunyai sifat-sifat kebendaan (zakelijk

character), yaitu: dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain, dapat

dijadikan jaminan suatu hutang, dan dapat dibebani hak tanggungan.29

Macam-macam hak atas tanah dimuat dalam pasal 16 ayat 53 UUPA,

yang dikelompokkkan menjadi 3 bidang, yaitu:

a. Hak atas tanah yang bersifat tetap. Hak-hak atas tanah ini akan tetap

ada selama UUPA masih berlaku atau belum dicabut dengan undang-

undang yang baru. Contoh: HM, HGU, HGB, Hak Pakai, Hak Sewa untuk

Bangunan dan Hak Memungut Hasil Hutan. Hak atas tanah yang akan

ditetapkan dengan undang-undang Hak atas tanah yang akan lahir

kemudian, yang akan ditetapkan dengan undang-undang.

b. Hak atas tanah yang bersifat sementara. Hak atas tanah ini sifatnya

sementara, dalam waktu yang singkat akan dihapus dikarenakan

mengandung sifat-sifat pemerasan, feodal dan bertentangan dengan jiwa

UUPA. Contoh: Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, dan

Hak Sewa Tanah Pertanian.

c. Hak-hak atas air dan ruang angkasa sebagai yang dimahsud dalam

pasal 4 ayat 3 ialah:

1. Hak guna air

2. Hak pemeliharaan dan penangkapan ikan

3. Hak guna-ruang-angkasa30

(49)

41

3. Ganti Kerugian Tanah

Pada ketentuannya, Ganti Kerugian diberikan kepada pemegang Hak

atas Tanah. Untuk hak guna bangunan atau hak pakai yang berada di atas

tanah yang bukan miliknya, Ganti Kerugian diberikan kepada pemegang

hak guna bangunan atau hak pakai atas bangunan, tanaman, atau benda lain

yang berkaitan dengan tanah yang dimiliki atau dipunyainya, sedangkan

Ganti Kerugian atas tanahnya diberikan kepada pemegang hak milik atau hak

pengelolaan.31

Pemberian Ganti Kerugian pada prinsipnya harus diserahkan

langsung kepada Pihak yang Berhak atas Ganti Kerugian. Apabila

berhalangan, Pihak yang Berhak karena hukum dapat memberikan kuasa

kepada pihak lain atau ahli waris. Penerima kuasa hanya dapat menerima

kuasa dari satu orang yang berhak atas Ganti Kerugian.

Yang berhak antara lain:

a) pemegang hak atas tanah

b) pemegang hak pengelolaan;

c) nadzir, untuk tanah wakaf;

d) pemilik tanah bekas milik adat;

e) masyarakat hukum adat;

30 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: PT Djambatan, 1989), 10.

(50)

42

f) pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik;

g) pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/atau

h) pemilik bangunan, tanaman atau benda lain yang berkaitan dengan

(51)

42

BAB III

SETTING PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis Kelurahan Gunung Anyar Surabaya

Kelurahan Gunung Anyar adalah salah satu kelurahan yang berada

di Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya. Kelurahan Gunung Anyar

terletak pada ketinggian 3 meter diatas permukaan laut, suhu udara 30

derajat Celcius dan dengan intensitas curah hujan 2000-3000 mm per

tahun. Kelurahan Gunung Anyar Surabaya ini memiliki luas wilayah

sebesar 294.218 Ha. Berikut adalah batas-batas wilayah Kelurahan

Gunung Anyar Kota Surabaya dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1

Batas Wilayah Kelurahan Gunung Anyar

Batas Keterangan

Sebelah Utara Kelurahan Rungkut Kidul

Sebelah Timur Kelurahan Gunung Anyar Tambak

Sebelah Selatan Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Barat Kelurahan rungkut tengah dan Rungkut Menanggal

Sumber: Buku Besar Kelurahan Gunung Anyar dalam angka 2016

Dengan luas wilayah sebesar 294.218 Ha, digunakan sebagai

(52)

43

Perkantoran sebesar 4.51M2, fasilitas umum sebesar 27 Ha dan lain-lain

sebesar 68.336 Ha. Secara administratif Kelurahan Gunung Anyar ini

mempunyai 8 Rukun Warga (RW) dan mempunyai 59 Rukun Tetangga

(RT).

Sedangkan untuk jarak orbitrasi (Jarak pusat pemerintah

Kelurahan) Gunung Anyar adalah sebagai berikut:

Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : ±0Km

Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota : ±18Km

Jarak dari Pusat Pemerintahan Propinsi : ±25Km

Jarak dari Ibukota Negara : ±900Km

2. Kondisi Demografis Kelurahan Gunung Anyar Surabaya

Kondisi demografis meliputi ukuran, struktur, dan distribusi

penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibar

kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.

a) Penduduk

Dari data yang diperoleh, jumlah penduduk akhir tahun menurut

jenis kelamin berdasarkan yang tercatat dan teresgistrasi di kelurahan

(53)

44

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Keluarahan Gunung Anyar

Jumlah Laki-laki 10.444 Jiwa

Jumlah Perempuan 10.350 Jiwa

Jumlah Total 20.794 Jiwa

Jumlah Kepala Keluarga 5180 KK

Sumber: Buku Besar Kelurahan Gunung Anyar dalam angka 2016

Dari tabel jumlah penduduk di atas, dapat diketahui bahwa

jumlah penduduk di Kelurahan Gunung Anyar Kota Surabaya terbilang

banyak. Tabel diatas menjelaskan bahwa Jumlah penduduk di Kelurahan

Gunung Anyar sebesar 20.794 Jiwa, dengan keterangan penduduk yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10.444 Jiwa dan penduduk yang

berjenis kelamin perempuan sebanyak 10.350 Jiwa dan total jumlah

keluarga ada 5.180 KK.

b) Status Pertanahan

Dari data yang penulis dapatkan di lapangan, untuk status

pertanahan yang ada di Kelurahan gunung Anyar akan dipaparkan dalam

(54)

45

Tabel 3.3

Status Pertanahan Kelurahan Gunung Anyar

Keterangan Luas

Sertifikat Hak Milik 771 Bidang

Sertifikat Hak Guna Usaha 15 Bidang

Sertifika Hak Guna Bangunan 4727 Bidang

Sumber: Buku Besar Kelurahan Gunung Anyar dalam angka 2016

c) Keadaan Sosial Budaya

Mengenai keadaan sosial dan budaya di kelurahan Gunung

Anyar terbilang masih melestarikan tradisi-tradisi yang diwarisi oleh

nenek moyang. Beberapa tradisi yang masih dipertahankan oleh

masyarakat Kelurahan Gunung Anyar adalah sebagai berikut:

1) Tingkepan adalah sebuah upacara keagamaan untuk seorang ibu

yang sedang hamil. Acara ini biasanya dilakukan saat usia

kehamilan menginjak bulan ke 7. Tingkepan selalu dilakukan oleh

masyarakat Gunung Anyar yang sedang hamil guna mendoakan

agar jabang bayi yang lahir kelak dapat menjadi anak yang

berbakti dan berguna bagi nusa bangsa dan agama. Dalam acara

(55)

46

mengumpulkan sanak saudara maupun tetangga untuk berdoa

bersama-bersama yang ditujukan kepada si jabang bayi.

2) Megengan, yakni sebuah tradisi untuk mendoakan arwah keluarga

yang telah meninggal dunia, dan juga untuk menyambut datangnya

bulan suci ramadhan. Acara ini dilakukan sebelum menginjak

bulan puasa atau ramadhan. Masyarakat Gunung Anyar tak pernah

lupa melakukan tradisi keagamaan seperti ini. Biasanya megengan

ini dilaksanakan di masjid-masjid sekitar, setiap orang membawa

berkatan masing-masing untuk disedekahkan kepada orang lain

yang menghadiri acara. Pada saat megengan juga sangat identik

dengan kue apem sebagai salah satu jajanan yang wajib ada.

3) Dalam tradisi perkawinan, masyarakat di Kelurahan Gunung

Anyar juga sama dengan sistem perkawinan dengan umumnya.

Orang yang melamar pertama kali adalah dari pihak laki-laki lalu

dilanjutkan oleh pihak perempuan untuk melanjutkan tanggal

pernikahannya.

4) Berziarah ke makam-makam para wali atau makam keluarga,

sesepuh, dan juga para tokoh agama yang sudah meninggal.

Berziarah kubur adalah suatu tradisi yang turun temurun dilakukan

oleh masyarakat Kelurahan Gunung Anyar, selain itu mereka juga

melakukan slametan selama 7 hari 7 malam untuk orang yang

Gambar

  Tabel 1.1
 Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya bermain game online dengan waktu yang lama.. demi

Kaitannya dengan masalah penegakan hukum terhadap praktik tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh masyarakat, seperti apa yang terjadi di Kelurahan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stratifikasi sosial yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye.Tujuan khusus penelitian ini

Mikrometer Sekrup digunakan untuk mengukur diameter luar dan ketebalan suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi,,serta lebih mudah dan hasil pengukuran lebih

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di wilayah Jawa Timur khususnya Banyuwangi selama September 2020 (rata-rata bulanan) kondisinya tidak terjadi

Kemudian Senyawa precursor THMs tersebut bereaksi dengan senyawa khlor yang digunakan untuk proses disinfeksi sehingga terbentuklah senyawa trihalomethanes dan senyawa halogen

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “RANCANG BANGUN APLIKASI PERAMALAN PENJUALAN MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING ( Studi

Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Konversi Energi Mekanik Politeknik Negeri Medan yang telah banyak memberikan masukan pengetahuan kepada penulis