• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS KOPI DALAM PENGUATAN PASAR PRODUK PERTANIAN DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SUMBERWRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS KOPI DALAM PENGUATAN PASAR PRODUK PERTANIAN DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SUMBERWRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS

KOPI DALAM PENGUATAN PASAR PRODUK

PERTANIAN DI DESA SUKOREJO KECAMATAN

SUMBERWRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh:

Naufal Farras Syihab

155020107111023

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul:

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS KOPI DALAM

PENGUATAN PASAR PRODUK PERTANIAN DI DESA SUKOREJO

KECAMATAN SUMBERWRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO

Yang disusun oleh:

Nama

: Naufal Farras Syihab

NIM

: 155020107111023

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Jurusan

: S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai

persyaratan ujian skripsi

yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juli 2020.

Malang, 22 Agustus 2020

Dosen Pembimbing,

Arif Hoetoro, SE., MT., Ph.D.

(3)

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS KOPI DALAM PENGUATAN PASAR PRODUK PERTANIAN DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SUMBERWRINGIN

KABUPATEN BONDOWOSO

Naufal Farras Syihab, Arif Hoetoro, SE., MT., Ph.D. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya#

Email: naufalfarras13.nf@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1)Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui struktur dan panga pasar kopi, (2) mengetahui faktor pendorong dan penghambat usahatani kopi, serta (3) menyusun strategi penguatan usahatani kopi di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersumber dari wawancara dan penyebaran kuisioner serta literatur yang mendukung penelitian ini. Analisis data yang digunakan menggunakan analisis Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR4) untuk mengetahui struktur dan pangsa pasar, serta Force Field Analysis (FFA) untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat usahatani kopi. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui analisis struktur pasar menunjukkan hasil bahwa struktur pasar kopi di wilayah Desa Sukorejo Kecamatan Suberwringin adalah oligopsoni konsentrasi sedang dimana hasil perhitungan nilai CR diperoleh nilai sebesar 50,1%. Adapun analisis FFA menunjukkan bahwa faktor pendorong usahatani kopi adalah faktor dukungan pemerintah Kabupaten Bondowoso, sedangkan faktor penghambat usahatani kopi adalah faktor adanya kepentingan individu dalam kelembagaan kelompok tani. Strategi yang paling efektif adalah melalui penyusunan strategi kopi secara integratif berupa adanya sinergi antara beberapa pihak yang terkait dalam membantu perwujudan penguatan kelembagaan ekonomi.

Kata kunci:Strategi Pengembangan, Struktur Pasar, Herfindahl Index, Concentration Ratio, Force Field Analysis,

A. PENDAHULUAN

Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditas strategis. Komoditi ini penting karena memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai ekspor penghasil devisa negeri. Kopi adalah komoditas penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet, dan kakao pada kelompok komoditi agrikultur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2017, ekspor kopi Indonesia pada tahun 2017 mencapai 467.800 ton dengan nilai 1.187.157 US $. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2017 luas perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.253.796 ha. Total produksi kopi Indonesia pada tahun 2017 mencapai 668.677 ton

Salah satu lahan terluas dan berkontribusi dalam produksi kopi di Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur Termasuk sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang selalu memiliki perkembangan ekonomi regional yang dinamis. Kabupaten atau kota tersebut tentu memiliki kompleksitas permasalahan tersendiri, seperti potensi wilayah yang didukung oleh beberapa faktor maupun subsector yang dapat mempengaruhi kinerja setiap perekonomian Kabupaten atau kota tersebut. Jawa Timur merupakan wilayah yang potensi untuk ditanami kopi dimana perkebunan kopi rakyat yang tersebar di beberapa Kabupaten seperti Trenggalek, Blitar, Kediri, Malang, Pasuruan, Jember, Bondowoso, dan Situbondo yang berupa kopi robusta dan kopi arabika. Hal ini menjadikan Jawa Timur memiliki beberapa

(4)

wilayah sentra produksi kopi dengan ciri produk masing-masing. Produk kopi tiap wilayah mampu menembus pasar internasional.

Salah satu daerah yang potensial sebagai penghasil kopi di Jawa Timur yang turut menyumbang produksi kopi terbanyak adalah Kabupaten Bondowoso. Komoditas Kopi merupakan komoditas unggulan Kabupaten Bondowoso dengan hampir 48% wilayah Kabupaten Bondowoso adalah perbukitan dengan ketinggian 500 mdpl yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai perkebunan kopi. Hasil dari kopi rakyat di Bondowoso setalah mendapatkan dukungan dari pemerintah sehingga mampu menembus pasar ekspor Eropa. Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu sentra penanaman kopi di Jawa Timur yang menghasilkan kopi dengan cita rasa khas yang dikenal dengan julukan “Kopi Jawa atau Java Coffe” yang memiliki paduan karakter yang kaya aroma serta rasa herbal pada aftertaste, sehingga dipuja pencinta kopi seluruh dunia. Luas kopi rakyat di Kabupaten Bondowoso seluas 13.534,76 Ha dengan hasil 2.712.94 Oce/ ton, dikelola oleh 44 kelompok tani denga no IDG 000023, yang dikenal dengan brand Java Ijen Raung dihasilkan dari tanaman kopi arabika yang ditanam di Dataran Tinggi Ijen dan Raung dengan ketinggian di atas 900 mdpl (Fatmawati, 2018).

Salah satu kecamatan penghasil kopi terbesar di Kabupaten Bondowoso adalah Kecamatan Sumberwringin. Kecamatan Sumberwringi merupakan salah satu 4 kecamatan yang sedang dikembangkan menjadi kawasan agropolitan komoditas kopi selain kecamatan Sempol, Sukosari, Tlogosari yang ditetapkan oleh Bupati Bondowoso sesuai dengan peraturan Bupati no 25 tahun 2016 tentang kelola dan tata niaga Kopi Arabika Ijen- Raung. Kecamatan Sumberwringin ditetapkan menjadi Sentra Agropolitan atau Sub Terminal Agribisnis tepatnya di Desa Sukorejo dengan komoditas unggulan kopi dan komoditas pendukung lainnya.

Produksi Kopi Arabika di Kecamatan Sumberwringin mencapai 542 ton dengan produktivitas 0,38 ton/ha, sedangkan produksi Kopi Robusta rakyat di Kecamatan Sumberwringin mencapai 744,75 ton dengan produktivitas 0,45 ton/ha (Kecamatan Sumberwringin dalam angka, 2019). Jumlah produksi dan produktivitas kedua jenis kopi tersebut merupakan jumlah terbesar dibanding dengan kecamatan lain, hal ini juga linier dengan luas lahan yang mana sumberwringin mempunya luas lahan yang paling luas daripada kecamatan yang lain. Faktor ini yang menjadikan kopi sebagai komoditas utama pembentukan kawasan Agropoitan Kabupaten Bondowoso yang dipusatkan di Kecamatan Sumberwringin.Fokus penelitian peneliti adalah Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin, adapun alasan peneliti memilih kecamatan ini adalah karena kawasan ini merupakan kawasan utama sentra produksi kopi yang paling luas dengan luas 513, 15 ha atau 42% dari total luas lahan kopi di Kabupaten Bondowoso.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui struktur dan pangsa pasar Kecamatan Sumberwringin kopi Bondowoso, serta untuk menentukan strategi pengembangan komoditas kopi Kecamatan Sumberwringin di Kabupaten Bondowoso.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian mengenai strategi pengembangan komoditas kopi ini adalah agar menambah wawasan penulis mengenai komoditas sub-sektor perkebunan bagi penulis, khususnya komoditas kopi dan kemudian dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan riset selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik, terutama dalam upaya peningkatan kualitas komoditas perkebunan Bagi Pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan referensi bagi penelitian kopi selanjutnya bagi Masyarakat akademik.

C. KAJIAN PUSTAKA Teori Pasar

Struktur pasar menunjukkan karakteristik pasar seperti elemen jumlah pembeli dan penjual, keadaan produk, keadaan pengetahuan penjual dan pembeli, serta keadaan rintangan pasar. Perbedaan pada elemen-elemen itu akan membedakan cara masing-masing pelaku pasar dalam industri berperilaku, yang pada gilirannya akan menentukan perbedaan kinerja pasar yang terjadi (Teguh, 2010). Hasibuan (1993) menjelaskan pula bahwa dalam struktur pasar terdapat elemen-elemen yang menjelaskan pangsa pasar, konsentrasi dan hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry).

Adapun elemen struktur pasar menurut Wihana (1994) adalah pangsa pasar dan konsentrasi pasar. Pangsa pasar dalam prospek bisnis merupakan tujuan atau motivasi perusahaan. Hipotesis umum mengatakan adanya hubungan antara tiap pangsa pasar perusahaan dengan tingkat keuntungan. Keuntungan yang diperoleh dari pangsa pasar besar atau kecil mencerminkan kekuatan pasar atau efisiensi yang lebih

(5)

baik karena mencapai skala ekonomi yang lebih luas. Sedangkan konsentrasi pasar merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan oligopolis dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan, sehingga mereka membentuk suatu tingkat konsentrasi dalam pasar.

Menurut Mankiw (2006) terdapat empat bentuk pasar, yaitu monopoli, oligopoli, monopolistik, dan persaingan sempurna. Pasar monopoli bila merupakan satu-satunya penjual suatu barang dan jika barang tersebut tidak memiliki subsitusi. Penyebab yang paling mendasar dari munculnya monopoli adalah hambatan untuk masuk ke dalam pasar. Pasar oligopoli adalah pasar dimana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permintaan pasar, dimana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari kepuasan para pesaing mereka. Pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah sebuah jenis pasar dengan jumlah dan pembeli yang sangat banyak dan produk yang diperdagangkan identik. Terbentuknya harga melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat mempengaruhi harga dan hanya berperan sebagai penerima harga (price taker). Pasar monopolistik pada dasarnya sama dengan struktur pasar persaingan murni, hanya saja pada struktur pasar persaingan monopolistik, diperkenalkan diferensiasi produk dan adanya sedikit kekuatan pasar bagi produsen guna mengatur keadaan pasar

Pengembangan Potensi Daerah

Penjelasan mengenai suatu wilayah adalah bahwa setiap wilayah memiliki perbedaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia pada wilayah tersebut. Sementara cara untuk menyebarkan pertumbuhan ekonomi dengan memiliki kutub pertumbuhan yang akan mendorong efek kumulatif kegiatan ekonomi dan menyebar ke hinterland, kemampuan suatu sektor kegiatan untuk menyebabkan pertumbuhannya tergantung multiplier effect yang dibuatnya seperti tenaga kerja dan pendapatan. setiap daerah memiliki kekuatan atau kelebihan berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia, yang berbeda yang secara alamiah dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan sektor unggulan tiap daerah akan berbeda. Daerah pedesaan biasanya akan menitikberatkan kegiatan ekonominya pada sektor primer (pertanian), sedangkan daerah perkotaan biasanya menitikberatkan kegiatan pada kegiatan sekunder (industri) dan sektor kegiatan tersier (jasa)(Sjafrizal, 2008).

Menurut Syafaat dan Supena (2000), konsep dan pengertian unggulan dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi bio-fisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah tertentu. Secara umum pengertian komoditi adalah produk yang dihasilkan secara kontinyu oleh suatu produsen. Komoditi dikatakan unggulan jika memiliki kontribusi besar yang minimal untuk produsen itu sendiri, berdasarkan kriteria tertentu

D. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dari beberapa instansi terkait. Penelitian ini menggunakan purposive sampling pada empat lembaga ekonomi di tingkat petani, yaitu: (1) petani yang tergabung dalam kelompok tani, (2) koperasi Rejo Tani, (3) Asosiasi Petani Kopi, dan (4) Perhimpunan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (PMPIG). Tempat penelitian ini berada di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso. Variabel yang digunakan adalah nilai jual kopi, pangsa pasar penjualan kopi, peran pemerintah, kelembagaan, manajemen sumberdaya manusia, keadaan ekonomi dan sosial masyarakat, serta sarana prasarana.

E. METODE ANALISIS

Untuk menganalisis pangsa dan konsentrasi pasar, digunakan analisis sebagai berikut:

Herfindahl Index (HI)

𝑆𝑖𝑗 = 𝑋𝑖𝑗 𝑇𝑋𝑗 (1) HI =𝑆12+ 𝑆22+ 𝑆32+ .... + 𝑆𝑛2 (2) Concentration Ratio (CR4) CRni= ∑𝑛𝑗=1S𝑖𝑗 (3

Serta menggunakan Force Field Analysis untuk menganalisis faktor pendorong dan penghambat usahatani kopi.

(6)

F. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasar kopi di wilayah Kecamatan Sumberwringin didominasi oleh Koperasi Rejo Tani dengan persentase sebesar 50,1 persen. Sedangkan 49,9 persen lainnya merupakan pangsa pasar dari tiga lembaga pemasaran kopi yaitu Koperasi Kenanga, Cafe Pemkab, dan Warung Kopi. Sebagian petani kopi mencari peluang pembeli lain yang mampu membeli hasil panennya. Hal ini karena hasil produksi petani kopi tidak semuanya terserap oleh koperasi, sehingga hasil produksi tersebut dibeli oleh pengepul. Petani menjual produksi kopi kepada pengepul dengan harga yang lebih rendah dari harga yang ditetapkan oleh koperasi. Petani hanya mampu menerima harga yang ditawarkan oleh pengepul karena pengepul menentukan harga sesuai dengan kualitas produksinya. Dalam keadaan seperti ini, petani berperan sebagai penerima harga (pricetaker). Posisi petani sebagai penerima harga menyebabkan petani kesulitan mendapatkan keuntungan yang tinggi.

Tabel 6.1 Hasil Hitung Herfindahl Index Produk Kopi di Kecamatan Sumberwringin

Pengusaha Kopi Herfindahl Index Koperasi Kenanga 0.1382 Koperasi Rejo Tani 0.2512 Cafe Pemda Bondowoso 0.0019

Pengepul 0.0067

Jumlah 0.3982

Sumber: Data diolah, 2020

Nilai Herfindahl Indeks (HI) sebesar 0.3982. Nilai tersebut memiliki kriteria pada pasar oligopsoni, yaitu nilai HI berada di 0 < 0.3982 < 1. Hal ini menggambarkan bahwa lembaga pemasaran yang terlibat membeli kopi di Kecamatan Sumberwringin hanya empat lembaga, yaitu Koperasi Rejo Tani, Koperasi Kenanga, Pengepul, dan Cafe Pemkab. Kemampuan permodalan juga mempengaruhi jangkauan daya beli lembaga pemasaran kopi. Hasil panen produksi kopi yang tidak dibeli oleh koperasi akan dibeli oleh pengepul. Ukuran pasar dengan jumlah pembeli dan penjual dapat membentuk struktur pasar yang berbeda. Struktur pasar beberapa produk pertanian yang dijual tanpa ada perubahan bentuk cenderung membentruk struktur pasar oligopsoni. Hal tersebut berbeda dengan yang lain misalnya struktur pasar industri pengolahan, struktur pasar yang terbentuk adalah monopsoni.

Tabel 6.1 Hasil Hitung Herfindahl Index Produk Kopi di Kecamatan Sumberwringin

Pengusaha Kopi Nilai CR Koperasi Kenanga 37,1 % Koperasi Rejo Tani 50,1 % Cafe Pemda Bondowoso 4,4 %

Pengepul 8,2 %

Jumlah 100 %

(7)

Analisis konsentrasi pasar dengan menggunakan nilai Concentration Ratio menunjukkan bahwa terdapat empat perusahaan yang menguasai pangsa pasar 50,1% dari total penjualan Kopi. Hal ini berarti bahwa struktur pasar kopi di wilayah Kecamatan Sumberwringin adalah oligopsoni konsentrasi sedang dimana berdasarkan hasil perhitungan nilai CR diperoleh antara 50% hingga 80%. Nilai CR4 ini menunjukkan adanya konsentrasi pasar yang sangat kuat. Konsentrasi yang cukup kuat menandakan tingkat kompetisi yang rendah dalam pasar dan memiliki peluang terjadinya kolusi yang tinggi, sehingga pengusaha memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga. Hasil produksi kopi Arabika petani sampel secara keseluruhan dijual kepada beberapa perusahaan di Kecamatan Sumberwringin. Terdapat keuntungan saat petani menjual hasil produksinya kepada kopreasi yang ada pada list di atas, karena meskipun koperasi menjadi penentu harga (price maker), namun koperasi akan memberikan harga yang kooperatif kepada petani demi kepentingan bersama.

Tabel 6.1 Evaluasi Faktor Pendorong pada Kelembagaan Ekonom Agribisnis Kopi

No Faktor penghambat TNB FKK

D1 Dukungan Pemerintah

Kabupaten Bondowoso 1,14

D2 Keterlibatan aktif kelembagaan 1,52 *1 D3 Kemampuan SDM dalam

kelembagaan 1,23

D4 Perbaikan ekonomi masyarakat

petani kopi 1,14

D5 Penerimaan sosio budaya

masyarakat petani kopi 1,11

Sumber: Data diolah, 2020

Hasil perhitungan force field analysis diketahui bahwa nilai TNB terbesar pada faktor pendorong yang utama adalah adanya dukungan Pemerintah Kabupaten Bondowoso dengan nilai urgensi faktor sebesar 1,8. Sebuah dukungan bagi kelembagaan ekonomi agribisnis yang ada di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin adalah hal yang sepatutnya dipertahankan oleh pihak pemerintah Kabupaten Bondowoso. Dengan melalui dukungan yang diberikan oleh pihak pemerintah Kabupaten Bondowoso maka kelembagaan ekonomi agribisnis kopi yang berada di Kecamatan Sumberwringin akan mudah menyesuaikan kendala yang ada dengan bantuan atau akses dari pihak pemerintah Kabupaten Bondowoso. Sikap Pemerintah Kabupaten Bondowoso Saat ini memberikan dukungan dengan optimal kepada kelembagaan sektor ekonomi agribisnis kopi. Adapun dukungan yang diberikan salah satunya adalah dengan memberikan banyak program kepada berbagai kelompok kelembagaan yang berfokus pada kopi. Tabel 6.1 Evaluasi Faktor Penghambat pada Kelembagaan Ekonomi Agribisnis Kopi

No Faktor penghambat TNB FKK

H1 Keberadaan kelembagaan

bersifat Top Down 1,14

H2 Kepentingan individu dalam

kelembagaan 1,52 *1

H3 Manajemen kelembagaan tidak

optimal 1,23

H4 Kurangnya kepercayaan

anggota terhadap kelembagaan 1,14 H5 Terbatas sarana dan prasarana

kelembagaan 1,11

(8)

Sedangkan hasil perhitungan pada fakto penghambat pada agribisnis kopi yang ada di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin adalah faktor H2 (adanya kepentingan individu dalam kelembagaan) dengan nilai urgensi faktor sebesar 1,52. Adapun untuk mencapai tujuan dalam kelembagaan dan dapat terpenuhi secara optimal dengan membangun kerjasama oleh pihak-pihak dengan baik. Akan tetapi adanya sumber daya manusia yang belum terpenuhi di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringi membuat tidak optimalnya kinerja dari kelembagaan tersebut. Keadaan tersebut dikarenakan para anggota dan pengurus lebih mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan kelompok sehingga mengganggu kondisi stabilitas pada kelembagaan ekonomi yang ada di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin. Beberapa pengurus memanfaatkan fasilitas yang ada pada kelembagaan untuk pengembangan dirinya sendiri. Fasilitas yang seharusnya diperuntukkan kepada anggota tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh keseluruhan anggota dan tidak dapat dipergunakan dengan baik demi pengembangan kelembagaan. Adanya kepentingan lain diluar kepentingan kelembagaan menimbulkan adanya konflik sosial yang mengakibatkan ada rasa ketidak percayaan terhadap satu sama lain sehingga menjadi salah satu penghambat dalam strategi penguatan produk pertanian.

G. STRATEGI PENGUATAN PASAR PRODUK PERTANIAN KOPI DI DESA SUKOREJO Setelah diketahui arah pengembangan usahatani kopi di Desa Sukorejo, maka hal dilakukan selanjutnya adalah merumuskan strategi penguatan pasar sesuai dengan hasil FKK. Berdasarkan hasil analisa FFA diatas, maka strategi yang paling efektif adalah dengan menghilangkan atau meminimalisasi hambatan kunci dan mengoptimalkan pendorong kunci ke arah tujuan yang akan dicapai. Pendekatan yang demikian ini merupakan pendekatan strategi fokus. Strategi fokus pada hasil analisa FFA tersebut dapat dirumuskan bahwa kekuatan atau pendorong kunci yang telah dipilih difokuskan ke arah tujuan yang ditetapkan, yaitu pada pengembangan usahatani kopi di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin. Faktor pendorong yang terpilih adalah adanya dukungan dari berbagai lembaga pemerintah yang diharapkan dapat membantu kelompok tani agar dapat mensejahterakan kelompok tani.

Dalam mengimplementasikan strategi tersebut, diperlukan beberapa langkah operasional sebagai berikut :

1. Langkah Pertama

Mendorong dan membimbing petani agar mampu bekerja sama di bidang ekonomi secara berkelompok. Anggota kelompok harus terdiri dari petani yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama serta saling percaya, sehingga akan tumbuh kerjasama yang kompak dan serasi. Bimbingan dan bantuan kemudahan yang diberikan oleh instansi pemerintah atau pihak lain harus mampu menumbuhkan kemandirian dalam kelompok tersebut.

2. Langkah Kedua

Mengembangkan kelompok tani melalui : peningkatan fasilitas dan akses permodalan bagi petani dalam rangka pengembangan skala usaha, peningkatan posisi tawar melalui konsolidasi petani dalam wadah kelompok tani untuk menyatukan gerak ekonomi secara berkelompok dalam tiap rantai pasok, pra produksi, hingga pemasaran, peningkatan fasilitas dan pembinaan kepada organisasi, serta peningkatan efisiensi usaha tani.

3. Langkah Ketiga

Meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai kegiatan pendampingan dan latihan yang dirancang khusus pagi pengurus dan anggota, seperti kursus kewirausahaan, manajemen partisipatif, pengembangan motivasi berprestasi. Peningkatan kapasitas SDM ini perlu mendapatkan perhatian serius, terutama upaya pengembangan yang harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh agar keberadaan organisasi petani dapat meningkatkan kesejahteraan petani, bukan dijadikan sebagai tunggangan untuk kepentingan politik, soial, dan ekonomi oleh pihak pihak tertentu.

H. Kesimpulan dan Saran

1. Berdasarkan hasil hitung analisis konsentrasi rasio menunjukkan struktur pasar kopi di Desa Sukorejo adalah pasar oligopoli sehingga implikasi dari struktur pasar oligopoli tersebut yaitu koperasi menjadi price maker terhadap pembeli.

2. Faktor Pendorong dari pengembangan produk kopi yaitu dukungan pemerintah Kabupaten Bondowoso. Sikap Pemerintah Kabupaten Bondowoso Saat ini memberikan dukungan dengan optimal kepada kelembagaan sektor ekonomi agribisnis kopi melalui berbagai lembaga dengan fungsi dan peran masing-masing. Dukungan pemerintah tersebut berupa :

(9)

- Puslitkoka berfokus pada pengawalan teknologi, perbaikan mutu, dan pembangunan sistem agribisnis.

- Bank Jatim memberikan kucuran dana kredit dan memfasilitasi pinjaman bunga ringan 3. Faktor Penghambat dari pengembangan produk kopi yaitu adanya kepentingan individu dalam

kelompok, antara lain :

- Beberapa pengurus memanfaatkan fasilitas kelembagaan untuk pengembangan pribadi.

- Sikap apatisme anggota.

- Keikutsertaan anggota didasari oleh kepentingan pribadi.

4. Adapun strategi fokus pengembangan kelembagaan ekonomi agribisnis kopi di Desa Sukorejo adalah (1) mendorong dan membimbing petani agar mampu bekerja sama di bidang ekonomi secara kelompok, (2) mengembangkan kelompok tani melalui peningkatan akses permodalan bagi petani, meningkatkan posisi tawar, fasilitas dan pembinaan kepada organisasi kelompok, serta peningkatan efisiensi dan efektifivitas usahatani, serta (3) meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai kegiatan pendampingan, dan pelatihan yang dirancang secara khusus bagi pengurus dan anggota kelompok.

Adapun saran yang bisa peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan struktur pasar dengan memanfaatkan jaringan kelembagaan dan dukungan dari pemerintah serta menambah nilai dari kopi itu sendiri dengan pengembangan industri olahan kopi sehingga kopi memiliki nilai jual serta minat yang tinggi dan dapat didistribusikan ke masyarakat yang lebih luas.

2. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berorganisasi sehingga petani dan pelaku usaha dapat saling membantu dan berbagi peran dalam pengembangan usaha agribisnis kopi.

3. Perlu adanya perbaikan manajemen kelembagaan ekonomi berbasis agribisnis kopi di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin terkait dengan pola komunikasi efektif dan penjagaan hubungan baik secara internal yang mana mampu meningkatkan kinerja dan meminimalisasi kesalahan komunikasi pada kelembagaan.

UCAPANTERIMAKASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abdulkader, Ahmad M., dkk. 2017. Optimizing Coffee Cultivation and its Impact on Economic Growth and Export Earnings of the Producing Countries: The Case of Saudi Arabia. Saudi Journal of Biological Sciences. 25 (2018) : 776 – 782. :

Badan Pusat Statistik. 2017. Analisa Komoditi Ekspor 2010-2017.

Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Kopi Indonesia 2017.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Sumberwringin.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2019. Kecamatan Sumberwringin Dalam Angka.

Bappenas. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bondosowo Tahun 2014-2018. Cristanto, Alvin D. H. D, Dkk. 2018. Kajian Sistem Agribisnis Kopi Arabika di Desa Sukorejo Kecamatan

Sumberwringin Kabupaten Bondowoso. Jurnal Bioindustri. 1 (1) : 50-59. Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2017.

Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso. 2017.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2018. Statistik Perkebunan Indonesia KOPI 2016-2018.

Fatmawati, BPY Kurniawan, dan U Suryadi. 2018. Analisis Daya Saing Dan Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Java Coffee. Jurnal Pertanian. 9 (2) : 61 – 75.

Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri, Persaingan, Monopoli, dan Regulasi. Jakarta : LP3ES.

Imaniar, Dimas dan Andik Wahyudiono, 2018. Strategi Pengembangan dan Bauran Pemasaran Potensi Komoditas Kopi dalam Rangka Penguatan Pasar Produk Pertanian Secara integratif dengan Sektor Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Journal of Applied Business Administration. 2 (2) : 206 – 2017.

Jaya, K. Wihana. 1994. Pengantar Ekonomi Industri. Yogyakarta : BPFE.

Lailida, Junan Amsta, dkk. 2013. Motivasi Petani dan Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Arabika Rakyat di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso. Berkala Ilmiah Pertanian. 1 (1) = 1-7.

Mankiw N, Gregory. 2006. Makro Ekonomi (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Muhamad, teguh. 2010. Ekonomi Industri (Cetakan ke 1). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Ono Siswandi, Try, dkk. 2019. Pengembangan Manajemen Rantai Pasok Kopi Arabika Kintamani Bali. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 7 (1) : 113-120.

Perhimpunan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (PMPIG) Kopi Arabika Java Ijen-Raung. 2013.

Buku Persyaratan Indikasi Geografis Kopi Arabika Java Ijen-Raung.

Purwatiningsih, Rini dan Adi Ismanto. 2018. Struktur Pasar dan Analisis Keuntungan Kopi Arabika Rakyat di Kecamatan Sumberwringin Bondowoso. JSEP. 11 (3) : 17-21.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sapratama, Raden M. E. , Ketut Dewe M. E. H. 2013. Penentuan Kawasan Agroindustri Berdasarkan Komoditas Unggulan di Kabupaten Bondowoso. Jurnal Teknik Pomits. 2 (2) : 2337-2339.

(11)

Sianipar dan Entang. 2003. Teknik-teknik Analisis Manajemen. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara RI. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang : Badouse Media.

Sudarko. 2013. Tingkat Motivasi Petani Kopi Rakyat Dalam Pengolahan Primer dan Sekunder Di Wilayah Klaster Industri Kopi Kabupaten Bondowoso [Executive Summary]. Universitas Jember.

Sudjana, Nana, dan Ibrahim. 1989. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung : Sinar Baru.

Syafaat, N dan Supena Friyatno. 2000. Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja dan Identifikasi Komoditas Andalan Sektor Pertanian Di Wilayah Sulawesi: Pendekatan Input-Output, Ekonomi Dan Keuangan Indonesia. Vol. XLVIII No.4

Yusiana, Heti. 2017. Implementasi Peraturan Bupati Bondowoso No. 25 Tahun 2016 Tentang Tata Kelola dan Tata Niaga Kopi Arabika Java Ijen Raung di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember.

(12)

Gambar

Tabel 6.1  Hasil Hitung Herfindahl Index Produk Kopi di Kecamatan Sumberwringin
Tabel 6.1 Evaluasi Faktor Penghambat pada Kelembagaan Ekonomi Agribisnis Kopi

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan tanaman kopi arabika di wilayah nagori Sait Buttu Saribu, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun sudah dilakukan oleh masyarakat petani kopi sejak