ARTIKEL PENELITIAN
KETEPATAN DIAGNOSTIK PROSTAT SPESIFIK ANTIGEN PADA
KEGANASAN PROSTAT DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI
SEMARANG
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Oleh :
D. Erlangga N.
G2A003047
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel Penelitian Karya Tulis Ilmiah dari : Nama : D. Erlangga N.
NIM : G2A003047 Fakultas : Kedokteran Umum Universitas : Diponegoro, Semarang Bagian : Bedah Urologi
Judul : Ketepatan Diagnostik Prostat Spesifik Antigen Pada Keganasan Prostat Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
Pembimbing : dr. M. Adi Soedarso , Sp.U
Telah diuji dan dipertahankan pada tanggal 21 Agustus 2007 oleh tim penguji artikel Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Artikel ini juga telah diperbaiki sesuai saran yang diberikan oleh tim penguji dan dosen pembimbing pada saat ujian artikel berlangsung.
Mengetahui, Dosen Pembimbing,
dr. M. Adi Soedarso, Sp.U NIP: 140229227
Semarang, Agustus 2007
Tim Penguji,
dr. Edwin Basjar, M.Kes, Sp.B, Sp.BA NIP: 132104876
Menyetujui,
Ketua Penguji,
KETEPATAN DIAGNOSTIK PROSTAT SPESIFIK ANTIGEN PADA KEGANASAN PROSTAT DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG
ABSTRACT
The Accuracy Diagnostic of Prostate Specific Antigen in Prostate Carcinoma at Dr Kariadi Hospital Semarang
Background: Prostate carcinoma is the second most common tract urinary malignancy after bladder carcinoma. Prostate Specific Antigen serologic examination is very useful for early detection, and for monitoring postoperative in prostate carcinoma. This aim research is to determine the accuracy of PSA in variation of levels and also to compare which level of PSA is currently have more significant result.
Method: Patient with prostate mass were referred by the sub department of urologic surgery dr. Kariadi general hospital Semarang and underwent PSA serologic examination between 2000 until 2006. Patient who have had postoperative prostate surgery, radiation therapy, chemotherapy were excluded. The sensitivity and specificity were determine by using 2x2 table.
Results: PSA Examination was detected in 100 subjects with prostate mass. The PSA cutpoint of 4 ng/ml had a sensitivity of 79% and a specificity of 19%. PSA testing was most sensitive but least specific in men. Age-specific reference ranges improved specificity in older men but decreased sensitivity. Increasing the PSA cut point to 10 ng/ml resulted in a sensitivity of 66%, a specificity of 43%.
Conclusions: PSA testing had fair discriminating power for detecting prostate cancer in
Dr. Kariadi general hospital Semarang. The PSA cut point of 4 ng/ml was sensitive but relatively non-specific for cancer. Using age-specific reference ranges and a PSA cutpoint above 4 ng/ml decreased test sensitivity and increased specificity.
Key words: Prostate Cancer , Prostate Specific Antigen
ABSTRAK
Latar belakang: kanker prostat merupakan keganasan saluran kemih kedua paling sering dijumpai sesudah keganasan kandung kemih. Pemeriksaan serologi Prostat Spesifik Antigen (PSA) sangat berguna untuk uji saring, diagnosis dini, dan monitoring pasca operasi pada penderita kanker prostat. Penelitian ini bertujuan menentukan akurasi PSA pada beberapa kadar pada serum tertentu dan juga untuk membandingkan kadar PSA serum yang mana yang memberikan hasil yang lebih memuaskan.
Metode: Pasien dengan massa tumor di prostat yang memenuhi kriteria inklusi yang dirujuk dari sub bagian bedah Urologi RS. dr.Kariadi Semarang dan dilakukan pemeriksaan PSA antara 2000-2006. Kriteria eksklusi adalah semua pasien yang sudah menjalani operasi prostate, terapi radiasi, dan atau kemoterapi. Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan serologi PSA ditentukan dengan menggunakan tabel 2x2.
Hasil: Pemeriksaan PSA terdeteksi pada 100 orang dengan massa prostat. PSA dengan nilai ambang batas 4 ng/ml mempunyai sensitivitas 79% dan spesifisitas 19%..Test PSA sangat sensitif namun kurang spesifik pada pria. Terjadi penurunan sensitivitas dan peningkatan spesifisitas dengan meningkatnya umur. Meningkatkan nilai ambang batas PSA menjadi 10 ng/ml menghasilkan sensitivitas 66% dan spesifisitas 43%.
Simpulan: Uji PSA mempunyai hasil yang baik untuk mendeteksi kanker prostat di RS. Dr. Kariadi Semarang. PSA dengan nilai ambang batas 4 ng/ml sensitif namun tidak spesifik untuk kanker prostat. Sensitivitas menurun dan spesifisitas meningkat dengan peningkatan umur dan peningkatan nilai ambang batas PSA 10 ng/ml.
PENDAHULUAN
Keganasan prostat merupakan keganasan saluran kemih kedua paling sering dijumpai sesudah keganasan kandung kemih.1 Insiden keganasan prostat pada pria
Indonesia tidak diketahui, sedangkan di Negara barat menurut hasil autopsi ditemukan sekitar 30% pada pria usia 70-80 tahun dan sekitar 75% pada usia diatas 80 tahun.2
Pada stadium dini, gejala kanker prostat sering tidak tampak. Setelah kanker berkembang, muncul gejala tetapi tidak khas, menyerupai gejala BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) yaitu penyakit pembesaran prostat jinak yang sering dijumpai pada pria lanjut usia.2-4 Akibatnya, kedua penyakit ini sulit dibedakan sehingga diperlukan
pemeriksaan yang dapat mendeteksi dini dan sekaligus membedakan antara kanker prostat dan BPH.5,6
Untuk deteksi dini kanker prostat, pada pria berusia lebih dari 50 tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan PSA total (Prostate Specific Antigen) dan pemeriksaan Digital
Rectal Examination atau DRE setiap setahun sekali. Bila ada keluarga yang menderita kanker prostat, skrining dianjurkan sejak usia 40 tahun.7,8
PSA adalah tumor marker yang paling penting saat ini untuk deteksi dini, menentukan staging, dan monitoring pada penderita kanker prostat.7,9 PSA terdiri dari
protein yang diproduksi oleh sel prostat untuk menjaga viskositas cairan semen.10
Pertama dideteksi di cairan vesikula seminalis pada tahun 1971. PSA diproduksi baik dalam sel prostat yang sehat maupun pada sel maligna prostat dengan jumlah yang lebih banyak.1,3,10
Pemeriksaan PSA di Negara Barat mempunyai hasil yang sangat sensitif namun tidak spesifik, yakni rata-rata mencapai tingkat sensitivitas lebih dari 90% dan spesifisitas kurang dari 25%, untuk kadar nilai ambang PSA 4ng/ml.9 Dan pada peningkatan nilai
ambang PSA 10ng/ml terjadi penurunan sensitivitas menjadi lebih dari 75% sementara pada spesifisitas meningkat hampir dua kali lipat menjadi 48%.10,11
Diagnosis pasti tumor prostat adalah pemeriksaan patologi anatomi.1-4
Pemeriksaan ini didapatkan dari hasil potong beku/ frozen section yang dilanjutkan dengan blok parafin untuk pemeriksaan histopatologi dan sitologi.2
Dari penjabaran yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai akurasi PSA dalam beberapa kelompok kadar serum yang telah dibandingkan dengan hasil histopatologi sebagai standar baku emas untuk mendiagnosis tumor di prostat sehingga dapat menentukan kadar PSA yang dapat memberikan hasil memuaskan dan pada akhirnya dapat meningkatkan penggunaan modalitas ini di RS. dr. Kariadi Semarang sebagai RS. Umum Pusat di kota Semarang.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional retrospektif untuk menentukan
sensitivitas, spesifisitas, dan tingkat akurasi antara pemeriksaan serologi Prostat Spesifik Antigen (PSA) dengan pemeriksaan patologi anatomi dalam mendiagnosis keganasan prostat.
Semua responden adalah pria dengan kecurigaan keganasan prostat yang menjalani pemeriksaan serologi PSA di RS dr. Kariadi Semarang antara tahun 2000-2006, data pasien diambil dari bagian catatan medik RS dr. Kariadi Semarang.
Besar sampel dihitung dengan rumus besar sampel untuk proporsi tunggal, dihitung jumlah subyek untuk sensitivitas serta spesifitas. Dari kepustakaan diperkirakan sensitivitas pemeriksaan PSA adalah 20%, spesifitas 95%, nilai zα = 1,96 ; tingkat ketepatan absolut yang diinginkan 10%, maka besar sampel menurut Sudigdo S.12 adalah:
n1 = zα2PQ/d2 = 1,962(0,2x0,8)/0,01 = 61,4656
n2 = zα2PQ/d2 = 1,962(0,95x0,05)/0,01 = 18,2476
n = n1 + n2≈ 80
Besar sampel minimal adalah 80 orang dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik mengacu pada kecurigaan keganasan prostat
Data yang terkumpul dimasukkan komputer dengan menggunakan program D-base, kemudian ditransfer ke SPSS sehingga siap dianalisis. Analisis dilanjutkan dengan analisis secara varian (tabel 2x2).
Pemeriksaan PA
Positif Negatif Jumlah
Pemeriksaan Positif A B A + B
PSA Negatif C D C + D
Jumlah A + C B + D A + B + C + D Penghitungan akurasi adalah berdasarkan rumus sebagai berikut:
Sensitivitas = A/(A+C) x 100% Spesifisitas = D/(B+D) x 100%
HASIL PENELITIAN
Didapatkan 100 pasien dengan massa padat di prostat, usia terbanyak antara umur 60-69 tahun, termuda 43 tahun dan tertua 89 tahun, usia rata-rata penderita tumor prostat adalah 66 tahun (tabel 1).
Tabel 1. Distribusi umur pasien dengan masa padat di prostat secara klinis
Umur (tahun) Jinak Ganas Jumlah
40-49 1 1 2
50-59 6 10 16
60-69 26 14 40
70-79 26 11 37
>80 2 3 5
Jumlah 61 39 100
Hasil pemeriksaan klinis prostat kemudian dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan Patologi Anatomi. Dari sampel penelitian, didapatkan masa prostat yang secara klinis ganas ada 39 kasus. Setelah dilakukan pemeriksaan PA, didapatkan yang ganas 32 kasus.
0 10 20 30 40 50 60 70
Benign Prostat Hiperplasia
Ca Prostat
Diagram Hasil klinis dan Histo PA Ca Prostat
Klinis Histo PA
Secara perhitungan statistik, ketepatan diagnostik tumor prostat secara klinis dibandingkan PA didapatkan sensitivitas 68% dan spesifisitas 87%. (tabel 2)
Tabel 2. Hubungan hasil pemeriksaan klinis masa padat prostat terhadap pemeriksaan histopatologi.
PA Jumlah
Ganas Jinak
Klinis Ganas 32 7 39
Jinak 15 46 61
Jumlah 47 53 100
Pada pemeriksaan klinis diperoleh : Sensitivitas 68% Spesifisitas 87%
Dari 100 sampel penelitian, berdasarkan pemeriksaan serologi PSA, kemudian dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PA. Didapatkan 20 tumor prostat pada kadar PSA 0-4,0 ng/ml, dengan 10 dari 20 tumor menunjukkan hasil ganas menurut pemeriksaan PA, dan 10 data yang mengarah ke jinak. Sementara pada kadar PSA 4-10 ng/ml didapatkan 6 tumor ganas dan 13 tumor jinak. Dan hasil terbanyak ditunjukkan
pada kadar PSA >10 ng/ml dengan 61 data yang terdiri dari 31 data tumor ganas dan 30 data tumor jinak. (tabel 3)
PA Jumlah
Ganas Jinak
PSA 0-4,0 ng/ml 10 10 20
PSA 4-10 ng/ml 6 13 19
PSA >10 ng/ml 31 30 61
Jumlah 47 53 100
Sementara untuk distribusi umur dengan kadar PSA yang terbagi dalam 3 kelompok batas, tersaji dalam tabel 4.
Tabel 4. Distribusi umur terhadap hasil serologi PSA dalam 3 kelompok batas kadar serum dengan masa padat di prostat.
Umur (tahun) PSA 0-4,0 ng/ml
PSA 4-10 ng/ml PSA >10 ng/ml Jumlah
40-49 2 0 0 2
50-59 3 2 11 16
60-69 9 5 26 40
70-79 6 10 21 37
>80 0 2 3 5
Jumlah 20 19 61 100
Tabel 5. Hubungan pemeriksaan PSA nilai ambang batas 4 ng/ml dengan masa padat prostat terhadap hasil pemeriksaan histopatologi
PA Jumlah
Ganas Jinak
PSA >4,0 ng/ml 37 43 80
0-4,0 ng/ml 10 10 20
Jumlah 47 53 100
Pada nilai ambang batas 4 ng/ml diperoleh : Sensitivitas 79% Spesifisitas 19%
Tabel 6. Hubungan pemeriksaan PSA nilai ambang batas 10 ng/ml dengan masa padat prostate terhadap hasil pemeriksaan histopatologi
PA Jumlah
Ganas Jinak
PSA >10 ng/ml 31 30 61
0-10 ng/ml 16 23 39
Jumlah 47 53 100
Pada nilai ambang batas 10 ng/ml diperoleh : Sensitivitas 66% Spesifisitas 43%
Sedangkan perbandingan sensitivitas dan spesifisitas PSA menurut umur tersaji pada tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan sensitivitas dan spesifisitas PSA dengan nilai ambang batas 4 ng/ml menurut umur.
Sensitivitas Spesifisitas
>49 80.4% 17.3%
>59 80% 17%
PEMBAHASAN
Didapatkan 100 pasien dengan masa tumor padat di prostat yang diteliti, dengan usia rata-rata 66 tahun, umur termuda 43 tahun dan umur tertua 89 tahun, sedangkan umur terbanyak pada data adalah 70 tahun. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis didapatkan sensitivitas 68% dan spesifisitas 87%, pemeriksaan klinis dengan sensitivitas <85% belum dapat dijadikan dasar untuk melanjutkan tindakan definitif,3,4 Oleh sebab itu
maka diperlukan modalitas lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, diantaranya adalah dengan pemeriksaan kadar PSA total sebagai tumor marker.
Berdasarkan hasil pemeriksaan serologi PSA >4,0 ng/ml didapatkan sensitivitas 79% dan spesifisitas 19%. Bila dibandingkan dengan Brawer dkk9 yang mengatakan PSA
dengan nilai ambang batas 4 ng/ml memiliki sensitivitas >90% dan spesifisitas <25%, maka pada penelitian ini menjelaskan bahwa pemeriksaan PSA dengan nilai ambang 4 ng/ml di RS. dr. Kariadi ini mempunyai sensitivitas yang kurang tinggi, dengan
spesifisitas yang sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan peningkatan nilai ambang PSA lagi untuk dapat memberikan hasil yang lebih akurat.
Pada nilai ambang batas PSA menjadi 10 ng/ml pada penelitian memberikan sensitivitas 66% dan spesifisitas 43%. Sejalan dengan penelitian Weldon dkk11
(sensitivitas >65% dan spesifisitas <45%). Sehingga pemeriksaan PSA pada nilai ambang batas 10 ng/ml di RS ini berguna untuk diagnosis dini kecurigaan terhadap kanker prostat.
Peningkatan nilai ambang batas PSA dari 4 ng/ml menjadi 10 ng/ml yang telah memberikan penurunan sensitivitas dari 79% menjadi 66% dan peningkatan spesifisitas dari 19% menjadi 43% adalah sesuai dengan teori Gillenwater13 yang mengatakan bahwa
semakin banyak kadar PSA yang terproduksi menunjukkan bahwa telah terjadi semakin besar peningkatan metabolisme berlebih pada prostat yang selanjutnya semakin mengarah kepada keganasan.
Sementara itu perbandingan menurut umur pada nilai ambang batas PSA 4 ng/ml menunjukkan penurunan nilai sensitivitas dan spesifisitas seiring dengan meningkatnya umur. Sejalan dengan Oesterling dkk10 dalam penelitiannya yang menyimpulkan
kontrol metabolisme oleh tubuh dengan semakin bertambahnya usia.10 sehingga
pemeriksaan PSA pada pasien yang sama jika dilakukan secara rutin dan berkala, menunjukkan penurunan sensitivitas dan spesifisitas PSA terhadap kanker prostat.
Kelemahan penelitian ini adalah banyaknya data tidak lengkap pada pasien dengan kecurigaan kanker prostat. Telah terkumpul data antara tahun 2000 sampai tahun 2006 sebanyak 342 data, namun yang memenuhi kriteria inklusi dan dapat diolah hanya sebanyak 100 data. Hal ini menjadi satu alasan mengapa hasil penelitian menjadi kurang akurat. Perlu dilakukan penelitian secara prospektif untuk medapatkan hasil yang lebih akurat mengenai tingkat akurasi pemeriksaan PSA di RS. dr. Kariadi Semarang.
KESIMPULAN
1. Pemeriksaan PSA mempunyai hasil yang baik
untuk uji saring kanker prostat di RS. Dr. Kariadi Semarang.
2. Spesifisitas meningkat pada nilai ambang batas PSA 10 ng/ml, nilai ini sesuai untuk digunakan pada pemeriksaan PSA di RS. Dr. Kariadi Semarang.
3. Penderita dengan PSA >10 ng/ml perlu dilakukan biopsi terlebih dahulu untuk penegakan pasti kanker prostat
SARAN
Pemeriksaan serologi PSA sepatutnya dipertimbangkan dalam pemeriksaan diagnostik rutin pada pasien dengan massa pada prostat.
Perlu dilakukan penelitian lain secara prospektif mengenai Nilai batas ambang PSA yang dapat memberikan hasil yang memuaskan pada kanker prostat di RS. dr. Kariadi..
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Kepada Prof. Dr. dr. Hertanto, selaku Pembantu Dekan I FK UNDIP yang telah berkenan membantu penulis untuk mengikuti ujian artikel Karya Tulis Ilmiah.
Prof. dr. Sidhartani, Sp.A, selaku Ketua Panitia Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang telah berkenan memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti ujian artikel Karya Tulis Ilmiah.
dr. M. Adi Soedarso, Sp.U, selaku Dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah. Dr. dra. Henna Rya S. , Apt, M.kes, selaku ketua penguji Karya Tulis Ilmiah. dr. Edwin Basjar, M.kes, Sp.B, Sp.BA, selaku tim penguji Karya Tulis Ilmiah.
Staf-staf Bagian Bedah Urologi dan Rekam Medik RS. dr. Kariadi semarang yang telah membantu dalam pengumpulan data artikel Karya tulis Ilmiah. Bapak Kristiawan, yang telah membantu segala masalah administrasi sehingga penulis dapat mengikuti ujian
artikel Karya Tulis Ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Emil A. Tanagho : Smith’s General Urology; 14th edition; p410-418 Lange Medical Book; International Edition; 1995.
2. Sjamsuhidajat, Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, Cetakan 1, 1997. hal : 1064-1070.
3. Thomas A. Stamey, MD, John E. Mc Neal, MD : Adenocarcinoma of the Prostate in Campbell’s Urology, Sixth Edition, vol 2, p1159-1198.
4. Hardjowijoto. S, dr.SpBU : Karsinoma Prostat dalam Basic Sciences on Urology, Oktober 2002 P.43-7
5. Gunawan, dr ,: Karsinoma Prostat, Kumpulan Karya Ilmiah, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, 1989-1994
6. Pontes. J.E : Issue on Early Diagnostic and Treatment of Localized Prostate Cancer in Urology International; p 1-5; May 1996.
7. Laboratorium Klinik Prodia. Kanker Prostat: Deteksi Secara Dini Dengan Pemeriksaan PSA ( Prostate Spesific Antigen ),
http://www.prodia.co.id/info/kankerprostat.htm
8. Tjahjono, Deteksi Dini Kanker, Peran Pemeriksaan Sitologi dan Antisipasi Era Pasca Genom. Pidato Pengukuhan Guru Besar FK UNDIP. Semarang: Badan Penerdir Universitas Diponegoro, 1998: 23-31.
9. Brawer MK, Kirby R, Prostate Specific Antigen ed. 2nd, Health Press Limited,
Singapore, 1999
10. Joseph E, Oesterling : Prostate Specific Antigen, A Crucial Assesment Of The Most Useful Tumor markers For Adenocarcinoma Of The Prostate. The Journal Of Urology 145, 1991, 907-923.
11. Weldon VE, Neuwirth H, Bennet PM, Prostate Specific Antigen (PSA) in Marin Urology, http://www.marinurology.com/articles/cap/learning/psa.htm
12. Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara ; 1995
13. Jay Y, Gillenwater. Adult and Pediatric Urology 4th edition. Lippincott Williams
Lampiran I
DATA 100 RESPONDEN DENGAN KECURIGAAN KANKER PORSTAT YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN KADAR PSA TOTAL
No. Nama Umur No. CM Tgl Masuk/ Keluar DX Klinis
PSA USG PA
1 Susila Darma Aji
58 719233 20.5.03/2.6.03 BPH 111 - BPH
2 Soenata, M. 70 710993 23.12.02/7.1.03 BPH 50 Nodul hipoekoik
BPH
3 Aloysius Sukirman
60 697697 8.4.02/19.4.02 BPH 6.6 - Ca Prost
4 Wagimin 69 696537 18.3.02/3.4.02 Ca Prost 0.001 - Ca Prost 5 Jamil 60 722643 22.7.03/19.8.03 Ca Prost 9.7 Ca Prost Ca Prost 6 Aquarius
Satiman
63 B321357 27.11.05/3.12.05 BPH 13.2 - BPH
7 Sujono 71 694817 12.2.02/14.3.02 Ca Prost 7.813 BPH Ca Prost 8 Taslan 67 B308754 11.8.05/31.8.05 BPH 12 BPH BPH 9 Suhartono 65 728524 15.11.03/16.12.03 BPH 27.98 BPH BPH 10 Pitono 65 724304 25.8.03/15.9.03 BPH 16.193 - BPH 11 Nursyam 65 717040 13.4.03/14.4.03 Ca Prost >500 Ca Prost Ca Prost 12 Nasrun 75 664340 21.6.00/19.7.00 BPH 10.505 BPH BPH 13 Saeun 75 739030 24.5.04/12.6.04 Ca Prost 16.9 Nodul
Hipoekoik
Ca Prost
14 Rono Rakijan 70 664450 23.6.00/16.7.00 BPH 1.009 BPH Ca Prost 15 Prayitno 70 734930 12.3.04/22.4.04 BPH 10.86 BPH BPH 16 M. Machasin 72 668582 13.9.00/28.9.00 Ca Prost 29.249 Normal Ca Prost 17 Moeslim 80 B299122 8.6.05/16.7.05 Ca Prost 43.52 BPH BPH 18 Sumari 61 B273691 14.1.05/31.1.05 BPH >100 Nodul
Hipoekoik
Ca Prost
34 Sarno 72 745160 17.9.04/13.10.04 Ca Prost 35.7 - Ca Prost 35 Oong Sumadi 58 689505 2.11.01/28.11.01 Ca Prost 26.446 Ca Prost Ca Prost 36 Kasno 69 656605 26.1.00/21.2.00 BPH 3.71 Ca Prost Ca Prost 37 Sujari 51 B334178 13.1.06/15.2.06 Ca Prost >100 - Ca Prost 38 Untung
Riyanto
64 736819 13.4.04/12.5.04 Ca Prost 25.2 Ca Prost Ca Prost
39 Sunardi 73 B328909 17.12.05/2.1.06 Ca Prost 17.2 - BPH 40 Kasam 89 B362027 29.6.06/14.7.06 Ca Prost >100 - Ca Prost 41 J. Sibuea 72 B298176 2.6.05/2.7.05 Ca Prost 134.7 Ca Prost Ca Prost 42 Santo 66 B332245 2.1.06/25.1.06 BPH 1.5 BPH BPH 43 Tumari 60 C059765 6.9.06/21.9.06 Ca Prost 39.48 Curiga
ganas
BPH
44 Nur Hadi 59 B361445 23.6.06/19.7.06 BPH 11.49 - BPH 45 Siswandi 58 B048346 25.3.06/27.4.06 BPH 9.3 Ca Prost BPH 46 Istad 68 731000 3.1.04/28.1.04 BPH 13 BPH BPH 47 Supriyantono 52 737370 22.4.04/1.8.04 BPH 2.5 Nodul
Hipoekoik
Ca Prost
48 Masdjudi 63 720170 5.6.03/16.7.03 Ca Prost >50 - Ca Prost 49 Surorejo 67 741882 15.7.04/12.8.04 BPH 15.3 BPH Ca Prost 50 Rusmin 70 B312662 30.8.05/17.9.05 BPH 34.59 - BPH 51 M. Sarim 66 672391 30.11.00/30.12.00 BPH 17.41 - Ca Prost 52 Pomo 70 694605 8.2.02/18.2.02 Ca Prost >50 - Ca Prost 53 Sukirman 55 669746 6.10.00/11.12.00 Ca Prost >500 - Ca Prost 54 Raji 70 719666 28.5.03/12.6.03 Ca Prost 45.5 Ca Prost Ca Prost 55 Sutoyo 77 B287216 24.3.05/20.4.05 BPH 39.69 BPH BPH 56 Sidi 77 B333126 3.2.06/15.3.06 BPH 21.77 - BPH 57 Nakimah 80 748846 30.11.04/14.12.04 Ca Prost 25 Ca Prost Ca Prost 58 Martono
Sudirno
67 B293589 4.5.05/30.5.05 Ca Prost 91.27 Ca Prost Ca Prost
59 Moh. Sapuan 70 744139 28.8.04/9.9.04 BPH 8.32 Ca Prost Ca Prost 60 Sumitro
Pasiman
70 B272527 15.12.04/23.12.04 Ca Prost >120 - Ca Prost
61 M. Anwar 62 741836 15.7.04/26.7.04 Ca Prost 15.4 BPH BPH 62 Sukiban 65 746566 13.10.04/22.11.04 Ca Prost >120 Ca Prost Ca Prost 63 Khudori 73 B365631 28.7.06/23.8.06 BPH 35.96 - BPH 64 Setiawan 67 735980 29.3.04/4.4.04 Ca Prost >100 BPH Ca Prost 65 Supri
Harmadi
79 B320754 12.10.05/17.10.05 BPH 3.75 Multipel Nodul
Ca Prost
66 Suhadi Dullah
77 B312214 26.8.05/15.9.05 BPH >100 - Ca Prost
75 Sugiyat 65 739761 7.6.04/25.6.04 Ca Prost 22.08 BPH BPH 76 Salwan 70 683316 30.6.01/5.7.01 BPH 3.2 - Ca Prost 77 Arianto 44 682705 18.6.01/27.7.01 Ca Prost 1.167 Ca Prost Ca Prost 78 Sugiyanto 69 722451 18.7.03/5.8.03 BPH 116 - Ca Prost 79 Soedarji B.
Padmo
65 728371 12.11.02/15.4.03 BPH 232 - Ca Prost
80 Djoko Karmo 70 B315824 25.6.06/17.7.06 BPH 24.87 - BPH 81 Tugiran 60 B352775 29.4.06/12.5.06 BPH 1.77 - BPH 82 Marjadi 75 B333335 29.12.05/26.1.06 BPH 1.16 - BPH 83 Abdul Goffar 62 B281181 28.4.06/13.5.06 BPH 8.51 - BPH 84 Untung
Sarwadi
43 B362261 29.6.06/2.8.06 AS 0.44 - BPH
85 Supari 69 B361187 22.6.06/2.8.06 Ca Prost 3.2 Ca Prost BPH 86 Tohari 77 B330406 7.8.06/28.8.06 BPH 9.09 BPH BPH 87 Trimo 67 B296043 18.11.05/3.12.05 BPH 4.34 BPH BPH 88 Kaswan 75 B284633 21.3.05/2.4.05 BPH 6.1 - BPH 89 Narkam 76 B325457 18.11.05/7.12.05 BPH 9.98 - BPH 90 Cikdin Alian 58 734036 27.2.04/10.3.04 BPH 1.74 - BPH 91 Mitro Diharjo 85 B300066 14.6.05/27.6.05 BPH 7.15 - BPH 92 Taslam 70 B302115 29.6.05/30.7.05 BPH 5.93 - BPH 93 M. Nur 71 744544 6.9.04/9.9.04 BPH 8.00 BPH BPH 94 Sumanto 61 744724 9.9.04/25.9.04 BPH 5.38 Ca Prost Ca Prost 95 Pringgo 80 732084 22.1.04/14.2.04 BPH 9.91 BPH BPH 96 Markis 62 715527 17.3.03/31.3.03 BPH 1.2 BPH BPH 97 Sukarni 76 747290 27.10.04/11.11.04 BPH 5.73 BPH BPH 98 Wateng 60 B290630 16.4.05/19.4.05 BPH 1.6 BPH BPH 99 Djakiman 65 749202 6.12.04/17.12.04 BPH 1.02 BPH BPH 100 Achmad
Soejoto
Lampiran II
OUTPUT STATISTIK
Tabel 2. Hubungan hasil pemeriksaan klinis masa padat prostat terhadap pemeriksaan histopatologi.
Sensitivitas = (32/(32+15)) x 100% = 68% Spesifisitas = (46/(7+46)) x 100% = 87%
Tabel 5. Hubungan pemeriksaan PSA nilai ambang batas 4 ng/ml dengan masa padat prostat terhadap hasil pemeriksaan histopatologi
Sensitivitas = (37/(37+10)) x 100% = 79%
Spesifisitas = (10/(43+10)) x 100% = 19%
Tabel 6. Hubungan pemeriksaan PSA nilai ambang batas 10 ng/ml dengan masa padat prostate terhadap hasil pemeriksaan histopatologi
Sensitivitas = (31/(31+16)) x 100% = 66% Spesifisitas = (23/(30+23)) x 100% = 43%
Tabel 7. Perbandingan sensitivitas dan spesifisitas PSA dengan nilai ambang batas 4 ng/ml menurut umur.
A. Umur > 49 tahun
PA Jumlah
Ganas Jinak
PSA >4,0 ng/ml 37 43 80
0-4,0 ng/ml 9 9 18
Jumlah 46 52 98
Sensitivitas = (37/(37+9)) x 100% = 80.4% Spesifisitas = (9/(43+9)) x 100% = 17.3%
PA Jumlah Ganas Jinak
PSA >4,0 ng/ml 28 39 67
0-4,0 ng/ml 7 8 15
Jumlah 35 47 82
Sensitivitas = (28/(28+7)) x 100% = 80% Spesifisitas = (8/(39+8)) x 100% = 17%
C. Umur > 69 tahun
PA Jumlah
Ganas Jinak
PSA >4,0 ng/ml 14 22 36
0-4,0 ng/ml 4 2 6
Jumlah 18 24 42