• Tidak ada hasil yang ditemukan

T BP 1201449 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T BP 1201449 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menghantarkan pada topik

penelitian. Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi dan rumusan

masalah, tujuan, manfaat serta sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Penelitian

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju

masa dewasa. Pada masa remaja individu mengalami berbagai perubahan, baik

fisik maupun psikis. Pada masa remaja, perasaan mereka lebih peka, sehingga

menimbulkan jiwa yang sensitif dan peka terhadap diri dan lingkungannya.

Remaja menjadi seseorang yang sangat mempedulikan dirinya sendiri sehingga

tidak menyukai hal-hal yang menggangu diri para remaja. Remaja dalam

menghadapi masa transisi ini sering kehilangan kontrol diri, oleh karena itu salah

satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja adalah memperkuat

self-control (kemampuan mengendalikan diri) Havighurst (Yusuf, 2008: 25-26).

Seiring dengan tugas perkembangan remaja Phares dan Lefcont (Febrianti,

2005) mengemukakan, beberapa penelitian membuktikan individu yang memiliki

orientasi letak kendali internal (kendali diri) lebih berhasil mengarahkan

perhatiannya, lebih selektif terhadap stimulus dan lebih sensitif terhadap tugas.

Individu yang memiliki kecenderungan internal (kendali diri) memiliki level

aspirasi yang lebih tinggi, lebih terlibat dengan lingkungan tempat mereka berada,

mandiri, mampu menahan perasaan dan keinginan sesaat demi tujuan jangka

panjang, bertanggung jawab, berdaya juang tinggi, dan tekun.

Hurlock (2004: 225) menjelaskan individu yang memiliki kontrol diri

memiliki kesiapan diri untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan norma, adat,

nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama dan tuntutan lingkungan masyarakat

(2)

melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan

emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima.

Menurut Cavanagh dan Justin (2002: 211-212) orang yang kurang memadai

pengendalian diri telah gagal untuk menguasai dua tugas perkembangan yang

penting. Dua tugas perkembangan tang penting yang dimaksud adalah individu

tidak bisa mengatur dirinya sendiri, dan individu mudah dikuasai atau terpengaruh

oleh lingkungan.

Apabila remaja yang berada pada masa transisi mampu mengendalikan diri

tentu saja remaja akan menjalani kehidupannya dengan tentram dan dapat

diterima oleh lingkungannya. Keadaan sebaliknya apabila remaja tidak dapat

mengendalikan diri maka remaja tersebut akan cenderung melakukan perilaku

yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.

Hasil penelitian Lestari (2006: 69) terhadap siswa Kelas 2 SMA Pasundan 2

Bandung menunjukkan, kendali diri memberi kontribusi positif terhadap

kedisiplinan siswa di sekolah sebesar 27,2%. Dalam hal ini diketahui kendali diri

merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap diri siswa terutama dalam

hal kedisiplinan di sekolah, kedisiplinanpun akan berdampak terhadap hasil

belajar siswa di sekolah. Jadi salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan

siswa dalam melakukan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah adalah

adanya kemampuan pengendalian diri.

Banyak kasus terjadi di kalangan remaja yang cenderung merupakan perilaku

menyimpang siswa yang disebabkan oleh kurangnya pengendalian diri. Contoh

kasus, seorang siswa SMK yang menyiram air keras di dalam bis karena marah

kepada siswa yang menjadi musuh sekolahnya sehingga terdapat 14 korban yang

terkena air keras dan menderita luka (Tribun News, 2013). Kasus lain adalah

tawuran antar pelajar SMK di Karawang yang menewaskan satu orang pelajar

karena ditusuk menggunakan pisau (Karawang News, 2013).

Hasil penelitian Lestari (2009) menggambarkan kualitas pengendalian diri

siswa SMA BPPI Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2008/2009 dari sampel yang

(3)

dalam kategori sedang, artinya belum semua siswa dapat mengendalikan dirinya

dengan baik. Terdapat sebagian siswa telah mampu mengendalikan dirinya

dengan baik namun jumlah siswa yang tidak dapat mengendalikan dirinya dengan

baik tidak sedikit.

Pada setting sekolah terdapat juga kasus pelanggaran yang dilakukan oleh

remaja terutama terhadap peraturan sekolah. Pelanggaran tersebut dapat dikatakan

serius karena telah mengarah pada penyimpangan norma agama dan norma sosial,

seperti perkelahian antara pelajar (tawuran), perkelahian siswa dengan guru,

penggunaan obat-obat terlarang, membaca atau melihat majalah dan video porno,

berbicara kasar atau kotor, dan kasus lainnya. Perilaku yang tidak disiplin

memengaruhi siswa dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah maupun

masyarakat. Sesuai dengan penjelasan Bhave & Saini (2009: 3) mengatakan

manusia perlu mempelajari bagaimana cara mereka mengendalikan emosinya agar

dapat beradaptasi dengan baik.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan melalui observasi dan

wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMPN 2 Batusangkar,

terdapat beberapa siswa yang kurang mampu mengendalikan diri, terutama dari

segi kedisiplinan terhdap peraturan sekolah, contoh tindakan siswa yang kurang

mampu mengontrol diri adalah terjadinya perkelahian antar pelajar yang

menyebabkan cidera, memecahkan kaca sekolah, dan pencurian.

Untuk melengkapi data studi pendahuluan diperoleh juga data melalui

penyebaran angket, diperoleh gambaran profil umum pengendalian diri siswa

kelas VIII SMPN 2 Batusangkar Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 226

siswa yaitu: sebanyak 33 siswa (14,60% ) dari jumlah subjek penelitian berada

pada kategori tinggi. Sebanyak 163 siswa (72,12%) dari jumlah subjek penelitian

berada pada kategori sedang, sebanyak 30 siswa (13,27%) dari jumlah subjek

penelitian berada pada kategori rendah. Berdasarkan persentase tersebut, profil

umum komunikasi interpersonal siswa kelas X VIII SMPN 2 Batusangkar Tahun

Ajaran 2014/2015 berada pada kategori sedang.

(4)

layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan pengendalian diri

siswa, berikut dipaparkan gambaran persentase berdasarkan aspek dari persentase

terendah, sebagai berikut: aspek Kontrol perilaku (Behavior Control) sebesar

10,62%, aspek kontrol keputusan (Decisional Control) sebesar 13,27%, aspek

Kontrol kognitif (Cognitive Control) sebesar 15,93%.

Gambaran persentase setiap indikator dari tiga aspek pengendalian diri

siswa, sebagai berikut: pada aspek Kontrol perilaku (Behavior Control), (1)

Mengatur pelaksanaan sebesar 14,16%, (2) Memodifikasi stimulus sebesar 9%.

Pada aspek kontrol keputusan (Decisional Control), (1) Memperoleh Informasi

sebesar 19% (2) Melakukan penilaian sebesar 16%. Pada aspek Kontrol kognitif

(Cognitive Control), (1) Memilih tindakan sebesar 16%, (2) Memilih hasil sebesar

11%.

Terdapat 13,27% yang berjumlah 30 siswa berada pada kategori rendah. Siswa

yang berada pada kategori rendah ini tidak dapat dibiarkan. Pratt & Cullen

(Higgins, 2007) dalam penelitiannya menjelaskan, sebagian besar penelitian

empiris menunjukkan rendahnya pengendalian diri memiliki hubungan dengan

perilaku kriminal. Beriringan dengan hal itu Veral & Moon (2011) meneliti

sekelompok remaja, hasil penelitiannya menunjukkan rendahnya pengendalian

diri umumnya secara signifikan berhubungan dengan perilaku menyimpang.

Chapple, Hope, dan Whiteford (2005) menjelaskan kontrol diri juga

dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, dalam menangani anak yang terpengaruh

oleh narkoba. Orang tua yang bagus pola asuhnya maka anaknya akan mampu

mengendalikan diri terhadap pengaruh narkoba. Namun pola asuh orang tua yang

kurang baik cenderung anaknya terpengaruh oleh narkoba.

Guru Bimbingan dan konseling berperan penting mengetahui keadaan

pengendalian diri siswa dan diperlukan solusi yang dapat meningkatkan

pengendalian diri siswa yang masih rendah. Bandura (Wagner, 2007)

menyebutkan banyak perilaku, (baik dan buruk) adalah belajar dengan meniru

perilaku orang lain. Siswa berperilaku melanggar norma dapat terjadi karena

(5)

teknik modeling atau cara pemodelan terhadap siswa.

Modeling merupakan salah satu teknik yang diimplementasikan dari teori

belajar sosial, teori belajar sosial dipelopori oleh Albert Bandura. Teori belajar

sosial menjelaskan perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang

berkesinambungan antara kogntif, perilaku, pengaruh lingkungan. Belajar melalui

modeling mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk

kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya

Melalui pemodelan remaja dapat memperoleh informasi secara langsung baik

melalui penghadiran model langsung atau pun melaui simbol-simbol. Remaja

yang diberikan model, dapat mengambil benang merah sendiri dari peristiwa atau

fenomena yang disajikan kepadanya.

Menurut literatur, teknik pemodelan pernah digunakan untuk mengatasi

perilaku kenakalan pada remaja (juvenile delinquent), fobia, depresi, serta

perilaku agresif (Krumboltz dan Thoresen, 1976). Beberapa perilaku yang

dipaparkan berkaitan langsung dengan pengendalian diri, oleh karena itu

pemodelan dipandang tepat digunakan untuk meningkatkan pengendalian diri.

Inti dari teknik modeling adalah seseorang akan memperoleh sejumlah tingkah

laku, pikiran dan perasaan dengan mengobservasi atau mengamati perilaku orang

lain.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Atas dasar uraian latar belakang penelitian, diperoleh kejelasan

permasalahan sebagai berikut masa remaja adalah masa transisi dari masa

kanak-kanak menuju dewas, pada masa transisi remaja mengalami berbagai perubahan

baik fisik maupun psikis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1980), dan

Erikson (Hall & Lindzey, 1993) bahwa masa remaja merupakan tahap pencarian

indentitas dan sebagai ambang masa dewasa.

Permasaahan siswa SMPN 2 Batusangkar yang merupakan remaja dalam

menghadapi masa transisi ini sering kehilangan pengendalian diri. Menurut

(6)

pengendalian diri telah gagal untuk menguasai dua tugas perkembangan yang

penting. Dua tugas perkembangan penting yang dimaksud adalah individu tidak

bisa mengatur dirinya sendiri, dan individu mudah dikuasai atau terpengaruh oleh

lingkungan.

Dalam kehidupan sehari-hari siswa-siswa memperlihatkan perilaku

kurangnya pengendalian diri, terutama dari segi kedisiplinan terhdap peraturan

sekolah, contoh tindakan siswa yang kurang mampu mengontrol diri adalah

terjadinya perkelahian antar pelajar yang menyebabkan cidera, memecahkan kaca

sekolah, dan pencurian

Kemampuan mengontrol diri termasuk dalam bidang pribadi peserta didik.

Guru bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan sebagai peningkatan

pengendalian diri siswa untuk mengantisipasi terjadinya perilaku yang tidak

diinginkan. Remaja yang tidak mampu mengendalikan dirinya akan susah

beradaptasi atau diterima oleh lingkungan, baik lingkungan masyarakat, maupun

lingkungan sekolah. Kurangnya pengendalian diri bagi remaja juga dapat menjadi

penyebab terjadinya tindakan atau perilaku kriminal.

Fakta empiris menunjukkan layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan

bagi siswa yang rendah kontrol dirinya. Untuk pengendalian diri pada siswa

dibutuhkan teknik yang tepat. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah

melalui teknik pemodelan. Modeling adalah prosedur yang menyajikan

serangkaian perilaku kepada individu agar individu dapat berperilaku yang sama

seperti yang dicontohkan/dimodelkan (Bandura, 1997: 93). Sebagian besar

tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah

laku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model (Santrock,

2003: 53). Sesuai yang dijelaskan oleh (Yusuf dan Nurihsan. A. J, 2007: 133)

tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus

antara faktor-faktor penentu yaitu faktor internal yang meliputi kognisi, persepsi,

dan faktor eksternal yanitu lingkungan.

(7)

tingkah laku yang teramati, mengeneralisasi berbagai pengamatan sekaligus

melibatkan proses kognitif (Santrock, 2003: 53). Tarsidi (2008:14) menjelaskan

bahwa pengamatan melalui modeling yang dialami individu mempunyai beberapa

fungsi, yaitu fungsi informasi, motivasi, pembangkitan emosi, dan fungsi

pemberian nilai.

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, dirumuskan masalah,

teknik modeling belum diketahui keefektivitannya terhadap peningkatan

pengendalian diri siswa, sehingga diperlukan kajian yang lebih mendalam

terhadap penerapan teknik modeling untuk meningkatkan pengendalian diri siswa.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah memperoleh teknik

modeling yang efektif untuk meningkatkan pengendalian diri siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah

teori tentang dinamika siswa dalam meningkatkan pengendalian diri dan

melengkapi berbagai model konseling untuk meningkatkan pengendalian diri.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak sebagai berikut.

a. Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian dapat dipergunakan oleh guru bimbingan dan konseling

sekolah di lapangan sebagai pedoman intervensi dalam menangani siswa

yang tidak mampu mengendalikan diri. Hasil penelitian dapat memberikan

masukan kepada guru Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaan layanan

(8)

siswa. Teknik modeling ini tidak hanya dapat diterapkan di SMPN 2

Batusangkar tetapi juga dapat dipergunakan untuk sekolah lain dengan

mempertimbangkan karakteristik dan kekhasan masing-masing sekolah.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

mengembangkan program bimbingan dan konseling serta tenik yang sesuai

untuk meningkatkan pengendlian diri siswa.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ditulis dalam lima bab, dengan struktur organisasi pada halaman

berikutnya.

1. Bab I Pendahuluan mencakup uraian dari latar belakang; identifikasi dan

rumusan masalah penelitian; tujuan penelitian; manfaat penelitian; dan

sistematika penulisan tesis.

2. Bab II Kajian Pustaka mencakup uraian konsep atau teori utama dan teori-teori

turunannya dalam bidang yang dikaji; hasil penelitian terdahulu dan hasil

temuannya; kerangka pemikiran; serta asumsi dan hipotesis.

3. Bab III Metode Penelitian mencakup pembahasan secara berurutan tentang

pendekatan penelitian; metode penelitian; desain penelitian; lokasi dan subjek

penelitian; definisi operasional tentang variabel-variabel penelitian; instrumen

penelitian; teknik pengumpulan data dan analisisnya.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan mendiskusikan temuan penelitian

dengan menggunakan dasar teoritik yang telah dibahas dalam Bab II dan berisi

uraian tentang dua hal utama yaitu; hasil pengolahan atau analisis data dalam

(9)

5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi mencakup penafsiran dan pemaknaan

terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk

kesimpulan; dan rekomendasi yang ditujukan kepada guru bombingan dan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah “ Apakah teknik permainan efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi

Tujuan penelitian ini untuk mengindentifikasi efektivitas konseling singkat berfokus solusi dalam setting kelompok untuk mengembangkan determinasi diri.. Metode

Efektivitas teknik modeling Untuk meningkatkan self efficacy karir siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR

Efektivitas teknik modeling Untuk meningkatkan self efficacy karir siswaUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR

Pada penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah untuk menguji seberapa efektif penerapan teknik konseling keluarga dapat meningkatkan kualitas pengasuhan

dengan konsep diri tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa.. dengan konsep diri sedang dan siswa dengan konsep diri tinggi

Hipotesis penelitian adalah bimbingan teman sebaya efektif dalam. meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMK Taruna

KONSELING PERNIKAHAN UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI PADA PASANGAN YANG MENIKAH MUDA.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu