• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR UJI INSEKTISIDA YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR UJI INSEKTISIDA YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR UJI INSEKTISIDA

YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM

(2)

JENIS & MACAM INSEKTISIDA

(IGR, SINERGIS, REPELEN, FORMULASI)

 Inorganik

 Nabati

 Organoklorin (Hidrokarbon berklor)

 Organofosfor (Fosfor Organik)

 Karbamat

 Piretroid

 Mikrobia

 Zat Pengapur Tumbuh Serangga

(Insect Growth Regulator/IGR)

 Fumigan

 Repelen (Insect repellent)

 Sinergis atau Aktivator

(3)

INSEKTISIDA INORGANIK

(struktur kimia, tidak ada atom karbon).

Bentuk :

• kristal putih (mirip garam dapur),

• sifat stabil (tidak menguap/larut dlm air).

Belerang :

Bahan inorganik tertua (digunakan sbg insektisida

oleh nenek moyang sejak jaman 1000 SM).

(4)

INSEKTISIDA NABATI

Insektisida alami: insektisida dari tanaman.

Meningkatnya pamor ”kembali ke alam”

(back to nature) : Membuat segala sesuatu yang

berasal dari alam menjadi diminati.

Beberapa insektisida nabati masih digunakan

dalam  Industri Insektisida RT, seperti:

(5)

 KELOMPOK ORGANOKHLORIN

Insektisida mengandung Unsur kimia:

(C) karbon (dsbt Organo); (Cl) Khlor & (H) Hidrogen

Disebut Chlorinated hydrocarbons

Insektisida sintetik organik pertama dikembangkan. Kelompok ini pernah berjaya dlm pengendalian HP:

DDT, khlordan, BHC, Dieldrin, Toksapen

Cara kerja:

Merusak keseimbangan ion-ion Na dan K,

pada akson, yang mencegah transmisi impuls

syaraf secara normal.

(6)

 KELOMPOK ORGANOFOSFAT

• Insektisida mengandung : FOSFOR

(Knockdown cepat) & Toksisitas thdp mammalia rendah • Bekerja menghambat enzim penting dalam sistem syaraf

Kholinesterase (ChE)

Enzim ini menjadi ter-fosforisasi wktu terikat dg OP dan ikatan ini bersifat tetap (irreversible)

Hambatan ini menyebabkan:

Akumulasi asetilkolin pada sinapsis syaraf dan

(7)

 KELOMPOK KARBAMAT

Cara kerja : Mirip dengan Organofosfat

 menghambat kolinesterase pd sistem syaraf. Kelebihan Karbamat  kurang/tidak berbau

Dua (2) bahan aktif  Karbamat , beredar di indonesia: 1. Propoksur : efektif untuk pengendalian

nyamuk, lalat, lipas

Formula aerosol dan oil spray:

Knock down cepat ;

Residual effect panjang

2. Bendiokarb: masih digunakan untuk pengendalian vektor malaria IRS (non pyrethroid)

(8)

KELOMPOK PIRETHROID

Pirethroid  artinya: mirip pirethrin

Penemuan pirethroid sangat penting:

• bekerja cepat (knock down & flushing)

• repelen

• toksisitas terhadap mamalia relatip rendah

• tidak berbau

• residual panjang

• kelarutan dlm air rendah

• toksik terhadap ikan

(9)

BIOASSAY INSEKTISIDA

METODE PENYEMPROTAN RUMAH (IRS).

Uji hayati (bioassay test), digunakan cone

(15 ekor nyamuk uji/cone, (ulangan 3 kali).

Lama pemaparan 60 menit (1 Jam).

(10)

PENGAMATAN

Nyamuk lumpuh/pingsan dihitung: menit ke: 30 dan

60 . Kematian (%)  24 jam setelah

pemeliharaan.

Kematian (%) kontrol 5 – 20%koreksi Abbott.

KRITERIA

(11)

Insecticides suitable for interior treatment /IRS against mosquito vectors Insecticide Chemical type” Dosage of a.i.b (g/m²) Duration of effective action (months) Insecticide action Alpha-cypermethrin PY 0.02-0.03 4-6 Contact Bendiocarb C 0.1-0.4 2-6 Contact &

airborne Carbosulfan C 1-2 2-3 Contact &

airborne Chlorpyrifosmethyl OP 0.33-1 2-3 Contact Cyfluthrin PY

0.02-0.05

3-6 Contact Cypermethrin PY 0.5 4 or more Contact DDT OC 1-2 6 or more Contact Deltamethrin PY

0.01-0.025

2-3 Contact Etofenprox PY 0.1-0.3 3-6 or more Contact

Fenitrothion OP 2 3-6 Contact &

airborne Lambdasyhalothrin PY 0.02-0.03 3-6 Contact

Malathion OP 2 2-3 Contact

Permethrin PY 0.5 2-3 Contact

Pirimiphosmethyl OP 1-2 2-3 or more Contact & airborne

Propoxur C 1-2 3-6 Contact &

(12)

UJI BIOASAI (LLIN)

• NYAMUK BETINA, KENYANG LARUTAN GULA (SUSEPTIBEL) • UMUR 2-5 HARI, MASUKKAN CONE PLASTIK (WHO, 2006) • LAMA PEMAPARAN 3 MENIT

• MEMINIMALKAN GANGGUAN PEMAPARAN (KARENA GERAKAN) SETIAP KALI PEMAPARAN 5 EKOR NYAMUK)

(13)

ULANGAN: 10 KALI  5 X 10 = 50 EKOR / SAMPEL

Tentukan KT

50

dan KT

90

. Pembandingan efikasi

setiap/pasca pencucian (0, 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15, 20)

dilakukan secara diskriptif terhadap kematian (%).

KRITERIA EFIKASI:

Residu insektisida pd LLIN, dinyatakan baik dan

efektif apabila kematian (%) pasca 20 kali cuci

≥ 80

(14)

MACAM & KONSENTRASI INSEKTISIDA DIGUNAKAN UNTUK PENCELUPAN KELAMBU & KORDEN

a These formulations are recommended, but others may also be appropriate.

SC= suspension concentrate; EW=oil-in-water emulsion; CS=capsule suspension; EC=emulsifiable concentrate

bThese doses refer to synthetic netting. For cotton netting higher doses

may be needed (see section 15.4.1.).

da.i. = active ingredient

Insecticide Formulationa Doseb (mg/m2) Alpha-cypermethrin SC 20-40 Bifenthrin SC 25 Cyfluthrin EW 30-50 Deltamethrin SC 15-25 Etofenprox EC 200 Lambda- cyhalothrin CS 10-20 Permethrin EC 200-500

(15)

BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG KARAKTERISTIK BAHAN KELAMBU

Mesh : Jumlah lubang/inchi persegi = 156/inchi2

Ukuran lubang kelambu, untuk negara tropis, 1,2-1,5 mm. Denier : Indikator berat & kekuatan, daripada benang.

Berat (gram), daripada 9000 meter (single benang). Benang kelambu,  dengan denier 40-100.

Denier 40, lebih mudah koyak, daripada denier >70 Strength/Kekuatan:

Dinyatakan dalam gram/denier.

Apabila 1 meter benang 40 denier, putus dengan beban 160 gram  kekuatan benang adalah 4 gram/denier.

(16)

MONO FILAMENT DAN MULTI FILAMENT FIBRE:

• Benang kelambu, 1 atau lebih fibre (filament)

• Benang NYLON/POLYESTER  MULTI-FILAMENT.

• Benang POLYETHYLENE  MONO-FILAMENT.

Ceilling:

Pada kelambu mesh lembut untuk melindungi dari

debu jatuh lewat lubang/mesh.

Colour/warna:

(17)

METODE APLIKASI:

PENGASAPAN “THERMAL FOGGING”

PENGKABUTAN

“ULTRA LOW VOLUME”

(18)

Insecticides suitable for application cold aerosol/ULV & thermal fogging

for mosquito control

Insecticide Chemical Dosage of a.i.b (g/ha) Cold aerosol Thermal fogs d Bendiocarb C 4-16 - Bioresmethrin PY 5 10 Chlorpyrifos OP 10-40 150-200 Cyfluthrin PY 1-2 2 Cypermethrin PY 1-3 2 Cyphenothrin PY 2-5 - Deltamethrin PY 1-0.5-1.0 - Dichlorvos OP 150 200-300 D-phenothrin PY 5-10 - Etofenprox PY 10-20 10-20 Fenitrothion OP 250-300 270-300 Lambda-cyhalothrin PY 1.0 1.0 Malathion OP 112-693 500-600 Naled OP 56-280 - Permethrin PY 5 10 Pirimiphos-methyl OP 230-330 180-200 Propoxur C 100 - Resmethrin PY 2-4 - Zeta-cypermethrin PY 1-3 -

(19)

UJI BIOASSAY

Nyamuk 25 ekor, dimasukkan sangkar (12X12X12 cm),

10 sangkar/lokasi, ditempatkan di dalam & luar rumah,

(digantung 160 cm dari tanah).

Sangkar 10 buah (dipasang di daerah UTC/kontrol).

Dilakukan pengasapan/peng-kabutan di lokasi uji

(± 1 hektar), sesuai dengan dosis perlakuan.

Selama 1 jam pasca aplikasi, dilakukan penghitungan

jumlah nyamuk pingsan (setiap periode pengamatan)

dan dipindahkan dan persen kematian ditentukan 24

jam, pasca pemeliharaan.

(20)

PENGAMATAN :

Nyamuk lumpuh/pingsan dihitung pada menit ke: 5, 10,

15, 30, 45 dan 60, serta 2, 4, dan 8 jam pasca

pengasapan. Persen kematian ditentukan 24 jam

pemeliharaan di laboratorium.

KRITERIA EFIKASI

Berdasarkan waktu kelumpuhan (knock down time)

KT

50

dan KT

90

dan persentase jumlah nyamuk uji mati

pasca pemeliharaan

24 JAM ≥ 90%.

KOREKSI DATA

Apabila persen angka kematian serangga Kontrol

5-20%, angka kematian pada perlakuan dikoreksi

(21)

UJI EFIKASI LARVASIDA

(TEMEFOS )

(22)

Metode UJI LARVASIDA (Temefos)

Aplikasi insektisida

Tempayan tanah 50 liter (20 buah:

4 konsentrasi dan 1 kontrol; 4 ulangan.)

Bubuhkan larvasida uji sesuai konsentrasi.

Masukkan 25 ekor jentik (instar III awal)

Setiap 2 (dua) hari, 50% air , diganti baru

 volume air dijaga tetap 50 liter.

(23)

Pengamatan/ Evaluasi.

Mingguan, pemaparan (24 jam,

standar WHO),

KRITERIA EFIKASI

Apabila kematian jentik Ae

aegypti telah mencapai 70%

(atau setelah evaluasi dilakukan

selama 3 bulan).

(24)

LARVASIDA TEMEFOS (OP)

DISCRIMINATING CONCENTRATION 0,01 mg/LITER AIR DIAGNOSTIC CONCENTRATION = (2 x DIAGNOSTIC CONCENTRATION) 0,02 mg/LITER AIR

 KONSENTRASI UJI RESISTENSI

KONSENTRASI APLIKASI PENGENDALIAN VEKTOR FORMULA : 1 gram / 10 LITER AIR

BAHAN AKTIF : TEMEFOS 1 % (SG)  (1 mg / LITER AIR)

(25)

UJI BIO-LARVASIDA  JENTIK NYAMUK VEKTOR

KRITERIA EFIKASI

Persen kematian jentik (24-48 jam) dan kegagalan

pertumbuhan stadium pra dewasa menjadi pupa, maupun

nyamuk muncul dari pupa atau Inhibition Emergence (IE) IE (%) = (100 – (T x 100)/C)

T= % emergence treated; C= % emergence Control Efek residu bio-larvasida

Ditentukan (dalam minggu) penurunan persen

kematian/kegagalan pertumbuhan (jentik) menjadi pupa, maupun pupa menjadi nyamuk .

(Kematian ≤ 70%, menurut standar WHO 2006), atau setelah evaluasi dilakukan 2 bulan.

(26)

LANGKAH UJI RESISTENSI LARVA PADA TEMEPHOS

• Membuat larutan temefos sesuai dengan dosis diagnostik (Ae. aegypti merujuk pada nilai yang dikeluarkan WHO tahun 1981 sebesar 0,02 mg/l).

• Siapkan gelas yang dapat menampung volume 100 ml sebanyak 16 buah,

kemudian masukkan larutan langkah nomor 1 sebanyak 100 ml kedalam gelas 12 gelas, dan untuk 4 gelas sebagai kontrol.

• Masukkan 20 sampai 25 jentik sebanyak 3 perlakuan 1 kontrol dengan 4 ulangan ke dalam saringan di gelas berisi aquades 500 ml (terdapat 16 gelas)

• Angkat larva dalam saringan dan masukkan ke dalam 12 gelas berisi temephos dan 4 kontrol, dibiarkan kontak selama 1 jam

• Siapkan 16 gelas berisi masing-masing100 ml aquades • Setelah kontak 1 jam

(27)

Lanjutan...LANGKAH UJI RESISTENSI LARVA PADA TEMEPHOS

• Pindahkan larva dengan mengangkat saringan ke dalam aquades 500 ml, cuci larva dari insektisida dengan mengalirkan aquades secara hati-hati

• Pindahkan larva dengan mengangkat saringan ke gelas yang berisi aquades 100 ml. Beri makan dengan dogfood.

• Setelah 5 jam , kemudian larva diperiksa dan dihitung berapa yang mati dan hidup. Larva yang sekarat ditekan ke bawah perlahan, apabila tidak dapat berpindah tempat dan naik dihitung mati. Periksa lagi setelah 24 jam.

• Selama uji atau pemaparan dicatat suhu dan kelembaban udara.

• Apabila kematian larva pada kelompok kontrol 5-20%, maka untuk faktor

koreksi harus digunakan formula Abbot. Bila kematian pada kontrol melebihi 20%, maka uji dinyatakan gagal dan harus diulangi.

(28)

12 gelas berisis temephos 0,02 mg/l

Siapkan gelas berisi 500 ml aquades

Siapkan gelas berisi 100 ml aquades Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Kontrol 1 2 3 4

(29)

KECACATAN JENTIK NYAMUK VEKTOR SEBAGAI

PENGARUH  BIO-LARVASIDA (IGR) PIRIPROKSIFEN

IGR

“INSECT GROWTH REGULATOR” JUVENILE HORMONE

(30)

LANGKAH UJI SUCCEPTIBILITY TEST

• Memasukkan nyamuk Ae. aegypti betina per lokasi 120 ekor umur 3-5 hari dalam

paper cup sebanyak 6 paper cup masing-masing 20 ekor

• Menyiapkan tabung succeptibility sebanyak 4 untuk bintik hijau berpasangan dengan bintik merah, 2 untuk kontrol (bintik hijau berpasangan dengan bintik hijau)

• Pada tabung dengan bintik merah masukkan impregnated paper yang akan diuji, pada tabung bintik hijau masukkan risela oil paper

• Masukkan masing-masing 20 ekor nyamuk ke dalam 6 tabung bintik hijau pindahkan ke 4 tabung merah dengan memposisikan pembatas pada lubang transfer dan 2 tabung hijau.

• Biarkan selama 1 jam dan pindahkan lagi ke tabung bintik hijau. Beri air gula dan holding selama 24 jam. Amati kematian setelah 24 jam, catat pada formulir, saat holding posisi tabung tegak

(31)

Apabila kematian nyamuk pada kelompok kontrol 5-20%, maka untuk faktor

koreksi harus digunakan formula Abbot. Bila kematian pada kontrol melebihi 20%, maka uji dinyatakan gagal dan harus diulangi.

Pembacaan hasil setelah pemeliharaan 24 jam

succeptible/rentan (kematian 98-100%), toleran atau perlu konfirmasi (kematian

80–97%), dan resisten (kematian < 80%). Apabila kematian <95% yang dilakukan pada kondisi optimum dengan besar sampel lebih dari 100 ekor nyamuk diduga kuat telah terjadi resisten.

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji t paried diperoleh bahwa nilai p= 0,000 (&lt;0,05), sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penerapan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku

Jadi, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai topik risiko produksi pada satu komoditas hortikultura yaitu bunga krisan potong di perusahaan Berkah Flora dimana alat

Kesimpulan dari penulisan tugas akhir ini adalah bahwa kebijakan mengenai penanganan pemukiman illegal dibantaran Kali Pesanggrahan adalah tanggungjawab

Sesuai petimbangan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, tujuan pemberian otonomi kepada Pemerintah Daerah adalah” untuk membentuk pemerintahan daerah

Hasil uji t menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengambilan kredit, pendapatan berpengaruh positif signifikan terhadap

Berdasarkan hasil wawancara, evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru mata pelajaran Fiqih adalah Ulangan Harian yang dilaksanakan pada tiap akhir kegiatan pembelajaran

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan gambaran mengenai realitas penerapan hubungan ilmu hukum khususnya hukum pidana dengan bidang

Pengetahuan tentang pencegahan filariasis menunjukkan tidak bermakna, tetapi nampak jelas bahwa dari pendapat responden menyatakan bahwa pencegahan yang paling tinggi adalah