• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN AKHLAK ANAK DI KOTO SALIDO PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN AKHLAK ANAK DI KOTO SALIDO PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN

AKHLAK ANAK DI KOTO SALIDO PAINAN

KABUPATEN PESISIR SELATAN

JURNAL

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

JAYANTI ASDAR

NPM:11060167

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH TINGGI KEGURU AN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(2)

PROFIL POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN

AKHLAK ANAK DI KOTO SALIDO PAINAN

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh:

Jayanti Asdar

Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Still seen their parents do not pay attention to moral development of children, namely allowing the child to use the break to sit outside rather than teach about religious values to their children, and children who do not receive the motivation of people towards the planting of religious values. The purpose of this study was to determine the development of parenting parents morals of children in Koto Salido Painan Pesisir Selatan District related to Authoritarian parenting, authoritative parenting, parenting This research is quantitative descriptive. The population is all parents in Koto Salido Painan Pesisir Selatan District totaling 320 people. Samples based on purposive random sampling technique using the formula Slovin, so the total sample of 76 people, gathering data using questionnaires, data analysis using descriptive statistics by using a percentage formula. The results showed: (1) Parenting Authoritarian against moral development of children in Koto Salido Painan Pesisir Selatan District in the category was very high at 40.79% and higher categories amounted to 59.21%, (2) Authoritarian parenting on the development of morals of children Koto Salido Painan Pesisir Selatan District in the category was very high at 38.16% and higher categories amounted to 61.84%, (3) parenting authoritarian against moral development of children in Koto Salido Painan Pesisir Selatan District are at very high category by 35 , 53% and higher categories amounted to 64.47% and (4) parenting authoritarian against moral development of children in Koto Salido Painan Pesisir Selatan District in the category was very high at 39.47% and 60.53% of the high category.

Keywords; parenting parent, character development

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan lingkungan

pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak pendidikan keluarga lebih menekankan aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelanggaraan pendidikan keluarga bersifat individual sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing-masing. Ada keluarga yang dalam mendidik anak-anaknya mendasarkan pada kaidah-kaidah agama untuk menjadikan anak-anaknya orang yang saleh dan senantiasa takwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Fatimah, 2006;175.

Ada pula yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya berorientasi pada kehidupan sosial ekonomi dengan tujuan menjadikan anak-anaknya orang yang produktif dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam keluarga, anak berkedudukan sebagai anak didik, sedangkan orangtua sebagai pendidiknya.

Penyelenggaraan pendidikan keluarga secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga pola, yaitu pendidikan otoriter, pendidikan demokratis dan pendidikan liberal. Pendidikan otoriter dan pendidikan demokratis, anak senantiasa harus mengikuti apa yang telah digariskan oleh orangtuanya. Pendidikan yang becorak liberal, anak-anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita-cita pendidikannya. Keluarga-keluarga di Indonesia umumnya mengikuti corak pendidikannya yang demokratis. Menurut Desmita (2012:144) salah satu aspek penting dalam hubungan orangtua dan anak adalah gaya pola asuh orangtua yang diberikan kepada anak. Dari pendapat di atas pola asuh orangtua dalam mendidik anak dalam rumah tangga sangat penting, karena dalam rumah tanggalah seorang anak mula-mula memperoleh bimbingan dan pendidikan dari orangtua seperti pola asuh yang diberikan. Menurut Baumrind (Silalahi, 2010:8-9) gaya pola asuh orangtua ada empat tipe yaitu: 1) pola

(3)

asuh orangtua otoriter, 2) pola asuh orangtua otoritatif, 3) pola asuh orangtua permisif, 4) pola asuh orangtua uninvolved. Dari penjelasan di atas tipe pola asuh orangtua sebagai berikut:

a. Pola asuh orangtua otoriter yaitu: orangtua membatasi dan menghukum, perintah bukan dipertanyakan. Sehingga anak menjadi cemas terhadap perbandingan sosial, dan kemampuan berkomonikasi yang buruk. b. Pola asuh orangtua otoritatif yaitu: orangtua

mendorong kemandirian pada batasan tertentu. Hangat dan penuh lingkungan sehingga anak mampu berkompeten secara sosial, mampu bergantung pada diri sendiri bertanggung jawab secara sosial.

c. Pola asuh orangtua permisif yaitu: orangtua yang sedikit terlibat kehidupan anak. Orangtua tidak menyadari apa yang dilakukan anak sehingga anak menjadi cemas terhadap perbandingan sosial, kurang inisiatif, kemampuan komonikasi yang tidak baik.

d. Pola asuh orangtua uninvolved yaitu: pola asuh orangtua uninvolved merupakan pola asuh yang paling buruk dari ketiga pola asuh di atas, karena orangtua tidak memiliki kontrol terhadap anak sama sekali, orangtua yang membiarkan apa yang dilakukan oleh anak.

Syaiful (2014:67) menjelaskan “dalam keluarga orangtua bertanggung jawab memberikan pendidikan kepada anaknya dengan pendidikan yang baik berdasarkan nilai-nilai akhlak, spritual yang luhur namun sayangnya tidak semua orangtua dapat melakukanya.” Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan banyak orangtua yang menuntut prilaku dari anaknya yang baik namun pola asuh yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sejalan dengan pendapat di atas Ady W. (2010:42) menjelaskan “mereka menuntut anak berprilaku sesuai dengan standar mereka, yang seringkali tidak masuk akal kalau dibandingkan dengan usia anak. Akibatnya anak menjadi tertekan, cemas, takut, dan menjadi bermasalah.”

Menurut Jalaluddin (Freud 2012:69) bahkan menempatkan orangtua sebagai sosok

yang memiliki peran penting dalam

menumbuhkan akhlak pada anak. Keberagamaan anak akan sangat penting ditentukan oleh orangtua dalam menumbuhkan rasa dan sikap keberagamaan seorang anak. Dalam pandangan anak terhadap orangtua demikian kuat dan berpengaruh hingga ikut menumbuhkan citra dalam dirinya.

Demikian juga peneliti lihat dilapangan di Koto Salido Painan, belum terlihatnya orangtua menanamkan akhlak kepada anaknya, dan ada juga yang tidak acuh terhadap akhlak, meski

orangtua yang memberikan motivasi dalam menanamkan akhlak kepada anaknya. Banyak terlihat orangtua menggunakan waktu istirahat untuk duduk diluar daripada mengajarkan tentang nilai akhlak kepada anaknya, dan juga anak yang tidak menerima motivasi dari orang terhadap penanaman akhlak.

Berdasarkan hasil observasi peneliti lakukan pada hari Kamis tanggal 3 Desember 2015 di Koto Salido, terlihat bahwa beberapa orangtua di Koto Salido umumnya keras kepada anaknya untuk menyuruh melakukan shalat, dan akhirnya anak mereka merasa terpaksa untuk melakukan shalat karena orangtua yang melakukan tindakan keras kepada anaknya. Ada juga orangtua di Koto Salido yang kurang hormat terhadap orangtuanya sendiri dan orang lain sehingga anak juga kurang menghormati orangtuanya, termasuk nenek dan kakeknya sendiri. Selain itu, anak juga terbiasa tidak menghormati teman-temanya, baik di sekolah maupun dalam lingkungan tempat tinggal.

Tujuan dari penelitian ini adalah:1) Mengetahui pola asuh authoritarian terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan, 2) Mengetahui pola asuh authoritative terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan, 3) Mengetahui pola asuh neglectful terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan dan 4) Mengetahui pola asuh indulgent terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua di Koto Salido Painan Pesisir Selatan yang berjumlah 320 orang. Sampel ditentukan dengan teknik purposive random sampling menggunakan rumus dari Taro Ramane, sehingga sampel didapatkan sebanyak 76 orang.

Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisa data penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian secara umum adalah: 1. Pola asuh authoritarian terhadap

perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan

Pola asuh authoritarian terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat tinggi sebesar 40,79% dan kategori tinggi sebesar 59,21%.

(4)

Pola asuh orangtua Authoritarian, merupakan gaya pola asuh yang membatasi anak, orangtua yang mengendalikan anak dengan verbal dan orangtua yang memberikan hukuman jika anak melakukan kesalahan. Orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghargai kerja keras dan usaha. Misalnya, dalam perbedaan pendapat untuk melakukan sesuatu, orangtua authoritarian akan berkata, “awas! lakukan saja seperti ayah. Jangan membantah.” Pola asuh dari orangtua yang authoritarian diasosiasikan ketidak mampuan anak secara sosial. Anak dari orangtua yang authoritarian sering kali gagal untuk memulai aktivitas, memiliki kemampuan komunikasi yang buruk dan membandingkan dirinya dengan orang lain (Diana dalam Laura, 2010:172-173). 2. Pola asuh authoritative terhadap

perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan

Pola asuh authoritative terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat tinggi sebesar 38,16% dan kategori tinggi sebesar 61,84%.

Pola asuh orangtua authoritative, orangtua memberikan penjelasan yang masuk akal kepada anak dalam mengambil keputusan, orangtua membimbing mengarahkan anak tanpa memaksa kehendak mereka dalam mengambil keputusan, adanya kesempatan anak untuk berpendapat. Seorang ayah yang authoritative mungkin akan merangkul anaknya dan berkata dengan cara yang menyenangkan, “kamu tahu seharusnya kamu tidak boleh melakukan hal itu; mari kita bicarakan apa yang sebaiknya yang kamu lakukan lain kali”. Anak-anak dengan orangtua yang authoritative cenderung lebih kompeten bersosialisasi, mampu bergantung pada dirinya sendiri dan bertanggung jawab secara sosial. Kemudian dijelaskan Lestari (2012:49) Pola asuh yang bersifat otoritatif. Orangtua mengarahkan perilaku anak secara rasional, dengan memberikan penjelasan terhadap maksud dari aturan-aturan yang diberlakukan. Orangtua mendorong anak untuk mematuhi aturan dengan kesadaran sendiri. Di sisi lain, orangtua bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan pandangan anak. Orangtua menghargai kehadiran anak dan kualitas kepribadian yang dimiliki sebagai keunikan pribadi (Diana dalam Laura, 2010:172-173).

3. Pola asuh neglectful terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan

Pola asuh neglectful terhadap

perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat tinggi sebesar 35,53% dan kategori tinggi sebesar 64,47%.

Pola asuh orangtua neglectful, merupakan gaya pola asuh dimana orangtua tidak memiliki kontrol terhadap anak dan orangtua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Tanyakan pada orangtua. “Sekarang sudah pukul 10 malam. Apakah anda tahu di mana anak anda?” dan jawaban yang paling mungkin mereka berikan adalah, “ tidak”. Akan tetapi, anak- anak akan mmiliki kebutuhan yang kuat atas perhatian orangtua mereka. Anak-anak dengan orangtua neglectful mungkin merasa bahwa ada hal lain dalam kehidupan orangtua dibandingkan dengan diri mereka. Anak-anak dengan orangtua neglectful cenderung kurang mampu bersosialisasi, buruk dalam hal kemandirian dan terutama menunjukan kendali diri yang buruk (Diana dalam Laura, 2010:172-173).

4. Pola asuh indulgent terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan

Pola asuh neglectful terhadap

perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat tinggi sebesar 39,47% dan kategori tinggi sebesar 60,53%.

Pola asuh orangtua indulgent, merupakan gaya pola asuh dimana orangtua terlibat dengan anak mereka namun memberikan hanya sedikit batasan pada anak mereka. Orangtua yang demikian membiarkan apa yang dilakukan oleh anak. Beberapa orangtua sengaja membesarkan anak mereka dengan cara demikian, karena mereka percaya kombinasi keterlibatan yang hangat serta sedikit batasan akan menciptakan anak yang kreatif dan percaya diri. Namun, anak-anak dengan orangtua indulgent sering kali memiliki kompetensi sosial yang buruk. Mereka sering gagal untuk belajar menghargai orang lain, selalu berharap mendapatkan apa yang mereka inginkan dan sulit mengendalikan prilaku mereka (Diana dalam Laura, 2010:172-173)

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan secara umum Pola pasuh orangtua terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan yaitu melalui pemberian intrumen yang berisikan item-item pernyataan yang dijawab langsung oleh orangtua, diperoleh hasil yang menggambarkan kondisi Pola asuh orangtua di Koto Salido Painan yaitu, bahwa dari 76 orang orangtua yang dijadikan sampel terdapat 29 orangtua yang terkategori sangat tinggi atau melakukan pola asuh sangat tinggi yaitu memiliki pola asuh authoritarian, authoritative, neglectful dan indulgent. Terdapat 47 orangtua yang terkategori tinggi atau melakukan Pola asuh orangtua baik dengan dipersentasekan 61,84%.

Darajat, (1995: 47) orangtua pasti mempunyai kiat-kiat tersendiri dalam meningkatkan pengaruh penanaman nilai agama

(5)

anak, ini dimungkinkan karena keluarga satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan latar belakang dalam bidang pendidikan. Dalam sebuah keluarga tingkat pendidikan yang dimiliki oleh orangtua mempunyai dampak terhadap pengaruh pendidikan agama seorang anak, ini dimungkinkan karena setiap orangtua dalam sebuah keluarga mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam mendidik anak mereka karena tingkat pendidikan yang berbeda. Tentunya dalam penanaman nilai agama pada anak ada sebuah perbedaan pendekatan yang dilakukan orangtua dalam keluarga yang pendidikan lebih tinggi, dibanding dengan orangtua dalam keluarga yang hanya berpendidikan rendah. Bisa dilihat bahwa dengan suasana keluarga yang mendukung maka proses untuk meningkatkan penanaman nilai agama pada anak semakin mudah. Anak mulai mengenal agama lewat pengalamannya melihat orangtua melaksanakan ibadah, mendengarkan wahyu Allah SWT, dan kata agama yang mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan. Pada periode ini anak masih berada di bawah pengaruh lingkungan rumah tangga atau keluarga. Pendidikan agama yang merupakan pendidikan dasar itu harus dimulai dari rumah tangga itu sendiri yaitu dari orangtua.

Terkait dengan perkembangan akhlak anak, Asmaran (2002:109) menyatakan akhlak yang dituntut untuk memelihara sendi-sendi agama dalam pandangan Allah bukanlah semata-mata mengetahui bahwa berkata benar itu suatu keutamaan, dusta suatu perbuatan buruk. Bukan pula sekadar pandai bercerita tentang akhlak dan tahu menuduh orang lain tidak berbudi, tetapi akhlak itu adalah karakter, moral, kesusilaan dan budi baik yang ada dalam jiwa dan memberikan pengaruh terhadap perbuatan.

Arza dkk (2000: 168-176), objek atau sasaran akhlak terdiri atas tiga, yaitu sebagai berikut.

1) Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah yang pertama adalah beribadah, beribadah yaitu mengerjakan semua hal yang positif dengan niat karena Allah. Dengan melihat definisi tersebut, beribadah dalam penelitian ini meliputi menepati janji, memelihara kesucian lahir dan batin(memelihara diri dari perbuatan zina), menolong orang, mendengarkan bacaan Al Qur’an. Akhlak yang kedua adalah berzikir, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Akhlak yang ketiga adalah berdoa, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa

merupakan inti ibadah, karena doa

merupakanpengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan

akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.

Akhlak kepada Allah yang keempat adalah tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan (Depag, 1989: 330). Akhlak yang kelima adalah tawaduk, yaitu rendah hati di hadapan Allah, dengan bertawaduk karena Allah, Allah akan memuliakannya.

2) Akhlak kepada Manusia

Akhlak kepada manusia dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a) Akhlak Kepada Diri Sendiri

Akhlak kepada diri sendiri yang pertama adalah sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Akhlak yang kedua adalah syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Orang yang bersyukur terhadap nikmat Allah akan ditambah nikmat yang diterimanya.

b) Akhlak kepada Ibu-Bapak

Akhlak kepada Ibu-Bapak adalah berbuat baik kepada keduanya (birrul walidain) dengan ucapan dan perbuatan (Depag, 1989: 654). Allah menyuruh manusia untuk berbakti kepada ibu-bapak dengan cara menghayati pengorbanan yang diberikan ibu ketika mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik anaknya. Karena itu doa yang diajarkan Allah untuk orangtua diungkapkan sedemikian rupa dengan mengenang jasa mereka. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain, menyayangi dan mencintai, bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, sertamenyantuni mereka.

c) Akhlak kepada Keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah

mengembangkan kasih sayang diantara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Komunikasi dalam keluarga diungkapkan dalam bentuk perhatian baik melalui kata-kata, isyarat-isyarat maupun perilaku atau tindakan. Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Pendidikan yang ditanamkan dalam keluarga akan menjadi peran utama bagi anak dalam menghadapi pengaruh yang akan datang kepada mereka di luar rumah. Dengan dibekali nilai-nilai kebaikan dari rumah, anak-anak dapat menjaring segala pengaruh yang datang kepadanya.

3) Akhlak kepada Lingkungan Hidup

Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga

(6)

kepada alam dan lingkungan hidup (Depag, 1989: 508). Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam. Kekayaan alam yang berlimpah disediakan Allah untuk disikapi dengan cara sepantasnya kepada alam, serta melarang segala bentuk perbuatan yang merusak alam. Alamdan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberikan manfaat yang berlipat-lipat, tetapi sebaliknya alam yang dibiarkan merana atau hanya diambil manfaatnya akan mendatangkan petaka bagi manusia. Berdasarkan penjelasan di atas tentang wujud nilai-nilai Islam atau ajaran Islam, dapat disimpulkan bahwa wujud nilai-nilai Islam atau ajaran Islam secara garis besar dibagimenjadi tiga, yaitu akidah ibadah, dan akhlak. Ketiga nilai-nilai Islam tersebut merupakan undang-undang (peraturan) yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada para Nabi/Rasul untukditaati dalam rangka memelihara keselamatan, kesejahteraan dan perdamaian yang berguna bagi manusia. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya guru dalam mengembangkan bakat peserta didik di Sekolah Dasar Negeri 02 Simpang Ampek Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat sebagai berikut:

1. Gambaran Pola asuh authoritarian terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat tinggi sebesar 40,79% dan kategori tinggi sebesar 59,21%.

2. Gambaran Pola asuh authoritarian terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat tinggi sebesar 38,16% dan kategori tinggi sebesar 61,84%.

3. Gambaran Pola asuh authoritarian terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat tinggi sebesar 35,53% dan kategori tinggi sebesar 64,47%.

4. Gambaran Pola asuh authoritarian terhadap perkembangan akhlak anak di Koto Salido Painan Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat tinggi sebesar 39,47% dan kategori tinggi sebesar 60,53%.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukaan di atas maka peneliti memberikan saran bagi:

1. Diharapkan pada orangtua untuk lebih

memperhatikan pola asuh agar

perkembangan akhlak semain baik dan anak memiliki bekal dalam menjalani kehidupan. 2. Diharapkan kepada orangtua untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak di rumah, terutama waktu belajar, lingkungan tempat belajar .

KEPUSTAKAAN

Ady W. Gunawan. 2010. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia.

Asmaran AS. 2002 Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Departemen Agama RI

Darajat, Zakiah. 1995. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bitang

Depag RI, Pedoman Khusus Aqidah Akhlak, 1989. Jakarta: Depag RI

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan:

Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia

Laura, King, A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. (Jakarta, Salemba Humanika

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga Edisi Pertama. Jakarta: Kencana

Silalahi, Karlinawati. 2010. Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika zaman. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Syaiful, Bahri Djamarah. 2014. Pola Asuh Orangtua dan Komunikasi dalam Keluarga: Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Ini menunjukkan tahap kefahaman pelajar tentang kepentingan penasihat akademik kepada pelajar-pelajar adalah tinggi dengan persetujuan responden sebanyak 84.0%, manakala

important, language that indexes women and terms expressing ideas that are considered particularly appropriate for women in advertisements, even without the gender markers and

Sedangkan sasaran pendidikan lanjutannya adalah remaja di Kota Tasikmalaya melalui penyebaran virus toleransi oleh kader KORAN (Komunitas Remaja Toleran)

Pengolahan data yang dilakukan menunjukkan kemampuan citra satelit Terra MODIS dalam mengekstrak parameter suhu permukaan yang berguna untuk mengidentifikasi titik api,

Berdasarkan bagan pada Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Tahap pertama : analisis dan pengumpulan data, di mana pihak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu filtrasi berpengaruh terhadap kemampuan membran menahan etanol, meskipun membran selulosa ester kurang sesuai untuk meningkatkan

Berdasarkan pola hubungan antara jenis anemon dengan ikan badut ( Amphiprioninae ) di perairan daerah Pulau Pucung Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau maka

Penilaian nasabah terhadap feedback berupa manfaat positif yang didapat setelah mengikuti gathering dan event yang diselenggarakan Treasury Group di Kanwil VII Pada tabel