• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI GALUR GENERASI LANJUT S5 SEMANGKA DAN MELON PADA LAHAN MARGINAL DI SUMATERA BARAT DAN RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI GALUR GENERASI LANJUT S5 SEMANGKA DAN MELON PADA LAHAN MARGINAL DI SUMATERA BARAT DAN RIAU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI GALUR GENERASI LANJUT S5 SEMANGKA DAN MELON

PADA LAHAN MARGINAL DI SUMATERA BARAT DAN RIAU

Makful∗, Hendri, Sahlan, Kuswandi, dan Yeni Meldia Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika

Jl Raya Solok-Aripan Km. 8. Solok 27301. Sumatera Barat Telp. 0755-20137

e-Mail: apul73@gmail.com Disajikan 29-30 Nop 2012

ABSTRAK

Teknologi pembentukan hibrida semangka dan melon dibutuhkan untuk usaha pemenuhan kebutuhan benih semangka dan melon. Pembentukan varietas hibrida semangka dan melon dimulai dengan eksplorasi dan koleksi varietas unggul teradaptasi dan hibrida superior, kemudian dilakukan penggaluran sampai diperoleh galur murni (galur ke 8 &T 9). Tanaman semangka dan melon memiliki serbuk sari dan putik yang masak secara bersamaan, maka untuk maksud pemuliaan sifat-sifat yang di-inginkan dapat diisolasi. Sejak tahun 2009 sampai 2011 Balitbu Tropika melakukan penggaluran dan telah menghasilkan 4 galur semangka dan 8 galur melon galur S5. Materi pemuliaan diuji di lahan marjinal Sumbar dan Riau dengan analisis deskriptif pada kegiatan penggaluran dan RAK pada kegiatan uji adaptasi, analisis menggunakan Anova. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi dan stabilitas galur semangka dan melon galur S5 di lahan marjinal di Sumatera Barat dan Riau. Dari penelitian ini diharapkan mendapat galur semangka dan melon yang adaptif di lahan suboptimal. Hasil pengamatan kegiatan evaluasi galur S5 semangka dan melon di KP. Sumani Sumbar, keragaan galur semangka BT 3 mem-punyai 2 variasi warna kulit, yaitu 74% hijau gelap dan 26 %hijau muda berlorek. Galur BT4 juga memmem-punyai 2 variasi warna kulit, yaitu: 63% hijau gelap, dan 37% hijau muda berlorek. Galur BT5 memiliki variasi pada corak kulit buahnya yaitu 50% polos dan 50% bercorak. BT6 seragam untuk semua karakter. Keragaan galur melon 78K, 411, 86 dan Nomani R seragam untuk semua karakter. Sedangkan galur MB3, MB4 ada variasi pada warna kulit dan warna daging buah, galur 86M dan 86P ada variasi pada warna daging buah. Hasil pengamatan kegiatan evaluasi keragaaan S6 semangka dan melon di dua lokasi penelitian Sumbar dan Riau bahwa: 1) Galur semangka BT5 memiliki bobot yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain; 2) Galur semangka BT5 memiliki nilai TSS yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain; 3) Interaksi galur-galur semangka dengan lingkungan tidak berpengaruh nyata, hal ini menunjukkan bahwa galur yang diuji telah stabil untuk ditanam di semua lokasi pengujian; 4) Galur melon 86 memiliki bobot yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain; 5) Galur melon 86P dan MB3 memiliki nilai TSS yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain; 6) Galur melon MB3, 78K dan 86M memiliki karakter unggul, galur MB3 rasa manis, galur 78K genjah dan galur 86M paling bagus performa jaringnya; 7) Berdasarkan karakter warna daging buah, warna kulit, dan tekstur daging buah galur 86, 78K, Nomani R dan 411 diindikasikan seragam.

Kata Kunci: Galur, semangka dan melon, karakter, evaluasi

I.

PENDAHULUAN

Umur tanaman semangka dan melon relatif singkat, semangka 60 - 75 hari dan melon 55 - 65 hari, mem-berikan peluang besar untuk dikembangkan terutama pada lahan sawah tadah hujan setelah panen padi sawah. Komoditas ini dapat dijadikan sebagai rotasi de-ngan tanaman pokok (padi sawah), dan telah terbukti memberikan nilai tambah yang cukup besar. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan tanaman hortikul-tura bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, pemenuhan gizi, peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi baru bidang hortikultura, dan upaya men-cukupi kebutuhan hortikultura di dalam negeri, serta meningkatkan ekspor. Untuk menopang kebijakan tersebut, salah satunya melalui pengembangan ko-moditas semangka pada wilayah-wilayah potensial atau sentra produksi.[1] Semangka dan melon

meru-pakan buah yang banyak diminati oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, karena tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat ditanam daerah tropis dan subtropis. Penanaman semangka tersebar di Asia Tenggara, Afrika, Karibia dan di bagian

(2)

selatan Amerika Serikat.[5] Perakitan kultivar unggul

yang mempunyai potensi hasil tinggi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui hibridisasi atau persilangan. Persilangan merupakan salah satu upaya untuk menambah variabilitas genetik dan mem-peroleh genotip baru yang lebih unggul.[9]

Sejak teknologi pemuliaan terus berkembang telah terjadi perubahan dan pergeseran paradigma, yaitu tuntutan-tuntutan dalam pembentukan varietas ung-gul baru (VUB). Perubahan sifat keungung-gulan makin beragam atau makin spesifik, sesuai dengan potensi agro-ekosistem, masalah setempat, dan preferensi kon-sumen atau pengguna.[8] Lahan marjinal yang meliputi tanah ultisol, atau disebut juga tanah PMK (Podso-lik Merah Kuning), merupakan salah satu jenis tanah yang mempunyai sebaran paling luas di Indonesia, lu-asnya mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari to-tal luas daratan Indonesia [10]. Sebaran terluas terda-pat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Su-lawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Pembentukan galur murni dari hibrid terseleksi (Sn) dengan menanam kembali biji-biji panenan (Sn−1) dari kegiatan sebelumnya. Untuk

mengetahui tingkat kemurnian adalah dengan mem-bandingkan keragaan populasi Sn dengan Sn-1 dengan uji peringkat dalam rancangan acak kelompok. Apa-bila pada tahap ini belum murni maka biji-biji yang di-hasilkan dari (Sn) harus ditanam kembali, dan begitu seterusnya sampai dengan diperoleh galur murni se-bagai tetua pelestari. Penggaluran diperkirakan sam-pai dengan generasi S6-S8.[4] Pembentukan varietas

hibrida melon dimulai dengan eksplorasi dan koleksi varietas unggul teradaptasi dan hibrida superior, ke-mudian penggaluran sampai dengan generasi lima (se-harusnya hingga generasi 6-8), kemudian dicoba silang dengan varietas bersari bebas (sementara itu penggalu-ran tetap berlangsung). Hibrid F1 hasil silang puncak

pada melon dan populasi pemuliaan lainnya berupa galur. Hibrid F1 hasil silang puncak setelah

dievalu-asi ditemukan ada beberapa persilangan menunjukkan hibrid vigor, tetapi masih sedikit bervariasi tampilan buahnya.[7]

Pada umumnya tipe sex melon (Cucumis melo L., n=12) andro-monoecious, termasuk tanaman menyerbuk sendiri, peluang terjadinya bersari bebas (outcrossing) di lapangan sangat bervariasi, tergantung mikroklimat, yaitu berkisar 20%-30%.[2]Scott (dalam[6])

melaporkan tidak terjadi depresi inbreeding setelah generasi ke 4-7 selfing, dan tidak dijumpai fenom-ena heterosis pada rata-rata bobot buah atau hasil. Tetapi persilangan antar varietas yang asal-usulnya berbeda jauh atau karakter-karakter biologinya nyata berbeda menunjukkan heterosis, tidak hanya kegen-jahan tetapi juga hasil lebih tinggi daripada kedua

tetuanya. Hasil penelitian terhadap satu seri persilan-gan dialil yang menggunakan 10 kultivar dan 45 F1

kombinasi persilangan menguatkan pendapat di atas, bahwa heterosis kegenjahan sebesar 3%, bobot seluruh buah per tanaman, ukuran jala, padatan terlarut dan bentuk buah nyata menunjukkan heterosis. Melon termasuk tanaman menyerbuk sendiri, maka untuk maksud pemuliaan yang ingin memperoleh standar varietas dengan sifat-sifat yang diperlukan dapat diiso-lasi.[2, 3] Sejak tahun 2009 sampai 2011 Balitbu Tropika

melakukan penggaluran dan telah menghasilkan 4 galur semangka dan 8 galur melon generasi ke-5. Galur generasi ke-5 perlu dievaluasi dan diseleksi untuk mendapatkan tanaman yang stabil secara genetik, serta untuk mengetahui tingkat adaptasi galur tersebut pada lingkungan tertentu. Tanaman semangka dan melon menunjukkan stabilitas genetik antara galur ke-5 sampai ke-8 sehingga galur generasi ke-5 penting untuk dievaluasi sambil dilakukan seleksi sesuai de-ngan idiotipa yang dituju. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas galur semangka dan melon generasi ke-5 di lahan marjinal Sumatera Barat dan galur generasi ke-6 di lahan marjinal di Sumatera Barat dan Riau, serta untuk melihat daya adaptasi dan preferensi konsumen terhadap galur yang dihasilkan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika.

II.

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 2 lokasi yaitu:

1. Kebun Percobaan Sumani - Balitbu Tropika Solok (Sumbar) dengan ketinggian ± 360 m dpl. Kondisi lahan mendekati tipe tanah ultisol beraerasi jelek, kandungan bahan organik rendah 1,96%, nilai KTK 21,6 cmol/ kg liat, kandungan unsur N 0,21%, nilai total P 0% dan K 0,09%.

2. Lahan petani di Pekanbaru, Riau dangan keting-gian ± 84 mdpl. Kondisi lahan memiliki kandungan bahan organik sangat rendah 1,1%, nilai KTK 4,97 cmol/kg liat, kandungan unsur N 0,1%, nilai total P 0% dan K 0,04%. Penelitian ini dilaksanakan bulan Pebruari Nopember 2012.

- Mengevaluasi keragaan galur S5 semangka dan melon. Percobaan merupakan percobaan lapang de-ngan menanam galur-galur semangka dan melon ke-mudian dievaluasi karakternya. Dilakukan di KP. Sumani Balitbu Solok, Sumbar.

- Evaluasi keragaaan S6 semangka dan melon di dua lokasi penelitian (Sumbar dan Riau).

B. Pelaksanaan Kegiatan

Percobaan dilakukan dengan menanam galur-galur terpilih, kemudian dilakukan penggaluran dengan cara

(3)

selfing, sampai saat ini penggaluran telah mencapai S5.

Materi genetik yang digunakan dalam percobaan ini adalah 4 galur semangka terpilih, yaitu: BT 3, BT 4, BT 5 dan BT 6 serta 8 galur melon yaitu MB10 (Nomani R), MB11 (411), MB8 (78K), MB9 (86M), MB7 (86), MB12 (86P), MB3 dan MB4. Sebagai kontrol ditanam varietas pembanding yang sudah adaptif dilokasi penanaman (Amt dam GL). Penanaman galur S5 dilakukan di

KP Sumani Balitbu Sumbar (analisis deskriptif). Biji hasil selfing (S6) yang diperoleh pada penanaman di

lapang kemudian di seleksi dan dipilih. Galur S6sesuai

dengan karakter tanaman yang diinginkan kemudian dilakukan penanaman di 2 lokasi penelitian (Sumbar dan Riau). Rancangan yang dipergunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (analisis anova). Untuk membedakan antar perlakuan dilakukan de-ngan uji LSD 0,05. Untuk mengevaluasi karakter galur S6 dilakukan analisis data sidik ragam gabungan di dua lokasi dengan PBStat 2.1. Semangka 6 perlakuan 4 ulangan setiap ulangan 20 tanaman. Melon 10 per-lakuan 3 ulangan setiap ulangan 20 tanaman.

Peubah Semangka yang diamati:

Terdiri dari karakter: umur panen, bobot buah, di-ameter buah, bentuk buah, tebal kulit, total padatan terlarut, warna daging buah, corak kulit buah, serta persentase penyimpangan pada populasi tanaman yang diamati terhadap pengamatan di atas.

Peubah Melon yang diamati:

Peubah yang diamati adalah umur panen, bobot buah dan tebal daging buah, warna daging dan kulit buah, total padatan terlarut, kerapatan jala kulit buah, aroma, tekstur buah serta persentase penyimpangan dari masing-masing karakter di atas.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Evaluasi keragaan galur S5semangka dan melon

A-1. Keragaan Galur S5Semangka

Keragaan buah galur S5 semangka yang diuji

me-nunjukkan variasi yang cukup banyak, hal ini dise-babkan karena sifat-sifat resesif akan semakin banyak muncul pada galur yang semakin murni. Penyim-pangan yang terlihat terutama pada warna kulit buah dan corak kulit buah. Galur BT 3 mempunyai 2 va-riasi warna kulit, yaitu 74% hijau gelap dan 26% hi-jau muda berlorek. Galur BT4 juga mempunyai 2 va-riasi warna kulit, yaitu: 63% hijau gelap, dan 37% hijau muda berlorek. Galur BT5 memiliki variasi pada corak kulit buahnya yaitu 50% polos dan 50% bercorak. Galur BT6 seragam untuk semua karakter pengamatan.

Hasil evaluasi karakter galur S5 semangka yang

di-galur sehingga menjadi S6adalah sebagai berikut:

Galur BT 3

Bentuk buah bulat, berat buah rata-rata 4,5 kg, warna

dasar kulit buah hijau gelap terdapat variasi sekitar 26%, warna daging buah merah, TSS rata-rata 9 Brik, corak kulit buah lurik tegas, masak fisiologis 40 hari setelah pembungaan.

Galur BT 4

Bentuk buah bulat, berat buah rata-rata 4,5 kg, warna dasar kulit buah hijau gelap terdapat variasi sekitar 37%, warna daging buah kuning dan masih terdapat variasi warna daging buah merah kekuningan sekitar 50%, TSS 11oBrik, corak kulit buah lurik tegas, masak

fisiologis 35 hari setelah pembungaan. Galur BT 5

Bentuk buah bulat, berat buah rata-rata 4,5 kg, warna dasar kulit buah hijau muda, warna daging buah kun-ing, TSS rata-rata 10oBrik, corak kulit buah polos ada

variasi 50%, masak fisiologis 35 hari setelah pembun-gaan.

Galur BT 6

Bentuk buah bulat, berat buah rata-rata 4,5 kg, warna dasar kulit buah hijau muda, warna daging buah merah, daging buah renyah, TSS rata-rata 11o Brik,

corak kulit buah lurik tegas, masak fisiologis 35 hari setelah pembungaan. Materi pemuliaan semangka hasil selfing S6yang sesuai dengan karakter yang diinginkan

(GAMBAR1 BT3, BT4, BT5, dan BT6) ditanam kembali dan dievaluasi daya adaptasinya di 2 lokasi tanam yaitu di Sumbar dan Riau.

A-2. Keragaan Galur S5Melon

Keragaan buah melon fase generative awal (umur buah rata-rata 20 hari setelah persarian) menunjukkan bahwa 6 dari 8 galur yang dievaluasi sudah seragam warna dasar kulit buahnya yaitu: Galur Nomani R (MB10), 411 (MB11), K8M (MB6), K8H (MB5), 78K (MB8) dan 86M (MB9). Keragaan warna kulit buah MB3 dan MB4 masih bervariasi. Warna dasar kulit buah MB3 dan MB4 adalah hijau muda, variasi warna dasar kulit buah MB3 adalah hijau muda 50% dan hijau 50% se-dangkan MB4 warna dasar kulit buah hijau muda 62% dan hijau 38%.

Galur 86M (MB9)

Bobot buah rata-rata 1,6 kg, TSS rata-rata 13,5o Brik,

warna daging buah orange, warna kulit buah hijau tua, persentase jaring 90%, bentuk buah lonjong, Tekstur daging buah renyah, aroma buah harum. Umur buah masak fisiologis 35 hari. Masih ada variasi warna dag-ing buah sekitar 10%.

Galur 78K (MB8)

Bobot buah rata-rata 1,5 kg, TSS rata-rata 13o Brik,

warna daging buah orange, warna kulit buah hijau kekuningan, persentase jaring 80%, bentuk buah bulat, tekstur daging buah lunak, aroma buah harum. Umur buah masak fisiologis 30 hari. Seragam untuk semua karakter.

(4)

GAMBAR1: Contoh galur semangka (BT3, BT4, BT5, dan BT6)

GAMBAR2: Contoh galur melon (86M, 78K, 411, Nomani R, MB3, MB4, 86, dan 86P)

Bobot buah rata-rata 1,5 kg, TSS 13o Brik, warna

dag-ing buah orange, warna kulit buah hijau, persentase jar-ing 75%, bentuk buah bulat, tekstur dagjar-ing buah lu-nak, aroma buah harum. Umur buah masak fisiologis 35 hari. Seragam untuk semua karakter.

Galur nomani R (MB10)

Bobot buah rata-rata 1,1 kg, TSS 11o Brik, warna

dag-ing buah orange, warna kulit buah hijau, persentase jar-ing 70% tekstur kasar, bentuk buah bulat dan berjurjar-ing tegas, tekstur daging buah lunak, aroma buah harum. Umur buah masak fisiologis 35 hari. Seragam untuk se-mua karakter.

Galur MB3

Bobot buah rata-rata 1,5 kg, TSS 12o Brik, warna

dag-ing buah hijau putih, warna kulit buah kundag-ing, persen-tase jaring 80%, bentuk buah bulat, tekstur daging buah sedang, aroma buah tidak ada. Masih ada variasi warna daging buah 10% dan warna kulit buah 50%.

Galur MB4

Bobot buah rata-rata 1,6 kg, TSS 12o Brik, warna

dag-ing buah hijau putih, warna kulit buah krem, persentase jaring 90%, bentuk buah lonjong, tekstur daging buah sedang, aroma buah tidak ada. Masih ada variasi warna daging buah 10% dan warna kulit buah 50%.

Galur 86 (MB7)

Bobot buah rata-rata 1,4 kg, TSS 14o Brik, warna

dag-ing buah hijau putih, warna kulit buah hijau, persentase

jaring 90%, bentuk buah lonjong, tekstur daging buah renyah, aroma buah sedang. Umur buah masak fisiolo-gis 35 hari. Seragam untuk semua karakter.

Galur 86P (MB12)

Bobot buah rata-rata 1,2 kg, TSS 12oBrik, warna

dag-ing buah hijau putih, warna kulit buah krem, persen-tase jaring 70%, bentuk buah bulat, tekstur daging buah renyah, aroma buah tidak ada. Umur buah masak fi-siologis 35 hari. Masih ada variasi warna daging buah 10%.

B. Evaluasi keragaaan S6 semangka dan melon di dua lokasi penelitian (Sumbar dan Riau)

Semangka

Kegiatan penelitian dilakukan di KP. Sumani Balitbu Tropika dan Kota Pekanbaru. Lokasi KP. Sumani Ba-litbu Tropika tanam semangka di lapang dilakukan pada tanggal 25 Juni 2012 sedangkan melon pada gal 3 Juli 2012, lokasi Kota Pekanbaru tanam pada tang-gal 14 Agustus 2012. Tanaman siap ditanam di la-pangan jika sudah mempunyai 2-4 pasang daun, umur semai sekitar 8-10 hari. Keragaan 6 galur menunjukkan waktu tumbuh yang bersamaan. Pertumbuhan sema-ian sebelum tanam di lapangan juga seragam sehingga 6 galur dapat ditanam bersamaan. Tetapi setelah sema-ian berumur sekitar 7 hari setelah tanaman (HST), di-jumpai pertumbuhan cabang dan sulur yang berbeda

(5)

antar galur. Cabang utama dipelihara sebanyak 3 buah dan cabang samping dihilangkan dengan gunting agar partisi fotosintat menuju satu arah untuk pembentukan bunga dan buah.

TABEL1: Rerata bobot buah tanaman semangka galur S6 di

Sum-bar dan Riau

Kode Galur Sumani/Bobot buah (kg) Sumbar∗) Pekanbaru/ Riau∗) A BT3 5,52 a 5,05 ab B BT6 5,08 a 4,30 b C Torino (Pem-banding) 5,26 a 4,83 ab D BT4 5,99 a 5,75 ab E BT5 5,79 a 6,33 a F Angela (Pem-banding) 5,56 a 4,73 b

Ket: ∗)Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang

sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji LSD 0,05

Berdasarkan hasil analisis anova untuk bobot buah di lokasi Sumbar tidak berbeda nyata antar galur maupun varietas pembanding. Hal ini menun-jukkan bahwa galur-galur semangka Balitbu-Tropika mampu beradaptasi dengan baik dan bahkan galur BT4 dan BT5 memiliki rata-rata bobot melebihi 2 varietas pembanding. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada pertanaman di Riau bahwa antar galur-galur yang ditanam hanya BT5 yang berbeda nyata terhadap pembanding Angela. BT5 memiliki bobot yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain, baik di lokasi Sumbar maupun di lokasi Riau.

TABEL2: Rerata TSS tanaman semangka galur S6 di Sumbar dan

Riau Kode Galur TSS (Brik) Sumani/ Sumbar∗) Pekanbaru/ Riau∗) A BT3 9,25 a 6,73 c B BT6 8,48 ab 7,10 bc C Torino (Pem-banding) 7,93 b 8,65 a D BT4 8,95 ab 8,13 abc E BT5 9,30 a 8,70 a F Angela (Pem-banding) 8,65 ab 8,23 ab

Ket: ∗)Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji LSD 0,05

Berdasarkan hasil analisis anova untuk TSS di lokasi

Sumbar galur BT3 dan BT5 berbeda nyata terhadap pembanding Torino. Nilai TSS kedua galur tersebut diatas pembanding Torino. Galur BT3 dan BT5 berbeda tidak nyata terhadap pembanding Angela. Nilai TSS kedua galur tersebut diatas nilai TSS pembanding Angela. Sedangkan untuk lokasi Pekanbaru galur BT5 yang mampu bersaing dengan dua pembanding walaupun tidak berbeda nyata tetapi memiliki nilai TSS yang melebihi pembanding. Nilai TSS pada periode tanam Juni-September 2012 di KP. Sumani, Sumbar dan Agustus-Oktober 2012 di Pekanbaru, Riau kategorinya rendah. Rendahnya nilai TSS di lokasi KP. Sumani dan Pekanbaru salah satunya disebabkan oleh faktor lingkungan, yaitu disebabkan oleh tingginya curah hujan pada saat pembesaran buah dan dampak kabut asap yang cukup lama, sehingga fotosintesis tidak maksimal. Hal ini menyebabkan buah menjadi kurang manis. Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak nyata antar galur untuk peubah bobot buah, dan TSS (TABEL3). Pengaruh interaksi antara galur dan lingkungan juga tidak berbeda nyata untuk peubah bobot buah dan TSS.

TABEL3: Rekapitulasi sidik ragam karakter kuantitatif tanaman

semangka galur S6 di Sumbar dan Riau

Karakter Galur Galur × lokasi KK (%)

Bobot buah ns ns 19,31

TSS ns ns 13,71

Ket:ns Tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05

Interaksi galur x lingkungan tidak berpengaruh ny-ata, hal ini menunjukkan bahwa galur yang diuji telah stabil untuk ditanam di semua lokasi pengujian.

Karakter warna kulit, warna daging dan corak dik-endalikan oleh faktor genetik. Karakter warna kulit, warna daging dan corak galur BT3 untuk lokasi Sumbar seragam sedangkan untuk lokasi Pekanbaru ada variasi warna kulit buah sebesar 12% dan warna daging buah masih bercampur antara merah dan kuning. Galur BT6 untuk lokasi Sumbar ada variasi 24%untuk keragaan kulit luar dan 12% untuk lokasi Pekanbaru. Keragaan daging buah BT6 masih ada variasi 15% untuk lokasi Pekanbaru sedangkan lokasi Sumbar seragam. Kera-gaan galur BT4 untuk karakter kulit buah lokasi Pekan-baru ada variasi 16%. Warna daging buah masih cam-puran antara merah dan kuning sedangkan galur BT4 yang diharapkan memiliki daging buah kuning. Ker-agaan warna daging buah galur BT5 seragam untuk kedua lokasi uji tetapi masih ada variasi pada warna dasar kulit buah dan coraknya. Warna dasar kulit buah bervariasi 5%, sedangkan corak kulit buah bervariasi sekitar sekitar 25%. Empat galur yang diuji masih memiliki variasi baik diwarna dasar kulit buah, warna

(6)

TABEL4: Keragaan buah semangka galur S6 lokasi Sumbar dan Riau

Kode Galur

KARAKTER

Warna Kulit Warna Daging CORAK

Sumbar Riau Sumbar Riau Sumbar Riau

A BT3 Hijau gelap Hijau tua

(variasi 12%)

Merah Merah

kuning

Lurik tegas Lurik tegas

B BT6 Hijau muda

(variasi 24%)

Hijau muda (variasi 12%)

Merah Merah

(va-riasi 15%)

Lurik tegas Lurik tegas

C Torino (Pem-banding)

Hijau muda Hijau muda Merah Merah Lurik tegas

(Variasi 7%)

Lurik tegas (Variasi 3%)

D BT4 Hijau gelap Hijau tua

(variasi 16%)

Kuning merah

Kuning merah

Lurik tegas Lurik tegas

E BT5 Hijau muda

(variasi 5%)

Hijau muda Kuning Kuning Lurik tegas

(Variasi 25%)

Lurik tegas (Variasi 25%)

F Angela

(Pembanding)

Hijau gelap Hijau gelap Kuning Kuning Lurik samar Lurik samar

daging buah maupun corak buah sehingga masih perlu digalur lagi untuk mendapatkan karakter yang stabil sesuai dengan karakter yang diinginkan.

Melon

Tanaman melon siap ditanam di lapangan jika sudah mempunyai 2-4 pasang daun, umur semai sekitar 8-10 hari. Keragaan semua galur menunjukkan waktu tumbuh yang bersamaan. Pertumbuhan semaian belum tanam di lapangan juga seragam sehingga mua galur dapat ditanam bersamaan. Tetapi setelah se-maian berumur sekitar 6 hari setelah tanam (HST), di-jumpai pertumbuhan cabang dan sulur yang berbeda antar galur. Cabang samping dihilangkan dengan gunt-ing agar partisi fotosintat menuju satu arah untuk pe-mebentukan bunga dan buah. Tanaman melon Sam-pai dengan umur 21 HST terdapat variasi waktu pem-bungaan antar galur. Bunga yang keluar betina (atau bunga sempurna) yang keluar selalu terdapat pada ca-bang samping. Pada penelitian ini caca-bang dipelihara pada ruas 9 sampai ruas 11 tetapi hanya satu cabang menyangga satu buah yang dipelihara. Hasil analisis anova hanya dilakukan terhadap lokasi Sumbar karena data karakter buah masak lokasi Pekanbaru tidak diper-oleh karena terjadi out breake serangan bercak daun busuk leher batang yang dipicu oleh kelembaban yang tinggi serta intensitas curah hujan yang tinggi. Hasil analisis varian lokasi Sumatra Barat dapat dilihat pada

TABEL6.

Berdasarkan data hasil analisis anova untuk karak-ter bobot buah melon di lokasi Sumbar hanya galur 86 yang yang berbeda nyata melebihi rata-rata bobot dua pembanding (varietas hibrida Glamor dan Amanta) yaitu 2,01kg sedangkan bobot pembanding 1,86kg un-tuk Amanta dan 1,63 unun-tuk Glamor. Sedangkan 6 galur berbeda tetapi tidak nyata yaitu 86P, 78K, 411, MB4, 86M dan MB3 dengan bobot masing-masing 1,42kg,

TABEL5: Rerata bobot buah dan TSS tanaman melon galur S6 di

Sumbar

Kode Galur Bobot buahSumani/Sumbar (kg)∗) TSS (Brik)∗) 1 86 (MB7) 2,01a 11,1b 2 86P (MB12) 1,42bc 12,7a 3 MB3 1,69ab 12,6a 4 MB4 1,57abc 11,8ab 7 Amanta (Pemban-ding) 1,86ab 12,0ab 8 78K (MB8) 1,47bc 12,2ab 9 86M (MB9) 1,58abc 11,2b 10 Nomani R (MB10) 1,19c 9,3c 11 411 (MB11) 1,52bc 11,4ab 12 Glamor (Pemban-ding) 1,63abc 12,3ab

Ket: ∗)Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji LSD 0,05

1,47kg, 1,52kg, 1,57kg, 1,58kg, dan 1,69kg.

Data hasil analisis anova untuk karakter TSS dua galur berbeda secara nyata diatas pembanding yaitu 86P dan MB3 dengan nilai rata-rata TSS 12,7 dan 12,6(◦Brik). Sedangkan 5 galur berbeda tetapi tidak

nyata yaitu 78K, MB4, 411, 86M dan 86 dengan nilai TSS masing-masing 12,2(◦Brik), 11,8(Brik), 11,4(Brik),

11,2(◦Brik) dan 11,1(◦Brik).

Berdasarkan keragaan karakter warna daging buah, warna kulit, dan tekstur daging buah sudah ada galur yang diindikasikan seragam yaitu, galur 86, 78K,

(7)

No-TABEL6: Keragaan buah melon galur S6 lokasi Sumbar

Kode Galur Jaring (%) Warna daging Warna kulitKARAKTER Aroma Tekstur daging

1 86 (MB7) 70 Putih Kuning hijau sedang Renyah

2 86P (MB12) 70 Hijau putih

(va-riasi 13%)

Krem Tidak ada Sedang

3 MB3 80 Hijau putih

(va-riasi 7%)

Kuning hijau Tidak ada Sedang

4 MB4 80 Hijau putih

(va-riasi 10%)

Krem (variasi 40%)

Tidak ada Sedang

7 Amanta

(Pem-banding)

85 Putih hijau Hijau Sedang Sedang

8 78K (MB8) 75 Orange Kuning hijau Harum Lunak

9 86M (MB9) 85 Orange (variasi

20%)

Hijau Harum Renyah

10 NomaniR

(MB10)

75 (kasar) Orange Kuning hijau Harum Lunak

11 411 (MB11) 80 Orange Hijau Harum Lunak

12 Glamor (Pem-banding)

85 Orange Hijau Harum Renyah

mani R dan 411. Sedangkan galur 86P, MB3, MB4 dan 86M masih ada variasi untuk karakter tersebut. Peng-galuran masih harus dilanjutkan untuk mendapatkan karakter yang seragam dari sifat-sifat yang diinginkan. Selain itu juga secara simultan perlu dilakukan juga uji daya adaptasi terhadap lingkungan suboptimal dan penerimaan konsumen terhadap galur-galur yang diha-silkan.

IV.

KESIMPULAN

Hasil pengamatan kegiatan evaluasi galur S5 se-mangka dan melon di KP. Sumani Sumbar, bahwa:

a. Keragaan galur semangka BT 3 mempunyai 2 variasi warna kulit, yaitu 74% hijau gelap dan 26 %hijau muda berlorek. Galur BT4 juga mempunyai 2 va-riasi warna kulit, yaitu: 63% hijau gelap, dan 37% hi-jau muda berlorek. Galur BT5 memiliki variasi pada corak kulit buahnya yaitu 50% polos dan 50% berco-rak. BT6 seragam untuk semua karakter.

b. Keragaan galur melon 78K, 411, 86 dan Nomani R seragam untuk semua karakter. Sedangkan galur MB3, MB4 ada variasi pada warna kulit dan warna daging buah, galur 86M dan 86P ada variasi pada warna daging buah.

Hasil pengamatan kegiatan evaluasi keragaaan S6 semangka dan melon di dua lokasi penelitian Sumbar dan Riau bahwa:

1. Galur semangka BT5 memiliki bobot yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain.

2. Galur semangka BT5 memiliki nilai TSS yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain.

3. Interaksi galur-galur semangka dengan lingkungan tidak berpengaruh nyata, hal ini menunjukkan bahwa galur yang diuji telah stabil untuk ditanam di semua lokasi pengujian.

4. Galur melon 86 memiliki bobot yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain.

5. Galur melon 86P dan MB3 memiliki nilai TSS yang lebih baik dari 2 pembanding dan galur yang lain. 6. Galur melon MB3, 78K dan 86M memiliki karakter

unggul, galur MB3 rasa manis, galur 78K genjah dan galur 86M paling bagus performa jaringnya.

7. Berdasarkan karakter warna daging buah, warna kulit, dan tekstur daging buah galur 86, 78K, Nomani R dan 411diindikasikan seragam.

DAFTAR PUSTAKA

[1] http://sumbar.litbang.deptan.go.id, (29 Juli 2010), Pesisir Selatan berpeluang kembangkan semangka setelah padi sawah, Publikasi Online.

[2] Lippert, L.F., and P.D. Legg. (1972a), Appearance and quality charactters in muskmelon fruit evalu-ated by a ten cultivar diallel cross, J. Amer. S◦C.

Hortic. Sci. 97:84-87.

[3] Lippert, L.F., and P.D. Legg. (1972b), Diallel analysis for yeld and maturity characeristic in muksmelon cultivars, J. Amer. S◦C. Hortic. Sic. 104:100-101.

(8)

[4] Lower, R.L., and P.D. Edwards. (1986), Cucumber Breeding: In: Bassett, M.J. (ed.) Breeding Vegeta-bles Crops. pp. 173-207, AVI Publishing Company, Inc., Westpot, Connecticut.

[5] Meldia, Y, Makful, Kuswandi, Sahlan, dan Hendri, (2011), Pengenalan dan evaluasi stabilitas calon va-rietas unggul baru semangka dan melon di sumbar dan riau, Laporan Akhir DRN.

[6] Pearson, O.H, (1983), Heterosis in Vegetables Crops. In:Frankel, R. (ed.) Heterosis: Reappraisal of Theory and Practice. pp. 138-188, Monographs on Theorical and Applied Genetics 6. Springer Ver-lag, Berlin-Heidelberg- New York-Tokyo.

[7] Purnomo, S. B., Suprianto, Mahayoni dan Y,. Ar-dana, (2000), Pembentukan galur generasi lan-jut dan uji silang melon dan semangka, Laporan penelitian, 15 halaman.

[8] Rubiyo, Suprapto, dan A. Darajat, (2005), Evalu-asi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali, Buletin Plasma Nutfah 11(1):6-10

[9] Takdir A.M., R. N. Iriany ., N. A. Subekti, Muzdal-ifah, dan Marsum, (2006), Evaluasi daya gabung hasil 28 galur jagung dengan tester MR4 dan MR14 di Malang dan Bajeng, J. Agrivigor 5 (2):173-181 [10] Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto

(2004), Tanah-tanah pertanian di Indonesia, hlm. 21-66, Dalam A. Adimihardja, L.I. Amien,F. Agus, D. Djaenudin (Ed.), Sumberdaya Lahan Indone-sia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pe-ngembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan Juni 2016, NTPT mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen apabila dibandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 97,96 menjadi 98,44 , hal ini terjadi karena laju indeks

Mahasiswa yang baru mengetahui tentang kota Bandung pun mencoba untuk mengurangi ketidakpastian, khususnya sebuah informasi tentang kota Bandung dengan melakukan

persyaratan untuk butir yang baik (misalnya sederhana, tegas, menggunakan bahasa yang sama) dan harus berfungsi dengan cara yang sama dalam sub kelompok popu- lasi

pertukaran untuk mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan, tidak termasuk jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga (sebagai contoh, beberapa pajak

Berdasarkan gambar, diketahui bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu penyimpanan, maka waktu yang dibutuhkan serbuk kunyit untuk dapat menyerap air

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa (Sig.=0,006), pembelajaran siswa

prosedur atau langkah-langkah yang perlu anda ketahui dalam mendirikan usaha berbadan hukum, antara lain membuat SITU (Surat Izin TempatUsaha) dan

adalah tempat atau obyek dari hasil ciptaan manusia atau keadaan alam yang dapat menimbulkan daya tarik manusia untuk mengunjunginya. Menurut UU No.10 Tahun 2009