• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mivida Febriani Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150, Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mivida Febriani Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150, Surabaya"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNA AN Lactobacillus plantarum DAL AM PEMBUATAN SIL ASE

DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) SEBAGAI SAL AH SATU BAHAN

PAKAN ALTERNATIF UNTUK PAKAN IKAN

Mivida Febriani

Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150, Surabaya

E-mail: f_mivida@yahoo.com ABSTRAK

Informasi tentang kandungan nutrisi dan daya cerna protein (in vitro) silase daun mengkudu sebagai salah satu bahan pakan alternatif untuk budidaya ikan sangat penting. Dalam usaha budidaya ikan, biaya pakan menyerap hingga 87% dari total biaya produksi. Di samping itu, masih adanya masalah kenaikan harga pakan dan gagal panen. Dengan demikian perlu dicari alternatif bahan pakan yang murah, mudah didapat, selalu tersedia tidak tergantung pada musim, namun masih mengandung cukup nutrisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dan kecernaan protein (in vitro) silase daun mengkudu yang difermentasi dengan bakteri Lactobacillus plantarum. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, 5 perlakuan, 3 ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut: A) daun mengkudu + 2,5% molases + 0% Lactobacillus plantarum; B) daun mengkudu + 2,5% molases + 0,5% Lactobacillus plantarum; C) daun mengkudu + 2,5% molases + 1,0% Lactobacillus plantarum; D) daun mengkudu + 2,5% molases + 1,5% Lactobacillus plantarum; E) daun mengkudu + 2,5% molases + 2,0% Lactobacillus plantarum.

KATA KUNCI: Lactobacillus plantarum, daun mengkudu (Morinda citrifolia), nutrisi PENDAHULUAN

Dalam usaha budidaya ikan, kandungan nutrisi pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan yang dibudidayakan, sangat penting untuk mencapai produksi yang tepat waktu sesuai dengan tujuan. Di lain pihak biaya pakan menyerap hampir 87% dari biaya total produksi, belum lagi adanya kenaikan harga pakan dan kegagalan panen.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam kegiatan budidaya intensif maupun semi intensif, perlu dicari bahan pakan alternatif yang mudah didapat, murah harganya, tidak bersaing dengan bahan pangan manusia, selalu tersedia/tidak tergantung musim (Ketersediaannya kontinu), dan mempunyai nilai nutrisi yang baik. Salah satunya yaitu daun mengkudu.

Tanaman mengkudu merupakan salah satu tanaman tropika yang cukup banyak ditemukan di berbagai tempat. Tanaman mengkudu ini merupakan tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan. Semua bagian tanaman mengkudu (akar, kulit, daun, buah, dan biji) mengandung senyawa metabolit sekunder yang berguna untuk pengobatan (Bangun & Sarwono, 2002).

Pada tahun 1992, buah mengkudu banyak digunakan orang untuk mengatasi berbagai penyakit. Sehubungan dengan hal tersebut di atas agar tidak bersaing dengan bahan obat untuk manusia namun masih mengandung cukup fitokimia, digunakan daun mengkudu sebagai bahan pakan alternatif bagi ikan.

Secara keseluruhan daun mengkudu mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti protein, khususnya asam amino esensial dan non esensial, vitamin, dan mineral. Effek farmakologis daun mengkudu pertama kali ditemukan oleh Raj dalam Djauhariya (2003) bahwa ekstrak kloroform daun muda mengkudu secara in vitro mempunyai aktivitas antihelmentik, cukup baik melawan cacing

Ascaris lumbricoides yang ada pada usus. Mengingat daun mengkudu kandungan serat kasarnya

(2)

mengkudu perlu diberi perlakuan untuk meningkatkan nilai gizi dan lebih mudah dicerna, yaitu dengan perlakuan fermentasi (silase daun mengkudu).

Daun mengkudu mengandung protein, khususnya asam amino (AA) esensial dan non esensial, provitamin A, vitamin, dan mineral seperti vitamin C, Se, â karoten yang dianggap sebagai antioksidan dan mempunyai fungsi mekanisme protektif.

Daun mengkudu mengandung alkaloid penting yaitu Proxeronin (jenis asam koloid yang tidak mengandung gula, asam amino atau asam nukleat dengan bobot molekul lebih dari 16.000). Xeronine adalah salah satu zat penting yang mengatur fungsi dan bentuk protein spesifik sel-sel tubuh manusia (Waha, 2001). Xeronin ini membantu memperluas lubang usus kecil sehingga memudahkan proses penyerapan makanan, memperbaiki tugas kelenjar tiroid dan timus yang penting untuk kekebalan tubuh dan perlawanan menghadapi infeksi dari luar, mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur fungsi protein di dalam sel (Saidin, 2006; Solomon, 2006 dalam Djauhariya, 2003).

Daun mengkudu juga mengandung bioflavonoid yang berperanan melindungi vitamin C dari oksidasi, sehingga meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Daun mengkudu kaya akan antioksidan (vitamin, mineral, dan enzim yang dikenal mengurangi pengembangan radikal bebas dalam tubuh yang merusak fungsi sel) dan asam ursolat (mendukung aktivitas anti tumor, mengganggu aktivitas racun, melindungi liver dari bahan kimia yang berbahaya sehingga meningkatkan sistem pertahanan tubuh, mampu merangsang apoptosis di dalam sel tumor serta mencegah transformasi maligna sel-sel normal tubuh). Asam ursolat atau kombinasi â sitosterol dan asam lemak mendukung aktivitas antibakteri dan anti inflammatori.

Kandungan nutrisi fitokimia yang ada pada daun mengkudu tidak termanfaatkan oleh ikan secara optimal jika kandungan serat kasar pada daun mengkudu tinggi. Tingginya kadar serat kasar dalam pakan, berpengaruh terhadap kecernaan nutrisi yang lain. Oleh karena itu, sebelum diaplikasikan dalam suatu formulasi pakan perlu diberi perlakuan, yaitu difermentasi (dibuat silase).

Pada prinsipnya pembuatan silase, adalah fermentasi hijauan oleh bakteri asam laktat secara an aerob. Bakteri asam laktat akan menggunakan karbohidrat yang larut dalam air (Water Soluble Car-bohydrate, WSC) dan menghasilkan asam laktat. Asam ini berperanan dalam penurunan pH silase (Ennahar et al., 2003). Selama proses fermentasi asam laktat yang dihasilkan akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Untuk menghindari kegagalan fermentasi dianjurkan melakukan penambahan bakteri asam laktat yang homofermentatif. Lactobacillus plantarum sering digunakan sebagai inokulan dalam pembuatan silase hijauan. Hal ini dikarenakan bakteri tersebut merupakan bakteri homofermentatif, menghasilkan dua asam laktat dari satu molekul glukosa, Genomenya paling besar diantara semua bakteri asam laktat dan rangkaiannya penuh (http://www.bacferm.com.au/silac/micro/micro.html). Bakteri ini memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif anaerob, mampu mencairkan gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi nitrat, toleran terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat.

Silase yang baik mempunyai ciri-ciri: warna masih hijau atau kecoklatan, rasa dan bau asam adalah segar, nilai pH rendah, tekstur masih jelas, tidak menggumpal, tidak berjamur serta tidak berlendir (Siregar, 1996). Silase memiliki beberapa kelebihan antara lain: (1) pakan lebih awet, (2) memiliki kandungan bakteri asam laktat yang berperan sebagai probiotik, dan (3) memiliki kandungan asam organik berperan sebagai growth promotor dan penghambat penyakit. Silase yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang berada dalam bahan baku yang tidak dikehendaki, namun dapat mendorong berkembangnya bakteri penghasil asam laktat (Bolsen & Sapienza, 1993). Kualitas silase dicapai ketika asam laktat sebagai asam yang dominan diproduksi, menunjukkan fermentasi asam yang efisien dan penurunan pH terjadi secara cepat. Semakin cepat fermentasi yang terjadi maka semakin banyak nutrisi yang dikandung silase dapat dipertahankan (Schroeder, 2004). Faktor yang mempengaruhi kualitas silase secara umum yaitu kematangan bahan dan kadar air, besar partikel bahan, penyimpanan pada saat ensilase dan additif. Secara khusus kualitas silase dipengaruhi oleh 1) karakteristik bahan (kandungan bahan kering, kapasitas buffer, struktur

(3)

fisik, dan varietas), 2) tata laksana pembuatan silase (besar partikel, kecepatan pengisian ke silo, kepadatan pengepakan, dan penyegelan silo), 3) keadaan iklim (suhu dan kelembaban) (Sapienza & Bolsen, 1993).

BAHAN DAN METODE

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dan kecernaan protein silase daun mengkudu yang difermentasi dengan bakteri Lactobacillus plantarum.

Penelitian ini menggunakan materi Lactobacillus plantarum, daun mengkudu, dan molases. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), lima perlakuan dengan pengulangan tiga kali.

A : daun Mengkudu + 2,5% molasses + 0,0 % Lactobacillus plantarum A : daun Mengkudu + 2,5% molasses + 0,5% Lactobacillus plantarum

C : daun Mengkudu + 2,5% molasses + 1,0 % Lactobacillus plantarum

D : daun Mengkudu + 2,5% molasses + 1,5 % Lactobacillus plantarum

E : daun Mengkudu + 2,5% molasses + 2,0 % Lactobacillus plantarum

HASIL DAN BAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH, kadar bahan kering, lemak kasar, serat kasar, energi, dan karoten di antara 5 perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Kadar abu, protein kasar, dan kecernaan protein (in vitro) di antara 5 perlakuan berbeda sangat nyata (P<0,01).

Berdasarkan Tabel 1, kadar abu, protein kasar, dan kecernaan protein di antara lima macam perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa Lactobacillus

plantarum mampu mencerna protein menjadi asam amino. Bahan kering, lemak, serat kasar, energi,

dan karoten di antara lima macam perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05), namun perlakuan D memberikan hasil yang cukup baik, terutama untuk kadar serat kasar dan karoten total. Lactobacillus plantarum mampu menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kadar karoten dari silase daun mengkudu. Menurunnya kadar serat kasar dapat meningkatkan total daya cerna nutrisi. Meningkatnya kadar karoten dalam silase daun mengkudu dapat meningkatkan manfaat

Potongan daun mengkudu

Ditambahkan molase (2,5 kg/100 kg hijauan = 2,5% dari hijauan)

Ditambahkan Lactobacillus plantarum 0,0% Lactobacillus plantarum 0,5% Lactobacillus plantarum 1,0% Lactobacillus plantarum 1,5% Lactobacillus plantarum 1,5% Lactobacillus plantarum

Dicampur sampai homogen

Disimpan selama 21 hari

Dianalisis bahan kering, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, energi, kecernaan protein (in vitro), dan karoten

(4)

silase daun mengkudu sebagai imunostimulan (meningkatkan respons proliferasi limfosit T dan B, merangsang efektor fungsi sel T dan meningkatkan makrofag, meningkatkan daya bunuh sel natural

killer dan sitotoksisitas sel T, meningkatkan produksi interkulin tertentu) dan sebagai antioksidan

(melindungi membran DNA dan komponen sel lain dari kerusakan oksidatip, melindungi organisme terhadap efek mutagenik).

KESIMPUL AN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dari lima macam perlakuan, perlakuan D (penggunaan

Lactobacil-lus plantarum sebesar 1,5%) memberikan hasil yang baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan

pakan alternatif untuk pakan ikan. Disarankan hasil pembuatan silase yang baik dilakukan uji in

vivo.

Kesimpulan

Lactobacillus plantarum dapat digunakan sebagai inokulan untuk pembuatan silase daun mengkudu

(Morinda citrifolia). Dengan demikian silase daun mengkudu dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan untuk pakan ikan. Fermentasi dapat meningkatkan kualitas nutrisi bahan yang dibuat silase. penggunaan 1,5% Lactobacillus plantarum dalam pembuatan silase daun mengkudu memberikan kualitas nutrisi yang baik terhadap kadar protein, kecernaan protein (in vitro), dan serat kasar.

Saran

Hasil silase daun mengkudu yang terbaik, sebaiknya dilakukan uji in vivo pada ikan budidaya.

Parameter A B C D E

Warna Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan

Tekstur Lunak Lunak Lunak Lunak Lunak

Jamur Sedikit, permukaan Sedikit, permukaan Sedikit, permukaan Tidak ada Sedikit, permukaan Bau Asam, manis Asam, manis Asam, manis Asam, manis Asam, manis

Suhu (°C ) 27 27 27 27 27 pH 4,26±0,03a 4,26±0,03a 4,21±0,03a 4,22±0,03a 4,23±0,03a Bahan kering (%) 87,.79±0,.77a 87,87±0,28a 88,12±0,46a 87,74±0,69a 89,20±0,52a Abu (% ) 15,85±0,47b 15,74±0,62b 16,08±0,61b 15,86±0,10b 13,21±0,26a Protein kasar (% ) 19,48±0,60b 20,02±1,15b 20,12±1,02b 20,21±0,49b 16,34±0,72a Lemak kasar (%) 4,60±0,53a 4,77±0,10a 4,91±0,37a 4,92±0,14a 4,57±0,45a Serat kasar (%) 15,06±1,15a 15,14±1,40a 15,79±1,03a 14,97±0,82a 16,59±0,47a Energi (kkal/kg) 4.388,9±100,82a 4.383,4±108,18a 4.105,6±283,50a 4.127,0±58,97a 4.286,5±204,47a Kecernaan protein (%) 83,13±0,17c 81,25±0,44b 80,36±0,38b 84,37±0,46d 76,98±0,22a Karoten (µg/g) 144,54±50,87a 139,16±22,22a 129,51±26,70a 169,09±18,33a 103,69±1,85a

Tabel.1. Hasil rata-rata kandungan bahan kering (oven), protein, lemak, serat kasar, abu, energi, karoten, dan kecernaan protein silase daun mengkudu (Morinda citrifolia).

Keterangan:

A : daun mengkudu + 2,5% molases + 0,0% Lactobacillus plantarum B : daun mengkudu + 2,5% molases + 0,5 % Lactobacillus plantarum C : daun mengkudu + 2,5% molases.+ 1,0% Lactobacillus plantarum D : daun mengkudu + 2,5% molases + 1,5% Lactobacillus plantarum E : daun mengkudu + 2,5% molases + 2,0% Lactobacillus plantarum

(5)

DAFTAR ACUAN

Bangun & Sarwono. 2002. Mengkudu (Morinda citrifolia). Sehat dengan Ramuan Tradisional. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Agro Media Pustaka. Jakarta, 66 hlm.

Djauhariya, E. 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L ) tanaman obat Potensial. Balai Penelitian Tanaman rempah dan obat. 2003. Balittro.go.id./index php?pg=penelitian & child=hasil&page.

Perkembangan Teknologi TRO, XV(1): 5.

Ennahar, S., Cai, Y., & Fujita, Y. 2003. Phylogenetic diversity of lactic acid bacteria associated with paddy rice silage as determined by 16S ribosomal DNA analysis. Applied and Environmental

Mi-crobiology, 69(1): 444-451.

Waha, M.G. 2001. Buku Sehat dengan Mengkudu. Agro Media Pustaka. Jakarta, 96 hlm.

Sapienza, A. & Bolsen. 1993. Teknologi Silase. Terjemahan Rini B.S. Martoyudo. Kansas State Univer-sity.

Siregar. 1996. Pengawetan pakan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta, 87 hlm.

Schroeder, J.W. 2004. Silage Fermentation and Preservation. Extension Dairy Speciaslist. AS-1254.// www.ext.nodak.edu/extpubs/ansci/dairy/as 1254w.htm [Februari 2008].

(6)

Gambar

Gambar  1. Prosedur  pembuatan  silase  daun  mengkudu  (Morinda  citrifolia)

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme hambatan lainnya adalah produksi kitinase, pelekatan pada dinding sel cendawan, aktivitas peroksidase, induksi ketahanan (El Gouth et al., 2003), dan

Menangis Singa Ralang terisak- isak, dia menyesali Tanjung Iran sudah rusak, dirusak orang Palembang karena Si Dayang Rindu, menangis Singa Ralang berjalan pulang ke Tanjung

Pasangan yang masih tinggal satu rumah dengan orang tua pernah mengalami masalah kecil seperti perbedaan pendapat dengan orang tua, Perempuan yang menikah

Berdasarkan hasil kajian literatur tentang hasil belajar kognitif menggunakan model pembelajaran langsung pada siswa sekolah dasar dapat disimpukan bahwa dari 15 artikel

Lebih lanjut pada Bab 1 pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

shock (kejutan kemajemukan). Eka Darmaputera menjelaskan bahwa kalau dulu agama Kristen yang bermimpi menjadi satu­satunya agama di dunia, tidak saja merasa paling benar, tetapi

cassiterite dan mineral pengotornya. DASAR PEMISAHAN JIG.. Proses jigging merupakan proses pemisahan mineral berharga dari mineral pengotornya berdasarkan perbedaan berat jenis