• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Workshop ITC DRR di Aceh 2017 8. Dit. Keswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi Workshop ITC DRR di Aceh 2017 8. Dit. Keswa"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PANDUAN IASC Kesehatan jiwa dan

Psikososial:

(3)

Apa Itu IASC?

The Inter-Agency Standing Committee merupakan bentuk

koordinasi antar lembaga bantuan kemanusiaan

IASC terdiri berbagai badan PBB dan dan organisasi

kemanusiaan non-PBB.

Berdiri pada tahun 1992 sebagai respon terhadap Resolusi

No. 46/182 pada Sidang Umum PBB: Memperkuat

koordinasi pada kegiatan bantuan kemanusian

Resolusi itu mengatur IASC sebagai mekanisme utama

koordinasi antar-lembaga dalam menanggapi situasi

darurat yang kompleks.

Respon minimal multi-sektor dalam bantuan kemanusiaan

(4)

Panduan dan Advokasi

2010

(5)

Instrumen Asesmen

2012

(6)

Tujuan Panduan

Panduan merencanakan, mengembangkan

dan mengkoordinasikan program untuk

melindungi dan meningkatkan kesehatan jiwa

dan kesejahteraan psikososial pada situasi

(7)

Prinsip Dasar

Menghargai HAM (Kesetaraan dan Non-diskriminatif)

Partisipatif

Do No Harm (Tidak melalukan sesuatu yang berpotensi

membahayakan: Koordinasi untuk mengurangi

duplikasi kegiatan dan mengisi kebutuhan

Matriks

4Ws, desain kegiatan berdasarkan inforamsi yang

akurat, memperhatikan aspek budaya)

Mengembangkan kapasitas setempat yang tersedia

Diintegrasikan ke sistem yang ada

(8)

Matriks 4W (Who, Where, When, What)

(9)

Layanan spesialis

Layanan terfokus Non-spesialis

Memperkuat dukungan keluarga dan

komunitas

Pemenuhan

kebutuhan dasar dan rasa aman

Sebagian besar populasi terdampak bencana Layanan kesehatan jiwa oleh spesialis [psikiater,

psikolog klinis, perawat jiwa]

Intervensi individu, keluarga, kelompok oleh petugas kesehatan:, dokter, psikolog, perawat, konselor terlatih.

Aktivasi dukungan sosial di

komunitas: relawan, pekerja sosial, fasilitator masyarakat, komunitas, keluarga

Stres dan masalah psikologis ringan Mengalami persoalan kesehatan mental

sedang

Sumber: IASC - Mental Health and Psychosocial Support in Humanitarian Emergencies: What Should Humanitarian Health Actors Know? (2010)

Piramida Intervensi Pada Situasi Krisis

Pemenuhan kebutuhan

dasar dan rasa aman 

relawan, masyarakat

BENTUK & PELAKU INTERVENSI KONDISI PENYINTAS

Mengalami ganggunan berat 3-4%

20%

(10)

Konteks Masalah Kesehatan Jiwa dan Psikososial

Pada Situasi Krisis dan Bencana

Terkait dg kondisi sebelum situasi krisis/bencana: (1)

kemiskinan, diskriminasi, tekanan politik/konflik. (2) Penderita

gangguan jiwa sebelumnya, masalah penyalahgunaan obat

terlarang dan alkohol.

Kondisi yang terkait dg karena bencana: (1) rusaknya struktur

sosial masyarakat, rusaknya trust antar kelompok, terpisahnya

anggota keluarga. (2) Gangguan kesehatan jiwa dan

psikososial seperti acute stress, depresi krn tinggal di

pengungsian dll

Kondisi pasca situasi krisis/bencana misal: pemberian bantuan

kemanusiaan (distribusi bantuan yang tidak merata, ada pihak

yang merasa tidak mendapatkan cukup perhatian dan

(11)

Bagian A.

Fungsi umum lintas sektor

1.

Koordinasi

2.

Asesmen, monitoring dan evaluasi

3.

Perlindungan dan standar HAM

4.

Sumber daya manusia

Bagian B.

Ranah dukungan

kesehatan jiwa dan

psikososial

5.

Mobilisasi dan dukungan komunitas

6.

Pelayanan kesehatan

7.

Pendidikan

8.

Diseminasi informasi

Bagian C.

Pertimbangan sosial dalam

ranah sektoral

9.

Keamanan pangan dan nutrisi

10.

Perencanaan tempat berteduh dan lokasi

11.

Air dan sanitasi

(12)

Bagian A. Fungsi umum lintas ranah

Koordinasi 1.1 Menciptakan koordinasi dukungan kesehatan jiwa dan psikososial secara lintas sektoral

Penilaian,

monitoring, dan evaluasi

2.1 Melakukan penilaian masalah kesehatan jiwa dan psikososial

2.2 Memulai sistem partisipatoris dalam proses monitoring dan evaluasi

Proteksi dan Standar HAM

3.1 Menerapkan kerangka kerja hak azasi manusia HAM melalui dukungan kesehatan jiwa dan psiksosial

3.2 Mengidentifikasi, memonitor, mencegah dan merespon ancaman dan kegagalan melalui perlindungan sosial

3.3 Mengidentifikasi, memonitor, mencegah dan merespon ancaman dan kegagalan melalui perlindungan hukum

Sumber daya manusia

4.1 Mengidentifikasi dan merekrut staf dan melibatkan relawan yang memahami budaya setempat

4.2 Menerapkan pedoman perilaku dan pedoman etika staf

4.3 Mengorganisir orientasi dan pelatihan untuk para pekerja

kemanusiaan dalam bidang dukungan kesehatan jiwa dan psikososial

(13)

Bagian B. Ranah inti kesehatan jiwa dan dukungan psikososial Mobilisasi dan

dukungan komunitas

5.1 Memfasilitasi mobilisasi komunitas, kepemilikan dan kendali respon tanggap darurat di semua sektor

5.2 Memfasilitasi self-help (peduli diri) dan dukungan sosial komunitas (PFA atau Dukungan Psikologis Awal)

5.3 Memfasilitasi kondisi untuk praktik pemulihan dg memperhatikan aspek budaya yang ada

5.4 Memfasilitasi dukungan untuk anak dan pengasuhnya

Pelayanan kesehatan

6.1 Mengikutsertakan pertimbangan sosial dan psikologis dalam pemberian pelayanan kesehatan umum

6.2 Menyediakan akses perawatan untuk orang-orang dengan gangguan jiwa yang berat

6.3 Melindungi dan merawat orang-orang dengan gangguan jiwa berat dan gangguan jiwa dan saraf lainnya yang tinggal dalam institusi 6.4 Mempelajari tentang dan, bilamana memungkinkan, berkolaborasi

dengan sistem penyembuhan setempat, tradisional dan asli 6.5 Meminimalisir bahaya penggunaan alkohol dan zat lainnya

Pendidikan 7.1 Memperkuat akses ke pendidikan yang aman dan suportif Penyebaran

informasi

8.1 Menyediakan informasi untuk populasi yang terkena tentang kedaruratan, upaya bantuan dan hak-hak hukum mereka

(14)

Bagian C. Pertimbangan sosial dalam ranah sektoral Keamanan

makanan dan nutrisi

9.1 Mengikutsertakan pertimbangan-pertimbangan sosial dan

psikologis spesifik (bantuan yang aman bagi semua secara bermartabat, mempertimbangkan praktik budaya dan peran

rumah tangga) dalam penyediaan dukungan makanan dan nutrisi

Perencanaan tempat berteduh dan lokasi

10.1 Mengikutsertakan pertimbangan-pertimbangan sosial spesifik

(bantuan yang aman, bermertabat, pantas secara kultural dan sosial) dalam perencanaan tempat pengungsian secara

terkoordinir

(15)

Catatan Untuk Petugas Tanggap Darurat

Memastikan bahwa petugas memperhatikan

kesejahteraan diri mereka juga sehingga tidak

ikut menjadi korban.

Petugas mungkin saja mengalami reaksi awal:

shock, keterjagaan, ketakutan, frustrasi karena

apa yang dilakukan dirasa tidak ada artinya.

Harus ada rotasi tugas, prosedur pergantian dsb.

Pembekalan bagi mereka yang akan ditugaskan,

mengenali aspek psikologis dalam tanggap

(16)

Lembaga yang terlibat dalam masa

tanggap darurat pertama

Dinkes Prop. Aceh, Dinkes Banda Aceh, Dinkes Kab. Aceh Besar

Dinkes Kabupaten Pidie, Dimkes Kab. Pidie Jaya, Ditjen P2PL Kemenkes RI, CMHN Trienggadeng, CMHN Banda Aceh, CMHN Pidie, PDSKJI, PDSKJI Jakarta HIMPSI Aceh, HIMPSI Kalimantan Timur, IMHA, IPKJI, Konseling Trauma Kabupaten Aceh Utara, LAZIS Wahdah, Mapala Indonesia, P3KJB,

PKM Bandar Dua, Polda Aceh, PPNI Aceh, RS Marzoeki Mahdi Bogor, RSJ Dr. Muwardi Solo, RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, RSKO Jakarta

Puskesmas Keumala, RSU Bireun,

RSUD Teungku Chik Ditiro,

(17)

Laporan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat

Bencana Gempa Pidie Jaya Pada Tanggap Darurat Pertama

Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya

(Data s/d 19 Desember 2016)

114

* Layanan PFA (Dukungan Psikologis Awal)

dalam bentuk percakapan penguatan, berbagi dalam kelompok, atau kegiatan bermain dengan anak bertujuan untuk memberikan kesempatan penyintas dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Layanan dilakukan di 22 titik (Lokasi

(18)

5%

21%

4%

54% 16%

(19)

LAYANAN :

Dalam menjalankan kegiatan penjangkauan ke masyarakat terdampak dilakukan :

Dukungan Psikologis awal dilakukan secara menyuluruh kepada penyintas dan

pengungsi bencana :

Memberi Rasa Aman,

Mendorong Keberfungsian

Mengaktifkan Masyarakat

Deteksi dini masalah atau gangguan sekaligus memberikan layanan klinis dan

rujukan jika diperlukan.

Ada 41 kasus dan dilakukan layanan klinis oleh psikiater, perawat jiwa dan

psikolog dalam bentuk terapi psikologis, terapi farmakologi dan konseling.

Dari kasus-kasus tersebut ada 3 orang yang dirujuk untuk mendapatkan layanan

lebih lanjut.

Hal yang perlu mendapatkan catatan bahwa beberapa kasus seperti

(20)

No. Diagnosis Laki-Laki Perempuan

Anak dan Remaja (6-17)

Dewasa (18-59) Lansia (60>) Anak dan Remaja (6-17)

Dewasa (18-59) Lansia (60>)

1 Gangguan Jiwa Berat

1.1 Schizophrenia 2 1 1 1

1.2 Psikosis 1

2 Gangguan Mental Emosional

2.1 Depresi 1 7

2.2 Anxiety 2 1 5 4

3 Gangguan Stres

3.1 Gangguan Penyesuaian 1 1

3.2 Stres Akut 2 1 7 1

3.3 PTSD Kronik 1

(21)

Rencana Lanjutan

Melanjutkan layanan kesehatan jiwa dan dukungan psikososial

pada masa perpanjangan tanggap darurat

Mempersiapkan rencana pemulihan dengan mengoptimalkan

Puskesmas dan CMHN.

Memperbarui pemetaan sumber daya kesehatan jiwa di

Kabupaten Pidie Jaya

Mempersiapkan direktori sistem rujukan.

(22)

Pembelajaran

Koordinasi adalah isu administratif yang harus

dipersiapkan dan dikembangkan sejak fase pra

bencana.

Layanan Kesehatan Jiwa dan Dukungan

Psikososial di desentaralisasikan dari atas ke

tingkat layanan dasar

Adalah penting untuk membangun penguatan

kapasitas masyarakat melalui PFA

(23)

Kesimpulan

Kordinasi melalui Dinas Kesehatan Prop. Sebagai

PJ dengan memanfaatkan sistem klaster yang

sudah berjalan namun perlu ditingkatkan

Alur kerjasama yang telah dibangun belum bisa

dipahami oleh semua pihak yang terlibat

Metode penanganan dengan PFA sudah

dijalankan, namun metode lain perlu

dikordinasikan sehingga tidak berbenturan di

lapangan

Sistem pendataan yang satu pintu, namun perlu

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Melihat pengaruh antara organizational learning terhadap intellectual capital dalam meningkatkan financial performance pada sektor perhotelan, serta melihat persaingan

Ketika sebuah switch menerima paket, switch menempatkan paket tersebut ke dalam antrian paket di port masuk. Kemudian switch akan mengecek paket pertama dan mencocokan

Sehubungan dengan dinyatakannya perusahaan Saudara sebagai peserta yang masuk dalam calon daftar pendek pada seleksi sederhana oleh Kelompok Kerja I untuk Belanja Pengadaan

 FPIC training: follow-up FPIC implementation training has been conducted in South Sumatra with participants from PT. The trai i g as designed to refresh SMF managers on the

tujuh juta enam ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) Tahun Anggaran 2014, maka dengan ini diumumkan bahwa Pemenang Pelelangan Pemilihan Langsung. pekerjaan

Sebagai tindak lanjut dari proses kualifikasi umum untuk pekerjaan tersebut di atas, maka kami mengundang Direktur/Kepala Cabang/Kuasa (dibuktikan dengan surat kuasa untuk

Pabrik Indonesia – sejak Laporan Kemajuan kami terakhir, TFT telah membantu APP untuk menyelaraskan Supplier Evaluation and Risk Assessment (SERA) atau alat

Berdasarkan Berita Acara Hasil Kualifikasi nomor 01/BA-EVL.KF/POKJA- ULP/DINPERUM/PFS/SPRV-RUSUN-IAM/VI/2016 tanggal 22 Juni 2016 beserta dokumen pendukungnya, dengan