TUGAS KRITISI JURNAL
“Utilization of trauma guidelines by ER nurses in Thailand”
Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Emergency Nursing
Disusun oleh:
Rosi Erna S.
(0910723036)
Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang
“Utilization of trauma guidelines by ER nurses in Thailand”
(Penggunaan pedoman trauma oleh perawat Ruang Emergensi di Thailand) A. Topik
Penelitian ini membahas mengenai penggunaan pedoman trauma oleh perawat ruang emergensi.
B. Latar Belakang Masalah
resusitasi pasien kritis di ruang emergensi (ER) adalah situasi krisis baik bagi pasien dengan kondisi mengancam jiwa, maupun bagi anggota tim trauma yang bertanggung jawab memberikan perawatan. Sejak kehidupan dapat diselamatkan dengan perawatan optimal dan manajemen yang tepat (Simon dan Kirkpatrick,2002; Cothern et al,2007), resusitasi cepat adalah tindakan kritis (Rainer et al, 2007)
Since lives can be saved with
optimal care and appropriate management (Simons and
Kirkpatrick, 2002; Cothern et al, 2007), rapid resuscitation is critical (Rainer et al, 2007). Thirty-four percent of trauma deaths occur within 1-4 hours following injury. Many of these deaths are potentially preventable with early and appropriate intervention (Demetriades et al., 2004). Delay in treatment and errors in judgment are considered to be the leading causes of preventable deaths (Teixeira et al., 2007).
Thus, clinical guidelines have been developed to reduce significant variations in practice and to improve quality of care.
A. A review of the literature about thTujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi implementasi dari pedoman Triage di departemen emergensi di rumah sakit Belanda
Mengembangkan strategi implementasi dari pedoman. B. Metode
Penyelidikan penelitian ini menggunakan desain qualitative, yang termasuk : memberikan questioner pada semua departemen emergensi di Belanda (n = 108), empat kelompok focus yg diinterview termasuk perawat dan manager ruangan dan interview lebih mendalam dengan manager ruangan dan dokter. Desain penelitian dan setting
Penelitian ini menggunakan desain descriptive dengan unsure qualitative dan quantitative. Awalnya, untuk mendapatkan wawasan dari factor – factor yang mempengaruhi implementasi pedoman Triage di departemen emergensi (2004)
didapatkan dari pengalaman perawat, manager ruangan dan dokter yang bekerja di departemen emergensi di Belanda. Selanjutnya, untuk memperkuat strategi dan kegiatan implementasi menjadi factor yang tersembunyi dari implementasi pedoman.
Pengumpulan Data
Questioner
Pada tahun 2007, questioner diberikan pada tiap departemen emergensi di Belanda (n = 108). Semua manager ruangan diminta untuk mengisi
questioner dan memilih satu perawat dan satu dokter untuk mengisi questioner tersebut. Questioner berisi pertanyaan yang direkomendasikan dari pedoman. Pertanyaan menggunakan pertanyaan tertutup (jawaban “ya” atau “tidak”) atau pertanyaan dengan jawaban “selalu”, “kadang-kadang”, “umumnya”, “jarang”, “sering”, “selalu”. Jika departemen emergensi menjawab bahwa mereka tidak memiliki rekomendendasi spesifik,
pertanyaan follow-up ditanyakan seperti “kenapa tidak?”. Untuk penelitian ini hanya data dari pertanyaan :kenapa tidak?” yang digunakan, pertanyaan seperti ini yang mengeluarkan factor-faktor spesifik yang mempengaruhi pengertian triage. Contohnya : “mengapa pasien yang tiba di departemen emergensi tidak diperiksa oleh perawat dalam waktu lima menit, sebagai pedoman rekomendasi?”
Kelompok Fokus
Pada penjumlahan questioner, kelompok focus diorganisasikan, untuk menutup jarak yang lebih luas dari factor – factor yang mempengaruhi questioner. Dengan melakukan focus kelompok peneliti dapat bekerja lebih dalam. Untuk partisipan tambahan dari kelompok focus, dua pendekatan digunakan. Yang pertama, pada Maret 2007, anggota dari Dutch Society of Emergency & Accident Nurses (NVSHV) yang mendekati pusat (n=200). Anggota ini secara acak dipilih dari pengiriman file dari NVSHV yang terdiri dari perawat – perawat yang bekerja di departemen emergensi dan ditanya untuk berpartisipasi. Kedua, manager ruangan yang menyatakan bahwa departemen emergensinya menggunakan system Triage Manchester (MTS) atau index severity keadaan darurat (ESI) (n=48) yang diundang untuk berpartisipasi dan juga menanyakan indikasi perawat pada departemennya yang akan ikut berpartisipasi.
Tidak ada dokter yang berpartisipasi dalam kelompok focus, dikarenakan mereka sulit menghadiri interview. Dokter – dokter yang diinterview didapatkan dari rumah sakit yang sama dan bekerja sebagai manajer ruangan. Hal ini memastikan bahwa mereka mewakili semua profesi yang berurusan dengan Triage. Interview ini dilakukan pada bulan July – September 2007.
Kriteria Inklusi
Semua departemen emergensi (populasi sampel penuh) di Belanda menerima questioner ini. Sebagai partisipan dari kelompok focus dan kriteria inklusi dari interview adalah : partisipan bekerja di departemen emergensi yang
menggunakan triage MTS atau ESI, perawat yang berpartisipasi dapat
mempraktekkan triage, partisipan yang bekerja di rumah sakit tipe lain (rumah sakit universitas, rumah sakit pendidikan dan rumah sakit non-pendidikan) dan di rumah sakit yang tersebar di Belanda. Kriteria inklusi spesifik untuk di interview adalah yang manager ruangannya tidak siap untuk berpartisipasi dalam kelompok focus.
Prosedur
Selama interview, partisipan menyebutkan factor – factor yang mempengaruhi implementasi triage yang dituliskan dalam flipchart, kemudian mereka diminta untuk memilih tiga factor yang paling mempengaruhi. Interview dilaksanakan selama 30 – 60 menit.
C. Hasil
Bermacam – macam factor dari individu, hubungan social dan tingkat
organisasi diidentifikasikan sebagai factor yang mempengaruhi implementasi dari pedoman versi 2004, yaitu : tingkat pengetahuan, kepandaian dan wawasan, pilihan kerja, motivasi dan/atau komitmen, dukungan, informasi dokter, persiapan kerja dan rencana untuk implementasi, deskripsi tugas dan kemampuan respon, beban kerja dan sumbernya. Manager ruangan, perawat dan dokter menyebutkan beberapa factor yang berbeda.
Sebagai konsekwensinya, strategi implementasi dan aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan, pemeliharaan perubahan, motivasi dan persetujuan pembangunan, informasi, organisasi dan fasilitasi telah diusulkan. Sebanyak 81 dari 108 (75%) departemen emergensi mengembalikan
questioner. Dari 81 departemen emergensi, 59% menggunakan MTS (n=42) atau ESI (n=6). Totalnya, kepala ruangan menjumlahkan ada 12 faktor yang mempengaruhi, perawat menyebutkan 15 faktor, dan dokter menyebutkan 4 faktor utama. Alasan praktis tersusun berbeda, satu kelompok focus hanya
terdiri dari perawat (n=7), satu kelompok terdiri dari manager ruangan (n=3) and dua kelompok campuran terdiri dari perawat (n=11) seperti manager ruangan (n=4). Interview yang dilakukan dengan tiga manajer ruangan dan tiga dokter. Pengalaman perawat, manajer ruangan dan dokter berbeda – beda dan hampir sama dalam factor yang mempengaruhi implementasi pedoman triage.
Table 1 menunjukkan semua factor yang ada dalam questioner, kelompok focus dan interview.
Persepsi perawat terhadap factor yang mempengaruhi implementasi Triage Pada kelompok focus, sumber penghasilan dan beban kerja juga disebutkan sebagai factor yang mempengaruhi, tapi tidak terlalu penting. Factor kunci yang disebutkan perawat berhubungan dengan kontek social (ketahanan untuk melakukan triage diantara teman sejawat dan bagaimana sulitnya mengatasi ketahanan tersebut).
Kunci faktpr kedua adalah komitmen untuk melakukan triage diantara perawat dan dokter. Jika perawat setuju untuk melakukan triage dan dokter tidak mengikuti persetujuan yang berhubungan dengan waktu target (melihat pasien dalam keadaan darurat pada jadwal spesifik) hal ini mengecilkan hari perawat untuk melakukan triage.
Persepsi manager ruangan terhadap factor yang mempengaruhi implementasi pedoman Triage
Pada questioner, factor utama yang disebutkan oleh manajer ruangan adalah : beban kerja, kekurangan jumlah anggota dan ketiadaan ruangan triage. Factor penting lainnya yang disebutkan oleh manajer ruangan selama kelompok focus dan interview berhubungan dengan kontek social, khususnya budaya yang ada pada departemen emergensi. Pada tingkat organisasi, manajer ruangan
mengatakan hasil feedback adalah penting.
Persepsi dokter terhadap factor yang mempengaruhi implementasi pedoman Triage
Pada questioner, dokter menyebutkan beban kerja sebagai factor penting yang mempengaruhi penggunaan triage. Interview menunjukkan dokter memiliki perspektif berbeda pada factor – factor yang mempengaruhinya. Menurut mereka, factor penting adalah keberadaan dokter di ruangan.
Menurut tiga dokter partisipan, organisasi pertemuan spesifik untuk dokter pada triage adalah factor positif, meskipun terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi kehadiran pertemuan tersebut. Hanya beberapa dokter yang berkumpul dengan pertemuan ini, banyak dari mereka tidak mendapat informasi.
Satu dokter menyebutkan sebenarnya penting untuk memberikan umpan balik, hal ini juga mengecilkan hati dokter seperti yang dirasakan perawat yang melakukan triage.
Strategi Implementasi
Factor – factor yang mempengaruhi implementasi dapat dikategorikan yaitu : pengetahuan, wawasan dan ketrampilan, rutinitas sehari – hari, motivasi dan / atau komitmen, dukungan, memberi tahu dokter, persiapan kerja dan
pengaturannya untuk implementasi, deskripsi tugas dan responnya, beban kerja, dan keberadaan tenaga kerja.
Setelah itu, factor – factor tersebut dihubungkan dengan strategi implementasi : strategi pendidikan, strategi perubahan, strategi motivasi dan stretegi
Selama interview, aktifitas didiskusikan untuk memecahkan rintangan ini. Aktifitas ini diletakkan dibawah strategi perbedaan.
Table 2 menunjukkan factor – factor yang mempengaruhi yang berhubungan dengan perbedaan strategi dan aktifitas yang disarankan, berdasar dari ide responden.
Diskusi
Factor – factor yang mempengaruhi
Bermacam – macam berbedaan ditemukan pada persepsi profesi terhadap factor yang mempengaruhi. Banyak factor yang disebutkan oleh perawat juga disebutkan oleh manajer ruangan. Beberapa factor tersebut juga disebutkan oleh dokter. Meskipun dapat saling melengkapi, hubungan faktur – factor tersubut dapat berbeda. Contohnya, perawat menyebutkan tidak melakukan triage pada waktu sibuk. Manager ruangan menyebutkan waktu sibuk sebagai factor yang mempengaruhi, tetapi mereka tidak menemukan secara signifikan factor ini untuk tidak dilakukannya triage. Kebalikannya, mereka menyatakan, khususnya diwaktu sibuk triage ini
penting dan harus dilakukan. Satu dokter menyebutkan waktu sibuk juga. Meskipun dokter memiliki opini, ketika keputusan dibuat untuk melakukan triage, perawat harus melanjutkan untuk melakukan triage, meski keadaan mereka sibuk atau tidak.
Factor kurangnya jumlah anggota disebutkan oleh semua profesi. Meskipun ini sebagai halangan untuk implementasi triage, sulit untuk menanganinya. Alasaan yang diberikan oleh departemen emergensi adalah tergantung dari manajemen rumah sakit jika mereka ingin memperkerjakan lebih banyak perawat. Mengenai kesulitan ini, manajer ruangan terkesan lebih enggan daripada perawat. Perawat menyebutkan mereka tidak akan melakukan triage jika tidak ada tambahan perawat yang diperkerjakan. Manajer ruangan seharusnya lebih kreatif dalam
menjalankan triage.
Factor – factor yang mempengaruhi ditemukan pada semua kategori (inovasi, individu, konteks social, dan organisasi).
Strategi Implementasi
Wawasan mengenai factor yang mempengaruhi implementasi mendukung strategi pengembangan implementasi yang dapat digunakan untuk
mempertimbangkan revisi pedoman (2008). Meskipun, penelitian ini menguji implementasi dari pedoman Triage di departemen emergensi, ini dapat dipakai sebagai contoh untuk pedoman lainnya.
Penting untuk dipertimbangkan bahwa pengembangan strategi berdasar pada factor pengalaman oleh departemen emergensi yang memakai implementasi dari pedoman 2004. Strategi ini dapat digunakan selama implementasi dari revisi pedoman.
D. Kekurangan dan Kelebihan Jurnal
Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan, seperti :
Pengumpulan data diambil dari orang-orang yang bekerja di
departemen emergensi yang menggunakan implementasi triage (MTS atau ESI) yang membuat peneliti menarik menjadi factor yang
mempengaruhi proses implementasi. Penelitian ini tidak menjabarkan alasan yang jelas mengapa departemen tidak memiliki pedoman triage.
Hanya responden yang memiliki arah positif terhadap triage adaalah : manajer ruangan menandai satu perawat dan satu dokter di setiap departemen emergensi yang mengisi questioner dan setiap partisipan pada kelompok focus dan interview sifatnya sukarela.
Kemungkinan, penelitian ini member sedikit wawasan dalam opini atau pengalaman dari orang – orang yang bekerja di departemen emergensi dimana implementasi triage dilaksanakan dan orang – orang yang tidak berpikir positif terhadap triage.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan inovasi implementasi, persiapan eksplorasi dari hambatan harus diketahui. Selanjutnya, tidak ada penelitian yang dipakai untuk menguji apakah efektif dan efisien. Penelitian ini, tidak menjelaskan secara langsung keefektifan dan keefisienan aktifitas ini, jadi penelitian ini memerlukan informasi mengenai keefektifan dan keefisienan dari aktifitas ini.
E. Hubungan dengan Praktek Klinis
Implementasi dari pedoman ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas perawatan di rumah sakit khususnya di departemen emergensi.