• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan Pajak, Wajib Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No.46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan Pajak, Wajib Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No.46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, WAJIB PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TENTANG IMPLEMENTASI PP NO.46 TAHUN 2013 TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA MEDAN PETISAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Na ma : SRIMULY ANI

NPM : 1505170360

PROG. STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA M E D A N

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Srimulyani, NPM. 1505170360. Pengaruh Pengetahuan Pajak Wajib Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No.46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kpp Pratama Medan Petisah. Skripsi. 2018.

KPP Pratama Medan Petisah merupakan salah satu kantor pelayanan pajak yang melayani Wajib Pajak badan dan orang pribadi untuk membayar pajaknya. Kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pajak wajib pajak dan persepsi wajib pajak tentang implementasi PP No. 46 tahun 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk apakah terdapat pengaruh pengetahuan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan wajib pajak, apakah terdapat pengaruh persepsi wajib pajak tentang implementasi PP No 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak dan Apakah ada pengaruh secara simultan Pengetahuan wajib pajak orang pribadi dan persepsi wajib pajak tentang implementasi PP No.46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan Petisah.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah wajib pajak UMKM wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik Purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin sebanyak 96 orang. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji t, uji f dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel (X1) terhadap kepatuhan

wajib pajak (Y) secara parsial memiliki pengaruh signifikan dengan nilai thitung

sebesar 5,066 > ttabel 1.986, dan variabel Persepsi Wajib Pajak Tentang

Implementasi PP No.46 Thn 2013 (X2) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)

secara parsial memiliki pengaruh signifikan dengan nilai thitung sebesar 2,301 >

ttabel 1,986. Berdasarkan uji secara simultan variabel (X1) dan (X2) juga

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variebel (Y) dengan nilai fhitung 14,851 > ftabel 3.094 dan nilai koefisien determinasi (R square) yang

diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,242. Hal ini memiliki arti bahwa 24,20% variabel (X1) dan (X2) dapat menjelaskan variabel (Y), sedangkan sisanya sebesar 75,20% dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Pengetahuan pajak Wajib Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No.46 Tahun 2013 dan Kepatuhan Wajib Pajak.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada program studi Sarjana Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Adapun judul yang diambil dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah: “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Wajib Pajak

Persepsi Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No.46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah”.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menghadapi berbagai kendala tetapi karena bantuan dari berbagai pihak penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Agussani, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

2. Bapak Hj. Januri, S.E., MM., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

3. Ibu Fitriani Saragih, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

4. Bapak Hj. Dahrani, S.E., M.Si. sebagai Dosen Pengajar yang telah memberikan banyak saran, bantuan, masukan, dan bimbingan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(7)

5. Kedua orang tua, Ayahanda tersayang ABU HANIPAH dan Ibunda tercinta

MARI yang telah memberikan segala kasih sayangnya kepada penulis, berupa besarnya perhatian, pengorbanan, bimbingan serta do’a yang tulus terhadap Penulis, sehingga Penulis termotivasi dalam menyelesaikan pembuatan tugas akhir ini.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak berjasa memberikan ilmu dan mendidik penulis selama masa perkuliahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Adik kandung, Nurhasanah, Seh Maulana, Sahidul Akbar dan Daffa Fauzan Kamil yang senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang serta doa maupun dukungannya dalam penyelesaian magang ini.

8. Bapak kepala Sub Bagian Umum dan bagian fungsional KPP Pratama Medan Petisah yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan riset serta wawancara.

9. Abang Muhammad Chairul Faizin serta pegawai-pegawai KPP Pratama Medan Petisah yang telah memberikan data-data untuk melengkapi Tugas Akhir ini.

10.Buat sahabat seperjuangan penulis: Terima kasih sudah banyak membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Maya Isara, Yulana Saputri, Siti Wardani Lubis, Mega Permata Sari dan Zaenasri Oktavia terima kasih untuk setiap dukungannya. Arti teman lebih dari sekedar materi. Tetap mendaki gunung lewati lembah bersama-sama ya sahabat seperjuangan. 11.Semua yang telah mendukung dan membantu, maaf mungkin tidak bisa

disebutkan satu per satu. Tetapi kalian selalu penulis ingat dan selalu jadi saudara, sahabat dan teman buat penulis.

(8)

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Bapak dan Ibu staf pengajar serta rekan-rekan mahasiswa demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb Medan, Februari 2019 Penulis SRIMULYANI NPM :1505170360 iii

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS ... 10

A. Landasan Teori ... 10 1. Akuntansi Perpajakan ... 10 2. Definisi Pajak ... 10 3. Pengetahuan Perpajakan... 16 4. Wajib Pajak ... 17 5. Implementasi ... 18

6. Persepsi Wajib Pajak tentang Implementasi PP Nomor 46 Tahun 2013 ... 18

7. Penyetoran dan Pelaporan ... 21

8. Pajak Penghasilan Final ... 21

9. Kepatuhan Pembayaran Wajib Pajak ... 22

10.Penelitian Terdahulu ... 24

B. Kerangka Berpikir ... 26

C. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan Peneitian ... 30

B. Definisi Operasional ... 30

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Uji Instrumen Penelitian ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 44 iv

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

2. Analisis Data Penelitian ... 60

B. Pembahasan ... 70

1. Pengaruh Pengatahuan Pajak Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No.46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 70

2. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No. 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 72

3. Pengaruh Pengatahuan Pajak, Wajib Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No.46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I.1 Data Penerimaan Pajak UMKM Wajib Pajak Orang Pribadi

Berdasarkan PP No.46 Tahun 2013 ... 5

Tabel II.1 Penelitian Terdahulu ... 23

Tabel III.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 34

Tabel III.2 Penilaian Skala Likert ... 35

Tabel III.3 Uji Validitas Data Instrumen Angket Variabel Pengetahuan Wajib Pajak ... 37

Tabel III.4 Uji Validitas Data Instrumen Angket Variabel Persepsi Wajib Pajak tentang Implementasi PP Nomor 46 Tahun 2013 . 38 Tabel III.5 Uji Validitas Data Instrumen Angket Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ... ... 39

Tabel III.6.Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 41

Tabel IV.1. Karakteristik Responden Jenis Kelamin ... 47

Tabel IV.2. Karakteristik Responden Usia ... 47

Tabel IV.3. Karakteristik Responden Pendidikan Terakhir ... 48

Tabel IV.4. Karakteristik Responden Jenis Pekerjaan ... 49

Tabel IV.5. Karakteristik Responden Pendapatan Pertahun ... 49

Tabel IV.6. Pengetahuan Wajib Pajak ... 51

Tabel IV.7 Persepsi Wajib Pajak Tentang Implementasi PP No. 46 Tahun 2013 ... 54

Tabel IV.8 Kepatuhan Wajib Pajak ... 56

Tabel IV.9 Uji Normalitas Kolmogorov ... 58

Tabel. IV.10 Multikolinearitas ... 60

Tabel. IV.11 Regresi Linear Berganda ... 63

Tabel. IV.12 Uji t (hipotesis 1) ... 66

Tabel. IV.13 Uji t (hipotesis 2) ... 68

Tabel. IV.14 Uji F ... 68

Tabel. IV.15 Koefisien Determinasi ... 69 vi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I.I. Kerangka Konseptual ... 27

Gambar IV.1 Uji Normalitas P-P Plot Standardized ... 62

Gambar IV.2 Scatterplot Uji Heterokedastisitas ... 64

Gambar IV-3 Kriteria Pengujian uji t Hipotesis 1 ... 65

Gambar IV-4 Kriteria Pengujian uji T Hipotesis 2 ... 66

Gambar IV–5 Kriteria Pengujian uji F Hipotesis ke-3 ... 68

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang. Negara berkembang ditandai dengan adanya pembangunan baik dipusat maupun didaerah sehingga membutuhkan banyak dana untuk mendukung pembangunan yang direncakan oleh pemerintah dan upaya yang dilakukan untuk memenuhi anggaran yang dibutuhkan adalah dengan cara meningkatkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Sumber terbesar penerimaan negara berasal dari sektor pajak. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. Apabila semua wajib pajak bersedia memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, tentunya akan semakin besar pula penerimaan yang masuk dari sektor pajak. Untuk meningkatkan penerimaan pajak diperlukan adanya peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat di bidang perpajakan.Indonesia menerapkan sistem self assessment, yakni Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri.

Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara menuntut Peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Direktorat

(14)

Jenderal (Ditjen) Pajak sebagai instansi pemerintahan di bawah Departemen Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia Berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan system perpajakan yang lebih modern. Pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial sehingga menuntut adanya perbaikan baik secara sistemik maupun operasional. Perbaikan system perpajakan berupa penyempurnaan kebijakan dan sistem administrasi perpajakan diharapkan dapat mengoptimalkan potensi perpajakan yang tersedia dengan menjunjung asas keadilan social.

Tuntutan yang kita hadapi sekarang dimana pun kita berada adalah membayar pajak, hal yang sangat penting dalam kehidupan bernegara itu adalah pajak karena dalam semua hal yang kita lakukan dituntut untuk WP jika tidak maka kita yang hidup dalam bernegara akan dikenakan sanksi yang telah ditetapkan oleh negara yang kita tepati karena WP adalah peraturan yang dimiliki negara kita. dan khususnya dalam kelanjutan pembangunan sebuah Negara juga disertai dengan pajak, dan pajak merupakan pos pendapatan yang digunakan sebuah Negara untuk membiayai sebagian besar pengeluaran sebuah Negara. Diantarannya seperti penerimaan pajak langsung, adalah pajak penghasilan, sedangkan penerimaan pajak yang tidak langsung misalnya adalah pajak pertambahan nilai (PPN), materai dan bea balik nama. Selaian pajak sebagai penerimaan utama sebuah Negara, pajak juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta tanggungjawab warga negara. Sumber penerimaan Negara yang terbesar berasal dari pajak. Penerimaan pajak ini sangat penting karena pajak digunakan untuk pembangunan Negara dan untuk memenuhi kebutuhan belanja Negara.

(15)

Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Dalam pembayaran pemunggutan wajib pajak akan berpengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ini masih dilaksakan sebagian masyarakat atau setengah dari masyarakat yang melakukan wajib pajak dan disebabkan oleh karena itu sehingga terjadi masalah dalam melakukan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah atau masyarakat itu sendiri karena tidak berjalannya keinginan itu ssemua dari pemasukan pajak yang tidak berjalan dengan lancar. Nah seperti yang kita ketahui pemasukkan Negara dan belanja kebutuhan Negara yaitu menggunakan dana dari pajak itu sendiri. Rendahnya pengetahuan Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan membuat masih banyak Wajib Pajak yang belum memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak serta memahami manfaat dari penerimaan pajak.

Menurut Fermatasari (2013) pengetahuan pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.

Dalam memenuhi kepatuhan wajib pajak di atas, pemerintah terus memaksimalkan pengupayaan dari sektor perpajakan yang dikembangkan melalui

(16)

penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak final 1% untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu atau yang lebih umum disebut dengan PP No. 46 Tahun 2013. Peraturan ini berlaku bagi wajib pajak pribadi dan badan selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang memiliki peredaran bruto (omset) kurang dari atau sama dengan Rp 4.800.000.000 pertahun (Tambunan, 2013). Penerbitan PP No. 46 Tahun 2013 ini pemerintah melirik sektor swasta yang dipastikan memiliki potensi yang besar untuk pemasukan pajak, yaitu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Omset dan labanya memang tidak sebesar dengan perusahaan-perusahaan besar, namun keberadaan UMKM yang hampir dapat dijumpai di sepanjang jalan kenyataannya mampu memberikan sumbangsih yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi.Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2008 dijelaskan tentang usaha mikro merupakan usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha.UMKM itu sendiri adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional.

Dalam upaya mendorong pemenuhan perpajakan secara sukarela untuk meningkatkan jumlah wajib pajak serta mendorong kontribusi penerimaan kas negara dari UMKM, pemerintah Direktorat Jenderal (DirJen) Pajak melalui Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 yang terbit tanggal 12 Juni 2013 dan mulai berlaku 1 Juli 2013 juga mengatur bahwa Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang digunakan untuk menghitung PPh final ini adalah omset setiap bulan. Wajib Pajak akan membayar PPh final sebesar 1% (satu persen) dari omset bulanannya. Pemerintah berharap masyarakatnya taat membayar pajak dan tertib administrasi karena dengan hanya melaporkan jumlah omset, kemudian membayar 1% (satu persen) dari omzet tersebut sebagai PPh. Jadi, bagi Wajib Pajak yang memiliki

(17)

UMKM seharusnya akan lebih taat dalam membayar pajak karena pemerintah telah menyederhanakan peraturan perpajakan dan mempermudah tata cara perhitungan pajak dari sebelumnya yang diatur dalam UU Nomor 36 Tahun 2008.

KPP Pratama Medan Petisah merupakan salah satu kantor pelayanan pajak yang melayani Wajib Pajak badan dan orang pribadi untuk membayar pajaknya. Pajak yang dipungut juga beragam mulai dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Pajak Penghasilan Badan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah.

Dari penelitian ini dilakukan pada KPP Pratama Medan Petisah penulis memperoleh data yang menunjukan bahwa jumlah wajib pajak pada KPP Pratama Medan Petisah terus meningkat namun tidak dengan persentase wajib pajak yang menyetor.

Tabel I.1

Data Penerimaan Pajak UMKM Wajib Pajak Orang Pribadi Berdasarkan PP No.46 Tahun 2013

Di KPP Pratama Medan Petisah

Tahun Jumlah WP OP Setor Pelaporan SPT PPH Pasal 4 ayat (2) Persentase Kepatuhan WPOP Jumlah Penerimaan UMKM 2013 4577 1544 33,73% 932.146.413 2014 2188 1899 86,79% 5.103.334.272 2015 2669 2265 84,86% 12.924.430.558 2016 3222 2634 81,75% 15.844.893.323 2017 3222 2294 43,39% 23.747.016.776

Sumber KPP Pratama Medan Petisah

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah yang memiliki kewajiban penyetoran PPh Final terus mengalami peningkatan dari tahun 2013 s/d 2016 dan tahun 2016 s/d 2017

(18)

hasil peningkatannya sama dengan penyetoran senilai 3.222. Sedangkan persentase wajib pajak yang menyetor PPh final setiap tahunnya belum 100% wajib pajak yang menyetor di KPP Pratama Medan Petisah. tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyetorkan PPh Final sangat penting untuk diketahui sebagai dasar pencapaian penerimaan pajak UMKM yang telah dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP). Menurut Nurmantu dalam Devano dan Rahayu (2006:110), Suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jika kesadaran wajib pajak dapat ditingkatkan, maka penerimaan pajak pun diharapkan akan meningkat dengan pesat karena wajib pajak sangat memegang peranan penting dalam menentukan tingkat penerimaan pajak UMKM.

Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakan sangat berpengaruh terhadap penerimaan Negara. Semakin menurunnya tingkat kepatuhan wajib pajak ini merupakan dampak buruk bagi negara karena pajak merupakan dana penting bagi Negara. Denga semakin tingginya tingkat kepatuhan wajib pajak semakin besar pula tingkat penerimaan pajak penghasilan untuk Negara, dan begitupun sebaliknya. (Herryanto & Toly, 2013).

Kepatuhan terhadap pajak sangat penting, tercapainya tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi akan dapat menjamin bahwa setiap warga negara telah memberikan kontribusinya dalam rangka pembangunan negara. Tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak masih terbilang sangat rendah, kondisi demikian dapat

(19)

berakibat menurunnya potensi penerimaan Negara dari pajak. padahal penerimaan perpajakan setiap tahun harus ditingkatkan. Kesadaran dan kepatuhan ini juga akan berdampak pada penerimaan Negara, dimana kita tahu bahwa penerimaan negara digunakan untuk pembangunan Nasional. Sadar dan patuh akan pajak berarti sadar dan patuh terhadap cita-cita Negara yaitu mengsejahterakan rakyat. (Waluyo,2010).

Berdasarkan uraian fenomena di atas, maka dapat dilihat betapa pentingnya penerapan PP No. 46 Tahun 2013 untuk dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan penerimaan negara khususnya pajak final, sehingga hal ini dipandang penting untuk dilakukan penelitian guna msenjelaskan penerapan PP No. 46 Tahun 2013 terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dan penerimaan PPh final. Berdasarkan atas latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Pengetahuan Pajak Wajib Pajak dan Persepsi

Wajib Pajak Tentang Implementasi PP NO. 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Medan Petisah dalam membayar pajak dilihat dari persentase tingkat kepatuhan wajib pajaknya dari tahun 2013-2017.

2. Penerimaan pajak wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Petisah 5 tahun terakhir belum maksimal.

(20)

C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Adakah pengaruh pengetahuan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan wajib pajak?

b. Adakah pengaruh persepsi wajib pajak tentang implementasi PP No 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak?

c. Adakah pengaruh Pengetahuan wajib pajak orang pribadi dan persepsi wajib pajak tentang implementasi PP No.46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis atas hal-hal sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan Petisah. b. Untuk menguji pengaruh persepsi wajib pajak tentang implementasi

PP No 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan Petisah.

c. Untuk menganalisis pengaruh Pengetahuan wajib pajak orang pribadi dan persepsi wajib pajak tentang implementasi PP No.46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak.

(21)

a. Bagi Peneliti, agar dapat mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan penerimaan pajak orang pribadi dan badan yang menggunakan PP No. 46 Tahun 2013 pada KPP Pratama Medan Petisah.

b. Bagi Perusahaan, sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus pertimbangan bagi pihak-pihak yang berwenang yang berhubungan dengan penelitian ini dalam kepatuhan wajib pajak, penerimaan pajak orang pribadi dan pelaksanaan peraturan pemerintah No.46 Tahun 2013

c. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai tambahan informasi dan masukan untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagipara peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai perpajakan secara umum dan juga mengenai Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Petisah.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Akuntansi Perpajakan

Muljono (2009:1) mendefinisikan akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan, dan mengacu pada peraturan perundang-undangan perpajakan beserta aturan pelaksanaannya. Agoes dan Trisnawati (2009:7) mendefinisikan akuntansi pajak adalah akuntansi yang diterapkan seseuai dengan peraturan perpajakan. Akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi komersial. Akuntansi pajak tidak memiliki standar seperti akuntansi komersial yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Akuntansi pajak hanya digunakan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan perpajakan. Dengan adanya akuntansi pajak, maka wajib pajak dapat dengan dengan mudah menyusun surat pemberitahuan (SPT).

2. Definisi Pajak

Undang-undang Pajak No. 28 tahun 2007 menyebutkan pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau dana yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Burton dan Ilyas (2013:6), pajak adalah bantuan baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk

(23)

menutupi belanja pemerintah, yang artinta pajak merupakan suatu pemungutan dari masyarakat yang berguna untuk kepentingan Negara.

Berdasarkan UU No. 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Waluyo (2008: 2) Perkembangan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materi maupun spiritual.Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan bangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, di antaranya pengertian pajak yang di kemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku Ilmu Pengantar Hukum Pajak (1991: 2).

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

(24)

dan yang gunanya adalah untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”

Dalam definisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak, sedangkan pajak mesih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi mengatur.

Apabila memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan pengertian pajak dapat mebedakan dari berbagai macam juga akan mewarnai titik berat yang letaknya, sebagai contoh: segi perselisihan disegi daya beli, namun kebanyakan lebih bercorak pada ekonomi.

Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli lainnya adalah sebagai berikut:

a. Pengetian pajak menurut Prof. Edwin R. A. Seligman dalam buku Essay In Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan: Tax is compulsory contribution from the person, in the government to depray the expenses incurred in the common intrest of all, without reference to special benefit conferred. Dari defenisi diatas terlihat adanya kontribusi khusus pada seseorang. Memeng demikian halnya bahwa bagaimana pun juga pajak ditunjukan manfaat kepda masyarakat.

b. Pengertian pajak menurut Philip E. Taylor dalam buku The Economics of Public Financial memberikan batasan pajak seperti diatas hanya menggantikan Without reference dengan with little referece.

c. Pengertian pajak menurut Mr. Dr. NJ. Feldmann dalam buku De Over Heidsmiddele Van Indonesia (terjemahan): Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha menurut

(25)

norma-norma yang diterapkannya secara umum tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

d. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. MJH. Smeets dalam buku De Economische Betekenis Belastigen (terjemahan): Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yangdapat ditunjukan dalam hal yang invidual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

e. Pengertian pajak menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dari sertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Azaz Gotong Royong” menyatakan: pajak merupakan iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa yang berdasarkankan norma-norma hukum, guna untuk menutup biaya pruduksi barang-barang dan jasajasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dalam defenisi diatas tidak tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang berhubungan dengan kontraprestasi menekankan pada mewujudkan kontraprestasi itu diperlukan pajak.

f. Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak Dan Pajak Pendapatan (1990: 5) menyatakan: Pajak Adalah iuran kas kepada Negara yang berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi),

(26)

yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari kesimpulan dan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pngertian pajak, yaitu:

1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara individu oleh pemerintah.

3) Pajak di pungut oleh Negara (Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah).

4) Pajak diperuntukkan membiayai pengeluaran pemerintah dan apabila pemasukannya mesih surplus, dipergunakan untuk membiayai “public investment”.

Dari empat unsur yang menjadi ciri-ciri pajak ternyata hanya mengambarkan bahwa fungsi pajak semata-mata sebagai sarana untuk memasukkan uang sebagai pendapatan Negara (fungsi budgetair).Apabila dikaji lebih jauh sebenarnya mesih ada satu fungsi lagi yang belum tersentuh, yaitu fungsi mengatur (regulrent).Dalam menjalankan fungsi mengatur pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan perekonomian suatu Negara.Oleh Karena itu fungsi mengatur ini dapat ditambahkan sebagai unsur kelima.

Atas dasar kelima unsur tersebut, maka dalam buku “pengantar Singkat Hukum pajak”, Prof. Dr. Rochmat, S.H. (1988: 12) merumuskan defenisi pajak sebagai berikut:

(27)

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta kesektor publik berdasarkan undang-undnag yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidang keuangan Negara”.

Defenisi tersebut lebih bersifat ekomonis karena penekannya pada factor peralihan kekayaan dan ma nfaat pajak bagi masyarakat.

Apabila ditinjau dari segi hokum, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. pajak adalah perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang (Taatbestand) untuk mebayar sejumlah uang ke kas Negara yang dapat dipaksakan, tanpa mendapatkan imbalan secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran negara (rutin dan pembangunan) dan yang digunakan sebagai alat (pendorong atau penghambat) untuk mencapai tujuan diluar bidang keuangan.

Dari defenisi yang terakhir ini, penekanannya lebih dititik beratkan pada pajak sebgai suatu perikatan, dan pada hak dan kewajiban baik yang ada dalam masyarakat maupun Negara. Ciri-ciri pajak tersebut membedakan pengertian pajak dan jenis pungutan lain seperti restribusi, sumbangan, dan lain-lain (Untung, 2009: 3).

(28)

3. Pengetahuan Perpajakan

Notoatmojo (2003) dalam Hartoyo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan teknis perpajakan didefinisikan oleh Hartoyo (2010) yaitu suatu hasil tahu seseorang dari proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang berkaitan dengan teknis perpajakan.

Pengetahuan teknis perpajakan dipengaruhi oleh beberapa diantaranya adalah(Notoatmodjo, 2003 dalam Hartoyo, 2010):

a) Pendidikan Perpajakan

Pendidikan adalah suatu prosesbelajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada seorang individu, kelompok atau masyarakat.

b) Persepsi dalam Masalah Perpajakan

Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil hubungannya dengan perpajakan.

c) Motivasi atau Keinginan untuk Mempelajari Pajak

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat.

(29)

d) Pengalaman dalam Perpajakan

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.

4. Wajib Pajak

Dalam Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 2 disebutkan pengertian Wajib Pajak yaitu:

Wajib Pajak merupakan orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban., meliputi pembayar pajak, pemungut pajak, pemotong pajak, yang diatur dalam perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak

bukan hanya bagi orang yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) saja, namun juga bagi yang sudah memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak meskipun belum memiliki NPWP.

(30)

5. Implementasi

a) Budi Winarno

Menurut Budi Winarno, pengertian implementasi adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh sekelompok individu yang telah ditunjuk untuk menyelesaikan suatu tujuan yang telah ditetapan sebelumnya.

b) Nurdin Usman ( 2002:70 )

Nurdin Usman berpendapat bahwa implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

c) Menurut Mazmanian dan Sabatier

Pengertian Implementasi adalah pelaksanaan dari kebijakan dasar hukum juga berbentuk dalam bentuk perintah atau keputusan, atau putusan pengadilan. Proses pelaksanaan berlangsung setelah sejumlah tahapan seperti tahapan pengesahan undang-undang, dan kemudian output dalam bentuk pelaksanaan keputusan kebijakan, dan seterusnya sampai kebijakan korektif yang bersangkutan.

6. Persepsi Wajib Pajak tentang Implementasi PP Nomor 46 Tahun 2013

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan menurut Airu (2014) implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh hasil yang sesuai

(31)

dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri. Penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 dilaksanakan mulai dari pertengahan tahun 2013 yaitu pada bulan Agustus 2013.

Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013 termasuk dalam PPh Pasal 4 ayat (2), bersifat final. Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013, merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur mengenai Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu (Direktorat Jenderal Pajak, 2013). Tujuan Pemerintah memberlakukan PP ini adalah (Kusbiantora, 2013):

a) Memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan, b) Mengedukasi wajib pajak untuk tertib administrasi,

c) Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi wajib pajak.

Objek Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam satu tahun pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan peredaran bruto semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. Pajak terutang yang harus dibayarkan adalah 1% dari jumlah peredaran bruto (omzet). Yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 tahun 2013, (Direktorat Jenderal Pajak, 2013) adalah:

(32)

1) Orang Pribadi yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam satu tahun pajak.

2) Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam satu tahun pajak.

Selain itu Direktorat Jenderal Pajak (2013) juga menyebutkan kriteria objek pajak yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah:

(a) Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas. (b) Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2). (c) Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.

Menurut Budi (2014) peraturan Menteri Keuangan dengan menaikkan omzet pengusaha kecil diterbitkan dengan maksud untuk mendorong wajib pajak dengan omzet tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam satu tahun akan lebih banyak perpartisipasi melaporkan Pajak Penghasilan Final menurut PP Nomor 46 Tahun 2013.

(33)

Prosedur pelaporan merupakan tindak lanjut atas penyetoran pajak oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak wajib menyetor Pajak Penghasilan terutang ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak (SSP), yang telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran Pajak Penghasilan wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 (2) paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak yang telah melakukan penyetoran Pajak Penghasilan, dianggap telah menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan, sesuai dengan tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang tercantum pada Surat Setoran Pajak.

8. Pajak Penghasilan Final

Resmi (2011:139) mengemukakan pajak penghasilan final merupakan pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total Pajak Penghasilan yang terutang pada akhir tahun pajak. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh , pajak penghasilan yang besifat final terdiri atas:

1) Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh. koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

(34)

2) Penghasila berupa hadiah undian;

3) Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pegalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

4) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

5) Penghasilan tertentu lainnya (penghasilan dari pengungkapan ketidak benaran, penghentian penyidikan tindak pidana, dan lain-lain).

9. Kepatuhan Pembayaran Wajib Pajak

Dalam hal pajak, aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan. Jadi dalam hubungannya dengan wajib pajak yang patuh, maka pengertian kepatuhan wajib pajak merupakan suatu ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan (Kiryanto, 2000).

Ismawan (2001) dalam Hartoyo (2010) mengemukakan bahwa prinsip pajak yang diterima secara luas memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu kepatuhan sukarela. Kepatuhan sukarela merupakan tulang punggung sistem self assessment di mana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajak tersebut. Ismawan juga menyebutkan bahwa kepatuhan sebagai fondasi self assessment dapat

(35)

dicapai apabila elemen-elemen kunci telah diterapkan secara efektif. Elemen-elemen kunci tersebut adalah sebagai berikut :

1) Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak. 2) Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak. 3) Program pemantauan kepatuhan dan verivikasi yang efektif. 4) Pemantapan law enforcement secara tegas dan adil.

Eliyani (1989) dalam Jatmiko (2006)menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak diidentifikasikan sebagai memasukkan dan melaporkan kepada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya tanpa tindakan pemaksaan. Ketidakpatuhan wajib pajak timbul kalau salah satu syarat definisi tidak terpenuhi.

Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal (Winerungan, 2013).

10.Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian penulis merujuk kepada beberapa penelitian terdahulu. Untuk lenih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

(36)

Tabel I.1I Tabel Penelitian No Nama Penelitian Judul Penelitian Jenis Penelitian Hasil penelitian 1 Adi Purnomo (2008) Analisis penerimaan pajak atas UMKM di KPP Malang Sebelum dan sesudah diterapkanya Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 Pendekatan Kualitatif Tingkat penerimaan pajak di KPP Pratama Malang Selatan yaitu sebesar 79,61% sedangkan tingkat penerimaan pajak di KPP Pratama Malang Selatan pada periode Juli sampai dengan desember menggunakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yaitu sebesar 20,39% 2 Muhammad Habibie (2014) Efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa untuk meningkatkan penerimaan pajak KPP Pratama Medan Timur

Deskriptif Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas penagihan pajak, dengan surat paksa memiliki hubungan postif dengan tingkat penerimaan pajak 3 Andi Parasidah Puspita (2014) Penerapan PP No 46 Tahun 2013 mengenai PPh final 1% dan dampaknya pada Penerimaan Pajak Dari Sektor UMKM

Deskriptif Pemilik UMKM tidak memiliki pemehaman yang cukup mengenai tujuan dikeluarkannya PP No 46 Tahun 2013, mereka merasa peraturan ini bagi UMKM peraturan baru yang dibuat ini tidak terlalu berpengaruh

(37)

di kota Malang pada keinginan mereka untuk membayar pajak penghasilan 4 Hana Pratiwi Burhan (2015) Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi Pajak Dan Implementasi Pp Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Asosiatif penelitian ini menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan, pengetahuan

perpajakan, dan persepsi wajib pajak tentang PP 46 tahun 2013 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan persepsi wajib pajak tentang sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi 5 Dahniar (2018) Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Umkm Pada Kpp Pratama Medan Timur

Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikatakan kepatuhan Wajib Pajak UMKM belum optimal dan penerimaan pajaknya juga belum sesuai dilihat dari jumlah Wajib Pajak yang menyetor dengan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar Kepatuhan Wajib Pajak UMKM dalam meningkatkan

penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Timur, memiliki peran yang sangat signifikan

(38)

dalam rangka pencapaian kesejahteraan 6 Fadli Hakim (2015) analisis penerapan pp. no.46 tahun 2013 tentang pajak penghasilan umkm terhadap tingkat pertumbuhan wajib pajak dan penerimaan pph pasal 4 ayat (2) pada kpp pratama manado

Deskriptif setelah penerapan PP. No. 46 Tahun 2013 mengalami penurunan pertumbuhan wajib pajak sebesar 0,23 %, sedangkan rata-rata penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) dari PPh UMKM selama tujuh belas bulan sejak pelaksanaan PP. No. 46 Tahun 2013 adalah sebesar 3,89% dengan kriteria Sangat Kurang. Kedepannya Pemerintah dalam hal ini KPP. Pratama

Manado harus

melakukan sosialisasi langsung dengan pendekatan secara personal kepada wajib pajak

Sumber : penelitian terdahulu, diringkas

B. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, penulis menduga bahwa pengetahuan pajak, wajib pajak, dan persepsi wajib pajak tentang implementasi PP No 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak di dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

a. Pengaruh pengetahuan pajak orang pribadi terhadap kepatuhan wajib pajak

(39)

Notoatmojo (2003) dalam Hartoyo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan teknis perpajakan didefinisikan oleh Hartoyo (2010) yaitu suatu hasil tahu seseorang dari proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang berkaitan dengan teknis perpajakan.

Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki wajib pajak maka akan semakin patuh wajib pajak tersebut terhadap ketentuan perpajakan, sebaliknya karena kurangnya pengetahuan maka wajib pajak kurang memahami tata cara dan ketentuan perpajakan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut.

b. Penaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Implementasi PP Nomor 46 Tahun 2013 terhadapa Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan menurut Airu (2014) implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri. Penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 dilaksanakan mulai dari pertengahan tahun 2013 yaitu pada bulan Agustus 2013. Objek Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh Final) dalam PP 46 tahun 2013 adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp.4,8 miliar dalam satu tahun dan penyederhanaan dalam PPh Final ini adalah dengan pemberlakuan

(40)

satu tarif yaitu 1% dari peredaran usaha setiap bulan yang diharapkan memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (GP Konsultan Pajak).

c. Pengaruh Pengetahuan Pajak Wajib Pajak , dan persepsi wajib pajak tentang Implementasi PP NO. 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pengetahuan pajak menunjukkan seberapa besar mengerti seseorang terhadap sesuatu. Apabila wajib pajak mengetahui perpajakan, hal ini akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sebaliknya, jika wajib pajak tidak mengetahui perpajakan maka wajib pajak akan cenderung tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

Persepsi wajib pajak merupakan suatu proses wajib pajak mengorganisasi, menginterpretasi, mengalami, dan mengolah isyarat atau materi yang diterima dari lingkungan luar seperti peraturan baru. Penerapan PP No. 46 tahun 2013 diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal ini dikarenakan, peraturan ini telah menyederhanakan tarif pajak berdasarkan pajak final 1% atas peredaran bruto. Peraturan yang sederhana dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak karena memudahkan wajib pajak dalam menghitung, membayar, dan melaporkan pajak. Persepsi wajib pajak terhadap PP No. 46 tahun 2013 diharapkan sama dengan tujuan yang tercantum PP No. 46 sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis membuat kerangka pemikiran sebagaimana ditunjukkan oleh gambar pada halaman berikut.

(41)

Gambar. 1.1

Kerangka Konseptual.

C. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2005 : 55) : Hipotesis adalah jawaban sementara yang merupakan titik tolak untuk mengadakan penelitian yang harus dibutuhkan kebenarannya dengan jalan penelitian dilapangan.

Berdasarkan perumusan masalah yang dihadapi penulis, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu “ Di duga pengetahuan pajak wajib pajak, dan persepsi wajib pajak tentang Implementasi PP NO. 46 Tahun 2013 mempunyai peranan atau pengaruh yang terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan Petisah. penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

1 : Pengetahuan pajak orang pribadi berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

2 : persepsi wajib Pajak tentang implementasi PP 46 tahun 2013 berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Kepatuhan wajib pajak Pengetahuan pajak orang

pribadi

Persepsi wajib pajak tentang implementasi PP NO 46 Tahun 2013

(42)

3 : Pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi, dan persepsi wajib pajak tentang Implementasi PP NO. 46 Tahun 2013 berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian

Juliandi dkk (2013, hal. 90) mengemukakan bahwa pendekatan asosiatif bertujuan untuk menganalisis permasalahan hubungan suatu variable dengan variabel pendekatan asosiatif adalah suatu pendekatan dimana untuk mengetahui bahwa adanya hubungan atau pengaruh diantara kedua variabel (variabel bebas atau variabel terikat).

B.Definisi Operasional

Defenisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel dari suatu faktor lainnya. Adapun defenisi operasional dari indikator yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Kinerja Karyawan (Y)

Kinerja merupakan sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim, individu dengan cara memahami dan mengelolah kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standart dan persyaratan atribut yang telah disepakati.

Tabel III.I

Indikator Kinerja Karyawan

Variabel Indikator

Kinerja Karyawan Kualitas kerja Kuantitas kerja Keandalan kerja Sikap kerja Sumber: Mangkunegara (2013, hal. 75)

(44)

46

1. Motivasi Kerja (X1)

Motivasi adalah proses memengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan (Samsudin, 2010; hal. 281). Variabel ini dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

Tabel III.2

Indikator Motivasi Kerja

Variabel Indikator

Motivasi Daya pendorong Kemauan Kerelaan Keahlian Keterampilan Tanggung jawab Kewajiban Tujuan

Sumber: Soewondo dalam Wijono (2010, hal.148)

2. Kepuasan Kerja (X2)

Kepuasan kerja adalah sikap positif dan negatif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka.

Tabel III.3

Indikator Kepuasan Kerja

Variabel Indikator KepuasanKerja Kerja Pengawasan Upah Promosi Rekan Kerja Sumber: Mangkunegara (2013, hal. 126)

(45)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor BKKBN Provinsi Sumatera Utara di jalan Gunung Krakatau No. 110 Medan. Dan waktu peneltian dimulai dari Januari sampai dengan selesai. Untuk lebih jelasnya waktu kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut;

Tabel III.4

Waktu Kegiatan Penelitian

Agustus 2018 September 2018 Oktober 2016 November 2018 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pra Riset 2. Penyusunan Proposal 3. Bimbingan Proposal 4. Seminar Proposal 5. Revisi Proposal 6. Pengumpulan Data 7. Penulisan Skripsi 8. Bimbingan Skripsi 9. ACC Skripsi

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan-satuan/individu- individu) yang karakteristiknya hendak diduga sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan (Djarwanto dan Pangestu S, 1993:108). Adapun yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 89 orang.

(46)

Tabel III.5

Daftar Bidang dan Jumlah Karyawan BKKBN Sumut

Bidang JumlahKaryawan Sekretaris 37 KS/PK 7 KB/KR 17 Adpin 13 Latbang 15 Jumlah 89 2. Sampel

Sampling atau sample menurut Mardalis (1989: 55) adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Tujuan penentuan sample ialah untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi, suatu reduksi terhadap jumlah objek penelitian.

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah teknik sampel jenuh.Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 89 orang atau semua pegawai di Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Wawancara (interview), adalah suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara tanya jawab kepada para karyawan perusahaan maupun dengan pimpinan yang bertanggung jawab untuk membeberkan keterangan yang berhubungan denganpenelitian.

2. Daftar pertanyaan (questioner), adalah metode pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket yang ditunjukkan pada para

(47)

pegawai diobjek penelitian yaitu Perwakilan BKKBN Provinsi Sumtera Utara menggunakan skala likert dengan bentuk checklist, yang terdiri dari lima pertanyaan dengan rentang mulai dari “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, setiap jawaban diberi bobotnilai.

Tabel III.6 Penilaian Skala Likert

Pernyataan Bobot

- Sangat Setuju 5

- Setuju 4

- Kurang Setuju 3

- Tidak Setuju 2

- Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Sugiyono (2009, hal 133).

Responden diminta untuk mengisi daftar pernyataan tersebut, kemudian memintanya untuk mengembalikannya kepada penulis yang akan mengambil langsung amgket tersebut pada perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara. Untuk menguji apakah instrument yang diukur cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan pengukuran.

F. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan maasing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Selanjutnya dalam memberikan interkinerja terhadap koefisien korelasi antar variabel didasarkanpada rumus berikut:

(48)



 

  2 2 2 2 i y yi n x xi n yi xi xiyi n rxy

(Juliandi & Irfan, 2013, hal. 79) Dimana:

rxy = Besarnya korelasi antara kedua variabel X dan Y

n = Banyak pasangan pengamatan

xi = Jumlah pengamatan variabel X

yi = Jumlah pengamatan variabel Y

(xi2)

= Jumlah kuadrat pengamatan variabel X

(yi2)

= Jumlah kuadrat pengamatn variabel Y

2

) (

xi = Kuadrat jumlah pengamatan variabel X

2

) (

yi = Kuadrat jumlah pengamatan variabel Y

xi yi = Jumlah hasil kali variabel X dan Y Dengan kriteria:

a. Jika sig 2 tailed < α 0,05, maka butir instrument tersebut valid.

b. Jika sig 2 tailed > α0,05, maka butir instrument tidak valid dan harus dihilangkan.

Penguji validitas tiap butir pertanyaan digunakan analisis item, yaitu mengkorelasi tiap butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah darisetiap skor butir pertanyaan. Menurut Sugiyono (2007:124) menyatakan bahwa syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen dinyatakan tidakvalid.

(49)

Penguji validitas tiap butir pertanyaan digunakan analisis item, yaitu mengkorelasi tiap butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah dari setiap skor butir pertanyaan. Menurut Sugiyono (2007: 124) menyatakan bahwa syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen dinyatakan tidakvalid.

Berikut hasil pengujian validitas data instrumen penelitian pada variabel Motivasi Kerja (X1) yang sudah di uji :

Tabel III.7

Uji Validitas Data Instrumen Angket Variabel Motivasi Kerja (X1) No. Item Nilai Korelasi rhitung Nilai Ketentuan rtabel Probabilitas Item Keterangan 1. 0,611 0,206 0,000 < 0,05 Valid 2. 0,555 0,206 0,000 < 0,05 Valid 3. 0,460 0,206 0,000 < 0,05 Valid 4. 0,640 0,206 0,000 < 0,05 Valid 5. 0,554 0,206 0,000 < 0,05 Valid 6. 0,383 0,206 0,000 < 0,05 Valid 7. 0,693 0,206 0,000 < 0,05 Valid 8. 0,542 0,206 0,000 < 0,05 Valid 9. 0,769 0,206 0,000 < 0,05 Valid 10. 0,748 0,206 0,000 < 0,05 Valid 11. 0,777 0,206 0,000 < 0,05 Valid 12. 0,790 0,206 0,000 < 0,05 Valid 13. 0,752 0,206 0,000 < 0,05 Valid 14. 0,655 0,206 0,000 < 0,05 Valid 15. 0,677 0,206 0,000 < 0,05 Valid 16. 0,833 0,206 0,000 < 0,05 Valid

Sumber : Data Penelitian (diolah) 2018

Berdasarkan data tabel uji validitas instrumen variabel X1 di atas,

diperoleh nilai korelasi atau rhitung. Nilai ini kemudian di bandingkan dengan nilai

(50)

0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 89, maka didapat nilai ketentuan rtabel

sebesar 0,206 (pada uji 2 sisi atau 2-Tailed).

Berdasarkan uji validitas instrumen variable Motivasi kerja (X1) di atas dapat dipahami bahwa keseluruhan item pernyataan dinyatakan valid dengan ketentuan perbandingan nilai rhitung > dari rtabel = 0,206. Dengan demikian

instrumen variabel Motivasi kerja (X1) dalam penelitian ini dapat digunakan

secara keseluruhan untuk diikutsertakan pada uji selanjutnya.

Berikut hasil pengujian validitas data instrumen penelitian pada variabel Kepuasan Kerja (X2) yang sudah di uji :

Tabel III.8

Uji Validitas Data Instrumen Angket Variabel Kepuasan Kerja (X2) No. Item Nilai Korelasi rhitung Nilai Ketentuan rtabel Probabilitas Item Keterangan 1. 0,738 0,206 0,000 < 0,05 Valid 2. 0,499 0,206 0,000 < 0,05 Valid 3. 0,700 0,206 0,000 < 0,05 Valid 4. 0,653 0,206 0,000 < 0,05 Valid 5. 0,599 0,206 0,000 < 0,05 Valid 6. 0,570 0,206 0,000 < 0,05 Valid 7. 0,642 0,206 0,000 < 0,05 Valid 8. 0,726 0,206 0,000 < 0,05 Valid 9. 0,434 0,206 0,000 < 0,05 Valid 10. 0,413 0,206 0,000 < 0,05 Valid

Sumber : Data Penelitian (diolah) 2018

Berdasarkan uji validitas instrumen variabel Kepuasan Kerja (X2 ) di atas

dapat dipahami bahwa keseluruhan item pernyataan dinyatakan valid dengan ketentuan perbandingan nilai rhitung > dari rtabel = 0,206. item pernyataan pada

variabel Kepuasan Kerja (X2) dinyatakan valid dengan alasan karena semua item

(51)

2 sisi dan jumlah data (n) = 89 dengan perolehan nilai rhitung sudah melebihi dari nilai ketentuan rtabel sebesar 0,206 (pada uji 2 sisi atau 2-Tailed). Dengan

demikian instrumen variabel Kepuasan Kerja (X2) dalam penelitian ini dapat

digunakan secara keseluruhan untuk diikutsertakan pada uji selanjutnya.

Berikut hasil pengujian validitas data instrumen penelitian pada variabel Kinerja Pegawai (Y) yang sudah di uji :

Tabel III.9

Uji Validitas Data Instrumen Angket Variabel Kinerja Pegawai (Y) No. Item Nilai Korelasi rhitung Nilai Ketentuan rtabel Probabilitas Item Keterangan 1. 0,686 0,206 0,000 < 0,05 Valid 2. 0,687 0,206 0,000 < 0,05 Valid 3. 0,671 0,206 0,000 < 0,05 Valid 4. 0,759 0,206 0,000 < 0,05 Valid 5. 0,662 0,206 0,000 < 0,05 Valid 6. 0,608 0,206 0,000 < 0,05 Valid 7. 0,750 0,206 0,000 < 0,05 Valid 8. 0,530 0,206 0,000 < 0,05 Valid

Sumber : Data Penelitian (diolah) 2018

Berdasarkan uji validitas instrumen pada variabel Kinerja Pegawai (Y) di atas dapat dipahami bahwa keseluruhan item pernyataan dinyatakan valid dengan ketentuan perbandingan perolehan nilai rhitung > dari rtabel = 0,206. Dengan

demikian instrumen variabel Kinerja Pegawai (Y) yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat digunakan secara keseluruhan untuk diikutsertakan pada uji selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas

Uji realibilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu

(52)

bentuk kuesioner. Realibilitas suatu konstruk dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach‟c Alpha hasil pengujian SPSS nantinya dengan nilai > 0,60, Arikunto (2010, hal 196) sebagai berikut:

               

2 2 1 ) 1 (  b k k r Dimana: r = Reliabilitas instrumen k = Banyak butir pertanyaan ∑2

= Jumlah varians butir 2

1

 = Varian total Kriteria penguji nya:

a. Jika nilai koefisien reliabilitas yakni cranbach alpa > 0,60 maka instrument variabel adalah reliabel (terpercaya).

b. Jika nilai cranbach alpha < 0,60 maka variabel tidak reliabel (tidak dipercaya).

Reabilitas berkenaan dengan tingkat keandalan suatu instrument penelitian. Berdasarkan kriteria pengujianya maka pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach Alpha, dikatakan reliabel bila hasil alpha > 0.60.

Untuk melihat tingkat reliabilitas (kehandalan) dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(53)

Tabel III.10.

Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Cronbach'

Alpha

Nilai

Reliablitas Keterangan

Motivasi (X1) 0,901 0,60 Reliabel

Kepuasan Kerja (X2) 0,809 0,60 Reliabel

Kinerja Pegawai (Y) 0,822 0,60 Reliabel

Sumber : Data Penelitian (diolah) 2018

Berdasarkan data tabel uji reliabilitas di atas dapat dipahami bahwa masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai

reliabilitas yang berbeda-beda dengan nilai cronbach’alpha pada variabel X1 =

0,901 dan variabel X2 = 0,809. Sedangkan variabel Y = 0,882. Nilai uji

reliabilitas instrumen tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai ketentuan koefisien reliabilitas (Cronbach Alpha) > 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrument pada variabel penelitian ini semuanya memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain memiliki kehandalan (terpercaya) dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yakni menguji dan menganalisis data dengan perhitungan angka-angka dan kemudian menarik kesimpulan dari pengujian tersebut, dengan rumus dibawah ini:

1. Regresi Linier Berganda

Analisis Linier Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(54)

Y = a + b1X1 + b2X2 Sumber: Sugiyono (2010, hal.277) Dimana:

Y = Kinerja Karyawan a = Konstanta

b1 dan b2 = Besaran koefesien regresi dari masing-masing variable X1 = Motivasi Kerja

X2 = Kepuasan Kerja

2. Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal.Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan mengamati penyebaran data pada sumbu diagonal suatu grafik. Menurut Singgih Santoso (2001) ketentuannya adalah sebagai berikut:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsinormalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsinormalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Digunakan untuk menguji apakah pada regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat atau tinggi diantara variabel independen.Apabila terdapat korelasi antara variabel bebas, maka terjkadi multikolinieritas, demikian juga sebaliknya.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

Gambar

Tabel I.1I  Tabel Penelitian  No  Nama  Penelitian  Judul  Penelitian  Jenis  Penelitian  Hasil penelitian  1  Adi  Purnomo  (2008)  Analisis  penerimaan  pajak  atas  UMKM  di  KPP  Malang  Sebelum  dan  sesudah  diterapkanya  Peraturan  Pemerintah  No  4
Tabel III.3
Tabel III.4
Tabel III.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Parwito (2009) melakukan penelitian mengenai analisis atas pengaruh pemanfaatan sistem e-filing terhadap biaya yang dikeluarkan wajib pajak atas pemenuhan kewajiban

Dalam upayanya untuk mendorong pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela ( voluntary tax compliance ) serta mendorong kontribusi penerimaan Negara dari UMKM,

Kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan wajib pajak, seperti peraturan wajib pajak, kebijakan perpajakan, dan administrasi perpajakan dan individu wajib

Parwito (2009) melakukan penelitian mengenai analisis atas pengaruh pemanfaatan sistem e-filing terhadap biaya yang dikeluarkan wajib pajak atas pemenuhan kewajiban

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sanksi pajak, kualitas pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Sebagai mana menurut Undang-Undang Perpajakan No.28 tahun 2007 pengertian pajak yaitu kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang-orang pribadi atau badan yang

Dari data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa keempat variabel bebas yang digunakan, yaitu sosialisasi perpajakan, pengetahuan perpajakan, persepsi wajib pajak tentang sanksi

“Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.. Penulisan Tugas Akhir ini ialah