IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
DENGAN LEARNING TO LIFE ( L TO L) MELALUI PERSONAL WELLBEING DI SMAN 10 MALANG (SAMPOERNA ACADEMY)
Alfian Dwi Primantoro Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5 Malang
Email : [email protected]
Abstrack: Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan Program. (2) mendeskripsikan Implementasi. (3) mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. (4) mendeskripsikan evaluasi. (5) mendeskripsikan Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat. (6) mendeskripsikan upaya mengatasi hambatan dalam Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa dengan Learning to Live (LtoL) melalui Personal Wellbeing di SMA Negeri 10 Malang (Sampoerna Academy). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data dengan menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian (1) mendeskripsikan Program. (2) mendeskripsikan Implementasi. (3) mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. (4) mendeskripsikan evaluasi. (5) mendeskripsikan Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat. (6) mendeskripsikan upaya mengatasi hambatan dalam Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa dengan Learning to Live (LtoL) melalui Personal Wellbeing di SMA Negeri 10 Malang (Sampoerna Academy).
Kata Kunci : Pendidikan karakter Bangsa,Kegiatan Personal Wellbeing
Abstract: This study aims to: (1) Describe the program Personal Wellbeing, (2) Description Implementation. (3) Description Values national charakter education. (4) Describe the evaluation. (5) describe supporting and barrier factors. (6) Describe and analyze the problems and solutions in the Implementation of a national charakter education program with learning to life ( L to L) through Personal Wellbeing at SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy). Data collection techniques used in this study is the observation, interviews, and documentation. While data analysis techniques using data reduction, data display, and conclusion. Research results (1) program personal wellbeing, (2) Implementation, (3) Values, (4) evaluation, (5) describe supporting and barrier factors. (6) Solutions in the Implementation of a national charakter education program with learning to life ( L to L) through Personal Wellbeing at SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy).
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa, sesuai yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dalam alenia ke 4 menyebutkan, salah satu fungsi dan tujuan yang hendak dicapai oleh Negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tugas pendidikan yang tidak hanya terfokus pada aspek intelektual tetapi juga terfokus pada aspek sikap dan nilai (affective) dan aspek psikomotor. Sikap dan tingkah laku yang baik yang dikembangkan dalam pendidikan adalah sikap dan tingkah laku yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang tercermin dalam pandangan hidup Bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan (Continuous quality improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan,dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Pendidikan karakter harus menumbuhkan nilai-nilai filosofis dan mengamalkan seluruh karakter bangsa secara utuh dan menyeluruh. Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pendidikan karakter harus mengandung perekat bangsa yang memiliki beragam budaya dalam mewujudkan
kesadaran,pemahaman dan kecerdasan cultural masyarakat.
Sebagai sekolah yang unggulan SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy).
menerapkan kreatifitas yang dilakukan warga sekolah dalam kegiatan belajar mengajar dari intra sekolah maupun ekstra sekolah. Sehingga SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) bisa dikata sebagai lembaga sekolah yang berkualitas.SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy), adanya kegiatan ekstrakulikuler atau disebut dengan program Learning To Live (LToL) yang terdapat empat cabang, yaitu Personal Wellbeing, Creativity&Art, Community service, Global Citizanship.
Personal Wellbeing itu sendiri merupakan program Leraning To Live (LToL) dalam bidang Olah raga yang ada di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy), yang terdiri dari Kegiatan Pencak Silat, Karate, Taekwondo, Bakset,Volly, dan Futsal, yang semuanya dilakukan oleh siswa dan siswi SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy).
LANDASAN TEORI
Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui prilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter lainnya (Mulyasa, 2012: 8). Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana,serta proses
pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara (Mulyasa,2012:263).
Indikator keberhasilan program pendidikan karakter disekolah dapat diketahui
berbagai perilaku sehari-hari tertampak dalam setiap aktivitas sebagai berikut. (1) Kesadaran, (2) Kejujuran, (3) Keikhlasan, (4) Kesederhanaan, (5) Kemandirian, (6) Kepedulian, (7) Kebebasan dalam bertindak, (8) Kecermatan/Ketelitian, (9) Komitmen (Mulyasa.2012:12).
Learning to live (LtoL) merupakan bagian dari kurikulum pendidikan nasional yang menekankan pada kecakapan hidup peserta didik dalam membantu mengembangkan
kemampuan belajar, berpikir kritis, mengelola kesehatan tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Learning to Live (LtoL) juga merupakan pendidikan yang dapat memberikan bekal
keterampilan yang luas sesuai dengan keahliannya yang diberikan di sekolah, dan mampu berinteraksi antara pengetahuan yang dimilikinya sebagai unsur penting hidup lebih mandiri.
Personal Wellbeing adalah Pengetahuan yang dapat memberikan perubahan terhadap masalah-masalah lingkungan dan sosial yang mempengaruhi derajat kesehatan dan
sehat (Healthy Life Skills), memberikan kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan sosial.
METODE
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif dan mengunakan analisis dengan pendekatan induktif. Sesuai dengan pendekatan yang
digunakan, maka instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah peneliti sendiri. Lokasi penelitian ini adalah SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) yang terletak di jalan Tlogo waru, kecamatan Kedung Kandang Kota Malang.
Ada beberapa data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Data primer adalah data yang diambil dari subjek langsung dan bukan dari orang lain/dokumen. Data sekunder adalah data atau informasi yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan penulis bertindak sebagai pemakai data. pengumpulan data yang dilakukan melalui studi literatur serta pengumpulan beberapa hasil publikasi yang diterbitkan oleh instansi yang terkait langsung dengan penelitian dengan melalui observasi dan wawancara. Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2008:91) Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Keabsahan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena akan menjamin keabsahan temuan yang akan berdampak dalam pemecahan masalah yang diteliti agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya peneliti dengan melakukan uji kredibilitas (Nasution,2002:176). Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan triangulasi, ketekunan pengamatan, dan member cek. Ada beberapa tahap kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti untuk menguraikan proses pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian lapangan dan penelitian pekerjaan atau proses di lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Learning To Live (LToL) merupakan program yang dapat memberikan bekal keterampilan yang luas sesuai dengan keahliannya, dan mampu berinteraksi antara pengetahuan yang dimilikinya sebagai unsur penting hidup lebih mandiri. Banyak bidang-bidang dari Learning To Live (LToL) yang dilaksanakan di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy), yaitu: Personal Wellbeing, Creativity&Art, Community service, Global
Citizanship.
1. Program Learning To Live (LToL) melalui Personal Wellbeing di SMA Negeri 10 Malang (Sampoerna Academy)
Learning To Live (LToL) merupakan program yang dapat memberikan bekal keterampilan yang luas sesuai dengan keahliannya, dan mampu berinteraksi antara pengetahuan yang dimilikinya sebagai unsur penting hidup lebih mandiri. Banyak bidang-bidang dari Learning To Live (LToL) yang dilaksanakan di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy), yaitu: Personal Wellbeing, Creativity&Art, Community service, Global
Citizanship. Personal Wellbeing lebih menekankan difisik, Creativity&Art lebih ditekankan pada kreatifitas siswa dan seni, Community service lebih ditekankan pada Masyarakat atau bersosialisasi pada masyarakat, Global Citizanship lebih menekankan pada bentuk nyata dari sosialisasi masyarakat. Learning To Live (LToL) yang tidak seperti kegiatan ekstrakulikuler sebagaimana biasanya, kegiatan Learning To Live (LToL) tidak hanya menilai kegiatan fisik saja pada saat siswa mengikuti kegiatan, tetapi juga penilaian terhadap sikap dan
implementasi kegiatan yang mereka ikuti. Personal Wellbeing dibagi menjadi 6 cabang kegiatan yang berkaitan dengan olahraga, yaitu: 1. Pencak Silat, 2. Taekwondo, 3.Karate, 4.Basket, 5.Voly, 6.Futsal.
2. Implementasi dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa dengan Learning to Live (LtoL) melalui Personal Wellbeing di SMA Negeri 10 Malang (Sampoerna Academy)
SMA Negeri 10 Malang (Sampoerna Academy) dalam perjalanan mewujudkan visi dan misinya dan sesuai motto sampoerna Academy “ Learn Today, lead Tomorrow” telah berhasil menjadi salah satu sekolah yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan sekolah lain, khususnya pada pelaksanaan Persona Wellbeing. Kegiatan Personal Wellbeing di SMA Negeri 10 Malang (Sampoerna Academy) dilaksanakan pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu yang mulai pukul 15.45 sampai 17.15 WIB. Di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) banyak program kegiatan kesiswaan antara lain, Program Learning to Live (LtoL) yang terdiri Personal Wellbeing, Creativity&Art, Community service, Global Citizanship. Program OSIS, Young Enterpreunership Program(YEP).
1) Pencak Silat
Proses Kegiatan Personal Wellbeing bidang Pencak silat
Proses pelaksanaan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Pencak silat di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) mengacu pada kegiatan-kegiatan diawal semester, dengan di adakannya Learning to Live (LtoL) Exhibition, merupakan kegiatan awal dari pencak silat, Learning to Live (LtoL) Exhibition, mencari anggota yang mau berminat di bidang pencak silat, setelah terbentuk anggota maka kegiatan selanjutnya yaitu melakukan diklat anggota dan tes tulis.
Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Pencak silat
Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Pencak silat adalah implementasikan di masyarakat sebagai penolong ketika masyarakat membutuhkan bantuan, selain itu pencak perlu dilestarikan karena merupakan budaya bela diri yang asli Indonesia agar tidak punah dan terus berkembang.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Personal Wellbeing Pencak Silat mengembangkan nilai karakter (a) religius, peserta pencak silat sebelum melakukan latihan rutin maupun kompetisi selalui diawali dengan doa bersama, agar mendapatkan keselamatan dan kelancaran, (b) kerjasama, peserta pencak silat membatu ketika ada teman yang tidak tahu teknik pencak silat, (c) kedisiplinan, peserta pencak silat harus datang dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal, (d) percaya diri, peserta pencak silat dalam berlatih dan ikut kompetisi harus rasa percaya diri bahwa dirinya mampu bersaing dengan orang lain.
2) Taekwondo
Proses Kegiatan Personal Wellbeing bidang Taekwondo
Kegiatan taekwondo lebih diarahkan pada sebuah bela diri yang berseni, lebih menekankan pada kemampuan diri, dan juga lebih menuju pada gerakan-gerakan kaki. Ciri khas dari taekwondo yaitu pada gerakan kaki, kaki dijadikan kekuatan utama dari tekhnik yang diajarkan, setiap sesi latihan agar kaki tidak kaku siswa diajak untuk melakukan pemanasan dengan lari dan strecing untuk peregangan badan, materi yang diajarkan dalam bela diri taekwondo lebih berkenaan pada seni kaki.
Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Taekwondo
Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Taekwondo adalah bisa digunakan untuk melindungi diri sendiri, selain itu bisa melindungi orang disekitar yang membutuhkan, dimasyarakat banyak sekali kejadian kriminal yang korbannya masyarakat lemah.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Personal Wellbeing Taekwondo mengembangkan nilai karakter (a) disiplin, peserta taekwondo harus datang dengan tepat waktu ketika latihan rutin maupun kegiatan kompetisi,
(b) tegas, peserta taekwondo mempunyai ketegasan sesama teman dan tegas dalam
mengambil keputusan dalam bertanding, (c) kerja keras, peserta taekwondo harus kerja keras dalam berlatih dan ikut kompetisi, agar memdapatkan prestasi untuk sekolah.
3) Karate
Proses Kegiatan Personal Wellbeing bidang Karate
Kegiatan Personal Wellbeing cabang olah raga karate merupakan seni bela diri yang mempunyai kesamaan dengan bela diri yang lain. Sebelum latihan dimulai, siswa diwajibkan memakali seragam karate, agar siswa mempunyai semangat berlatih. Setelah itu diberi arahan tentang materi yang diberikan untuk latihan.
Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Karate
Kegiatan Personal Wellbeing bidang Karate mempunyai tujuan bersama, bela diri karate yang tidak jauh dari fisik atau perkelahian. Tetapi bela diri karate juga diajarkan untuk bersilaturahmi dengan sesama teman yang ikut bela diri karate baik disekolah ataupun disekolah lain dan membantu sesama yang saling membutuhkan pertolongan.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Nilai karakter bangsa yang ada di dalam Personal Wellbeing Karate adalah terdapat dalam isi dari sumpah karate, yang di isi terdapat nilai (a) disiplin, peserta karate harus memakai baju beladiri karate, (b) kejujuran, peserta karate ketika mendapatkan sanksi dari pelatih disuruh pust up 20 kali harus benar lari 20 kali, (c) tanggung jawab, peserta karate harus harus serius dalam mengikuti kompetisi.
4) Basket
Proses Kegiatan Personal Wellbeing bidang Basket
Materi latihan rutin yang dilaksankan pada proses kegiatan Personal Wellbeing bidang Basket sesuai dengan rencana yang disusun pada awal tahun ajaran baru yaitu dimulai
dengan doa bersama, setelah itu dilanjutkan dengan pemanasan memutar lapangan basket sebanyak 10X, selanjutnya siswa disuruh untuk lari cepat, jogging, memasukkan bola dengan berbagai tekhnik..
Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Basket
Karena setiap manusia membutuhkan olahraga. Cabang olah raga basket memiliki tujuan yang positif meningkatkan bakat dan keahlian siswa dalam olah raga basket dan memiliki banyak pengalaman dalam bermain basket, ketika nantinya mengikuti kompetisi basket sudah siap pengtahuan tentang basket dan siap mental.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Nilai karakter bangsa yang ada di dalam Personal Wellbeing basket yaitu, (a) sportifitas, peserta basket harus siap menang dan siap untuk kalah dalam berkompetisi, (b) kejujuran, peserta basket harus jujur dalam melakukan latihan rutin, ketika pelatih menyuruh lari 10 kali, (c) tanggung jawab, peserta basket harus siap diberi tugas dari sekolah untuk ikut kompetisi basket.
5) Voly
Proses Kegiatan Personal Wellbeing bidang Voly
Kegiatan Personal Wellbeing bidang Voly dilaksankan dilapangan SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy), untuk tahapan persiapan latihan hampir sama dengan olah raga yang lain, dengan diawali doa bersama, setelah itu siswa diajak untuk mengelilingi lapangan voly sebanyak 10X, dilanjutkan senam. Untuk tahapan materi voly, siswa diajak untuk melakukan pemanasan dengan menggunakan bola, seperti melemparkan bola ketemannya dan lain-lain. Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Voly
Salah satu tujuan dari kegiatan Personal Wellbeing olah raga voly adalah memberikan wadah atau fasilitas kepada siswa yang mempunyai bakat dan kemampuan dalam bermain
voly, siswa di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) merupakan siswa-siswa yang berprestasi, bukan hanya dibidang akademik tetapi dalam bidang non akademik, salah satunya prestasi dibidang voly.
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Kegiatan Voly mengembangkan karakter bangsa dengan mempunyai nilai (a) kerja keras, peserta voly harus mempunyai semangat dalam berlatih dan ikut kompetisi (b) kerja sama, peserta voly ketika berlatih harus kerjasama dalam latihan pasing, smast, blocking, (c) disiplin, peserta voly harus datang dalam latihan rutin tepat waktu (d) jujur, berkata benar ketika pelatih memberikan sanksi (e) percaya diri, peserta voly harus yakin kalau dirinya mampu bersaing dengan orang lain.
6) Futsal
Proses Kegiatan Personal Wellbeing bidang Futsal
Kegiatan Personal Wellbeing bidang Futsal merupakan kegiatan Personal Wellbeing yang baru di SMAN 10 Malang (SampoernaAcademy). Kebanyakan yang mengikuti kegiatan futsal dari siswa SMAN 10 Malang (SampoernaAcademy) yang berasal dari papua yang memberikan nuansa baru di kegiatan futsal, tetapi siswa dari jawa juga banyak yang ikut kegiatan futsal.
Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Futsal
Tujuan Kegiatan Personal Wellbeing bidang Futsal adalah menjalin kebersamaan antar teman, karena yang mengikuti kegiatan futsal berasal dari berbagai daerah sampai di ikuti siswa dari papua yang sekolah di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy).
Kegiatan Futsal terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang dikenbangkan antara lain nilai (a) kerjasama, peserta futsal dalam berlatih harus mempunyai kerjasama dalam latihan pasing sesama teman (b) tanggung jawab, peserta futsal harus siap ketika pihak sekolah menyuruh untuk ikut kompetisi futsal (c) sabar, peserta futsal harus tenang dalam bertanding ketika kedudukan skor bertanding masih kalah, (d) sportif, peserta futsal harus siap untuk menang dan kalah, mengucpkan selamat kepada yang menang ketika kalah (e) pantang menyerah, peserta futsal harus mempunyai semangat.
Nilai Karakter melalui Personal Wellbeing yang dikembangkan di sekolah mempunyai kesesuaian yang dikemukakan Mulyasa (2012:10). oleh Setiap kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan, sebagai contoh dalam kegiatan olah raga terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerja sama (team work) dan kegigihan dalam berusaha.
3. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa dengan Learning To Live (LToL) melalui Personal Wellbeing.
1. Faktor Pendukung a. Faktor Individu Siswa
Siswa-siswa di SMAN 10 malang adalah siswa-siswa pilihan dari malang dan dearah lain yang memiliki banyak prestasi dalam bidang olah raga yang haus akan prestasi. Sehingga dengan banyak prestasi yang ditorehkan siswa akan memudahkan dan mendukung berjalannya kegiatan Personal Wellbeing di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy).
b. Faktor Sarana Prasarana
SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) merupakan sekolah yang memiliki asmara sendiri untuk siswanya, semua siswa diwajibkan untuk tinggal diasrama. Dengan adanya fasilitas asrama, membuat siswa lebih fokus dalam akademis dan non akademis, siswa yang seharian untuk belajar dikelas dan untuk sore hari siswa belajar berorganisasi dan berolah raga. Lapangan Basket, lapangan
Voly, Lapangan Futsal, dan tempat dan peralatan untuk bela diri pencak silat, karate, dan taekwondo lumayan lengkap.
2. Faktor penghambat a. Faktor Individu Siswa
Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Personal Wellbeing terletak pada individu siswa. Permasalahan mengenai individu masing – masing siswa menjadi faktor yang penting dalam
mengembangkan nilai pendidikan karakter. Dengan banyaknya prestasi yang dimiliki siswa dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan di sekolah, karena semuanya di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) terwadahi dengan baik, membuat siswa mengikuti banyak kegiatan termasuk banyak ikut kegiatan di dalam Personal Wellbeing. Sehingga siswa sulit untuk memanajemen waktu sehingga berbenturan jadwal.
b. Faktor Pelatih Personal Wellbeing
Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan Personal Wellbeing terletak juga pada pelatih. Terkadang beberapa kegiatan didalam Personal Wellbeing yang antusias siswanya tinggi akan tetapi hal tersebut tidak didukung oleh pelatih Personal Wellbeing yang kurang disiplin.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Program Personal Wellbeing merupakan salah satu bagian dalam Learning To Live (LToL) yang dimiliki SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy). Personal Wellbeing lebih ditekankan pada kesehatan fisik, mental, dan sosial. Personal Wellbeing terdiri dari Pencak Silat, Taekwondo, Karate, Basket, Voly,Futsal.
2. Kegiatan Personal Wellbeing di SMA Negeri 10 Malang (Sampoerna Academy) dilaksanakan pada hari Selasa, kamis dan sabtu yang mulai pukul 15.45 sampai 17.15 WIB. Siswa tidak hanya mementingkan sisi intelektualitas, akan tetapi juga ingin
membantu para siswa untuk menggali dan mengembangkan potensi berupa keterampilan dalam olah raga.
3. Nilai – nilai pendidikan karakter yang sedikit berbeda antara Personal Wellbeing satu dengan Personal Wellbeing yang lainnya tetapi mempunyai banyak kesamaan karena berkaitan dengan olah raga. Pencak Silat untuk nilai-nilai karakternya mempunyai nilai religius yang tinggi, selain itu kerjasama, kedisiplinan, percaya diri dan kejujuran. Taekwondo untuk nilai-nilai karakternya tepat waktu (disiplin), tegas dalam mengabil sikap, dan kerja keras. Karate untuk nilai-nilai karakternya nilai kedisiplinan, jujur, dan tanggung jawab. Basket untuk nilai-nilai karakternya nilai sportifitas, kejujuran dan tanggung jawab. Voly untuk nilai-nilai karakternya kerja keras, kerja sama, disiplin, jujur, percaya diri, sportifitas, tanggung jawab, kekeluargaan. Futsal nilai-nilai karakternya nilai kerjasama, tanggung jawab, sportif, dan pantang menyerah.
4. Evaluasi atau penialian perlu dilakuakan untuk mengetahui hasil dan perkembangan peserta didik dari hasil belajar di SMA Negeri 10 Malang (Sampoerna Academy). Menyerahkan jurnal harian dan presensi untuk diproses penilaian, untuk mengevaluasi hasil semuanya dengan indikator seberapa besar siswa mengikuti kompetisi-kompetisi yang berkaitan oleh Personal Wellbeing yang dilaksanakan setiap elemen baik
tingkatan lokal maupun nasional. Dari itu semua, untuk akhirnya didata dan hasilnya di masukkan kedalam raport Learning To Live (LToL) dalam setiap semester.
5. Faktor Pendukung dan penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa dengan Learning To Live (LToL) melalui Personal Wellbeing. Faktor pendukungnya yaitu dari faktor siswa, banyak prestasi dalam bidang olah raga yang haus akan prestasi. Faktor sarana prasarana, adanya asrama untuk menampung siswa dalam menjalankan aktivitasnya disekolah, selain itu adanya perlengkapan, alat dan tempat di
masing-masing Personal Wellbeing. Faktor penghambat yaitu faktor individu siswa, setiap siswa banyak yang ikut kegiatan di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy), sehingga banyak jadwal yang bentrok. Faktor pelatih, yang banyak meninggalkan tugasnya karena sudah mendapatkan pekerjaan tetap, dan kurangnya pemahaman pelatih tentang pendidikan karakter.
6. Upaya mengatasi hambatan dalam Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa dengan Learning To Live (LToL) melalui Personal Wellbeing. Faktor siswa, dengan kesadaran siswa sendiri dalam memilih kegiatan di setiap Personal Wellbeing maupun selain Personal Wellbeing dan mana yang menjadi prioritas utama. Faktor pelatih, cara
mengatasinya maka pihak sekolah untuk mengganti pelatih lain, jika pelatih sudah tidak melatih dengan alasan sudah bekerja tetap instansi lain, pihak sekolah melalui
koordinator Learning To Live (LToL) mencari pengganti pelatih disalah satu kegiatan Personal Wellbeing.
B. Rekomendasi
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka ada beberapa rekomendasi yang berhubungan dengan implementasi pendidikan karakter pada kegiatan Personal Wellbeing.
1. Perlu adanya penambahan bidang dalam Personal Wellbeing. Yang mengajak siswa berproses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif menghasilkan pribadi cerdas. Misalnya bidang Catur.
2. Siswa harus memilih kegiatan yang ada di SMAN 10 Malang (Sampoerna Academy) sesuai bakat dan minatnya, selain itu lebih diprioritaskan pada pilihan yang utama. 3. Pihak sekolah harus merubah ulang jadwal kegiatan yang ada di SMAN 10 Malang
DAFTAR RUJUKAN
Ali,Mohamad. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi”.Bandung:Angkasa. Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills education).Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharmini. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Penelitian dan Praktek. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Asmani,Jamal Ma’mur. 2012. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press.
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Desain Induk Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional 2010. (Online),
(http://www.google.com/Desain Induk Pendidikan Karakter 2010), diakses 6 April 2013.
Direktorat Pembinaan Diklat. 2010. Pedoman Diklat Pendidikan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan Nasional UM. 2010. PPKI Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Malang: UM.
Kesuma, Dharma., Cepi Triatna. & Johar, P. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dewantara, Ki Hajar. 2004. Pendidikan.Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta:Bumi Aksara.
Nasution, S. 2002. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan. (Online), (http//www.google.com/Permendiknas No 39 Tahun 2008), diakses 3 November 2013.
Muchlas, S. & Hariyanto. 2013.Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Wibowo,Agus. 2012. Pendidikan karakter”strategi membangun karakter bangsa