• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL. 1. Data Rerata gambaran histopatologi adanya penyebaran sel yang mengalami nekrosis, degenerasi dan infiltrasi sel radang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR TABEL. 1. Data Rerata gambaran histopatologi adanya penyebaran sel yang mengalami nekrosis, degenerasi dan infiltrasi sel radang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

vi DAFTAR ISI Halaman RIWAYAT HIDUP ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACT ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Ginjal ... 4 2.2 Amoxicillin ... 7 2.3 Deksametason ... 7 2.4 Asam Mefenamat ... 8 2.5 Degenerasi ... 9 2.6 Nekrosis... 10

2.7 Tikus putih (Rattus norvegicus) ... 10

2.8 Kerangka Konsep ... 11

2.9 Hipotesis ... 13

BAB III MATERI DAN METODE ... 14

3.1 Objek Penelitian ... 14

3.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan ... 14

3.3 Peralatan Yang Digunakan ... 14

3.4 Rancangan Penelitian ... 15

3.5 Variabel Penelitian ... 15

3.6 Pengumpulan Data ... 15

3.7 Prosedur Penelitian ………... 16

3.8 Analisis Data ... 18

3.9 Lokasi Dan Waktu Penelitian ………... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 20

4.1 Pemeriksaan Mikroskopik ... 20

4.2 Pembahasan ... 22

4.3 Pengujian Hipotesis ... 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(2)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Rerata gambaran histopatologi adanya penyebaran sel yang mengalami nekrosis, degenerasi dan infiltrasi sel radang ... 20

(3)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Data hasil pemeriksaan histopatologi ginjal tikus kelompok

Perlakuan I……… 21 2. Data hasil pemeriksaan histopatologi ginjal tikus kelompok

Perlakuan II ... . 21 4. Data hasil pemeriksaan histopatologi ginjal tikus kelompok

(4)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1……….. 30 2. Lampiran 2... 30

(5)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sel penyusun tubulus ginjal tikus putih setelah diberikan amoksisilin yang di kombinasikan deksametason dan asam mefenamat pasca operasi. Penelitian ini dilakukan di laboratorium patologi, fakultas kedokteran hewan Universitas Udayana. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan sampel yang digunakan 30 ekor dengan berat badan rata-rata 150-200 gram, yang dibagi 3 kelompok dengan 10 kali ulangan. Kelompok perlakuan 1 diberi amoksisilin, kelompok perlakuan 2 di beri amoksisilin dan deksametason, kelompok perlakuan 3 diberi amoksisilin dan asam Mefenamat. Pada hari ke 7 dan ke 14 tikus di eutanasi untuk tiap perlakuan 5 ekor, kemudian organ ginjal diambil selanjutnya dibuat preparat histologi dengan metode pewarnaan Harris hematoksillin dan Eosin (HE). Gambaran histopatologi ginjal yang diamati dan dinilai berdasarkan kerusakan histologi berupa degenerasi, infiltrasi sel radang, nekrosis. Hasil ditentukan dengan skoring kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik non parametric Kruskall Wallis. Hasil uji tersebut menunjukkan pemberian amoksisilin pada KP1, pemberian amoksisilin dan deksametason KP2, pemberian amoksisilin dan asam mefenamat KP3 tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap gambaran histopatologi ginjal. Pemberian amoksisilin, yang dikombinasikan dengan deksametason dan asam mefenamat mempengaruhi histopatologi sel-sel tubulus ginjal dimana terjadinya degenerasi, infiltrasi sel radang, dan nekrosis yang bersifat reversibel yang artinya dapat kembali normal namun tidak mempengaruhi fungsi ginjal secara umum.

(6)

ii ABSTRACT

This study aimed to determine changes in renal tubular cells making up the white mice after given amoxicillin combined dexamethasone and postoperative mefenamic acid. This research was conducted in the laboratory of pathology, veterinary medicine faculty at Udayana University. This study is an experimental laboratory with samples used 30 individuals with an average body weight of 150-200 grams, were divided into 3 groups with 10 replicates. Was given amoxicillin treatment group 1, group 2 was given amoxicillin and dexamethasone treatment group 3 was given amoxicillin and Mefenamic acid. On day 7 and 14 mice in each treatment euthanasia for 5 tails, then the kidney is taken then made preparations with histological staining methods Harris hematoksillin and eosin (HE). Histopathologic features of kidney were observed and assessed by histological damage in the form of degeneration, inflammatory cell infiltration, necrosis. Results are determined by the scoring followed by non-parametric statistical analysis Kruskal Wallis. The test results show giving amoxicillin to KP1, KP2 dexamethasone administration and amoxicillin, amoxicillin and mefenamic acid administration KP3 not significantly different (P> 0.05) on renal histopathology picture. Administration of amoxicillin, which in combination with dexamethasone and histopathology mefenamic acid affects the cells of the renal tubules where degeneration, inflammatory cell infiltration, and necrosis are reversible which means it can be returned to normal, but do not affect renal function in general.

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat didefinisikan sebagai zat atau senyawa yang digunakan untuk mencegah, meringankan, menyembuhkan, mendiagnosis penyakit atau gangguan. Obat anti radang atau anti inflamasi yang sering diberikan biasanya dari golongan steroidal misalnya deksametason, dan ada juga yang berjenis non steroidal misalnya asam mefenamat. Obat-obat ini sering digunakan, namun efek sampingnya belum diketahui penggaruhnya terhadap ginjal, karena ginjal merupakan organ yang paling sering terjadi gangguaan dan perusakan oleh bahan kimia, akibat dari pemberian obat-obatan dan makanan.

Ginjal merupakan organ eliminasi yang penting dan vital selain hati, paru-paru dan kulit. Mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai tempat filtrasi, reabsorpsi, sekresi urin, mempertahankan keseimbangan air, garam dan elektrolit, selain itu ginjal menghasilkan berbagai zat misalnya renin, eritropetin, dan prostaglandin. Ginjal sering menjadi sasaran perusakan oleh zat-zat kimia yang masuk ke dalam tubuh terutama dari makanan dan obat-obatan. Pada ginjal, nekrosis paling banyak terjadi pada tubulus, karena di tubulus inilah terjadi proses reabsorbsi. Bila kerja ginjal terlalu berat, maka sel-sel penyusunnya dapat mengalami kerusakan bersifat irreversible atau kerusakan cukup parah, yang menyebabkan degenerasi dan nekrosis (Contran, 2007).

Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan, deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsangan. Sebagai anti-inflamasi deksametason bekerja dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi. Obat golongan kortikosteroid menghambat phospholipase (PLA2) atau fosfolipase-A2 dengan meningkatkan lipocortin, yaitu berupa protein

(8)

2 inhibitor reaksi inflamasi. Efek samping terhadap ginjal masih sangat jarang, penelitian yang dilakukan oleh Xing et al. (2006), menyimpulkan bahwa deksametason berpengaruh langsung terhadap kerusakan podosit manusia. Pada penelitian yang dilakukan oleh David et al. (2003), juga disimpulkan adanya peningkatan kasus nefrokalsinosis pada infant preterm yang diterapi deksametason. Menurut Kimura et al. (2009), penggunaan deksametason yang berlebihan juga bisa menjadi pro-fibrotic faktor pada chronic inflammatory kidney disease yang terjadi pada neonatus. Menurut Ridho (2010), pemberian obat deksametason memperberat kerusakan jumlah tubulus ginjal.

Asam mefenamat merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid (AINS) yang berkhasiat sebagai analgesik yang paling luas peresepannya terutama pada kasus-kasus nyeri inflamasi karena efeknya yang kuat dalam mengatasi nyeri inflamasi tingkat ringan sampai sedang. Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja saraf pusat dan kerja saraf perifer dengan menghambat aktivitasnya secara umum. Mekanisme dari asam mefenamat dengan menghambat kerja dari enzim cyclooxygenase (COX). Efek samping pemberian asam mefenamat antara lain nefropati analgesik dengan ciri nefritis interstisial kronik dan nekrosis papilar ginjal, serta memperberat kelainan fungsi ginjal pada penderita penyakit ginjal (Wilmana dan Gan, 2007) dan mengurangi sintesis prostaglandin di ginjal yang sangat berperan dalam menunjang pemeliharaan perfusi ginjal (Goodman, 2007). Menurut Ronco (2008) dan Andreoli (2009), mengkonsumsi antibiotik dan obat anti inflamasi non steroid dihubungkan dengan berkembangnya kejadian gejala ginjal akut.

Hal tersebut penting diteliti lebih lanjut karena secara kimiawi, setiap zat-zat yang masuk ke dalam tubuh, akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Kecepatan dan besarnya ekskresi melalui ginjal ditentukan oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus, dan ekskresi tubulus. Zat-zat maupun metabolik akan dikeluarkan oleh tubuh melalui proses ekskresi pada ginjal (Katzung, 2002). Pasien pasca operasi yang diberikan deksametason dan asam mefenamat, perlu diketahui pengaruhnya terhadap ginjal dengan mengamati perubahan histologi ginjal.

(9)

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah yaitu apakah adanya perubahan sel-sel penyusun tubulus ginjal tikus putih setelah diberikan amoksisilin yang di kombinasikan dengan asam mefenamat dan deksametason pasca operasi.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui perubahan sel-sel penyusun tubulus ginjal tikus putih setelah diberikan amoksisilin yang dikombinasikan dengan asam mefenamat dan deksametason pasca operasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Dapat memberikan informasi bagi kalangan praktisi bedah dalam praktek sehari-hari yang menggunakan amoksisilin, deksametason dan asam mefenamat, dimana praktisi dapat mengetahui efek pemberian obat-obat ini terhadap organ ginjal pasca operasi.

Referensi

Dokumen terkait