Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas
Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam
menggunakan Adsorben Zeolit
Ika Sri Hardyanti
1, Dyan Septyaningsih
2, Isni Nurani
3Emas Agus Prastyo Wibowo
4Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang1 ,2,3,4
Abstrak
Proses ekstraksi minyak nilam yang dilakukan oleh sebagian produsen minyak nilam di Indonesia masih sederhana dan belum benar, sehingga kualitas minyak yang dihasilkan belum maksimal ditandai dengan warna gelap karena kandungan zat pengotor. Akibatnya, harga jual minyak nilam turun. Padahal 90% pasokan minyak nilam dunia berasal dari Indonesia. Proses adsorbsi dapat digunakan untuk memurnikan minyak nilam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kefektivan zeolit sebagai adsorben untuk memurnikan minyak nilam dari zat pengotor. 10 ml sampel minyak nilam diadsorbsi menggunakan zeolit teraktifkan sebanyak 1 gram. Proses pengadukan dilakukan selama 2 jam sampai zeolit larut sempurna dalam minyak nilam. Setelah larut lalu disaring dan dimasukkan ke dalam beakerglass. Filtrat hasil pemurnian selanjutnya dianalisis menggunakan Gas
Chromatography (GC) di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian secara
visual yaitu perubahan warna sampel dari coklat gelap menjadi kuning jernih. Perubahan warna menunjukkan bahwa zat-zat pengotor dalam sampel terikat oleh zeolit menjadi residu dan filtrat pun menjadi jernih. Zeolit memiliki permukaan luas yang dapat mengadsorbsi zat pengotor pada minyak nilam, sehingga kadar zat pengotor tersebut turun. Hasil analisis menggunakan Gas Chromatography (GC) yaitu fraksi patchouli alkohol terdapat pada waktu retensi 27,806 dengan kadar patchouli alcohol sebesar 22,98869 %. Puncak patchouli alkohol dalam kromatogram minyak nilam terletak pada akhir kromatogram. Hal ini menunjukkan bahwa patchouli alkohol merupakan komponen yang memiliki titik didih relatif tinggi dalam minyak nilam sehingga memiliki daya fiksasi tinggi terhadap bahan pewangi lain yang membuat aroma wangi menjadi tahan lama.
Kata Kunci: adsorben, ekstraksi, filtrat, minyak atsiri
1. Pendahuluan
Minyak atsiri diperoleh dari proses ekstraksi berbagai tanaman seperti cengkeh, mawar, kenanga, pinus, dan nilam. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting sebagai komoditi ekspor Indonesia dan menyumbang devisa sekitar 60% dari total ekspor minyak atsiri nasional (Mahfud, 2012).
Indonesia merupakan produsen minyak nilam terbesar di dunia selain Cina, Malaysia, dan Brazil. Sumber dari Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia menyebutkan, produksi minyak nilam Indonesia tahun 2011 hanya mampu mencapai 800 ton, pada tahun sebelumnya mampu memproduksi 1.000 ton. Sedangkan kebutuhan minyak nilam dunia sebanyak 1.500 ton per tahun, dari jumlah itu sebanyak 70 persen dipasok oleh Indonesia (Sariadi, 2012).
Minyak nilam mulai menjadi komoditi yang banyak dicari karena mengandung Patchouli
oil, suatu jenis minyak atsiri yang fungsinya dalam
industri sabun, kosmetika, dan parfum yang memiliki daya fiksasi atau daya ikat yang tinggi terhadap bahan pewangi sehingga dapat mengikat
aroma wangi serta mencegah penguapan zat pewangi agar tahan lama. (Krismawati, 2005).
Usaha ekstraksi minyak nilam telah banyak dilakukan masyarakat Indonesia baik skala kecil ataupun menengah. Namun, produsen minyak nilam Indonesia masih menemui banyak kendala terkait rendemen, lama proses ekstraksi, serta mutu hasil ekstraksi yang masih rendah. Hal ini karena teknik ekstraksi yang dilakukan masih sederhana, selain itu penanganan hasil setelah produksi belum dilakukan secara maksimal. Produsen minyak nilam di Indonesia masih memanfaatkan peralatan seperti drum-drum bekas dalam proses produksinya sehingga minyak nilam yang dihasilkan mengandung unsur-unsur logam seperti besi, mangan, magnessium, tembaga, plumbum, dan seng. Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna
kehitaman atau sedikit kehijauan akibat
kontaminasi logam Fe dan Cu. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode-metode yang dapat meningkatkan kualitas minyak nilam dari proses ekstraksi tersebut. (Hernani, 2006).
Beberapa hal yang dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan kualitas minyak nilam, antara
Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
393
lain adalah proses pembudidayaan tanaman nilam, teknik distilasi dan peralatan yang digunakan, perlakuan bahan baku, serta proses pemurnian minyak nilam. Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa metode pemurnian minyak atsiri yang dikenal adalah pemurnian secara kimia, pemurnian secara fisika ataupun kedua-duanya. Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Untuk proses secara kimia bisa dilakukan dengan 1) adsorpsi menggunakan adsorben tertentu seperti zeolit, bentonit, atau arang aktif 2) menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring, sifat kelarutan dalam alkohol encer, kestabilan dan daya simpan dari minyak, serta 3) mereaksikan dengan larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat, asam tartarat (Harunsyah, 2011).
Salah satu pemurnian yang efektif yaitu dengan menggunakan zeolit. Penggunaan zeolit
bertujuan untuk menyerap (mengadsorpsi)
komponen-komponen bahan pengotor dalam
minyak atau senyawa trigliserida. Beberapa
penelitian yang berhubungan dengan proses adsorpsi telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain yaitu tentang proses adsorpsi minyak goreng bekas dengan adsorben zeolit (Widayat dan
Haryani 2006), peningkatan kualitas minyak
nilam menggunakan adsorben γ-alumina dengan sistem flow (Nur Fitria Nila Wati), dan peningkatan kualitas minyak nilam menggunakan bentonit (Sariadi 2012).
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui kefektivan zeolit sebagai adsorben untuk memurnikan minyak nilam dari kandungan zat pengotor.
2. Metode
Metode yang digunakan adalah mixed-methode. Metode kualitatif dengan uji warna dan metode kuantitatif dengan analisis Gas Chromatography (GC).
2.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan metode eksperimen untuk menganalisis minyak nilam yang belum dan yang sudah diperlakukan dengan zeolit teraktifkan. Sampel dalam penelitian ini adalah minyak nilam sebanyak 10 ml. Variabel yang diteliti adalah kadar patchouli alkohol. Jalannya penelitian yaitu menganalisis kadar
patchouli alkohol dalam minyak nilam setelah
diberi zeolit. Minyak nilam sebagai sampel
diambil gambarnya untuk mengetahui warna sebelum dianalisis. Kemudian minyak nilam
diadsorbsi menggunakan zeolit yang telah
teraktifkan sebanyak 1 gram. Proses pengadukan
dilakukan selama 2 jam sampai zeolit larut sempurna dalam minyak nilam. Setelah larut, larutan disaring dan dimasukkan ke dalam
beakerglass. Minyak nilam diambil gambarnya
lagi untuk mengetahui perubahan warna setelah diadsorbsi zeolit teraktifkan.
2.2 Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan analisis Gas
Chromatography (GC) di Laboratorium Kimia
FMIPA Unnes. Analisis GC dipilih karena dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Melalui analisis GC dapat diketahui kadar
patchouli alkohol dalam minyak nilam dengan
tingkat ketelitian yang baik.
3. Hasil dan Pembahasan
Zeolit alam mempunyai bentuk kristal sangat
teratur dengan rongga-rongga yang saling
berhubungan ke semua arah. Namun, karena zeolit berada di alam, rongga-rongganya terisi oleh ion-ion logam, molekul air, dan pengotor lainnya. Pengotor-pengotor tersebut dapat dihilangkan dengan mengaktivasi zeolit menggunakan HCl 6 N. Aktivasi zeolit dengan asam akan melarutkan beberapa logam alkali seperti Ca2+, K+, Na+, Mg2+ yang menutupi sebagian rongga, sehingga zeolit lebih berpori dan permukaannya lebih aktif. (Aryani, 2003)
Minyak nilam mengandung senyawa patchouli alkohol yang merupakan penyusun utama dalam minyak nilam. Kadar patchouli alkohol mencapai 50-60%. Patchouli alkohol merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, tetapi senyawa ini larut dalam eter, alkohol, atau pelarut organik lainnya. Mempunyai titik didih
280,370C dan kristal yang terbentuk memiliki titik
leleh 560C (Yanyan, 2004). Pengamatan yang
dilakukan pada tahapan analisa adalah perubahan warna dan persentase kadar patchouli alkohol.
3.1 Perubahan Warna
Perubahan warna dilakukan melalui pengamatan secara visual menggunakan mata terhadap sampel minyak nilam dengan jarak pandang kurang dari 20 cm. Warna sampel awal adalah coklat gelap, sedangkan warna sampel setelah diberi zeolit teraktifkan dan sebelum diaduk adalah coklat gelap. Warna ini dipengaruhi oleh warna zeolit tersebut. Pada 30 menit pertama pengadukan, warna sampel menjadi coklat muda, setelah 60 menit pengadukan warna sampel mengalami perubahan menjadi kuning tua. Artinya, zeolit sudah mulai mengadsorbsi zat-zat pengotor dalam sampel minyak nilam. Proses perubahan warna dari kuning tua menjadi kuning jernih terjadi dalam kurun waktu 60 menit sampai 120 menit. Hasil pengamatan ini menunjukkan
bahwa zeolit teraktikan mulai mengubah warna sampel minyak nilam mulai 30 menit pertama dan konstan pada kurun waktu 60 menit sampai 120 menit.
Gambar 1. Sampel Minyak Nilam Sebelum Ditambah Zeolit
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 2. Sampel Minyak Nilam Saat Ditambah Zeolit (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 3. Sampel Minyak Nilam Setelah Ditambah Zeolit, Diaduk dan Disaring
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
3.2 Kadar Pactholi Alkohol (PA)
Gambar 4. Hasil Analisis GC Sampel Minyak Nilam (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Hasil isolasi patchouli alkohol dan analisis gas kromatografi dinyatakan dalam 2 parameter, yaitu waktu retensi (menit) dan konsentrasi (%). Waktu retensi merupakan angka spesifik dari masa interaksi antara molekul senyawa di dalam kolom kromatografi. Angka tersebut merupakan indikator kualitatif dari senyawa tersebut pada kondisi
tertentu. Konsentrasi menunjukan tingkat
kemurnian dari cuplikan yang dianalisis. Hasil analisis fraksi patchouli alkohol terdapat pada waktu retensi 27,806 dengan kadar patchouli alcohol sebesar 22,98869 %. Puncak patchouli alkohol dalam kromatogram minyak nilam terletak pada akhir kromatogram. Hal ini menunjukkan bahwa patchouli alkohol merupakan komponen yang memiliki titik didih relatif tinggi dalam minyak nilam selain senyawa golongan terpen. Titik didih yang relatif tinggi tersebut dapat menerangkan mengapa minyak nilam memiliki sifat fixatif, yaitu sebagai pengikat senyawa atsiri lainnya, sehingga titik didih senyawa atsiri yang relatif rendah jika dicampur dengan minyak nilam
akan menaikkan titik didih campurannya.
Tingginya titik didih campuran ini membuat aroma pada minyak atsiri yang dicampurkan tidak mudah menguap. Sifat inilah yang merupakan sifat unik dari minyak nilam, sehingga dapat digunakan sebagai pengikat bau (aroma) pada produk-produk parfum atau kosmetik (Ma’mun dan Maryadhi, A., 2008).
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa zeolit dapat memurnikan minyak nilam yang ditandai dengan perubahan warna dari coklat gelap menjadi kuning jernih. Setelah dilakukan analisis Gas Chromatography (GC) diperoleh kadar patchouli alkohol sebesar 22,98869 % pada waktu retensi 27,806 menit.
Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
395
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih kepada Emas Agus Prastyo Wibowo selaku pembimbing penelitian dan pihak Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang
sebagai penyedia fasilitas analisis Gas
Chromatography (GC) sampel minyak nilam.
Daftar Pustaka
Aryani, Y. (2003). Studi Kemampuan Zeolit Alam
Yang Diimpregnasi dengan Mn2+ sebagai
Adsorben Ion Fe dalam Air. [Skripsi]. Depok. Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Geankoplis, C.J., (1997). Transport Processes and
Unit Operations, Third Edition,
Prentice-Hall International, Inc.
Harunsyah. (2011). Peningkatan Mutu Minyak Nilam Rakyat Melalui Proses Pemurnian.
Jurnal Tekhnologi, 11: p. 1-3.
Krismawati, A. (2005). Nilam dan Potensi
Pengembangannya Kalteng Jadikan Komoditas Rintisan. Kalimantan Tengah.
Tabloid Sinar Tani.
Hernani dan Tri, Marwati. (2006). Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian. Bogor: Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian.
Mahfud, Novita, S.H., dan Budiarti, A. (2012). Proses Pengambilan Minyak Atsiri Dari
Daun Nilam dengan Pemanfaatan
Gelombang Mikro (Microwave). Jurnal
Teknik ITS, 1: p. 25-29.
Ma’mun dan Maryadhi, A. (2008). Isolasi Patchouli Alkohol dari Minyak Nilam untuk Bahan Referensi Pengujian dalam Analisis Mutu. Bul.Littro, 19 (1): 95-99.
Sariadi. (2012). Pemurnian Minyak Nilam Dengan Proses Adsorbsi Menggunakan Bentonit.
Jurnal Teknologi, 12: p. 100-104.
Yanyan F.N., Zainuddin, A., dan Sumiarsa, D.,
(2004). Peningkatan Kadar Patchouli
Alkohol dalam Minyak Nilam dan Usaha Derivatisasi Komponen Minornya. [online],
diakses di http://
balittro.litbang.pertanian.go.id [26 Oktober 2016]