• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SITUS GUNUNG PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SITUS GUNUNG PADANG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA

SITUS GUNUNG PADANG

Disusun untuk memenuhi tugas wawasan budaya nusantara Program Studi Televisi dan Film

Jurusan Seni Media Rekam

Oleh :

Risti Yuliana :14148110 Ajeng Ayu Felandani :14148143

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2015

(2)

Penelitian peninggalan megalitikum Situs Gunung Padang di Desa Karyamukti

Kecamatan Cempaka Kabupaten Cianjur Jawa Barat tetap akan dilunjutkan untuk mengetahui peradaban dan budaya manusia pada masa lampau. "Penelitian peradaban manusia masa lampau ini penting untuk diketahui karena bisa mengangkat jati diri bangsa Indonesia," kata Kepala Pusat Arkeologi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Bagyo Prasetyo usai Seminar di UI Depok, awal pekan ini. Menurut dia dilihat dari bangunan yang ada di Situs Gunung Padang ini bangsa kita pada masa lampau mempunyai budaya yang luhur dan hidup dalam bergotong royong. "Kita ini bangsa yang khas dan mempunyai budaya luhur dan bergotong royong. Ini harusnya menjadi contoh yang baik bagi kehidupan

berbansga dan bernegara saat ini," ujarnya.Ia mengatakan pihaknya telah melakukan penelitian Situs Gunung Padang itu sejak 1979 hingga 1984 dan dilanjutkan dengan penelitian-penelitian berikutnya.

Bagyo menegaskan bahwa Situs Gunung Padang merupakan punden berundak yang diperkuat dengan bongkahan batu dan menolak Situs Gunung Padang berbentuk piramida.

Menurut dia, piramida merupakan bangunan dari batu yang berbentuk limas

sementara Situs Gunung Pandang hanyalah undak tanah. "Dari Aspek morfologi merupakan punden berundak bukan piramida," katanya,Sementara itu Arkeolog Universitas Indonesia Ali Akbar mengatakan perbedaan hasil penelitian karena memang aspek yang diteliti

berbeda, jadi kalau hasilnya beda tentu saja. "Saya melakukan penelitian dibawah permukaan tanah tentunya beda dengan penelitian yang berada di permukaan tanah," ujarnya. Ali Akbar menyatakan adanya kemungkinan Situs Gunung Padang berbentu piramida seperti bentuk candi umumnya di Indonesia pada. "Jika melihat Situs Gunung Padang saat ini, hampir sama seperti bentuk Candi Borobudur yang hanya terlihat pucuknya," jelasnya Hingga saat ini pihaknya masih melakukan penelitian dan pemugaran Situs Gunung Padang untuk menemukan bentuk sebenarnya, apakah berbentuk limas atau piramida.

Menurut dia berdasarkan hasil penelitian timnya, tercatat Situs Gunung Padang terdiri atas lima teras berundak. Teras tersebut memanjang dari utara ke selatan dengan luas

bangunan 3.049,59 meter per segi dan luas tanah 17.196,52 meter per segi.

Situs Gunung Padang telah dicatat oleh N.J. Krom sejak 1914. Penelitian mulai dilakukan oleh berbagai instansi sejak 1979, misalnya oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Bandung.Pada 1998, pemerintah telah menetapkan situs ini sebagai Benda

(3)

Cagar Budaya. Status tersebut menunjukkan bahwa situs ini penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya. Pada tahun-tahun berikutnya, beberapa instansi maupun perorangan terus melakukan penelitian di situs ini. Masyarakat juga dapat berkunjung ke situs ini sebagai wisatawan.

Pada 2011, Tim Katastropik Purba yang diinisiasi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melakukan riset kebencanaan di situs ini dan menyatakan terdapat kemungkinan lapisan buatan manusia (man-made) di bawah permukaan. Peryataan tersebut mengundang perhatian media massa meskipun masih dalam jumlah terbatas.Pada 2012, Staf Khusus Presiden menginisiasi terbentuknya Tim Terpadu Riset Mandiri, dan pada 2014 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Tim Nasional Pelestarian dan

Pengelolaan Situs Gunung Padang. Hasil penelitian tim-tim tersebut, terutama Tim Terpadu Riset Mandiri, menarik perhatian para pejabat negara sampai Presiden Republik Indonesia. Media massa dan, pada gilirannya, masyarakat luas pun akhimya mengikuti pemberitaan yang luar biasa besamya jika dibandingkan berita tentang situs arkeologi lainnya.

Tim dari Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) Minggu (8/3) kembali menemukan artefak berupa makam kuno di situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Penemuan artefak ini kembali menunjukkan keajaiban situs Gunung Padang yang disebut-sebut sebagai situs peradaban tertua di dunia.

1.Situs Gunung Padang terletak di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, Cianjur, Jabar

2.Gunung Padang merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara

3.Peradaban di Situs Gunung Padang lebih tua dari peradaban Mesopotamia di Irak dan Pyramid Giza di Mesir, yang selama ini dipercaya sebagai peradaban tertua di dunia dengan usia antara 2.500 hingga 4.000 tahun Sebelum Masehi

4.Berdasarkan penelitian, situs Gunung Padang diperkirakan berusia sekitar 13.000 tahun sebelum Masehi

(4)

5.Luas situs Gunung Padang itu diperkirakan mencapai 10 kali luas Candi Borobudur di Jawa Tengah

6.Luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 dengan luas areal situs kurang lebih 25 Ha dengan tinggi 110 m

7.Keberadaan situs ini peratama kali muncul dalam laporan Rapporten van de oudheid-kundigen Dienst (ROD), tahun 1914, selanjutnya dilaporkan ilmuwan Belanda NJ Krom tahun 1949.

8.Pada tahun 1979 aparat terkait dalam hal pembinaan dan penelitian benda cagar budaya melakukan peninjauan ke lokasi situs

9.Sejak saat itu upaya penelitian terhadap situs Gunung Padang mulai dilakukan baik dari sudut arkeologis, historis, geologis dan lainnya

10.Penelitian terpadu mengenai Situs Gunung Padang dilakukan sejak November 2011

11.Bentuk bangunan punden berundak situs Gunung Padang mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu) seperti banyak dijumpai di beberapa daerah di Jawa Barat.

12.Di dalam situs Gunung Padang konon terdapat sebuah ruangan besar yang disebut-sebut berusia sekitar 10.000 tahun sebelum Masehi

13.Di kalangan masyarakat setempat, situs tersebut dipercaya sebagai bukti upaya Prabu Siliwangi membangun istana dalam semalam

14.Punden berundak Gunung Padang dibangun dengan batuan vulkanik masif yang berbentuk persegi panjang. Bangunan pundek berundak situs Gunung Padang terdiri dari lima

15.Balok-balok batu yang jumlahya sangat banyak itu tersebar hampir menutupi bagian puncak Gunung Padang

(5)

16.Penduduk setempat menjuluki beberapa batu yang terletak di teras-teras itu dengan nama-nama berbau Islam. Misalnya meja Kiai Giling Pangancingan, Kursi Eyang Bonang, Jojodog atau tempat duduk Eyang Swasana, sandaran batu Syeh Suhaedin alias Syeh Abdul Rusman, tangga Eyang Syeh Marzuki, dan batu Syeh Abdul Fuko

*Sejumlah Artefak Yang Ditemukan

1. Metal Kuno atau Logam 2. Batu Piramida Tiga Sisi 3. Tembikar Purba Mirip Pisau 4. Semen Purba

5. Batu The Rolling Stone” Gunung Padang 6. Pecahan Keramik

7. Koin Amulet Gunung Padang 8. Artefak Mirip Kujang

* Situs Gunung Padang Dan “Atlantis Yang Hilang”

Berdasarkan usia situs Gunung Padang yang disebut-sebut sebagai peradaban tertua di dunia, muncul kontroversi bahwa Situs Gunung Padang sejatinya adalah “Kota Atlantis yang Hilang” seperti ditulis filsuf Yunani Plato.

1. Salah satu peneliti yang mengungkapkan hal itu adalah Stephen Oppenheimer, seorang ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris

2. Perkiraan bahwa peradaban di bumi Nusantara sangat tua sebelumnya sudah mencuat sejak pertengahan 1990an

3. Selama ini Atlantis lebih dikenal sebagai misteri yang menggoda para ilmuwan dan kaum spritualis untuk menelisik kembali peradaban maju manusia yang konon hilang ditelan bumi.

4. Plato mencatat cerita soal benua hilang itu dalam dua karyanya, Timaeus dan Critias. Keduanya adalah karya terakhir Plato, yang ditulis pada 347 SM.

(6)

5. Dalam bukunya berjudul Eden of the East: The Drowned Continent of Southeast Asia, Oppenheimer menyatakan bahwa peradaban Indonesia 10.000 SM sudah sangat maju 6. Menurut Oppenheimer peradaban dunia berasal dari Indonesia. Menurutnya peradaban

agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikultur lain di dunia

7. Berdasarkan buku Plato, DR Danny Hilman Natawidjaja, membuat sebuah buku yang berjudul Plato Tidak Bohong, Atlantis Pernah Ada di Indonesia.

8. Namun Oppenheimer tak berani mengklaim Indonesia kuno sebagai Atlantis, negeri super maju yang dikabarkan filsuf Yunani Plato pada 360 SM

9. Senada dengan Hancock, Profesor Arysio Santos, seorang fisikawan nuklir dan ahli geologi asal Brasil dan arkeolog Indonesia Danny Hilman Natawidjaja, Ph.d meyakini Indonesia kuno adalah negeri Atlantis yang dimaksud Plato

10. Salah seorang penulis Graham Hancock justru telah memberikan sebuah hipotesis yang menyebut Gunung Padang memegang bukti penting mengenai "Kota Atlantis yang Hilang".

* Kekayaan Situs Prasejarah Nusantara

Selain situs Gunung Padang, di Indonesia terdapat puluhan situs peninggalan masa prasejarah Nusantara

1. Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan 2. Gua Babi Gunung Batu

3. Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong, Kalsel 4. Situs Cipari, Kuningan, Jabar

5. Situs Goa Pawon, Bandung, Jabar 6. Situs Cibedug, Banten

7. Situs Pangguyang an, Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat 8. Situs Pasemah di Lampung

9. Lembah Sangiran, Sragen, Jateng 10. Situs Gunungpadang Cilacap, Jateng

11. Situs Dusun Mbolu, Desa Ngepo, Tanggunggunung, Tulungagung, Jatim 12. Situs Purbakala Wajak, Tulungagung, Jatim

(7)

14. Situs Gua Perbukitan Sangkulirang, Kutai Timur 15. Situs Gilimanuk, Jembrana Bali

16. Situs Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali 17. Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, Papua

18. Situs Gua-gua Biak, Papua Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat 19. Gua Leang-leang, Sulawesi

Pada kali ini, kita lihat beberapa penemuan berupa artefak-artefak di situs mahakarya tersebut. Namun tak menutup kemungkinan akan ada banyak artefak-artefak lainnya yang masih terkubur didalamnya dan akan menambah perbendaharaan dalam artikel ini. Dengan berjalannya waktu, Timnas Peneliti Gunung Padang telah menemukan artefak-artefak di situs era megalitikum, situs Gunung Padang Cianjur, Jawa Barat.

Metal Kuno atau Logam Purba Mirip Pisau

Artefak yang mirip sebuah alat dari bahan logam ini bentuknya seperti pisau. Jika dilihat secara seksama maka benda ini seperti ada pegangannya, lalu ada bentuk tajaman

(8)

berukuran kecil. Logam purba ini ditemukan Maret 2013 lalu, pada artikel part-3 kami. Tim menemukan logam berukuran panjang 10 cm yang telah berkarat ini di lereng timur dengan kedalaman 1 meter.

Mungkin saja logam purba berbentuk pegangan ini, dulunya ada gagangnya dan tajaman pisau ini kemungkinan panjang karena terlihat sudah patah. Dengan adanya artefak ini, membuktikan bahwa warga yang tinggal di situs ini pada masa lalu, sudah mengenal budaya logam.

Dilihat dari komposisinya, yang dominan adalah “Fe” (Ferrum/Besi) dan “O” (Oksigen), dan juga masih ada Silika dan Alumunium plus Karbon dengan bentuk seperti ada rongga-rongga kecil di sekujur materialnya, maka kemungkinan besar itu adalah slug atau logam.

Artefak ini membuktikan ada campur tangan manusia yang telah menggunakan teknologi metal atau bahan logam pada masa itu yang mengacu tentang kemungkinan adanya upaya pemurnian logam atau teknologi metalurgi pada masa purba itu.

Hasil pembakaran hancuran batuan untuk mengkonsentrasikan metalnya terlihat masih tercampur dengan Clinkers (carbon) sebagai bahan pembakarnya. Temuan kandungan karbon tersebut bisa berasal dari kayu, batubara atau minyak bumi.

Sedangkan rongga-rongga yang ada di sekujur material menandakan ketika proses pembakaran, telah terjadi pelepasan-pelepasan gas seperti CO2 dan semacamnya ke permukaan material.

Berdasarkan hipotesis, besar kemungkinan sudah ada proses pembakaran hancuran batu dengan temperatur tinggi, proses pemurnian pembuatan logam pada waktu yang terkait dengan lapisan pembawa artefak tersebut.

Namun dimana lokasi teknik pembakaran itu belum diketahui, apakah dilakukan dilokasi atau dilakukan ditempat lain. Menindaklanjuti temuan logam tersebut, tim arkeologi mengecek kandungannya ke labaratorium Metalurgi dan Mineral Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Tim masih harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk memastikan dugaan kuat bahwa leluhur kita sudah mengenal teknologi metalurgi sebelum 11.500 tahun yang lalu. Selain itu, artefak tersebut membuktikan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan itu bukanlah masyarakat yang berburu dan peramu makanan.

(9)

Tim arkeolog belum memasukannya ke dalam laboratorium karena benda ini terlihat rapuh sekali, sedangkan di laboratorium, benda ini akan diperlakuan cukup banyak untuk penelitian, jadi artefak ini masih disimpan tim arkeolog. Kajian lebih lanjut atas temuan menarik artefak dari logam ini belum dirilis.

Semen Purba

Semen Purba yang ditemukan di situs Gunung Padang mampu mengikat batu-batu purba. Semen Purba adalah material pengisi diantara batu-batu kolom purba, yang punya kadar besi tinggi. Bahkan diantaranya ada batu kolom yang sudah pecah berkeping-keping, namun ditata dan disatukan lagi oleh material pengisi atau disebut sebagai Semen Purba ini, yang kami rangkum dalam artikel sebelumnya pada part-5.

Makin ke bawah “kotak gali”, semen purba ini terlihat makin banyak, dan merata setebal 2 sentimeteran di antara batu-batu kolom. Selain di kotak gali, semen purba ini juga sudah ditemukan pada tebing undak antara Teras-1 dan Teras-2, dan juga pada sampel inti bor dari kedalaman 1 sampai 15 meter dari pemboran yang dilakukan oleh tim pada tahun 2012 lalu di atas situs.

(10)

Temuan semen purba juga ditemukan saat tim geologi melakukan pengeboran di Teras-2 dan Teras-5 jauh sebelumnya, yaitu sekitar Februari 2011 silam, semen purba ini diperkirakan berusia minimal 11.500 tahun.

Artefak Mirip Kujang

Artefak ini terbuat dari batu, ditemukan dibagian selatan Teras-5 pada Sabtu (14/9/2014), dan tertimbun cukup dalam. Artefak mirip senjata khas Jawa Barat ini dinamai “Kujang Gunung Padang”. Benda ini telah diamati dan diperkirakan asli buatan manusia zaman dulu, di mana batunya dipangkas dan dibentuk pada semua permukaan lalu digerinding atau digosok, sehingga menjadi halus permukaannya.

Sebelum prasejarah, teknik tersebut sudah dikenal dan dipergunakan masyarakat luas pada masa lalu. Selain itu, bentuk benda seperti itu mungkin hanya satu-satunya di dunia.

(11)

Tahukah anda konstanta “pi” dalam matematika? Kontanta sebesar 22/7 atau 3,14 itu dipakai dalam perhitungan luas dan keliling lingkaran serta volume tabung dan bola seantero jagad hingga abad modern ini. Tim riset Gunung padang mengatakan bahwa artefak serupa kujang yang ditemukan lewat ekskavasi itu merupakan cerminan dari konstanta “pi” itu sendiri.

Konstanta “pi” dalam kujang itu bisa diketahui ketika mengukur panjang dan lebar bagian kujang yang meruncing. Bagian yang meruncing punya panjang 22 cm dan lebar 7 cm.

Kalau dihitung, 22 dibagi tujuh = pi. Hal itu mencengangkan, dan diluar yang dibayangkan tim peneliti. Luar biasa sekali. Ukuran kujang itu menunjukkan bahwa leluhur yang tinggal di Gunung Padang sudah mengenal ilmu geometri!

Kujang Gunung Padang juga punya keunikan lain, yaitu punya anomali magnetik. Kujang itu memiliki tiga sisi, namun ketiga sisi itu hanya bisa merespon kutub magnet yang sama. Sebab anomali magnetik itu belum diketahui.

Selain itu, struktur kujang ini memang unik, karena di dalam permukaannya ada kandungan metal!. Pada perbesaran 32 kali, tampak ada struktur seperti kawat.

(12)

terlihat alur serat logam sangat tipis pada permukaan kujang.

Kujang Gunung Padang ini adalah artefak pertama yang ditemukan sepanjang penggalian sejak Sabtu (14/9/2014) lalu. Namun temuan kujang sempat meragukan.

Berdasarkan pengamatan terhadap foto objek yang bersangkutan tidak tampak adanya jejak pemangkasan, baik monofasial maupun bifasial pada permukaan batu ini.

Jejak pemangkasan baik bifasial maupun monofasial dibidang permukaan batu biasanya tidak menghasilkan permukaan yang rata akan tetapi memiliki bentuk permukaan yang berbeda dengan sisi bidang yang tidak terpangkas. Permukaan batu yang rata tersebut besar kemungkinan merupakan produk dari proses pelapukan batuan.

(13)

Pada perbesaran 32 kali, struktur permukaannya kujang ada kandungan metal dan tampak ada struktur garis seperti kawat.

(14)

Pada perbesaran 32 kali, struktur permukaannya kujang ada kandungan metal dan tampak ada struktur garis seperti kawat.

Oleh karenanya, kujang ini diteliti secara intensif dan dibawa ke laboratorium di Jakarta. Artefak ini akan diteliti dengan alat yang dinamakan mikrotemografi seperti cytiscan,yang nantinya benda tersebut dimasukan ke lab untuk mencari tahu pada bagian mana artefak itu telah dimodifikasi oleh tangan-tangan manusia pada benda dimasa lalu tersebut.

Penelitian ini akan menguak, apakah pada artefak tersebut ada kemungkinan mengandung zat-zat atau material yang menempel, atau bekas tumbuhan, atau dipakai untuk menebang pohon, atau lainnya.

Untuk sementara, kujang ini diduga berasal dari masa 500 – 5.200 tahun yang lalu berdasarkan hasil penanggalan karbon pada lapisan tanah tempat penemuannya.

(15)

Peneliti Gunung Padang melakukan penyelidikan atas temuan beberapa pecahan tembikar atau gerabah yang terbuat dari tanah dan hampir semuanya ditemukan di Teras-2. Artefak itu adalah jenis artefak pertama yang ditemukan dan terbuat dari tanah liat. Beberapa tembikar atau gerabah ini menunjukan manusia sudah memiliki kemampuan untuk membuat wadah. Selain itu temuan kendi cukup banyak dalam kondisi pecah-pecah.

Benda tersebut diperiksa oleh ahli tembikar atau gerabah dan ternyata pembuatannya kala itu menggunakan teknik yang ditekan, bukan menggunakan roda putar. Untuk pembuatan tembikar atau gerabah, roda putar adalah teknik belakangan yang dipakai manusia.

Pembuatan tembikar atau gerabah Gunung Padang dengan teknik ditekan awalnya, membuktikan masa periodenya yang memang cukup tua. Dari berbagai bentuknya tim arkeolog sudah mempelajari, dan tembikar-tembikar itu ada yang seperti kendi dan piring.

Gerabah tersebut telah diidentifikasi bentuknya yakni mangkuk, tempayan, dan kendi. Gerabah-gerabah tersebut kemungkinan besar dibawa oleh peziarah yang ingin melakukan ritual di Gunung Padang.

Tim peneliti telah membuat secara simulasi kemungkinan benda itu untuk prosedur prosesi dari peziarah yang datang dari utara mengambil air untuk bersuci dengan kendi,

(16)

naik ke tangga utara dan terus hingga ke teras 1, lalu membasuh diri. Setelah membasuh diri, benda itu ditinggalkan, lalu mereka melakukan ritual berikutnya.

Pecahan Keramik

Peneliti Gunung Padang juga melakukan penyelidikan atas temuan beberapa pecahan keramik oleh seorang petani yang sedang mencangkul di lereng barat situs prasejarah Gunung Padang itu. Keramik-keramik tersebut buatan Eropa abad 19 dan China abad 16.

Peneliti yang tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri telah melihat temuan tersebut dan membuat dokumentasi, serta melakukan identifikasi awal. Dari enam fragmen keramik tersebut, dua di antaranya merupakan keramik asing. Keramik itu salah satunya diketahui sebagai keramik Eropa yang lazim diproduksi pada abad ke-19 Masehi. Keramik tersebut kemungkinan berasal dari Belanda.

Juga ada keramik China yang lazim diproduksi pada akhir Dinasti Ming, sekitar abad ke-16 Masehi. Mengenai kaitan antara keramik asing dan situs Gunung Padang yang merupakan bangunan prasejarah tersebut masih terus diteliti. Bisa jadi keramik-keramik itu adalah peninggalan para peziarah pada masa kerajaan hingga masa kolonial Belanda.

(17)

Koin Amulet Gunung Padang

Tim peneliti situs megalitikum Gunung Padang juga telah menemukan koin dengan ukiran saat melakukan pengeboran sedalam 11 meter di Teras-5 situs tersebut. Sepertinya terdapat ukiran berwujud manusia pada logam itu.

Bentuk koin ini ditemukan tengah malam 15 September 2014 lalu saat pengeboran mencapai 11 meter. Koin terangkat bor melalui saluran pembuangan limbah, sehingga koin itu berbentuk utuh tidak rusak. Coring menggunakan mata bor kecil berdiameter 5 sentimeter, disamping sisi kiri dan kanan bor ada saluran air agar memudahkan pengeboran, lalu dikeluarkan melalui saluran sisi lainnya. Di saat saluran air itu berjalan, koin itu terangkat. Sehingga bentuk koin tersebut masih sangat utuh.

Ketika arkeolog menemukan koin yang diperkirakan terbuat dari perunggu itu, tim juga kaget dengan adanya mirip wajah orang dalam koin yang ditemukan itu. Namun belum bisa dipastikan siapa wajah orang dalam koin tersebut. Bisa jadi ia adalah pemimpin pada masa itu.

(18)

Koin itu berhiaskan ukiran pada sisi luar koin, dengan motif yang disebut sebagai gawangan, yaitu motif kotak yang saling terpaut dan mengelilingi koin. Selain itu, ada pula ukiran berupa lingkaran-lingkaran kecil dengan diameter 0,11 millimeter yang berjumlah 84 buah.

Untuk usia koin, tim berpendapat bahwa koin itu berusia lebih dari 10 ribu tahun Sebelum Masehi. Bisa dibayangkan, siapa yang bisa membuat koin sedetail itu pada masa periode tersebut? Untuk usianya arkeolog akan memakai logika saja. Pada kedalaman 4 meter melalui carbon dating usianya sekitar 5200 Sebelum Masehi.

Dan pada kedalaman 11 meter uji karbon menunjukkan usia sekitar 10 ribuan tahun Sebelum Masehi. Namun hal itu masih perlu banyak bukti. Bisa jadi koin itu berasal dari zaman sesudahnya yang melakukan ritual atau berziarah, karena tim baru punya data bor dan artefak ini saja.

Namun, arkeolog lain meragukan dan mengatakan bahwa koin mirip dengan uang Belanda tahun 1945, karena koin baru mulai diciptakan 1.000 – 1.200 tahun yang lalu. Maka itu harus dipastikan uji lab yang lebih akurat, karena penanggalan karbon sangat vital dalam arkeologi.

(19)

Untuk itu, sampel koin yang ditemukan di Gunung Padang ini rencananya akan dikirim ke Betalab, Miami, Amerika Serikat untuk dilakukan uji karbon. Pengiriman sampel koin ke Amerika Serikat itu dilakukan untuk memastikan usia artefak itu karena sebelumnya, tim memperkirakan koin berasal dari masa 5.200 Sebelum Masehi.

Selama ini riset arkeologi didasarkan pada komparasi, membandingkan apa yang ada dalam peradaban kita dengan yang ada di belahan dunia lainnya. Kita tidak mau dengan komparasi, makanya akan dilakukan penanggalan karbon. Dan koin ini diduga berasal dari masa 500 – 5.200 tahun yang lalu berdasarkan hasil penanggalan karbon lapisan tanah tempat penemuannya.

Hasil Penelitian Koin Gunung Padang di Lab. Indonesia

Tim Peneliti sudah mendapatkan hasil analisa Laboratorium Metalurgi Universitas Indonesia. Hasil analisa laboratorium menunjukkan meski tembaga sebagai unsur dominan dalam koin itu, namun koin masih ada 3 unsur lain yaitu iron, timbal dan nikel ( Cu: 92,4 persen, . Pb: 3,93 persen, . Fe: 1,9 persen, . Ni: 0,09 persen) Dari komposisi Hasil lab ini untuk sementara disimpulkan koin ini bukanlah berfungsi sebagai alat tukar, melainkan semacam Amulet.

Amulet adalah bagian dari kebudayaan yang belum diungkap oleh ilmu pengetahuan dan sering dikategorikan mistik, Amulet di Indonesia memiliki akar budaya yang sudah sangat tua, turun-temurun masih ditemukan hingga kini. bentuknya bukan hanya logam tapi bisa berbentuk lain.

Pembuatan sebuah amulet yang berkualitas tidaklah mudah. Biasanya dimulai dari pemilihan material, pemilihan waktu menurut numerology, astrology , pemilihan images (semacam reliefi). Biasanya koin Amulet dipilih berdasarkan kondisi yang dianggap mewakili tingkat tertentu kemajuan peradaban yang kemudian dihormati dan dianggap suci. Karena itu simbolnya adalah manusia atau simbol hewan yang merepresentasikan kebudayaan atau teknologi maju tertentu.

(20)

Relief dalam Koin Amulet Gunung Padang masih belum dapat disimpulkan, masih dianalisa. Ada beberapa dugaan relief yang muncul menyerupai tradisi suku maya, seperti tokoh wayang semar, seperti bagian tertentu kalender Sunda Wiwitan, seperti Airlangga hingga mirip kepala manusia menghadap ke kanan menggunakan helm dan sedang menaiki kendaraan tertentu.

Warna koin logam berwarna hijau kecokelatan. Ukurannya sangat kecil berdiameter 1,7 sentimeter dan permukaanya datar. Pada koin itu terdapat lingkaran yang sangat banyak motif, seperti motif gawangan disamping lingkaran koin, lalu di dalamnya ada garis melingkar pada semua bagian koin. Uniknya garis melingkar itu ternyata berbentuk untaian lingkaran yang sangat kecil sekali, dan diameternya sekitar 0,3 milimeter dengan jumlah sebanyak 84 lubang. Lalu tebal koin ini hanya 1,5 milimeter.

Berdasarkan lokasi di kedalaman penemuan bentuk koin itu, perkirakan usianya minimal 5200 SM. Seberapa tua usia pastinya, sulit untuk memastikannya, namun bisa disimpulkan bahwa koin Amulet itu minimal berumur 5200 SM. Memang usia yang tua dari koin amulet ini apalagi dengan teknik peleburan 4 unsur termasuk Nikel ini jauh dari apa yang selama ini kita ketahui tentang logam atau metalurgi dan peleburan logam di sejarah Indonesia dan dunia.

(21)

Dalam penelitian yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang dibantu TNI Angkatan Darat pada bulan Oktober 2014 lalu ditemukan sebuah batu dengan bentuk yang unik di lorong yang ada di kedalaman 12 meter. Materi batu itu berbeda dari materi batu yang ada di sekitarnya. Ini membuktikan lorong tersebut dibangun oleh manusia. Menurut peneliti TTRM Erick Ridzky, sebuah batu lain di dinding dapat diputar-putar dan masih belum diketahui apa fungsinya. Para peneliti sepakat untuk sementara menamakan batu itu batu yang berputar atau rolling stone.

(22)

Seorang penduduk pernah menemukan yang diyakini juga sebuah artefak Gunung Padang yang terbuat dari batu. Ia adalah Juru Pelihara (Jupel) Situs Gunung Padang bernama Pak Nanang.

Dia menyerahkan temuan artefak menyerupai struktur ‘Piramida Nusantara’ itu kepadaTim Riset Terpadu Mandiri (TTRM), pada Selasa (16/9/2014). Artefak ini ditemukan Pak Nanang pada tahun 2010 lalu, dan selama ini selalu ia simpan.

Pak Nanang menyerahkan yang diduga artefak ini karena mengamati bagaimana Tim Riset memperlakukan secara serius temuan artefak-artefak sebelumnya. Kini Tim arkeologi sedang mengkaji temuan artefak itu, karena bentuk simetrisnya sangat penting dan mendekati miniatur ‘Piramida Nusantara Gunung Padang’.

Tim Arkeologi akan mengunjungi siapa yang menemukan, dimana ditemukannya dan apakah memang bagian dari artefak situs ini. Tim Riset Terpadu Mandiri mengucapkan terima kasih atas spontanitas warga setempat yang mau menyerahkan artefak ini untuk diteliti.

Semoga artefak-artefak lainnya yang mungkin selama ini telah ditemukan lalu disimpan oleh siapapun, agar menyerahkan kepada tim guna diteliti untuk menguak misteri situs megalith Gunung Padang ini.

(23)

Antara Data Laboratorium dari Opini dari Jauh

Ada semacam kekeliruan seolah-olah Tim Terpadu Riset Mandidi (TTRM) TTRM sengaja mentuakan umur situs Gunung Padang ntuk menciptaan kebanggaan bahwa ada situs lebih tua dari Piramida Giza dan peradaban lainnya. Menurut MetroTV, ini upaya mencari popularitas, mencari tanda jasa.

Kekeliruan lainnya adalah soal sengaja memodernkan peradaban di era yang tidak sinkron dengan temuan semen. Bahkan untuk kata semen saja TTRM dilarang mempergunakannya. Bahkan secara gegabah beberapa arkeolog tanpa pernah melihat temuan koin langsung membelandakan artefak yang ditemukan di kedalaman 11 meter.

Di bawah ini ditulis oleh Staf Khusus Presiden, inisiator Tim Terpadu Riset Mandiri agar tidak simpang siur dan kita bisa melihat temuan Gunung Padang dengan objektif, kami paparkan enam artefak. TTRM hanya menyampaikan informasi berdasarkan analisa dan dibantu oleh informasi laboratorium dalam dan luar negeri. Semua laboratorium tempat TTRM menguji temuan adalah laboratorium yang biasa juga dijadikan tempat para arkeolog dan geolog menguji temuan-temuan lain.

1. Di tahun 2013 spot eskavasi arkeologi DR Ali Akbar dan tim arkeolog UI menemukan

(24)

Pertama, logam sepanjang 10 cm dalam keadaan berkarat. Logam itu ditemukan di

lereng timur pada kedalaman satu meter.

Kedua, tim itu juga menemukan semacam sambungan antar batu. Temuan tim arkeologi

ini kemudian didiskusikan dengan tim geologi dan tim petrografi serta sudah diuji di laboratorium Metalurgi dan Mineral Fakultas Tekni Universitas Indonesia.

Dari hasil uji lab terdapat kandungan Fe 35, Fe 31, Si 11,95, Al 04,8, 0 42, C 0,5 yang artinya ini adalah logam hasil pembakaran batuan untuk mengkonsentrasikan metal dan kelihatannya masih tercampur dengan clinkers atau carbon.

Ini dapat dilihat dari komposisi Fe dan O yang dominan dan Silika dan Alumunium, serta Carbon. Rongga-rongga kecil di sekujur logam itu juga mengindikasikan proses pembakaran. Bahan pembakarnya bisa carbon dari kayu atau dari batubara atau dari minyak bumi.

2. Orientasi struktur batu.

Pertama, orientasi struktur batu di lereng timur adalah rebah (horisontal) timur-barat.

Sementara itu orientasi struktur batu di lereng utara adalah rebah utara-selatan. Secara alami, columnar joint di dalam tanah posisinya berdiri (vertikal). Jika columnar joint secara alami rebah, maka orientasinya akan seragam misalnya seluruhnya mengarah ke utara.

Kedua, struktur batu columnar joint yang ditemukan di kedalaman 4 meter disimpulkan

oleh tim geologi dan tim petrografi diselingi lapisan semen purba, perekat atau suar. Semen purba tersebut berfungsi sebagai perekat sehingga struktur bangunan menjadi sangat kokoh. Dari hasil lab, pada semen tersebut terdapat mono cristallin quartz, iron-magnesium oxides dan clay. Oxide mengandung hematite, magnetite, dan unsur lainnya yang bukan berasal dari pelapukan batu columnar joint.

Temuan semen purba juga didapat dari hasil bor sampling yang dilakukan oleh geolog DR. Andang Bachtiar berdasarkan sejumlah pemindaian seperti geolistrik, georadar dan lain-lain oleh DR Danny Hilman dan tim, menunjukkan sampai kedalaman 18 meter terdapat susunan batu-batu panjang berpenampang segilima (columnar joint) yang disusun manusia. Pengeboran tersebut juga menemukan semacam semen purba di antara columnar joint.

Melalui analisis yang sangat hati- hati DR. Andri S, seorang petrograf menyatakan semen tersebut bukan batuan alami melainkan adonan yang berfungsi sebagai perekat. Berdasarkan hasil uji lab komposisi semen itu terdiri dari 41 persen kuarsa mono kristalin, 45 persen oksida besi magnesium dan 14 persen lempung. Sementara oksidannya terdiri dari 11 persen hematite, 29 persen magnetite dan beberapa jenis oksida besi yang tidak spesifik sebesar 5 persen.

(25)

3. Temuan pasir halus saat coring di tahun 2012 cukup mengagetkan. Berdasarkan hasil

analisis laboratorium terhadap pasir halus ayak yang dikumpulkan pada saat pengeboran di teras 5 sampai dengan kedalaman 15 meter, diperoleh informasi bahwa pasir ayak tersebut terdiri dari konsentrat butiran kuarsa 68 persen, oksida besi magnesium 22 persen dan silikat gelas 10 persen. (lihat video Paparan Pasir halus) / hasil lab).

Menurut DR. Andang Bachtiar, tidak ditemukannya lempung atau clay dalam komposisi tersebut diinterpretasikan sebagai pasir piramid atau pyramid sand. Hasil ini, lanjutnya, diperkuat dengan analisis laboratorium difraksi X-ray. Oksida besi di semen dan pasir Piramid Gunung Padang menjelaskan adanya “proses” intervensi manusia dengan pemanasan dan pembakaran untuk memurnikan konsentrasi.

4. Temuan riset Gunung Padang yang cukup dahsyat adalah “Kujang”.

“Bentuknya seperti senjata. Ada bagian pegangan, semacam pinggang, bagian bilah yang bifacial, tajaman dibuat dari dua sisi. Benda yang ditemukan ini terbuat dari batu,” DR. Ali Akbar mendeskripsikan.

Karena menyerupai bentuk senjata tradisional kujang, DR. Ali Akbar untuk sementara ini sebagai ‘Kujang Gunung Padang”. Nama asli benda itu belum diketahui persis karena berasal dari masa prasejarah yakni suatu perioede ketika manusia belum mengenal huruf.

Periode penghunian situs Gunung Padang yang telah diketahui minimal mulai 5200 SM sampai minimal 500 Masehi. Artefak ini ditemukan di lokasi kurun waktu minimal 5200 SM. Artinya bisa saja lebih tua usianya.

(26)

Hasil pemeriksaan laboratorium mengejutkan, dan mengubah pengetahuan manusia mengenal logam. Kujang Gunung Padang memberi pesan pada dunia bahwa sudah pernah ada teknologi tinggi di bumi Indonesia yang sementara baru ditemukan di Kecamatan Cempaka, Cianjur, Jawa Barat di lokasi piramida nusantara atau bawah permukaan situs Gunung Padang.

Uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium ITB oleh DR. Bagus Endar dkk memperlihatkan bahwa artefak itu mengandung metal dan tersebar merata di seluruh artefak. Geometri artefak rumit dan unik, mengandung unsur segitiga di sepanjang artefak. Pola titik berat di sepanjang artefak sekilas terlihat berbentuk helix atau kurva helical yaitu paduan atau penjumlahan dua buah fungsi sinus yang berbeda sumbu dan berbeda fasa. DR. Didit Ontowirjo dalam penelitiannya menemukan serat seperti kawat di dalam kujang itu.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Redaktur : Taufik Rachman

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya adalah untuk menyampaikan Informasi seputar pembuatan KTP, Pada Pekon Sridadi, masyarakat yang hendak membuat KTP harus datang ke Balai Pekon untuk

74 Berdasarkan hasil plot antara Tmaks pirolisis terhadap kedalaman, dengan mengasumsi bahwa kematangan dapat tercapai pada Tmaks pirolisis 435ºC (Waples,

Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang menunjukan bahwa Sinode GPM terdapat 32 klasis dengan jumlah keseluruhan jemaat adalah yaitu 743 jemaat. Jemaat GPM

Dalam estimasi titik Bayesian obyektif dipilih prior Jeffry dan menggunakan intrinsic discrepancy loss function yang nantinya akan mempunyai pengaruh minimum dari data pada

Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar

Selain itu koordinator lapangan dapat memasukan perencanaan koordinat selanjutnya untuk surveyor sehingga dalam prosesnya terstruktur dengan baik tidak terjadi keterlambatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor yang memotivasi reporter yang berstatus mahasiswa bekerja menjadi reporter di majalah MyMagz

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan aliran fluida dalam heat exchanger sistem untai melalui simulasi ansys fluent dan menganalisa perpindahan kalor yang