ANALISIS MANFAAT DANA SOSIAL PADA PROGRAM
KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS
MASJID (KUM3) BAITULMAAL MUAMALAT (BMM)
JAKARTA TERHADAP PENINGKATAN USAHA ANGGOTA DI
SURABAYA
SKRIPSI
OLEH:
SHOFIATUSH SHOLIKHAH
NIM : C74212128
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
ANALISIS MANFAAT DANA SOSIAL PADA PROGRAM
KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS
MASJID (KUM3) BAITULMAAL MUAMALAT (BMM)
JAKARTA TERHADAP PENINGKATAN USAHA ANGGOTA DI
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ekonomi Syariah
OLEH:
SHOFIATUSH SHOLIKHAH
NIM : C74212128
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Manfaat Dana Sosial pada Program Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3) Baitulmaal Muamalat (BMM) Jakarta terhadap Peningkatan Usaha Anggota di Surabaya” ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana pendistribusian dana sosial program KUM3 oleh BMM Jakarta di Surabaya dan bagaimana analisis manfaat program KUM3 terhadap peningkatan usaha anggota penerima dana sosial di Surabaya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan melakukan penelitian pada Baitulmaal Muamalat (BMM), KJKS-KUM3 dan kepada anggota KUM3 di Surabaya. Dalam penelitian ini penulis menyelidiki proses, serta memperoleh pengertian yang mendalam dari individu, kelompok, atau instansi yang terkait dengan analisis manfaat pemberian dana sosial program KUM3 kepada peningkatan usaha anggotanya.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia sudah menjalankan fungsi sosial bank syariah dengan mengumpulkan dana zakat, infaq dan sedekah (ZIS) dan disalurkan melalui Baitulmaal Muamalat Jakarta yaitu badan amil zakat yang didirikan oleh Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan proses pendistribusian dana sosial bank melalui program KUM3 di Surabaya sudah sesuai dengan teori pendistribuan dana zakat produktif. Dimulai dengan pengumpulan zakat muzzaki (nasabah dan karyawan Bank Muamalat) yang kemudian diberikan kepada BMM sebagai amil lalu dilakukan survey usaha mustahik dan dilakukan pendampingan usaha oleh pendamping, lalu pendamping melaporkan hasil kegiatan kepada BMM guna dilakukan evaluasi program. Manfaat pemberian dana sosial yang dapat dirasakan secara maksimal dalam peningkatan usaha anggota KUM3 dapat dilihat dengan, bertambahnya jumlah barang dan menambah inovasi dagangan yang dijual oleh anggota KUM3, dengan menambah Perbaikan sarana fisik, bertambahnya jumlah pelanggan, dan bertambahnya pendapatan anggota. Sedangkan manfaat yang belum dapat terlaksana secara maksimal dengan adanya pemberian dana sosial program KUM3 ini adalah perluasan daerah pemasaran, dan perluasan usaha karena dana yang diberikan terlalu kecil untuk melakukan perluasan usaha. Selain manfaat dalam peningkatan usaha yang berupa profit kegiatan yang dilakukan dalam program KUM3 ini juga menumbuhkan benefit non materi kepada internal perorangan dalam bentuk meningkatkan keimanan dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya kepedulian sosial.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
PENGESAHAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TRANSLITERASI xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi dan batasan Masalah 5
C. Rumusan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 7
E. Tujuan Penelitian 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian 10
G. Definisi Operasional 11
H. Metode Penelitian 13
BAB II DANA SOSIAL BANK SYARIAH, ZAKAT
PRODUKTIF, DAN KONSEP KEBERHASILAN
USAHA 20
A. Dana Sosial Bank Syariah 20
B. Zakat Produktif 22
1. Definisi Zakat Produktif 22
2. Pendistribusian Zakat Produktif 24
C. Konsep Keberhasilan Usaha 26
1. Keberhasilan Usaha 26
2. Keberhasilan usaha menurut Islam 28
BAB III PENDISTRIBUSIAN DANA SOSIAL PROGRAM KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID (KUM3) BAITULMAAL
MUAMALAT (BMM) JAKARTA 30
A. Gambaran Umum Baitulmaal Muamalat (BMM) 30
B. Sumber Dana Baitulmaal Muamalat (BMM) 32
C. Deskripsi Program Komunitas Usaha Mikro
Muamalat Berbasis Masjid (KUM3) Baitulmaal
Muamalat (BMM) Jakarta di Surabaya 33
1. Deskripsi Program KUM3 33
2. Pendistribusian Dana Sosia Program KUM3
di Surabaya 35
D. Manfaat Program KUM3 Terhadap Peningkatan
Usaha Anggota Penerima Dana Sosial di
Surabaya 43
BAB IV ANALISIS MANFAAT PROGRAM
KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID (KUM3) BAITULMAAL MUAMALAT (BMM) JAKARTA TERHADAP
PENINGKATAN USAHA ANGGOTA DI
SURABAYA 54
A. Pendistribusian Dana Sosial Program KUM3
B. Analisis Manfaat Program KUM3 Terhadap
Peningkatan Usaha Anggota Penerima Dana
Sosial di Surabaya 59
BAB V PENUTUP 65
A. Kesimpulan 65
B. Saran 66
DAFTAR PUSTAKA 67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga keuangan terutama bank, seringkali dipandang sebagai
sebuah lembaga bisnis yang berorientasi profit semata. Akan tetapi berbeda
dengan perbankan syariah, uang dan kekayaan hanya sebatas menjadi alat
terpadu untuk mencapai kebaikan dalam masyarakat. Sedangkan landasan
utama perbankan syaraiah adalah keyakinan, kebebasan, kejujuran, dan
kegigihan untuk meraih sukses. Oleh sebab itu disamping memiliki
kepentingan bisnis, bank syariah juga mengusung sebuah tanggung jawab
etis yang harus dijalankan. Terutama yang terkait dengan fungsi sosial
perbankan syariah.
Berdirinya perbankan syariah bertunjuan untuk mencari keridhaan
Allah SWT, sehingga dapat memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan
menyimpang dari tuntunan agama harus dihindari dan mengutamakan
kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan kesejahteraan dan kondisi
sosial masyarakat yang menentramkan. Itu sebabnya mengapa salah satu
misi bank syaraiah adalah mengutamakan dana dari golongan menengah
ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan kecil,
serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq, dan sedekah yang
2
pemerataan harta dapat terwujud, seperti yang diperintahan Allah dalam QS.
Al-Hasyr ayat 7, sebagai berikut:
...
ۢ َ ُن ِ ِۢ
ٓ ۡ ِ َ ۡ َٱ ۢۡ َ ۡ ۢ ۡو ُ ۢۡو ُنۡ ۢ ۡ َۢ ۡ
...
”... Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu...” (QS. Al-Hasyr : 7)1
Dalam hal tujuan, bank syariah menekankan kepada proses keadilan,
kebersamaan, dan kesejahteraan masyarakat dalam upaya pelaksanaan
pembangunan nasional. Karena bank syariah tidak hanya mengejar profit
semata, sesuai dengan fungsi perbankan syariah yang tidak hanya sebagai
penghimpun dan penyalur dana tetapi sampai ke fungsi sosial. Fungsi sosial
tersebut sesuai dengan yang ditetapkan oleh UU. No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah Bab II, Pasal 4, Ayat 2. 2 diaplikasikan dalam bentuk bai
al-mal, yaitu menerima titipan dana yang berasal dari dana zakat, infaq,
sedekah, hibah atau dana lainnya untuk disalurkan kepada lembaga
pengelolah zakat. Bahkan bank juga menerima dana wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelolah wakaf (nadzir) sesuai dengan kehendak
pemberi wakaf (wakif).
Adanya fungsi sosial bank syariah diharapkan dapat menjawab masalah
ekonomi yang belum bisa dijangkau oleh lembaga keuangan konvensional,
sehingga dapat terwujud kemaslahatan umat yang terbentuk melalui
pemerataan ekonomi. Dimana kalangan menengah kebawah yang belum bisa
1 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsir (Jilid 10), (Jakarta: Widya Cahaya, 2011),
55-56.
2 Antang Abd. Hakim, Fiqih Perbankan Syariah (Transformasi Fqih Muamalah ke dalam
3
memenuhi persyaratan untuk melakukan pembiayaan, tetap bisa merasakan
dampak positif dengan adanya bank syariah.
Salah satu bank syariah yang memiliki prestasi baik yaitu Bank
Muamalat Indonesia, Bank Muamalat sering mendapatkan predikat sebagai
bank syariah terbaik, seperti pada tahun 2014 lalu memperoleh apresiasi
internasional sebagai Bank Syariah terbaik di Indonesia. Penghargaan
tersebut datang dari Islamic Finance News (IFN) dalam IFN Awarding
Ceremony 2014 yang berlangsung di Shangri-La Ballroom Hotel, Kuala
Lumpur, Malaysia (9/3). Dalam penghargaan kali ini, Bank Muamalat
meraih predikat sebagai Best Islamic Retail Bank dan Best Islamic Bank in
Indonesia. Sebelumnya, Bank Muamalat telah mendapatkan predikat sebagai
Best Islamic Bank in Indonesia pada tahun 2006, 2008, 2009, 2010, 2012,
dan 2013. Selain predikat tersebut, di tahun 2012 Bank Muamalat turut
meraih penghargaan sebagai The Most Innovative Islamic Bank in The
World.3
Selain banyak penghargaan yang diraih, Bank Muamalat juga termasuk
Bank syariah pemilik aset terbanyak ke dua yaitu sebesar 65,1 Triliun
setelah Bank Syariah Mandiri yang memiliki aset sbesar 67,2 Triliun.4
Dengan aset terbanyak dan prestasi yang baik , Bank Muamalat diharapkan
dapat lebih berperan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Peran
Bank Muamalat dapat ditunjukkan melalui penyaluran dana sosial, dalam
3 Republika,
http://m.republika.co.id/berita/syariah-ekonomi/10/03/11/nl1wxd-bank-muamalat-indonesia-pertahankan-prestasi-internasioanal, diakses pada 11 Maret 2015.
4 Gustian,
4
penyaluranya melalui baitulmaal yang didirikan sendiri oleh Bank Muamalat
Indonesia. Baitulmaal tersebut diberi nama Baitulmaal Mualamat (BMM),
yang pada penelitian ini akan disebut dengan BMM.
Baitulmaal Muamalat (BMM) terletak di Jakarta. Untuk pengelolahan
dana sosial Bank Muamalat, diserahkan kepada pihak BMM langsung namun
tetap dibawah pantauan Bank Muamalat Indonesia. kegiatan yang diadakan
untuk penyaluran dana sosial ini dibagi menjadi delapan program yaitu
pemberdayaan ekonomi, program pendididkan, program santunan sosial,
program santunan kesehatan, program Corporate Social Responsibility
(CSR), program Non-Zakat, Program cahaya kurban, dan Wakaf.
Dari beberapa program tersebut dapat dibagi menjadi dua penyaluran
dana sesuai penggunaannya. Pertama, pemberian dana sosial produktif yang
direalisasikan dalam pengembangan ekonomi pada program Komunitas Unit
Mikro Muamalat berbasis Masjid (KUM3) , Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah KUM3 (KJKS-KUM3), dan kampung jamur. Kedua, dana sosial
konsumtif yaitu tujuh program selain pengembangan ekonomi. Untuk fokus
masalah dalam penelitian ini yaitu pemberian dana produktif pada program
Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid, atau pada penelitian ini
akan disingkat dengan KUM3.
Peneliti memilih program KUM3 karena pada program ini dana sosial
langsung diberikan kepada masyarakat dengan akad qard, untuk digunakan
sebagai modal usaha. Sehingga bentuk pemberiannya nyata dan dapat
5
dana sosial. Berbeda dengan KJKS-KUM3 yang sudah berbentuk lembaga
keuangan dan ada unsur profit, Sehingga susah untuk mengukur pengaruh
pemberian dana sosial tersebut. Wilayah yang dipilih yaitu di kota Surabaya,
karena termasuk kota terbesar ke dua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan
latar belakang di atas maka penelitian ini berjudul “ANALISIS MANFAAT
DANA SOSIAL PADA PROGRAM KOMUNITAS USAHA MIKRO
MUAMALAT BERBASIS MASJID (KUM3) BAITULMAAL
MUAMALAT (BMM) JAKARTA TERHADAP PENINGKATAN USAHA
ANGGOTA DI SURABAYA”
B. Identifikasi dan batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
a. Fungsi bank syariah yang bukan hanya sebagai penghimpun dan
penyalur dana, namun juga memiliki fungsi sosial.
b. Fungsi sosial bank syariah yang seharusnya mampu membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat jika didistribusikan dengan
baik.
c. Bank dengan asset tinggi seharusnya dapat melaksanakan fungsi
sosial secara maksimal pula.
d. Merealisasikan fungsi sosial bank dilakukan dengan menyalurkan
dana sosial, sedangkan ada dua macam dana sosial sesuai
6
e. Dana sosial yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yaitu
dengan pemberian dana sosial produktif berupa modal, sehingga
kesenjangan ekonomi tidak terjadi.
f. Kesenjangan ekonomi banyak terjadi pada kota-kota besar, seperti
kota-kota metropolitan atau ibu kota di suatu provinsi.
2. Batasan Masalah
Agar dalam pembahasan penelitian ini tidak terlalu menyimpang dan
terfokus kepada masalah – masalah pokok, maka penulis membatasi
secara jelas sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah Baitulmaal Muamalat (BMM) sebagai
penyalur dana sosial Bank Muamalat melalui program KUM3.
2. Subjek penelitian adalah masyarakat penerima dana sosial program
KUM3.
3. Tolak ukur yang digunakan yaitu peningkatan usaha anggota KUM3
setelah mendapatkan dana sosial.
4. Wilayah yang diteliti yaitu kota Surabaya.
Jadi, Pembahasan dalam penelitian ini yaitu tentang analisis manfaat
dana sosial pada program KUM3 Baitulmaal Muamalat (BMM) jakarta
terhadap peningkatan usaha anggota di Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
7
1. Bagaimana pendistribusian dana sosial program KUM3 oleh BMM
Jakarta di Surabaya?
2. Bagaimana analisis manfaat program KUM3 terhadap peningkatan
usaha anggota penerima dana sosial di Surabaya?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti. Penulis
menelusuri kajian pustaka yang memiliki objek penelitian yang hampir sama
dengan objek penelitian ini. Berikut beberapa penelitiah sebelumnya:
Taufik Nur Hidayat, Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah
Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi pada Lembaga Amil Zakat Taj
Qurodi Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2005-2009. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bantuan zakat, infaq dan sedekah cukup baik,
dibuktikan dengan meningkatnya dana yang diberikan dari awal hanya dua
juta yang diperuntukkan untuk enam orang. Hingga saat ini berkembang
menjadi enam juta dengan jumlah anggota yang bertambah menjadi empat
belas orang.5
Letak perbedaan dengan penulis adalah penetian ini menjelaskan
mengenai pengelolaan zakat, infaq dan sedekah pada lembaga amil zakat
untuk perekonomian umat, sedangkan penulis membahas mengenai
penerapan dana sosial pada bank yang penyalurannya melalu Baitulmaal
5 Taufik Nur Hidayat, Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah Untuk Pemberdayaan
Ekonomi Umat (Studi pada Lembaga Amil Zakat Taj Qurodi Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2005-2009), (Skripsi – Program Studi Mu’amalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum,
8
berupa zakat, infaq, sedekah dan wakaf dan kontribusinya hanya kepada
penerima dana sosial produktif bukan kepada seluh umat.
Aan Nasrullah, Pengelolaan dana IZWA (Infaq, Zakat dan Wakaf)
untuk Pemberdayaan Pendidikan anak Duafa (Studi Kasus pada BMH
Cabang Malang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
mendayagunakan dana IZWA untuk pemberdayaan pendidikan anak Duafa
BMH cabang Malang memanfaatkan dan tersebut melalui 3 program
pendidikan, Pusat Pengembangan Anak Sholeh (PPAS), BERPADU
(Beasiswa Peduli Dhuafa) dan Pengembangan Sekolah Dhuafa.6
Letak perbedaan dengan penulis adalah penetian ini menjelaskan
mengenai pengelolaan Infaq, Zakat dan Wakaf (IZWA) pada lembaga baitul
mal yang di fokuskan untuk pemberdayaan pendidikan, sedangkan objek
penulis hanya fokus pada penerima dana sosial produktif saja.
Muhammad Tri Sutrisno, Analisis Rasio Sebagai Pengukur Kinerja
Sosial Di Bank Muamalat Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat kinerja sosial bank Muamalat Indonesia selama empat periode
(2007-2010) yang digunakan dalam penelitian ini mendapat predikat yang baik atau
cukup optimal dibuktikan dengan nilai komulatif dari aspek KPE 18,50,
KKM 15,25, KUS 13,60, PKSR 9,00, dan DPE 12,33.7
6 Aan Nasrullah. Pengelolaan dana IZWA (Infaq, Zakat dan Wakaf) untuk Pemberdayaan
Pendidikan anak Duafa (Studi Kasus pada BMH Cabang Malang), (Sripsi--UIN Maulana Malik Ibrahim. 2010)
7 Muhammad Tri Sutrisno. Analisis Rasio Sebagai Pengukur Kinerja Sosial Di Bank
9
Letak perbedaan dengan penulis adalah penelitian ini menentukan
kinerja sosial bank yang dilihat dengan analisis rasio beberapa perhitungan,
sedangkan penulis melihat bagaimana kontribusi kepada penerima dana
sosial atas pemberian dana sosial produktif bank tersebut.
Eti Susilawati, Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Serta Pengaruh Terhadap Citra dan Kepercayaan Pada Bank Syariah (Studi
Kasus di BNI Syariah Cabang Semarang). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa CSR di BNI Syariah Cabang Semarang telah diimplementasikan
secara ideal karena CSR telah menjadi visi misi di BNI Syariah tersebut.
Serta didapatkan kesimpulan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap
citra bank syariah, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepercayaan nasabah bank syariah.8
Letak perbedaan dengan penulis yaitu pembahasan tentang CSR.
namun dalam pembahasan penulis, CSR termasuk dalam dana kebajikan
bank syariah. Penelitian ini menggunakan variabel pengaruh terhadap citra
bank syariah dan kepercayaan masyarakat, variabel ini akan berpengaruh
apabilah kontribusi pemberian dana sosial yang diberikan bank syariah
berdampak besar.
Virgowati, Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri, Bank Mega
Syariah, dan Bank Muamalat Indonesia dalam Islamic Sosial Resporting
8 Eti Susilawati, Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Serta Pengaruh
10
Index bahwa secara keseluruhan tidak ada bank syariah di indonesia dari
ketiga bank tersebut yang melaksanakan aktivitas sosial secara sempurna
(100%) berdasarkan model indeks ISR.9
Letak perbedaan dengan penulis adalah penelitian ini membahas
mengenai kinerja sosial perbankan syariah secara umum pada beberapa bank
syariah di Indonesia serta tidak menggunakan variabel lain, sedangkan
penulis membahas mengenai dana sosial pada satu bank syariah yaitu Bank
Muamalat dan mencari apa kontribusi kepada para penerima dana sosial
produktif tersebut.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pendistribusian dana sosial program KUM3 oleh
BMM Jakarta di Surabaya
2. Untuk memahami analisis manfaat program KUM3 terhadap peningkatan
usaha anggota penerima dana sosial di Surabaya
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Melalui penelitian ini peneliti berharap ada beberapa manfat yang
dihasilkan baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti bahwa fungsi perbankan
syariah sebagai bai al-mal memang benar-benar dilaksanakan. Serta dapat
9 Virgowati, Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah di Indonesia, (Skripsi -- Universitas
11
menjawab masalah perekonomian sesuai dengan tujuan berdirinya bank
syariah yaitu menuju kesejahteraan umat manusia.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan fungsi bank
syariah dalam membantu perekonomian nasional, dengan melihat manfaat
yang didapat dalam pengelolaan dana sosial yang diberikan Bank
Muamalat kepada masyarakat melalui Baitulmaal Muamalat (BMM).
Serta menunjukkan bahwa bank syariah menjalankan fungsinya sebagai
baitulmaal seperti yang tertulis pada UU Perbankan Syariah. Bukan hanya
sebagai lembaga keuangan syariah yang berorientasi pada keuntungan,
tetapi juga terhadap kemaslahatan. Dapat menunjukkan bahwa semakin
berkembangnya perbankan syariah juga dapat membantu dalam
mensejahterahkan masyarakat. Sehingga menumbuhkan citra bank syariah
dan mengenalkan Baitulmaal Muamalat (BMM) kepada masyarakat diluar
Jakarta. Serta dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan syariah terutama Bank Muamalat dan BMM.
G. Definisi Operasional
Agar lebih memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka penelitian
ini mendefinisikan beberapa istilah, antara lain:
1. Dana Sosial Bank Muamalat
Pembayaran ZIS merupakan jasa yang memudahkan nasabah dalam
12
lembaga-lembaga ZIS lainnya yang bekerjasama dengan Bank Muamalat,
melalui phone banking dan ATM Muamalat di seluruh cabang Bank
Muamalat.
2. Analisis Manfaat Dana Sosial
Manfaat pemberian dana sosial bagi masyarakat yaitu sebagai
penguat ekonomi masyarakat penerima dana sosial, meningkatnya
pemeliharaan fasilitas umum, adanya pembangunan fasilitas masyarakat
yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, serta
menjadikan masyarakat dapat mengembangkan diri dan usaha, sehingga
sasaran untuk mencapai kesejahtraan akan terwujud. Sedangkan manfaat
bagi bank syariah yaitu dapat meningkatkan citra dan kepercayaan
nasabah kepada bank, memperkuat “brand” perusahaan, dapat
mengembangkan kerjasama dengan lembaga lain.
3. Baitulmaal Muamalat (BMM)
Baitulmaal Muamalat (BMM) merupakan yayasan yang didirikan oleh
Bank Muamalat pada 16 Juni 2000 sebagai perpanjangan tangan perseroan
dalam melaksanakan kegiatan CSR dan kegiatan sosil lainnya. Pelaksanaan
kegiatan sosial yang dilakukan BMM bersumber dari alokasi dana CSR
Bank Muamalat, dana Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) perseroan, karyawan,
nasabah Bank Muamalat, serta dana Non-ZIS perusahaan dan dana sosial
13
4. Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Mesjid (KUM3)
Merupakan salah satu program pemberdayaan dana Zakat, Infaq,
Sedekah (ZIS) yang bertujuan membangun keimanan dan ketakwaan
mustahik serta peningkatan pendapatan melalui pembinaan usaha.
H. Metode Penelitian
1. Data yang Dikumpulkan
a. Data primer meliputi data tentang pendistribusian dana sosial Bank
Muamalat pada Baitulmaal Muamalat (BMM) Jakarta.
b. Data sekunder meliputi data tentang sejarah, struktur organisasi, visi
misi Baitulmaal Muamalat.
2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data.10 Dalam hal ini sumber pengumpulan
data primer penelitian yang dimaksud adalah pihak Baitulmaal
Muamalat (BMM), KJKS mitra BMM di Surabaya dan para anggota
penerima dana sosial produktif KUM.
10 Sugiyono, Metode penelitian Kombinasi (moxed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2004),
14
b. Sumber data skunder
Sumber data skunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data.11 Dalam hal ini berupa,
laporan keuangan (dokumentasi), literatur dan buku.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran
penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh
anggota program KUM3 di Surabaya.
b. Sampel
Sampel adalah himpunan bagian (subset) yang dapat mewakili suatu
populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling
yaitu dengan jenis simpel random sampling dimana aturan
pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa melihat strata yang
ada dalam populasi.12 Dalam penelitihan ini jumlah sampel yang
diambil sesuai dengan pendapat Gay bahwa, Metode deskritif minimal
10% dari populasi sedangkan untuk populasi relatif kecil minimal 20%
dari populasi.13 Jumlah populasi anggota KUM3 di Surabaya yaitu
sebanyak 85 anggota, jika diambil 20% dari populasi maka sampel
yang diteliti yaitu minimal 17 anggota.
11 Ibid.
12 Ibid, Sugiyono, Metode penelitian Kombinasi (moxed Methods), 308.
13 Eddy Soeryanto Soegoto, Marketing Research (The Smart Way to Solve a Problem),
15
4. Teknik pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan
pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap
kondisi lingkungan objek penelitian yang akan mendukung kegiatan
penelitian sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi
objek penelitian tersebut.14 Dari proses pelaksanaan observasi,
penelitian ini menggunakan metode observasi pasif karena peneliti
tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen.
Peneliti mengamati objek penelitian pada Baitulmaal Muamalat
Jakarta, serta mengamati masyarakat penerima dana sosial sebagai
subjek penelitian.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.15 Metode wawancara ini diharapkan mampu
mengumpulkan data yang akurat untuk memecahkan masalah tertentu
misalnya terkait dengan analis pengelolaan dana sosial pada BMM.
Peneliti akan mewawancarai pihak BMM yang mengurus atau
14 Sofyan Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual dan
Aplikasi SPSS Versi 17 (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 134.
15 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kombinasi (moxed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2014),
16
mengerti masalah pengelolaan dana sosial produktif program KUM3,
serta mewawancarai masyarakat penerima dana sosial produktif
program KUM3 untuk mngetahui bagaimana manfaat pemberian dana
sosial produktif tersebut.
c. Dokumen
Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.16 Sebagian besar data yang tersedia biasanya berupa
surat-surat, catatan harian, laporan dan sebagainya. Pada penelitian kali ini
dokumen yang dibutuhkan berupa laporan keuangan BMM dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir, yang diutamakan laporan dana sosial
produktif Program KUM3, serta dokumen penerima dana KUM3 di
Surabaya.17
5. Teknik Pengelolaan Data
Teknik pengelolaan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan
tahap sebagai berikut:
a. Editing. Yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, keselarasan antara
data yang ada dan relevansi dengan penelitian.18 Dalam hal ini peneliti
akan mengambil data tentang gambaran umum mengenai profil dan
program-program BMM dalam menyalurkan dana sosial (ZIS), CSR,
16 Ibid.,326.
17 Ibid.,122.
18 Burhan Bugini, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif
17
dan dana Non-ZIS Bank Muamalat, jumlah dana yang terkumpul dan
yang disalurkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.19 Dalam hal
ini peneliti akan menyusun data mengenai analisis manfaat program
KUM3 Baitulmaal Muamalat (BMM) terhadap peningkatan usaha
anggota di wilayah Surabaya.
c. Penyajian data, dilakukan dengan tujuan agar data yang telah tersusun itu lebih mudah dilihat atau dipahami secara visual.untuk keperluan
itu, data bisa ditampilkan dalam wujud grafik, diagram atau tabel.20
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif, yaitu jenis penelitian yang digunakan untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu hal sebagaimana adanya,
mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang
terjadi. Proses analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. 21 Dalam penelitian ini
metode tersebut digunakan untuk menggambarkan analisis manfaat dana
19 Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cetakan VIII, 2007),
91.
20 Purbayu Budi Santoso, Muliawan Hamdani, Statistik Deskriptif dalam Bidang Ekonomi
dan Niaga, (Semarang: Erlangga. 2007), 7.
21 Sugiyono, Metode penelitian Kombinasi (moxed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2014),
18
sosial program KUM3 Bank Muamalat oleh BMM terhadap peningkatan
usaha anggota di Surabaya.
Sedangkan analisis pada saat dilapangan, peneliti memilih analisis data
model Spradley. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
analisis tema kultural yaitu dengan mencari hubungan diantara domain dan
bagaimana dengan keseluruhan. Tahap ini penulis akan menjelaskan hasil
penelitian yaitu ada beberapa manfaat program KUM3 yang didapat
anggota di Surabaya dalam peningkatan usahanya.
Setelah analisis data di lapangan sudah dilakukan, tahap terakhir yaitu
menganalisis data yang didapat di lapangan sehingga diperoleh kesimpulan
mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang pada akhirnya merupakan
jawaban dari rumusan masalah.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk
memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini
dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab,
sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun sistematika
pembahasannya adalah:
Pada bab pertama yaitu bab pendahuluan, dalam bab ini terdiri dari
latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
19
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengelolahan data dan
teknik analisis data) serta sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah kerangka teoritis, yang memuat tentang dana sosial
bank syariah, zakat produktif, dan konsep keberhasilan usaha.
Bab ketiga adalah data penelitian yang meliputi gambaran umum
tentang gambaran umum Baitulmaal Muamalat (BMM) , sumber dana
Baitulmaal Muamalat (BMM), deskripsi program Komunitas Usaha Mikro
Muamalat berbasis Masjid (KUM3) Baitulmaal Muamalat (BMM) Jakarta dan
manfaat program KUM3 terhadap peningkatan usaha anggota penerima dana
sosial di Surabaya
Bab keempat adalah analisis penelitian yang meliputi pendistribusian
dana sosial program KUM3 oleh BMM Jakarta di Surabaya dan analisis
manfaat program KUM3 terhadap peningkatan usaha anggota penerima dana
sosial di Surabaya.
Bab lima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitihan dan saran-saran untuk Baitulmaal Muamalat agar dapat
meningkatkan dana sosial serta penyebaran pembagain dana sosial sehingga
BAB II
DANA SOSIAL BANK SYARIAH, ZAKAT PRODUKTIF, DAN KONSEP KEBERHASILAN USAHA
A. Dana Sosial Bank Syariah
Fungsi sosial bank syariah yang dilakukan dengan penghimpunan
dana sosial adalah pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, dan wakaf.
Fungsi sosial ini merupakan refleksi kepedulian institusi keuangan
syariah terhadap kaum dhuafa, di samping tugas dan kewajiban
pemerintah. Artinya, bank syariah bukan hanya mengumpulkan dana
pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana zakat, infaq dan
sedekah (ZIS).
Sesuai dengan prinsip bank syariah yang mengacu pada konsep
dasar ekonomi islam, bahwa harta harus berputar (diniagakan) sehingga
tidak boleh hanya berpusat pada segelintir orang dan Allah sangat tidak
menyukai orang yang menimbun harta sehingga tidak produktif. Oleh
karena itu, bagi mereka yang mempunyai harta tidak produktif akan
dikenakan zakat yang lebih besar. “Zakat sebagai instrumen untuk
pemenuhan kewajiban, penyisihan harta yang merupakan hak orang lain.
Demikian juga anjuran yang kuat untuk mengeluarkan infaq dan sedekah
sebagai manifestasi dari pentingnya pemerataan kekayaan dan
memerangi kemiskinan.”23
21
“Bank syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak
sebagai penerima dana sosial antara lain dalam bentuk zakat, infaq, sedekah,
wakaf, hibah, dan menyalurkan sesuai syariat atas nama bank atau lembaga
amil zakat yang ditunjuk pemerintah.”24 Seperti yang sudah dijelaskan dalam
fungsi perbankan syariah pada UU. No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah Bab II, Pasal 4, Ayat 2, yaitu:
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam
bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nadzir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) sesuai dengan ketentan peraturan perundang-undangan.25
Dalam konsep perbankan syariah mewajibkan bank syariah
memberikan layanan sosial melalui dana qard, zakat, dan dana sumbangan
lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah. Konsep perbankan syariah juga
mengharuskan bank-bank syariah untuk memainkan dana memberikan
kontribusi bagi perlindungan dan pengembangan lingkungan. Fungsi ini juga
merupakan yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional,
dalam bank syariah fungsi sosial tidak dapat dipisahkan dari fungsi-fungi
lainnya dan merupakan identitas khas bank syariah. Bahkan dalam
penyusunan Kerangka Dasar Penyususnan dan Penyajian Laporan Keuangan
24 Wiroso, Penghimpunan Dana & Distribusi Hasil Usaha Bank Syaraiah, (Jakarta: PT. Grasindo,2005), 18.
22
Syariah (KDPPLKS) yang dikeluarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
bahwa salah satu unsur laporan keuangan bank syariah adalah komponen
laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan syariah, berupa laporan
sumber dan penggunaan dana zakat, dan laporan sumber penggunaan dana
kebajikan.26
B. Zakat Produktif
1. Definisi Zakat Produktif
Definisi zakat produktif akan menjadi lebih mudah dipahami jika
diartikan suku kata yang membentuknya yaitu ‘zakat’ dan ‘produktif’.
“Zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu ‘keberkahan’, dan
ash-shalahu ‘keberesan’. Sedangkan secara istilah zakat itu adalah bagian
dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan
kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya,
dengan persyaratan tertentu pula (delapan Asnaf).”27 Seperti perintah
berzakat dalam QS. Al-Baqarah Ayat 43:
ْ اݠُميِق
َ
أَو
ْٱ
َْةٰݠَݖ َصل
ْ
ْ اݠُتاَءَو
ٱ
َْةٰݠَكَܲل
َْْو
ٱ
ْ اݠُعَكۡر
ْ
َْعَم
ٱ
َْيِعِكَٰرل
ْ
٣
ْ
“ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang
-orang ruku” (QS. Al-Baqarah Ayat 43) 28
26Gustani, “ Fungsi Bank Syariah”,
http://gustian.blogspot.co.id/2012/11/fungsi/sosial/bank/syariah/.html, diakses pada 28 November 2012.
27 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2008) hlm. 7.
23
Sedangkan kata produktif berasal dari bahasa inggris yaitu
“prodictive” yang berarti menghasilkan atau memberikan banyak hasil. 29
Jadi, dapat disimpulkan zakat produktif adalah pengelolaan dan
penyaluran dana zakat yang bersifat produktif, yang mempunyai efek
jangka panjang bagi para penerimanya. Penyaluran zakat produktif ini
dilakukan dalam rangka mewujudkan salah satu tujuan disyariatkan zakat,
yaitu mengentaskan kemiskinan umat secara bertahap dan
berkesinambungan. Seperti yang disebutkan dalam UU No.23 Tahun 2011
tetang Pengelolaan Zakat Pasal 27 ayat 1 yaitu, zakat dapat
didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir
miskin dan peningkatan kualitas umat.30
Dalam pendistribusian zakat produktif dapat dikategorikan dalam
beberapa cara yaitu:
a. Produktif Konvensional / Tradisional
Pendistribusian ini adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang produktif, di mana dengan menggunakan barang-barang tersebut, para mustahik dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah, alat pertukangan, mesin jahit, dan sebagainya.
b. Produktif kreatif
Pendistribusian zakat secara produktif kreatif ialah zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk permodalan proyek sosial, seperti membangun sekolah, sarana kesehatan, atau tempat ibadah maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil.31
29 M. Ali Hasan, Msail Fiqiyah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 41. 30 UU No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
24
2. Pendistribusian Zakat Produktif
Proses dalam mendistribusikan zakat dapat dijelaskan seperti gambar
berikut:
Gambar 2.1
Pendistribusian Zakat Produktif
Pelaporan
Pelatiahan
Sumber: Muhammad Ridwan Mas’ud, zakat & kemiskinan,
(Yogyakarta: UII Press Yogyakarta,2005)
Proses dalam pemberian zakat diawali dengan muzzaki menyerahkan
zakatnya kepada amil (BAZ,LAZ, atau Bank Syariah). amilin melakukan
studi kelayakan mustahiq tentang:
a. Apakah yang bersangkutan layak mendapatkan dana zakat?
b. Apakah mustahik memiliki usaha yang sudah ada atau mau
mengembangkan usahanya?
c. Permasalahan apa yang dihadapi mustahik hingga saat ini? Muzzaki
Amil
Study Kelayakan Mustahiq dan usahanya Evaluasi,
Pengawasan dan
[image:33.595.136.508.198.555.2]
25
Jika data tentang mustahik didapatkan oleh amilin, maka selanjutnya
disusunlah program pelatihan kepada para mustahik. Mustahik yang
menerima dana zakat diharapkan dapat mengembangkan dana zakat
sebagai modal usaha, bukan untuk konsumsi. Setelah realisasi penyerahan
dana zakat dan aktivitas telah berjalan, maka pada periode waktu yang
ditetapkan, misal: setiap bulan, tiga bulan atau semester, dilakukan
evaluasi, pengawasan dan pembinaan. Tujuan aktivitas ini adalah agar
mustahik benar-benar mampu berdiri dengan kemandiriannya, maka
diharapkan para mustahik pada waktu yang ditentukan dapat menjadi
muzzaki.32
Pengelolaan zakat produktif juga diatur dalam Peraturan Kementrian
Agama No. 52 Tahun 2014 Tentang Syarat Dan Tata Cara Penghitungan
Zakat Mal Dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha
Produktif pada Bab IV Pasal 32,33 dan 34 tentang pendayagunaan zakat
untuk usaha produktif. Sebagai berikut,33
Bab 32, Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka
penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.
Pasal 33, Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan dengan
syarat:
32 Muhammad Ridwan Mas’ud, zakat & kemiskinan, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta,2005), 120.
26
a. Apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi;
b. Memenuhi ketentuan syariah;
c. Menghasilkan nilai tambah ekonomi untuk mustahik; dan
d. Mustahik berdomisili di wilayah kerja lembaga pengelola zakat.
Pasal 34, Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dapat dilakukan
paling sedikit memenuhi ketentuan:
a. Penerima manfaat merupakan perorangan atau kelompok yang
memenuhi kriteria mustahik;dan
b. Mendapat pendampingan dari amil zakat yang berada di wilayah
domisili mustahik.
“Zakat yang bersifat produktif harus pula melakukan
pembinaan/pendampingan kepada para mustahik agar kegiatan usahanya
dapat berjalan dengan baik dan agar para mustahik semakin meningkat
kualitas keimanan dan keislamannya.”34
C. Konsep Keberhasilan Usaha
1. Keberhasilan Usaha
“Keberhasilan usaha adalah kondisi dimana permodalan usaha sudah
terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya tujuan
organisasi.”35 Sedangkan menurut pendapat lain ada yang mengatakan
bahwa keberhasilan usaha hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis
34 Ismail Nawawi, Zakat dalam perspektif fiqih, sosial & ekonomi, (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010), 85.
27
mencapai tujuan, suatu bisnis dikatakan berhasil apabila telah mencapai
tujuan, suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapatkan laba, karena
laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis.36 Jadi, suatu bisnis
atau usaha dapat dikatakan berhasil apabilah modal usaha sudah
tercukupi, sehingga dapat membuat produk dengan maksimal dan pada
akhirnya akan mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari suatu
bisnis.
Faktor penentu keberhasilan usaha industri kecil, ditandai oleh inovasi,
perilaku mau mengambil resiko, kerja keras, dedikasi, dan komitmen
terhadap pelayanan dan kualitas. Sehingga dapat diketahui bahwa
keberhasilan usaha dapat dipengaruhi oleh kemampuan usaha yang
tercermin melalui pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari pengusaha.
“Keberhasilan suatu usaha diidentifikasi dengan laba atau penambahan
material yang dihasilkan oleh pengusaha, tetapi pada dasarnya
keberhasilan usaha tidak hanya dilihat dari hasil secara fisik tetapi
keberhasilan usaha dirasakan oleh pengusaha berupa panggilan pribadi
atau kepuasan batin.”37 Signifikan untuk menentukan keberhasilan suatu
usaha dapat dilihat dari:
a. Peningkatan dalam akumulasi modal atau peningkatan modal,
b. Jumlah produksi
c. Jumlah pelanggan
36 Hendry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) , 397.
28
d. Perluasan usaha
e. Perluasan daerah pemasaran
f. Perbaikan sarana fisik, dan
g. Pendapatan usaha 38
2. Keberhasilan usaha menurut Islam
Pengembangan bisnis yang memerulukan modal dalam Islam harus
berorientasi syariah sebagai pengendali agar bisnis itu tetap berada dijalur
yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Dengan kendali syariat, aktivitas
bisnis diharapkan bisa mencapai 4 (empat) hal utama yaitu sebagi berikut:
a. Target Hasil: Profit Materi dan Benefit Non-Materi
Tujuan perusahaan tidak hanya untuk mencapai profit (nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat) non materi kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian sosial, dan sebagainya.
b. Pertumbuhan, artinya terus meningkat
Jika profit materi dan benefit non-materi telah diraih sesuai target, perusahaan akan mengupayakan pertumbuhan atau kenaikan terus menerus dari setiap profit dan benefitnya itu. Hasil prusahaan akan terus diupayakan agar tumbuh meningkat setiap tahunnya. Upaya pertumbuhan itu tentu dijalankan dalam koridor syariat. Misalnya, dalam meningkatkan jumlah produksi seiring dengan perluasan pasar, peningkatan inovasi sehingga bisa menghasilkan produk baru dan sebagainya.
c. Keberlangsungan, dalam kurun waktu selama mungkin
Belum sempurna orientasi manajemen suatu perusahaan bila hanya berhenti pada pencapaian target hasil dan pertumbuhan. Oleh karena itu, perlu diupayakan terus agar pertumbuhan target hasil yang telah diraih dapat dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama.
d. Keberkahan atau keridhaan Allah
Faktor keberkahan untuk menggapai ridha Allah SWT merupakan puncak kebahagiaan hidup manusia muslim. Bila ini tercapai, menandakan terpenuhinya dua syarat diterimanya
29
amal manusia, yakni adanya niat ikhlas dan cara sesuai dengan tuntunan syariah.39
Menurut Islam, harta pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Sesuai QS. Al-Hajj ayat 64, sebagai berikut:
ُْ
َ
ّ
ۥْ
ْ ِِْاَم
ٱ
ِْتَٰوٰ َم َسل
ْ
ْ ِِْاَمَو
ٱ
ۡ
َ ۡ
ۡ
ْ ِض
ْ
َْنِ
ٱ
َْ َّ
ْ
َْݠُݟَل
ٱ
ْي ِنَغ
ۡل
ْٱ
ُْديِمَ
ۡ
ۡ
ْ
٤
ْ
ْ
“ kepunyaan Allah-lah segala yang ada dilangit dan segal yang ada di bumi, dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
lagi Maha Terpuji” (QS. Al-Hajj ayat 64).40
ْيِفَو
ْ
َْوِْلِئ
ياَسݖِ لْٞ قَحْۡݗِݟِلَٰوۡمَأ
ٱ
ِْموُܱۡحَم
ۡ
ل
ْ
٩
ْ
ْ
“ Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”
(QS. Adz-Dzariyat: 19)41
Namun kerana Allah telah menyerahkan kekuasaan-Nya atas harta tersebut kepada manusia, maka ia diberi kewenangan untuk memanfaatkan dan mengembangannya. Pengembangan modal sudah jelas, apa yang akan diraih, yaitu untuk meningkatkan atau memperbanyak jumlah modal dengan berbagai upaya yang halal, baik melalui produksi atau investasi, baik harta atau aktiva. Baik tetap ataupun lancar. Serta jangan lupa untuk tetap berzakat, karena di dalam harta kita ada sebagin hak milik orang lain yang belum beruntung dalam mengelola harta yang dititipkan Allah SWT.
Di antara pokok-pokok penting dalam pengembangan harta adalah sebagai berikut:
1) Menghindari sentralisasi modal.
2) Mengembangkan yayasan-yayasan kemanusiaan dengan
orientasi kemasyarakatan.
3) Menguatkan ikatan persaudaraan dan kemasyarakatan
melalui zakat dan infaq.42
39 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis (Menangkap spirit ajaran langit dan pesan moral ajaran bumi), (Jakarta: Penebar plus, 2012), 131.
40 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsir (Jilid 6), (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 446.
41 Ibid., (Jilid 9), 462.
BAB III
PENDISTRIBUSIAN DANA SOSIAL PROGRAM KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID (KUM3) BAITULMAAL
MUAMALAT (BMM) JAKARTA
A. Gambaran Umum Baitulmaal Muamalat (BMM)
Baitulmaal Muamalat (BMM) merupakan yayasan yang didirikan oleh
Bank Muamalat pada 16 Juni 2000 sebagai perpanjang tangan perseroan
dalam melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dan
kegiatan sosial lainnya. Baitulmaal Muamalat adalah lembaga non profit
yang berkonsentrasi pada program pemberdayaan, yaitu: community
development, micro finance, Islamic social fund.43
1. VISI :
“Menjadi motor penggerak program kemandirian ekonomi umat menuju
terwujunya tatanan masyarakat yang berkarakter, tumbuh dan peduli
(empowering a caring society)”
2. MISI:
a. Melaksanakan program pemberdayaan ekonomi dan sosial
masyarakat secara terintegral dan komprehensif.
b. Membangun dan mengembangkan jaringan kerja pemberdayaan
seluasnya.44
43 Nur Farida Ahniar, Nina Rahayu, Mohammad Teguh, Baitulmaal Muamalat – Scribd,
diakses pada 6 Januari 2012.
31
[image:40.595.122.505.193.733.2]Struktur organisasi pada BMM dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Struktur Organisasi BMM Jakarta
Sumber : Dokumen, Profil BMM Tahun 2014 Direktur
Eksekutif
UNIT BISNIS BMM
Quality Management Representative Internal Quality Auditor Documen Controlier Divisi Pemberdaayaan & Pendayaguna Departemen Pemberdayaan Pendidikan Departemen Pemberdayaan Ekonomi Departemen Pemberdayaan Soaial & Kemanusiaan
Divisi Jaringan & Kerjasama Departemen Penghimpunan Departemen Perencanaan & Komunikasi
Divisi Keuangan, SDI & Umum Departemen Keuangan & Umum Departemen SDI, Biro Syariah & Legal Dewan
32
B. Sumber Dana Baitulmaal Muamalat (BMM)
Pelaksanaan kegiatan sosial yang dilakukan BMM bersumber dari alokasi
dana CSR Bank Muamalat, dan Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) perseroan,
karyawan dan nasabah Bank Muamalat, serta dana non-ZIS perusahaan
(dana kebajikan/denda nasabah Bank Muamalat) dan dana dari muzzaki yang
langsung memberikan zakat melalui BMM. Namun dana yang didapat dari
muzzaki langsung kepada BMM jumlahnya tidak banyak.45
Pada tahun-tahun sebelumnya dana sosial Bank Muamalat diberikan
seluruhnya kepada BMM untuk dikelola, namun pada tahun 2014 dan 2015
Bank Muamalat mulai bekerjasama dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) di
Indonesia. Jadi, peyaluran dana melaluai BMM hanya sebesar 70% dari total
keseluruhan dana sosial Bank Muamalat.46
Dalam tiga tahun terakhir dana yang terkumpul dan yang disalurkan kepada
[image:41.595.128.518.246.617.2]masyarakat yaitu sebesar:
Tabel 3.1
Dana yang Terkumpul dan Dana yang Disalurkan BMM tahun 2012-2014 Tahun Jumlah Dana yang
Terkumpul
Jumlah Dana yang Disalurkan
2012 37.171.081.881 29.168.600.357
2013 40.680.833.922 32.801.876.489
2014 60.031.655.089 64.812.958.920
Sumber: Dokumen, Profil BBM Tahun 2014
Pengelolaan dana sosial berupa zakat, infaq, dan sedekah yang berasal
dari nasabah semua dikumpulkan menjadi satu, padahal kriteria penerima dana
tersebut berbeda-beda. Karena keterbatasan pihak bank untuk memisahkan
45 Ana (Departemen Pemberdayaan Ekonomi), Wawancara, Baitulmaal Muamalat Jakarta,
15 Desember 2015.
33
dana sosial sesuai dengan jenisnya, namun dalam pendistribusiannya pihak
BMM memberi persyaratan penerima dana sosial produktif adalah semua
fakir/miskin yang menjadi ketentuan penerima zakat. Berbeda dengan
pengelolaan dana CSR dan dana Non-ZIS, pihak BMM sudah mengadakan
program sendiri untuk penyalurannya.
C. Pendistribusian Dana Sosial Program Komunitas Usaha Mikro Muamalat
Berbasis Masjid (KUM3) Baitulmaal Muamalat (BMM) Jakarta di Surabaya
1. Deskripsi Program KUM3
Program KUM3 merupakan salah satu program pendayagunaan dana
Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) yang bertujuan membangun keimanan dan
ketaqwaan mustahik berupa pemberian modal usaha melalui dana
bergulir di wilayah program pemberdayaan mustahik Baitulmaal
Muamalat. Pada saat yang bersamaan mendorong peningkatan
pendapatan mustahik melalui pendampingan usaha, pembinaan rutin,
partisipasi aktif kelompok, monitoring aktivitas ibadah dengan perkuatan
pendanaan usaha jamaah masjid.47
Dengan visi “Terwujudnya komunitas usaha mikro berbasis masjid
yang berkarakter, tumbuh dan peduli.” Sehingga misi yang dirancang
agar dapat merealisasikan visi tersebut yaitu dengan melakukan beberapa
hal seperti, memfasilitasi komunitas usaha mikro melalui pendayagunaan
dana ZIS, meningkatkan peran dan memakmurkan mesjid, meningkatkan
34
kesalihan peserta dan pihak yang terlibat di dalamnya, mendorong
berkembangnya bisnis peserta, dan mendorong tumbuhnya kepedulian
peserta.48
Sasaran yang menjadi anggota KUM3 yaitu mustahik (fakir/miskin)
dan tinggal disekitar masjid yang menjadi mitra program KUM3. Hal
tersebut karena sumber daya yang digunakan untuk program ini adalah
dana zakat. Kriteria fakir dan miskin merujuk pada ketentuan berikut:
a. Fakir
1) Seseorang yang memiliki harta atau usaha namun hanya mampu mencangkup 50% (atau kurang) dari kebutuhan dasar. 2) Jika dirata-rata maka penghasilan seseorang dikategorikan
fakir berjumlah Rp. 1.040.000 (kota) atau Rp.602.000 (desa) setiap bulannya.
b. Miskin
1) Seseorang yang memiliki harta atau usaha namun hanya mampu mencangkup 60-90% (atau kurang) dari kebutuhan dasar.
2) Jika dirata-rata maka penghasilan seseorang dikategorikan fakir berjumlah Rp. 2.080.000 (kota) atau Rp.1.204.166 (desa) setiap bulannya.49
Dalam pemberian bantuan modal kerja, ada kriteria khusus yang harus
dilihat. Jadi sebelum dana diberikan harus ada survey kepada calon
penerima dana sosial. Kriteria usaha yang akan dibantu, dengan
ketentuan:
a. Omset usaha tidak lebih dari 5.000.000 b. Kepemilikan usaha sendiri
c. Berusia antara 17 – 55 tahun
d. Memiliki rumah sendiri atau tinggal bersama keluarga e. Penanggung jawab utama merupakan pencari nafkah
f. Bersatatus menikah, kepala rumah tangga dan memiliki tanggungan ataupun janda
35
g. Tidak memiliki hubungan darah dengan pendamping, dan pengurus masjid (untuk menghindari konflik kepentingan)50
Sistematika penyaluran zakat dilakukan oleh BMM pusat di Jakarta
dan akan disalurkan ke beberapa provinsi dengan bantuan Bank
Muamalat di setiap provinsi. Sejak dilaksanakannya program KUM3
pada tahun 2006 kini sudah menyebar di beberapa provinsi, berikut ini
[image:44.595.132.514.261.551.2]ikhtisar program KUM3 dari tahun 2006 hingga tahun 2014:
Tabel 3.2
Ikhtisar proram KUM3 tahun 2006-2014
KUM3 TAHUN 2014
Peserta Usaha Mikro 8.908 mustahik
Pendamping 207 orang
Masjid 305 masjid
Provinsi 20 provinsi
Kelompok 820 kelompok
Modal yang Digulirkan 9,17 M
Sumber: Dokumen BMM, Profil BMM 2014
2. Pendistribusian Dana Sosial Program KUM3 di Surabaya
Pendistribusian dana sosial program KUM3 di beberapa wilayah
dilaksanakan berdasarkan syarat dan ketentuan umum yang sudah
ditetapkan BMM Jakarta. Begitu pula pendistribusian dana sosial di
Surabaya, syarat dan kriteria mustahik juga mengikuti ketentuan BMM.
Dalam proses penyaluran dana sosial hingga dana tersebut sampai di
tangan mustahik, BMM membutuhkan bantuan dari berbagai pihak dan
harus melakukan beberapa tahapan terlebih dahulu. Berikut ini beberapa
50 Nur Farida Ahniar, Nina Rahayu, Mohammad Teguh, Baitulmaal Muamalat – Scribd,
36
tahapan dalam mendistribusikan dana sosial melalui perogram KUM3 di
surabaya:
Gambar 3.2
Sistematika Pendistribusian Dana Sosial Program KUM3 di Surabaya
1.Mitra 2. Mencari
3. Mencari
6.Laporan
4.Pembentukan
5.Pengontrolan
7. Pembentukan
Sumber: Wawancara, Mbak Ana (Departemen Pemberdayaan Ekonomi), Baitulmaal Muamalat Jakarta, 15 Desember 2015.
a. Langkah awal yang dilakukan pihak BMM adalah mencari masjid yang berkenan menjadi mitra dalam menjalankan program KUM3.
Pihak BMM bekerjasama dengan Bank Muamalat cabang Surabaya
untuk mencari masjid yang mau menjadi mitra kerja.
b. Setelah pengurus masjid menyetujui kerjasama untuk menjadi mitra BMM, selanjutnya pengurus masjid harus merekomendasikan calon
BMM Masjid Pengawas
Calon Anggota Kelompok
Kegiatan Mingguan
[image:45.595.138.507.229.539.2]
37
pendamping yang akan menjalankan program KUM3.
Masing-masing masjid harus mengajukan tiga calon pendamping untuk
diseleksi kembali oleh pihak BMM. Pendamping adalah seseorang
yang memiliki jiwa sosial tinggi dari semua profesi yang memiliki
waktu luang disela-sela kegiatannya dan memiliki tanggung jawab
yang besar untuk menjadi pelaksana, pengontrol dan pemegang
amanah atas terlaksana program KUM3.
- Jika setiap masjid sudah merekomendasikan tiga calon pendamping, selanjutnya pihak BMM akan melakukan tes
untuk mencari satu pendamping pada setiap masjid. Seleksi
yang dilakukan oleh pihak BMM ini bertempat pada KC Bank
Muamalat Sungkono yaitu yang terletak pada Jl. Mayjen
Sungkono 107 Gunungsari, Dukuh Pakis, Surabaya. Untuk
proses penyeleksian dilakukan dengan wawancara terkait
pengetahuan calon pendamping dalam memahami
istilah/akad-akad bertransaksi di perbankan.
c. Jika pendamping sudah lolos dalam seleksi, maka tugas pertama yang harus dilakukan yaitu mencari mustahik sesuai dengan kriteria
yang sudah ditentukan. Setelah mustahik terkumpul maka akan
diadakan penyampaian program sebagai bentuk pengenalan dan
penjelasan terkait prosedur menjadi anggot. Untuk persyaratan
menjadi anggota cukup dengan mengumpulkan foto copy KTP/KSK
38
d. Pembentukan kelompok KUM3, pada setiap masjid terdapat 20-25 anggota dan masing-masing pesrta diberikan modal bergulir dengan
akad qard sebesar Rp 500.000 - Rp 2.000.000. modal yang diberikan
akan diangsur setiap pekan, untuk jumlah angsuran ditentukan
BMM sesuai dengan jumlah modal yang diberikan kepada anggota
dengan batasan waktu maksimal dua tahun sesuai dengan kontrak
program dengan BMM. Pada pembayaran angsuran, jika pada pekan
pertama tidak dapat membayar maka akan dibayar dua kali lipat
diminggu berikutnya. Namun pihak pendamping tidak memaksakan
jika anggota belum dapat membayar, dan tetap menerima berapapun
uang yang akan dibayarkan. Konsekuensi jika pembayaran angsuran
tidak baik maka dalam pemberian modal selanjutnya modal yang
diberikan pihak BMM tidak dapat bertambah, sebaliknya jika
pembayaran angsuran rutin atau tepat maka pada peminjaman
selanjutnya akan mendapatkan modal lebih besar dari sebelumnya.
e. Seiring berjalannya program, akan diadakan pertemuan rutin utuk pembayaran angsuran. Selain itu pendamping juga mengadakan
pengontrolan usaha, dengan mengadakan kajian dan sharing antar
anggota dalam menjalankan masing-masing usaha. Sehingga
muncul rasa kekeluargaan, kepedulian dan dapat memecahkan
39
tetapi pemndamping juga melakuakn pengontrolan ibadah mustahik
dalam menjalankan sholat wajib di masjid.51
f. Setelah semua kegiatan sudah dilakukan, pihak pendamping akan membuat laporan bulanan terkait pembayaran angsuran anggota,
peningkatan usaha, ibadah anggota, dan keadaan anggota kelompok
apakah ada yang macet dalam pembayaran. Serta semua masalah
yang dialami di lapangan. laporan tersebut diberikan kepada pihak
BMM selaku badan amil zakat yang mengelola dana sosial bank,
sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban kepada Bank
Muamalat serta sebagai bentuk evaluasi untuk bulan selanjutnya.
g. Pada akhir program ini BMM akan memberikan modal dan pelatiahan dalam mendirikan KJKS kepada kelompok yang
menjalankan prograam KUM3 dengan konsisten dan amanah.
Tujuan mendirikan KJKS-KUM3 yaitu sebagai tindak lanjut
program KUM3 agar dapat memberi manfaat jangka panjang.
Dalam pendirian KJKS tersebut pihak BMM akan mengadakan
pelatihan dan pendampingan dalam pendirian KJKS selama enam
bulan. Setelah enam bulan pendampingan dalam pendirian dan
pengelolaan KJKS, pihak BBM akan menyerahkan tanggung jawab
sepenuhnya kepada anggota KUM3. Namun masih akan melakukan
40
pengontrolah terhadap KJKS yang sudah didirikan tetapi tidak ikut
andil dalam kegiatan dam pengambilan keputusan.52
Untuk pendirian satu KJKS-KUM3 di Surabaya didirikan oleh dua
kelompok masjid. Di Surabaya terdapat dua KJKS-KUM3, yaitu:
1) KJKS Rahmat yang terdapat pada Jl. Mangkunegoro, No.6 Surabaya dengan anggota koperasi sebanyak 106 anggota.
KJKS Rahmat ini didirikan oleh Masjid Haqul Yaqqin dan
Masjid Rahmat.
2) KJKS Miftahul Jannah yang terdapat pada Jl. Gubeng Jaya II No. 41 Surabaya dengan anggota sebanyak 143. KJKS Miftahul
Jannah ini didirikan oleh Masjid Miftahul Jannah dan Masjid
Darussalam.53
Program KUM3 yang dilaksanakan di Surabaya dilakukan pada 17
Masjid. Dari 17 masjid tersebut, sebagian besar masjid sudah tidak
aktif dalam menjalankan program KUM3. Karena dalam pelaksanaan
program KUM3 para anggota tidak dapat menjalankan dengan baik
dan ada beberapa pendamping yang tidak jujur, oleh sebab itu pihak
BMM tidak melanjutkan program pada masjid tersebut. Namun masih
ada beberapa masjid yang amanah dalam menjalankan program.
beberapa Masjid yang masih aktif dalam menjalankan program KUM3
yaitu sebagai berikut:
41
a. Masjid Rahmat : Jl. Mangkunegoro, No.6 Surabaya
- Jumlah anggota yang masih aktif 15 orang
b. Masjid Haqul Yaqqin : Jl. Dinoyo Tengah No. 8, Surabaya
- Jumlah anggota yang masih aktif 10 orang
c. Masjid Miftahul Jannah : Jl. Gubeng Jaya SR Surabaya
- Jumlah anggota yang masih aktif 17 orang d. Masjid Darussalam : Jl. Gubeng Airlangga Surabaya
- Jumlah anggota yang masih aktif 18 orang
e. Mushola Pendowo Limo : Jl. Banyu Urip Wetan V/7 Surabaya
- Jumlah anggota yang masih aktif 15 orang f. Masjid Al Hidayah : Jl. Kutei Kalimir 7-A Surabaya
- Jumlah anggota yang masih aktif 10 orang54
Jadi untuk pelaksanaan KUM3 di Surabaya yang masih aktif terdapat
pada enam masjid tersebut, dan total anggota sebanyak 85 orang .
Batasan satu kelompok KUM3 beranggotakan 20-25 orang, namun seiring
berjalannya program ada beberapa anggota yang meninggal dunia dan ada
juga sebagian besar tidak mampu mengembalikan angsuran sehingga
tidak mengikuti lagi kegiatan yang dilakukan oleh kelompok. Dapat
dilihat dalam data diatas anggota yang aktif setiap kelompoknya antara
10 orang sampai 20 orang. Dari keenam masjid tersebut, dua diantaranya
masih menjalankan program KUM3 yaitu mushola Pendowo Limo dan
54 Dokumen KJKS Miftahul Jannah dan KJKS Rahmat, Jumlah dan Nama Anggota, 7 Januari
42
Masjid Al Hidayah. Sedangkan masjid yang lain sudah menjalankan
program lanjutan KUM3 berupa pendirian KJKS.
Pelaksanaan program KUM3 di Surabaya dalam memberikan modal
bergulir dilakukan dengan beberapa tahap, sebagai berikut:
a. Tahap pertama. yaitu dengan penurunan uang sebesar Rp 20.000.000 dari BMM kepada pendamping dan dibagi kepada anggota sesuai
dengan kebutuhan dan jenis usaha. Untuk jangka waktu setiap
periode yaitu selama dua tahun, namun dalam pemberian modal usaha
anggota akan diberika lagi setelah angsuran pada pemberian
sebelumnya sudah dilunasi. Karena setiap bulan pendamping telah
memberikan laporan kepada pihak BMM, sehingga BMM mengetahui
siapa saja yang sudah melunasi angsuran dan berhak untuk diberikan
modal kembali.
b. Tahap kedua. setelah pengembalian dana tahap pertama sudah dilunasi oleh anggota, BMM akan memberikan dana Rp 20.000.000
kembali kepada pendamping dengan anggota yang sama. Terkadang
uang pengembalian tahap pertama tidak kembali utuh, karena ada
beberapa anggota yang tidak dapat membayar angsuran. Sehingga
pihak BMM menambah modal usaha agar uang yang diberikan tetap
berjumlah Rp 20.000.000.
c. Tahap ketiga. Setelah dilakukan penyaluran dana beberapa tahap, BMM akan melihat kelayakan anggota untuk dibantu dalam
43
BMM menggunakan uang pengembalian dana pada tahap kedua
dengan tambahan uang Rp. 200.000.000 dengan syarat harus mencari
anggota KJKS sebanyak 100 orang denga masing-masing orang
mendapat modal pendirian KJKS sebesar Rp 2.000.000. penurunan
uang ini dilakukan dalam dua kali dengan setiap pemberian Rp
100.000.000.55
D. Manfaat Program KUM3 Terhadap Peningkatan Usaha Anggota Penerima
Dana Sosial di Surabaya
Pemberian dana sosial melalui program KUM3 ini memiliki manfaat
bagi mustahik penerima modal bergu