• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola. risiko, serta menarik dan mempertahankan investor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola. risiko, serta menarik dan mempertahankan investor."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tata kelola perusahaan merupakan hal stratejik bagi perusahaan dalam mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang telah disusun perusahaan dengan menghubungkan berbagai kepentingan yang berbeda antara pihak manajemen sebagai pengelola, pemegang saham perusahaan, kreditur, dan para pemangku kepentingan perusahaan agar dapat selaras dalam mencapai tujuan perusahaan. Apabila tata kelola perusahaan berjalan dengan baik maka dapat membantu perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola risiko, serta menarik dan mempertahankan investor.

Tata kelola perusahaan menjadi fokus utama di wilayah Asia sejak terjadinya krisis yang melanda Asia pada tahun 1997. Berdasarkan Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia tahun 2015, salah satu penyebab krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008 ialah tata kelola perusahaan yang lemah. Oleh karena itu muncul gagasan untuk menguatkan tata kelola perusahaan yang mendorong reformasi tata kelola perusahaan di Asia termasuk di Indonesia. Gagasan ini diimplementasikan di Indonesia dengan membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada tahun 1999 dan telah berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sejak tahun 2004.

Tata kelola perusahaan yang baik membutuhkan dewan direksi dan dewan komisaris untuk mengelola dan mengawasi jalannya perusahaan. Penelitian oleh

(2)

kesuksesan perusahaan tergantung dari kinerja dewan. Dewan perusahaan yaitu jajaran komisaris dan direksi bertanggung jawab dalam menentukan keseluruhan strategi perusahaan antara lain menyusun visi dan misi perusahaan, mengawasi kegiatan perusahaan, dan mengelola kegiatan perusahaan agar sesuai dengan tujuan perusahaan yang akan dicapai.

Indonesia menerapkan two tier system yang memiliki dua tipe dewan yaitu dewan komisaris dan dewan direksi. Berdasarkan Undang-Undang No 40 tahun 2007 direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Sedangkan dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa dewan direksi bertugas dalam mengelola kegiatan harian (day-to-day) perusahaan dan dewan komisaris berwenang dalam mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh direksi serta meastikan bahwa perusahaan telah menerapkan good corporate governance. Kedua posisi ini memiliki pengaruh terhadap jalannya perusahaan sehingga tata kelola perusahaan yang baik diperlukan untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Kim dkk. (2009) dalam teori tata kelola perusahaan, struktur dewan memiliki pengaruh yang kuat terhadap tindakan dewan sehingga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

(3)

Wujud tata kelola perusahaan pada struktur dewan yaitu dengan adanya keberagaman (diversity) dalam komposisi dewan. Keberagaman dapat menghasilkan berbagai sikap dan pemikiran yang beragam karena dipengaruhi oleh berbagai macam latar belakang. Menurut Coffey dan Wang (1998) dalam Sener dan Karaye (2014) keberagaman dewan adalah komposisi anggota dewan yang dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, gender, etnis, kebangsaan, latar belakang pendidikan dan pengalaman. Keberagaman dewan mempertimbangkan keberadaan kelompok minoritas dalam komposisi dewan. Salah satu kelompok minoritas dalam komposisi dewan yakni wanita.Adanya keberagaman gender ini dapat memberikan pandangan yang lebih luas dalam pembuatan keputusan serta menghasilkam inovasi dan kreatifitas yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Cox, 1991dalam Darmadi,2013).

Keberagaman gender menjadi isu penting di berbagai perusahaan seiring dengan adanya peningkatan presentase keberadaan wanita dalam perusahaan (Sener dan Karaye, 2014). Keberagaman gender juga menjadi fokus beberapa penelitian karena adanya perbedaan sikap dan kebiasaan yang mendasar antara wanita dan pria. Wanita memiliki perilaku yang berbeda dalam berbagai situasi yang berbeda dalam rapat direksi sehingga dapat menghasilkan pemikiran baru (Gulamhussen dan Santa, 2015). Selain itu menurut penelitian oleh Dowling dan Alibi (2013) wanita lebih waspada dalam membuat keputusan karena dewan wanita memiliki karakteristik less-overconfidence dibandingkan dengan dewan pria. Menurut Adam dan Ferreira (2009) dalam Ujunwa (2012) dewan wanita

(4)

yang lebih tinggi sehingga menghasilkan sistem pengawasan yang lebih ketat. Hasil riset Sandwick (2015) disebutkan bahwa dewan wanita juga memiliki karakteristik lebih kuat dibandingkan direktur pria dalam hal “soft power” yaitu lebih terbuka, aktif dalam media sosial, memiliki sikap lebih ramah, dan memiliki rasa kepedulian yang lebih tinggi. Wanita yang dapat menempati posisi dewan cenderung lebih kuat karena adanya persaingan ketat dengan pria dalam mendapatkan posisi CEO maupun komisaris. Hal ini dikemukakan dalam studi yang dilakukan oleh Darmadi (2013) dimana Keberadaan wanita dalam dewan berhubungan negatif dengan total asset. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan total asset yang besar lebih sulit bagi wanita dalam menempati posisi dewan. Dari berbagai karakteristik tersebut maka adanya wanita sebagai dewan direksi maupun dewan komisaris dapat memberikan efek yang baik bagi perusahaan. Hasil studi dari The Peterson Institute for International Economics dan Ernst & Young (EY) menunjukkan bahwa adanya wanita dalam perusahaan dimana 30 persen pemimpin perusahaan adalah wanita akan meningkatkan profit perusahaan hingga sebesar 6 persen. Wanita yang dapat menempati posisi dewan dapat dijadikan sebagai role model bagi wanita yang berada di level lebih bawah dalam perusahaan (Smith, Smith dan Verner 2006). Oleh karena itu dewan wanita dapat memberikan motivasi bagi pekerja wanita lainnya sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam perusahaan. Berdasarkan hal tersebut dapat diindentifikasi apakah keberadaan dewan wanita berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.Namun posisi wanita sebagai CEO masih underepresented. Presentase wanita yang menjalankan perusahaan di U.S. company Fortune 1000 hanya

(5)

sebesar 5% dan hanya 4% wanita yang menjalankan perusahaan FTSE 100. Selain itu presentase wanita yang menjalankan berbagai perusahaan besar hanya sebesar 23%. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat gap antara dewan wanita dan dewan pria di berbagai perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut salah satunya yakni adanya kekurangan jumlah wanita sebagai dewan direksi dan komisaris. Namun disamping hal tersebut beberapa negara telah membuat regulasi terkait dengan posisi wanita yang menduduki posisi dewan perusahaan. Salah satunya yaitu Norwegia yang telah membuat aturan dalam menentukan kuota sebesar 40% bagi wanita untuk menduduki posisi dewan (Medland, 2004 dalam Darmadi, 2013). Selain itu Jerman juga telah menyusun Undang-Undang yang mewajibkan perusahaan besar menempatkan 30 persen wanita untuk posisi direktur pada tahun 2016. Beberapa perusahaan besar di Jerman telah memenuhi kuota tersebut seperti Adidas dan Allianz, tetapi perusahaan lain seperti Volkswagen masih menempatkan wanita sebesar 15 persen pada posisi dewan.

Sementara itu keberadaan wanita pada posisi dewan masih merupakan isu baru di Indonesia. Hal ini dilihat dari belum adanya peraturan yang spesifik mengenai keberadaan wanita dalam menempati posisi dewan. Aturan yang ada di Indonesia masih sebatas pelarangan diskriminasi di lingkungan kerja. Padahal sebagian besar wanita di Indonesia telah menempuh pendidikan tinggi dan menjadi tenaga kerja di Indonesia. Namun presentasi wanita yang menduduki posisi dewan direksi dan dewan komisaris hanya sebesar 11,6%. Angka ini masih

(6)

dan Australia (17,8%). Salah satu penyebabnya yaitu kesempatan wanita dalam menduduki posisi dewan cenderung lebih ketat terutama pada perusahaan besar dengan total aset yang besar (Darmadi, 2013). Namun Indonesia masih berada diatas rata-rata presentase dewan wanita di wilayah emerging markets dengan presentase rata-rata sebesar 7,2%. Presentase wanita dalam dewan di Indonesia juga masih berada diatas Hongkong (10,3%), China (8,5%), Malaysia (7,3%), dan Singapura (7,3%). Indonesia menempati peringkat 10 besar di dunia dalam hal posisi wanita sebagai manajemen puncak dengan tingkat pertumbuhan sebesar 16 persen sejak 2015 dan diprediksi akan terus meningkat (Priherdityo, 2016). Hal ini menunjukkan terdapat potensi kenaikan jumlah wanita yang dapat menduduki posisi dewan di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut seperti karakter masyarakat Indonesia yang lebih terbuka terhadap perbedaan. Indonesia memiliki berbagai macam keragaman dengan latar belakang dan sudut pandang yang berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap proses pemilihan dewan perusahaan. Selain itu banyak perusahaan di Indonesia yang masih dikelola oleh keluarga (family firm) sehingga wanita dapat menduduki posisi dewan karena adanya ikatan keluarga. Namun, apakah dengan adanya keberadaan wanita dalam posisi dewan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan?

Adanya wanita yang menempati posisi dewan perusahaan bukan hanya merupakan kesetaraan gender. Berbagai studi menemukan bahwa keberadaan dewan wanita dalam perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sebuah studi oleh Credit Suisse Research Intitutemenyebutkan bahwa perusahaan dengan dewan wanita akan memiliki kinerja perusahaan yang lebih tinggi sebesar

(7)

26%. Penelitian yang dilakukan pada 120 perusahaan publik di Vietnam pada tahun 2008-2011 ditemukan bahwa gender berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Nguyen, Locke, dan Reddy 2015). Keberadaan wanita dalam dewan memberikan outcome perusahaan yang lebih baik. Pengaruh ini berbanding lurus dengan jumlah wanita yang ada dalam dewan. Semakin besar jumlah dewan wanita maka kinerja perusahaan akan lebih baik.

Namun terdapat berbagai penelitian yang menemukan temuan berbeda. Kusumastuti dkk. (2007) menyatakan bahwa tidak ada bukti mengenai hubungan signifikan antara woman on board terhadap kinerja keuangan (tobin’s q) perusahaan manufaktur. Sementara itu keberadaan wanita dalam manajemen puncak juga memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan (Darmadi, 2013). Hal ini terjadi karena banyak dari female director yang dinilai kurang memiliki pengalaman dan pendidikan yang memadai. Apalagi ditemukan bahwa perusahaan yang dengan wanita yang menduduki posisi dewan cenderung merupakan perusahaan yang dimiliki oleh keluarg (Darmadi, 2013). Jadi penunjukan female director lebih didasarkan karna adanya ikatan keluarga dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh wanita. Selain itu adanya keberagaman dalam posisi dewan termasuk adanya keberagaman gender akan menghasilkan berbagai opini sehingga membutuhkan lebih banyak waktu dalam pengambilan keputusan perusahaan. Hal ini menyebabkan proses pengambilan keputusan menjadi kurang efektif sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

(8)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengaruh wanita dalam posisi dewan baik sebagai dewan direksi maupun dewan komisaris terhadap kinerja keuangan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dan beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan hasil temuan.Terdapat penelitian yang menemukan bahwa keberagaman gender pada posisi dewan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan(Nguyen, Locke dan Reddy 2015). Selain itu temuan lain menyatakan bahwa wanita dalam manajemen puncak berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan (Darmadi, 2013). Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa woman on board dengan jumlah lebih dari satu akan memberikan pengaruh yang lebih kuat (Nguyen, Locke, & Reddy, 2015). Penelitian lain menemukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara dewan wanita terhadap kinerja keuangan perusahaan khususnya pada perusahaan manufaktur yang diukur menggunakan tobin’s q (Kusumastuti dkk. 2007). Adanya perebedaan tersebut maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah keberadaan wanita sebagai dewan perusahaan akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan?

2. Apakah proporsi wanita sebagai dewan perusahaan akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

(9)

1. Menguji apakah keberadaan wanita sebagai dewan perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Menguji apakah proporsi wanita sebagai dewan perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan terkait dewan wanita di perusahaan serta syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah mada.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi dan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang dewan wanita.

3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai keberadaan wanita pada posisi dewan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan dewan wanita dalam komposisi dewan perusahaan.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(10)

2. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013– 2015. 3. Peneliti hanya melakukan penelitian mengenai kriteria dewan direksi dan

dewan komisaris wanita.

4. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian adalah 3 tahun dimulai dari 2013 sampai dengan 2015.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini disusun sebagai berikut : BAB I

Bab I menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II

Bab ini berisi landasan teori terkait penelitian, tinjauan dari penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan penyusunan hipotesis penelitian.

BAB III

Bab III menjelaskan mengenai desain penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV

Bab ini menguraikan hasil analisis data, pembahasan analisis data, dan pembahasan hasil uji hipotesis penelitian.

BAB V

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Thallus rumput laut Gracillaria sp yang telah ditebar pada cawan petri dilhitung jumlah bakal spora dengan menggunakan alat sedgewick, tehnik pengambilan sampel dilakukan

angka ini memiliki nilai yang lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2.000 dan juga nilai dari signifikan sebesar 0.000 yang lebih kecil dari derajat kebebasan

a. Sel manakah yang banyak terdapat pada kasus diatas% a.. Seorang anak diantar ibunya karena sulit membua mulut pasien selalu menangis setiap membuka mulut. Pemeriksaan

Gambaran Gejala Klinis Penderita Tuberkulosis Paru Dewasa Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gejala klinis pada pasien di RS Muhammadiyah Palembang dari 30 responden sebanyak 26

Perbandingan spektrum permukaan di lokasi jembatan Ngarai Sianok menunjukkan bahwa hasil analisis perambatan gelombang ini (SSRA, 2013) ini berada diantara spektrumTanah Sedang

158 Dari hasil analisis belajar siswa pada siklus dua dapat dilihat bahwa hanya 3 orang siswa yang memperoleh nilai dibawah nilai KKM yaitu dengan nilai terendah 60

Petani padi sawah di Desa Minti Makmur dalam kegiatan usahataninya membutuhkan input produksi sebagai sarana penunjang produksi padi sawah sehingga dapat

Cif- fordin ja Minnesin (2012) tutkimuksessa vanhemmat, jotka osallistuivat verkossa olevaan autistis- ten lasten vanhempien vertaisryhmään, olivat tyytyväisiä ryhmässä