• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Keywords : Sanitation, Canteen, Flies Density

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. Keywords : Sanitation, Canteen, Flies Density"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Budiman, Deddy 2015. Sanitation and Flies Density Overview in Some High School Canteens at Manado.

Faculty of Public Health Thesis, Sam Ratulangi University Supervisor I : dr. Woodford B.S Joseph, MSc Supervisor II : Prof. Dr. Ir Odi Roni Pinontoan, MS

ABSTRACT

This research is the High School (SMA) is one which falls within the scope Adiwiyata program based on the Regulation of the Minister of Environment No. 5 Year 2013.Selain it, High School (SMA) also includes coverage Development Program Student by Minister of Environment Regulation 39 of 2008, regarding Sanitation canteen in the city of Manado which makes researchers interested in conducting similar studies.

This Research is to describe the canteens sanitation and density of flies on several high school in manado.

This Reserch Method uses descriptive Research on observation with Cross Sectional design. Sample in this research consist of 15 canteens of the entire population of the canteen at several high school in manado. The variables studied in this research are basic sanitation canteen and density of flies.

The Results showed that basic sanitation is not eligible in high school canteen. In terms of facilities, only providing clean water is classified as eligible. Thus the density of flies by the sample schools, the highest density of flies was found in SMA N 9 Manado, While The average number of flies population that found from the highest population of flies density, 10.08 (%) was found in SMA N 2 Manado and the lowest, 8.70 (%) was found in SMA N 9 Manado.

The conclusion is expected that the institution in this case the school in order to improve sanitation in the canteen such as sewage treatment, latrines, and waste procesing, so that there are no other types of flies that can thrive in these places.

(2)

2 Pendahuluan

Asal kata Higiene dan Sanitasi berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Sehat & Bersih”, dan jika kita terjemahkan lebih luas maka dapat dibuat kesimpulan bahwa “Kita bisa sehat dikarenakan kita selalu bersih”.Personel hygiene is the way of keeping to yourself, clean and healthty, and Sanitation is the way of keeping to place clean and tidy. Higiene adalah tata cara untuk memelihara diri agar bersih dan sehat, dan Sanitasi merupakan tata cara untuk menjaga agar lingkungan tetap bersih dan terpelihara dengan baik (Sihite, 2008).

Beberapa penelitian yang menunjang yaitu oleh Ardhiana menyebutkan bahwa sarana sanitasi dasar dan tingkat kepadatan lalat dikantin SMA kecamatan medan barat kota medan masih belum memenuhi syarat, karena dari 8 kantin di 8 SMA, hanya satu yang memenuhi syarat dalam hal pengelolaan sampah (Ardhiana, 2011).

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari keempat faktor perilaku dan faktor lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar disamping faktor-faktor lainnya terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh sebab itu kantin sekolah pun perlu di perhatikan sanitasi dasarnya dalam menekan

perkembangbiakan bibit penyakit lewat vector (Blum).

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu yang termasuk dalam cakupan program pembinaan siswa berdasarkan peraturan menteri lingkungan hidup nomor 39 tahun 2008. Selain itu, Sekolah Menengah Atas (SMA) juga termasuk dalam cakupan pelaksanaan program adiwiyata berdasarakan peraturan menteri lingkungan hidup nomor 5 tahun 2013. Demikian SMA di Kota Manado menjadi bagian didalamnya yaitu mengenai sanitasi kantin sekolah yang termasuk dalam kegiatan pembinaan siswa untuk penyehatan jasmani dan kesehatan lingkungan sekolah.

Perihal sanitasi kantin diseluruh Indonesia yang masih belum memenuhi syarat kesehatan serta masih meragukannya sanitasi kantin yang ada di kota manado, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang serupa.

Sebagaimana diketahui bahwa lalat merupakan salah satu vektor penyakit pada system pencernaan yang memiliki tempat perindukan ditempat-tempat sampah, bahwa ada hubungan antara sarana tempat sampah dengan kejadian diare pada balita. Ada 75% responden yang memiliki personal hygiene kurang baik memiliki balita dengan riwayat diare (Mafazah,2013).

(3)

3 Musca domestica atau lalat rumah yang sering disebut housefly merupakan salah satu spesies serangga yang banyak terdapat di seluruh dunia. Lalat jenis inilah yang sebagian besar berada sekitar rumah. Di bidang keseahtan, lalat jenis ini dianggap sebagai pengganggu manusia karena merupakan vektor mekanis beberapa penyakit (Fotedar, 2000).

Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui syarat sanitasi dasar pada kantin di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Manado, Serta menidentifikasi dan membandingkan tingkat kepadatan populasi lalat terhadap Jamban, Sampah, dan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) pada kantin dibeberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) dikota Manado.

Manfaat penelitian adalah Sebagai bahan masukan bagi pengelolah kantin sekolah, dalam peningkatan sanitasi kantin sekolah dan dalam hal pengendalian lalat di kantin sekolah, serta Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah, sektor kesehatan, sektor pendidikan dan sektor lainnya yang terkait pada umumnya dalam rangka meningkatkan sanitasi kantin sekolah di kota manado.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengunakan jenis penelitian survei deskriptif pada observasi

dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah limabelas kantin dari beberapa sampel SMA di kota Manado diambil dengan kriteria sebagai berikut : Kantin sekolah memiliki sarana sanitasi, Didalam kantin sekolah terdapat proses masak-memasak dan Kantin sekolah ramai dikunjungi oleh siswa-siswi pada sekolah tersebut. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Sanitasi dasar kantin dan Tingkat kepadatan lalat.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode observasi, wawancara, checklist, serta pengukuran terhadap tingkat kepadatan lalat. Data sekunder diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan penelitian ini. Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar check list, dan fly grill untuk mengukur tingkat kepadatan lalat.

Setelah penelitian selesai dilakukan, nantinya data-data yang diperoleh akan diolah. Setiap sampel yang diperoleh dari check list akan diberikan kode (coding sheet). Untuk data yang diperoleh dari check list akan direkap dan di sajikan dalam bentuk tabel. Dan untuk data pengukuran kepadatan lalat akan di cari rata-rata. Setelah memperoleh hasil rekap dan rata-rata.

(4)

4 Setelah memperoleh hasil rekap dan rata-rata dari pengukuran tersebut maka data akan dimasukkan ke dalam laporan (entry data)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian fasilitas sanitasi kantin sekolah dianalisa berdasarkan Kepmenkes RI No. 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan sanitasi kantin. Berikut hasil penelitian berbagai variabel fasilitas sanitasi kantin yang dijabarkan, sebagai berikut :

A. Penyediaan Air Bersih

Berdasarkan Tabel 1, diperoleh data penyediaan air bersih pada kantin di beberapa SMA Kota Manado, menunjukkan bahwa 66,67 persen responden atau sebanyak 10 pemilik kantin berpendapat air utama diperoleh dengan mudah dan sisanya

sebesar 33,33 persen responden atau sebanyak 5 pemilik kantin berpendapat tidak mudah untuk memperoleh air utama.

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa diperoleh kualitas fisik, air bersih yang dipergunakan tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. Hasil yang sama juga diperoleh bahwa 100 persen responden atau 15 pemilik kantin berpendapat jarak air dari sumber pencemaran yaitu lebih dari 10 meter.

Dengan demikian berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kantin di beberapa SMA Kota Manado menunjukkan bahwa penyediaan air bersih pada kantin di beberapa SMA Kota Manado dapat dikategorikan baik atau memenuhi syarat sanitasi dasar.

(5)

5 Pada Tabel 2, diperoleh data sarana pembuangan kotoran (jamban/toilet) pada kantin di beberapa SMA Kota Manado menunjukkan bahwa seluruh kantin atau 100 persen responden menjawab telah membuat lubang/septic tank untuk menampung kotoran, dengan kualitas toilet yang tidak berbau dan tidak dapat dijamah serangga atau hewan lainnya, letak toilet tidak berhubungan langsung dengan dapur dan ruang makan, serta tidak menggunakan jamban jenis leher angsa. Pada aspek ketersediaan air bersih dan alat pembersih, diperoleh bahwa 66,67 persen responden atau sebanyak 10 pemilik kantin menjawab telah disediakan, sedangkan sebesar 33,33 persen responden atau sebanyak 5 pemilik kantin mengaku toilet tersedia air bersih dan alat pembersih yang cukup. Lantai toilet pada 14 kantin atau 93,33 persen responden diketahui dibuat dengan jenis lantai yang kedap air, tidak licin dan bersih, dan hanya 1 kantin atau 6,67 persen yang membuat lantai toilet yang tidak kedap air dan licin.

Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memberi jawaban yang menunjuk pada suatu tindakan dari keenam aspek penilaian sarana pembuangan tinja (toilet) yang sesuai dengan standar sanitasi. Oleh karena itu, secara keseluruhan penilaian sarana toilet

pada kantin di beberapa SMA Kota Manado dapat dikategorikan baik atau memenuhi syarat sanitasi dasar.

C. Pengolahan Sampah

Distribusi sarana pengolahan sampah pada kantin di beberapa SMA Kota Manado, dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada Tabel 3, diperoleh distribusi responden menurut aspek ketahanan tempat sampah diketahui sebesar 53,33 persen responden atau sebanyak 8 pemilik kantin membuat tempat sampah dari bahan yang kuat dan tidak mudah bocor, sisanya sebesar 46,67 persen responden atau sebanyak tujuh pemilik kantin membuat tempat sampah dari bahan yang tidak kuat dan mudah bocor.

Pada aspek pemakaian plastik untuk membuang sisa makanan, diperoleh sebesar

(6)

6 86,67 persen responden atau sebanyak 13 pemilik kantin membuang sisa makanan dengan menggunakan plastic, sedangkan sisanya yang sebesar 13,33 persen atau sebanyak dua pemilik kantin tidak menggunakan plastik melainkan dengan menggunakan sisa-sisa karton/dos.

Pada ketersediaan tempat sampah, diperoleh bahwa 53,33 persen responden atau 8 pemilik kantin tidak menyediakan tempat sampah terutama ditempat yang memproduksi sampah, selebihnya yaitu sebesar 46,67 persen responden atau 7 pemilik kantin menyedikan tempat sampah.

Hasil yang sama juga didapati pada aspek bahan pembuatan tempat sampah, yang mendapati 80 persen responden atau sebanyak 12 pemilik kantin membuat tempat sampah dengan bahan yang tidak kedap air dan terbuka, sisanya sebesar 20 persen responden atau sebanyak tiga pemilik kantin membuat tempat sampah dengan bahan kedap air dan tertutup.

Pada ketersediaan tempat pembuangan sementara, diperoleh bahwa 93,33 persen responden atau sebanyak 14 pemilik kantin, menyediakan tempat pembuangan sementara yang mudah dikosongkan. Hanya satu pemilik kantin atau 6,67 persen responden yang tidak menyediakannya.

Pada aspek waktu pembuangan sampah, diketahui seluruh responden atau sebesar 100 persen responden selalu membuang sampah tidak pernah melebihi 24 jam.

Pada aspek ketersediaan tempat pengumpulan sampah, diketahui bahwa 93,33 persen responden atau sebanyak 14 pemilik kantin menyediakan tempat pengumpulan sampah yang terlindungi dari serangga, tikus dan hewan lainnya. Sisanya sebesar 13,33 persen responden atau sebanyak dua pemilik kantin tidak menyediakan tempat pengumpulan sampah.

Aspek penilaian sanitasi sarana pengolahan sampah yang dijabarkan diatas, dapat dilihat pada aspek ketahanan tempat sampah dan ketersediaan tempat sampah perbedaannya tidak signifikan. Ada dua aspek yang menunjukkan syarat sanitasi tidak terpenuhi, yaitu pada ketersediaan tempat sampah dan bahan pembuatannya. Meskipun demikian, secara keseluruhan menunjukkan kantin di beberapa SMA Kota Manado telah cukup melakukan pengolahan sampah sesuai dengan standar sanitasi yang ditentukan, sehingga dapat dikategorikan cukup memenuhi syarat sanitasi dasar.

(7)

7 D. Saluran Pembuangan Air Limbah

(SPAL)

Pada Tabel 4, diperoleh distribusi responden menurut aspek kelancaran air limbah diketahui bahwa 80 persen responden atau sebanyak 12 pemilik kantin berpendapat air limbah mengalir dengan lancar, sisanya sebesar 20 persen responden atau sebanyak 7 pemilik kantin berpendapat air limbah tidak mengalir dengan lancar. Berdasarkan kelancaran air limbah yang dijabarkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden telah memenuhi syarat sanitasi pengolahan sampah.

Hasil sama diperoleh pada aspek saluran pembuangan dan tempat perkembangbiakan vektor, yaitu sebesar 53,33 persen responden atau sebanyak 8

pemilik kantin berpendapat saluran pembuangannya kedap air dan tertutup, sehingga tidak dihinggapi oleh lalat, serangga, tikus dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan vektor. Sedangkan sisanya yang sebesar 46,67 persen atau sebanyak 7 pemilik kantin, saluran pembuangannya tidak kedap air dan terbuka yang mudah dihinggapi oleh lalat, serangga, tikus sehingga menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan vektor.

Pada aspek bau yang ditimbulkan, diketahui bahwa saluran pembuangan pada 86,67 persen responden atau sebanyak 13 pemilik kantin, tidak menimbulkan bau. Sisanya yaitu sebesar 13,33 persen responden atau sebanyak dua pemilik kantin, saluran pembuangannya menimbulkan bau.

Berdasarkan uraian aspek penilaian sanitasi sarana SPAL yang dijabarkan diatas, dapat dilihat ada dua aspek yang perbedaan antara jumlah responden yang telah sesuai syarat sanitasi dengan yang tidak sesuai signifikan, dan ada dua aspek yang perbedaannya tidak signifikan. Hal ini menunjukkan sebagian besar reponden telah melakukan pengolahan sampah sesuai dengan standar sanitasi yang ditentukan, walaupun ada dua aspek yang tidak signifikan perbedaannya, sehingga syarat

(8)

8 sanitasi sarana SPAL dapat dikategorikan cukup dan/atau baik.

E. Tempat Mencuci Tangan

Distribusi tempat mencuci tangan pada kantin di beberapa SMA Kota Manado, dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada Tabel 5, diperoleh distribusi responden menurut aspek ketersediaan air bersih, ketersediaan air mengalir, dan ketersediaan alat pembersih dan pengering, diketahui menghasilkan persentase yang sama yaitu sebesar 86,67 persen responden atau sebanyak 10 pemilik kantin menyediakan air bersih yang mengalir dan alat pembersih pengering untuk mencuci tangan. Sisanya sebesar 13,33 persen responden atau sebanyak 5 pemilik kantin tidak menyediakan air bersih, air yang mengalir, dan alat pembersih pengering.

Pada aspek pembuangan air bekas cuci tangan, diperoleh bahwa sebesar 86,67 persen atau sebanyak 13 pemilik kantin, menyatakan air bekas cuci tangan melewati saluran pembuangan. Sisanya sebesar 13,33 persen responden atau sebanyak 2 pemilik kantin, menyatakan air bekas cuci tangan tidak melewati saluran pembuangan.

Berdasarkan uraian aspek tempat mencuci tangan yang dijabarkan diatas, dapat dilihat sebagian besar reponden telah melakukan pengolahan tempat mencuci tangan sesuai dengan standar sanitasi yang ditentukan, sehingga dapat disimpulkan telah memenuhi syarat santasi.

F. Tempat Mencuci Peralatan

Distribusi tempat mencuci peralatan pada kantin di beberapa SMA Kota Manado, dapat dilihat pada Tabel 6.

(9)

9 Pada Tabel 7, diperoleh distribusi responden menurut aspek ketersediaan air bersih, diketahui bahwa sebesar 93,33 persen responden atau sebanyak 14 pemilik kantin menyediakan air bersih yang mengalir. 6,67 persen responden atau sebanyak satu pemilik kantin tidak menyediakan air bersih yang mengalir.

Pada ketersediaan sabun, diperoleh bahwa seluruh responden atau 100 persen responden menyediakan sabun untuk mencuci, sehingga dapat disimpulkan telah memenuhi syarat santasi.

Distribusi responden menurut bahan pembuat tempat mencuci perlengkapan, diketahui bahwa sebesar 93,33 persen responden atau sebanyak 14 pemilik kantin yang menyatakan tempat mencuci perlengkapannya terbuat dari bahan yang kuat, aman dan halus. Sisanya sebesar 6,67 persen responden atau sebanyak satu pemilik kantin yang tempat mencuci perlengkapannya tidak terbuat dari bahan yang kuat, aman dan halus. Berdasarkan bahan pembuat tempat mencuci perlengkapan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden telah memenuhi syarat sanitasi.

Pada jumlah bak mencuci peralatan, diperoleh bahwa sebesar 53,33 persen responden atau 8 pemilik kantin

menyediakan bak pencuri yang terdiri dari tiga bilik/bak pencuci, sedangkan sebesar 46,67 persen responden atau sebanyak 7 pemilik kantin, tidak menyediakan bak pencuri yang terdiri dari tiga bilik/bak pencuci. Berdasarkan jumlah bak mencuci peralatan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden telah cukup memenuhi syarat sanitasi.

G. TINGKAT KEPADATAN LALAT Tingkat Kepadatan Populasi Lalat Pada Jamban

Pada Tabel 8, diketahui total kepadatan populasi lalat pada jamban diperoleh 154 ekor dengan rata-rata populasi 10,27 per kantin yang terdistribusi keberbagai jenis lalat. Jumlah kepadatan lalat jenis Lalat

(10)

10 Rumah yaitu 48 ekor dengan rata-rata populasi 3,20 per kantin. Jenis Lalat Hijau berjumlah 43 ekor dengan rata-rata populasi 2,46 per kantin, jenis Lalat Daging berjumlah 52 ekor dengan rata-rata populasi 3,46 per kantin, dan jenis Lalat Buah berjumlah 11 dengan rata-rata populasi 0,73 per kantin.

H. Tingkat Kepadatan Populasi Lalat Pada Sampah

Tingkat kepadatan populasi lalat pada sampah kantin di beberapa SMA Kota Manado, dapat dilihat pada Tabel 9.

Pada Tabel 9, diketahui total kepadatan populasi lalat pada sampah diperoleh 270 ekor dengan rata-rata populasi 18 per kantin yang terdistribusi keberbagai jenis lalat. Jumlah kepadatan lalat jenis Lalat

Rumah yaitu 67 ekor dengan rata-rata populasi 4,46 per kantin. Jenis Lalat Hijau berjumlah 74 ekor dengan rata-rata populasi 4,93 per kantin, jenis Lalat Daging berjumlah 70 ekor dengan rata-rata populasi 4,66 per kantin, dan jenis Lalat Buah berjumlah 59 dengan rata-rata populasi 3,93 per kantin.

Berdasarkan uraian diatas, jenis lalat yang memiliki total kepadatan populasi terbesar pada lokasi sampah yaitu jenis Lalat Hijau, disusul jenis Lalat Daging, jenis Lalat Rumah, dan jenis Lalat Buah.

I. Tingkat Kepadatan Populasi Lalat Pada SPAL

Tingkat kepadatan populasi lalat pada sampah kantin di beberapa SMA Kota Manado, dapat dilihat pada Tabel 10.

Berdasarkan Tabel 10, diketahui total kepadatan populasi lalat pada SPAL diperoleh 139 ekor dengan rata-rata populasi 9,27 per kantin yang terdistribusi keberbagai

(11)

11 jenis lalat, sebagai berikut : jumlah kepadatan lalat jenis Lalat Rumah yaitu 44 ekor dengan rata-rata populasi 2,93 per kantin. Jenis Lalat Hijau berjumlah 37 ekor dengan rata-rata populasi 2,46 per kantin, jenis Lalat Daging berjumlah 44 ekor dengan rata-rata populasi 2,93 per kantin, dan jenis Lalat Buah berjumlah 14 dengan rata-rata populasi 0,93 per kantin.

Uraian diatas menunjukkan jenis lalat yang memiliki total kepadatan populasi terbesar pada lokasi SPAL yaitu jenis jenis Lalat Rumah dan Lalat Daging, diikuti jenis Lalat Hijau, dan jenis Lalat Buah.

J. Tingkat Rata-rata Kepadatan Populasi Lalat Setiap Kantin

Berdasarkan analisa tingkat kepadatan populasi lalat pada setiap lokasi yang telah dijabarkan, diperoleh rangkuman rata-rata tingkat kepadatan populasi lalat pada Tabel 11.

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat rata-rata kepadatan populasi lalat yang terbesar paling banyak berada pada lokasi sampah

dengan nilai rata-rata populasi lalat tertinggi sebesar 4,93 pada jenis Lalat Hijau, dan terendah sebesar 3,93 pada jenis Lalat Buah. Rata-rata populasi lalat terendah paling banyak berada pada lokasi SPAL dengan nilai rata-rata populasi lalat tertinggi sebesar 2,93 yaitu pada jenis Lalat Rumah dan Lalat Daging. Rata-rata populasi lalat terendah sebesar 0,73 berada pada lokasi jamban pada jenis Lalat Buah.

(12)

12

K. Tingkat Kepadatan dan Rata-rata Kepadatan Populasi Lalat Setiap Kantin Berdasarkan analisa tingkat

kepadatan populasi lalat pada setiap kantin yang telah dijabarkan, diperoleh rangkuman

tingkat kepadatan populasi dan rata-rata populasi lalat pada kantin di beberapa SMA Kota Manado pada Tabel 12.

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat rata-rata kepadatan populasi lalat yang tertinggi yaitu sebesar 11,07 pada jenis Lalat Daging, dan terendah yaitu sebesar 5,60

pada jenis Lalat Buah. Rata-rata populasi lalat terendah menurut lokasi kantin yaitu sebesar 6,5 berada pada kantin 12, dan tertinggi yaitu 11,75 berada pada kantin 7.

(13)

13 Berdasarkan asal sekolah, diperoleh jumlah rata-rata kepadatan populasi lalat tertinggi yaitu 43,50 berada pada kantin di SMA 9, sedangkan jumlah rata-rata kepadatan populasi lalat terendah yaitu 29,75 berada pada kantin di SMA 7. Bila dilihat dari rata-rata populasi lalat per kantin, diperoleh rata-rata kepadatan populasi lalat tertinggi yaitu sebesar 10,08 pada kantin di SMA 2, dan terendah yaitu sebesar 8,70 pada kantin di SMA 9.

Rata-rata kepadatan populasi lalat menurut kantin yang berada di SMA Kota Manado, diperoleh jenis lalat dengan rata-rata kepadatan populasi lalat tertinggi pada SMA 1, yaitu sebesar 11,25 pada jenis Lalat Rumah, pada SMA 2 sebesar 12,7 pada jenis Lalat Hijau, pada SMA 7 sebesar 14,7 pada jenis Lalat Daging, dan pada SMA 9 sebesar 10,4 pada jenis Lalat Buah.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang syarat sanitasi pada kantin di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Manado tahun 2015, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : Kantin di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Manado telah memenuhi syarat sanitasi. Fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat sanitasi, antara lain: penyediaan air

bersih, sarana pembuangan kotoran (jamban/toilet), saluran pembuangan air limbah (spal), tempat mencuci tangan, dan tempat mencuci peralatan. Fasilitas sanitasi yang cukup/kurang memenuhi syarat sanitasi, yaitu pengolahan sampah.

Jenis lalat yang diidentifikasikan ada pada lingkungan kantin, yaitu : Lalat Rumah (Musca domestica), Lalat Hijau (Calliporidae), Lalat Daging (Sarcophaidae), dan Lalat Buah (Drosopilla). Lokasi yang paling banyak menarik perhatian lalat yaitu pada lokasi tempat sampah, dengan jenis lalat yang mendominasi ialah Lalat Hijau. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran sanitasi dan tingkat kepadatan lalat pada kantin dibeberapa sekolah di kota manado, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: Diharapkan kepada kepada pihak institusi dalam hal ini pihak sekolah, agar dapat meningkatkan sarana sanitasi pada kantin seperti menyediakan tempat mencuci tangan pada setiap tempat yang memproduksi sampah, Sebaiknya pihak yang bertanggung jawab pada kantin bias melakukan kerja sama dengan pihak sekolah, agar dapat mengontrol atau mengawasi terhadap pengolahan sampah sehingga dapat mengendalikan dan menekan

(14)

14 berkembangbiaknya vektor seperti lalat. Dan Diharapkan kepada semua pihak atau setiap individu agar bias menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiana, R. 2011. Gambaran Sanitasi

Dasar Kantin dan Tingkat

Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Medan Barat Kota Medan Tahun 2011.

Fotedar, R. 2000. Vector Potensial of Houseflies (M.domestica) in Transmission of Vibrio cholera in India. Acta Tropica.

Mafazah, L., 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene

ibu dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol.8, Nomor 2, hal.176-182

Sihite R.2008. Sanitation & Hygiene.Jakarta :SIC Jakarta. Hal 5

Rorong, Lady. Gambaran Sanitasi Dasar kantin Dan Tingkat Kepadaatan

Lalat Pada Kantin Sekolah

Menengah Atas (SMA) Di

Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2014

Gambar

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa diperoleh  kualitas  fisik,  air  bersih  yang  dipergunakan  tidak  berasa,  tidak  berbau  dan  tidak  berwarna

Referensi

Dokumen terkait