• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Deskripsi Pasar Tradisional Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Deskripsi Pasar Tradisional Kota Makassar"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Deskripsi Pasar Tradisional Kota Makassar

Jumlah pasar tradisional yang ada di Kota Makassar adalah 16 unit yaitu: Makassar Mall, Terong , Butung, Kampung Baru, Pannampu, (Kalimbu, Kerung-kerung), Maricaya, (Sawah,Mamajang), (Sambung Jawa, Cendrawasih), Pa'baeng-baeng, Parangtambung, Panakukkang, Daya, Mandai, Tamalanrea, Darurat.

Dari 16 pasar tersebut, penulis mengambil 3 pasar tradisional yang menjadi pertimbangan dimana target dan realisasi pendapatan tidak tercapai/terpenuhi. Pasar-pasar tersebut adalah pasar tradisional Terong, pasar tradisional Niaga Daya, pasar tradisional Maricayya.

Pasar-pasar tersebut mempunyai sejarah berdirinya masing-masing sebagai berikut.

1. Pasar Terong

Bila merujuk pada cerita Haji Tula, salah seorang pedagang buah pertama di pasar Terong, maka hadirnya pasar ini pertama kali sudah muncul di tahun 1960 atau setidaknya akhir tahun 1950-an. Suatu masa yang bersamaan dengan gelombang migrasi kedua dari desa-desa di Sulawesi Selatan. Kemunculannya pertama kali bukan inisiatif pemerintah atau siapapun melainkan oleh para pedagang sendiri yang kemudian meramaikan

(2)

area kecil di ujung Selatan jalan Terong atau dekat dengan jalan Bawakaraeng yang dulu bernama jalan Maros (Maros weg). Demikian, berawal dari pagandeng (dengan sepeda) dan palembara (dengan pikulan) yang membawa aneka buah dan sayur mayur terjadilah transaksi atau jual beli di area jalan Terong dan lorong-lorong sekitarnya seperti kini menjadi jalan Mentimun, jalan Kubis, jalan Sawi dan sebagainya.

Kurang lebih 7 tahun sejak munculnya pertama kali, bangunan pasar mulai terlihat di tahun 1967 hingga 1968. Menurut beberapa pedagang yang hidup saat itu, wujud pasar hanyalah bertiangkan bambu dan beratapkan nipa. Saat itu, kanal Panampu belum selebar dan sekotor sekarang ini. Kanal itu dulunya hanya sebuah got besar yang oleh penduduk setempat disebut ‗solongang lompoa‘ yang dipenuhi kangkung dan rumput liar di kedua sisinya. Area pasar sendiri masih sangat terbatas infrastrukturnya sehingga setiap musim hujan selalu terjadi banjir. Bila banjir tiba, maka bagian-bagian dalam bangunan pasar dapat hanyut seperti hanyutnya buah-buah dagangan seperti mangga, salak, kedondong dan lain-lain.

Sekitar 1967, terjadi kebakaran hebat di area perkampungan Terong, atau kini dikenal kelurahan Tompobalang. Banyak warga kehilangan tempat tinggal dan dipindahkan ke area lain seperti di sekitar pasar Karuwisi atau sebelah Utara Kebun Binatang, Rappokalling, Rappojawae, Korban 40.000, Cambayya dan belakang Galangan Kapal (Capoa). Lokasi eks-kebakaran ini kemudian oleh pemerintah kota, saat itu walikota adalah HM. Daeng

(3)

Patompo , dibangunkan pasar permanen berupa front toko dan lods-lods yang tahap pekerjaannya dilakukan sejak tahun 1970 oleh PT Antara. Pada tahun 1971 pasar Terong diresmikan dan ditempati oleh pedagang. Bentuk bangunan masih sederhana. Berdasarkan ilustrasi Siswandi yang melakukan riset etnografis di pasar Terong menyebutkan bahwa bagian luar pasar berbentuk front toko yang menyerupai huruf ‗U‘. Front toko ini mirip dengan bangunan rumah toko (ruko) tetapi tidak bertingkat dan ukurannya lebih kecil. Di sebelah Barat yang menjadi bagian tengah front toko adalah pintu gerbang yang menghubungkan pasar Terong dengan jalan Terong (Siswandi, 2009).

Di sebelah Selatan juga terdapat pintu gerbang di antara jejeran front toko dan beberapa pedagang Tionghoa juga sudah di sana. Di atas pintu gerbang tersebut adalah tempat kantor pasar. Di bagian Timur bisa ditemukan sebuah Mushalla yang terletak di atas pintu gerbang tersebut. Sementara di bagian Utara tidak terdapat front toko. Di tengah front toko terdapat hamparan los induk, dan beberapa hamparan los kecil di tiap sisinya. Adapun kondisi jalan Terong di sekitar tahun 1980 masih berupa pengerasan atau aspal berkerikil.

Di era tahun 1980 hingga 1990-an, penataan pedagang pasar mencapai titik ekstrimnya di mana pedagang pasar berada dalam kontrol anggota militer yang bertugas menjaga keamanan. Tahun-tahun tersebut pedagang pasar Terong bersentuhan sehari-harinya dengan aparat militer khususnya seorang anggota yang bernama Sampe atau pak Sampe. Bentuk

(4)

kontrolnya dapat dilihat melalui banyaknya pos militer yang ditempatkan di area pasar Terong, yakni 2 pos di dua sisi jalan Terong, dan 2 pos di dua sisi jalan Sawi (samping kanal). ―Tidak boleh pedagang berjualan di luar area front toko atau area pasar yang ada‖, demikian petunjuk penataan yang harus dilaksanakan.

Saat itu, jumlah pedagang sudah marak. Harga satu kios atau satu tempat di dalam front toko tersebut bisa mencapai Rp. 10.000,- yang nilainya menurut salah satu informan di pasar Terong senilai dengan menjual sepetak sawah di kampung. Akibatnya persoalan klasik timbul di mana tidak semua pedagang dapat membeli tempat di dalam front toko. Pilihan yang tersedia adalah berjualan di luar front dan memilih kucing-kucingan dengan pak Sampe dan anggota militer lainnya. Bila ketahuan, maka resiko memperoleh tendangan ataupun gebukan dari tongkat kayu yang disinyalir beralirkan listrik itu akan mengenai tubuh pedagang yang ‗membandel‘. Tentu ada pula pedagang yang memilih pindah ke pasar lain, seperti ke pasar Panampu. Tapi tak jarang, banyak yang akhirnya memilih kembali ke pasar Terong dan melakukan serangkaian ―perlawanan‖ dalam menghadapi kerasnya militer melakukan pengamanan.

Dari ragam cerita yang dituturkan oleh pedagang yang pernah mengalaminya seperti Daeng Nur (49) di mana ia harus berpura-pura gila untuk menemui pelanggannya dan membuat janji untuk bertemu di tempat tertentu untuk melakukan transaksi sesuai pesanan pelanggan. Lain lagi

(5)

cerita Daeng Jama‘ (55) dimana ia menyuruh putri-putrinya untuk menjaga barang dagangan agar anggota militer itu tidak mengganggu. Malah seorang diantaranya akhirnya menikah dengan tentara itu. Lain lagi dengan pak Dolly (40an) yang karena saat itu adalah pedagang plus peminum ‗Anggur‘ tanpa ragu mengajak beberapa tentara untuk minum bersama dan saling kenal di kedai tempat dia mangkal agar jualannya tidak diganggu.

Macam-macam saja cerita pedagang mengakali ketatnya pengawasan pak Sampe ini. Inilah bentuk perlawanan pedagang atas berbagai kontrol yang diterapkan. Namun, satu hal yang pasti, pak Sampe benar-benar menjadi momok bagi pedagang yang menjual di luar area pasar. Tidak hanya itu, pasar Terong yang dikenal sebagai tempat ―preman‖ berkumpul dari berbagai kampung sekitarnya, khususnya dari Maccini Gusung dan Maccini Kidul (Baru), Kandea, Barabaraya, Pucca, Rappokalling dan lainnya juga dibuat jera oleh aksi para ‗tentara pasar‘ ini.

Pak Sampe, tentara yang berasal dari tanah Mandar dan mengomandoi rekanrekannya di pasar Terong ini benar-benar ditakuti.

Menjelang tahun 1994, ide untuk melakukan revitalisasi pasar tahap kedua bergulir. Berawal dari sebuah studi banding yang dilaksanakan oleh walikota Makassar saat itu, Malik B. Masri di Hawaii, USA, terbersitlah keinginan merombak pasar Terong menjadi sebuah pasar modern. Saat itu, terpilihlah PT. Prabu Makassar Sejati sebagai developer dimana Ferry Soelisthio sebagai komisaris yang memenangkan tender untuk revitalisasi

(6)

pasar ―tradisional‖. Mulailah persoalan baru muncul menghampiri pedagang pasar Terong.

Dengan desain yang ‗terlalu moderen‘ lahirlah sebuah gedung berlantai 4, yakni lantai dasar, 1, 2, dan 3 di lahan seluas 13.253 m2. Sebagaimana revitalisasi tahap pertama di masa walikota Daeng Patompo, revitalisasi tahap kedua ini juga menuai banyak masalah. Persoalan klasik juga mencuat, harga kios dan lods terlampau mahal bagi pedagang kecil yang mendominasi berdagang di pasar Terong. Banyak yang dengan terpaksa membeli kios yang berharga 40 – 80 juta rupiah atau lods bagi pedagang kecil karena tiada pilihan lain, walau banyak pula yang memilih mengisi badan jalan di luar bangunan yang kini berdiri.

Masalah lain timbul seiring kepindahan pedagang ke dalam gedung baru. Tidak sampai 6 bulan, para pedagang ‗basah‘ kecewa dengan sulitnya proses angkut barang naik turun setiap harinya. Belum lagi pembeli yang tidak ingin naik hingga ke lantai 2 apalagi lantai 3. Pembeli berkurang berarti pemasukan minim. Pemasukan minim berimplikasi pada cicilan tempat terhambat sementara biaya untuk mencukupi anggota keluarga di rumah juga dituntut setiap harinya. Akhirnya banyak pedagang memilih keluar dan meninggalkan tempat mereka yang sudah dibeli dan sedang berjalan cicilannya. Ramailah kembali badan-badan jalan, lorong, trotoar, dan berbagai sudut pasar yang memungkinkan untuk ditempati. Sementara di lain pihak, developer melalui perjanjian yang dibuat dengan pedagang pembeli

(7)

kios/lods menikmati keuntungan akibat macetnya cicilan yang membuat uang muka (DP) dan diskon 12 persen menjadi milik developer tanpa harus kehilangan kios dan lods yang sudah dibeli pedagang. Hingga kini, masalah ini masih menyisakan banyak kekecewaan di hati pedagang yang terlanjur membayar mahal namun kehilangan daya melanjutkan cicilan. Tidak membayar selama 3 bulan berturut-turut berarti kehilangan uang DP dan diskon 12 persen.

Memasuki awal tahun 2000-an keadaan pasar semakin semrawut. Pengusaha atau developer dan pedagang berada dalam kerugian akibat model bangunan yang dipaksakan dalam kondisi yang berbeda kultur. Pedagang pasar Terong tumbuh dalam budaya hamparan yang melebar horisontal dan kini dihadapkan pada area dengan bangunan vertikal meninggi ke atas. Mereka lalu memilih kembali melebar. Karena maraknya pedagang di luar gedung ketimbang di dalam gedung maka secara naluria—dan berdasarkan kebiasaan pemerintah masa itu—persoalan ini akan diselesaikan melalui pembersihan pedagang di luar gedung yang kemudian dicap ―liar‖. Maka ditempuhlah beragam cara baik legal maupun di luar kerangka regulasi. Cara legal tentulah melalui jalur resmi pemerintah seperti pengerahan satuan polisi pamong praja atau satpol PP. Lalu cara sebaliknya adalah melalui mobilisasi ―preman‖ untuk melakukan aksi teror dan penyebaran ketakutan atas pedagang di pasar. Bahkan, kedua model ini dapat bekerja secara bersamaan sebagaimana terjadi di tahun 2003, 2005,

(8)

dan 2007. Dimana preman dan satpol PP turut andil dalam serangkaian pembongkaran dan penggusuran kepada pedagang.

Mengenai penggunaan ―preman‖ dalam upaya penataan pasar Terong bukanlah sesuatu kebohongan. Bahkan menjadi keniscayaan bagi pengusaha dan pemerintah dalam hal ini perusahaan daerah yang mengelola pasar, PD Pasar Makassar Raya. Sekian tahun berada di pasar relasi itu sudah terlihat secara nyata. Peran salah seorang yang dikenal sebagai salah satu ―preman‖ di pasar Terong misalnya yang bernama Daeng ‗X‘ yang telah menjadi kaki tangan baik pihak developer maupun pihak tertentu di PD Pasar Makassar Raya (Wawancara dengan Daeng ‗X‘, 2009).

Pasar berkembang, pedagang juga berkembang tapi persoalan tetap sama, yakni ketidakadilan terhadap banyak pedagang pasar yang tidak mampu mengakses kios dan lods di dalam gedung dan merugi akibat kios/lods yang dibeli tiada dikunjungi pembeli. Pasar kini dikelola oleh dua aktor, yakni pihak developer dan pihak Perusahaan daerah milik pemerintah kota Makassar. Bentuk perlawanan pedagang juga berubah dan tidak lagi sporadis dan sembunyi-sembunyi. Di tahun 2003 sudah ada organisasi yang lahir dari kalangan mereka yang mereka sebut Persaudaraan Pedagang Pasar Terong, disingkat SADAR. Organisasi ini sudah berhasil meningkatkan nilai tawar pedagang sehingga tidak lagi terlalu rentan oleh aksi penggusuran dan ancaman teror dari preman.

(9)

2. Pasar Maricaya

Pasar Maricaya yang berdiri akhir tahun 1960-an telah menjadi aset Pemerintah Kota Makassar. Adanya keinginan Walikota Ilham Arif Sirajuddin menukargulingkan (ruislag) pasar tersebut menimbulkan kegelisahan dikalangan pedagang akan kehilangan mata pencariannya.

Menurut sejarah bahwa di zaman Belanda tempo dulu, lokasi pasar Maricaya yang sekarang adalah sebuah taman bunga indah milik Belanda. Bunganya sangat menawan dan menjadi kunjungan warga di sore hari. Namun setelah kemerdekaan taman bunga itu tidak lagi terurus sehingga menjadi tempat kumuh.

Pasar Maricaya yang pertama berlokasi di pertigaan Jalan Bulukunyi-Jalan Monginsidi. Walikota saat itu HM Daeng Patompo, melihat bahwa pasar itu tidak lagi mendukung kemajuan kota, maka pasar Maricaya dipindahkan ketempat yang sekarang ini Jalan Veteran.

Tidak ada gesekan atau ketidakpuasan dari penjual sebab letaknya persis dilewati poros jalan Veteran dan bangunannya lebih representatif. Beda dengan rencana pemindahan sekarang, muncul pro kontra khususnya masyarakat sekitar lokasi baru Jl Sungai Saddang dan dari para penjual yang sudah puluhan tahun mencari rezeki di pasar itu. Dibanding pasar Pa'baeng-baeng, pasar Maricaya lebih tertib dan bukan jalan poros utama.

Rasyid salah seorang pedagang mengatakan, sekalipun melepas atau menjual pasar tersebut baru sekedar rencana. Tapi hal ini sudah menjadi

(10)

beban dan tekanan bagi pedagang. "Kami yang telah menjadikan pasar Maricaya sebagai sumber mata pencaharian terancam akan hilang," katanya.

Dg Naba yang juga pedagang mengatakan, "Dari hasil jualan, disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, juga membiayai pendidikan anak saya. Kalau sampai pasar ini jadi dilepas Pemerintah Kota (pemkot), maka biaya kebutuhan rumah tangga saya terancam hilang," katanya. Apalagi biaya pendidikan anaknya lumayan besar, bisa-bisa putus sekolah. Soalnya tempat yang rencananya disediakan Pemkot Makassar tidak strategis, tambahnya.

Lain lagi dengan suara pembeli, "Kalau pasar ini dipindahkan di Jl Sungai Saddang Baru, jelas kami akan berpikir untuk berbelanja dipasar yang baru. Soalnya ke lokasi baru akan menambah biaya transportasi, karena letak lokasi pasar tersebut, jauh dari jalur angkot maka perlu naik becak lagi," kata Murni salah seorang pengunjung pasar Maricaya.

Kalau rencana kepindahan pasar Maricaya ke Jl Sungai Saddang, bukannya kami tidak terima. Cuma kondisi daerah tersebut tidak layak dijadikan pasar. "Ini kita lihat dari mobil kampas yang silih berganti. Sementara di tempat yang disediakan pemkot lokasinya kecil, kata Rudi pengunjung pasar lainnya yang berdiam di Jl Sunggai Saddang.

"Belum lagi masalah kebersihannya, jelas kanal yang terletak di lokasi tersebut terancam. Coba kita lihat pasar Pa'baeng-baeng dan pasar Terong yang kanalnya kotor akibat buangan sampah pasar," ujar Rudi.

(11)

Dengan adanya penolakan tukar guling dari Anggota DPRD Kota Makassar, menjadi harapan bagi para pedagang. Penilaian Pemkot Makassar yang menganggap bahwa pasar Maricaya tidak layak lagi di lokasi tersebut terkait keindahan kota, telah menimbulkan kegelisahan dikalangan pedagang dan pembeli di pasar itu. Harapan mereka agar pasar Maricaya tidak jadi dijual atau tidak jadi dipindahkan kini hanya bertumpu pada anggota DPRD Kota Makassar yang menjadi wakil untuk menyuarakan kepentingan mereka.

Rasyid salah seorang pedagang mengatakan, "Mendengar anggota DPRD Kota Makassar menolak rencana ruislag, kami sedikit lega. Sudah seharusnyalah anggota dewan memperjuangkan dan mendengar aspirasi kami," tambahnya. Hanya harapan kepada anggota dewan agar membantu menyuarakan nasib kami, kami memilih mereka karena kami menganggap mereka akan memperhatikan kami rakyat kecil, tambah Rasyid.

Hal sama juga dikatakan Dg Naba, "Sebenarnya pasar Maricaya hanya membutuhkan penataan agar tidak menganggu keindahan kota, tidak perlu di jual," katanya. Belum lagi pengalaman sebelumnya, ruislag akan menyingkirkan pedagang lama

3. Pasar Daya

Pasar Daya mulai digunakan tahun 1959. Di akhir tahun 1990an dan sepanjang tahun 2000-an, di kota Makassar, berbagai proyek revitalisasi

(12)

beberapa pasar ‗tradisional‘ berlangsung. Beberapa contoh diantaranya adalah pasar Daya menjadi Pusat Niaga Daya.

Sejarah Pasar Daya

Sejarah pasar Daya Makassar mempunyai sejarah yang cukup berdinamika dikarenakan terjadi beberapa peristiwa yang penting dalam sejarah perjalanan pasar ini.

Pada tahun 1992 penyerahan asset ke PD Pasar Raya Makassar dalam hal pengelolaan seluruh pasar di kota Makassar (khususnya pasar daya). Selain itu, pada tahun 1992 terjadi kebakaran di pasar lama Daya yang terletak di jalan poros Perintis Kemerdekaan dengan posisi persimpangan jalan Paccerakkang yang mengakibatkan puluhan lapak pedagang pasar lama hangus terbakar, kemudian para pedagang kembali membuat lapak-lapak kecil untuk dipakai berjualan tetapi dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemudian pada tahun 1996 pada masa kepemimpinan walikota Malik B. Masri mencari solusi untuk pasar ini yang kemudian mengeluarkan kebijakan untuk membangun ulang pasar Daya Makassar dengan membebaskan tanah warga Biringkanaya seluas 7,4 hektar dalam jangka waktu 2 tahun masa pembangunan.

Dengan asumsi bahwa :

1. Pasca terjadinya kebakaran di pasar lama, pemerintah kota harus membangun pasar baru

(13)

2. Pemerintah melihat lapak yang digunakan pedagang sangat tidak layak

3. Untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di Jl. Perintis Kemerdekaan Posisi letak pasar ini sangat mengganggu poros jalan Perintis Kemerdekaan sehingga kemacetan sulit dihindari. Hal ini membuat walikota Makasssar memberikan solusi membebaskan lahan disekitar jalan Kapasa Raya.

Kemudian 4 tahun kemudian di tahun 1996 lahan dibebaskan, dipaketkan dengan terminal dan Pasar Daya dengan luas 16,2 hektar. Khusus untuk pasar Niaga Daya luas 7,2 Ha di bangun tahun 1996, 2 tahun berselang masa pembangunan di tahun 1998 diresmikanlah pasar niaga daya ini oleh Bapak Malik B. Masri sebagai walikota Makassar pada waktu itu.

Pada tahun 1996 pemerintah mulai membangun pasar Daya Baru yang diberi nama Niaga Baru yang pihak ketigakan oleh PT Kalla Inti Karsa (KIK) dengan kontrak kerjasama selama 25 tahun. Dimana PT KIK hanya memberikan lahan dan diberikan kesempatan untuk membangun, sehingga toko, kios-kios dan front toko selama kontrak tersebut. Sedangkan Bank BNI, Niaga, BRI dan lainnya sebagai penyalur modal usaha pedangang.

Saat ini sudah ada 7 orang yang menjadi kepala pasar Niaga Daya sejak tahun 1998 yaitu :

(14)

2. Pak Dominiskus 3. Pak Sapudalo 4. Pak Tjahyadi 5. Pak Jafar Gala

6. Pak M. Nur Ali Tundru 7. Pak Hamka

Dimana dari 6 kepala pasar Niaga Daya di atas, mereka menduduki jabatan 2 tahun dan dilakukan pergantian setiap 2 tahun. Kalau ada kesalahan dia mendapatkan mutasi. Mereka juga akan digilir ke pasar-pasar tradisional yang lain, atau bisa menjadi kepala bagian, atau tergantung prestasi kepemimpinannya. Jabatan kepala pasar adalah jabatan politik yang menjadi orang kepercayaan dari bapak walikota Makassar. Bahkan ada yang terjadi sudah dua kali membuat kesalahan bahkan dipecat tadi masih diangkat lagi di tempat lain. Dalam sistematika politik perlu dan harus mendapat perhatian.

PT KIK dengan melakukan perjanjian dengan Pemerintah Kota, segala perjanjian sudah selesai disepakati termasuk izin-izin yang diberikan, penjualan toko los dan front toko. Sampai saat ini perjanjian tersebut sudah berjalan 11 tahun, Kalla Inti Karsa dalam hal ini izin-izin yang diberikan langsung dia bangun, tidak ada lagi masalah yang dibicarakan (dibahas). Kalau ada rapat pertemuan kepala pasar dengan KIK biasa dibahas adalah adipura, kebersihan dan kesehatan.

(15)

Pasar Niaga Daya memiliki 10 blok yang terdiri dari : 1. Blok A sebanyak 130 kios

2. Blok B sebanyak 140 kios (108 aktif, 32 tidak aktif) 3. Blok C sebanyak 128 kios (73 aktif, 1 tidak aktif) 4. Blok D sebanyak 128 kios (105 aktif, 23 tidak aktif) 5. Blok E sebanyak 108 kios (71 aktif, 37tidak aktif) 6. Blok F sebanyak 96 kios (50 aktif, 46 tidak aktif) 7. Blok G sebanyak 80 kios (64 aktif, 16 tidak aktif) 8. Blok H sebanyak 80 kios (58 aktif, 22 tidak aktif) 9. Blok I sebanyak 72 kios (40 aktif, 32 tidak aktif) 10. Blok J sebanyak 60 kios (4 aktif, 56 tidak aktif)

Selain itu, Pasar Niaga Daya memiliki ruko sebanyak 5 blok yang terdiri dari:

1. Blok 1 sebanyak 74 ruko (73 aktif, 1 tidak aktif) 2. Blok 2 sebanyak 26 ruko (14 aktif, 12 tidak aktif) 3. Blok 3 sebanyak 64 ruko (64 aktif )

4. Blok 4 sebanyak 50 ruko (50 aktif )

(16)

B. Sejarah Singkat Kota Makassar 1. Letak Geografis

Jauh sebelum masa kemerdekaan, Kota Makassar telah berkembang pesat. Pada abad ke 17 Kota Makassar tercatat sebagai salah satu dari sepuluh kota terbesar di Asia. Pesatnya perkembangan Kota Makassar berdasarkan catatan sejarah, dimungkinkan oleh paling tidak empat faktor. Pertama, adalah letak strategis Kota Makassar pada bentangan Selat Makassar yang memungkinkan kemudahan akses ke dalam maupun ke luar Makassar. Kedua, faktor keterbukaan Kota Makassar dalam menerima berbagai suku bangsa dalam interaksi perdagangan internasinal, sehingga mengherankan jika beberapa abad lalu di Kota Makassar telah bermukim beberapa suku bangsa Asia dan Eropa yang hingga saat ini sebagian masih menyisahkan anak keturunan mereka. Ketiga, adalah faktor dukungan kultur maritim yang berkembang di Kota Makassar dan daerah sekitarnya yang memungkikan kemudahan terbangunnya lalu lintas laut serta perdagangan pesisir. Keempat, dukungan oleh daerah sekitar Kota Makassar mampu mensuplai kebutuhan berbagai hasil bumi untuk kebutuhan pangan.

Pesatnya perkembangan Kota Makassar ternyata masih meninggalkan kesan yang mendalam bagi warga kota ini, sehingga tidak mengherankan jika makassar berubah nama menjadi Ujung Pandang, pada suatu ketika kemudian mendapat desakan dari masyarakat agar nama ini dikembalikan

(17)

untuk dapat selalu mengingatkan kenangan atas kebesaran nama Makassar yang secara formal ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 1999.

Tidak hanya sebagai sebatas kenangan sejarah, melainkan saat ini sebagian besar warga Kota Makassar berharap agar kota mereka tetap menjadi kota metropolis yang dapat memberi pelayanan prima bagi kota dan pendatang,dan dapat menjadi pusat kemajuan dan perkembangan paling tidak di Kawasan Timur Indonesia. Harapan yang ini sejalan dengan kedudukan Kota Makassar sebagai lbukota Sulawesi Selatan dan sebagai gerbang bagi Kawasan Timur

Kebesaran Makassar dalam catatan sejarah dan harapan warga kota menjadikan Makassar sebagai kota pelayanan yang maju dan berkembang, kemudian dihadapkan dengan berbagai permasalahan, kendala serta keterbatasan sebagaimana layaknya kota-kota lain yang tengah tumbuh dan berkembang sesuai dinamikanya. Permasalahan tersebut dapat muncul dari pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dengan berbagai konsekuensinya.

Tuntutan atas peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, keterbatasan kapasitas lingkungan atas kebutuhan dan perkembangan kota, mengharuskan adanya uapaya sistematis dalam mengarahkan perkembangan kota makassar sesuai harapan masyarkat di satu sisi dihadapakan dengan berbagai permasalahannya di lain sisi, dengan dukungan potensi Kota Makassar sebagai sektor faktor yang dapat menggerakkan pembangunan daerah.

(18)

Dalam konteks ini perencanaan pembangunan daerah memiliki keduudkan strategis dalam rangka mengarahkan harapan-harapan masyarakat dalam bentuk arah pembangunan daerah dengan tekanan pada aspek kebutuhan yang mendasar dan paling mendesak sebagai skala prioritas, karena adanaya keterbatasan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dari dinamika dan perkembangan daerah. Dengan demikian perencanaan pembangunan dimaksud merupakan wujud dari sistematisasi kebutuhan daerah dalam rentang waktu tertentu dikaitkan dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal terakhir ini kemudian diformulasi dalam bentuk kebijakan program dan rencana kerja daerah.

Dalam bentuk sistematisasi yang dikemukakan di atas maka kepentingan daerah akan diletakkan secara proporsional sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian telah disempurnakan melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberi tekanan pada perlunya otonomi daerah. Semangat otonomi daerah secara proporsional pula diletakkan pada kepentingan nasional, karena itu sistem perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mencoba mengintegrasikan antara kepentingan daerah dan kepentingan nasional secara bersamaan. Model perencanaan yang demikian ini pada akhirnya akan menciptakan

(19)

integritas penyelesaian masalah nasional dalam skala lokal dan penyelesaian masalah lokal dalam kebijakan nasional.

Secara geografis, Kota Makassar berada pada kordinat 119 derajat Bujur Timur dan 5,8 derajat Lintang Selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat. Luas wilayah seluruhnya 175,77 km2 daratan termasuk 11 pulau di selat Makassar dan luas wilayah perairan sekitar 100 km2. Kota Makassar terbagi 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan, berbatasan dengan Kabupaten Pangkep di sebelah utara, kabupaten Maros di sebelah timur, Kabupaten Gowa di sebelah selatan, dan Selat Makassar di sebelah barat.

Dari gambaran selintas, memberi penjelasan bahwa secara geografis makassar sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Kota Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan dengan daerah lain. Selama ini akan makro pemerintah seolah-olah menjadikan Kota Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk draft Kawasan Timur Indonesia, membuat Kota Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Dengan mengembangkan Kota Makassar sekaligus akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan percepatan bangunan di Kawasan Timur Indonesia. Dengan demikian, dari sisi pengembangan

(20)

Kota Makassar sekaligus menjadi jalur dan simpul perekat yang strategis hubungan antara Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia.

Kota Makassar mempunyai dua jenis musim setiap tahunnya, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim hujan terjadi pada bulan December - April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei – Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 177 mm dengan hari hujan rata-rata 144 hari per tahun.

Iklim Kota Makassar tergolong tropis basah dengan kelembaban udara berkisar antara 74 persen – 84 persen, suhu udara antara 24.50C – 31,80C. Berdasarkan keadaan litologi, topografi, iklim dan vegetasi yang ada, Kota Makassar direkomendasikan sebagian besar untuk kawasan pengembangan budidaya karena tidak ada syarat yang memenuhi sebagai kawasan lindung.

Berdasarkan pencatatan Stasiun meteorologi Maritim Paotere, secara rata-rata kelembaban udara sekitar 77 persen, temperatur udara sekitar 26,2º-29,3ºc, dan rata-rata kecepatan angin 5,2 knot.

Jenis-Jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar terdiri dari tanah inceptisol dan tanah ultisol. Jenis tanah inceptisol terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar, merupakan tanah yang tergolong sebagai tanah mudah dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan oleh horizon penciri cambic. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu alluvium (fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Tanah ;eptisol memiliki horison cambic pada horison yang dicirikan dengan -adanya

(21)

kandungan zat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses basah kering dan proses penghanyutan pada lapisan tanah.

Jenis tanah ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Warna tersebut terjadi akibat kandungan logam - terutama besi dan aluminium – yang teroksidai (weathered soil). Tanah ultisol berkembang dari batuan sedimen masam (batupasir dan batu liat) dan dari batuan volkano tua.

Parameter yang menentukan persebaran jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar adalah jenis batuan, iklim, dan geomorfologi lokal,sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat pelapukan batuan pada kawasan tersebut. Kualitas tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap intensitas penggunaan lahannya. Tanah-tanah yang sudah berkembang horizonnya akan semakin intensif digunakan, terutama untuk kegiatan budidaya. Sedangkan kawasan-kawasan yang mempunyai perkembangan lapisan tanahnya masih tipis bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Penentuan kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat berarti dalam pengembangan wilayah di Kota Makassar, karena wilayah Kota Makassar terdiri dari laut, dataran rendah dan dataran tinggi, sehingga perlu dibuatkan prioritas-prioritas penggunaan lahan yang sesuai dengan tingkat perkebangan dan intensitas pemanfaatannya.

Dari fakta di lapangan terlihat bahwa pada wilayah perkotaan seperti Kota Makassar sudah jarang terdapat lahan kosong milik negara dan lahan

(22)

mentah lainnya. Maka akan lebih tepat jika lahan yang ada dikategorikan berdasarkan kriteria-kriteria yang mengarah pada trend dan visualisasi psikologis dari area-area yang ada dan membaginya dalam bentuk tipologi kawasan dibanding metode tradisional yang hanya mengandalkan pengkategorian pada visual lahan yang masih kosong, ada vegetasi atau terbangun. Sehingga bila dilihat berdasarkan keadaan litologi, topografi, jenis tanah, iklim dan vegetasi yang ada. Kota Makassar direkomendasikan gian besar untuk kawasan pengembangan budidaya. Mencermati pembagian lahan dalam wilayah Kota Makassar dibagi dengan peruntukan kawasan adalah: kawasan mantap 38 persen, kawasan peralihan 11 persen, awasan dinamis 51 persen.

2. Kependudukan

Penduduk Kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak 1.230.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 laki-laki dan 677.995 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 97,55 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.

(23)

Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 170.878 atau sekitar 12,76 persen dari total penduduk, disusul kecamatan Biringkanaya sebanyak 167.741jiwa (12,52 persen).

Kecamatan Rappocini sebanyak 151.091 jiwa (11,28 persen), dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 26.904 jiwa (2,01 persen).

Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 32.241 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso (30.701 jiwa per km persegi), kecamatan Mamajang (26.221 jiwa per km persegi). Sedang kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 3.241 jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Biringkanaya 3.479 jiwa per km persegi), Manggala (4.850 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (7.860 jiwa per km persegi), kecamatan Panakkukang 8.292 jiwa per km persegi.

Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala.

(24)

Tabel 3.

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2009-2010 KODE WIL KECAMATAN KELURAHAN RW RT 2009 2010 2009 2010 2009 2010 010 MARISO 9 9 50 50 230 230 020 MAMAJANG 13 13 57 57 292 292 030 TAMALATE 10 10 71 101 308 553 031 RAPPOCINI 10 10 37 89 140 480 040 MAKASSAR 14 14 45 71 159 308 050 UJUNG PANDANG 10 10 58 37 262 140 060 WAJO 8 8 82 45 504 159 070 BONTOALA 12 12 51 58 201 262 080 UJUNG TANAH 12 12 91 51 445 201 090 TALLO 15 15 101 82 553 504 100 PANAKKUKANG 11 11 91 91 420 445 101 MANGGALA 6 6 66 66 368 368 110 BIRINGKANAYA 7 7 89 91 480 420 111 TAMALANREA 6 6 82 82 427 427 7371 MAKASSAR 143 143 971 971 4.789 4.789

(25)

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2008-2010

KODE

WIL KECAMATAN PENDUDUK

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK 2008 2009 2010 2009-2010 010 MARISO 54.616 55.431 55.875 0,56 020 MAMAJANG 60.394 61.294 58.998 -0,33 030 TAMALATE 152.197 154.464 170.878 2,55 031 RAPPOCINI 142.958 145.090 151.091 1,52 040 MAKASSAR 82.907 84.143 81.700 -0,15 050 UJUNG PANDANG 28.637 29.064 26.904 -0,66 060 WAJO 35.011 35.533 29.359 -1,83 070 BONTOALA 61.809 62.731 54.197 -0.83 080 UJUNG TANAH 48.382 49.103 46.688 0,23 090 TALLO 135.315 137.333 134.294 1,16 100 PANAKKUKANG 134.548 136.555 141.382 0,98 101 MANGGALA 99.008 100.484 117.076 3,9 110 BIRINGKANAYA 128.731 130.651 167.741 5,45 111 TAMALANREA 89.143 90.473 103.192 2,02 7371 MAKASSAR 1.253.656 1.272.349 1.339.374 1,65 Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010

Berdasarkan tabel di atas adalah penduduk Kota Makassar dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini diakibatkan

(26)

oleh semakin ramainya aktivitas perekonomian di Kota ini dan menjadi sumber penghidupan bagi daerah-daerah di sekitarnya.

Berkenaan dengan data tersebut adalah sangat penting pula diketengahkan masalah jumlah penduduk dilihat dari sisi kecamatan dan jenis kelamin serta sex rationya yang dapat dilihat pada tabel berikut:

(27)

Tabel 5.

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin Dan Sex Ratio Kota Makassar, 2010

KODE WIL KECAMATAN PENDUDUK RASIO JENIS KELAMIN Laki-Laki Perempuan Jumlah 010 MARISO 27.836 28.039 55.875 99,28 020 MAMAJANG 28.811 30.187 58.998 95,44 030 TAMALATE 84.474 86.404 170.878 97,77 031 RAPPOCINI 73.377 77.714 151.091 94,42 040 MAKASSAR 40.233 41.467 81.700 97,02 050 UJUNG PANDANG 12.684 14.220 26.904 89,20 060 WAJO 14.279 15.080 29.359 94,69 070 BONTOALA 26.432 27.765 54.197 95,20 080 UJUNG TANAH 23.380 23.308 46.688 100,31 090 TALLO 67.247 67.047 134.294 100,30 100 PANAKKUKANG 69.996 71.386 141.382 98,05 101 MANGGALA 58.451 58.624 117.075 99,70 110 BIRINGKANAYA 83.203 84.538 167.741 98,42 111 TAMALANREA 50.971 52.216 103.192 97,63 7371 MAKASSAR 661.379 677.995 1.339.374 97,55

Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010

(28)

Tabel 6.

Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2009-2010

KODE WIL KECAMATAN PERSENTASE PENDUDUK KEPADATAN PENDUDUK (Per Km2) 2009 2010 2009 2010 010 MARISO 4,36 4,17 30.457 30,701 020 MAMAJANG 4,82 4,40 27.242 26,221 030 TAMALATE 12,14 12,76 7.643 8.455 031 RAPPOCINI 11,40 11,28 15.719 16.370 040 MAKASSAR 6,61 6,10 33.390 32.421 050 UJUNG PANDANG 2,28 2,01 11.051 10.230 060 WAJO 2,79 2,19 17.856 14.753 070 BONTOALA 4,93 4,05 29.872 25.808 080 UJUNG TANAH 3,86 3,49 8.266 7.860 090 TALLO 10,79 10,03 23.556 23.035 100 PANAKKUKANG 10,73 10,56 8.009 8.292 101 MANGGALA 7,90 8,74 4.163 4.850 110 BIRINGKANAYA 10,27 12,52 2.709 3.479 111 TAMALANREA 7,11 7,70 2.841 3.241 7371 MAKASSAR 100,00 100,00 7.239 7.620

Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010

3. Kondisi Ekonomi

Dalam kerangka pembangunan jangka menengah Kota Makassar dibutuhkan analisis kondisi ekonomi dan pembiayaan pembangunan pada

(29)

berbagai sektor dalam kurung waktu lima tahun untuk menjadi dasar dalam merumuskan kebiiakan pembangunan di bidang ekonomi guna mencapai tujuan kesinambungan pembangunan jangka panjang. Analisis kondisi ekonomi dan pembiayaan pembangunan dimaksud adalah kondisi makro ekonomi dan kondisi eksternal ekonomi.

a. Kondisi Makro Ekonomi

Kondisi makro ekonomi Kota Makassar dapat diukur dari beberapa indikator. Indikator makro ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Nilai PDRB Kota Makassar pada tahun 2010 telah mencapai angka 37,01 triliun rupiah, terjadi sekitar 103,72 % bila dibandingkan keadaan tahun 2006 yang masih 18,17 triliun rupiah. Terjadi kenaikan nilai PDRB sekitar 18,37 % dari tahun 2009 yaitu 31,26 triliun menjadi 37,01 triliun pada tahun 2010. Indikator makro ekonomi lainnya yaitu pendapatan perkapita, memperlihatkan perkembangan PDRB perkapita yang cukup menggembirakan,dimana pada tahun 2006 angka PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mencapai Rp.14.846.982 kemudian tahun 2007 menjdi RP. 16.874.656. Begitupun pada tahun 2008, 2009, 2010, terus mengalami kenaikan masing-masing Rp.20.947.627, Rp. 24.758.131, dan tahun 2010 Rp. 27.630.409. Indikator ekonomi yang cukup menggembirakan ini juga ditandai dengan semakin tertekannya laju inflasi, di mana pada tahun 2004 mencapai rata-rata 10, 17 persen dan pada tahun 2008 berada pada kisaran angka 7,10 persen. Akan

(30)

tetapi laju Inflasi kota Makassar tahun kalender (Januari-Mei 2012) sebesar 1,77 persen lebih rendah dibanding inflasi periode Januari-Mei 2008 sebesar 4,32 persen, tetapi lebih tinggi dibanding periode Januari-Mei 2009 sebesar 0,04 persen; Januari-Mei 2010 sebesar 1,17 persen; dan Januari-Mei 2011 sebesar 0,85 persen. Sedangkan Laju inflasi "year on year" dari Mei 2012 terhadap Mei 2011 sebesar 3,81 persen lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2008 sebesar 7,24 persen, tahun 2009 sebesar 7,21 persen; tahun 2010 sebesar 4,40 persen; dan tahun 2011 sebesar 6,49 persen.

Peranan struktur ekonomi Kota Makassar terhadap PDRB Kota Makassar , tampak bahwa sektor kegiatan ekonomi yang paling besar kontribusinya terhadap pertumbuhan PDRB Kota Makasssar pada tahun 2010 adalah didominasi oleh peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar 29,08 persen, diikuti sektor industri pengolahan sekitar 19,69 persen, jasa-jasa sekitar 16,26 persen, sektor angkutan masing-masing sekitar 14,33 persen, sektor keuangan dan persewaan sekitar 10,25 persen dan selanjutanya adalah sektor bangunan sekitar 7,83 persen.Selebihnva sektor listrik dan air bersih sekitar 1,81 persen, pertanian dan pegadaian masing-masing 0,74 persen dan 0,01 persen.

Realisasi anggaran pendapatan daerah di Kota Makassar pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.451.537.120.407,85 dan pada tahun 2009 sebesar Rp. 1.215.460.818.849,79, sehingga terdapat kenaikan sekitar 19,42 persen/ Sementara realisasi belanja daerah padatahun 2010 sebesar Rp.

(31)

1.217.795.378.191,67 dan pada tahun 2009 sebesar 1.239.084.281.517,01 dan bisa dikatakan terdapat penurunan sektor 1,72 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Makassar selama periode tahun 2006-2010 cukup menggembirakan. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi kota Makassar mencapai 9,83 persen, sementara tahun 2009 sebesar 9,20 persen.

b. Kondisi Ekstemal Ekonomi

Kecenderungan global yang semakin menguat menuntut perlunya daya saingnya ekonomi daerah terutama daya saing komoditi ekspor unggulan, oleh karena ekspor sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB). Karena itu peluang-peluang untuk membangun jaringan ekspor ke negara tujuan perlu ditingkatkan.

Data menunjukkan bahwa selam lima tahun volume ekspor komoditi uggulan yang melalui pelabuhan Makassar mengalami perkembangan, yakni pada tahun 1999 sebesar 1.158.122 ton meningkat menjadi 1.775.236 ton pada tahun 2004 atau mengalami pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 10,6 persen. Perkembangan ini tetap berlanjut dan menunjukkan peningkatan di atas rata-rata 10 persen sampai dengan tahun 2008. Ekspor tersebut didominasi oleh hasil pertanian dan hasil industri olahan. Perkembangan volume ekspor tersebut sangat dimungkinkan karena daya dukung untuk perkembangan ekspor ke depan sangat kuat. Kota Makassar sebagai simpul

(32)

titian ekonomi di mana daerah hinterland-nya penghasil komoditi unggulan seperti udang, kakao, kopi, cengkeh, lada, dan hasil bumi lainnya berpotensi untuk dikembangkan.

Integrasi ekonomi Kota Makassar tehadap ekonomi global juga ditandai dengan adanya kerjasama investasi di bidang pengembangan sektor perdagangan. Selain itu, permintaan ekspor juga ditandai dengan meningkatnya permintaan negara-negara maju dan stabilitas perekonomian dunia yang semakin membaik.

Dari sisi internal, perekonomian kota Makassar adalah bagian integral perekonomian nasional dan regional terutama Kawasan Timur Indonesia dan Provinsi Sulawesi Selatan pada khususnya. Keterkaitan yang kuat ini memberi dampak positif. Dampak positif dilihat dengan adanya komitmen pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan ekonomi pada setiap daerah.

Dengan undang-undang otonomi daerah memberi ruang gerak padaa pemerintah daerah untuk melakukan optimalisasi potensi lokal, dan dalam kenyataannya belum sepenuhnya dapat tercapai. Di satu sisi adanya keterbatasan dalam hal pembiayaan pusat ke daerah dan kondisi makro perekonomian hanya bertumbuh pada tingkat nasional di bawah 10 persen, dan di lain sisi dana alokasi umum sebagai dana perimbangan yang diperuntukkan untuk pembangunan suatu daerah tidak menunjukkan kenaikan yang berarti. Dengan kondisi seperti ini memberi isyarat pentingnya mengoptimalkan potensi lokal di berbagai sektor sebagai sumber penerimaan

(33)

daerah yang diharapkan dapat membiayai pembangunan secara berkelanjutan.

4. Kondisi Sosial Budaya

Penduduk Kota Makassar adalah masyarakat yang majemuk dilihat dari agama dan keyakinan yang mereka anut. Berdasarkan hasil sensus penduduk menunjukkan penduduk Kota Makassar beragama Islam sebesar 88,20 ersen, Protestan 6,63 persen, Katolik 3,20 persen, Budha 1,61 persen, Hindu 0,20 persen, dan lain-lain 0,16 persen. Selain keanekaragaman latar belakang agama, penduduk Kota Makassar juga mempunyai keanekaragaman latar belakang suku bangsa dan budaya. Penduduk Kota Makassar terdiri dari 4 suku bangsa, terbesar adalah suku Makassar 42,61 persen, suku Bugis 32,19 persen, suku Mandar 6,42 persen, suku toraja 5,91 persen, dan lain lain 12,65 persen.

Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Tempat peribadatan umat Islam berupa mesjid dan mushalla pada tahun 2009 masing-masing berjumlah 923 buah dan 48 buah. Tempat peribadatan Kristen berupa gereja masing-masing 137 buah gereja protestan dan 8 buah gereja katholik. Tempat peribadatan untuk agama Budha dan Hindu masingmasing berjumlah 26 buah dan 3 buah.

Dalam kemajemukan sosial budaya, masyarakat Kota Makassar diharapkan pada arus informasi yang sangat deras yang kemudian nilai-nilai

(34)

baru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai tersebut dalam batas-batas tertentu dapat menjadi ancaman kultural terhadap nilai-nilai budaya yang telah ada serta rangkaian terciptanya area konflik kultural.

Kota Makassar sebagai pusat pembangunan dan pelayanan niaga dan jasa Sulawesi Selatan dan bahkan di Kawasan Timur Indonesia, membawa konsekuensi daerah ini sebagai tujuan mobilitas penduduk baik karena alasan pekerjaan maupun karena alasan pendidikan. Data hasil survey mengungkapkan bahwa alasan utama migran masuk ke Kota Makassar adalah alasan pendidikan 63,4 persen, alasan pekerjaan dan mencari pekerjaan 17, 2 persen. Sementara khusus jumlah migran yang pindah ke Makassar lima tahun terakhir sebesar 10,42 persen dari total jumlah penduduk Kota Makassar . Faktor-faktor yang disebutkan ini, ditambah dengan mudahnya para imigran untuk mendapatkan kartu penduduk diduga berpotensi sebagai penyebab besarnya angka pengangguran di samping pertumbuhan ekonomi sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja yang tidak sebanding dengan angka pertumbuhan pencari kerja. Selain itu, Kota Makassar juga masih dihadapkan pada isu strategis berupa perlunya kesetaraan gender dan pengembangan potensi pemuda yang dapat mendukung akselerasi pembangunan kota dalam berbagai dimensi kepentingan.

(35)

C. Deskripsi Perusahaan Daerah Pasar Raya Kota Makassar

Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan secara geografis terletak di panatai barat pulau Sulawesi (Selat Makassar) dengan garis koordinat 119o 24‘17,38‘‘ BT dan o8‘6,19‘‘ LS dengan luas wilayah 17.577 Ha atau 175,77 Km. Saat ini Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan, 143 Kelurahan dan berpenghuni sekitar 1.253.656 jiwa penduduk dengan pertembuhan ekonomi 8.11% per tahun.

Makassar juga merupakan pusat pertumbuhan wilayah dengan pengembangan ikawasan timur Indonesia yang ditunjang dengan fasilitas pelayanan antara lain bandara internasional Sultan Hasanddin, pelabuhan Makassar dan Terminal Cargo, Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, sarana komunikasi dan informasi serta saranan penunjang lainnnya termasuk Pasar Tradisonal.

Pemerintah kota Makassar mempunyai 16 unit pasar yang letaknya tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Saat ini penglolaan ke-16 unit pasar tersebut diserahkan kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar Raya Kota Makassar, salah satu perusahaan daerah yang dibentuk Pemerintah Kota berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1999

Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota, maka Pemerintah Kota Makassar berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang

(36)

pembangunan Kota sekaligus peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat termasuk penyedia infrastruktur pasar yang representative termasuk pasar tradisional.

Kehadiran Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar Raya selain dapat merumuskan formulasi arah kebijakan dan strategi untuk mendapatkan sumber pembiayaan untuk melengkapi sarana dan prasarana pasar PD. Pasar Makassar Raya diharapkan dapat membiayai dirinya sekaligus dapat memberi keuntungan dalam bentuk deviden ke kas Pemerintah Kota Makassar

Dalam rangka optimalisasi pencapaian target dan keberhasilan pengembangan PD. Pasar Makassar Raya maka dirumuskan suatu BISNIS PLAN PD. Pasar Makassar Raya. Bisnis Plan tersebut adalah rencana taktis dan strategis yang memuat permasalahan dan rencana tindak perbaikan, rencana pencapaian target tahunan, serta arah kebijakan secara utuh dan menyeluruh.

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Pembangunan dan peremajaan pengelolaan pasar tradisional ditengah menjamurnya Pasar-pasar modern (MALL) membutuhkan investasi besar, sementra di sisi lain Pemerintah Kota menghadapi kendala dalam hal keterbatasan dana untuk melakukan investasi.

(37)

Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Kota Makassar membentuk Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya sebagai pengganti Dinas Pengelolaan Pasar dengan dasar pembentukannya Perda No. 4 Tahun 1999 tentang pembentukan PD. Pasar Makassar Raya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah No, 17 Tahun 2002 dan ditindaklanjuti dengan SK. Walikota Nomor 8175 Tahun 1999 tanggal 11 Desember 1999, kemudian diperkuat dengan Peraturan Daerah No. 12 tahun 2004 tentang Pengurusan Pasar dalam Daerah Kota Makassar.

2. Pihak Yang Terlibat Dan Bertanggung Jawab Perusahaan

Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya adalah salah satu perusahaan BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Makassar dan Walikota Makassar bertindak selaku Owner (pemilik) perusahaan. Sesuai dengan Peraturan Walikota Makassar No. 12 Tahun 2006 tanggal 27 Maret 2006 tentang PerubahanSusunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar.(Struktur Organisasi Terlampir). A. Badan Pengawas B. Direksi a. Direktur Utama b. Direktur Umum c. Direktur Operasional

(38)

C. Satuan Pengawas Internal D. Kelompok Jabatan Fungsional E. Unsur Staf

a. Bagian Umum b. Bagian Keuangan

c. Bagian Fisik & Prasarana d. Bagian Ketertiban & Keindahan F. Unsur Pelaksana

a. Unit Pasar Makassar Mall b. Unit Pasar Terong

c. Unit Pasar Butung

d. Unit Pasar Kampung Baru e. Unit Pasar Pannampu

f. Unit Pasar Kalimbu/Kerung-Kerung g. Unit Pasar Maricaya

h. Unit Pasar Sambung Jawa i. Unit Pasar Pa‘baeng-Baeng j. Unit Pasar Parang Tambung k. Unit Pasar Niaga Daya l. Unit Pasar Darurat

(39)

3. Rencana Pengembangan 1). Peningkatkan Kinerja Pendapatan

Berkaitan dengan peningkatan kinerja pendapatan, maka Bisnis Plan PD. Pasar Makassar Raya sebagai berikut:

1. Melakukan perubahan PERDA Nomor : 8 Tahun 1996 tentang Retribusi Pasar dan Pusat Perbelanjaan

2. Melakukan usaha-usaha intentifiksi dan ekstentifikai terhadap objek jasa pengelolaan pasar melalui Tim Penagih/Monitor yang dibentuk 3. Memberikan bantuan kredit permodalan kepada pedagang melalui

kerjasama dengan PD. Bank Perkreditan Rakyat Kota Makassar 4. Memanfaatkan secara optimal sarana./prasarana pasar yang ada 5. Menetapkan sanksi yang tegas sesuai ketentuan

perundang-undangan berlaku

6. Mengefektifkan pengawasan internal dan eksternal kepada aparat 7. Memperbaiki dan memperbaharui data potensi yang ada sehingga

diperoleh data-data yang akurat dan objektif 2). Pengingkatkan Pelayanan Kebersihan

Pendapatan dan penanganan masalah kebersihan pasar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan usaha-usaha Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar Raya dalam peningkatan pelayanannya kepada masyarakat pengguna pasar.

(40)

Berkaitan dengan upaya peningkatan pelayanan kebersihan, maka Bisnis Plan PD. Pasar Makassar Raya ke depan adalah :

1. Meningkatkan kuatitas dan kualitas kerja parat kebersihan 2. Melakukan perbaikan saluran drainase

3. Menambah jumlah container dan tong sampah di lokasi pasar yang berpotensi besar menimbulkan tumpukan sampah

4. Mebuat landasan kontainer sampah 5. Meningkatkan kapasitas pengangkutan

4. Landasan Hukum dan Operasional

1. Peraturan Daerah nomor 4 Tahun 1999 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar

2. Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Badan Pengawas, Direksi dan Kepegawaian PD Pasar Makassar Raya Kota Makassar

3. Peraturan Daerah nomor 17 tahun 2002 tentang Perubahan Perda Nomor 4 tahun 1999

4. Peraturan Daerah nomor 12 tahun 2004 tentang Pengurusan Pasar dalam Wilayah Daerah Kota Makassar

5. Peraturan Walikota Makassar Nomor 1 tahun 2004 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan Perda Nomor 12 tahun 2004

(41)

6. Peraturan Walikota Nomor 12 tahun 2006 tentang Perubahan Struktur dan Tata Kerja Perusaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar

7. Keputusan Walikota Makassar Nomor 8175 tahun 1999 tentang Sususan Organisasi dan tata kerja PD. Pasar Makassar Raya kota Makassar

8. Keputusan Walikota Makassar Nomor 23/S.Kep/030/2001 tentang Pemisahan sebagian Barang Milik Pemerintah Kota Makassar kepada Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya

9. Keputusan Walikota Makassar Nomor 452/S.Kep/511.2/2011 tentang Penunjukan PD. Pasar Makassar sebagai penglola Pasar Milik Pemerintah Kota Makassar

10. Keputusan Walikota Makassar Nomor 741/Kep/030/2003 tentang Pemisahan sebagian Barang Milik Pemerintah Kota Makassar kepada Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya.

11. Keputusan Walikota Makassar nomor 290/Kep/910/2007 tentang Pengesahan KEputusan Direksi PD. Pasar Makassar Raya Nomor 974/85/I/S.Kep/PD. PSr/2007

(42)

5. Potensi Operasional

Asset

Berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 1999 Bab IV Pasal 8 Ayat 1,2, dan 3 dan keputusan Walikota Mkassar Nomor : 23/S.Kep/030/2000 tentang pemisahan sebagaian barang milik pemerintah kota Makassar kepada PD Pasar Makassar Raya Kota Makassar maka assetnya senilai Rp. 216.462.631.250.- (Dua Ratus Enam Belas Milyar Empat Ratus Enam Puluh Dua Juta Enam Ratus Tiga puluh Satu Ribu Dua Ratus Lima Puluh Rupiah)

Sumber Daya Makassar Organik

No. Tingkat Pendidikan / Golongan Jumlah

1 Sarjana (S1) 45

2 D3 (Diploma) 12

3 SMA (Sekolah Menengah Atas) 96 4 SMP (Sekolah Menengah Pertama) 12

5 SD (Sekolah Dasar) 13

Jumlah 178

(43)

Kontrak

Pegawai Non Organik yang dipekerjakan berjumlah 119 orang (Diluar Direksi). Salah satu diantaranya masih berstatus PNS yang diperbantukan.

6. Tujuan dan Manfaat PD Pasar Raya Makassar 1). Tujuan

1. Untuk menganalisis potensi perusahaan yang dapat dikembangkan melalui upaya intensifikasi, ekstensiikasi maupun diversitifikasi sebagai pendapat PD. Pasar Makassar Raya dan sumber PAD Kota Makassar 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memperngaruhi peningkatan

pendapatan dan pengembangan PD. Pasar Makassar Raya

3. Menentukan strategi peningkatan pendapatan dan pengembangan perusahaan melalui optimalisasi pengelolaan potensi perusahaan yang dimiliki.

2). Manfaat

1. Sabagai bahan pengambilan keputusan bagi Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya dalam menentukan tergat pendapatan dalam kurung waktu satu sampai lima thun ke depan

2. Dapat dijadikan bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerja dan pendapatan bagi perusahaan dari waktu ke waktu

(44)

3. Sebagai bahan masukan bagi Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya dalam mengambil suatu keputusan strategi yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan dan pendapatan.

7. Visi dan Misi PD Pasar Raya Makassar 1). Visi

Visi PD. Pasar Makassar Raya adalah ―Pasar Untuk Semua‖ dimana Pasar dalam mengelola pasar di Kita Makassar mengarah peningkatan pelayanan jasa pasar untuk memenuhi kebutuhan semua lapisan ekonomi masyarakat. Visi ini diambil guna mewujudkan pasar tempat berbelanja yang aman dan bersih dalam menunjang kota Makassar menuju kota dunia berlandaskan kearifan local 2014

2). Misi

Dalam menunjang visi di atas. PD. Pasar mengusung Misi : 1. Menyediakan infrastruktur pasar yang memadai

2. Menyediakan tempat berjualan yang representatif 3. Menyediakan fasilitas keamanan pasar yang kondusif 4. Menciptakan kondisi lingkungan pasar yang sehat

(45)

8. Kondisi Perusahaan Daerah Saat Ini 1). Data Umum

PD. Pasar Makassar Raya dibentuk Pemerintah Kota Makassar sesuai Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1999. Hal ini dilakukan untuk menyikapi perubahan sistem pemerintahan Sentralistik menjadi otonomi serta untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi sumber keuangan daerah disektor jasa pemasaran.

Diawal operasinya, PD. Pasar Makassar Raya dipercaya oleh Pemerintah Kota Makassar untuk mengelola asset 4 unit pasar anatar lain Makassar Mall, Terong, Butung Kampung baru. 9 unit pasar lainnya yaitu Pannampu, Kalimbu Kerung-kerung, Sambung Jawa-Cendrawasih, Maricaya Sawah-Mamajang, Pa‘baeng-baeng, Parang Tambung, Panakukang, Daya-Mandai-Tamalanrea serta pasar darurat hanya diserahi tanggung jawab dalam penarikan retribusinya. Adapun pengelolaan assetnya masih dilakukan Pemerintah Kota Makassar dibawa instansi dinas Pasar.

Melihat kemampuan PD. Pasar dalam menngelola keuangan ke-13 unit pasar khususnya di sektor pendapatan yang terus mengalami peningkatan, pada tahun 2004 Pemerintah kota Makassar kembali menyerahkan asset ke-9 pasar lainnya sehingga berjumlah 13 unit pasar. 2). Tugas Pokok PD. Pasar Raya

1. Pengembangan Kinerja Pendapatan 2. Peningkatan Pelayanan Kebersihan

(46)

3. Peningkatan Pelayanan Kamanan dan Ketertiban Pasar 4. Penyedia Sarana dan Prasarana Fisik yang Memadai 5. Peningkatan Kinerja Aparat/Karyawan

Referensi

Dokumen terkait

Swalayan Aneka Jaya berdiri pada tahun 2001 dengan luas bangunan ±700 M 2 dan luas tempat parkir ± 200 M 2 .Swalayan aneka jaya Mranggen adalah

4.3 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89

Desa Bukit Pedusunan Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi pada saat sekarang ini terkenal dengan potensi alam yang dapat diberdayakan sebagai obyek

Seiring perkembangannya, pada Tahun 2003 Pemerintah Kota Pekanbaru mengeluarkan Perda Nomor 3 Tahun 2003 yang menyebabkan wilayah Kecamatan Tampan dimekarkan menjadi

Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung diatur berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 21 Tahun 2008

Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pembangunan Kota Baru Lampung, pada Bab I Pasal 1 butir ke tujuh disebutkan bahwa Badan

Pada bulan Januari 2009, organisasi Dinas LLAJ Kota Metro berubah menjadi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Metro berdasarkan Perda Nomor 07 Tahun