TIM ADVOKASI DAN HUKUM
“JUSUF KALLA-WIRANTO”
Jln Pakubuwono VI Nomor 100 Jakarta Selatan, Telp (021) 7203207, Fax (021) 7243717
Jakarta, 27 Juli 2009
Kepada Yth:
BAPAK KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
Jln Medan Merdeka Barat No 6 J a k a r t a
Perihal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor: 365/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 25 Juli 2009 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009
Dengan hormat;
Untuk dan atas nama:
1. N a m a : H M JUSUF KALLA.
Tempat tgl lahir : Watampone, 15 Mei 1942
Agama : Islam
Pekerjaan : Wakil Presiden RI 2004-2009.
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jln Diponegoro No 2 Menteng Jakarta Pusat
2. N a m a : H. WIRANTO, SH.
Tempat Tgl Lahir : Yogyakarta, 4 April 1947.
Pekerjaan : Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat.
Kebangsaan : Indonesia.
Alamat : Jln Diponegoro No 1 Menteng, Jakarta Pusat.
Selanjutnya disebut Pemohon, berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 295/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 29 Mei 2009 jo Nomor 297/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 30 Mei adalah Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden sebagai Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 dengan Nomor Urut 3 (tiga) [P-6, P-7], dan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 26 Juli 2009 telah memberikan Kuasa kepada:
CHAIRUMAN HARAHAP, SH, MH. DR. HJ. ELZA SYARIEF, SH, MH. VICTOR W NADAPDAP, SH, MM. DR. RUFINUS.H.H, SH, MM, MH. DR. ANDI M. ASRUN,S H, MH. BONARAN SITUMEANG, SH, MH. Drs. DJASRI MARIN, SH. SYAMSUL HUDA, SH.
NUDIRMAN MUNIR, SH, MA. H.M. ALI ABBAS, SH. LINDA SUGIANTO, SH. ZUJAN MARFA, SH.
PURWOKO J SOEMANTRI,SH, MH. DR.H.TEGUH SAMUDRA,SH, MH. DOREL ALMIR, SH, MKn. H. BACHTIAR WAHID,SH.
Kesemuanya Advokat, Penasihat Hukum, Pembela dari TIM ADVOKASI & HUKUM “JUSUF KALLA - WIRANTO”, yang berkedudukan di Jakarta, beralamat di Jln Pakubuwono VI Nomor 100 Jakarta Selatan, Telepon (021) 7203207 Faksimili (021) 7243717 untuk bertindak sendiri-sendiri atau bersama-sama.
365/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 25 Juli 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009...(P-1)
Terhadap
Komisi Pemilihan Umum (KPU) berkedudukan di Jakarta, alamat Jln. Iman Bonjol Nomor 29 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut---Termohon.
Adapun alasan hukum yang menjadi dasar permohonan Penyelesaian Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
1.1. Bahwa berdasarkan Pasal 24 C ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945) jo Pasal 10 ayat (1) d Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan untuk memeriksa dan mengadili perkara perselisihan yang berkenaan dengan Hasil Pemilihan Umum.
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”, serta berdasarkan pasal 45 ayat (1) Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi ditegaskan kembali bahwa : “ Mahkamah Konstitusi memutus perkara berdasarkan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan alat bukti dan
keyakinan hakim”, telebih-lebih lagi bahwa berdasarkan pasal 48 ayat (2) UU Nomor 24 Tahun 2003, setiap putusan Mahkamah Konstitusi harus memuat irah-irah: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga Putusan Mahkamah Konstitusi (Mahkamah) terhadap permohonan Pemohon benar-benar merupakan putusan yang adil bagi Pemohon.
1.3. Bahwa Mahkamah Konstitusi telah berkali-kali memutuskan sengketa yang diajukan kepada Mahkamah yang mendasarkan putusan kepada Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 tersebut, antara lain Putusan Nomor: 49/PHPU.D-VI/2008 tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara jo Putusan Nomor: 41/PHPU.D-VI/2008 tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Propinsi Jawa Timur yang dalam pertimbangan hukumnya halaman 129 berbunyi :
[3.28] “Menimbang bahwa dalam memutus perselisihan hasil Pemilukada, Mahkamah tidak hanya menghitung kembali hasil
penghitungan suara yang sebenarnya dari pemungutan suara tetapi
juga harus menggali keadilan dengan menilai dan mengadili hasil
dalam arti teknis-matematis sebenarnya bisa dilakukan
penghitungan kembali oleh KPUD sendiri di bawah pengawasan
Panwaslu dan/atau aparat kepolisian. atau cukup oleh pengadilan
biasa, Oleh sebab itu, Mahkamah memahami bahwa meskipun
menurut undang-undang, yang dapat diadili oleh Mahkamah adalah
hasil penghitungan suara, namun pelanggaran-pelanggaran yang
menyebabkan terjadinya hasil penghitungan suara yang kemudian
dipersengketakan itu harus pula dinilai untuk menegakkan keadilan”
Dengan demikian meskipun pertimbangan hukum diatas merupakan pertimbangan hukum Mahkamah dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada), maka disamping Pemilukada sama-sama rezim Pemilu dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah sejatinya harus konsisten terhadap pertimbangan hukum tersebut dalam memutus Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
2. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (legal standing)
Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Termohon Nomor
295/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 29 Mei 2009 jo Nomor 297/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 30 Mei 2009 bahwa Pemohon adalah Peserta Pemilihan Umum Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009 dengan Nomor Urut 3 (vide P-6,P-7), dengan merujuk kepada pasal 74 ayat (1) b UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berbunyi: “Pemohon adalah pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden peserta pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden”
2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden berbunyi : “Para Pihak dalam PHPU Presiden dan Wakil Presiden adalah pasangan Calon sebagai Pemohon”, dengan demikian Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) selaku Pemohon dalam perkara aquo.
3. TENGGAT WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN
Bahwa Termohon telah menetapkan hasil perolehan suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 secara Nasional pada tanggal 25 Juli 2009 (vide P-1) dan berdasarkan pasal 201 ayat (1) Undang Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden jo pasal 74 ayat (3) Undang Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi jo pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Nomor 17 Tahun 2009 telah ditetapkan tenggat waktu pengajuan permohonan perkara Perselisihan Hasl Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden adalah 3 x 24 jam setelah penetapan dan pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden secara Nasional, dan pada tanggal 27 Juli 2009 Pemohon telah mengajukan Permohonannya, sehingga permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggat waktu yang ditentukan peraturan perundang undangan, sehingga formal harus diterima.
4. POKOK PERMOHONAN
Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 (vide P-1) sebagai berikut:
1.1. Pasangan Calon Nomor Urut 1, HJ. MEGAWATI SUKARNOPUTRI – H.PRABOWO SUBIANTO 32.548.105 Suara atau 26,79 % dari suara nasional .
1.2. Pasangan Calon Nomor Urut 2, DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO – PROF.DR.BUDIONO, 73.874.526 Suara atau 60,80% dari suara nasional.
1.3. Pasangan Calon Nomor Urut 3, H.M. JUSUF KALLA – H. WIRANTO, 15.081.814 Suara atau 12,41 % suara nasional.
2. Bahwa Termohon dalam menetapkan perolehan suara sebagaimana yang dimaksud dalam point 1 telah didahului dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran hukumyang jelasnya sebagai berikut:
pemasangan spanduk sosialisasi Pilpres 2009 yang diduga berpihak. Selain itu juga permintaan dari salah satu Capres untuk memundurkan hari-hari tertentu yang telah di tetapkan oleh Termohon (KPU) bahwa ternyata tanpa mengajak musyawarah atau persetujuan Capres / Cawapres lainnya secara sewenang-wenang telah mengundurkan hari yang ditetapkan oleh KPU sendiri (dari Tanggal 2 Juni menjadi tanggal 10 Juni 2009).
2.2. Bahwasanya KPU telah melakukan 4 pelanggaran hukum yang akan diuraikan lebih lanjut dalam gugatan ini yaitu :
1. KPU dengan telah sengaja atau setidak-tidaknya lalai dalam penyusunan DPT
2. KPU dengan telah sengaja atau setidak-tidaknya lalai menindak lanjuti temuan pasangan calon ataupun masyarakat, bahkan BAWASLU terkait penyusunan DPT.
3. KPU dianggap telah sengaja mengeluarkan kebijakan menghilangkan 69.000 TPS yang berpotensi mempengaruhi pergerakan dan atau penghilangan sebanyak 34,5 juta suara pemilih.
4. KPU telah melibatkan pihak asing yaitu IFES dalam Proses Tabulasi Nasional Pemilu Presiden.
2.4. Bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Termohon selaku penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat , Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rayat Daerah meliputi:
e. “Memutakhirkan data Pemilih berdasarkan data kependudukan dan menetapkan sebagai daftar Pemilih”.
2.5. Bahwa demikian juga berdasarkan Pasal 8 ayat (2) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Termohon selaku penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden meliputi :
e. “Memutakhirkan data Pemilih berdasarkan data kependudukan dan menetapkan sebagai daftar Pemilih”.
ganda, Nama yang sama terdaftar beberapa kali dalam satu Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan/atau berbeda Tempat Pemungutan Suara (TPS) , pemilih yang mempunyai hak suara tidak terdaftar, sehingga DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI pada sidang Paripurna tanggal 26 Mei 2009 telah memutuskan untuk melakukan Hak Angket terhadap ketidak benaran DPT Pemilihan Legislatif tersebut… (P-8), sehingga sebenarnya sudah merupakan fakta hukum yang tidak perlu dibuktikan bahwa Termohon sudah mengetahui dengan jelas bahwa Daftar Pemilih Tetap pada pemilu Legislatif adalah tidak benar sebagaimana mestinya.
2.7. Bahwa berdasarkan pasal 29 ayat (1) Undang Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang berbunyi:
KPU, KPU propinsi, KPU kabupaten/kota, dan PPS
menggunakan Daftar Pemilih Tetap pemilihan umum anggota
DPR, DPD, DPRD Propinsi, dan DPRD kabupaten/kota sebagai
Daftar Pemilih Sementara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan berdasarkan pasal 29 ayat (5) yang berbunyi: Daftar Pemilih Tetap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden harus sudah
ditetapkan 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan
pemungutan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
dan Wakil Presiden dapat menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Pasport yang masih berlaku adalah juga membuktikan bahwa Termohon tidak melakukan tugas dan wewenang yang diberikan Undang Undang untuk melakukan pemutakhiran Daftar Pemilih, dan Putusan Mahkamah Konstitusi yang diputuskan 2 (dua) hari sebelum hari Pemungutan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tanggal 8 Juli 2009 tidaklah menghilangkan pelanggaran hukum yang dilakukan Termohon yang tidak melakukan pemutakhiran Daftar Pemilih.
2.9. Bahwa Pemohon telah berkali-kali dan berulang-ulang meminta Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden kepada Termohon yaitu seingat Pemohon dimulai dengan lisan pada tanggal 19 Juni 2009 dan permintaan DPT secara tertulis pada tanggal 3 Juli 2009… (P-9), akan tetapi tidak pernah diberikan dengan berbagai alasan Termohon, yang seharusnya menurut pasal 29 ayat (5) Undang Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden bahwa DPT tersebut HARUS SUDAH ditetapkan Termohon 30 hari sebelum pemungutan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, atau 30 hari sebelum tanggal 8 Juli 2009.
KALLA-WIRANTO yang diakui Termohon dengan membubuhkan tanda tangan…(P-13).
2.11. Bahwa setelah Pemohon menerima Daftar Pemilih Tetap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 7 Juli 2009 berupa “soft copy” dan Pemohon telah melakukan penyisiran terhadap Daftar Pemilih Tetap yang diberikan Termohon tersebut, ternyata bahwa dari 474 Kabupaten/Kota dari 33 Propinsi, terdapat masalah dan kekacauan NIK, Nama, Tempat tanggal lahir dan alamat yang sama/identik dan permasalahan lainnya sebagai berikut:
2.11.1. Dari 474 kabupaten yang verifikasi, ditemukan 87 kabupaten yang bermasalah serius diantaranya:
- tidak terinci s/d TPS (rekap saja) : 23 kabupaten/kota - Data kosong 36 Kabupaten/kota.
- Format PDF 11 kabupaten/kota - File isi tidak sesuai 3 kabupaten/kota - File berisi program 2 kabupaten.
- File belum di proses 10 kabupaten/kota - File berisi DP4 2 kabupaten/kota
Tabel 1.1.
1 NAD 19 2,275,415 75,955 610,233
2 Sumatera Utara 27 7,180,923 275,083 1,938,355
3 Riau 9 2,577,932 95,887 829,303
4 Kepulauan Riau 6 1,120,793 30,058 135,586
5 Bengkulu 9 969,198 25,811 47,019
6 Sumatera Barat 18 2,895,672 71,799 1,307,218
7 Jambi 10 2,093,614 55,471 877,871
8 Bangka Belitung 6 619,905 16,479 159,088
9 Sumatera Selatan 12 3,576,681 66,733 844,537
10 Lampung 10 3,577,715 160,850 1,283,328
11 Jawa Barat 24 21,824,495 782,994 3,782,417
12 Banten 7 4,644,172 108,399 538,642
13 DKI Jakarta 2 1,285,290 33,567 219,429
14 Jawa Tengah 32 19,134,636 645,287 2,763,944
15 DI Yogyakarta 4 2,280,137 35,087 223,548
16 Jawa Timur 31 22,700,916 774,746 2,640,420
17 Kalimantan Timur 9 1,463,614 51,483 273,063
18 Kalimantan Tengah 13 528,645 12,258 151,051
19 Kalimantan Barat 13 3,015,165 102,331 803,916
20 Kalimantan Selatan 13 2,399,496 64,285 497,472
21 Bali 9 2,694,835 107,850 286,954
22 NTB 5 1,802,072 70,490 870,754
23 NTT 17 2,234,030 133,310 674,904
24 Sulawesi Selatan 16 3,821,639 106,521 825,864
25 Sulawesi Barat 4 544,628 22,278 223,379
26 Sulawesi Tengah 10 1,470,929 34,114 482,540
27 Sulawesi Tenggara 11 1,277,792 39,349 419,620
28 Gorontalo 5 384,085 18,481 102,233
29 Sulawesi Utara 13 1,449,529 71,036 744,850
30 Maluku 9 1,026,721 93,081 468,824
31 Maluku Utara 7 610,617 12,129 211,034
32 Papua 1 137,839 6,372 19,653
33 Papua Barat 6 356,213 7,848 46,005
TOTAL 387 123,975,343 4,207,422 25,303,054 PERSENTASE 20.41 %
Tabel 1.2.
Verifikasi Berdasarkan NIK dan NAMA
NO PROPINSI KAB/KOTA
1 NAD 19 2,275,415 81,824 297,257
2 Sumatera Utara 27 7,180,923 205,383 969,116
3 Riau 9 2,577,932 137,423 448,703
4 Kepulauan Riau 6 1,120,793 48,114 184,913
5 Bengkulu 9 969,198 36,321 121,769
6 Sumatera Barat 18 2,895,672 131,583 387,274
7 Jambi 10 2,093,614 93,267 387,824
8 Bangka Belitung 6 619,905 18,197 64,542
9 Sumatera Selatan 12 3,576,681 86,268 304,712
10 Lampung 10 3,577,715 159,731 643,971
11 Jawa Barat 24 21,824,495 469,017 1,904,500
12 Banten 7 4,644,172 105,472 171,172
13 DKI Jakarta 2 1,285,290 26,889 92,913
14 Jawa Tengah 32 19,134,636 381,851 1,217,593
15 DI Yogyakarta 4 2,280,137 15,385 75,445
16 Jawa Timur 31 22,700,916 343,351 1,040,197
17 Kalimantan Timur 9 1,463,614 38,646 113,074
18 Kalimantan Tengah 13 528,645 18,486 64,903
19 Kalimantan Barat 13 3,015,165 54,784 199,670
20 Kalimantan Selatan 13 2,399,496 74,270 254,059
21 Bali 9 2,694,835 63,400 128,329
22 NTB 5 1,802,072 97,206 449,536
23 NTT 17 2,234,030 70,167 178,021
24 Sulawesi Selatan 16 3,821,639 83,955 361,197
25 Sulawesi Barat 4 544,628 13,608 59,094
26 Sulawesi Tengah 10 1,470,929 43,343 163,144
27 Sulawesi Tenggara 11 1,277,792 45,348 212,272
28 Gorontalo 5 384,085 18,371 35,891
29 Sulawesi Utara 13 1,449,529 92,058 290,227
30 Maluku 9 1,026,721 30,724 117,876
31 Maluku Utara 7 610,617 15,977 38,350
32 Papua 1 137,839 1,443 3,253
33 Papua Barat 6 356,213 6,717 22,320
TOTAL 387 123,975,343 3,108,579 11,003,117
PERSENTASE 8.88 %
2.11.4. Dari sejumlah 123.975.343 orang pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), maka setelah dilakukan verifikasi berdasarkan NIK, NAMA dan TEMPAT TANGGAL LAHIR
Tabel 1.3.
Verifikasi Berdasarkan NIK, NAMA, TEMPAT TANGGAL LAHIR
NO PROPINSI KAB/KOTA
1 NAD 19 2,275,415 39,761 85,979
2 Sumatera Utara 27 7,180,923 146,670 710,478
3 Riau 9 2,577,932 100,912 212,907
4 Kepulauan Riau 6 1,120,793 28,637 99,162
5 Bengkulu 9 969,198 17,154 41,152
6 Sumatera Barat 18 2,895,672 60,797 184,396
7 Jambi 10 2,093,614 33,687 100,843
8 Bangka Belitung 6 619,905 9,919 20,022
9 Sumatera Selatan 12 3,576,681 72,627 288,464
10 Lampung 10 3,577,715 102,700 247,056
11 Jawa Barat 24 21,824,495 356,733 845,242
12 Banten 7 4,644,172 49,939 115,082
13 DKI Jakarta 2 1,285,290 13,671 29,639
14 Jawa Tengah 32 19,134,636 366,532 746,215
15 DI Yogyakarta 4 2,280,137 4,934 14,230
16 Jawa Timur 31 22,700,916 266,470 962,058
17 Kalimantan Timur 9 1,463,614 33,527 5,934
18 Kalimantan Tengah 13 528,645 8,615 19,166
19 Kalimantan Barat 13 3,015,165 20,745 50,569
20 Kalimantan Selatan 13 2,399,496 45,816 111,624
21 Bali 9 2,694,835 58,754 118,047
22 NTB 5 1,802,072 51,485 157,734
23 NTT 17 2,234,030 51,238 120,424
24 Sulawesi Selatan 16 3,821,639 56,956 192,055
25 Sulawesi Barat 4 544,628 1,879 3,849
26 Sulawesi Tengah 10 1,470,929 19,383 61,260
27 Sulawesi Tenggara 11 1,277,792 23,908 70,102
28 Gorontalo 5 384,085 14,743 29,998
29 Sulawesi Utara 13 1,449,529 73,992 263,095
30 Maluku 9 1,026,721 34,893 80,149
31 Maluku Utara 7 610,617 9,667 22,507
32 Papua 1 137,839 1,425 3,217
33 Papua Barat 6 356,213 3,427 14,150
TOTAL 387 123,975,343 2,181,596 6,026,805
PERSENTASE 4.86 %
Tabel 1.4 Verifikasi Berdasarkan NIK, NAMA, TEMPAT TANGGAL LAHIR, dan
NIK, NAMA, TTL & ALAMAT PEMILIH
DIGANDAKAN
HASIL PENGGANDAAN
1 NAD 19 2,275,415 35,124 75,814
2 Sumatera Utara 27 7,180,923 140,761 696,717
3 Riau 9 2,577,932 93,276 193,259
4 Kepulauan Riau 6 1,120,793 27,538 96,479
5 Bengkulu 9 969,198 15,330 35,082
6 Sumatera Barat 18 2,895,672 49,558 128,278
7 Jambi 10 2,093,614 28,908 89,550
8 Bangka Belitung 6 619,905 9,176 18,364
9 Sumatera Selatan 12 3,576,681 46,911 104,637
10 Lampung 10 3,577,715 96,830 233,095
11 Jawa Barat 24 21,824,495 272,243 598,835
12 Banten 7 4,644,172 37,892 86,212
13 DKI Jakarta 2 1,285,290 10,216 22,650
14 Jawa Tengah 32 19,134,636 329,814 619,488
15 DI Yogyakarta 4 2,280,137 2,782 9,758
16 Jawa Timur 31 22,700,916 240,542 584,668
17 Kalimantan Timur 9 1,463,614 30,172 85,512
18 Kalimantan Tengah 13 528,645 6,436 13,896
19 Kalimantan Barat 13 3,015,165 17,942 44,713
20 Kalimantan Selatan 13 2,399,496 41,675 93,208
21 Bali 9 2,694,835 57,503 115,306
22 NTB 5 1,802,072 48,322 150,387
23 NTT 17 2,234,030 47,231 107,606
24 Sulawesi Selatan 16 3,821,639 42,202 187,739
25 Sulawesi Barat 4 544,628 1,302 2,682
26 Sulawesi Tengah 10 1,470,929 17,724 57,409
27 Sul-Tenggara 11 1,277,792 20,530 61,612
28 Gorontalo 5 384,085 13,530 27,696
29 Sulawesi Utara 13 1,449,529 72,064 258,405
30 Maluku 9 1,026,721 30,239 76,919
31 Maluku Utara 7 610,617 8,554 15,050
32 Papua 1 137,839 1,409 3,181
33 Papua Barat 6 356,213 3,136 61,895
TOTAL 387 123,975,343 1,896,872 4,956,102
PERSENTASE 4.00 %
Wakil Presiden (Pilpres) sebanyak 176.367.056 pemilih dan Termohon melakukan perubahan tanggal 8 Juni 2009 menjadi 176.395.015 pemilih, dan kemudian dua hari menjelang pemingutan suara Pilpres yaitu pada tanggal 6 Juli 2009 Termohon kembali melakukan perubahan DPT menjadi 176.441.434 pemilih…(P-14,P-16).
2.13. Bahwa ternyata Surat Keputusan Termohon tersebut adalah perobahan REKAPITULASI Daftar Pemilih Tetap yang didasarkan pada pasal 30 ayat 3 UU Nomor 42 Tahun 2008 untuk menentukan pendistribusian logistik Pemilu dan itupun sudah 3 (tiga) kali dirubah Termohon dan dengan demikian Termohon tidak pernah menetapkan Daftar Pemilih Tetap sesuai dengan pasal 29 ayat (5)…..(P-17a, P-17b, P-17c)
Tabel 2.1
PERBANDINGAN JUMLAH PEMILIH BERDASARKAN DPT DC-1 PPWP DENGAN DATA SOFTCOPY DARI KPU TANGGAL 7 JULI 2009
NO PROVINSI
1 ACEH 3,008,235 2,699,713 2,275,415 424,298
2 SUMATERA UTARA 9,472,577 8,223,570 7,180,923 1,042,647 3 SUMATERA BARAT 3,321,507 3,078,977 2,895,672 183,305 4 KEPULAUAN RIAU 1,243,586 1,243,586 1,120,793 122,793
5 RIAU 3,647,420 2,756,710 2,577,932 178,778
6 BENGKULU 1,273,212 1,190,348 969,198 221,150
7 JAMBI 2,198,902 2,198,902 2,093,614 105,288
NO PROVINSI DPT PROV.
17 BALI 2,696,817 2,696,817 2,694,835 1,982
18 NTB 3,242,086 1,856,122 1,802,072 54,050
19 NTT 2,813,603 2,357,182 2,234,030 123,152
20 KALIMANTAN TIMUR 2,474,351 1,585,277 1,463,614 121,663 21 KALIMANTAN TENGAH 1,607,949 1,514,910 528,645 986,265 22 KALIMANTAN BARAT 3,217,953 3,043,337 3,015,165 28,172 23 KALIMANTAN SELATAN 2,593,599 2,593,599 2,399,496 194,103 24 SULAWESI SELATAN 5,834,408 4,248,637 3,821,639 426,998 25 SULAWESI TENGAH 1,760,709 1,760,709 1,470,929 289,780 26 SULAWESI TENGGARA 1,558,299 1,468,827 1,277,792 191,035
27 GORONTALO 710,097 583,658 384,085 199,573
28 SULAWESI UTARA 1,743,009 1,743,009 1,449,529 293,480 29 SULAWESI BARAT 786,556 559,705 544,628 15,077
30 MALUKU 1,062,380 1,062,380 1,026,721 35,659
31 MALUKU UTARA 739,218 651,196 610,617 40,579
32 PAPUA 1,269,860 137,839 137,839 0
33 PAPUA BARAT 573,356 356,213 356,213 0
Tabel 2.2
DPT SESUAI BERITA ACARA DARI KPU PROV. (DC-1 PPWP) YANG TIDAK DISERTAKAN DALAM PERBANDINGAN DENGAN DPT ELEKTRONIK DATA/ SOFTCOPY DARI KPU TANGGAL 7 JULI 2009
NO. PROVINSI KABUPATEN/ KOTA JMLH DPT PER
KAB/ KOTA TOTAL
1 ACEH Aceh Jaya 51,756
Aceh Tengah 115,431 Kota Lhoksemawe 118,880
Kota Sabang 22,455
308,522
2 SUMATERA UTARA Simalungun 602,081
Dairi 185,078
Batu Bara 269,385
Kota Pematang Siantar 192,463
1,249,007
3 SUMATERA BARAT Solok 242,530
242,530
4 RIAU Pekan Baru 535,742
Rokan Hilir 354,968
890,710
5 BENGKULU Kaur 82,864
82,864
6 SUMATERA SELATAN Kota Pagar Alam 94,494 Musi Banyuasin 391,818 Ogan Komering Ulu 233,375
719,687
7 BANGKA BELITUNG Bangka Barat 113,664
NO. PROVINSI KABUPATEN/ KOTA
JMLH DPT PER KAB/
KOTA
TOTAL
8 DKI JAKARTA Jakarta Timur 2,222,190
Jakarta Pusat 810,743 Jakarta Barat 1,688,043 Jakarta Selatan 1,660,887
6,381,863
9 JAWA BARAT Kota Bandung 1,699,033
Kota Depok 1,145,480
2,844,513
10 JAWA TENGAH Kota Semarang 1,094,832
Boyolali 768,093
Purworejo 614,728
2,477,653
11 D.I. YOGYAKARTA Kulonprogo 344,850
344,850
12 JAWA TIMUR Ponorogo 759,767
Magetan 541,801
13 NUSA TENGGARA BARAT Bima 300,902
Dompu 146,641
Kota Bima 100,441
Lombok Timur 837,980
NO. PROVINSI KABUPATEN/ KOTA
JMLH DPT PER KAB/
KOTA
TOTAL
14 NUSA TENGGARA TIMUR Ende 163,439
Sumba Tengah 35,683 Timur Tengah Selatan 257,299
456,421
15 KALIMANTAN TIMUR Bulungan 73,573
Kota Bontang 101,133 Kota Tarakan 130,201 Kutai Kertanegara 433,553
Pasir 150,614
889,074
16 KALIMANTAN TENGAH Barito Utara 93,039
93,039
17 KALIMANTAN BARAT Pontianak 174,616
174,616
18 SULAWESI SELATAN Luwu 239,827
Pinrang 246,257
19 SULAWESI TENGGARA Kolaka Utara 89,472
89,472
20 GORONTALO Kota Gorontalo 126,439
NO. PROVINSI KABUPATEN/ KOTA
JMLH DPT PER KAB/
KOTA
TOTAL
21 SULAWESI BARAT Mamuju 226,851
226,851
22 MALUKU UTARA Sula 88,022
88,022
23 PAPUA Kota Jayapura 204,213
Jayapura 83,683
Keerom 37,437
Yahukimo 215,254
Peg.Bintang 66,089
Boven Diguel 38,613
Marauke 127,841
Mapi 51,587
Yalimo 29,197
Nduga 35,134
Lanny Jaya 110,658
Mamberamo Tengah 25,981 Puncak Jaya 106,334
1,132,021
24 PAPUA BARAT Manokwari 145,492
Raja Ampat 30,070
Teluk Binuni 41,581
217,143
2.15. Bahwa Termohon juga mengakui pada Harian “KOMPAS” Kamis tanggal 23 Juli 2009 melakukan pengurangan Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang sebelumnya pada Pemilu Legislatif sebanyak 519.000 TPS menjadi 450.000 TPT pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden…(P-15), bahwa meskipun dimungkinkan pengurangan TPS tersebut karena adanya Peraturan yang menyebutkan bahwa untuk Pilpres disetiap TPS ditetapkan pemilihnya maksimal berjumlah 800 orang yang per TPS yang berbeda dengan Pemilu Legislatif sebanyak 500 orang per TPS, akan tetapi mengingat perubahan-perubahan DPT yang berkali-kali menyebabkan Termohon tidak mengumumkan dan mengetahui dimana saja pengurangan Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dimaksud.
2.16. Bahwa Termohon juga dalam pemberian soft copy sebagaimana butir 2.7 diatas, ternyata dari 474 Kabupaten/Kota, hanya 387 yang bisa dilihat DPT Pilpres dan Wapresnya. Sedangkan sisanya sebanyak 87 Kabupaten/Kota tidak bisa dilihat/dibuka datanya. Selain itu data DPT yang diberikan sebanyak 474 Kab/Kota berdasarkan butir 2.7 diatas, juga ternyata tidaklah lengkap. Hal ini disebabkan berdasarkan data di internet ada 498 Kab/Kota di Indonesia. Artinya ada 111 Kab/Kota yang tidak diberikan datanya oleh Termohon. Oleh sebab itu Termohon telah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu dengan tidak lengkapnya memberikan DPT sebagaimana diwajibkan oleh Pasal 29 Ayat 1 UU No. 42 Tahun 2008. Akibatnya Pemohon merasa dirugikan karena suara yang hilang atau suara pemilih ganda sangat besar kemungkinan terjadi sebagaimana contoh di atas untuk 111 Kab/Kota. Sebagai perbandingan untuk 387 Kab/Kota (123.975.343) saja Pemohon dirugikan untuk verifikasi NIK yang sama sejumlah 25.423.054 pemilih, untuk NIK dan NAMA yang sama 11.086.117 pemilih terus untuk NIK, NAMA, dan TTL yang sama terdapat 6.097.944 pemilih, dan untuk NIK, NAMA, TTL, dan Alamat yang sama terdapat 4.984.262 pemilih, sehingga totalnya berjumlah 47.591.377 pemilih ganda (20,5%). Artinya terdapat 20,5% pemilih ganda.
diduga kuat bahwa PPS ditiap-tiap TPS telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan mencontreng sendiri begitu banyak pemilih ganda di 5 Kab/Kota provinsi Papua.
2.18. Bahwa pada Pilpres tanggal 8 Juli 2009 ditemukan beredar formulir C-1…(P-17), kertas untuk mencatat hasil perolehan suara sudah dibagikan kepada saksi kandidat tertentu sebelum perhitungan suara dan nama prasangan urut nomor 2 telah terketik rapi, dan ternyata formulir C-1 yang menyerupai Dokumen resmi yang dikeluarkan Termohon dibuat Partai Demokrat sebagaimana diakui oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Ali ( Majalah Tempo Edisi 13-19 Juli 2009 halaman 31)…(P-18)
2.19. Bahwa berdasarkan pasal 8 ayat (4) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu, maka Termohon berkewajiban :
a. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu secara tepat waktu.
b. menyampaikan semua informasi penyelengaraan Pemilu kepada masyarakat .
ternyata kewajiban tersebut telah tidak dijalankan Termohon, dengan demikian Termohon telah melanggar pasal 28 ayat (2) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu menyangkut Sumpah/Janji yang berbunyi: “bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai anggota KPU dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” Dengan demikian Termohon telah memenuhi pasal 29 ayat (1) c jo pasal 29 ayat (2) b UU Nomor 22 Tahun 2007 untuk diberhentikan.
Berdasarkan fakta hukum tersebut diatas terbukti:
Presiden dan Wakil Presiden, meskipun DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI telah melakukan Hak Angket terhadap DPT Pemilu Legislatif, ternyata Termohon tetap tidak melakukan pemutakhiran data menjadi Daftar Pemilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara benar, dengan demikian jelas Termohon telah melakukan pelanggaran hukum yang sistemik dan masif dan juga merupakan tindakan kesengajaan yang mengakibatkan pemilih kehilangan hak pilihnya.
2. Bahwa berdasarkan soft copy DPT yang diterima Pemohon dari Termohon (KPU) tanggal 7 Juli 2009 jam 00.00 WIB terbukti terdapat 25.303.054 NIK GANDA, 11.003.117 NIK, NAMA GANDA, 6.026.805 NIK, NAMA, TTL GANDA dan 4.956.102 NIK, NAMA, TTL, ALAMAT GANDA, yang berpotensi menguntungkan salah satu pasangan Capres/Cawapres tertentu.
3. Bahwa banyak warga Negara yang berhak memilih tetapi tidak dapat menggunakan hak pilih akibat tidak terdaftar dalam DPT, dan juga banyak warga Negara yang berhak memilih tetapi tidak dapat menggunakan hak pilih karena mereka tidak pernah mengetahui bahwa dapat memberikan suara dengan cara memakai KTP ataupun Paspor sebagaimana diputuskan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 102/PUU-VII/2009 pada tanggal 6 Juli 2009 jam 17.00 WIB atau hanya sekitar 31 Jam sebelum pemberian suara, maka tidak mungkin KPU (Termohon) dapat melakukan sosialisasi kepada seluruh rakyat Indonesia.
4. Bahwa akibat KPU tidak dapat melakukan sosialiasi kepada seluruh rakyat Indonesia, sehingga banyak WNI tidak dapat menggunakan hak suaranya yang merupakan hak konstitusional warganegara (the right to vote), sehingga mempengaruhi perolehan suara bagi Pemohon.
5. Bahwa ternyata KPU telah terbukti telah menghilangkan 69.000 TPS, yang mengakibatkan banyak WNI yang memiliki hak suara tidak lagi terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) dan sebagai pemilih tidak lagi mengetahui dimana TPS tempat mereka untuk menggunakan hak pilihnya, sehingga dengan demikian telah sangat mempengaruhi perolehan suara bagi Pemohon.
Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu, setidak-tidaknya Termohon telah melanggar asas:
- kepastian hukum. - profesionalitas. - keterbukaan.
7. Bahwa dengan demikian terbukti Termohon telah melakukan pelanggaran hukum dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009, sehingga Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang didasarkan pada pelanggaran hukum adalah menjadi cacat hukum.
Berdasarkan keseluruhan hal-hal tersebut diatas, Pemohon memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk memutuskan:
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon Seluruhnya.
2. Menyatakan Termohon telah melakukan pelanggaran hukum dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009.
3. Menyatakan pemungutan suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tanggal 8 Juli 2009 adalah cacat hukum, dan tidak sah.
4. Menyatakan BATAL DAN TIDAK MEMILIKI KEKUATAN HUKUM MENGIKAT Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor: 365/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 25 Juli 2009 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009
5. Memerintahkan Presiden memberhentikan Termohon sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Atau:
Hormat kami Kuasa Pemohon
CHAIRUMAN HARAHAP, SH, MH. DR. HJ. ELZA SYARIEF, SH, MH.
VICTOR W NADAPDAP, SH, MM. DR. RUFINUS.H.H, SH, MM, MH.
DR. ANDI M. ASRUN,SH, MH. BONARAN SITUMEANG, SH,MH
Drs. DJASRI MARIN, SH. SYAMSUL HUDA, SH.
NUDIRMAN MUNIR, SH, MA. H.M. ALI ABBAS, SH.
LINDA SUGIANTO, SH. ZUJAN MARFA, SH.
PURWOKO J. SOEMANTRI,SH,MH. DR.H.TEGUH SAMUDRA,SH,MH