• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA PENANGANAN KRISIS ISU MINYAK BABI PADA PT. SINAR SOLARIA MAKALAH NON SEMINAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA PENANGANAN KRISIS ISU MINYAK BABI PADA PT. SINAR SOLARIA MAKALAH NON SEMINAR"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

PENANGANAN KRISIS ISU MINYAK BABI PADA PT. SINAR SOLARIA

MAKALAH NON SEMINAR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Yasmin Fauzie Aldjufri 1206273283

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

PEMINATANAN HUBUNGAN MASYARAKAT DEPOK

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Krisis adalah suatu hal yang lumrah dialami oleh suatu perusahaan. Krisis dapat membuat citra positif serta reputasi suatu perusahaan menurun. Sebagai humas harus dapat menangani krisis jika hal tersebut melanda perusahaan. Di dalam jurnal ini akan dibahas mengenai krisis isu minyak babi yang melanda perusahaan PT. Sinar Solaria berdasarkan tahapan manajemen krisis menurut Steven Fink, serta strategi penanganan krisis menurut Iriantara yang diterapkan oleh PT. Sinar Solaria dalam menangani krisis yang melanda, serta bagaimana tindakan humas dalam mengembalikan citra positif dan reputasi baik dari perusahaan. PT. Sinar Solaria dalam menangani krisis sudah menerapkan anatomi empat tahapan yang dikemukakan oleh Steven Fink dan menerapkan strategi penanganan krisis menurut Iriantara dengan baik. Hal tersebut berdampak positif bagi perusahaan PT. Sinar Solaria karena humasnya mempublikasikan mulai masalah dan proses penanganannya. Tindakan humas tersebut membuat PT. Sinar Solaria bangkit dari krisis yang melanda.

Kata kunci : Krisis Isu Minyak Babi, Tahap Manajemen Krisis, Strategi Penanganan Krisis, Solaria

ABSTRACT

Crisis is a common thing when it comes to a company. Crisis able to turn down company‟s positive image and reputation. As the PR should be able to handle the crisis that strike the company. This journal will examine the crisis of pig oil issue that happened in PT. Sinar Solaria based on Crisis Stage Management from Steven Fink and crisis handling refers to Iriantara which PT. Sinar Solaria had putted into practice. Moreover, actions from the public realtions side to recover the company‟s image and reputation will be explained in this journal too. PT. Sinar Solaria in dealing with the crisis is to apply the anatomy of four phases proposed by Steven Fink and implement crisis management strategies according Iriantara well. It had a positive impact for PT. Sinar Solaria because the PR publish the problem and the process to handle the problem. The PR actions makes PT. Sinar Solaria survive from the crisis.

(8)

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi merupakan bentuk interaksi antara satu individu dengan individu lainnya. Komunikasi menjadi hal yang sangat penting tidak hanya untuk menyampaikan pesan yang ingin kita sampaikan, tetapi juga untuk menjalin hubungan antar manusia. Menurut Keith Davis (2010) dalam bukunya yang berjudul Human Relation At Work menjelaskan: “Communication in the process of passing information and understanding from one person to another” yaitu “Komunikasi merupakan proses penyampaian dan pemahaman dari seseorang kepada orang lain”. Jika melihat masalah-masalah yang terdapat di perusahaan Indonesia masih banyak kasus-kasus penting yang hanya bisa ditangani jika Public Relation dari perusahaan tersebut angkat bicara atau mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang masalah yang sedang dihadapi. Menurut Rosady Ruslan dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (2002), Praktik Public Relations adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kecenderungan, memprediksi konsekuensi-konsekuensinya, menasehati para pemimpin organisasi dan melaksanakan program yang terencana mengenai kegiatan-kegiatan yang melayani, baik untuk kepentingan organisasi maupun kepentingan publik atau umum. Dalam menangani suatu masalah peranan PR lah yang paling penting, maka dari itu suatu perusahaan atau organisasi harus memiliki tim PR.

Salah satu contoh masalah yang ditangani oleh tim PR adalah tentang isu negatif yang melanda perusahaan atau organisasi tersebut yang dapat membuat posisi perusahaan atau organisasi mengalami krisis. Definisi isu sendiri menurut Heath & Nelson (1986) mendefinisikan “issue” sebagai „suatu pertanyaan tentang fakta, nilai atau kebijakan yang dapat diperdebatkan‟ („a contestable question of fact, value or policy‟). Kedatangan isu negatif bagi perusahaan atau organisasi akan membawa organisasi atau perusahaan

(9)

tersebut ke dalam krisis jika isu yang melanda perusahaan atau organisasi tersebut tidak dapat terjawab ataupun selesai. Selain itu, menurut Laurence Barton (1993:2), sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tak terduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupun publik. Peristiwa ini mungkin secara cukup berarti merusak organisasi, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan reputasi perusahaan. Sehingga jika suatu perusahaan atau organisasi tertentu mengalami krisis maka PR dari perusahaan atau organisasi tersebut harus segera menanganinya agar arus perusahaan berjalan kembali lancar serta kondusif kembali.

Masih sangat banyak perusahaan yang dilanda krisis, beberapa contohnya adalah PT. Walls Indonesia terutama pada produk es krim Magnum yang diisukan terdapat minyak babi disetiap kemasan dari es krimnya (Fandi, 2011), selain itu ada PT. Toyota yang juga dilanda krisis karena mobil Prius produksinya dianggap produk gagal dan akhirnya ditarik kembali dari pasaran (Malik, 2013), dan yang menghebohkan di Indonesia adalah isu bahwa PT. Sinar Solaria di beberapa sajian makanan dari restorannya mengandung minyak babi. Di dalam jurnal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kasus isu minyak babi pada restoran Solaria yang muncul pada 15 Agustus 2013 sehingga membuat PT. Sinar Solaria mengalami fase krisis (Armandhanu dan Darmawan, 2013). PT Sinar Solaria membawahi restoran Solaria saat itu sedang dilanda krisis akibat restoran tersebut belum memiliki sertifikasi halal dari MUI dan restoran solaria juga dilanda isu minyak babi yang digunakan dalam racikan bumbu masakannya. Majelis Ulama Indonesia melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) menyatakan, restoran Solaria belum mengantongi sertifikat halal (Purwanto, 2013). Pernyataan yang dinyatakan oleh MUI membuat publik kaget akan hal tersebut karena yang didiketahui juga bahwa restoran terutama di Indonesia sangat mengutamakan sertifikasi halal karena mayoritas penduduk Indonesia sendiri adalah beragama muslim. Untuk menangani krisis yang melanda PT Sinar Solaria maka dibutuhkan strategi penanganan krisis yang dilakukan oleh PR.

(10)

4

BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 MANAJEMEN KRISIS

Pada hakekatnya praktik PR adalah kegiatan mengantisipasi, berusaha melihat kejadian apa yang akan terjadi di masa mendatang. Juga untuk melihat kecenderungan dan isu yang bisa berkembang sehingga merusak hubungan yang penting. Krisis menciptakan perusahaan dalam posisi menjadi perhatian masyarakat sehingga mempertanyakan kompetensi manajemen perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berkomunikasi dengan cepat, akurat dan terampil dengan beberapa kelompok penting seperti karyawan, media dan pemegang saham. Definisi lain tentang krisis juga dikemukakan oleh Robert P. Powell dalam bukunya Crisis A Leadership Opportunity (2005) yang menyatakan bahwa: “krisis adalah kejadian yang tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendorong organisasi kepada suatu kekacauan (chaos) dan dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata. Sementara Steven Fink dalam Crisis Management Planning for The Inevitable, mendefinisikan krisis sebagai berikut: " Krisis adalah keadaan yang tidak stabil dimana perubahan yang cukup signifikan mengancam, baik perubahan yang tidak diharapkan ataupun perubahan yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik. Ini biasanya merupakan proposisi 50-50, namun anda dapat meningkatkan peluangnya". Maka dapat ditarik benang merah bahwa krisis adalah suatu kejadian yang berdampak buruk yang dapat mengacaukan stabilitas perusahaan atau organisasi.

2.2 TAHAPAN KRISIS

Dalam menangani krisis, suatu perusahaan atau organisasi membutuhkan strategi-strategi yang ampuh. Krisis yang melanda suatu perusahaan juga datang secara bertahap. Menurut Steven Fink (Kasali, 1994), seorang konsultan krisis dari Amerika

(11)

mengembangkan konsep anatomi krisis yang dibagi atas empat tahap. Tahap-tahap tersebut saling berhubungan dan membentuk siklus. Lamanya masing-masing tahap tersebut tergantung pada sejumlah variabel. Terkadang keempat tahap berlangsung singkat, tetapi ada kalanya membutuhkan waktu berbulan-bulan. Menurut Steven Fink (Kasali, 1994: 227-230), anatomi krisis itu berdasarkan tahapan-tahapan. Ada empat tahapan krisis sebagai berikut :

1. Tahap Prodromal

Krisis pada tahap ini sering dilupakan orang karena perusahaan masih bergerak dengan lincah. Padahal, pada tahap ini bukan pada tahap krisis sudah kronis (meledak), melainkan krisis sudah mulai muncul. Tahap prodromal sering disebut juga warning stage, karena ia memberi tanda bahaya mengenai masalah yang harus segera diatasi.

2. Tahap Akut

Tahap akut merupakan pola krisis dimana persoalan mulai muncul ke permukaan. Tahap ini terjadi biasanya karena kelengahan manajemen untuk menanggapi tahap prodromal. Tidak jarang, pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda memanfaatkan krisis ini secara maksimal. Tahapan ini terjadi ketika krisis telah muncul ke permukaan atau ke publik sehingga para konsumen telah mengetahui krisis yang terjadi pada produk

(12)

6

tersebut. Pada tahap ini krisis sudah kelihatan dan orang menyadari krisis sudah terjadi. Salah satu kesulitan besar dalam menghadapi krisis pada tahap akut ini adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak menyertai tahap ini. Kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang menimpa perusahaan, sedangkan intensitasnya ditentukan oleh kompleksnya permasalahan. Tahap akut merupakan antara krisis berikutnya, yakni tahap kronis.

3. Tahap Kronis

Pada tahap ini krisis telah berlalu dan yang tinggal hanyalah puing-puing masalah akibat krisis. Korban juga sudah banyak yang berjatuhan akibat krisis ini. Jadi tahap ini lebih menyoal bagaimana membersihkan kerusakan-kerusakan akibat krisis. Ini merupakan tahap untuk melakukan pemulihan dan analisa diri. Ada langkah-langkah yang dilakukan, seperti pergantian manajemen, perusahaan struktur perusahaan atau perubahan nama perusahaan. Tahap kronis adalah tahap terenyuh. Kadang-kadang dengan bantuan seorang krisis manager yang handal, perusahaan akan memasuki keadaan yang lebih baik, sehingga pujian-pujian berdatangan dan penyembuhan (resolusi) mulai berlangsung.

4. Tahap Resolusi (penyembuhan)

Tahap penyembuhan atau tahap resolusi, manajemen harus memulihkan kekuatan agar kembali seperti sediakala hingga dapat melanjutkan aktivitas sebelumnya dengan normal kembali. Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap terakhir dari 4 tahap krisis. Meski bencana besar dianggap sudah berlalu, kkrisis manager tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam kasus-kasus krisis menunjukan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap ini. Krisis umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali keadaan semula (tahap prodromal). Bila pasien yang sedang dalam proses penyembuhan (tahap resolusi) tidak dapat menahan diri, dan bila penyembuhannya tidak tuntas benar, ia akan kembali lagi ke tahap prodromal.

(13)

2.3 STRATEGI PENANGANAN KRISIS

Dalam menangani krisis perlu diambil langkah–langkah yang tepat agar penanganan dapat berjalan secara baik dan kondisi perusahaan atau organisasi dapat berjalan kondusif kembali. Berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis, menurut Iriantara (2004: 124):

1. Identifikasi krisis

Dalam mengidentifikasi krisis, praktisi public relations melakukan penelitian, yang penelitiannya bisa saja bersifat informal dan kilat, bila krisisnya terjadi sedemikian cepat. Katakanlah di sini praktisi public relations mendiagnosis krisis tersebut. Diagnosis itu merupakan langkah awal yang penting untuk mendapatkan data dan informasi yang akan digunakan untuk melakukan tindakan.

2. Analisis krisis

Data dan informasi yang dikumpulkan tersebut untuk selanjutnya diurai, baik bagian per bagian, artinya melakukan analisis parsial atau analisis menyeluruh. Analisis ini dilakukan sebagai dasar untuk menentukan pengambilan tindakan yang tepat.

3. Isolasi krisis

Krisis adalah penyakit. Kadang bisa juga berarti lebih dari sekadar penyakit biasa, ia adalah penyakit menular. Untuk mencegah krisis menyebar luas ia harus diisolasi, dikarantinakan sebelum tindakan serius dilakukan.

4. Pilihan Strategi

Sebelum langkah berkomunikasi dilakukan, setelah melakukan analisis dan mengisolasi krisis, penting untuk menentukan strategi mana yang akan dipergunakan. Strategi generik dalam menangani krisis ini ada tiga bentuk, menurut Iriantara (2004: 124):

(14)

8 Mengulur waktu

Tidak melakukan apa-apa

Membentengi diri sekuat-kuatnya

Strategi Adaptif langkah yang diambil untuk strategi ini mencakup hal-hal yang lebih

luas, yakni :

Mengubah kebijakan Memodifikasi operasional Kompromi

Meluruskan citra

Strategi Dinamis langkah yang diambil untuk strategi ini bersifat makro dan dapat

mengubah karakter organisasi. Pilihan dalam strategi ini mencakup : Merger dan akuisisi

Investasi baru Menjual saham

Meluncurkan produk baru/menarik peredaran produk lama Menggandeng kekuasaan

Melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian

5. Program Pengendalian

Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi generik yang dirumuskan. Umumnya strategi generik dapat dirumuskan jauh-jauh hari sebelum krisis timbul, yakni sebagai pedoman agar para eksekutif bisa mengambil langkah yang pasti. Berbeda dari strategi generik, program pengendalian biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul.

(15)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 KRONOLOGIS KRISIS PT. SINAR SOLARIA

PT Sinar Solaria membawahi restoran Solaria saat itu sedang dilanda krisis akibat restoran tersebut belum memiliki sertifikasi halal dari MUI dan restoran solaria juga dilanda isu minyak babi yang digunakan dalam racikan bumbu masakannya. Majelis Ulama Indonesia melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) menyatakan, restoran Solaria belum mengantongi sertifikat halal (Purwanto, 2013).

Isu penggunaan minyak babi dalam bumbu masak restoran solaria membuat heboh publik. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya berita yang tersebar luas di media. Klarifikasi mengenai kasus minyak babi di Solaria dilakukan oleh pihak pengelola PT. Solaria yakni Dedy Nugrahadi, Manager Operasional PT. Solaria. Dedy Nugrahadi (Armandhanu dan Darmawan, 2013) menjelaskan bahwa kasus ini bermula ketika ada salah satu produk franchise penyedia minyak menawarkan ke Solaria untuk bergabung, tapi Solaria menolak karena Solaria sudah memakai minyak yang berlabel halal, selain itu juga Solaria tidak mencari mitra klarifikasi yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. Solaria tersebut belum mampu meredam isu yang berkembang sehingga menyebabkan penurunan penjualan dan pengunjung di restoran Solaria.

Pasca ramai diberitakan bahwa Restoran Solaria belum mengantongi sertifikat halal, jumlah pengunjung restoran tersebut mulai berkurang. Namun, pihak pengelola enggan menyebutkan berapa besar penurunan jumlah pengunjung. Dedy Nugrahadi (Purnama, 2013) menjelaskan pengunjung restoran mengalami penurunan akan tetapi belum diketahui jumlah pasti berapa jumlah jumlah penurunan pengujung. Penurunan pengunjung menyebabkan PT. Sinar Solaria mengalami krisis yang cukup mengejutkan.

(16)

10

3.2 PENANGANAN KRISIS ISU MINYAK BABI PADA PT. SOLARIA

Jika dilihat melalui empat anatomi tahapan krisis menurut Steven Fink (Kasali, 1994: 227-230) restoran solaria melewati empat anatomi tahapan krisis. Pada tahap pertama yaitu tahap prodromal, dalam tahap ini restoran Solaria belum angkat bicara soal sertifikasi halal dan isu penggunaan minyak babi di dalam bumbu makanannya. Tahap prodomal merupakan tahap awal memasuki krisis dimana suatu perusahaan tersebut sudah menyadari akan munculnya krisis namun belum mencapai titik akut atau belum tersebar luas hingga ke khalayak banyak. Pada tahap ini perusahaan masih dapat berjalan kondusif seperti biasanya begitu pula restoran solaria ketika mencapai tahap ini mereka masih berjalan seperti biasanya namun pada tahap ini PR dari restoran tersebut harus menjadikan sebagai warning stage atau peringatan untuk restoran solaria agar bersiap dengan masalah yang melanda perusahaan dan bersiap menyiapkan strategi untuk mengatasi hal tersebut. Pada tahap ini PR Solaria menyiapkan startegi untuk mengklarifikasi krisis isu minyak babi dan sertifikasi halal.

Majelis Ulama Indonesia mengumumkan ke publik bahwa restoran Solaria belum mengantongi sertifikat halal pada 1 Agustus 2013 (Purwanto, 2013). Sedangkan Solaria baru melakukan klarifikasi pada tanggal 15 Agustus 2013 berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Purnama (2013), wawancara Purnama tersebut dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2015. Hal ini membuktikan bahwa pada awal Agustus 2013, restoran Solaria masuk pada tahap prodomal dikarenakan belum melakukan klarifikasi terkait permasalahan yang menimpa restoran Solaria. Restoran Solaria dalam jangka waktu tersebut masih melakukan kegiatannya seperti biasa dan menyiapkan menyiapkan startegi untuk mengklarifikasi krisis isu minyak babi dan sertifikasi halal.

Tahap selanjutnya adalah merupakan tahap yang lebih serius lagi yaitu memasuki tahap akut yang dimana persoalan mulai muncul ke permukaan. Persoalan yang muncul dalam kasus Solaria adalah persoalan Solaria yang tidak memiliki seritifikasi halal dan isu penggunaan minyak babi. Majelis Ulama Indonesia melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) menyatakan, restoran Solaria belum mengantongi sertifikat halal (Purwanto, 2013).

(17)

Isu mengenai penggunaan angciu dan minyak babi di restoran Solaria ternyata masih merebak meskipun sudah dibantah oleh manajemen Solaria, kabar fiktif itu terus bergulir di media sosial (Aisha, 2013). Akibat dari merebaknya berita tidak halalnya restoran solaria di media sosial hingga di khalayak luas pada akhirnya konsumen dari restoran solaria memilih untuk tidak makan di restoran tersebut sehingga membuat penghasilan dari restoran menurun drastis dan restoran mengalami krisis yang akut atau parah dan jika tidak ditangani dengan benar dapat membuat restoran gulung tikar. Namun, pada tahap ini pihak restoran solaria mengambil tindakan dengan angkat bicara.

Kabar Isu Minyak Babi yang Berkembang di Media Sosial Twitter

Tahap ini terjadi biasanya karena kelengahan manajemen untuk menanggapi tahap prodromal. Pada kasus restoran solaria d pihak dari solaria yang sedikit lamban menangani masalah pada tahap prodromal yaitu pihak restoran tidak segera membuat klarifikasi bahwa telah membuat sertifikasi halal dari MUI sejak 2 Agustus yang pada akhirnya membuat isu bahwa restoran solaria tidak halal menyebar hingga ke masyarakat luas. Solaria baru melakukan klarifikasi telah membuat sertifikasi halal dari MUI pada tanggal 15 Agustus. Bukti Solari baru melakukan klarifikasi pada tanggal 15 Agustus yakni berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Purnama (2013). Purnama (2013) melakukan wawanara Dedy Nugrahadi, Manajer Operasional PT. Solaria pada tanggal 15 Agustus 2015. Dalam wawancara tersebut Dedy Nugrahadi, menjelaskan bahwa sejak 2 Agustus Solaria sedang mengurus sertifikasi halal MUI dan Dedy membantah terkait isu penggunaan minyak babi dalam proses memasak. Tahapan ini juga terjadi ketika krisis telah muncul ke permukaan atau ke publik sehingga para konsumen telah mengetahui krisis yang terjadi pada produk tersebut. Pada tahap ini krisis sudah kelihatan dan orang menyadari krisis sudah terjadi.

(18)

12

Pada tahap kedua ini, tugas PR harus berusaha mempertahankan perusahaan agar tidak gulung tikar atau bangkrut. PR juga harus berusaha memperbaiki kembali citra dan reputasi baik dari perusahaan, sehingga PR dari restoran solaria angkat bicara tentang kasus yang sedang menimpa perusahannya. Dalam hal ini PR dari restoran Solaria juga sudah melakukannya.

Armandhanu dan Darmawan (2013) dalam wawancaranya dengan Dedy Nugrahadi selaku Manajer Operasional PT. Solaria, menjelaskan bahwa Dedy memperlihatkan seluruh sertifikat halal dari bahan mentah makanan dan minuman yang disajikan restorannya serta menjelaska Solaria telah berkonsultasi dengan MUI. Dedy Nugrahadi (Armandhanu dan Darmawan, 2013) menjelaskan MUI pun telah melakukan pengecekan dan hasilnya negatif, tidak ada bahan makanan di restoran itu yang mengandung bahan yang diharamkan.

Tahap ketiga adalah tahap kronis. Pada tahap ini, krisis telah berlalu dan yang tinggal hanyalah puing-puing masalah akibat krisis. Jadi tahap ini lebih mempersoalkan tentang bagaimana membersihkan kerusakan-kerusakan akibat krisis. Ini merupakan tahap untuk melakukan pemulihan dan analisa diri. Dalam hal ini PR dari pihak solaria mengambil tindakan dengan menyatakan kepada pers bahwa memang tidak ada minyak babi yang dipakai dalam bahan makanan restoran Solaria.

Deddy Nugrahadi, Operational Manager Solaria (Aisha, 2013) menegaskan bahwa restoran Solaria kini sudah menjalani proses audit untuk mendapatkan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Deddy (Aisha, 2013) menegaskan bahwa semua bahan dasar yang digunakan oleh Solaria sudah dipastikan halal. Pemeriksaan pada restoran, suplier, hingga karyawan, sama sekali tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan. Deddy (Aisha, 2013) menjelaskan, dari sekian banyak pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pihak MUI, sama sekali tidak ditemukan zat-zat yang diisukan (mengandung angciu dan minyak babi) dalam makanan Solaria. Jika melihat pernyataan yang dinyatakan oleh pihak restoran solaria dapat dilihat bahwa pihak solaria sudah mulai melewati masa krisisnya. Pihak solaria sudah memberikan bukti–bukti tentang restorannya yang sebenarnya halal. Bukti – bukti tersebut digunakan oleh pihak solaria untuk mendapat kepercayaan kembali dari masyarakat dan pernyataan tersebut juga

(19)

ditujukan agar citra restoran solaria dapat membaik kembali. Setelah memberikan bukti– bukti pihak solaria juga memasuki tahap terakhir yaitu tahap penyembuhan atau resolusi. penyembuhan atau tahap resolusi. Tahap ini manajemen harus memulihkan kekuatan agar kembali seperti sediakala hingga dapat melanjutkan aktivitas sebelumnya dengan normal kembali. Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap terakhir dari 4 tahap krisis. Meski bencana besar dianggap sudah berlalu, krisis manager tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam kasus-kasus krisis menunjukan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap ini. Menurut Steven Fink (Kasali, 1994: 227-230), Krisis umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali keadaan semula (tahap prodromal). Bila pasien yang sedang dalam proses penyembuhan (tahap resolusi) tidak dapat menahan diri, dan bila penyembuhannya tidak tuntas benar, ia akan kembali lagi ke tahap prodromal. Dalam mengembalikan kembali reputasi baik dan citra positif dari restoran solaria, pada tahap pemulihan ini restoran solaria mengangkat namanya kembali dengan cara mempublikasikan bahwa restoran solaria sudah mendapat sertifikasi halal dan restoran solaria juga memberikan harapannya agar konsumen dapat mempercayai kembali pada saat publikasi sertifikat halal MUI.

Djumena (2013) menjelaskan bahwa restoran Solaria akhirnya mengantongi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini ditandai dengan diserahkannya sertifikat halal tersebut dari MUI kepada Solaria, Selasa (3/12/2013) di kantor MUI, Jakarta. Dedy Nugrahadi (Djumena, 2013) menjelaskan dengan diterimanya sertifikat halal dari MUI ini, Solari memastikan bahwa semua menu makanan dan minuman yang disajikan oleh Solaria terjamin halal karena semua bahan baku masakan yang kami gunakan pun sudah bersertifikat halal dari MUI. Dedy Nugrahadi (Djumena, 2013) juga menjelaskan dengan dikeluarkannya sertifikat halal MUI ini, diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap Solaria semakin meningkat.

Dalam melakukan strategi penanganan krisis PT. Sinar Solaria juga menggunakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis, menurut Iriantara (2004: 124): yang pertama yaitu iidentifikasi krisis. Dalam mengidentifikasi krisis, PR solaria sudah cukup baik, bisa dilihat pada berita–berita yang disiarkan di berbagai macam media tentang isu restoran solaria yang tidak halal, PR dari restoran tersebut sudah cukup

(20)

14

menguasai krisis apa yang sedang dihadapi oleh perusahaannya maka dapat disimpulkan bahwa PR dari solaria sudah mengidentifikasi terlebih dahulu sebelum bertindak lebih jauh lagi. Langkah-Langkah kedua adalah aanalisis krisis dari identifikasi kasus atau krisis yang menimpa restoran solaria.P. Pada tahap kedua PR sudah mulai menganalisis informasi yang didapatnya ketika sedang mengidentifikasi untuk membuat keputusan agar dapat bertindak lebih jauh lagi. Jadi dalam tahap ini PR solaria sudah mulai menyusun rencana untuk menangani krisis.

Pada tahap ketiga yaitu isolasi krisis, isolasi krisis ini dimaksudkan perusahaan untuk menjaga agar isu tidak menyebar. Selanjutnya, adalah tahap pemilihan strategi. Sebelum langkah berkomunikasi dilakukan, setelah melakukan analisis dan mengisolasi krisis, penting untuk menentukan strategi mana yang akan dipergunakan. Strategi generik dalam menangani krisis ini ada tiga bentuk yaitu strategi defensif, strategi adaptif, dan strategi dinamis. Dalam kasus krisis PT. Sinar Solaria ini jika dianalisis lebih lanjut lagi restoran solaria menggunakan strategi adaptif.Pada strategi ini, Pada strategi ini, PR dari perusahaan mereka meluruskan citra positif dari restoran solaria dengan cara angkat bicara terhadap pers dan melakukan tindakan secara segera agar dapat sertifikasi halal dari MUI.

3.3 BEBERAPA BUKTI RESTORAN SOLARIA SUDAH HALAL

(21)

Bukti Restoran Solaria Halal pada 3 Store berbeda di Margo City Mall

(22)

16

Bukti Restoran Solaria Halal pada Store Plaza Kalibata Mall

(23)

BAB IV

SARAN DAN KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

Jika di lihat, PT. Sinar Solaria dalam menangani krisis sudah menerapkan anatomi empat tahapan yang dikemukakan oleh Steven Fink. Selain itu, PT. Sinar Solaria juga menerapkan strategi penanganan krisis menurut Iriantara dengan baik. Hal tersebut berdampak positif bagi perusahaan PT. Sinar Solaria karena dengan usaha PR dari PT. Sinar Solaria mempublikasikan masalah hingga penanganannya, membuat PT. Sinar Solaria bangkit dari krisis yang melanda. Namun, perlu di perhatikan oleh PR dari PT. Sinar Solaria dalam melakukan strategi penanganan krisis harus dilakukan dengan cepat sehingga krisis tidak merebak ke masyarakat. Secara keseluruhan PT. Sinar Solaria telah berhasil melewati fase–fase krisis yang melanda perusahan tersebut dan dapat melewatinya dengan baik.

4.2 SARAN

Dalam menangani krisis seorang praktisi Public Relation harus memiliki skill yang baik agar perusahaan dapat tetap bertahan walaupun dilanda krisis yang hebat. Dalam hal ini, PT. Sinar Solaria sudah cukup baik dalam menangani krisis yang melanda perusahannya. Namun, yang perlu diperhatikan lagi adalah PT. Sinar Solaria harus lebih cepat dan tanggap dalam menangani masalah sehingga di masa yang akan datang PT. Sinar Solaria dapat meminimalisir terjadinya krisis. Praktisi PR dari perusahaan tersebut juga harus selalu siap jika krisis melanda karena datangnya krisis terhadap suatu perusahaan tidak dapat di duga dan siklus krisis dapat berulang terus menerus.

(24)

18

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Barton,L. (1993). Crisis in Organizing Managing and Communicating In The Heat Of Chaos. South Western: Publishing Co.USA.

Davis,K. (2000). Human Relations At Work. New York: McGraw-Hill.

Fink,S. (1986). Crisis Management Planning For The Inevitable. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Heath,R.L., & Nelson, R.A.( 1986). Issue Management. Newbury Park,CA: Sage. Iriantara,Y. (2004). Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kasali,R. (1994). Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafisi.

Ruslan,R. (2002). Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

INTERNET

Aisha. (2013, 28 Agustus). Label Halal Restoran Solaria Masih Dikaji MUI. Diakses pada tanggal 12

desember 2015 pada pukul 01.22 dari

http://nasional.tempo.co/read/news/2013/08/28/173508218/label-halal-restoran-solaria masih-dikaji-mui

Armandhanu, Denny dan Zahrul Darmawan. (2013, 15 Agustus). Bagaimana Isu Minyak Babi Menghantam Restoran Solaria. Diakses pada tanggal 11 desember 2015 pada pukul 18.47 dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/436708-bagaimana-isu-minyak-babi-menghantam-restoran-solaria

Djumena, Erlangga. (2013, 4 Desember). Solaria Akhirnya Kantongi Sertifikat Halal MUI. Diakses pada tanggal 12 desember 2015 pada pukul 02.38 dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/12/04/0908142/Solaria.Akhirnya.Kantongi. Sertifikat.Halal.MUI

Fandi. (2011, 02 April). MUI Tidak Benar Es Krim Magnum Mengandung Enzim Babi. Diakses pada tanggal 10 januari 2016 pada pukul 21.35 dari http://www.kompasiana.com/afsee/mui-tidak-benar-es-krim-magnum-mengandung-enzim-babi_5500a3c2a33311e77251180b Malik. (2014, 12 Februari). Toyota Tarik 19 Juta Unit Prius Di Seluruh Dunia. Diakses pada tanggal 10

(25)

http://otomotif.tempo.co/read/news/2014/02/12/124553552/toyota-tarik-1-9-juta-unit-prius-di-seluruh-dunia

Purnama, R. Ratna. (2013, 15 Agustus).Tak Bersertifikat Halal Pengunjung Solaria Menurun. Diakses pada tanggal 11 desember 2015 pada pukul 20.39 dari http://ekbis.sindonews.com/read/771602/34/tak-bersertifikat-halal-pengunjung-solaria-menurun-1376552243

Purwanto, Didik. (2013, 1 Agustus). MUI : Solaria Belum Mempunyai Sertifikat Halal. Diakses

pada tanggal 11 desember 2015 pukul 17.33 dari

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/08/01/1759509/MUI.Solaria.Belum.Memp unyai.Sertifikat.Halal

Referensi

Dokumen terkait