• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENJANG PENDIDIKAN DAN TINGKAT KELAHIRAN PENDUDUK DI KECAMATAN BULAGI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN | Lumangino | GeoTadulako 3253 10084 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JENJANG PENDIDIKAN DAN TINGKAT KELAHIRAN PENDUDUK DI KECAMATAN BULAGI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN | Lumangino | GeoTadulako 3253 10084 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Suharyadi Lumangino, 2014. Jenjang Pendidikan dan Tingkat Kelahiran Penduduk di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan PIPS FKIP Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Drs. Syakir Mahid, M.Hum, (II) Nurvita, S.Pd.,M.Pd.

Pertanyaan pokok penelitian ini adalah apakah jenjang pendidikan masyarakat di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan berpengaruh terhadap jumlah anak yang ada dalam setiap keluarga? Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hubungan jenjang pendidikan terhadap jumlah anak yang ada dalam setiap keluarga di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sehingga dapat mendeskripsikan data-data statistic maupun wawancara menjadi sebuah hasil yang dapat menjawab pertanyaan penelitan. Pencarian data dilakukan di kantor-kantor pemerintahan, perpustakaan, dan dilengkapi hasil observasi, wawan cara maupun angket. Penyajian data melalui proses verifikasi, interpretasi dan analisis data serta penulisan. Hasil penelitian ini menemukan tiga hal, yaitu: 1) jenjang pendidikan penduduk di Kecamatan Bulagi umumnya masih berada pada kategori rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya penduduk yang memiliki pendidikan setingkat SMP atau lebih rendah; 2) sebagian besar keluarga di Kecamatan Bulagi merupakan keluarga yang ideal. Hal ini mengacu pada fakta yang ditemukan bahwa sebagian besar penduduk memiliki anak paling banyak dua jiwa; 3) jenjang pendidikan yang dimiliki penduduk di Kecamatan Bulagi tidak terlalu berpengaruh secara langsung terhadap keputusan penduduk dalam menentukan jumlah anak yang dimiliki. Keputusan memilih jumlah anak dalam setiap keluarga dilandasi oleh kesadaran penduduk terhadap pandangan bahwa sedikit anak lebih baik.

Kata Kunci: Jenjang Pendidikan, Tingkat Kelahiran, Jumlah Anak dan Peran Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkat kelahiran suatu daerah tidak terlepas dari peran pendidikan, karena tingkat

kelahiran banyak dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Hal ini lebih tegas dapat dilihat pada

pendapat Mill dalam Mantra (2008:58) bahwa “dengan meningkatnya pendidikan penduduk

maka secara rasional mereka akan mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah

anak sesuai dengan karir dan usaha yang ada”. Pendidikan memberikan peran penting

terhadap pengambilan keputusan orang tua dalam menentukan jumlah anak yang dimiliki.

Setiap orang tua akan mempertimbangkan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya

(2)

pendidikan tinggi cenderung memiliki jumlah anak yang sedikit. Begitu juga sebaliknya. Itu

disebabkan oleh adanya kesadaran orang tua terhadap pentingnya kualitas keluarga.

Pendidikan orang tua yang rendah cenderung lambat memberikan dorongan terhadap

keluarga nya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Pendidikan yang rendah pula

mengakibatkan pandangan setiap masyarakat terfokus pada tujuan ekonomi sebagai pemuas

kehidupan. Masalah inilah yang terjadi di Kecamatan Bulagi secara umum. Kemampuan

ekonomi masyarakat yang rendah sebagaimana terlihat dalam data isian desa yang peneliti

jumpai bahwa seluruh desa merupakan desa tertinggal, mengakibatkan masyarakatnya

memfokuskan diri untuk memperbaiki kualitas ekonomi mereka, sedangkan kualitas

pendidikan penduduk seakan dinomor duakan.

Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat harus diimbangi dengan peningkatan

kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan bisa baik jika sarana pendidikan yang tersedia

dapat menunjang proses pendidikan tersebut. Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan

Bulagi yaitu 16 Taman Kanak-Kanak (TK), 16 Sekolah Dasar (SD), 4 Sekolah Menengah

Pertama (SMP), dan 3 Sekolah Menengah Umum (SMU) (BPS Kab. Bangkep. 2010).

Sarana pendidikan ini menjadi salah satu faktor penting penentu kualitas pendidikan

penduduknya. Berdasarkan pantauan peneliti ketika melakukan observasi di lokasi

penelitian terlihat masih kurangnya sarana penunjang peningkatan kualitas pendidikan yang

ada di Kecamatan Bulagi. Hal ini diperparah dengan minimnya tenaga pengajar yang

tersedia. Salah satu contoh yaitu Sekolah Dasar yang terdapat di Desa Sumondung

Kecamatan Bulagi. Berdasarkan pantauan peneliti, bukan hanya fasilitas belajar mengajar

yang menjadi kendala, namun tenaga pengajar juga menjadi masalah yang cukup berarti.

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan fenomena kependudukan yang terjadi

di Kecamatan Bulagi. Kajian ini berusaha menganalisis jenjang pendidikan dan tingkat

kelahiran yang terjadi di masyarakat dari sudut pandang ilmu geografi. Olehnya itu,

penelitian ini diberi judul “Jenjang Pendidikan dan Tingkat Kelahiran Penduduk di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan” dengan menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah jenjang pendidikan

(3)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan hubungan

jenjang pendidikan terhadap jumlah anak yang ada dalam setiap keluarga di Kecamatan

Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Memberikan masukan bagi mahasiswa Geografi yang selalu mengkaji berbagai

fenomena biosfer, terutama kependudukan. Kiranya dengan hasil penelitian ini

mahasiswa Geografi dapat menjadikan acuan dalam menganalisa masalah

penduduk yang sering terjadi.

2. Memberikan pencerahan bagi masyarakat yang ada di Kecamatan Bulagi tentang

pentingnya kualitas keluarga itu dibangun. Kualitas keluarga dibangun dengan

meningkatkan kualitas pendidikannya. Sehingga masyarakat akan lebih memilih

kualitas dibandingkan dengan kuantitas penduduk.

3. Memberikan masukan kepada pemerintah (pengambil kebijakan) dalam

mengambil keputusan, khususnya keputusan pembangunan di Kecamatan Bulagi.

Sehingga pemerintah lebih memprioritaskan pembangunan kualitas penduduk,

karena penduduk merupakan subjek dan objek dari pembangunan tersebut.

BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut

Ismawati (2012:90), bahwa “penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis

sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sedangkan

penelitian kualitatif sebagaimana didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor dalam Ismawati

(2012:7) bahwa “penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati”.Penggabunganduametodeinimenjadideskriptifkualitatifsangatdimungkinkanuntuk

(4)

2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan

Propinsi Sulawesi Tengah. Kecamatan Bulagi dijadikan penelitian karena fenomena

perubahan pertumbuhan penduduk terlihat sangat beragam. Fenomena pertumbuhan

penduduk dilihat dari segi tingkat kelahiran. Angka kelahiran yang terjadi pada setiap

keluarga terlihat cukup beragam, sebab ada keluarga yang memiliki jumlah anak yang

banyak (lebihdaridua orang), namun ada juga penduduk yang memiliki jumlah anak yang

sedikit (hanyamemilikiseoranganaksaja). Hal-hal yang mempengaruhi fenomena tersebut

terlihat sangat variatif, sehingga sangat cocok untuk dijadikan obyek kajian penelitian ini.

2.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data hasil kuesionerdanwawancara.

Keduanyadidapatkanmelaluipenelitianlapangan yang berlangsungpadatahun 2012lalu.

Namundemikian, hasilpenelitianlapanganiniperludikombaindengan data-data sekunder yang

bersumberdariperpustakaan, sertainstansi-instansi yang terkaitdenganpenelitianini. Data

sekunder yang dimaksudkan berupa data sensus penduduk dan data registrasi penduduk.

Selainituinformasi yang berasaldariBadanPusatStatistik (BPS) KecamatanBulagi, Kantor

CamatBulagi, dankantor-kantordesa di

KecamatanBulagijugasangatpentingartinyabagipenelitianini.

2.4 Prosedur Pengumpulan Data

2.4.1 Observasi

Observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui kondisi awal dari lokasi penelitian.

Hasil observasi ini menjadi data awal bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

2.4.2 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan metode wawancara bebas. Peneliti

memberikan pertanyaan kepada informan terkait tema penelitian yang digunakan. Hal ini

dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh informasi yang beragam dan dapat

memberikan gambaran tentang keadaan yang terjadi di Kecamatan Bulagi.

(5)

Data kuesioner dilakukan dengan memberikan format pertanyaan-pertanyaan

tentang permasalahan penelitian. Kuesioner yang digunakan memungkinkan para responden

memberikan jawaban secara bebas.

2.5 Teknik Analisis Data

Menurut Sofian Effendi dalam Mantra (2008:23), “analisis data merupakan proses menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi”. Metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu reduksi

data, verifikasi data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Gambaran Umum dan Keadaan Geografis Kecamatan Bulagi

Kecamatan Bulagi merupakan salah satu dari sembilan belas kecamatan yang ada di

Kabupaten Banggai Kepulauan. Sebagai bagian dari sebuah kabupaten yang berbentuk

kepulauan, Kecamatan Bulagi terletak di daerah pesisir pantai. Hanya satu desa dari lima

belas desa dan satu kelurahan yang terdapat di lembah bukit yaitu Desa Alul.

Desa/Kelurahan Pesisir/tepi laut

Bukan Pesisir Lembah/daerah

aliran sungai

Lereng/

punggung bukit Dataran

1 2 3 4 5

Tolo √ - -

-Lalanday √ - -

-Montomisan √ - -

-Sosom √ - -

-Alul - - √

-Bulagi Satu √ - -

-Bulagi Dua √ - -

-Boloy √ - -

-Meselesek √ - -

-Oluno √ - -

-Sumondung √ - -

-Peling Seasa √ - -

-Komba-Komba √ - -

(6)

-Toolon √ - -

-Kayubet √ - -

-Jumlah 15 - 1

-Sumber: BPS Kab. Bangkep, Kecamatan Bulagi Dalam Angka Tahun 2012:4

Secara geografis, Kecamatan Bulagi merupakan salah satu kecamatan yang terletak

di Pulau Peling dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bulagi Utara

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Peling

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulagi Selatan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Buko Selatan.

3.1.2 Iklim dan Topografi

Kecamatan Bulagi terletak pada daerah beriklim tropis dengan dipengaruhi dua

musim tetap yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan

Maret-Agustus, dan selain itu (bulan September-Pebruari) adalah musim kemarau,

walaupun masih terdapat sedikit hujan, yaitu bulan September-November dengan jumlah

hari hujan antara 10 s.d 21 hari.

Secara topografis, Bulagi dibagi dalam dua kategori yaitu topografi darat dan

topografi laut. Luas daratan mencapai 275,66 km² berada pada kemiringan antara 0º sampai

dengan di atas 40º. Wilayah ini berada pada ketinggian yang bervariasi antara 0-1000 m dpl.

Daerah pesisir pantai di sebelah utara ke timur dan tengah merupakan daerah landai berpasir

(unas), sehingga banyak ditanami kelapa. Daerah pedalaman sebelah barat, tengah bagian

timur, dan pesisir pantai sebelah selatan terdiri atas deretan perbukitan dan pegunungan.

3.1.3 Pendidikan di Kecamatan Bulagi

Walau pendidikan memiliki peran yang sangat

pentingdalamperubahanmasyarakat,namun tidak semua warga mampu memperoleh

pendidikan. Bahkan ada penduduk yang tidak tamat SD. Hal ini terjadi di Kecamatan

Bulagi. Meskipun sebagian besar penduduk di Kecamatan Bulagi sudah mampu

melaksanakan wajib belajar 9 tahun (berpendidikan minimal SMP), namun masih ada juga

[image:6.595.80.520.73.135.2]

penduduk yang berpendidikan hanya setingkat SD, bahkan tidak tamat SD.

Tabel Jenjang Pendidikan Penduduk di Kelompok Popupulasi Yang Diteliti

(7)

Tamat SD

Diploma

1 Sosom 63 118 172 163 20

2 Alul 62 395 48 40 14

3 Oluno 60 318 104 72 7

4 Lalanday 49 187 103 81 18

5 Sumondung 28 146 88 63 12

6 Bulagi I 40 408 162 225 60

7 Montomisan 42 50 56 40 16

Jumlah 344 1622 733 684 147

Sumber: Data Isian Desa

Berdasarkan tabel tentang jenjang pendidikan pada kelompok populasi yang diteliti

(6 desa dan 1 kelurahan) terlihat bahwa penduduk yang berpendidikan setingkat SD jauh

lebih banyak dibandingkan dari jenjang pendidikan lainnya.

3.1.4 Tingkat Kelahiran Penduduk di Kecamatan Bulagi

Tingkat kelahiran yang terjadi di suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai indikator

salah satunya dengan mengamati jumlah anak yang diperoleh dari setiap keluarga di

wilayah

tersebut.Banyaknyajumlahanakjugadapatmencerminkankondisisosialekonomikeluaragterseb

[image:7.595.78.474.542.701.2]

ut. Setiapkeluargamemilikitujuandalammenentukanjumlahanakmereka.

Tabel Jumlah Anak Yang Dimiliki Setiap Keluarga

No Desa JumlahAnakDalamKeluarga

1-2 3-4 5-6

1 Lalanday 12 4

-2 Oluno 8 5 3

3 Alul 8 5 3

4 Sosom 13 2 1

5 Bulagi I 11 5

-6 Sumondung 10 3 3

7 Montomisan 12 3 1

Jumlah 74 27 11

Sumber: Hasil Kuesioner. 2012

Tabeljumlah anak yang dimiliki setiap keluarga memperlihatkan jumlah anak yang

(8)

memiliki anak dengan jumlah 1-2 masih lebih banyak dari rentang lainnya yaitu sebanyak

74 rerespondenatau 66,07 persen. Sedangkan ntuk keluarga yang memiliki anak 3-4 orang

hanya berjumlah 27 respondenatau 24,11 persen. Kemudian yang memilih 5-6 orang

anakdalamkeluarganyahanya berjumlah 11respondenatau 9,82 persensajadari total 112

responden.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Catatan Tentang Jenjang Pendidikan di Kecamatan Bulagi

Sudah banyak orang yang mencoba mengkaji masalah pendidikan. Salah satunya

yaitu AryPardiyanto dalam tulisannya menyebutkan bahwa “tingkat pendidikan seseorang

dikatakan rendah bila hanya mampu menamatkan paling tinggi adalah sampai SMP/

sederajat. Tingkat pendidikan menengah bila mampu menamatkan SMU/ sederajat. Tingkat

pendidikan tinggi bila tamat atau tidak tamat akademi atau Perguruan Tinggi (dglib.uns.ac.id)”. Kategori yang ditetapkan AryPardiyanto menjadi salah satu dari berbagai

landasan untuk melihat tingkat pendidikan yang dimiliki oleh setiap penduduk.

Membagi jenjang pendidikan yang dimiliki penduduk menjadi beberapa kategori

memudahkan dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah.

Pemerintah pun melakukan hal serupa melalui DitjenBangdes. Seperti halnya yang

dituliskan AryPardiyanto, DitjenBangdes menggolongkan penduduk desa berdasarkan tiga

kategori yaitu berpendidikan rendah, menengah dan tinggi. Menurut DitjenBangdes dalam

Sugiyarto bahwa penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat digolongkan sebagai

berikut:

“Pertama, tingkat pendidikan suatu desa masih dikatakan rendah apabila jumlah

penduduk yang tamat dari sekolah tingkat dasar kurang dari 30 persen. Kedua, kalau

jumlah penduduknya yang tamat sekolah tingkat dasar antara 30–60 persen, maka

tingkat pendidikan desa yang bersangkutan termasuk kriteria sedang/menengah.

Ketiga, kriteria tinggi jika lebih dari 60 persen jumlah penduduknya telah tamat

pendidikan pada sekolah tingkat dasar”.

Kedua cara penggolongan tersebut memang memiliki kelebihan dan kekurangan.

Namun demikian, perkembangan yang selalu menuntut setiap orang memiliki pendidikan

yang tinggi, pembagian seperti yang dilakukan AdyPardianto lebih cocok untuk membagi

tingkat pendidikan penduduk. Penduduk yang hanya mampu memperoleh pendidikan

(9)

kebutuhan akan pendidikan yang semakin tinggi. Sebagai contoh, dalam dunia kerja, tingkat

pendidikan SMP semakin tidak diminati.

Berdasarkan penggolonanganAryPardianto, tingkat pendidikan di Kecamatan Bulagi

pada umumnya belum dapat dikategorikan berpendidikan tinggi. Hal ini karena sebagian

besar penduduknya masih berpendidikan rendah. Terlihat di 6 desa dan 1 kelurahan yang

diteliti bahwa 76,46% penduduknya masih berpendidikan rendah, 19,38% berpendidikan

menengah, dan hanya 4,16% yang berpendidikan tinggi.

3.2.2 Catatan Tingkat Kelahiran Penduduk di Kecamatan Bulagi

Pemerintah Indonesia juga sudah memikirkan masalah kependudukan ini. Beberapa

dekade lalu dengan program transmigrasi dan keluarga berencana, pemerintah mencoba

meminimalisir kepadatan peduduk tersebut. Kepadatan penduduk dalam lingkup yang

paling kecil dapat dilihat pada setiap anggota keluarga yang ada. Jika setiap keluarga

memiliki jumlah anak yang banyak, maka hal ini mengindikasikan bahwa beban dalam

keluarga tersebut semakin berat. Hal ini juga diungkapkan Rohani dalam

YudhistiraDwipayama bahwa:

“Keluarga dengan dua orang anak memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar berbagi, menahan keinginan serta bergiliran mendapatkan perhatian dari orang tua dan di sisi lain orang tua dapat memberikan pendidikan dan perhatian yang cukup. Sedangkan keluarga dengan satu orang anak memberikan kesempatan bagi anak untuk mengungkapkan ide-idenya secara verbal dan memiliki keleluasaan untuk mengekspresikan diri dengan cara-cara kreatif. Keluarga yang memiliki lebih dari dua orang anak membutuhkan upaya yang lebih besar dan kadang-kadang mengalami kesulitan menghadapi anak dengan berbagai karakter serta suasana hati yang berbeda-beda. Pada akhirnya orang tua tidak siap dan tidak konsisten dalam melakukan pengasuhan”.

Pendapat Rohani tersebut menggambarkan bahwa semakin banyak jumlah anak

yang dimiliki dalam setiap keluarga semakin besar beban yang dimiliki oleh keluarga

tersebut. Pendapat Rohani tersebut sesuai dengan apa yang dicanangkan pemerintah bahwa

jumlah anak yang ideal adalah dua anak.

Jumlah anak yang banyak dalam satu keluarga juga menjadi bagian penilaian tinggi

rendahnya angka kelahiran di suatu wilayah. Hal ini juga berlaku di wilayah Kecamatan

Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan. Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa dari 112

keluarga yang menjadi sampel penelitian, 66,07% keluarga memiliki jumlah anak maksimal

2 anak sedangkan 24,11% memiliki jumlah anak antara 3-4 anak dan 9,82% memiliki

(10)

di Kecamatan Bulagi cenderung normal dengan lebih dari setengah sampel sudah mengikuti

program pemerintah yang menyatakan bahwa 2 anak cukup.

3.2.3 Fakta Tentang Teori Tingkat Kelahiran Penduduk Yang Berlaku di Kecamatan

Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan

Masalah kependudukan selalu menjadi masalah yang tidak habis-habisnya dibahas.

Sejak dulu para ahli telah mengemukakan berbagai teori kependudukan. Salah satunya

sebagaimana diungkapkan oleh Jhon Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ekonomi

berkebangsaan Inggris yang menyatakan bahwa “dengan meningkatnya pendidikan

penduduk maka secara rasional mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah

jumlah anak sesuai dengan karir dan usaha yang ada”. Pendidikan dianggap sebagai faktor

penghambat yang bisa mengurangi angka kelahiran yang terjadi. Berdasarkan teori tersebut

bahwa jenjang pendidikan yang dimiliki berbanding terbalik dengan jumlah anak yang

dimiliki.

Namun demikian, setiap teori tidak selamanya akan berlaku di seluruh wilayah.

Olehnya itu, penelitian ini terwujud untuk membuktikan teori manakah yang berlaku

sebagai penghambat angka kelahiran di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan.

Meski sebelumnya telah diungkapkan secara singkat bahwa jenjang pendidikan yang

dimiliki penduduk tidak memiliki pengaruh yang berarti bagi angka kelahiran (jumlah anak)

dalam sebuah keluarga di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan, namun masih

diperlukan penjelasan-penjelasan secara terperinci sekaligus mengungkapkan fakta-fakta

serta menemukan teori yang sesuai dengan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.

[image:10.595.78.406.701.774.2]

Keadaan yang terjadi di Kecamatan Bulagi dapat dilihat pada tabel bagan berikut.

Tabel Jenjang Pendidikan dan Jumlah Keluarga Berdasarkan Anak Yang Dimiliki

Jenjang Pendidikan Kepala Keluarga

Jumlah Keluarga Yang Memiliki Anak 0-2Anak 3-4Anak 5-6Anak

Tidak Tamat SD 0 4 1

(11)

SMP 10 4 2

SMA 40 10 1

Diploma 2 1 0

S1 8 2 1

Jumlah 70 32 10

Sumber: Hasil Kuesioner. 2012

Bagan Jenjang Pendidikan dan Jumlah Keluarga Berdasarkan Anak Yang Dimiliki

Tabel dan bagan tersebut merupakan gambaran dari 112 sampel penduduk

(keluarga) dari tujuh sampel desa/ kelurahan. Jika bagan tersebut dikorelasikan dengan teori

Jhon Stuart Mill, jumlah keluarga yang memiliki anak 1-2 jiwa akan cenderung bergerak

naik setiap peningkatan jenjang pendidikan, sebaliknya jumlah keluarga yang memiliki

anak 5-6 jiwa cenderung bergerak menurun setiap peningkatan jenjang pendidikan. Namun

fakta yang terajadi di Kecamatan Bulagi terlihat bahwa penduduk dengan jumlah anak 1-2

jiwa selalu lebih banyak pada beberapa kelompok jenjang pendidikan. Hanya pada

kelompok tidak tamat SD dan tamat SD yang memiliki jumlah sedikit. Namun jumlah

keluarga yang memiliki anak 1-2 pada jenjang pendidikan SD masih terlihat banyak dan

berada diurutan kedua. Sedangkan penduduk dengan jumlah anak 5-6 terlihat selalu lebih

sedikit pada beberapa kelompok jenjang pendidikan. Diagram tersebut juga memberikan

sebuah kesimpulan yang memperkuat penjelasan sebelumnya bahwa penduduk di

Kecamatan Bulagi sudah menyadari bahwa sedikit anak dalam sebuah keluarga lebih baik

[image:11.595.78.403.72.159.2]
(12)

Kenyataan ini sekaligus membantah teori yang diungkapkan oleh Jhon Stuart Mill, sebab

teori yang diungkapkannya tidak berlaku di Wilayah Kecamatan Bulagi.

Mengacu pada penjelasan-penjelasan sebelumnya, dapat dikemukakan sebuh teori

yang dapat menggambarkan keadaan yang ada di Kecamatan Bulagi yaitu “kesadaran

penduduk tentang sedikit anak lebih baik menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

keputusan memiliki anak. Kesadaran tersebut muncul akibat beban ekonomi setiap keluarga

dalam memenuhi kebutuhan anak. Semakin banyak anak maka semakin besar beban orang

tua. Untuk mengurangi beban tersebut maka harus memiliki jumlah anak yang sedikit”.

Pandangan ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh ArseneDumont yang

mengemukakan teori kapilaritas sosial bahwa:

“kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat ... Untuk mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang”.

Beban yang berat sebagaimana diungkapkan oleh ArseneDumont merupakan beban

ekonomi yang dimiliki orang tua. Beban ini semakin besar searah dengan jumlah anak yang

dimiliki.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenjang pendidikan penduduk di Kecamatan Bulagi umumnya masih berada pada

kategori rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya penduduk yang memiliki pendidikan

setingkat SMP atau lebih rendah.

2. Sebagian besar keluarga di Kecamatan Bulagi merupakan keluarga yang ideal. Keluarga

yang ideal merupakan keluarga yang sesuai anjuran pemerintah dengan slogannya “dua

anakcukup”.

3. Jenjang pendidikan yang dimiliki penduduk di Kecamatan Bulagi tidak terlalu

berpengaruh secara langsung terhadap keputusan penduduk dalam menentukan jumlah

anak yang dimiliki. Keputusan memilih jumlah anak dalam setiap keluarga dilandasi

(13)

4.2 Saran

Diharapkan baik pihak pemerintah maupun penduduk Kecamatan Bulagi untuk lebih

memperhatikan kualitas penduduk dibandingkan kuantitas penduduk

DAFTAR RUJUKAN

BadanPusatStatistikKabupatenBanggaiKepulauan. 2010. KecamatanBulagiDalamAngka 2010. Salakan: BadanPusatStatistikKabupatenBanggaiKepulauan

Frichilia, Frily. 2013. Fungsi Keluarga Dalam Pendidikan Anak di Desa Enu Kecamatan

Sindue Kabupaten Donggala (Studi Sosiologi Pendidikan). Skripsi pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, tidak dipublikasikan.

Lumangino, WilmanDarsono. 2006. MengaisRezeki di AyunanOmbak:

ProduksidanPemasaranRumputLaut di Bulagi.

SkripsipadaFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasTadulako, tidakdipublikasikan.

Gambar

Tabel Jenjang Pendidikan Penduduk di Kelompok Popupulasi Yang Diteliti
Tabel Jumlah Anak Yang Dimiliki Setiap Keluarga
Tabel Jenjang Pendidikan dan Jumlah Keluarga Berdasarkan Anak Yang Dimiliki
Tabel dan bagan tersebut merupakan gambaran dari 112 sampel penduduk

Referensi

Dokumen terkait

Pengajaran model adalah pengajaran yang dilakukan praktikan dengan cara mengamati guru pamong mengajar. Kegiatan ini juga dilakukan pada minggu pertama PPL II. Hal

Mereka yang bekerja untuk atau atas nama Flint Group tidak dapat membiarkan sumber daya atau sistem Flint Group digunakan untuk kegiatan kriminal atau ilegal, dan harus

Dapat merasakan kepuasan atas pelayanan, dan kenyamanan karena diterapkannya konsep E-CRM, sehingga menciptakan atau menambah minat membaca; (2) pengguna layanan

Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat Pembangkit ke Pusat-Pusat Beban (load center),baik

Hasil penelitian menunjukkan adanya keragaman genetika antar isolat yang diuji meskipun isolat diperoleh dari daerah yang sama atau berbeda lokasi khususnya di Jawa Barat dan

Dari hasil pengujian granul ekstrak daun jambu biji putih (Psidium guajava L.) yang dibuat dalam 2 formula dengan memvariasikan kadar asam sitrat dan asam tartrat, maka

Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa distribusi frekuensi faktor risiko kasus stroke berulang yang terdiri lebih dari satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Tetapi, tidak selamanya perempuan mendapatkan hak waris yang lebih sedikit dari laki-laki seperti beberapa contoh ini, (a) ada 4 kondisi dimana perempuan lebih sedikit dari