• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAH ULU AN

A. Latar Belakang

Hiperkolesterolem ia adalah suatu kondisi kadar kole sterol di dalam darah melebihi batas normal ( ≥ 200 mg/dL). Tingginya kadar koleseterol ini dapat m em icu beberapa penyakit kardiova skular (Kusum a, 2014). Ada nya peningkatan kadar Low Density Lipoprote in (L DL) m erupakan faktor risiko indepe nden untuk terjadinya penyakit jantung koroner, gaya hidup tidak sehat m enjadi salah sa tu pem icu kondisi ini. Sela in itu, faktor gene tik se perti monogenic familial hypercholesterolaemia ya itu kondisi dom inasi suatu autosom al yang m enyebabkan tingginya kadar LDL m eningkat sejak la hir dan m erupakan penyebab utam a kem atian di Am erika (Powers dkk., 2007).

Penyakit jantung telah m enye babkan kem atian 18 juta orang di se luruh dunia pada tahun 2005 (Strong dkk., 2005). Kem atian ini terjadi pada de lapan juta orang di bawah usia 60 tahun (44%) dan 80 % terjadi di negara yang berpenghasilan renda h dan m enengah. Indonesia sendiri di tahun 2002 m enepati urutan kedua sebesar 28% bahwa penyakit jantung sebaga i penyebab kem atian utam a (W HO, 2002). Pola penyakit tahun 2006 di instala si rawat jalan m aupun di rawat inap Rum ah Sakit Um um Daerah (RSUD) Gunung Ja ti Kota Cirebon, penyakit ganggua n jantung dan pem buluh darah m enem pati urutan kedua dari tiga penyakit kronis yang terjadi di rum ah sakit tersebut (Sechan, 2006).

(2)

2 M enurut pedom an National Cholesterol Education Program (NCEP) A dult Treatment Panel III (ATP III) kondisi hiperkolesterolem ia dapat diterapi de ngan perubahan gaya hidup dan obat untuk m enurunkan ka dar kolesterol total dan LDL sehingga dapat m engurangi risiko penyakit ya ng berhubungan de ngan kardiova skular. Penyakit-pe nyakit tersebut m isa lnya, infark m iokard, gagal jantung, stroke iskem ik, ata u bentuk lain dari penyakit arteri perifer se perti stenosis carotid (W ells dkk., 2009).

Statin digunakan se bagai terapi tam bahan bersam a die t untuk m enurunk an peningkatan kadar kole sterol tota l dalam darah pada pasien hiperkole sterolem ia, ketika respon terhadap terapi diet dan langkah -langkah nonfarm akologi lainnya tidak a dekuat. M ekanism e statin dengan m engham bat enzim Hydroxymethylglutaryl-Coe nzyme A (HM G-CoA) reduktase secara kom petitif sehingga m em batasi sintesis kolesterol dalam hati. Statin dapat m enurunkan kadar kolesterol total da n LDL, m eningkatka n High-Density Lipoprotein (HDL), dan m enurunkan ka dar trigliserid dalam darah, sehingga statin m em iliki efek saling m enguntungkan terhadap profil lipid ke seluruhan. Statin um um nya ditoleransi dengan ba ik di dalam tubuh. Oleh karena itu, National Choleste rol Educ ation Program (NCEP) Adult Tre atment Pane l III (ATP III) yang m erupakan rujukan pedom an untuk m ana jem en kolesterol pada de wasa , m erekom endasikan penggunaan statin sebaga i obat lini pertam a untuk m enurunkan kadar kolesterol dan L DL dalam darah (Bhatnagar dkk., 2008). Pendekatan pa ling te pat untuk terapi hiperkole sterolem ia adala h dengan kom binasi statin dan perubahan gaya hidup (Balta dkk., 2012).

(3)

3 Kepatuha n diperluka n dalam m enjalankan terapi hiperkole sterolem ia untuk m encapai target terapi. Nam un, ketidakpa tuhan terhadap terapi obat m erupakan m asalah yang dihada pi oleh banyak pasie n dengan kondisi kronis. M enurut lapora n World Helath O rganization (W H O) (2003) kepa tuha n rata-rata pasien pada penyakit kronis di negara m aju hanya sebesar 50%, sedangka n di negara berkem bang jum lahnya bahkan lebih renda h. Hasil survey yang dilakukan di de lapan negara wilayah Asia, term asuk Indonesia dalam studi Pan-Asian Centralized P an-A sian Survey on the Unde r T reatment of Hype rcholesterolem ia (CEPHEUS) m enyebutkan bahwa 68,7% pa sien gagal m encapai target terapi dan 65 % pasien m engaku lupa m engonsum si obat penurun kolesterol beberapa ka li (Anna, 2010). Hal ini m enjadi salah satu penye bab kega galan terapi hiperkolesterolem ia yang m erupa kan salah satu penyakit kronis pa ling um um dan jika tidak dike ndalikan m aka akan berisiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Yeaw dkk., 2009). Beberapa pasien dengan hiperkolesterolem ia dapat dikelola dengan perbaikan pola m akan, nam un sedikit pasien yang pa ham m engenai pola m akan yang dianjurkan bagi pasien hiperkolesterolem ia bahkan a da pula yang m engabaikan pentingnya pola m akan tersebut (Preiss dan Sattar, 2009). Apoteker adalah profesi yang baik untuk m em bantu pasie n m engatasi ham bata n terhadap kepatuha nnya dalam m engguna kan terapi obat m aupun m enjalankan pola hidup yang baik.

Penelitia n yang berjudul The Im pact of P harmacist F ace to F ace Counseling to Improve Medication Adhere nce Among Patient Initiating Statin Therapy yang dilakukan di Am erika Serika t m enunjukkan bahwa pasien yang

(4)

4 m endapat konseling secara face to face di awal pem berian terapi statin m enunjukkan ke patuhan yang tinggi terhadap pe ngobatan dibanding kan de ngan pasien yang tida k m endapat konseling. A pote ker m em berikan m otivasi dalam konse p konselingnya sehingga dapa t m em bantu pasien m enyelesa ikan m asalahnya terhadap terapi awal sua tu pengobatan. Hal ini ditunjukkan de ngan dalam 15 hari pem berian obat, pasien yang diberi konse ling diba ndingkan de ngan pasien tanpa konseling kem bali ke klinik lebih cepat untuk m enebus re sep kem bali (Taite l dkk., 2012).

M enurut Perkum pulan Endokrinologi Indone sia (PERKENI ) (2004) yang juga m erujuk pa da pedom an National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatme nt Panel III (ATP III), penatalaksanaan hiperkolesterolem ia di Indonesia m encakup terapi non farm aklogis yang disebut Therapeutic Life style Change (TLC) dan penggunaan obat-obatan pe nurun kole sterol khususnya golongan statin. Konseling secara personal denga n pasien m erupakan salah sa tu peran pelayanan kese hatan dalam m enciptakan perubahan pola hidup dan pola m akan. Sokol dkk. (2005) dalam studinya m enunjukkan bahwa konse ling pasien oleh apoteker dapat m eningkatka n kepatuhan, perawatan diri, da n beberapa kasus berdam pak pada penurunan jum lah biaya untuk ke sehatan .

Tavridou dkk. (2010) m elakuka n penelitian ya ng dilakukan di Yunani m enunjukkan ba hwa penggunaan sim va statin 40 m g per hari da pat m enurunkan kolesterol total sebesar 23 % dalam waktu tiga bulan bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Becker dkk. (2008) di Philadelphia m enunjukkan bahwa penggunaan sim vastatin 40 m g per hari bersam aan dengan pem beria n konseling

(5)

5 m akanan dan olah raga dapat m enurunkan kadar kolesterol total 27,3 %. Sedangkan perubaha n pola hidup Therapeutic Lifesty le Change (TLC) de ngan tam bahan suplem en berupa m inyak ika n dapa t m enurunkan kadar kolesterol total sebesar 32,4% dalam waktu tiga bulan.

Pem berian konseling berupa perubaha n pola hidup di perawatan prim er m enunjukkan penurunan total kole sterol sebesar 5,58 m g/dL dan risiko kardiova skular secara um um berkurang sebe sar 1,35%. Hal ini m enunjukkan bahwa program konse ling tentang perubahan gaya hidup secara signifikan m enurunkan kadar kolesterol tota l dan risiko kardiovaskular secara um um (Filippi dkk., 2009).

Penelitia n yang dilakukan oleh Lee dkk. (2004) m enunjukka n bahwa 76,9% pa sien yang m endapat interve nsi berupa konseling berdasarkan pedom an National Choleste rol Education P rogram (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) patuh terhadap peresepan obat penurun ka dar lipid. Ke lom pok kontrol hanya 41,7 % yang pa tuh dengan pengobatan. Proporsi pa sien ya ng m encapai target terapi berupa penurunan ka dar kole sterol total, LD L, dan trigliserid dalam darah sebesar 28,3%, 27,7%, dan 26,1% pa da kelom pok intervensi dibandingkan dengan kelom pok kontrol 15,3%, 16,3%, dan 10,6%.

Ditinjau dari latar belakang terse but m aka pene liti tertarik untuk m elakukan pene litian m engena i bagaim ana pengaruh pem beria n sim va statin bersam aan dengan konseling apoteker terhadap kepatuhan pengam bilan obat (sim vasta tin) kem bali, penurunan kadar kolesterol tota l dan perubahan pola m akan antara pasien hiperkole sterolem ia yang m enda pat konseling (kelom pok

(6)

6 intervensi) dibandingkan dengan pasie n tan pa konse ling (kelom pok kontrol) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dan RSUD Arjawina ngun.

B. Perum usan M asalah

Rum usan m asalah dalam penelitian ini adala h :

1. Bagaim ana pengaruh pem berian konse ling ole h apoteker terhadap kepatuha n pengam bila n oba t kem bali pasien hiperkolesterolem ia dengan terapi sim vastatin yang m endapa t konseling dibandingkan denga n kontrol? 2. Bagaim ana pengaruh pem beria n sim va statin dengan konseling terhadap penuruna n kadar kolesterol total darah, dan perubahan pola m akan pasien hiperkolesterolem ia yang m enda pat intervensi diba ndingka n dengan kontrol ?

3. Bagaim ana pengaruh kepa tuha n pengam bilan sim vastatin kem bali terhadap target kadar kolesterol total pada pasien hiperkole sterolem ia ? 4. Bagaim ana hubungan skor kuesioner pola m akan terhadap penurunan

kadar kolesterol total pasien hiperkolesterolem ia ?

C. Tujuan Penelitian

1. M engetahui pengaruh pem beria n konseling apoteker terhadap kepatuhan pengam bilan obat kem bali pasien hiperkolesterolem ia yang m endapat terapi sim vastatin.

(7)

7 2. M engetahui pengaruh pem berian terapi sim va statin dan konseling oleh apoteker terhadap penurunan kadar kolesterol total darah dan perubahan pola m akan pasien hiperkolesterolem ia.

3. M engetahui pengaruh kepatuhan pengam bilan sim va statin kem bali terhadap target kadar kolesterol total pasien hiperkole sterolem ia.

4. M engetahui hubungan skor kuesioner pola m akan terha dap penurunan kadar kolesterol total pasien hiperkolesterolem ia.

D. M anfaat Penelitian

1. Bagi rum ah sakit dan sege nap tenaga ke sehatan, khususnya farm asis, diharapkan penelitian ini da pat m em berikan inform asi tentang pentingnya terapi pengobatan statin bersam aan dengan pem berian konse ling yang dilakukan farm asis terha dap pasien hiperkolesterolem ia rawat jalan.

2. Dapat m em berikan inform asi kepada piha k RSUD Gunung Ja ti Kota Cirebon dan RSUD Arjawinangun bahwa dengan konseling apoteker dapat m eningka tkan kepa tuhan pengam bilan oba t kem bali, penurunan ka dar kolesterol total dan perubahan pola m akan pasien. Selain itu, kepatuhan pengam bilan oba t kem bali dapat berpengaruh terhada p pencapaia n target kadar kolesterol total m aka kelak dapat digunakan sebaga i referensi dalam m enjalankan program konse ling pasien hiperkolesterolem ia di rum ah sakit sehingga kadar kole sterol tota l norm al dapat tercapai.

(8)

8

E. Keaslian Penelitian

Penelitia n ini tentang pengaruh pem berian konse ling apoteker terhadap kepatuha n da n ha sil terapi pa sien hiperkole sterolem ia di P oliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Cirebon dan RSUD Arjaw inangun. Perbedaan de ngan penelitian sebelum nya terle tak pada loka si, jum lah subye k, dan m etode. Perbedaan penelitian ini dengan pene litian sebelum nya dapat dilihat se lengka pnya pada tabel 1.

Perbedaan dari segi m etode penelitian, pene litian ini m erupakan pene litian prospektif dengan rancangan ke lom pok kontrol prete st-posttest. Penelitian yang dilakukan oleh Filippi dkk. (2009) da n Rofista (2012), ke duanya m erupakan penelitian secara prospektif nam un ha sil akhir intervensi dibandingkan de ngan data baseline, sehingga m em ungkinkan risiko bias yang terja di sem akin besar.

Pada outcome prim er pene litian ham pir m em iliki kesam aan antara penelitian ini de ngan pe nelitian se belum nya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Filippi dkk. (2009) dan Rofista (2012) kedua nya sam a-sam a m engukur kadar kolesterol total akhir setelah m endapat intervensi, sedangkan denga n pene litian Taitel dkk. (2012) ke patuha n pasie n diukur denga n m enggunakan m etode Medication P ossession R atio (M PR). Perbedaan penelitian ini dengan pene litian Taitel dkk. (2012) adalah m etode penelitian Taite l dkk. (2012) m erupakan retrospective cohort.

(9)

9

Tabel 1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan

Peneliti

(Filippi dkk., 2009)

(Taitel dkk., 2012)

(Rofista, 2012)

(Jayanti, 2014)

Alat

Ukur

Penelitian

Framingham equation

Medication

Possession

Ratio (MPR)

Kuesioner pola makan,

kuesioner aktivitas fisik

dan kuesioner kepatuhan

New 8 item Self Report

Morisky

Medication

Adherence

Scale

(

MMAS-8)

Kuesioner

pola

makan

yang

diadopsi

dari

penelitian Rofista (2012)

dan Medication Possession

Ratio (MPR)

Variabel

Konseling, kadar kolesterol

total,

dan

risiko

kardiovaskular

Konseling, kepatuhan

Leaflet, kepatuhan, kadar

kolesterol total

Konseling,

kepatuhan,

kadar

kolesterol

total,

target

kadar

kolesterol

total, pola makan

Metode

(desain

penelitian)

prospektif, membandingkan

baseline dengan posttest

Retrospective cohort

Prospektif,

one

group

pretest-posttest

Prospektif,

kelompok

kontrol dengan

pretest-posttest

Subjek penelitian

Pasien hiperkolesterolemia

Pasien hiperkolesterolemia

yang baru mendapat terapi

statin.

Pasien hiperkolesterolemia

yang mendapat terapi statin

Pasien hiperkolesterolemia

yang mendapat terapi statin

dalam tiga bulan terakhir

sebelum menjadi responden

dalam penelitian

Outcome

Penurunan kadar kolesterol

total

dan

risiko

kardiovaskular menggunakan

Framingham Scale

kepatuhan dan presistensi

pengobatan

Penurunan kadar kolesterol

total, kepatuhan minum

obat,

perubahan

pola

makan dan aktivitas fisik

Penurunan kadar kolesterol

total,

kepatuhan

pengambilan obat kembali,

pencapaian kadar kolesterol

total

normal,

dan

perubahan pola makan

Tempat penelitian

Italia

USA.

Puskesmas Sukmajaya dan

Puskesmas Pancoran Mas,

Depok.

Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon

dan

RSUD

Arjawinangun

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, meskipun secara umum mereka mempersepsikan mutunya lebih buruk, sehingga dimungkinkan akan berpengaruh pada

Berurutan setelah niembahas hubungan perjanjian internasional dengan hukum nasional pada Bab 10, Aust melanjutkan pembahasannya mengenai aplikasi suatu perjanjian

29 Dalam penelitian ini akan dilakukan pendugaan model terbaik dengan menggunakan ACF dan PACF secara manual dan mode auto dengan menggunakan fungsi auto.arima yang

Limbah Cair ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan dari hidrosilikon.Lumpur(sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan

Berdasarkan latar belakang, ada hubungan yang cukup kuat antara pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi pada balita usia 6-12 bulan di Desa

Penyakit dapat timbul dikarenakan terjadi ketidak seimbangan antar 3 faktor, yaitu lingkungan( kondisi dalam air), kondisi inang dan juga adanya patogen

terhadap kecelakaan yang dialaminya sendiri tidak bisa menuntut pihak lain..

Maka untuk dapat mengetahui periksi akuisisi kepemilika rumah pada setiap tahunnya dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menilai dan memprediksi akusisi