• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aksi 212 dan Kemenangan Anies-Sandi pada Pemilihan Gubernur Jakarta 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aksi 212 dan Kemenangan Anies-Sandi pada Pemilihan Gubernur Jakarta 2017"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Elis Nugraha Septiana*

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia Ridho Al-Hamdi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia Adibah Dhivani Gusmi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia Abstrak

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2017 menjadi arena perebutan kekuasaan yang diperbincangkan banyak pihak karena berawal dari kasus “penistaan agama” oleh salah satu calon gubernur, yakni Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kepulauan Seribu pada akhir 2016, yang memunculkan reaksi kelompok-kelompok masyarakat Muslim tertentu yang dipelopori oleh Front Pembela Islam (FPI). Artikel ini mengkaji bagaimana strategi gerakan Aksi 212 dalam memenangkan Anies-Sandi pada Pilgub Jakarta 2017. Kajian dilakukan dengan menggunakan data kepustakaan (library research) dan wawancara. Temuan menunjukkan bahwa Aksi 212 memiliki peran besar dalam memenangkan pasangan Anies-Sandi pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Hal itu terlihat pada dua hal, yaitu modal sosial yang dimiliki oleh jaringan aktivis Aksi 212 dan pemanfaatan kepercayaan masyarakat dengan menggunakan fatwa MUI dan pengaruh para tokoh Muslim seperti Rizieq Shihab, Bachtiar Nasir, Arifin Ilham dan para aktivis Muslim lainnya yang berhasil memobilisasi massa Aksi 212 jelang Pilgub Jakarta 2017. Aksi terakhir ini sukses mempengaruhi perilaku pemilih Jakarta yang memicu banyaknya deklarasi dukungan pada Anies-Sandi sehingga akhirnya keduanya memenangkan Pilgub tersebut.

* Penulis untuk korespondesi: Elis Nugraha Septiana

Alamat: Jl. Brawijaya, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55138 Email: elisnugrahasetiana@gmail.com

Aksi 212 dan Kemenangan Anies-Sandi

pada Pemilihan Gubernur Jakarta 2017

2020, Vol. 10, No. 2: 211-230Ilmu Politik https://journal.uinsgd.ac.id/ index.php/jispo/index © The Author(s) 2020

(2)

Kata Kunci

Aksi 212, Pilgub Jakarta 2017, Anies-Sandi, modal sosial, tokoh agama

Abstract

The 2017 Jakarta gubernatorial election was marked by the allegedly religious blasphemy conducted by one of its governor candidates, Basuki Tjahaja Purnama, well-known as Ahok, which incited a strong reaction from certain Muslim groups led by the Islamic Defender Front (FPI). This article aims to find out this reaction that manifested in what so-called the Aksi 212 movement and its contribution to the success of Anies-Sandi in the 2017 Jakarta gubernatorial election. It employs a qualitative method using media news and interview as the data-gathering techniques. The findings reveal that Aksi 212 played an influential role in making Anies-Sandi the governor and deputy governor-elect in the 2017 Jakarta gubernatorial election. This was strongly related to two determining factors: first, the social capital of the Aksi 212 in the forms of networks and public trust due to its use of the MUI (Indonesia Ulama Council)’s fatwa; and second, the influence of Muslim public figures such as Rizieq Shihab, Bachtiar Nasir, Arifin Ilham who succeeded in mobilizing masses to join the Aksi 212 at Monas (National Monument), Jakarta, in 2017. All this significantly contributed to the making of Anies-Sandi the governor and deputy governor-elect in the 2017 Jakarta gubernatorial election.

Key Words

Aksi 212, the 2017 Jakarta gubernatorial election, Anies-Sandi, social capital, religious leaders

Pendahuluan

Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) serentak pada tahun 15 Pebruari 2017 diikuti oleh 101 pemerintahan daerah dengan rincian 18 kota, 76 kabupaten dan 7 provinsi. Pada tingkat provinsi, ketujuh provinsi yang menyelenggarakan pemilihan adalah Aceh, Bangka, Sulteng, Gorontalo, Sulawesi Barat, Papua Barat, Banten dan DKI Jakarta (“Ini 101 Daerah yang Gelar Pilkada Serentak 2017”).

(3)

Pada Pemilukada provinsi, pemilihan umum gubernur dan wakil gubernur (Pilgub) Jakarta 2017 dikenal sangat kontroversial. Ini berkaitan dengan dugaan kasus penodaan agama Islam yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal sebagai Ahok yang berlatar belakang keturunan Cina dan beragama Kristen. Hal ini bermula ketika mantan politikus partai Golkar dan Gerindra itu melakukan kunjungan kerja di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016 dan menggelar dialog dengan masyarakat setempat (“Kasus Penistaan Agama oleh Ahok hingga Dibui 2 Tahun”).

Dalam tayangan video resmi pemerintah provinsi Jakarta di saluran Youtube, Ahok meminta warga tidak khawatir terhadap kebijakan yang diambil pemerintah jika dirinya tidak terpilih kembali. Dalam pidatonya, Ahok menyelipkan sebuah ayat Al-Qur’an, yaitu Surah Al-Maidah ayat 51. Ternyata ucapanya itu kemudian menuai polemik. Banyak media daring dan media sosial menyebarkan video tersebut. Hal itu juga menarik perhatian seorang dosen, Buni Yani. Ia mengedit, menerjemahkan dan menggunggah kembali video itu melalui akun Facebook miliknya. Unggahan tersebut menjadi viral dan menimbulkan kegaduhan bernuansa suku, agama, dan ras di dunia maya (“Kasus Penistaan Agama oleh Ahok hingga Dibui 2 Tahun”).

Tak lama kemudian, muncul desakan dari berbagai pihak terutama Majelis Ulama Indonesia untuk memeriksa Ahok atas pernyataannya itu. MUI bahkan kemudian mengeluarkan sikap dan himbauan tegas atas kasus itu. Pernyataan sikap MUI menyatakan bahwa Ahok dianggap melakukan penodaan terhadap Al-Qur’an dan melakukan penghinaan terhadap ulama (“MUI Nyatakan Sikap Soal Ucapan Ahok Terkait Al Maidah 51, Ini Isinya”). Polisi, akhirnya, memeriksa Ahok dan kemudian menetapkannya sebagai tersangka.

Tidak hanya sampai di situ, setelah Ahok ditetapkan sebagai tersangka, beberapa kelompok yang mengatasnamakan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) mendesak agar kasus Ahok segera disidangkan. Selanjutnya, protes GNPF-MUI berlanjut pada 2 Desember 2016 atau disebut dengan “Aksi 212”. Demonstrasi itu dipusatkan di Monas dan meluas hingga bundaran Hotel Indonesia (HI), sehingga ada yang menyebutnya sebagai aksi umat Islam Indonesia terbesar sepanjang masa (“Gerakan Pengawal Fatwa MUI: Selama ini Tersangka Penistaan Agama Selalu Ditahan”). Akhirnya, Ahok diadili dan dijatuhi hukuman penjara selama 1 tahun 8 bulan. Ia didakwa melakukan penodaan agama karena melanggar KUHP Pasal 156a. Sebagian pengamat menyebut bahwa pasal penodaan agama itu bukan masalah kebenaran satu

(4)

agama tertentu, tetapi persaingan antara penafsiran Islam dominan dengan minoritas (Peterson 2020:7).

Aksi 212 diyakini oleh para pendukungnya sebagai salah satu bentuk pembelaan terhadap Islam. Secara politis, gerakan ini muncul seiring dengan adanya kampanye Pilgub Jakarta tahun 2017 yang diikuti oleh tiga pasangan calon, yaitu Agus Harimurti Yudoyono-Sylvia, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Pasangan pertama dan ketiga adalah pasangan Muslim, sedangkan pasangan kedua campuran non-Muslim-Muslim (“Makna Nomor 1, 2 dan 3 bagi Cagub-Cawagub DKI”).

Beberapa lembaga survei sejak awal menyebutkan bahwa pasangan Ahok-Djarot lebih unggul. Keduanya diyakini memiliki integritas dan transparasi dalam kepemimpinannya sebagai Gubernur Jakarta. Masyarakat Jakarta umumnya tidak melihat suku, agama atau etnisnya,

tetapi berdasarkan kemampuan. Ahok dipandang sebagai figur pemimpin

yang tegas dan taat norma hukum yang berlaku (Prasetyo 2014:11).

Namun, pada pemilihan putaran kedua, pasangan Ahok-Djarot memperoleh suara 42,04%, kalah unggul dari pasangan Anies-Sandi yang memperoleh suara 57,96%. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran jumlah suara antara sebelum dan sesudah kasus penodaan agama oleh Ahok diikuti Aksi 212 yang berpengaruh terhadap perolehan suara.

Sebagian sarjana menyatakan bahwa penurunan suara Ahok-Djarot ini terkait dengan kemampuan Ahok membentuk narasi politik yang menggeser keindonesiaan dari etnik dan agama ke arah transparansi dan integritas (Hatherell and Welsh 2017: 1). Inilah yang membuatnya tidak disukai oleh banyak kalangan. Namun, kasus tuduhan penistaan agama oleh Ahok dan Aksi 212 diyakini memiliki pengaruh lebih besar terhadap masyarakat Jakarta dalam menentukan pilihan mereka memilih pasangan Sandi. Banyak pihak menilai bahwa kemenangan pasangan Anies-Sandi dalam Pilgub DKI Jakarta adalah hasil aksi massa jelang Pemilukada tersebut. Sebagaimana diungkapkan secara terbuka oleh Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali, salah satu strategi yang digunakan untuk memenangkan pasangan Anies-Sandi adalah memanfaatkan momentum Aksi 212. Dalam menarik massa, pendukung pasangan Sandi menggunakan dua siasat: pertama, merubah penampilan Anies-Sandi yang sebelumnya tidak berpeci menjadi memakai peci; dan kedua, menemui Ketua FPI, Rizieq Shihab, yang merupakan salah satu penggerak Aksi 212. Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Reni Suwarso, menilai kehadiran Anies pada Reuni 212 sebagai salah satu bentuk

(5)

ucapan terimakasih atas dukungan gerakan 212 sehingga terpilih menjadi gubernur (“Berbagai Strategi Tim Pemenangan Anies-Sandi pada Pilkada DKI 2017”).

Dengan latar belakang di atas, Pilgub Jakarta 2017 dan Aksis 212 menarik untuk dikaji lebih mendalam dibandingkan dengan Pemilukada daerah lainya. Selain menjadi ibukota negara Indonesia, Jakarta menjadi pusat perhatian terutama setelah adanya kasus “penistaan agama” oleh Ahok yang memicu munculnya gerakan 212. Banyak tokoh agama, ulama dan tokoh politik atau partai politik ikut serta dalam Aksi 212 yang dilakukan 2 Desember 2016 tersebut. Aksi 212 menunjukkan sebuah fenomena baru yang penting untuk diteliti seiring dengan apa yang disebut dengan “populisme Islam” di Indonesia. Masyarakat dari berbagai daerah dengan ragam latar belakang, baik masyarakat biasa, elit, tokoh masyarakat, ulama dan politikus, artis dan lainnya ikut serta meramaikan aksi tersebut.

Terdapat beberapa tulisan yang sudah membahas Aksi 212 ini. Ichwan (2016), misalnya, membahas tentang MUI, gerakan Islam dan umat mengambang. Selain itu, tulisan Abdullah (2017) membahas tentang komunikasi politik gerakan Aksi 212 antara politik identitas dan ijthad politik alternatif. Keduanya menjelaskan bahwa pada akhir tahun 2016, Indonesia diwarnai dengan adanya gerakan Aksi Bela Islam (ABI). Gerakan ini dikenal dengan gerakan 411 dan 212 yang terjadi pada 4 November dan 2 Desember 2016. Aksi 212 menjadi sorotan masyarakat karena jumlahnya yang diperkirakan mencapai sekitar 7 juta orang. Kaum Muslim dari berbagai daerah dan latar belakang organisasi pergerakan bergabung dalam aksi ini (Abdullah 2017:4).

Namun, sepengetahuan penulis, kajian-kajian yang ada belum

mengkaji secara spesifik hubungan antara Aksi 212 dan kemenangan

Anies-Sandi pada Pilgub Jakarta 2017. Karena itu, artikel ini hendak

membahas bagaimana Aksi 212 memberikan kontribusi signifikan bagi

kemenangan pasangan Anis-Sandi dalam Pilkada Jakarta 2017. Untuk tujuan ini, dilakukan penelitian berupa analisis berita media yang diperkuat dengan wawancara dengan beberapa aktivis yang terlibat Aksi 212. Data yang diperlukan dikumpulkan dari situs berita daring dan data resmi dari website KPU Jakarta dan situs lainnya juga digunakan.

Aksi 212 sebagai Gerakan

Aksi 212 dapat dipandang sebagai gerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang melalui instrumen kelembagaan sosial, politik yang berbentuk organisasi, komunitas atau sejenisnya. Gerakan politik merupakan gerakan

(6)

bersama yang terfokus pada suatu isu atau masalah, baik masalah sosial politik, lingkungan dan sebagainya dengan tujuan untuk kemaslahatan

bersama agar terwujud secara efektif (Lutfi dan Puspito 2012:84).

Menurut Kartasapura dan Kreimers (dalam Mahfud 2015:5), gerakan politik adalah kegiatan atau usaha kolektif untuk mengadakan sebuah sistem kehidupan yang baru. Gerakan sosial politik adalah sebuah gerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mengubah sesuatu. Perubahan ini tentu akan memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat atau memberikan pengaruh terhadap kebijakan publik. Selain memberikan pengaruh, gerakan politik juga menimbulkan partisipasi masyarakat (Suharko 2006:3) dari jumlah partisipan yang sangat sedikit hingga ribuan bahkan jutaan orang.

Untuk memahami Aksi 212, analisis perlu diarahkan pada dua hal: pertama, peranan gerakan ini yang akan dianalisis dengan teori modalitas sosial dan jaringan sosial; dan kedua, faktor pengaruh yang akan dianalisis dengan teori pengaruh atau intervensi. Pada tulisan ini, hal ni akan difokuskan pada pengaruh tokoh terhadap Pilgub Jakarta 2017.

Modal sosial dapat berupa norma-norma sosial seperti kepercayaan dan jaringan yang dapat berkontribusi dalam memperbaiki intitusi demokrasi. Modal sosial dalam masyarakat akan menguntungkan dan mendorong mereka untuk lebih mudah bekerja sama dan membangun pertemanan. Jika modal sosial kuat, maka institusi-institusi sosial dan politik akan berfungsi dengan baik sehingga proses demokrasi akan berjalan baik pula.

Selain modal sosial, dalam memobilisasi massa, sebuah gerakan sosial memerlukan unsur-unsur pokok lain seperti jaringan dan kepercayaan. Jaringan sosial adalah sebuah pola koneksi dalam hubungan sosial individu, kelompok dan berbagai bentuk kolektif lainya. Kemampuan seseorang atau kelompok dalam melibatkan diri di sebuah jaringan atau hubungan sosial merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam membangun modal sosial. Pada saat seseorang menggabungkan diri dalam jaringan sosial dan menyelaraskan kekuatannya, ia telah menambahkan kekuatan dalam jaringan tersebut. Sebaliknya, keaktifan dalam suatu jaringan membuat seseorang akan memperoleh kekuatan tambahan dari jaringan tersebut (Hasbullah dalam Yanto13:37). Adapun kepercayaan (trust), ia merupakan pondasi dari suatu hubungan antara dua pihak atau lebih yang akan terjalin bila masing-masing saling mempercayai. Kepercayaan merupakan bagian dari sebuah harapan yang timbul dari masyarakat di mana semua anggota harus bertindak dalam batas norma dengan keteraturan, kejujuran, dan kerjasama. Kepercayaan mengandung suatu sikap yang menganggap

(7)

bahwa individu atau kelompok bermaksud baik, adil dan sesuai dengan norma etika (Yilmaz dan Atalay 2009:2).

Selain modal sosial, sebuah gerakan memerlukan tokoh. Menurut Weber & Kalberg (dalam Prasetijo 2015:69), terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong perubahan sosial di dalam masyarakat, di antaranya etika dan nilai budaya yang menjadi acuan. Para tokoh atau pemimpin (leader) yang menjadi contoh panutan dan menyebarkan gagasan menjadi pendorong perubahan sosial. Ini menegaskan adanya dua faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan sikap ataupun perbuatan seseorang, yakni para tokoh dan aktivis gerakan sosial.

Menurut Wolf (dalam Prasetijo 2015:67), peran pemimpin sangat krusial dalam memberikan dorongan ataupun perubahan. Ia dapat memberikan dorongan kesadaran yang tidak dimiliki oleh kelompok lainnya. Sebagaimana dikatakan oleh Bourdieu (dalam Prasetijo 2015:68), ada kondisi yang dibangun oleh orang yang punya kuasa untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendakinya sehingga ada semacam keyakinan yang ditanamkan kepada kelompoknya tentang sebuah perubahan yang akan didapatkan.

Selain tokoh atau pemimpin, aktivis juga sangat penting bagi sebuah gerakan. Aktivis adalah orang yang aktif dalam organisasi atau pendorong suatu kegiatan. Ia adalah orang yang giat bekerja untuk kepentingan suatu organisasi massa. Ia mengabdikan tenaga dan pikirannya bahkan seringkali mengorbankan tenaga dan harta bendanya untuk mewujudkan cita-cita organisasi.

Modal Sosial Aksi 212

Pemilukada memerlukan modal sosial yang besar. Pentingnya modal sosial tersebut, misalnya, terlihat pada saat pemilu gubernur dan wakil gubernur Jakarta yang menghadirkan beberapa permasalahan sosial sehingga memunculkan gerakan atau Aksi 212 yang dianggap fenomenal. Aksi 212 merupakan salah satu aksi yang memiliki modal sosial besar. Hal ini terbukti dari aksi yang digelar di Monas pada 2 Desember 2016, yang diduga dihadiri oleh jutaan umat Islam.

Aksi 212 dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah dengan ragam latar belakang. Hal tersebut tidak akan terjadi, jika tidak ada mobilisasi dengan modal sosial yang besar. Terdapat peran besar aktivis Aksi 212 yang berpengaruh terhadap kemenangan Anies-Sandi. Hal ini diungkapkan oleh seorang aktivis Aksi 212:

(8)

Alumni 212 memiliki dua peran dalam mendukung kemenangan Anies-Sandi. Peran pertama, mematikan kepercayaan masyarakat terhadap Ahok yang telah bersikap buruk dengan menghina Agama Islam, menistakan Al-Qur’an dan menghina ulama yang dianggap sebagai pembohong. Dan peran yang kedua adalah dengan menaikan popularitas Anies-Sandi yang menggandeng para tokoh dan ulama seperti Rizieq Syihab sebagai inisiator Aksi 212 (Wawancara dengan Zainudin Arsyad, Yogyakarta, 23 November 2018).

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis akan memaparkan modal sosial Aksi 212 dalam mempengaruhi massa untuk mendukung kemenangan Anies-Sandi pada Pilgub Jakarta 2017. Terdapat beberapa jenis modal sosial yang dimiliki oleh Aksi 212, di antaranya jaringan dan kepercayaan.

Jaringan menjadi salah satu kunci keberhasilan Aksi 212 dalam membangun hubungan individu dan kelompok. Jaringan ini diperluas dengan hubungan yang tercipta di antara individu dan kelompok dengan para relawan lain dalam Aksi 212. Kehadiran kelompok dan organisasi yang menggunakan simbol-simbol keagamaan dalam politik menjadi ciri transisi demokrasi di Indonesia. Gesekan politik yang bermuatan sentimen agama banyak terjadi di penghujung tahun 2016.

Berbagai kelompok Islam turun ke jalanan Ibu Kota Jakarta melakukan aksi protes terkait kasus Ahok. Terdapat banyak organisasi ikut serta dan menjadi pelopor demonstrasi yang dilakukan pada 17 Oktober 2016, 4 November 2016 dan 2 Desember 2016 seperti FPI (Front Pembela Islam), FUI (Forum Umat Islam), Parmusi (Persatuan Umat Islam Indonesia), MJR (Majelis Rasullullah), GNPF-MUI (Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia), dan puluhan organisasi Islam lainnya. Organisasi yang tergabung dalam Aksi 212 jumlahnya sangat banyak, bahkan tidak jelas berapa lagi jumlahnya. Seorang aktivis Aksi 212, menjelaskan:

Jaringan (Aksi 212) ini tersebar melalui media seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, dan Telegram, dan melalui para ulama, ustadz dan santrinya. Aksi damai itu terjadi karena hati umat yang sudah tergerak karena agama mereka dinistakan. Makanya, mereka hadir dengan sendiri tanpa paksaan (Wawancara dengan M. Iqbal, Yogyakarta, 25 November 2018).

(9)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi sarana komunikasi penting yang mempercepat proses penyebaran informasi, baik wacana ataupun gerakan. Peran framing media sangat penting termasuk dalam persidangan kasus Ahok di pengadilan (Rayudaswati dan Nurhasanah 2017: 36). Karenanya, gerakan beberapa tokoh Islam atau organisasi masyarakat yang dilakukan melalui framing jaringan media sosial mampu mengubah kekuasaan politik. Bangkitnya apa yang disebut sebagai “ummat mengambang” di Indonesia berhasil mempengaruhi politik Islam dan demokrasi dibanding ormas arus utama seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah (Hadiz 2019:271). Ini menjadi bukti adanya proses perubahan sosial yang dipengaruhi oleh kekuatan umat mengambang itu yang didukung oleh jaringan teknologi. Karenanya, media sosial dapat dilihat dari berbagai perspektif, baik kultur, politik, maupun keamanan. Media sosial mampu mempengaruhi siapa saja dari berbagai basis kelompok sosial manapun (Khamdan dan Wiharyani 2018: 10).

Selain jaringan, modal sosial juga dibangun dengan kepercayaan. Rasa percaya merupakan pilar kekuatan dalam modal sosial. Seseorang merasa dirinya percaya dan yakin pada suatu hal yang dianggap benar. Dengan rasa percaya, seseorang mau melakukan apa saja untuk orang lain. Rasa percaya ini juga mempengaruhi partisipasi masyarakat, seperti terjadi pada Pilgub Jakarta 2017. Permasalahan bermula saat Ahok menyampaikan pidato kedinasannya di Kepulauan Seribu. Ahok menyingung Al-Qur’an, surah Al-Maidah ayat 51. Video pidato Ahok itu kemudian viral. Beberapa organisasi masyarakat seperti FPI kemudian menggalang massa untuk meminta Ahok diadili melalui jalur hukum karena dianggap menistakan agama. Suasana semakin panas ketika MUI mengeluarkan fatwa bahwa “Pernyataan Basuki Tjahaja Purnama dikategorikan: 1) Menghina Al-Qur’an dan 2) Menghina ulama yang memiliki konsekuensi hukum”

(“Pendapat dan Sikap Keagamaan Majelis Ulama Indonesia Terkait

Pernyataan Basuki Tjahaya Purnama”)

Pernyataan MUI ini kemudian melahirkan GNPF-MUI pada tahun 2017. Kelompok ini kemudian menggerakkan massa untuk berunjuk rasa mendorong agar Ahok diadili. Dengan adanya fatwa MUI itulah masyarakat Jakarta dan di luar Jakarta mengetahui dan percaya bahwa Ahok telah melakukan penghinaan agama Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia. Islam dianut oleh sekitar 80% penduduk Indonesia dari toral populasi 261 juta penduduk pada 2016. Hal ini secara tidak langsung mendorong umat Islam Indonesia ikut serta dalam gelombang unjuk rasa Aksi Bela Islam 411 dan 212 itu.

(10)

Kepercayaan masyarakat bahwa Ahok menista Islam membuat mereka mudah dimobilisasi dengan menggunakan fatwa MUI. Fatwa tersebut mengungkapkan bahwa Ahok telah menghina Al-Qur’an dan menghina ulama. Hal ini kemudian disebarkan melalui media cetak, elektronik dan media sosial. Informasi yang tersebar ini memberikan pengaruh besar kepada masyarakat sehingga mematikan kepercayaan terhadap Ahok (Sanjaya, et al 2017:149). Hal ini kemudian berdampak pada banyaknya massa yang hadir dalam Aksi 212 sehingga kemudian menurunkan popularitas Ahok di masyarakat yang pada gilirannya berdampak juga terhadap kekalahannya

pada Pilgub Jakarta 2017 (Stiyaningrum dan Oktafiani 2017: 67).

Pengaruh Tokoh dan Aktivis Aksi 212

Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok individu dalam mencapai tujuan bersama. Efektivitas tindakan dalam sebuah organisasi tergantung pada sinergi dan kerja sama individu dan kelompok dalam mencapai tujuan bersama yang dimobilisasi oleh pemimpin. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin memiliki pengaruh besar terhadap jalannya sebuah organisasi dalam menjalankan misi tujuannya yang harus diperjuangkan bersama. Sikap dan perilaku individu dalam organisasi juga sangat diperlukan untuk mendorong efektivitas organisasi ke arah pencapaian sasaran yang ditetapkan bersama (Stiyaningsih 2007:24).

Pemimpin memiliki peranan penting dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dalam organisasi. Bahkan tokoh menentukan individu dan kelompok secara tepat untuk membantu pencapaian visi misi tersebut. Selain itu, hal ini juga didukung dengan sifat pemimpin yang mampu melayani, terus belajar, memperbaiki kesalahan yang dilakukan, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan memotivasi anggotanya. Pemimpin memiliki peranan besar dalam mempengaruhi kelompok yang terorganisasi ke arah pencapaian tujuan organisasi sebagai dasar dalam mengukur konstruksi kepemimpinan (Stiyaningsih 2007:29). Weber dan Kalberg (dalam Prasetijo 2015: 69) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong perubahan sosial di masyarakat seperti etika, nilai budaya, dan kaum intelektual seperti tokoh atau pemimpin yang menjadi panutan dan menyebarkan gagasan yang dapat menjadi pendorong perubahan sosial tersebut.

Hal ini terlihat dalam Aksi 212 yang terjadi di Jakarta. Ia dipengaruhi oleh sosok pemimpin organisasi atau tokoh kuat yang mampu memobilisasi massa. Misalnya, para simpatisan tidak pernah surut bahkan selalu bertambah di setiap aksinya seperti terlihat saat Aksi 411, 212 dan Reuni 212 jilid II.

(11)

Tokoh 212

Tokoh atau pemimpin Aksi 212 pada Pilgub Jakarta 2017 menjadi isu yang paling banyak menjadi pusat perhatian publik. Banyak tokoh yang memberikan pengaruh besar dalam Aksi 212. Dalam Aksi 212, FPI yang dipimpin oleh Rizieq Shihab dianggap memiliki kekuatan paling besar. Anggotanya tersebar luas, baik di Jakarta maupun di luar daerah, bahkan sampai menyebar ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. Selain itu, terdapat relasi antar tokoh agama yang dimiliki oleh Rizieq Shihab dengan

para pengurus pondok pesantren seperti Arifin Ilham dan Abdul Somad.

Hal ini sangat mempengaruhi kesadaran masyarakat sehingga mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama seperti dilakukan oleh para tokoh

agama tersebut (Stiyaningrum dan Oktafiani 2017:77).

Popularitas para tokoh agama dan kelompok lainnya di Jakarta semakin berkembang dan meluas di masyarakat terutama melalui jaringan media sosial. Komunikasi media sosial telah berubah menjadi aktivisme politik baru yang dapat mempengaruhi aktivitas dan fenomena sosial di masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh aktor politik di luar negara berusaha untuk ikut serta merespons isu aktual sehingga dapat dijadikan modal untuk merebut kekuasaan politik. Karena itu, kemajuan teknologi dianggap dapat mempengaruhi pola berpikir masyarakat ke arah gerakan perubahan. Hal ini terlihat pada sosok Bachtiar Nasir, tokoh sentral dalam GNPF-MUI, yang mampu mempengaruhi massa melalui postingan-postingannya di media sosial seperti Facebook. Misalnya, ia menyatakan:

Bela Islam, aksi super damai, aksi ibadah. Gelar sajadah, istighosah & doa untuk negeri serta solat Jum’at di Monas, 2 Desember 2016

(m.facebok.com/profile/bachtiar-nasir, 29 November 2016).

Postingan tersebut secara tidak langsung berisi ajakan kepada masyarakat untuk hadir dalam Aksi 212. Ia kemudian memasang dan memposting gambar di media sosial yang berisi seruan aksi bela Islam dengan latar para tokoh Muslim seperti Rizieq Shihab, Ma’ruf Amin,

Arifin Ilham, dan Aa Gym yang diapit oleh aparat pemerintah seperti

Tito Kanavian dan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo. Postingan tersebut kemudian viral hingga mendapatkan tanda suka (like) sebanyak 25.000, 1.735 kali dibagikan dan 1.133 komentar. Hal ini menunjukkan bahwa para tokoh memiliki banyak pengaruh di media sosial. Hal ini juga berlaku untuk para tokoh Muslim lainya yang menyebarkan berita aksi bela Islam di media sosial, sehingga informasi tersebut menyebar di masyarakat

(12)

Pemberitaan di media sosial yang disebarkan oleh ulama, ustadz dan tokoh masyarakat yang tidak menyukai Ahok menguntungkan pihak Anies-Sandi. Pasangan ini mendapat dukungan ulama dalam Aksi 212. Hal ini dibenarkan oleh seorang aktivis Aksi 212:

Para ulama mendukung Anies-Sandi, maka umat Islam mendukung Anies- Sandi. Ibarat imam dan makmum dalam salat. Ketika imam membaca Al-Fatihah, maka makmum juga membaca Al-Fatihah” (Wawancara dengan M. Iqbal, Yogyakarta, 25 November 2018). Dengan kata lain, ketika para ulama menentukan pilihannya kepada seorang calon kepala daerah yang Muslim karena dianggap memperjuangan Islam, umat Islam kemudian juga ikut mendukung calon tersebut. Hal ini terlihat dalam kasus Pilgub Jakarta 2017. Ketika pilihan mereka tidak jatuh kepada Ahok karena ia menistakan agama, tetapi kepada Anies-Sandi, masyarakat pun memutuskan pasangan ini sebagai pilihan mereka. Ini menunjukkan bahwa Aksi 212 itu turut mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihannya. Hal ini kemudian berdampak terhadap kemenangan Anies-Sandi pada Pilgub Jakarta 2017 (Wawancara dengan M. Iqbal, 24 November 2018).

Peran penting para tokoh dan ulama itu juga terlihat ketika mereka mendeklarasikan dukungannya pada Anies-Sandi seperti yang dilakukan oleh Forum Ulama dan Habib (FUHAB). Pernyataan dukungan ini diberikan setelah Anies-Sandi bertemu mereka di Jakarta Timur. Sebelum menentukan dukungannya, FUHAB mengadakan musyawarah dan kemudian mengambil kesepakatan mendukung pasangan Anies-Sandi

dalam Pilgub Jakarta 2017. Wakil dari FUHAB, Taufikurahman Ruki,

mengatakan bahwa “semua anggota akan taat pada keputusan ini karena prinsipnya ini adalah fatwa dari ulama. Prinsip seorang Muslim adalah mendengar dan taat (sami’na wa atha’na). Alasan FUHAB mendukung pasangan Anies-Sandi adalah karena pasangan Muslim yang dianggap serasi. Anies seorang teknokrat dan Sandi seorang pengusaha sukses” (“Forum Ulama dan Habib Nyatakan Dukung Anies-Sandi”).

Selanjutnya, para tokoh yang dipimpin langsung oleh Rizieq Shihab dari FPI dan Bactiar Nasir dari GNPF-MUI melakukan mobilisasi

massa melalui para ulama, ustadz dan tokoh agama lainnya seperti Arifin

Ilham, Abdus Somad, dan Aa Gym. Aksi mobilisasi massa ini akhirnya berpengaruh terhadap sikap pemilih dalam menentukan pilihannya. Hal ini berdampak pada semakin banyaknya deklarasi dukungan berbagai pihak

(13)

pada pasangan Anies-Sandi. Akhirnya, pasangan Anies-Sandi di Pilgub DKI Jakarta mendapatkan kemenangan secara mutlak pada pemilihan putaran kedua. Pasangan Anies-Sandi memperoleh suara 57,96%, lebih unggul dibanding dengan pasangan Ahok- Djarot yang memperoleh suara 42,04%. Sebelumnya, pada pemilihan putaran pertama, pasangan Anies-Sandi memperoleh 39,95%, sedangkan Ahok-Djarot 42,99% (“Hasil Pleno KPU DKI: Anies-Sandi 57,96%, Ahok-Djarot 42,04%”).

Aktivis Aksi 212

Berbagai kelompok aktivis bergabung dalam Aksi 212 dan 411 di Jakarta. Salah satunya adalah pemuda dan aktivis mahasiswa yang mendeklarasikan berdirinya Elemen Muda 212. Kelompok ini merupakan bagian dari Aksi 212 dan 411 yang diprakarsai oleh GNPF-MUI.

Selain itu, para aktivis buruh juga ikut serta dalam aksi damai tersebut. Elemen buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KPSI) terjun langsung ke lapangan ikut serta dalam Aksi 212 di Balai Kota Jakarta. Salah satu tuntutan para buruh itu sama dengan GNPF- MUI, yakni menuntut agar Ahok segera diadili. Presiden KPSI, Said Iqbal, menyampaikan tuntutan agar Ahok dipenjarakan karena para buruh menilai Ahok telah melakukan berbagai pelanggaran seperti pelanggaran HAM dengan melakukan penggusuran rakyat kecil, merusak lingkungan melalui proyek reklamasi, dan kebijakan upah murah. Selain itu, Iqbal mengklaim bahwa para buruh yang ikut serta dalam Aksi 212 berjumlah 50 ribu orang berasal dari Jabotabek, Karawang, Serang dan Purwakarta (“Ikut Tuntut Ahok Dipenjara, Ribuan Buruh Ramaikan Demo #212”).

Bukan hanya elemen mahasiswa dan buruh, para aktivis perempuan juga ikut aktif berpartisipasi dalam Aksi 212. Aktivis Forum Perempuan Berbicara, misalnya, menyelengarakan diskusi dengan aktivis FUI untuk memberikan dukungan sebesar-besarnya terhadap Aksi 212. Pada 23 November 2016, Sekretaris Jenderal Forum Perempuan Berbicara, Ummu

Hafizah, mengatakan:

Forum Perempuan Berbicara akan melakukan Aksi 212 karena taat pada ulama yang panitia resminya adalah GNPF-MUI. Jadi, Forum Perempuan Berbicara akan melakukan konsolidasi para aktivis akhwat dari berbagai organisasi, di mana dukungan paling utama mengajak para Muslimah agar ikut serta dalam perjuangan umat Islam guna membela Islam yang sedang dihina.

(14)

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa perempuan yang tergabung dalam Forum Perempuan Berbicara merasakan kekecewaan besar terhadap penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok. Bagi Muslim, kitab suci Al-Qur’an adalah sebuah kebenaran yang diyakini dapat memberikan petunjuk dalam kehidupannya. Dukungan perempuan terhadap kasus ini mempengaruhi citra Ahok di mata masyarakat sehingga masyarakat lebih selektif dalam menentukan pilihan dan dukungannya.

Selain itu, organisasi Forum Betawi Rempug (FBR) juga mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan Anies-Sandi. FBR mengatakan bahwa alasan dukungannya karena melihat Anies-Sandi merupakan satu-satunya pasangan calon yang tegas menolak reklamasi teluk Jakarta. Anies-Sandi juga mendapat dukungan dari Ikhwanul Mubalighin, sebuah ormas yang didirikan oleh para mubaligh atau pendakwah Islam (“Setelah Anies Temui FPI, Berikutnya Giliran FBR dan Ormas Pendukung Demokrat”).

Selain FBR dan Ikhwanul Mubalighin, sejumlah kelompok masyarakat di berbagai wilayah Jakarta juga menyatakan dukungannya. Masyarakat Jakarta Utara yang terdiri dari 150 organisasi massa mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan Anies-Sandi. Deklarasi tersebut dilakukan di rumah tokoh pergerakan nasional, Sabri Saiman, di Jakarta Utara. Mayarakat percaya bahwa memilih pasangan Anies-Sandi mampu membawa perubahan Jakarta ke arah lebih baik. Tidak hanya masyarakat Jakarta Utara, masyarakat Cilandak Barat, Jakarta Selatan dan masyarakat Cipayung juga mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan Anies-Sandi pada 19 Desember 2016 dalam Pilgub Jakarta 2017 (“Deklarasi dan Dukungan Masyarakat Cipayung untuk Anies-Sandi”).

Begitu juga dengan masyarakat Duren Sawit, Jakarta Timur, yang menyatakan dukungannya dan mengelar deklarasi untuk pasangan Anies-Sandi. Acara tersebut digagas oleh Forum Masyarakat Jakarta Santun (FMJS) yang di dalamnya terdiri dari 20 komunitas seperti Komunitas Sepeda, Forum RT/RW, Forum Remaja Masjid dan Majelis Taklim, Forum Marawis, Paguyuban Ojek, Komunitas Guru PAUD, Forum Komunikasi Perduli BKT, Forum Kemakmuran Masjid, Komunitas Seniman dan Garuda Keadilan (Liputan6.com, 9 Oktober 2016). Selanjutnya, Relawan Abdi Rakyat juga mendeklarasikan dukungan yang sama dengan alasan pasangan Anies-Sandi dianggap mau mendengarkan suara rakyat, tidak arogan, bersedia berdialog dengan rakyat, dan mau bekerjasama dengan rakyat (“Relawan Abdi Rakyat Deklarasikan Dukungan kepada Anies-Sandi”).Hal yang sama dilakukan Koalisi Buruh Jakarta yang terdiri dari 13 oerganisasi buruh. Dukungan mereka diberikan secara simbolik yang

(15)

ditandai dengan penandatanganan perwakilan pimpinan masing-masing organisasi serikat buruh seperti Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Federasi Serikat Pekerja Metal (FSPM), dan Serikat Pekerja Nasional (SPN) (“Koalisi Buruh Jakarta Dukung Anies-Sandi”).

Berbagai dukungan tersebut berdampak pada deklarasi dukungan banyak pihak lainnya kepada pasangan Anies-Sandi sehingga menghasilkan kemenangan bagi pasangan tersebut. Perolehan suara pasangan Anies-Sandi unggul di Jakarta Pusat seperti TPS 140 dan 141 dengan 444 suara, sedangkan pasangan Ahok-Djarot memperoleh 108 suara. Total keseluruhan perolehan suara di Jakarta Pusat adalah 57.77% bagi pasangan Anies-Sandi. Hal ini terjadi salah satunya karena pengaruh Aksi 212 seperti dukungan Forum Perempuan. Gerakan perempuan ini melakukan konsolidasi dengan beberapa aktivis perempuan dan masyarakat untuk tidak memilih Ahok yang telah menghina Al-Qur’an. Begitu juga pengaruh dari para tokoh dan ulama seperti Abdurrahman Suhaimi yang cukup berpengaruh di Pondok Kelapa, Jakarta Pusat (“Koalisi Elemen Masyarakat Pondok Kelapa Dukung Anies-Sandi”).

Sedangkan perolehan suara Ahok-Djarot unggul di beberapa TPS seperti TPS 4 di Gambir, Jakarta Pusat, tempat Presiden Joko Widodo mencoblos. Suara yang diperoleh Ahok-Djarot adalah 161 suara, sedangkan pasangan Anies-Sandi memperoleh 134 suara. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tokoh penting yang dekat dengan calon gubernur dan wakil gubernur dapat mempengaruhi hasil perolehan suara calon tersebut.

Selanjutnya, perolehan suara Anies-Sandi juga unggul atau menang mutlak di Jakarta Selatan, terutama di TPS 08 dengan perolehan suara Sandi 212 suara dan Ahok-Djarot 107 suara. Kemudian, Anies-Sandi juga unggul di Kepulauan Seribu dengan total perolehan suara di Pulang Tidung sebanyak 62.00% suara bagi Anies-Sandi dan Ahok-Djarot memperoleh 38.00% suara. Perolehan suara Ahok di Kepulauan Seribu di bawah 40%. Hal ini diperkirakan karena pengaruh kasus penistaan agama (“Anies Menang di Pulau Pramuka, Tempat Ahok Diduga Menistakan Agama”).

Salah satu pendukung Aksi 212 sekaligus tokoh di Jakarta Utara adalah Sabri Saiman. Ia adalah salah satu tokoh yang mendukung pasangan Anies-Sandi dalam Pilgub 2017 sehingga di daerah ini perolehan suara Anies-Sandi sebanyak 52.73% suara, lebih unggul dibanding Ahok-Djarot dengan 42.27% suara. Selain itu, Ustadz Solmed memiliki peran cukup besar dalam mempengaruhi massa untuk mendukung pasangan Anies-Sandi sehingga berhasil merebut suara di Jakarta Utara seperti

(16)

di Kampung Kebon Bayam Taman, RT/RW 10, Tanjung Priok. Ustadz Solmed dan Anies-Sandi pernah meresmikan secara bersama-sama kampung tersebut sebagai kampung kreatif. Selain itu, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, juga pernah mengunjungi kampung tersebut. sehingga hal ini mempengaruhi perolehan suara Anies-Sandi seperti di TPS 29 Jakarta Utara di mana Anies-Sandi memperoleh 354 suara, sedangkan Ahok-Djarot memperoleh 77 suara (“Pemilihan Diulang, Anies-Sandi Tetap Unggul di TPS 29 Kalibata”).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa banyaknya dukungan dari berbagai elemen masyarakat di Jakarta setelah kasus Ahok terhadap pasangan Anies-Sandi dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 membuat perolehan

suara pasangan Anies-Sandi naik secara signifikan. Hal ini membuktikan

bahwa peran tokoh dan aktivis Aksi 212 dalam menggerakkan massa untuk menuntut penyelesaian kasus Ahok berpengaruh pula terhadap kemenangan pasangan Anies-Sandi dalam Pilgub Jakarta tersebut.

Kesimpulan

Tulisan ini telah menunjukkan bahwa kemenangan Anies-Sandi pada Pilgub Jakarta 2017 erat kaitannya dengan dukungan para pelaku Aksi 212. Hal ini dapat dilihat pada dua hal yang disediakan oleh Aksi 212 bagi Anies-Sandi: modal sosial dan tokoh/aktivis Aksi 212. Modal sosial ini berupa jaringan dan kepercayaan digunakan untuk memobilisasi massa Aksi 212 untuk mendukung Anies-Sandi. Jaringan ini di diperluas melalui pendukung Aksi 212 yang dipelopori oleh organisasi FPI, FUI, MJR dan GNPF-MUI. Jaringan organisasi ini kemudian diperluas melalui sosial media seperti Facebook, Instagram, WhatsApp dan Telegram. Selain jaringan, aspek kepercayan memainkan peranan penting dalam memobilisasi massa dengan menggunakan fatwa MUI yang disebarkan melalui media, yang menyatakan bahwa Ahok dianggap telah menghina Al-Qur’an dan ulama. Penyebaran fatwa melalui media ini memberi pengaruh kepada masyarakat sehingga meredupkan kepercayaan mereka terhadap Ahok. Hal ini juga kemudian berdampak pada banyaknya massa yang hadir dalam Aksi 212 sehingga menurunkan popularitas Ahok yang berujung kekalahannya pada Pilgub DKI Jakarta 2017.

Selain itu, terdapat pengaruh penting dari tokoh dan aktivis Aksi 212, yang berasal berbagai organisasi masyarakat yang ikut memobilisasi massa dalam Aksi 212. Tokoh-tokoh seperti Rizieq Shihab dari FPI dan Bachtiar Nasir dari Ketua GNPF-MUI memobilisasi massa melalui para ulama, ustadz dan tokoh agama yang populer di masyarakat. Mobilisasi

(17)

massa ini berpengaruh terhadap sikap pemilih sehingga memunculkan banyak dukungan pada Anies-Sandi yang berdampak pada kemenangan pasangan ini pada Pilgub Jakarta 2017.

Referensi

Abdullah, Assyari. 2017. “Membaca Komunikasi Politik Aksi Bela Islam 212: Antara Politik Identitas dan Politik Alternatif”. An-Nida Jurnal Pemikiran Islam 41 (2):202-212.

“Ahok Divonis 2 Tahun Penjara”, Detiknews, 9 Mei 2017. Diakses dari (https://news.detik.com/berita/d3496185/Ahok-divonis-dua-tahun-penjara)

“Anies Menang di Pulau Pramuka, Tempat Ahok Diduga Menistakan Agama”, Merdeka.com, 15 Pebruari 2017. Diakses dari (https:// www.merdeka.com/jakarta/anies-menang-di-pulau-pramuka-tempat-ahok-diduga-menistakan-agama.html).

“Berbagai Strategi Tim Pemenangan Anies-Sandi pada Pilkada DKI 2017”, Kompas.com, 14 Desember 2016. Diakses dari (https:// megapolitan.kompas.com/read/2016/12/14/20455361/berbagai. strategi.tim.pemenangan.anies-sandi.pada.pilkada.dki.2017) “Buruh se-Jakarta Deklarasi Dukung Anies-Sandi”, Republika.co.id, 1

April 2017. Diunduh dari (https://republika.co.id/berita/nasional/ politik/17/04/01/onq2fk384-buruh-sejakarta-deklarasi-dukung-aniessandi)

“Deklarasi dan Dukungan Masyarakat Cipayung untuk Anies-Sandi”, pks-jakarta.or.id, 6 Oktober 2016. Diakses dari (http://pks-jakarta. or.id/foto-deklarasi-dan-dukungan-masyarakat-cipayung-untuk-anies-sandi/)

“Forum Ulama dan Habib Nyatakan Dukung Anies-Sandi”. Kompas. com, 23 Pebruari 2017. Diakses dari (http://kompas.com/ read/2017/02/14/14181181/forum.ulama.dan.habib.nyatakan. dukung.Anies.sandi).

“Gerakan Pengawal Fatwa MUI: Selama ini Tersangka Penistaan Agama Selalu Ditahan”, Kompas.com, 18 Nopember 2016. Diakses dari (https://nasional.kompas.com/read/2016/11/18/12202741/ gerakan.pengawal.fatwa.mui.selama.ini.tersangka.penistaan. agama.selalu.ditahan)

“Hadiri Deklarasi Warga di Cilandak Barat, Anies-Sandi Disambut Joget Bidadari”. Detiknews, 19 Desember 2016. Diakses dari (https://

(18)

news.detik.com/berita/d-3374730/hadiri-deklarasi-warga-di-cilandak-barat-anies-sandi-disambut-joget-bidadari)

Hadiz, Vedi R. 2019. “The ‘Floating’ Ummah in the Fall of ‘Ahok’ in Indonesia”. TRaNS: Trans –Regional and –National Studies of Southeast Asia 7 (2): 271-290.

“Hasil Pleno KPU DKI: Anies-Sandi 57,96%, Ahok-Djarot 42,04%”, Detiknews, 30 April 2017. Diakses dari https://news.detik.com/ berita/d-3487796/hasil-pleno-kpu-dki-anies-sandi-5796-ahok-djarot-4204

Hatherell, Michael dan Alistair Welsh. 2017. “Rebel with a Cause: Ahok and Charismatik Leadership in Indonesia,” Asian Studies Review 41(2):174-190.

“Ini 101 Daerah yang Gelar Pilkada Serentak 2017”, Liputan6.com, 15 Pebruari 2016. Diakses dari (https://www.liputan6.com/pilkada/ read/2436435/ini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-2017) Ichwan, Moch Nur. 2016. “MUI, Gerakan Islamis, dan Umat Mengambang”.

Maarif 11 (2):87-104.

“Ikut Tuntut Ahok Dipenjara, Ribuan Buruh Ramaikan Demo #212”,

CNN Indonesia, 2 Desember 2016. Diakses dari (https://www.

cnnindonesia.com/nasional/20161202003619-20-176737/ikut-tuntut-ahok-dipenjara-ribuan-buruh-ramaikan-demo-212 ).

“Kasus Penistaan Agama oleh Ahok hingga Dibui 2 Tahun”, Merdeka. com, 30 Desember 2017. Diakses dari (https://m.merdeka.com/ pristiwa/kasus.penistaaan-agama-oleh-ahok-hingga-dibui-2tahun. html&hl=id-ID)

“Koalisi Buruh Jakarta Dukung Anies-Sandi”, Wartakotalive.com, 1 April 2017. Diakses dari (https://wartakota.tribunnews.com/2017/04/01/ koalisi-buruh-jakarta-dukung-anies-sandi)

“Koalisi Elemen Masyarakat Pondok Kelapa Dukung Anies-Sandi”, Viva.co.id, 26 Maret 2017. Diakses dari (https://www.viva.co.id/ berita/metro/898093-koalisi-elemen-masyarakat-pondok-kelapa-dukung-anies-sandi)

“Makna Nomor 1, 2 dan 3 bagi Cagub-Cawagub DKI”, Kompas.com, 26 Oktober 2016. Diakses dari (https://megapolitan.kompas.com/ read/2016/10/26/07522521/makna.nomor.1.2.dan.3.bagi.cagub-cawagub.dki?page=all).

“MUI Nyatakan Sikap Soal Ucapan Ahok Terkait Al Maidah 51, Ini Isinya”, Detiknews, 11 Oktober 2016. Diakses dari (https://news.

(19)

detik.com/berita/d-3318150/mui-nyatakan-sikap-soal-ucapan-ahok-terkait-al-maidah-51-ini-isinya)

“Pemilihan Diulang, Anies-Sandi Tetap Unggul di TPS 29 Kalibata”, detikNews, 19 Pebruari 2017. Diakses dari (https://news.detik. com/berita/d-3426370/pemilihan-diulang-anies-sandi-tetap-unggul-di-tps-29-kalibata)

“Pendapat dan Sikap Keagamaan Majelis Ulama Indonesia Terkait Pernyataan Basuki Tjahaya Purnama”, mui.or.id, 11 Oktober 2016. Diakses dari https://mui.or.id/berita/10590/pendapat-dan-sikap-keagamaan-mui-terkait-pernyataan-basuki-tjahaja-purnama/ Peterson, Daniel. 2020. Islam, Blasphemy, and Human Rights in Indonesia.

London and New York: Routledge.

Prasetijo, Adi. 2015. “Pergerakan Sosial: Antara Marxian dan Non Marxian”. Jantro Jurnal Antropolog Isu-isu Budaya 17(1):65-70. Prasetyo, Danny. 2014. “Persepsi Masyarakat DKI terhadap Figur dan

Komunikasi Politik Basuki Tjahaja Purnama (Ahok),” Politika 5 (2): 1-13.

Purboningsih, Sayekti Dwi. 2015. “Gerakan Sosial Baru Persepektif Kritis Relawan Politik dalam Pilpres 2014 di Surabaya”. Jurnal Review Politik 5(1):100-125.

Rayudaswati dan Nurhasanah. 2017. “Konstruksi Pemberitaan Sidang Kasus Ahok (Analisis Framing Media CNN Indonesia dan Kompas TV),” Stimuli IX (Januari-Juni):36-43.

“Relawan Abdi Rakyat Deklarasikan Dukungan kepada Anies-Sandi”, Okezone, 28 Oktober 2016. Diakses dari (https://megapolitan. okezone.com/read/2016/10/29/338/1527782/relawan-abdi-rakyat-deklarasikan-dukungan-kepada-anies-sandi)

Sanjaya, Andika et.al. 2017. “Pemimpin Minoritas dan Strategi Retorika Pathos dalam Kampanye: Analisis Isi Deskriptif Pesan Strategi Retorika dalam Facebook Kampanye Pemilihan Gubernur”, Jurnal Komunikasi Indonesia 6 (2): 149-156.

“Setelah Anies Temui FPI, Berikutnya Giliran FBR dan Ormas Pendukung Demokrat”, KBR, 3 Januari 2017. Diakses dari (https://kbr.id/ nasional/01-2017/setelah_anies_temui_fpi__berikutnya_giliran_ fbr_dan_ormas_pendukung_demokrat/87920.html).

Sugiono. 2010. Metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif, kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

(20)

Suharko. 2006. “Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani”. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik 10 (1):1-34.

Suryana. 2010. Metode penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kualitatif. Bandung: UPL.

Yilmas, A and Atalay, C. G. 2009. “A Theoretical Analyze on the Concep of Trust in Organisational Life”. Euroupean Jurnal of Sosial Siences 8(2):341-352

“150 Ormas Jakarta Utara Deklarasi Dukung Anies-Sandi”, Republika. co.id, 4 Maret 2017. Diunduh dari https://www.republika.co.id/ berita/regional/jabodetabek/11/08/19/nasional/politik/17/03/04/ oma0l3282-150-ormas-jakarta-utara-deklarasi-dukung-aniessandi)

Wawancara

Zainudin Arsyad, aktivis 212 asal Yogyakarta, 23 November 2018. M. Iqbal, aktivis 212 asal Yogyakarta, 24 dan 25 November 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi kandungan padatan tak stabil dalam satu unit volume dari kotoran sapi maka akan menghasilkan produksi gas yang lebih banyak..

Dalam tempoh empat dekad, para penyelidik Fakulti Pengajian Islam memperolehi geran penyelidikan daripada pelbagai sumber yang dikategorikan kepada geran IRPA (The

2015/2016, didapatkan informasi bahwa ada beberapa indikasi yang ditunjukkan siswa yang diduga mempunyai motivasi berprestasi rendah, seperti: (1) pada mata pelajaran

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait bentuk penilaian yang rutin digunakan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa, guru cenderung menggunakan tes butir

Bab ini berisi pembahasan hasil yang diperoleh dalam penelitian di mana kesesuaian hasil dengan tujuan penelitian akan menghasilkan sebuah rekomendasi

dikemukakan “sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh Perguruan Tinggi meliputi 10 standar yakni; standar isi, standar proses, standar

Faktor eksternal dari indi- vidu terkait dengan masyarakat pendukung yang mempengaruhi keberadaan Hendra Buana sebagai seniman kaligrafi Arab yang berasal dari Sumatera Barat,

Sumber pengendapan sedimen di muara umumnya berasal dari lahan tanah di daerah hulu yang telah menyerap 210 Pb unsupported dengan partikel penyusun tanah yang