ABSTRAK
Suharyadi Lumangino, 2014. Jenjang Pendidikan dan Tingkat Kelahiran Penduduk di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan PIPS FKIP Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Drs. Syakir Mahid, M.Hum, (II) Nurvita, S.Pd.,M.Pd.
Pertanyaan pokok penelitian ini adalah apakah jenjang pendidikan masyarakat di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan berpengaruh terhadap jumlah anak yang ada dalam setiap keluarga? Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hubungan jenjang pendidikan terhadap jumlah anak yang ada dalam setiap keluarga di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sehingga dapat mendeskripsikan data-data statistic maupun wawancara menjadi sebuah hasil yang dapat menjawab pertanyaan penelitan. Pencarian data dilakukan di kantor-kantor pemerintahan, perpustakaan, dan dilengkapi hasil observasi, wawan cara maupun angket. Penyajian data melalui proses verifikasi, interpretasi dan analisis data serta penulisan. Hasil penelitian ini menemukan tiga hal, yaitu: 1) jenjang pendidikan penduduk di Kecamatan Bulagi umumnya masih berada pada kategori rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya penduduk yang memiliki pendidikan setingkat SMP atau lebih rendah; 2) sebagian besar keluarga di Kecamatan Bulagi merupakan keluarga yang ideal. Hal ini mengacu pada fakta yang ditemukan bahwa sebagian besar penduduk memiliki anak paling banyak dua jiwa; 3) jenjang pendidikan yang dimiliki penduduk di Kecamatan Bulagi tidak terlalu berpengaruh secara langsung terhadap keputusan penduduk dalam menentukan jumlah anak yang dimiliki. Keputusan memilih jumlah anak dalam setiap keluarga dilandasi oleh kesadaran penduduk terhadap pandangan bahwa sedikit anak lebih baik.
Kata Kunci: Jenjang Pendidikan, Tingkat Kelahiran, Jumlah Anak dan Peran Pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkat kelahiran suatu daerah tidak terlepas dari peran pendidikan, karena tingkat
kelahiran banyak dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Hal ini lebih tegas dapat dilihat pada
pendapat Mill dalam Mantra (2008:58) bahwa “dengan meningkatnya pendidikan penduduk
maka secara rasional mereka akan mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah
anak sesuai dengan karir dan usaha yang ada”. Pendidikan memberikan peran penting
terhadap pengambilan keputusan orang tua dalam menentukan jumlah anak yang dimiliki.
Setiap orang tua akan mempertimbangkan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya
pendidikan tinggi cenderung memiliki jumlah anak yang sedikit. Begitu juga sebaliknya. Itu
disebabkan oleh adanya kesadaran orang tua terhadap pentingnya kualitas keluarga.
Pendidikan orang tua yang rendah cenderung lambat memberikan dorongan terhadap
keluarga nya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Pendidikan yang rendah pula
mengakibatkan pandangan setiap masyarakat terfokus pada tujuan ekonomi sebagai pemuas
kehidupan. Masalah inilah yang terjadi di Kecamatan Bulagi secara umum. Kemampuan
ekonomi masyarakat yang rendah sebagaimana terlihat dalam data isian desa yang peneliti
jumpai bahwa seluruh desa merupakan desa tertinggal, mengakibatkan masyarakatnya
memfokuskan diri untuk memperbaiki kualitas ekonomi mereka, sedangkan kualitas
pendidikan penduduk seakan dinomor duakan.
Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat harus diimbangi dengan peningkatan
kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan bisa baik jika sarana pendidikan yang tersedia
dapat menunjang proses pendidikan tersebut. Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan
Bulagi yaitu 16 Taman Kanak-Kanak (TK), 16 Sekolah Dasar (SD), 4 Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan 3 Sekolah Menengah Umum (SMU) (BPS Kab. Bangkep. 2010).
Sarana pendidikan ini menjadi salah satu faktor penting penentu kualitas pendidikan
penduduknya. Berdasarkan pantauan peneliti ketika melakukan observasi di lokasi
penelitian terlihat masih kurangnya sarana penunjang peningkatan kualitas pendidikan yang
ada di Kecamatan Bulagi. Hal ini diperparah dengan minimnya tenaga pengajar yang
tersedia. Salah satu contoh yaitu Sekolah Dasar yang terdapat di Desa Sumondung
Kecamatan Bulagi. Berdasarkan pantauan peneliti, bukan hanya fasilitas belajar mengajar
yang menjadi kendala, namun tenaga pengajar juga menjadi masalah yang cukup berarti.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan fenomena kependudukan yang terjadi
di Kecamatan Bulagi. Kajian ini berusaha menganalisis jenjang pendidikan dan tingkat
kelahiran yang terjadi di masyarakat dari sudut pandang ilmu geografi. Olehnya itu,
penelitian ini diberi judul “Jenjang Pendidikan dan Tingkat Kelahiran Penduduk di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan” dengan menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah jenjang pendidikan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan hubungan
jenjang pendidikan terhadap jumlah anak yang ada dalam setiap keluarga di Kecamatan
Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Memberikan masukan bagi mahasiswa Geografi yang selalu mengkaji berbagai
fenomena biosfer, terutama kependudukan. Kiranya dengan hasil penelitian ini
mahasiswa Geografi dapat menjadikan acuan dalam menganalisa masalah
penduduk yang sering terjadi.
2. Memberikan pencerahan bagi masyarakat yang ada di Kecamatan Bulagi tentang
pentingnya kualitas keluarga itu dibangun. Kualitas keluarga dibangun dengan
meningkatkan kualitas pendidikannya. Sehingga masyarakat akan lebih memilih
kualitas dibandingkan dengan kuantitas penduduk.
3. Memberikan masukan kepada pemerintah (pengambil kebijakan) dalam
mengambil keputusan, khususnya keputusan pembangunan di Kecamatan Bulagi.
Sehingga pemerintah lebih memprioritaskan pembangunan kualitas penduduk,
karena penduduk merupakan subjek dan objek dari pembangunan tersebut.
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut
Ismawati (2012:90), bahwa “penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis
sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sedangkan
penelitian kualitatif sebagaimana didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor dalam Ismawati
(2012:7) bahwa “penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati”.Penggabunganduametodeinimenjadideskriptifkualitatifsangatdimungkinkanuntuk
2.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan
Propinsi Sulawesi Tengah. Kecamatan Bulagi dijadikan penelitian karena fenomena
perubahan pertumbuhan penduduk terlihat sangat beragam. Fenomena pertumbuhan
penduduk dilihat dari segi tingkat kelahiran. Angka kelahiran yang terjadi pada setiap
keluarga terlihat cukup beragam, sebab ada keluarga yang memiliki jumlah anak yang
banyak (lebihdaridua orang), namun ada juga penduduk yang memiliki jumlah anak yang
sedikit (hanyamemilikiseoranganaksaja). Hal-hal yang mempengaruhi fenomena tersebut
terlihat sangat variatif, sehingga sangat cocok untuk dijadikan obyek kajian penelitian ini.
2.3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data hasil kuesionerdanwawancara.
Keduanyadidapatkanmelaluipenelitianlapangan yang berlangsungpadatahun 2012lalu.
Namundemikian, hasilpenelitianlapanganiniperludikombaindengan data-data sekunder yang
bersumberdariperpustakaan, sertainstansi-instansi yang terkaitdenganpenelitianini. Data
sekunder yang dimaksudkan berupa data sensus penduduk dan data registrasi penduduk.
Selainituinformasi yang berasaldariBadanPusatStatistik (BPS) KecamatanBulagi, Kantor
CamatBulagi, dankantor-kantordesa di
KecamatanBulagijugasangatpentingartinyabagipenelitianini.
2.4 Prosedur Pengumpulan Data
2.4.1 Observasi
Observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui kondisi awal dari lokasi penelitian.
Hasil observasi ini menjadi data awal bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
2.4.2 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan metode wawancara bebas. Peneliti
memberikan pertanyaan kepada informan terkait tema penelitian yang digunakan. Hal ini
dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh informasi yang beragam dan dapat
memberikan gambaran tentang keadaan yang terjadi di Kecamatan Bulagi.
Data kuesioner dilakukan dengan memberikan format pertanyaan-pertanyaan
tentang permasalahan penelitian. Kuesioner yang digunakan memungkinkan para responden
memberikan jawaban secara bebas.
2.5 Teknik Analisis Data
Menurut Sofian Effendi dalam Mantra (2008:23), “analisis data merupakan proses menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi”. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu reduksi
data, verifikasi data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Gambaran Umum dan Keadaan Geografis Kecamatan Bulagi
Kecamatan Bulagi merupakan salah satu dari sembilan belas kecamatan yang ada di
Kabupaten Banggai Kepulauan. Sebagai bagian dari sebuah kabupaten yang berbentuk
kepulauan, Kecamatan Bulagi terletak di daerah pesisir pantai. Hanya satu desa dari lima
belas desa dan satu kelurahan yang terdapat di lembah bukit yaitu Desa Alul.
Desa/Kelurahan Pesisir/tepi laut
Bukan Pesisir Lembah/daerah
aliran sungai
Lereng/
punggung bukit Dataran
1 2 3 4 5
Tolo √ - -
-Lalanday √ - -
-Montomisan √ - -
-Sosom √ - -
-Alul - - √
-Bulagi Satu √ - -
-Bulagi Dua √ - -
-Boloy √ - -
-Meselesek √ - -
-Oluno √ - -
-Sumondung √ - -
-Peling Seasa √ - -
-Komba-Komba √ - -
-Toolon √ - -
-Kayubet √ - -
-Jumlah 15 - 1
-Sumber: BPS Kab. Bangkep, Kecamatan Bulagi Dalam Angka Tahun 2012:4
Secara geografis, Kecamatan Bulagi merupakan salah satu kecamatan yang terletak
di Pulau Peling dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bulagi Utara
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Peling
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulagi Selatan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Buko Selatan.
3.1.2 Iklim dan Topografi
Kecamatan Bulagi terletak pada daerah beriklim tropis dengan dipengaruhi dua
musim tetap yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan
Maret-Agustus, dan selain itu (bulan September-Pebruari) adalah musim kemarau,
walaupun masih terdapat sedikit hujan, yaitu bulan September-November dengan jumlah
hari hujan antara 10 s.d 21 hari.
Secara topografis, Bulagi dibagi dalam dua kategori yaitu topografi darat dan
topografi laut. Luas daratan mencapai 275,66 km² berada pada kemiringan antara 0º sampai
dengan di atas 40º. Wilayah ini berada pada ketinggian yang bervariasi antara 0-1000 m dpl.
Daerah pesisir pantai di sebelah utara ke timur dan tengah merupakan daerah landai berpasir
(unas), sehingga banyak ditanami kelapa. Daerah pedalaman sebelah barat, tengah bagian
timur, dan pesisir pantai sebelah selatan terdiri atas deretan perbukitan dan pegunungan.
3.1.3 Pendidikan di Kecamatan Bulagi
Walau pendidikan memiliki peran yang sangat
pentingdalamperubahanmasyarakat,namun tidak semua warga mampu memperoleh
pendidikan. Bahkan ada penduduk yang tidak tamat SD. Hal ini terjadi di Kecamatan
Bulagi. Meskipun sebagian besar penduduk di Kecamatan Bulagi sudah mampu
melaksanakan wajib belajar 9 tahun (berpendidikan minimal SMP), namun masih ada juga
[image:6.595.80.520.73.135.2]penduduk yang berpendidikan hanya setingkat SD, bahkan tidak tamat SD.
Tabel Jenjang Pendidikan Penduduk di Kelompok Popupulasi Yang Diteliti
Tamat SD
Diploma
1 Sosom 63 118 172 163 20
2 Alul 62 395 48 40 14
3 Oluno 60 318 104 72 7
4 Lalanday 49 187 103 81 18
5 Sumondung 28 146 88 63 12
6 Bulagi I 40 408 162 225 60
7 Montomisan 42 50 56 40 16
Jumlah 344 1622 733 684 147
Sumber: Data Isian Desa
Berdasarkan tabel tentang jenjang pendidikan pada kelompok populasi yang diteliti
(6 desa dan 1 kelurahan) terlihat bahwa penduduk yang berpendidikan setingkat SD jauh
lebih banyak dibandingkan dari jenjang pendidikan lainnya.
3.1.4 Tingkat Kelahiran Penduduk di Kecamatan Bulagi
Tingkat kelahiran yang terjadi di suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai indikator
salah satunya dengan mengamati jumlah anak yang diperoleh dari setiap keluarga di
wilayah
tersebut.Banyaknyajumlahanakjugadapatmencerminkankondisisosialekonomikeluaragterseb
[image:7.595.78.474.542.701.2]ut. Setiapkeluargamemilikitujuandalammenentukanjumlahanakmereka.
Tabel Jumlah Anak Yang Dimiliki Setiap Keluarga
No Desa JumlahAnakDalamKeluarga
1-2 3-4 5-6
1 Lalanday 12 4
-2 Oluno 8 5 3
3 Alul 8 5 3
4 Sosom 13 2 1
5 Bulagi I 11 5
-6 Sumondung 10 3 3
7 Montomisan 12 3 1
Jumlah 74 27 11
Sumber: Hasil Kuesioner. 2012
Tabeljumlah anak yang dimiliki setiap keluarga memperlihatkan jumlah anak yang
memiliki anak dengan jumlah 1-2 masih lebih banyak dari rentang lainnya yaitu sebanyak
74 rerespondenatau 66,07 persen. Sedangkan ntuk keluarga yang memiliki anak 3-4 orang
hanya berjumlah 27 respondenatau 24,11 persen. Kemudian yang memilih 5-6 orang
anakdalamkeluarganyahanya berjumlah 11respondenatau 9,82 persensajadari total 112
responden.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Catatan Tentang Jenjang Pendidikan di Kecamatan Bulagi
Sudah banyak orang yang mencoba mengkaji masalah pendidikan. Salah satunya
yaitu AryPardiyanto dalam tulisannya menyebutkan bahwa “tingkat pendidikan seseorang
dikatakan rendah bila hanya mampu menamatkan paling tinggi adalah sampai SMP/
sederajat. Tingkat pendidikan menengah bila mampu menamatkan SMU/ sederajat. Tingkat
pendidikan tinggi bila tamat atau tidak tamat akademi atau Perguruan Tinggi (dglib.uns.ac.id)”. Kategori yang ditetapkan AryPardiyanto menjadi salah satu dari berbagai
landasan untuk melihat tingkat pendidikan yang dimiliki oleh setiap penduduk.
Membagi jenjang pendidikan yang dimiliki penduduk menjadi beberapa kategori
memudahkan dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah.
Pemerintah pun melakukan hal serupa melalui DitjenBangdes. Seperti halnya yang
dituliskan AryPardiyanto, DitjenBangdes menggolongkan penduduk desa berdasarkan tiga
kategori yaitu berpendidikan rendah, menengah dan tinggi. Menurut DitjenBangdes dalam
Sugiyarto bahwa penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat digolongkan sebagai
berikut:
“Pertama, tingkat pendidikan suatu desa masih dikatakan rendah apabila jumlah
penduduk yang tamat dari sekolah tingkat dasar kurang dari 30 persen. Kedua, kalau
jumlah penduduknya yang tamat sekolah tingkat dasar antara 30–60 persen, maka
tingkat pendidikan desa yang bersangkutan termasuk kriteria sedang/menengah.
Ketiga, kriteria tinggi jika lebih dari 60 persen jumlah penduduknya telah tamat
pendidikan pada sekolah tingkat dasar”.
Kedua cara penggolongan tersebut memang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun demikian, perkembangan yang selalu menuntut setiap orang memiliki pendidikan
yang tinggi, pembagian seperti yang dilakukan AdyPardianto lebih cocok untuk membagi
tingkat pendidikan penduduk. Penduduk yang hanya mampu memperoleh pendidikan
kebutuhan akan pendidikan yang semakin tinggi. Sebagai contoh, dalam dunia kerja, tingkat
pendidikan SMP semakin tidak diminati.
Berdasarkan penggolonanganAryPardianto, tingkat pendidikan di Kecamatan Bulagi
pada umumnya belum dapat dikategorikan berpendidikan tinggi. Hal ini karena sebagian
besar penduduknya masih berpendidikan rendah. Terlihat di 6 desa dan 1 kelurahan yang
diteliti bahwa 76,46% penduduknya masih berpendidikan rendah, 19,38% berpendidikan
menengah, dan hanya 4,16% yang berpendidikan tinggi.
3.2.2 Catatan Tingkat Kelahiran Penduduk di Kecamatan Bulagi
Pemerintah Indonesia juga sudah memikirkan masalah kependudukan ini. Beberapa
dekade lalu dengan program transmigrasi dan keluarga berencana, pemerintah mencoba
meminimalisir kepadatan peduduk tersebut. Kepadatan penduduk dalam lingkup yang
paling kecil dapat dilihat pada setiap anggota keluarga yang ada. Jika setiap keluarga
memiliki jumlah anak yang banyak, maka hal ini mengindikasikan bahwa beban dalam
keluarga tersebut semakin berat. Hal ini juga diungkapkan Rohani dalam
YudhistiraDwipayama bahwa:
“Keluarga dengan dua orang anak memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar berbagi, menahan keinginan serta bergiliran mendapatkan perhatian dari orang tua dan di sisi lain orang tua dapat memberikan pendidikan dan perhatian yang cukup. Sedangkan keluarga dengan satu orang anak memberikan kesempatan bagi anak untuk mengungkapkan ide-idenya secara verbal dan memiliki keleluasaan untuk mengekspresikan diri dengan cara-cara kreatif. Keluarga yang memiliki lebih dari dua orang anak membutuhkan upaya yang lebih besar dan kadang-kadang mengalami kesulitan menghadapi anak dengan berbagai karakter serta suasana hati yang berbeda-beda. Pada akhirnya orang tua tidak siap dan tidak konsisten dalam melakukan pengasuhan”.
Pendapat Rohani tersebut menggambarkan bahwa semakin banyak jumlah anak
yang dimiliki dalam setiap keluarga semakin besar beban yang dimiliki oleh keluarga
tersebut. Pendapat Rohani tersebut sesuai dengan apa yang dicanangkan pemerintah bahwa
jumlah anak yang ideal adalah dua anak.
Jumlah anak yang banyak dalam satu keluarga juga menjadi bagian penilaian tinggi
rendahnya angka kelahiran di suatu wilayah. Hal ini juga berlaku di wilayah Kecamatan
Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan. Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa dari 112
keluarga yang menjadi sampel penelitian, 66,07% keluarga memiliki jumlah anak maksimal
2 anak sedangkan 24,11% memiliki jumlah anak antara 3-4 anak dan 9,82% memiliki
di Kecamatan Bulagi cenderung normal dengan lebih dari setengah sampel sudah mengikuti
program pemerintah yang menyatakan bahwa 2 anak cukup.
3.2.3 Fakta Tentang Teori Tingkat Kelahiran Penduduk Yang Berlaku di Kecamatan
Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan
Masalah kependudukan selalu menjadi masalah yang tidak habis-habisnya dibahas.
Sejak dulu para ahli telah mengemukakan berbagai teori kependudukan. Salah satunya
sebagaimana diungkapkan oleh Jhon Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ekonomi
berkebangsaan Inggris yang menyatakan bahwa “dengan meningkatnya pendidikan
penduduk maka secara rasional mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah
jumlah anak sesuai dengan karir dan usaha yang ada”. Pendidikan dianggap sebagai faktor
penghambat yang bisa mengurangi angka kelahiran yang terjadi. Berdasarkan teori tersebut
bahwa jenjang pendidikan yang dimiliki berbanding terbalik dengan jumlah anak yang
dimiliki.
Namun demikian, setiap teori tidak selamanya akan berlaku di seluruh wilayah.
Olehnya itu, penelitian ini terwujud untuk membuktikan teori manakah yang berlaku
sebagai penghambat angka kelahiran di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan.
Meski sebelumnya telah diungkapkan secara singkat bahwa jenjang pendidikan yang
dimiliki penduduk tidak memiliki pengaruh yang berarti bagi angka kelahiran (jumlah anak)
dalam sebuah keluarga di Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan, namun masih
diperlukan penjelasan-penjelasan secara terperinci sekaligus mengungkapkan fakta-fakta
serta menemukan teori yang sesuai dengan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.
[image:10.595.78.406.701.774.2]Keadaan yang terjadi di Kecamatan Bulagi dapat dilihat pada tabel bagan berikut.
Tabel Jenjang Pendidikan dan Jumlah Keluarga Berdasarkan Anak Yang Dimiliki
Jenjang Pendidikan Kepala Keluarga
Jumlah Keluarga Yang Memiliki Anak 0-2Anak 3-4Anak 5-6Anak
Tidak Tamat SD 0 4 1
SMP 10 4 2
SMA 40 10 1
Diploma 2 1 0
S1 8 2 1
Jumlah 70 32 10
Sumber: Hasil Kuesioner. 2012
Bagan Jenjang Pendidikan dan Jumlah Keluarga Berdasarkan Anak Yang Dimiliki
Tabel dan bagan tersebut merupakan gambaran dari 112 sampel penduduk
(keluarga) dari tujuh sampel desa/ kelurahan. Jika bagan tersebut dikorelasikan dengan teori
Jhon Stuart Mill, jumlah keluarga yang memiliki anak 1-2 jiwa akan cenderung bergerak
naik setiap peningkatan jenjang pendidikan, sebaliknya jumlah keluarga yang memiliki
anak 5-6 jiwa cenderung bergerak menurun setiap peningkatan jenjang pendidikan. Namun
fakta yang terajadi di Kecamatan Bulagi terlihat bahwa penduduk dengan jumlah anak 1-2
jiwa selalu lebih banyak pada beberapa kelompok jenjang pendidikan. Hanya pada
kelompok tidak tamat SD dan tamat SD yang memiliki jumlah sedikit. Namun jumlah
keluarga yang memiliki anak 1-2 pada jenjang pendidikan SD masih terlihat banyak dan
berada diurutan kedua. Sedangkan penduduk dengan jumlah anak 5-6 terlihat selalu lebih
sedikit pada beberapa kelompok jenjang pendidikan. Diagram tersebut juga memberikan
sebuah kesimpulan yang memperkuat penjelasan sebelumnya bahwa penduduk di
Kecamatan Bulagi sudah menyadari bahwa sedikit anak dalam sebuah keluarga lebih baik
[image:11.595.78.403.72.159.2]Kenyataan ini sekaligus membantah teori yang diungkapkan oleh Jhon Stuart Mill, sebab
teori yang diungkapkannya tidak berlaku di Wilayah Kecamatan Bulagi.
Mengacu pada penjelasan-penjelasan sebelumnya, dapat dikemukakan sebuh teori
yang dapat menggambarkan keadaan yang ada di Kecamatan Bulagi yaitu “kesadaran
penduduk tentang sedikit anak lebih baik menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
keputusan memiliki anak. Kesadaran tersebut muncul akibat beban ekonomi setiap keluarga
dalam memenuhi kebutuhan anak. Semakin banyak anak maka semakin besar beban orang
tua. Untuk mengurangi beban tersebut maka harus memiliki jumlah anak yang sedikit”.
Pandangan ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh ArseneDumont yang
mengemukakan teori kapilaritas sosial bahwa:
“kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat ... Untuk mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang”.
Beban yang berat sebagaimana diungkapkan oleh ArseneDumont merupakan beban
ekonomi yang dimiliki orang tua. Beban ini semakin besar searah dengan jumlah anak yang
dimiliki.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenjang pendidikan penduduk di Kecamatan Bulagi umumnya masih berada pada
kategori rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya penduduk yang memiliki pendidikan
setingkat SMP atau lebih rendah.
2. Sebagian besar keluarga di Kecamatan Bulagi merupakan keluarga yang ideal. Keluarga
yang ideal merupakan keluarga yang sesuai anjuran pemerintah dengan slogannya “dua
anakcukup”.
3. Jenjang pendidikan yang dimiliki penduduk di Kecamatan Bulagi tidak terlalu
berpengaruh secara langsung terhadap keputusan penduduk dalam menentukan jumlah
anak yang dimiliki. Keputusan memilih jumlah anak dalam setiap keluarga dilandasi
4.2 Saran
Diharapkan baik pihak pemerintah maupun penduduk Kecamatan Bulagi untuk lebih
memperhatikan kualitas penduduk dibandingkan kuantitas penduduk
DAFTAR RUJUKAN
BadanPusatStatistikKabupatenBanggaiKepulauan. 2010. KecamatanBulagiDalamAngka 2010. Salakan: BadanPusatStatistikKabupatenBanggaiKepulauan
Frichilia, Frily. 2013. Fungsi Keluarga Dalam Pendidikan Anak di Desa Enu Kecamatan
Sindue Kabupaten Donggala (Studi Sosiologi Pendidikan). Skripsi pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, tidak dipublikasikan.
Lumangino, WilmanDarsono. 2006. MengaisRezeki di AyunanOmbak:
ProduksidanPemasaranRumputLaut di Bulagi.
SkripsipadaFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasTadulako, tidakdipublikasikan.