• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENGEMAS KARDUS DAN PLASTIK BERVENTILASI PADA PENYIMPANAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) SEGAR ETI SUPRIATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENGEMAS KARDUS DAN PLASTIK BERVENTILASI PADA PENYIMPANAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) SEGAR ETI SUPRIATI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENGEMAS KARDUS DAN

PLASTIK BERVENTILASI PADA PENYIMPANAN CABAI

MERAH (Capsicum annuum L.) SEGAR

ETI SUPRIATI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Penggunaan Bahan Pengemas Kardus dan Plastik Berventilasi pada Penyimpanan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Segar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Eti Supriati

(4)

ABSTRAK

ETI SUPRIATI. Kajian Penggunaan Bahan Pengemas Kardus dan Plastik Berventilasi pada Penyimpanan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Segar. Dibimbing oleh Y ARIS PURWANTO.

Pengaruh jenis bahan pengemas berventilasi dan suhu penyimpanan terhadap kualitas cabai merah (Capsicum annuum L.) segar telah diamati dalam penelitian ini. Cabai merah didapatkan dari kebun petani di daerah Lembang, Jawa Barat. Penelitian ini mengkaji penggunaan kemasan kardus dan plastik berventilasi untuk kemasan cabai merah yang disimpan pada suhu 15oC dan suhu ruang. Parameter yang dianalisa adalah susut bobot, kadar air, kekerasan, warna, dan laju respirasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan pengemas memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap susut bobot, kadar air, nilai a (warna kromatik merah hijau) dan nilai b (warna kromatik biru kuning). Jenis bahan pengemas memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kekerasan dan nilai L (kecerahan). Suhu penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap susut bobot, kadar air, kekerasan, nilai L, a, dan b. Pengemasan cabai merah menggunakan kemasan kardus pada suhu ruang mampu mempertahankan kualitas warna dengan baik selama 10 hari penyimpanan. Kombinasi perlakuan pengemasan cabai merah segar menggunakan kemasan plastik dan suhu penyimpanan 15oC memberikan kualitas cabai merah yang masih dapat mempertahankan kesegaran selama 20 hari penyimpanan.

Kata kunci: cabai merah, bahan pengemas, suhu penyimpanan, kualitas cabai

ABSTRACT

ETI SUPRIATI. Study of Using The Ventilated Cardboard and Plastic as Packaging Materials in Storage of Fresh Chili (Capsicum annuum L.). Supervised by Y ARIS PURWANTO.

The effect of packaging materials and temperature of storage on quality of fresh chili (Capsicum annuum L.) was observed in this study. Samples of chili were harvested from farmer’s orchad in chili production areas in Lembang, West Java. The study was caried out using the ventilated cardboard and plastic for chili’s packaging stored in 15oC and room temperature. Weight loss, moisture content, firmness, colour, and respiration rate of all samples were measured during storage period. The result showed that packaging material had significant effect on weight loss, moisture content, value of a (chromatic red-green color) and b (chromatic blue-yellow color). The packaging material had no significant effect on hardness and value of L (brightness). Temperature of storage had significant effect on weight loss, moisture content, firmness, value of L, a, and b. The packaging of fresh chili using ventilated cardboard and room temperature preserved the best quality of colour up to 10 days. It was concluded that ventilated plastic and temperature of 15oC resulted the best quality of fresh chili up to 20 days.

(5)

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENGEMAS KARDUS DAN

PLASTIK BERVENTILASI PADA PENYIMPANAN CABAI

MERAH (Capsicum annuum L.) SEGAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

ETI SUPRIATI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Kajian Penggunaan Bahan Pengemas Kardus dan Plastik

Berventilasi pada Penyimpanan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Segar

Nama : Eti Supriati NlM : F14090025

Disetujui oleh

Dr. Ir. Y. Aris PUIwanto, MSc Pembimbing

(8)

Judul Skripsi : Kajian Penggunaan Bahan Pengemas Kardus dan Plastik

Berventilasi pada Penyimpanan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Segar

Nama : Eti Supriati NIM : F14090025

Disetujui oleh

Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juni 2013, dengan judul Kajian Penggunaan Bahan Pengemas Kardus dan Plastik Berventilasi pada Penyimpanan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Segar.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr Ir Y Aris Purwanto, MSc selaku pembimbing terima kasih atas saran,

arahan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi. 2. Dr Ir Emmy Darmawati, M.Si. dan Dr Lenny Saulia, S.TP, MSc selaku

penguji terima kasih atas saran dan kritik bagi penulis.

3. Seluruh staf pengajar Teknik Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor atas semua pengetahuan yang telah diberikan.

4. Bapak Sulyaden dan Mba Sugih beserta staf laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, yang telah membantu selama pengumpulan data.

5. Kedua orang tua tercinta Bapak Edi Rusliandi dan Ibu Amsiah, Nurjanah, Eni Nuraeni, M Lutfi, M Haydar Arkan, tante Berlian Anom Sari, Putri Khoiriyyah Mafuza dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

6. Sahabat-sahabat tersayang Gina A, Raisa, Citta, Gina L, Tiara, Kristen, Dian, Rahma, Awanis, Selvi, Aiya, Stevy, Mona, Riris, Jeni, Vina, Koi, Amel, Rusnadi, Sigit, Fajry, Muklis, Ka Fiki, Piyah, Babay, Lisa, Dwi dan Iing atas segala dukungan, semangat dan kasih sayangnya.

7. Teman satu bimbingan Ririn, Sandro, Pahlevi, Ivan dan Budi terima kasih atas bantuan selama penelitian berlangsung.

8. Teman-teman di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 46, terima kasih atas kebersamaannya, bantuan dan semangatnya bagi penulis. 9. Kakak-kakak S2: Mbak Nur dan Ka Adhit terima kasih atas motivasi dan

bantuannya selama penelitian berlangsung.

10. Terima kasih kepada seluruh pihak yang pernah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE 4

Bahan 4

Alat 4

Prosedur Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Laju Respirasi 11

Susut Bobot 13

Kadar Air 14

Kekerasan 16

Warna 17

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 23

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kombinasi perlakuan jenis bahan pengemas (P) dan suhu penyimpanan

(T) 10

2 Hasil analisis sidik ragam susut bobot 25

3 Uji DMRT pengaruh jenis bahan pengemas terhadap susut bobot (%) 25 4 Uji DMRT pengaruh suhu penyimpanan terhadap susut bobot (%) 26 5 Uji DMRT pengaruh interaksi jenis bahan pengemas dan suhu

penyimpanan terhadap susut bobot (%) 26

6 Hasil analisis sidik ragam kadar air 27

7 Uji DMRT pengaruh jenis bahan pengemas terhadap kadar air 27 8 Uji DMRT pengaruh suhu penyimpanan terhadap kadar air 27 9 Uji DMRT pengaruh interaksi jenis bahan pengemas dan suhu

penyimpanan terhadap kadar air 28

10 Hasil analisis sidik ragam kekerasan 28

11 Uji DMRT pengaruh suhu penyimpanan terhadap kekerasan (N) 29 12 Uji DMRT pengaruh interaksi jenis bahan pengemas dan suhu

penyimpanan terhadap kekerasan 29

13 Hasil analisis sidik ragam L 29

14 Uji DMRT pengaruh suhu penyimpanan terhadap nilai L 30 15 Uji DMRT pengaruh interaksi jenis bahan pengemas dan suhu

penyimpanan terhadap nilai L 30

16 Hasil analisis sidik ragam a 30

17 Hasil analisis sidik ragam nilai a 31

18 Uji DMRT pengaruh jenis bahan pengemas terhadap nilai a 31 19 Uji DMRT pengaruh suhu penyimpanan terhadap nilai a 31 20 Uji DMRT pengaruh interaksi jenis bahan pengemas dan suhu

penyimpnan terhadap nilai a 31

21 Hasil analisis sidik ragam b 32

22 Uji DMRT pengaruh jenis bahan pengemas terhadap nilai b 32 23 Uji DMRT pengaruh suhu penyimpanan terhadap nilai b 33 24 Uji DMRT pengaruh interaksi jenis bahan pengemas dan suhu

penyimpanan terhadap nilai b 33

DAFTAR GAMBAR

1 Tipe kemasan (A) RSC, (B) HTC, dan (C) FTC 3

2 Diagram alir proses penelitian cabai merah segar 5

3 Proses pemanenan cabai merah keriting 6

4 Cabai merah keriting hasil panen 6

5 Proses sortasi dan trimming cabai merah 7

6 Pengemasan bahan menggunakan kardus 8

7 Pengemasan bahan menggunakan plastik 8

8 Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan laju respirasi (ml

(12)

9 Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan laju respirasi (ml

O2/kg.jam) 13

10 Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan kualitas susut bobot (%)

pada cabai merah segar 14

11 Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan kualitas kadar air (%) pada

cabai merah segar 15

12 Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan kekerasan (N) pada cabai

merah segar 16

13 Diagram Hunter 17

14 Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan nilai L pada cabai merah

segar 18

15 Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan nilai a pada cabai merah

segar 19

16 Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan nilai b pada cabai merah

segar 20 17 Lemari pendingin 23 18 Termometer 23 19 Oven 23 20 Timbangan digital 23 21 Cosmotector 23 22 Rheometer 23 23 Chromameter minolta 23 24 Timbangan analitik 23 25 Desikator 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar alat-alat yang digunakan dalam penelitian 23

2 Perhitungan besar ventilasi 24

3 Hasil analisis sidik ragam 25

4 Hasil analisis sidik ragam kadar air 27

5 Hasil analisis sidik ragam kekerasan 28

6 Hasil analisis sidik ragam nilai L 29

7 Hasil analisis sidik ragam nilai a 30

8 Hasil analisis sidik ragam niali b 32

(13)
(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dapat dipasarkan dalam berbagai bentuk. Adapun pasar ekspor memiliki permintaan yang tinggi terhadap kombinasi cabai segar, cabai kering, cabai beku, dan produk olahan cabai lainnya. Peluang pemasaran cabai keriting lebih besar dibandingkan cabai rawit.

Tahun 2011 di Indonesia, luas panen, produktivitas dan produksi cabai sebesar 239.77 ha, 6.19 ton/ha dan 1,483,079 ton (BPS 2010). Luas panen, produktivitas dan produksi cabai di Jawa Barat sebesar 24,045 ha, 12.50 ton/ha dan 300.62 ton (BPS 2010). Hambatan atau permasalahan yang sering dialami petani adalah harga cabai merah yang sangat fluktuatif, pada saat panen raya harga mencapai titik yang paling rendah, sehingga petani mengalami kerugian. Petani cabai tetap menanggung resiko usaha yang sangat tinggi, tercermin dari lebarnya kesenjangan harga terendah dan tertinggi. Menurut pengamatan, tahun 2007 harga terendah yaitu Rp 7,000/kg dan tertinggi Rp 48,000/kg, tahun 2008 harga terendah Rp 8,000/kg dan tertinggi Rp 35,000/kg (Sembiring 2009). Dicontohkan, di Bandung, Jawa Barat, komoditas cabai merah dengan harga mencapai Rp 20,000/kg jika sedang melonjak. Namun, harga komoditas itu hanya Rp 4,000/kg jika sedang anjlok (Kompas 2010). Untuk itu, perlu adanya penanganan pascapanen cabai merah segar agar dapat mempertahankan kualitas cabai merah segar dalam waktu yang lebih lama.

Teknologi pascapanen yang biasanya diterapkan pada produk sayuran segar adalah teknologi pendinginan dalam lemari pendingin. Produk hortikultura perlu dikemas agar mutunya tidak menurun drastis selama penyimpanan. Pengemasan merupakan kegiatan untuk melindungi kesegaran produk pertanian saat pengangkutan, pendistribusian dan penyimpanan agar mutu produk tetap terpelihara (Anonimous1 2004). Fungsi pengemasan adalah untuk melindungi komoditi dari kerusakan fisis, mekanis, dan mikrobiologis; menciptakan daya tarik bagi konsumen; dan memberikan nilai tambah pada produk; serta memperpanjang daya simpan produk (Anonimous2 2004).

Penyediaan cabai merah dalam bentuk segar setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang secara baik. Mutu menjadi sangat penting untuk dapat mencitrakan produk tersebut seperti diinginkan konsumen. Karakteristik warna, tekstur, dan aroma serta pemajangan yang menarik memberikan kesan bahwa produk tersebut segar dan sering dijadikan indikator kelayakan produk tersebut untuk dibeli oleh konsumen (Utama 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan, petani menjual cabai sekaligus setelah pemanenan selesai dalam satu hari, karena cabai merah hanya tahan simpan 2-3 hari, setelah itu cabai akan mengalami penurunan mutu yaitu kelayuan yang berakibat pada penurunan berat cabai yang akan dijual. Bahan pengemas yang biasa digunakan adalah plastik tanpa ventilasi untuk pengemasan cabai merah dalam bentuk curah. Sembiring (2009) menyatakan bahwa plastik Low Density

(15)

2

satu minggu dalam keadaan segar, jika disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 6oC dan jumlah cabai merah yang dikemas sebanyak 200 gr.

Menurut SNI 1998, untuk dipasarkan di pasar lokal cabai merah segar dikemas dalam karung jala plastik dengan berat isi 25-40 kg jumlah tumpukan dalam transportasi 2-3 karung. Cabai dapat juga dikemas menggunakan alat pengemas dari karton yang diberi lubang ventilasi disesuaikan dengan permintaan konsumen dan akan dipasarkan ke tempat yang jauh.

Pengemasan cabai merah yang terjadi di lapangan menggunakan karung bekas dan plastik tidak berventilasi yang cara pengisiannya ditekan-tekan sehingga cabai akan patah ketika dikeluarkan. Hal tersebut mempengaruhi kualitas cabai yg akan dipasarkan. Kondisi real di lapangan, alat pengangkutan sayuran segar yang dilengkapi pendingin memiliki suhu 13-15oC.

Perumusan Masalah

Cabai merupakan komoditas yang mudah mengalami kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan fisik, mekanik, maupun mikrobiologis. Padahal sebagian besar dari produk tersebut lebih disukai untuk dikonsumsi dalam keadaan segar dalam waktu yang lebih lama setelah panen (Pantastico 1997). Oleh karena itu, perlu penanganan pasca panen yang memadai untuk mempertahankan kesegaran, mencegah susut dan kerusakan.

Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Cabai merah (Capsicum annuum L.) segar dikemas di dalam kardus dan

plastik yang telah diberikan ventilasi sebesar 1%. Banyaknya cabai merah yang dikemas yaitu 8 kg pada setiap kemasan.

2. Cabai merah yang telah dikemas kemudian disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 15oC dan suhu ruang.

3. Kualitas yang akan dianalisa adalah laju respirasi, susut bobot, kadar air, kekerasan, dan warna.

4. Penentuan jenis bahan pengemas dan suhu optimum dilakukan dengan analisis sidik ragam dan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh jenis bahan pengemas berventilasi dan suhu penyimpanan terhadap kualitas produk cabai merah (Capsicum annuum L.) segar dalam bentuk curah.

2. Menentukan bahan pengemas dan suhu penyimpanan yang optimum untuk mempertahankan kesegaran cabai merah (Capsicum annuum L.) segar.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui jenis bahan pengemas dan suhu yang paling optimum dari penyimpanan cabai merah dalam bentuk curah, serta pengaruh jenis bahan pengemas dan suhu optimum tersebut terhadap kualitas cabai merah (Capsicum annuum L.) segar. Hasil penelitian ini dapat dijadikan

(16)

3 sumbangan pikiran bagi petani cabai merah untuk dapat mempertahankan kualitas cabai merah segarnya selama beberapa waktu dalam jumlah yang lebih banyak. Dengan demikian petani dapat menjual cabai merah segarnya saat harga kembali normal atau naik.

Ruang Lingkup Penelitian

Cabai merah segar yang dikemas dalam kardus dan plastik berventilasi dan disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 15oC dan suhu ruang, dievaluasi berdasarkan laju respirasi, susut bobot, kadar air, kekerasan, dan warna.

TINJAUAN PUSTAKA

Cabai Merah

Cabai merah segar adalah buah cabai merah dari spesies (Capsicum annuum L.) yang dipetik pada tingkat ketuaan optimal dan belum diproses. Ketuaan optimal adalah keadaan buah pada stadia buah cabai yang telah matang fisiologis tepat untuk dipanen. Cabai merah keriting memiliki ciri-ciri yaitu sub pangkal buah tidak berpundak, ujung buah runcing, kulit buah tipis, rasa pedas, buah muda berwarna hijau muda sampai hijau dan buah tua berwarna merah dan permukaan buahnya bergelombang.

Pengemasan

Pengemasan dapat mengurangi kehilangan lembab dan mencegah terjadinya dehidrasi, terutama bila digunakan bahan penghalang lengas uap air (Hardunberg 1971). Menurut Rukmana (1996), bahwa buah cabai sebaiknya dikemas dalam karung plastik yang tembus udara atau keranjang bambu atau dos kardus. Peleg (1985) menyatakan bahwa beberapa tipe kemasan karton gelombang yang umum digunakan yaitu : Regular Slotted Container (RSC) biasa disebut wadah celah teratur karena kedua tutup sama panjang dan bertemu di tengah pada saat ditutup,

Half Telescopic Container (HTC) yang terdiri dari dua wadah yang ditumpuk

dimana satu kotak sedikit lebih kecil dari kotak lainnya dan Full Telescopic

Container (FTC) terdiri dari wadah yang tertutup yang terpisah antar wadah

bagian atas dan wadah bagian bawah. Ketiga tipe kemasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

(17)

4

Menurut Kitnoja dan Kader (2000), bahwa pengemas membutuhkan ventilasi namun harus cukup kuat untuk mencegah kerusakan karena beban. Luas ventilasi sebesar 5% dari seluruh luas permukaan. Jika kantong besar atau keranjang harus digunakan untuk kemasan curah buah atau sayur, kegunaan ventilasi sederhana dapat membantu mengurangi menumpuknya panas ketika produk berespirasi. Plastik polyethilene dan polyvinyl chloride dengan kerapatan rendah adalah plastik utama yang dipakai untuk pengemasan buah segar dan sayur.

Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan untuk mengontrol permintaan pasar tanpa menimbulkan banyak kerusakan dan penurunan mutunya. Penyimpanan yang umumnya dilakukan adalah menggunakan suhu rendah dimana suhu diset di atas titik beku dan daya simpannya lebih lama. Suhu rendah ini biasanya diikuti dengan kelembaban nisbi yang optimum agar produk tidak mengalami kekeringan. Penurunan suhu penyimpanan merupakan satu cara yang paling efektif untuk menjaga komoditas karena dapat mengurangi respirasi dan proses metabolisme (Burg 2004). Menurut Rukmana (1996) buah cabai yang telah dikemas disimpan di tempat (ruang) yang teduh dan cukup lembab, serta sirkulasi udaranya baik. Jika fasilitas penyimpanan memungkinkan, simpanlah buah cabai dalam ruang pendingin (Cold storage) yang suhunya rendah (antara 2oC-15oC) dan kelembabannya tinggi (sekitar 90-95%) agar tetap segar selama ± 20 hari.

METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2013 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah cabai merah keriting segar yang didapat dari kebun Gabungan Kelompok Usaha Tani Mekar Tani Jaya di daerah Lembang.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: 1. Lemari pendingin

2. Termometer.

3. Cosmotector

4. Stoples

5. Timbangan digital

(18)

5 7. Rheometer CR-500 DX

8. Chromameter minolta tipe CR-400 9. Kardus

10. Plastik

Gambar alat-alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Metode Penelitian

Diagram alir proses penelitian dapat diamati pada Gambar 2.

Gambar 2 Diagram alir proses penelitian cabai merah segar Cabai Merah Segar

Sortasi dan Trimming

Penimbangan sebanyak 8 kg untuk tiap kemasan

Penyimpanan pada suhu 15oC dan suhu ruang (25-27oC)

Analisis kualitas cabai merah (susut bobot, kadar air, kekerasan, warna

dan laju respirasi)

Jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan terbaik

Pengemasan

Penyiapan bahan pengemas (kardus dan

plastik)

Pembuatan ventilasi pada tiap kemasan (1%

dari seluruh luas permukaan) Pengukuran luas dari

setiap jenis bahan pengemas

Analisis sidik ragam dan uji DMRT

(19)

6

Tahapan proses penelitian sebagai berikut:

Persiapan bahan

Bahan yang digunakan adalah cabai merah keriting segar varietas Bianca yang dipanen langsung dari kebun cabai di daerah Lembang. Cabai merah yang dipanen bebas penyakit atau tidak rusak. Pemanenan cabai merah segar langsung dari perkebunan cabai di Lembang, Jawa Barat dilakukan pagi hari selama enam jam dilanjutkan dengan sortasi dan pengemasan cabai di kebun. Pengangkutan cabai merah dari kebun ke Bogor dilakukan selama delapan jam. Setelah pengangkutan, cabai disortasi dan trimming kembali, sebanyak 16.8% cabai mengalami kerusakan. Proses pemanenan dan cabai merah keriting hasil panen ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3 Proses pemanenan cabai merah keriting

Gambar 4 Cabai merah keriting hasil panen

Sortasi dan trimming

Cabai disortasi dan dibersihkan dari segala kotoran yang ada seperti ranting, daun, tanah dan kotoran lain-lain yang menempel pada cabai merah segar. Hal ini dilakukan agar mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh

(20)

7 mikroba yang terdapat pada daun cabai merah. Proses sortasi dan trimming ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Proses sortasi dan trimming cabai merah

Penyiapan bahan pengemas

Bahan pengemas yang digunakan adalah kardus dan kemasan plastik. Dimensi kemasan disesuaikan dengan kebutuhan dari penanganan, dan seluruh kemasan dibuatkan ventilasi. Jenis kardus yang digunakan yaitu satu lembar box, tipe Regular Slotted Container (RSC), dimensi kardus sebesar 52.5 cm x 35 cm x 21 cm. Plastik yang digunakan pada penelitian ini yaitu

Low Density Poly Ethilene (LDPE) dengan dimensi sebesar 50 cm x 85 cm.

Luas ventilasi sebesar 1% dari seluruh luas permukaan kemasan, perhitungan besar ventilasi terdapat pada Lampiran 2.

Penyiapan lemari pendingin dan ruang penyimpanan

Lemari pendingin yang akan digunakan untuk penyimpanan diatur suhu dan kelembabannya. Suhu yang akan digunakan untuk penyimpanan di lemari pendingin yaitu 15oC dengan kelembaban sebesar 90-95% dan suhu ruang penyimpanan diatur suhu ruang yaitu 25-27oC.

Penimbangan dan pengemasan bahan

Cabai merah ditimbang sebanyak 8 kg untuk tiap kemasan kemudian dikemas dengan pengemas. Pengemasan bahan menggunakan kardus dan plastik dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

(21)

8

Gambar 6 Pengemasan bahan menggunakan kardus

Gambar 7 Pengemasan bahan menggunakan plastik

Penyimpanan bahan yang telah dikemas

Bahan yang telah dikemas selanjutnya akan disimpan ke dalam lemari pendingin yang bersuhu 15oC dan suhu ruang (25-27oC) kemudian disusun agar mempermudah pengeluaran bahan apabila akan dianalisa. Bahan disimpan sesuai dengan perlakuan yang telah diberikan.

Analisis dan pengamatan

Analisis dan pengamatan dilakukan setelah penyimpanan sesuai dengan perlakuan. Parameter yang diamati adalah:

1. Laju respirasi

Penentuan laju respirasi dilakukan selama penyimpanan. Pengukuran laju respirasi bertujuan untuk mengetahui pola respirasi. Untuk mengukur pola respirasi selama penyimpanan, cabai merah dimasukan ke dalam chamber dan disimpan dalam lemari pendingin dan pada suhu ruang. Pengukuran laju respirasi selama penyimpanan dilakukan secara periodik 24 jam. Dua buah selang dihubungkan dengan alat pengukur Cosmotector dan dimasukan dalam Chamber untuk melewatkan gas CO2 dan O2. Pada alat akan terbaca persen

(22)

9 gas CO2 dan O2 (ml/kg.jam) selama respirasi pada ruang tertutup diukur dengan persamaan Kays (1991) yaitu :

R = V/W x dx/dt

dimana R adalah laju respirasi (ml/kg.jam), V adalah volume bebas ruang (ml), W adalah berat segar produk (kg), t adalah waktu (jam) dan x adalah konsentrasi gas CO2 dam O2 (%).

2. Susut bobot

Pengukuran susut bobot dapat dilakukan dengan cara menimbang berat bahan sebelum dan sesudah penyimpanan. Kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut :

% Susut Bobot = 𝑋−𝑌

𝑋 x 100% X= Berat bahan sebelum penyimpanan

Y= Berat bahan sesudah penyimpanan

3. Kadar air

Pengukuran kadar air dengan Metode Oven. Ditimbang bahan sebanyak 5 gram dalam aluminium foil yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selam 4 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Selanjutnya dipanaskan lagi di dalam oven selama 30 menit, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perlakuan ini diulang sampai diperoleh berat yang konstan. Pengurangan berat merupakan banyaknya air yang diuapkan dari bahan dengan perhitungan berikut (AOAC 1984):

Kadar air = Berat awal−Berat akhir

Berat awal x100% 4. Kekerasan

Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan produk terhadap jarum penusuk dari Rheometer DX-500. Cabai merah ditekan oleh probe, beban maksimum 2 kg, probe akan bergerak dengan kecepatan tertentu hingga cabai merah rusak. Diameter probe sebesar 2.5 mm, R/H Hold sebesar 6.0 mm, P/T Press sebesar 30 mm/m.

5. Warna

Pengukuran perubahan warna dilakukan dengan menggunakan alat chromameter Minolta tipe CR-400. Data warna yang dinyatakan dengan nilai L (kecerahan), nilai a (warna kromatik merah hijau), dan nilai b (warna kromatik biru kuning). Nilai L menyatakan kecerahan (cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu, dan hitam), bernilai 0 untuk warna hitam dan bernilai 100 untuk warna putih. Nilai L yang semakin besar menunjukkan irisan produk semakin rusak karena warna nya semakin pucat. Nilai a menyatakan warna akromatik merah hijau, bernilai +a dari 0-100

(23)

10

untuk warna merah dan bernilai a dari 0-(-80) untuk warna hijau. Nilai a yang semakin besar menunjukkan irisan produk semakin mendekati kebusukan. Pengujian akan dilakukan dengan menempelkan sensor pada produk dan menembakkan sinar pada tiga bagian yang berbeda. Nilai b positif berkisar antara 0 sampai +70 yang menyatakan intensitas warna kuning sedangkan nilai b negatif yang menyatakan intensitas warna biru berkisar antara 0 sampai -80.

Prosedur Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor dan dua kali ulangan, perlakuan sebagai berikut:

Faktor I : Jenis bahan pengemas terdiri dari 2 taraf, yaitu: P1 : Kemasan kardus

P2 : Kemasan plastik

Faktor II : Suhu penyimpanan terdiri dari 2 taraf, yaitu : T1 : Suhu 15oC

T2 : Suhu ruang

Sehingga kombinasi perlakuan jenis bahan pengemas (P) dan suhu penyimpanan (T) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan jenis bahan pengemas (P) dan suhu penyimpanan (T)

Bahan pengemas (P) Suhu Penyimpanan (T)

15oC Suhu ruang

Kemasan kardus P1T1 P1T2

Kemasan plastik P2T1 P2T2

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian adalah:

a. Variabel bebas (independen) yaitu jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan.

b. Variabel terikat (dependen) yaitu kualitas cabai merah segar. Indikator penelitian yang akan digunakan adalah :

a. Bahan pengemas, yaitu: kardus dan plastik berventilasi. b. Suhu penyimpanan, yaitu: 15oC dan suhu ruang (25-27oC).

c. Kualitas cabai merah segar, yaitu: laju respirasi, susut bobot, kadar air, kekerasan, dan warna.

Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ɛ ijk Keterangan:

Yijk : Pengamatan perlakuan jenis bahan pengemas ke-i (P1, P2) dan suhu penyimpanan (T1, T2) pada ulangan ke-k.

(24)

11 µ : Pengaruh nilai tengah yang sebenarnya

Ai : Pengaruh perlakuan jenis bahan pengemas (P1, P2) taraf ke-i Bj : Pengaruh perlakuan suhu penyimpanan (T1, T2) taraf ke-j (AB)ij : Pengaruh interaksi perlakuan jenis bahan pengemas taraf ke i

dengan perlakuan suhu penyimpanan taraf ke-j

Ɛ ijk : Pengaruh kesalahan percobaan pada ulangan ke-k karena pengaruh Ai, Bj, ABij

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Respirasi

Cabai merah (Capsicum annuum L.) selama penyimpanan masih melakukan proses metabolisme seperti respirasi dan transpirasi. Cabai merah tersebut melakukan respirasi dengan mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida serta menghasilkan panas respirasi. Winarno (2002) menyatakan bahwa laju respirasi produk buah-buahan dan sayuran dapat menjadi indikator yang baik bagi penentuan kegiatan metabolisme jaringan dan umur simpan. Laju respirasi dapat diketahui dari laju produksi CO2 dan laju konsumsi O2. Pengukuran laju respirasi pada cabai merah dilakukan setiap hari sampai terjadi pembusukan.

Laju Produksi CO2

Hasil pengukuran CO2 pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa produksi CO2 cabai merah yang disimpan dalam suhu ruang lebih tinggi dibandingkan suhu dingin. Hal itu disebabkan oleh faktor lingkungan dan suhu. Kader (1985), suhu penyimpanan memengaruhi laju respirasi dimana kenaikan suhu dapat menaikkan laju respirasi, dan ditambahkan Winarno (2002) mengatakan bahwa setiap kenaikan suhu 10oC akan meningkatkan laju pernapasan sebesar dua atau tiga kali. Cabai merah termasuk non klimakterik sehingga tidak terdapat puncak pada respirasi.

Laju respirasi yang rendah terjadi pada cabai merah yang disimpan pada suhu 15oC dan dikemas oleh plastik sedangkan laju respirasi yang tinggi terjadi pada suhu ruang yang dikemas kardus. Selain itu pola produksi CO2 pada perlakuan suhu ruang menunjukkan tinggi jumlah CO2 yang dihasilkan setiap hari, sementara pada perlakuan suhu 15oC terjadi peningkatan jumlah CO2 pada hari ke-9. Hal ini menunjukkan pendinginan dapat menurunkan kecepatan respirasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan, dimana umur simpan cabai merah yang disimpan pada suhu 15oC rata-rata sekitar 20 hari sedangkan cabai merah yang disimpan dalam suhu ruang sekitar 12 hari.

Selama penyimpanan, pola respirasi cabai merah yang dikemas oleh plastik cenderung lebih lambat, hal ini disebabkan karena sifat plastik yang lebih permeable dibandingkan kardus terlihat dari laju akumulasi CO2 lebih sedikit.

(25)

12

Gambar 8 Hubungan Lama Penyimpanan (hari) dengan Laju Respirasi (ml CO2/kg.jam)

Laju Konsumsi O2

Pengukuran laju konsumsi O2 dilakukan setiap hari. Hasil pengukuran laju konsumsi O2 dapat dilihat pada Gambar 9. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pada awal penyimpanan laju konsumsi O2 cenderung menurun baik cabai merah yang dikemas oleh plastik maupaun kardus. Penurunan ini disebabkan oleh aktivitas dalam respirasi memerlukan oksigen dari udara sekitar, semakin lama kadar oksigen semakin rendah sehingga laju respirasi semakin rendah. Bila oksigen dalam menipis, sedang respirasi masih berlanjut (penyimpanan diteruskan), kebutuhan oksigen untuk respirasi diambil dari jaringan bahan simpan. Pada kondisi ini produk menjadi rusak dan mutunya turun.

Laju respirasi produk segar biasanya meningkat sesuai dengan konsentrasi O2 dan menurun sesuai dengan konsentrasi CO2 (Pantastico 1986). Semakin tinggi nilai laju respirasi, maka umur simpan suatu produk akan lebih pendek dan sebaliknya semakin rendah laju respirasi, maka umur simpan produk tersebut akan semakin lama. Pada Gambar 9 terlihat laju konsumsi O2 cabai merah yang disimpan dalam suhu 15oC menurun secara lambat dimana pada hari ke 14 laju konsumsi O2 meningkat, hal ini menunjukkan bahwa cabai merah mulai terjadi pembusuk. Cabai merah yang disimpan dalam suhu ruang laju konsumsi O2 pada hari ke 10 meningkat dan menurun secara cepat, dimana kondisi cabai merah sudah mengalami penurunan.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 L aju R es p ir as i ( ml C O 2 /k g .ja m)

Lama Penyimpanan (hari)

(26)

13

Gambar 9 Hubungan Lama Penyimpanan (hari) dengan Laju Respirasi (ml O2/kg.jam)

Jenis kemasan, jenis dan tebalnya film, cara pembuatannya, dan cara penutupannya semua mempengaruhi kandungan O2 dan CO2 di dalam kemasan. Cabai merah memiliki laju respirasi yang tinggi, jika dikemas dalam polietilen yang tertutup rapat maka atmosfer di dalamnya berubah dengan cepat.

Susut Bobot

Salah satu tujuan utama untuk menerapkan teknologi pascapanen sayuran adalah untuk mengurangi susut dari saat panen sampai produk tersebut dikonsumsi. Penyebab paling umum dan berkelanjutan dari susut pascapanen adalah adanya penanganan yang kasar dan penggunaan bahan kemasan yang tidak memadai. Secara umum, meminimalkan penanganan yang kasar, sortasi untuk menghilangkan produk yang rusak dan berpenyakit serta pengelolaan suhu yang efektif akan membantu secara nyata menjaga mutu produk dan mengurangi susut penyimpanan. Masa simpan akan dapat ditingkatkan jika suhu selama periode pascapanen dijaga sedekat mungkin dengan suhu optimum penyimpanan untuk komoditi tertentu. Pola susut bobot pada cabai merah segar dapat dilihat pada Gambar 10. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 L aju R es p ir as i ( ml O 2 /k g .ja m)

Lama Penyimpanan (hari)

(27)

14

Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka persentase susut bobot cabai merah segar semakin meningkat. Persentase susut bobot tertinggi yaitu penyimpanan cabai merah menggunakan kardus pada suhu ruang dengan rata-rata susut sebesar 15.2% pada penyimpanan hari ke-13. Masa simpan cabai merah baik yang dikemas menggunakan kardus dan plastik pada suhu ruang hanya bertahan selama 13 hari. Sedangkan pada penyimpanan suhu 15oC baik menggunakan kardus maupun plastik, masa simpan cabai merah segar mampu bertahan selama 20 hari. Persentase susut bobot terendah yaitu pada perlakuan pengemasan cabai merah menggunakan plastik dengan rata-rata susut sebesar 10.4%. Hal tersebut disebabkan karena cabai merah segar merupakan struktur yang masih hidup, akan melakukan kegiatan metabolismenya sebelum maupun setelah panen. Penyebab susut pascapanen pada cabai merah yaitu adanya kehilangan air (pengkerutan) akibat proses respirasi dan transpirasi pada sayuran. Bahan kemasan plastik dapat berlaku sebagai penghalang uap dan mengurangi kehilangan air. Plastik polyethylene dengan kerapatan rendah adalah plastik film utama yang dipakai untuk pengemasan sayur segar (Kader 2002). Penyimpanan pada suhu rendah mampu menurunkan laju respirasi dan mengurangi kehilangan air.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat, jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0.05) terhadap susut bobot cabai merah segar sehingga dapat dilakukan uji DMRT. Dari hasil pengujian dapat terlihat bahwa kombinasi perlakuan penyimpanan cabai merah yang dikemas menggunakan plastik pada suhu 15oC mampu menghambat terjadinya kenaikan susut bobot yang besar.

Kadar Air

Pengaruh jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan terhadap kadar cabai merah segar ditunjukkan pada Gambar 11.

0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 S us ut B obot ( % )

Lama Penyimpanan (hari)

P1T1 P2T1 P1T2 P2T2

Gambar 10 Hubungan Lama Penyimpanan (hari) dengan Susut Bobot (%) Cabai Merah Segar

(28)

15

Gambar 11 Hubungan Lama Penyimpanan (hari) dengan Kadar Air (%) Cabai Merah Segar

Gambar 11 menunjukkan semakin lama waktu penyimpanan cabai merah segar maka persentase kadar air semakin menurun. Dari grafik perubahan tersebut, terlihat bahwa tidak terjadi perubahan yang berarti pada cabai merah keriting pada setiap perlakuan. Terlihat di data penelitian ini bahwa kadar air meningkat diawal penyimpanan. Menurut Wills et al. (1981), susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk. Seharusnya ada keterkaitan antara susut bobot dan kadar air. Akan tetapi, hal tersebut tidak terlihat pada data pengukuran kadar air karena adanya proses

sampling yang tidak mewakili keseluruhan cabai. Menurut Apandi (1984), setelah

dipanen sayuran dan buah-buahan akan mengalami perubahan komposisi dan mutu karena proses metabolisme masih berlanjut. Proses metabolisme yang terjadi tersebut adalah respirasi dan transpirasi, yang mana tidak ada pergantian terhadap substrat yang telah dirombak, sehingga akan terjadi terus proses kemunduran mutu. Dalam hal ini yang terus terjadi adalah proses turunnya kadar air pada cabai merah segar. Untuk produk yang dipasarkan segar, metode apapun untuk meningkatkan kelembaban nisbi dari lingkungan penyimpanan akan memperlambat laju kehilangan air. Metode terbaik untuk meningkatkan kelembaban adalah dengan menurunkan suhu (Kitinoja dan Kader 2002).

Berdasarkan daftar analisis sidik ragam pada Lampiran 4, jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air. Kadar air tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan P2T1 dan terendah pada perlakuan P1T2. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P2T1 (plastik dengan penyimpanan suhu 15oC) lebih baik dibandingkan perlakuan lain karena mampu mencegah penguapan air dari bahan. Perlakuan penyimpanan cabai merah menggunakan kardus dan plastik yang disimpan pada suhu ruang dan kelembaban ruang penyimpanan yang terlalu rendah akan mengakibatkan penyerapan air dari bahan yang disimpan oleh ruang penyimpanan, sehingga bahan yang disimpan akan menjadi kering (kadar airnya menurun).

70 72 74 76 78 80 82 84 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 K ad ar a ir (%)

Lama Penyimpanan (hari) P1T1 P2T1 P1T2 P2T2

(29)

16

Kekerasan

Menurut Pantastico (1989), peningkatan dan penurunan nilai kekerasan berhubungan dengan penguapan air. Tingkat kekerasan bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat dan kandungan pati yang terdapat pada bahan. Perubahan kekerasan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Hubangan Lama Penyimpanan (hari) terhadap Gaya Tekan (N) Cabai Merah Segar

Berdasarkan grafik tersebut, kondisi kekerasan cabai merah yang disimpan menggunakan kemasan plastik pada suhu ruang menghasilkan nilai kekerasan terendah pada hari ke-12 sebesar 2.2 N. Menurut Purnomo (1995) kadar air suatu bahan pangan dapat memengaruhi teksturnya. Semakin lama cabai merah segar disimpan maka terjadi penurunan nilai kekerasannya. Penurunan ini berhubungan dengan kadar air yang dikandung oleh cabai merah segar tersebut, semakin lama cabai merah segar disimpan maka semakin menurun kadar air yang dikandung oleh cabai tersebut (Sembiring 2009). Tekstur buah cabai menjadi lunak dan keriput disebabkan oleh oksidasi pektin pada saat pematangan. Pektin tidak mampu lagi mengikat air pada buah cabai sehingga air yang keluar semakin besar dan mengakibatkan tekstur buah cabai menjadi lunak dan keriput. Sesuai dengan pernyataan Tranggono dan Sutardi (1989) bahwa perubahan tekstur buah disebabkan oleh aktifitas enzim pektin metilesterase dan poligalaktorasa yang merombak senyawa pektin yang tidak larut dalam air menjadi senyawa pektin yang larut dalam air sehingga tekstur buah menjadi lunak.

Berdasarkan analisis sidik ragam pada Lampiran 5, dapat dilihat bahwa nilai p> alpha 5% untuk pengaruh jenis bahan pengemas terhadap kekerasan sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis bahan pengemas tidak berbeda nyata terhadap kekerasan dan tidak dapat dilakukan uji DMRT. Daftar analisis sidik ragam menunjukkan bahwa suhu penyimpanan memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan, nilai kekerasan pada suhu 15oC lebih tinggi dari suhu ruang. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu 15oC lebih baik dalam mempertahankan kekerasan cabai merah segar.

0 1 2 3 4 5 6 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 G ay a T ek an ( N )

Lama Penyimpanan (hari)

(30)

17

Warna

Warna pada cabai merah merupakan indikator parameter mutu yang

mudah terlihat langsung oleh konsumen. Warna merah pada cabai merah terus mengalami penurunan selama penyimpanan sampai warna tersebut berubah menjadi warna coklat hingga busuk. Perubahan atau degradasi warna yang terjadi pada cabai merah selama penyimpanan yaitu berasal dari perombakan warna klorofil (hijau) menjadi anthocyanin (merah). Selama penyimpanan, cabai merah segar akan mengalami penuaan, dimana warna atnthocyanin (merah) akan berubah menjadi warna merah kecoklatan, dan bila mulai terjadi pembusukan akan menjadi warna coklat seperti yang ditunjukkan oleh diagram Hunter pada Gambar 13. Selama penyimpanan pencegahan penurunan warna merah dapat dilakukan dengan menyimpan produk pada suhu rendah.

Gambar 13 Diagram Hunter

Nilai L

Hasil pengukuran nilai L cabai merah selama penyimpanan ditampilkan

pada Gambar 14. Pada gambar tersebut terlihat tren nilai L cabai merah pada semua perlakuan cenderung menurun, hal ini menunjukkan kecerahan pada warna merah menurun seiring lamanya penyimpanan. Rata-rata kecerahan cabai merah yang disimpan pada suhu 15oC menurun lebih lambat, dibandingkan cabai merah yang disimpan dalam suhu ruang.

(31)

18

Gambar 14 Hubungan Lama Penyimpanan (hari) terhadap Nilai L (%) Cabai Merah Segar

Berdasarkan analisis sidik ragam pada Lampiran 6, dapat dilihat jenis bahan pengemas tidak memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap nilai L cabai merah segar. Hal ini ditunjukkan dengan tren penurunan kecerahan warna cabai merah yang dikemas dengan plastik dan kardus tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk pengaruh suhu dan kombinasi perlakuan dari bahan pengemas dan suhu berpengaruh nyata terhadap kecerahan warna cabai merah.

Hasil pengujian analisis lanjut Duncan terhadap pengaruh suhu penyimpanan menunjukkan bahwa kecerahan cabai merah yang disimpan dalam suhu 15oC lebih baik dibandingkan cabai merah yang disimpan dalam suhu ruang. Hal ini terlihat pada Gambar 14 dimana penurunan kecerahan warna cabai merah menurun secara lambat. Hasil pengujian analisis lanjut Duncan terhadap kombinasi bahan pengemas dan suhu penyimpan terlihat bahwa cabai merah yang dikemas oleh plastik yang disimpan dalam suhu 15oC memiliki kecerahan warna cabai merah lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Nilai a

Hasil pengukuran warna a pada cabai merah ditampilkan pada Gambar 15. Nilai a menunjukkan penurunan warna merah pada cabai merah selama penyimpanan. Pada Gambar 15 terlihat rata-rata warna nilai a tren cenderung menurun untuk semua perlakuan. Seperti halnya warna L, untuk warna a cabai merah yang disimpan pada suhu 15oC cenderung menurun lebih lambat dibandingkan cabai merah yang disimpan pada suhu ruang. Hal ini menunjukkan suhu mempengaruhi penurunan warna a cabai merah.

25 30 35 40 45 50 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 N ila i L ( % )

Lama Penyimpanan (hari)

(32)

19

Gambar 15 Hubungan Lama Penyimpanan (hari) terhadap Nilai a (%) Cabai Merah Segar

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 7, dapat dilihat bahwa jenis bahan pengemas, suhu penyimpanan dan interaksi dari kombinasi jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai a cabai merah selama penyimpanan, sehingga dapat dilakukan uji DMRT. Hasil uji DMRT terhadap nilai a cabai merah segar menunjukkan bahwa nilai a pada pengemas kardus lebih besar daripada plastik sehingga pengemas kardus lebih baik dalam mempertahankan warna merah pada cabai merah segar dibandingkan dengan pengemas plastik. Hasil analisis lanjut Duncan perlakuan suhu penyimpanan menunjukkan bahwa nilai a cabai merah pada penyimpanan suhu 15oC lebih tinggi daripada suhu ruang. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu 15oC lebih baik dalam mempertahankan warna merah pada cabai merah segar dibandingkan dengan suhu ruang. Hasil analisis lanjut Duncan terhadap interaksi dari kombinasi perlakuan jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan menunjukkan bahwa nilai a tertinggi diperoleh pada perlakuan P2T1 sebesar 85.1% selama penyimpanan 20 hari. Hal ini menunjukkan bahwa pengemas plastik dan penyimpanan suhu 150C merupakan perlakuan yang terbaik dibandingkan perlakuan lain dalam penelitian ini, dalam hal mempertahankan warna merah cabai merah segar selama penyimpanan 20 hari. Pengemas kardus dan penyimpanan pada suhu ruang mampu mempertahankan warna merah selama 10 hari.

Nilai b

Hasil pengukuran nilai b pada cabai merah ditampilkan pada Gambar 16. Nilai b menunjukkan perubahan warna kuning menuju biru pada cabai merah. Pada gambar tersebut terlihat bahwa rata-rata cabai merah untuk semua perlakuan tren menurun kemudian meningkat pada akhir penyimpanan, hal ini disebabkan karena sampel yang diamati berbeda, sehingga perubahan warna yang terjadi berbeda. 25 30 35 40 45 50 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 N ila i a ( % )

Lama Penyimpanan (hari)

(33)

20

Gambar 16 Hubungan Lama Penyimpanan (hari) terhadap Nilai b (%) Cabai Merah Segar

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 8, dapat dilihat bahwa jenis bahan pengemas, suhu penyimpanan, dan kombinasi jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai b cabai merah segar, sehingga dapat dilakukan uji DMRT.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa semakin lama cabai merah disimpan maka terjadi penurunan nilai L, a, dan b, warna dari merah bergalur hitam seperempat bagian menjadi merah seluruh bagian. Hasil gambar cabai merah hasil penyimpaanan dapat dilihat pada Lampiran 9. Semakin lama cabai merah disimpan maka semakin besar kemungkinan terjadinya proses penuaan, karena walaupun sudah terpisah dari tanaman induknya, cabai merah akan melakukan kegiatan metabolismenya dan akhirnya akan mengalami proses penuaan apabila tidak segera dikonsumsi (Sembiring 2009). Proses penuaan biasanya ditandai dengan berubahnya warna merah menjadi merah berbintik coklat dan akhirnya akan menjadi warna coklat dan hitam bila sudah mencapai pembusukan. Perubahan warna disebabkan oleh oksidasi asam klorogenat oleh enzim polifenol aksidase menjadi melanoid sehingga terbentuk warna coklat kehitaman. Semakin tinggi suhu penyimpanan dan semakin lama waktu penyimpanan maka oksidasi asam klorogenat semakin cepat dan warna coklat kehitaman pada buah cabai semakin terlihat dan perubahan warna semakin cepat. Adanya proses transpirasi pada cabai menyebabkan warna kulit luar menjadi coklat kehitaman. 5 10 15 20 25 30 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 N ila i b ( % )

Lama Penyimpanan (hari)

(34)

21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian kajian penggunaan bahan pengemas kardus dan plastik berventilasi terhadap parameter yang diamati, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyimpanan cabai merah segar pada suhu 15oC mampu mempertahankan kualitas cabai merah selama 20 hari penyimpanan. Sedangkan penyimpanan cabai pada suhu ruang mengalami pembusukan setelah penyimpanan 12 hari. Hal ini dibuktikan karena suhu yang lebih rendah mampu menekan laju respirasi dan transpirasi, sehingga laju kehilangan air lebih lambat dan susut bobot lebih rendah. Suhu yang semakin tinggi menyebabkan laju kehilangan air dan aktifitas enzim semakin cepat, sehingga perubahan mutu produk semakin cepat.

2. Jenis pengemas plastik memberikan kualitas yang baik dalam menekan laju respirasi, susut bobot dan kehilangan air. Sehingga memberikan pengaruh yang baik untuk kekerasan dan warna. Plastik polietilen kerapatan rendah merupakan plastik utama yang dipakai untuk pengemasan buah dan sayur segar, lebih kedap air, kehilangan airnya hanya sedikit, dan barang tetap segar.

3. Cabai merah yang dikemas menggunakan kardus berventilasi 1% pada suhu ruang mampu mempertahankan warna merah dengan baik hingga penyimpanan hari ke-10. Cabai merah yang dikemas menggunakan plastik berventilasi 1% dan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 15oC dapat mencegah penurunan kualitas cabai segar selama 20 hari penyimpanan.

Saran

1. Sebaiknya untuk mengemas cabai merah segar disarankan menggunakan plastik berventilasi dan disimpan pada suhu 15oC, karena sudah terbukti lebih efektif dapat mencegah penurunan kualitas cabai merah segar selama 20 hari penyimpanan.

2. Perlu dilakukan penelitian pengaruh besarnya ventilasi dalam tiap kemasan terhadap mutu cabai merah segar, menggunakan masa simpan yang lebih lama, dan modifikasi setiap kemasan saat penyimpanan cabai merah segar.

(35)

22

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2004. Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Apandi. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Alumni.

AOAC. 1984. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists. Washington D.C.

[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2010. Luas panen, produksi, dan produktivitas cabai, tahun 2009-2011 [internet]. [diacu 2013 Februari 18]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id.

Burg SP. 2004. Postharvest Physiology and Hypobaric Storage of Fresh Produce. London: CABI Publishing.

Dewi 2008. Pengaruh Hidrocooling dan Pengemasan terhadap Mutu Pak Choi (Brassica rapa var chimensis) Selama Transportasi Darat. IPB [Skripsi] Bogor. Hardenberg R.E., A.E. Watada dan C.Y. Wang. 1986. Effect of in-Package

Environment on Keeping Quality of Fruits and Vegetables. Hort. Science 6 (3),

198.

Kays SJ. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. New York : An AVI Book.

Kitinoja L. dan Kader AA. 2002. Praktik-praktik Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual untuk Produk Hortikultura. Edisi ke-4. Utama I Made S, Penerjemah. Bali: Universitas Udayana. Terjemahan dari: Postharvest

Horticulture. Series no 8.

Pantastico Er.B. 1986. Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub-Tropika, Terjemahan Kamariyani. Yogyakarta: UGM-Press.

Peleg K. 1985. Storage and Preservation Techniques. Dalam Produce Handling, Packaging, and Distribution. AVI Publishing Co. Inc, Connecticut (US).

Radius Dwi Bayu. 2010. Fluktuasi Harga Tinggi, Petani Sulit Dilibatkan Ekspor [internet]. [diacu 2012 November 25]. Tersedia dari: http://nasional.kompas.com/read/2010/02/01/15381695/Fluktuasi.Harga.Tinggi .Petani.Sulit.Dilibatkan.Ekspor.

Rukmana R. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta: Kanisius.

Sembiring Naomi Novita. 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum annuum L.) [tesis]. Medan. Program sarjana: Universitas Sumatera Utara.

Utama IMS. 2006. Peranan Teknologi Pascapanen untuk fresh produce retailing. Pentingnya Teknologi Pascapanen dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Hortikultura Indonesia. Seminar Nasional Dies Natalis Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Udayana; 2006 Agustus 28; Bandung, Indonesia.

Bandung (ID).

Wills et al. 1981. “Post Harvest”, An Introduction to The Physiology and Handling of Fruits and Vegetables. Australia: New South Wales University Press Limited.

(36)

23 Lampiran 1 Gambar alat-alat yang digunakan dalam penelitian

Gambar 18 Termometer

Gambar 17 Lemari pendingin Gambar 19 Oven

Gambar 20 Timbangan Digital Gambar 21 Cosmotector Gambar 22 Rheometer

Gambar 23 Chromameter Gambar 24 Timbangan Analitik

(37)

24

Lampiran 2 Perhitungan luas ventilasi pada bahan pengemas

Kemasan Kardus

Ukuran = 52.5 cm x 35 cm x 21 cm

Luas Permukaan Kardus = (2 x 52,5 cm x 35 cm) + (2 x 35 cm x 21 cm) = 3675 cm2 + 1470 cm2

= 5145 cm2

Luasan ventilasi yang digunakan = 1% x Luas Permukaan Kardus

= 1% x 5145 cm2

= 51.45 cm2

Diameter lubang ventilasi = 2.5 cm Luas lubang ventilasi = 1

4πd 2

= 4.9 cm2 Banyak Lubang Ventilasi = 𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖

𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖 =

51.45 𝑐𝑚2

4.9 𝑐𝑚2 = 10.5 lubang Kemasan Plastik

Ukuran = 50 cm x 85 cm

Luas Permukaan Plastik = 50 cm x 85 cm

= 4250 cm2

Luasan ventilasi yang digunakan = 1% x Luas Permukaan Kardus

= 1% x 4250 cm2

= 42.5 cm2

Diameter lubang ventilasi = 0.5 cm Luas lubang ventilasi = 1

4πd 2

= 0.19 cm2 Banyak Lubang Ventilasi = 𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖

𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖 = 42.5 𝑐𝑚2

(38)

25 Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam susut bobot

Tabel 2 Hasil analisis sidik ragam susut bobot Hari

ke-

Sumber Keragaman Jumlah kuadrat F hitung Pr>F

2 Suhu 6.76 15.72 0.01 Pengemas 5.05 11.74 0.02 Suhu*Pengemas 3.58 8.34 0.04 4 Suhu 44.66 6.10 0.06 Pengemas 7.22 0.99 0.37 Suhu*Pengemas 2.79 0.38 0.57 6 Suhu 97.89 13.33 0.02 Pengemas 14.08 1.92 0.23 Suhu*Pengemas 3.59 0.49 0.52 8 Suhu 163.54 26.82 0.01 Pengemas 18.28 3.00 0.15 Suhu*Pengemas 3.84 0.63 0.47 10 Suhu 250.30 39.59 0.00 Pengemas 25.85 4.09 0.11 Suhu*Pengemas 6.12 0.97 0.38 12 Suhu 414.44 48.05 0.0023 Pengemas 5.48 0.64 0.47 Suhu*Pengemas 0.34 0.04 0.85 14 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.01 0.00 0.97 Suhu*Pengemas 0.00 . . 16 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.85 0.20 0.69 Suhu*Pengemas 0.00 . . 18 Suhu 0.00 . . Pengemas 26.15 0.22 0.68 Suhu*Pengemas 0.00 . . 20 Suhu . . . Pengemas 25.01 0.21 0.69 Suhu*Pengemas . . .

Tabel 3 Uji DMRT Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Susut Bobot (%) Jenis Bahan Pengemas Rataan Pengelompokan Duncan

Kardus 2.65 a

(39)

26

Tabel 4 Uji DMRT Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%) Penyimpanan hari ke- Suhu Penyimpanan Rataan Pengelompokan Duncan 2 Ruang 2.77 a 15 0.93 b 6 Ruang 10.37 a 15 3.37 b 8 Ruang 13.79 a 15 4.756 b 10 Ruang 17.29 a 15 6.11 b 12 Ruang 22.24 a 15 7.84 b

Tabel 5 Hasil Uji DMRT Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Suhu Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%)

Hari ke- Interaksi Rataan Pengelompokan Duncen

2 P1T2 4.24 a P2T2 1.31 b P1T1 1.06 b P2T1 0.81 b 6 P1T2 12.36 a P2T2 8.37 ab P1T1 4.03 b P2T1 2.71 b 8 P1T2 16.00 aa P2T2 11.59 abb P1T1 5.57 bcc P2T1 3.93 c 10 P1T2 19.97 aa P2T2 14.62 a P1T1 7.03 bb P2T1 5.18 b 12 P1T2 22.86 aa P2T2 21.62 a P1T1 8.88 bb P2T1 6.81 b

(40)

27 Lampiran 4 Hasil analisis sidik ragam kadar air

Tabel 6 Hasil analisis sidik ragam kadar air Hari

ke-

Sumber Keragaman Jumlah kuadrat F hitung Pr>F

2 Suhu 0.00 0.00 0.99 Pengemas 4.70 0.13 0.73 Suhu*Pengemas 0.44 0.01 0.91 4 Suhu 20.96 8.09 0.04 Pengemas 5.15 1.99 0.23 Suhu*Pengemas 0.96 0.37 0.57 6 Suhu 2.61 0.42 0.55 Pengemas 0.50 0.08 0.79 Suhu*Pengemas 33.92 5.42 0.08 8 Suhu 4.51 0.41 0.55 Pengemas 3.76 0.34 0.59 Suhu*Pengemas 2.36 0.21 0.66 10 Suhu 5.74 0.51 0.51 Pengemas 0.08 0.01 0.93 Suhu*Pengemas 10.27 0.92 0.39 12 Suhu 87.75 14.95 0.01 Pengemas 0.07 0.01 0.91 Suhu*Pengemas 3.94 0.67 0.45 14 Suhu 0.00 . . Pengemas 7.77 0.59 0.52 Suhu*Pengemas 0.00 . . 16 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.28 0.01 0.91 Suhu*Pengemas 0.00 . . 18 Suhu 0.00 . . Pengemas 5.07 0.08 0.80 Suhu*Pengemas 0.00 . . 20 Suhu . . . Pengemas 84.88 342.98 0.00 Suhu*Pengemas . . .

Tabel 7 Uji DMRT Jenis Bahan Pengemas terhadap Kadar Air (%)

Pengemas Rataan Pengelompokan Duncan

Plastik 85.06 a

Kardus 75.85 b

Tabel 8 Uji DMRT Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)

Hari ke- Suhu Rataan Pengelompokan

Duncan

4 15 80.81 a

Ruang 77.57 b

12 15 79.81 a

(41)

28

Tabel 9 Uji DMRT Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Suhu Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)

Hari ke- Interaksi Rataan Pengelompokan Duncan

4 P2T1 81.27 aa P1T1 80.35 aabb P2T2 78.72 abb P1T2 76.42 b 20 P2T1 85.06 a P1T1 75.85 b

Lampiran 5 Hasil analisis sidik ragam kekerasan Tabel 10 Hasil analisis sidik ragam kekerasan

Hari ke-

Sumber Keragaman Jumlah kuadrat F hitung Pr>F

2 Suhu 0.14 0.22 0.66 Pengemas 0.51 0.79 0.42 Suhu*Pengemas 0.03 0.05 0.83 4 Suhu 0.78 1.79 0.25 Pengemas 1.31 2.99 0.15 Suhu*Pengemas 0.82 1.89 0.24 6 Suhu 1.94 3.42 0.13 Pengemas 0.56 1.00 0.37 Suhu*Pengemas 0.26 0.46 0.53 8 Suhu 1.12 1.88 0.24 Pengemas 3.17 5.29 0.08 Suhu*Pengemas 0.03 0.06 0.82 10 Suhu 0.01 0.04 0.85 Pengemas 1.13 2.66 0.17 Suhu*Pengemas 0.30 0.72 0.44 12 Suhu 5.86 11.95 0.02 Pengemas 0.23 0.47 0.53 Suhu*Pengemas 0.04 0.09 0.77 14 Suhu 0.00 . . Pengemas 2.11 5.61 0.14 Suhu*Pengemas 0.00 . . 16 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.10 0.38 0.60 Suhu*Pengemas 0.00 . . 18 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.59 2.06 0.28 Suhu*Pengemas 0.00 . . 20 Suhu . . . Pengemas 0.10 0.14 0.74 Suhu*Pengemas . . .

(42)

29 Tabel 11 Uji DMRT Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kekerasan (N)

Suhu Rataan Pengelompokan Duncan

15 4.18 a

Ruang 2.47 b

Tabel 12 Hasil Uji DMRT Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Suhu Penyimpanan terhadap Nilai Kekerasan

Interaksi Rataan Pengelompokan Duncan

P1T2 22.86 aa

P2T2 21.62 a

P1T1 8.88 bb

P2T1 6.81 b

Lampiran 6 Hasil analisis sidik ragam nilai L Tabel 13 Hasil analisis sidik ragam nilai L

Hari ke-

Sumber Keragaman Jumlah kuadrat F hitung Pr>F

2 Suhu 12.94 6.44 0.06 Pengemas 1.46 0.73 0.44 Suhu*Pengemas 6.87 3.42 0.13 4 Suhu 7.01 3.74 0.12 Pengemas 0.00 0.00 0.94 Suhu*Pengemas 2.98 1.59 0.27 6 Suhu 14.28 9.05 0.03 Pengemas 3.61 2.29 0.20 Suhu*Pengemas 1.08 0.69 0.45 8 Suhu 6.02 2.88 0.16 Pengemas 0.63 0.30 0.61 Suhu*Pengemas 0.29 0.14 0.72 10 Suhu 29.37 8.22 0.04 Pengemas 0.09 0.03 0.87 Suhu*Pengemas 2.61 0.73 0.44 12 Suhu 1.25 1.17 0.33 Pengemas 0.76 0.72 0.44 Suhu*Pengemas 0.86 0.80 0.42 14 Suhu 0.00 . . Pengemas 1.49 3.16 0.21 Suhu*Pengemas 0.00 . . 16 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.01 0.00 0.95 Suhu*Pengemas 0.00 . . 18 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.00 0.00 0.97 Suhu*Pengemas 0.00 . . 20 Suhu . . . Pengemas 5.22 2.87 0.23

(43)

30

Tabel 14 Uji DMRT Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai L

Hari ke- Suhu Rataan Pengelompokan

Duncan

6 15 36.61 a

Ruang 33.94 b

10 15 36.51 a

Ruang 32.68 b

Tabel 15 Hasil Uji DMRT Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Suhu Penyimpanan terhadap Nilai L

Hari ke- Interaksi Rataan Pengelompokan

Duncan 6 P2T1 37.65 aa P1T1 35.57 abb P2T2 34.24 bb P1T2 33.63 b 10 P1T2 19.97 aa P2T2 14.62 a P1T1 7.03 bb P2T1 5.18 b

Lampiran 7 Hasil analisis sidik ragam nilai a Tabel 16 Hasil analisis sidik ragam nilai a

Hari ke-

Sumber Keragaman Jumlah kuadrat F hitung Pr>F

2 Suhu 13.42 4.52 0.10 Pengemas 1.20 0.41 0.55 Suhu*Pengemas 2.98 1.00 0.37 4 Suhu 0.01 0.00 0.95 Pengemas 5.71 1.03 0.36 Suhu*Pengemas 2.04 0.37 0.57 6 Suhu 29.70 6.47 0.06 Pengemas 3.57 0.78 0.42 Suhu*Pengemas 0.53 0.12 0.75 8 Suhu 35.88 7.57 0.05 Pengemas 8.89 1.88 0.24 Suhu*Pengemas 8.46 1.79 0.25 10 Suhu 49.02 12.32 0.02 Pengemas 0.53 0.14 0.73 Suhu*Pengemas 2.13 0.54 0.50 12 Suhu 5.390 2.01 0.22 Pengemas 0.15 0.06 0.81 Suhu*Pengemas 2.10 0.78 0.42 14 Suhu 0.00 . . Pengemas 6.53 1.67 0.32 Suhu*Pengemas 0.00 . .

(44)

31 Tabel 17 Hasil analisis sidik ragam nilai a (lanjutan)

Hari ke-

Sumber Keragaman Jumlah kuadrat F hitung Pr>F

16 Suhu 0.00 . . Pengemas 3.23 1.88 0.30 Suhu*Pengemas 0.00 . . 18 Suhu 0.00 . . Pengemas 8.03 1.34 0.36 Suhu*Pengemas 0.00 . . 20 Suhu . . . Pengemas 4.52 46.91 0.02 Suhu*Pengemas . . .

Tabel 18 Hasil Uji DMRT Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai a Cabai Merah Segar

Pengemas Rataan Pengelompokan Duncan

Kardus 39.22 a

Plastik 37.09 b

Tabel 19 Uji DMRT Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai a Cabai Merah

Suhu Rataan Pengelompokan Duncan

15 40.57 a

Ruang 35.62 b

Tabel 20 Uji DMRT Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Suhu Penyimpanan terhadap nilai a

Hari ke- Interaksi Rataan Pengelompokan Duncan

10 P1T2 19.97 aa P2T2 14.62 a P1T1 7.033 bb P2T1 5.18 b 20 P2T1 85.06 a P1T1 75.85 b

(45)

32

Lampiran 8 Hasil analisis sidik ragam nilai b Tabel 21 Hasil analisis sidik ragam nilai b

Hari ke-

Sumber Keragaman Jumlah kuadrat F hitung Pr>F

2 Suhu 16.02 1.18 0.33 Pengemas 0.85 0.06 0.81 Suhu*Pengemas 17.41 1.28 0.32 4 Suhu 14.00 1.59 0.27 Pengemas 0.13 0.02 0.90 Suhu*Pengemas 0.16 0.02 0.89 6 Suhu 37.19 15.22 0.01 Pengemas 11.78 4.82 0.09 Suhu*Pengemas 2.21 0.91 0.39 8 Suhu 33.94 5.70 0.07 Pengemas 6.43 1.08 0.35 Suhu*Pengemas 5.70 0.96 0.38 10 Suhu 45.66 22.30 0.00 Pengemas 2.58 1.26 0.32 Suhu*Pengemas 7.51 3.67 0.12 12 Suhu 0.00 0.00 0.98 Pengemas 12.25 10.34 0.03 Suhu*Pengemas 0.01 0.01 0.91 14 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.82 0.09 0.79 Suhu*Pengemas 0.00 . . 16 Suhu 0.00 . . Pengemas 9.18 6.04 0.13 Suhu*Pengemas 0.00 . . 18 Suhu 0.00 . . Pengemas 0.90 0.20 0.69 Suhu*Pengemas 0.00 . . 20 Suhu . . . Pengemas 5.39 0.76 0.47 Suhu*Pengemas . . .

Tabel 22 Uji DMRT Pengaruh Jenis Bahan Pengemas terhadap Nilai b Cabai Merah Segar

Pengemas Rataan Pengelompokan Duncan

Plastik 20.62 a

(46)

33 Tabel 23 Hasil uji DMRT Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai b Cabai

Merah Segar

Hari ke Suhu Rataan Pengelompokan Duncan

6 15 22.30 a

Ruang 17.99 b

10 15 21.51 a

Ruang 16.77 b

Tabel 24 Uji DMRT Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Pengemas dan Suhu Penyimpanan terhadap Nilai b Cabai Merah Segar

Hari ke- Interaksi Rataan Pengelompokan Duncan

6 P2T1 24.04 aa P1T1 20.56 abb P2T2 18.68 bb P1T2 17.30 b 10 P1T2 19.97 aa P2T2 14.62 a P1T1 7.03 bb P2T1 5.18 b 12 P1T2 22.86 aa P2T2 21.62 a P1T1 8.88 bb P2T1 6.81 b

(47)

35 H ar i ke - P 1T 1 ul anga n 1 P 1T 1 ul anga n 2 P 2T 1 ul anga n 1 P 2T 1 ul anga n 2 P 1T 2 ul anga n 1 P 1T 2 ul anga n 2 P 2T 2 ul anga n 1 P 2T 2 ul anga n 2 0 2 4 6 L am p ir an 9 H as il g am b ar cab ai m e rah h as il p en y im p an an 34

(48)

36 H ar i ke - P 1T 1 ul anga n 1 P 1T 1 ul anga n 2 P 2T 1 ul anga n 1 P 2T 1 ul anga n 2 P 1T 2 ul anga n 1 P 1T 2 ul anga n 2 P 2T 2 ul anga n 1 P 2T 2 ul anga n 2 8 10 12 L am p ir an 9 H as il g am b ar cab ai m e rah h as il p en y im p an an ( lan ju tan ) 35 35

(49)

37 H ar i ke - P 1T 1 ul anga n 1 P 1T 1 ul anga n 2 P 2T 1 ul anga n 1 P 2T 1 ul anga n 2 P 1T 2 ul anga n 1 P 1T 2 ul anga n 2 P 2T 2 ul anga n 1 P 2T 2 ul anga n 2 14 16 B us uk B us uk B us uk B us uk 18 B us uk B us uk B us uk B us uk L am p ir an 9 H as il g am b a r cab ai m er ah h as il pe n y im pa na n ( la nj ut an) 36

(50)

38 H ar i ke - P 1T 1 ul anga n 1 P 1T 1 ul anga n 2 P 2T 1 ul anga n 1 P 2T 1 ul anga n 2 P 1T 2 ul anga n 1 P 1T 2 ul anga n 2 P 2T 2 ul anga n 1 P 2T 2 ul anga n 2 20 B us uk B us uk B us uk B us uk L am p ir an 9 H as il g am b a r cab ai m er ah h as il p en y im p an an ( lan ju tan ) 37

(51)

38

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta Selatan pada tanggal 21 Januari 1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Edi Rusliandi dan Amsiah, dengan kakak dan adik perempuan bernama Nurjanah dan Eni Nuraeni.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu MI Saadatul Muslimin lulus pada tahun 2003, MTS Negeri 1 Jakarta lulus pada tahun 2006, SMA Negeri 60 Jakarta lulus pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB di Departemen Teknik Pertanian (sekarang bernama Teknik Mesin dan Biosistem), Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menempuh pendidikan di jenjang S1, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Praktikum Terpadu Mekanika dan Bahan Teknik, penulis aktif di UKM Gentra Kaheman pada tahun 2009-2010, anggota Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem HIMATETA 2011-2012. Penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan acara-acara di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem seperti masa perkenalan departemen (SAPA 2011), Agricultural

Engineering Goes To Village 2011, peserta seminar berskala nasional dan

organisasi eksternal di luar komunitas kampus Institut Pertanian Bogor. Penulis juga sebagai penerima beasiswa POM dan PPA pada tahun 2009-2013. Penulis mengikuti kegiatan praktik lapangan pada tahun 2012 di PTPN VIII Goalpara, Sukabumi, Jawa Barat.

Gambar

Gambar alat-alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 3 Proses pemanenan cabai merah keriting
Gambar 5 Proses sortasi dan trimming cabai merah  Penyiapan bahan pengemas
Gambar 7 Pengemasan bahan menggunakan plastik  Penyimpanan bahan yang telah dikemas
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Hitung opportunity cost unluk setiap baris dan kolom. Opportunity cost untuk setiap baris I dihitung dengan mengurangkan nilai cij terkecil pada baris itu dari nilai cij satu

Muallimin UNIVA Medan adalah seragam yang bercorak al-Wasliyah yaitu bagi laki-laki memakai kemeja putih celana hitam dan kopiah (peci) dan perempuan memakai baju kurung

Deskripsi data yang akan disajikan berupa data hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SDN Sidomulyo II Krian Sidoarjo sebelum ( pre-test ) dan sesudah (

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa (1)-N-(4-nitrobenzil)-1,10-fenantrolinium iodida memiliki kemampuan penghambatan polimerisasi heme yang lebih baik jika

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “ Pengendalian Internal, Ketepatan Informasi Pelaporan Keuangan dan Kebermanfaatan – Keputusan ( Decision Usefulness

Dalam waktu yang sama Mamalik al-Bahriyah menggan- tungkan harapan kepada Syajar al Durr pada masa peralihan karena Mamalik tidak mungkin mengambil alih langsung

Ibu bayi umur 6-12 bulan yang diberi penyuluhan dengan metode partisipatif mengalami peningkatan rata-rata skor praktek MP-ASI yang lebih tinggi dibanding