• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

57Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

Jurnal Eksyar (Jurnal Ekonomi Syariah)

http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar

Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75e-ISSN 2407-3709 p-ISSN 2355-438X

PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI

( Studi Kasus di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan)

Ahmad Taufiqurrohman

Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif Kendal Ngawi ahmadtaufiq2401@yahoo.com

Abstrak

Zakat merupakan asset berharga umat Islam sebab berfungsi sebagai sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahateraan seluruh masyarakat khususnya dalam bidang pengentasan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Pengelolaan zakat oleh sebuah lembaga, apalagi yang mempunyai kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam. Kata Kunci : Pengelolaan, Zakat, Tujuan Zakat

Abstract

Zakat is a valuable asset for Muslims because it functions as a potential source of funds that can be utilized to improve the welfare of the whole community, especially in the areas of poverty alleviation, ignorance and underdevelopment. Management of zakat by an institution, especially those that have formal legal force, will have several advantages, including: First, to ensure the certainty and discipline of zakat payers. Second, to maintain the inferiority feeling of the mustahiks of zakat when dealing directly to receive alms from the muzakki.Third, to achieve efficient and effective, as well as the right target in the use of zakat assets according to the priority scale that exists in a place.Fourth, to show the symbols of Islam.

Keywords: Management,Zakat, Zakat Goals

(2)

58Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75 PENDAHULUAN

Salah satu cara memperoleh penghasilan adalah dengan bekerja, baik bekerja secara bebas seperti wiraswasta atau profesi tertentu, atau bekerja sebagai karyawan atau pegawai. Berikut sekilas tentang karakteristik aktifitas kerja tersebut. Adapun yang dimaksud dengan wiraswasta (hirfah) adalah pembuatan, perbaikan atau perakitan sesuatu apapun dengan bantuan beberapa orang dan beberapa alat ringan sesuai dengan akad kesepakatan atas sifat, syarat, upah dan waktu. Orang yang melakukan aktivitas ini disebut muhtarif.Contoh dari aktivitas ini seperti mengusahakan bengkel untuk perbaikan dan perawatan, bengkel pembubutan dan pengelasan, usaha penjahitan dan bordir. Salah satu ciri utama kegiatan ini adalah berpegangan pada kemampuan profesi danmenggunakan cara dan peralatan ringan di samping usaha tenaga badan dan pikiran.1

Adapun yang dimaksud dengan aktivitas profesi(mihnah)adalah pelayanan seseorang terhadap orang/pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan kualifikasi ilmu, ketrampilan dan sertifikat/ijazah yang diperolehnya khusus untuk terjun dalam aktivitas tersebut. Aktivitas ini dilakukan oleh seseorang yang professional dan disertai surat izin untuk melakukan aktivitas tersebut sebagaimana diatas. Contoh dari aktivitas profesi seperti akuntan, auditor, pengacara, dokter, konsultan, apoteker dll. Salah satu ciri utama aktivitas ini adalah harus berpegang pada kemampuan pikiran dan otak dan bukan pada kekuatan fisik semata serta menggunakan beberapa cara dan peralatan yang sederhana dalam melaksanakan profesinya.2

Pengelolaan zakat oleh sebuah lembaga, apalagi yang mempunyai kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.Ketiga, untuk

1Syahatah, Akuntansi Zakat: Panduan, 188. 2 Ibid.

(3)

59Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam.3

Terlepas dari perdebatan dan kontroversi itu, gagasan zakat terus berkembang di kalangan sebagian instansi pemerintahanan daerah di Indonesia, seperti yang berlaku di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan. Dimulai tahun 1996 yang dipelopori oleh Imam Thabrani sebagai kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan, penerapan zakat profesi bagi PNS di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan berjalan baik sampai hari ini.

Penerapan zakat profesi di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan memiliki keunikan tersendiri, yaitu adanya kesadaran dari PNS di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan untuk menunaikan zakat profesi tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Hal itu dapat dilihat dari cara pengumpulan dana zakat dari PNS, bagi yang bersedia menunaikan zakat profesi diwajibkan untuk mengisi formulir pendaftaran dan mengisi blangko yang berisi kesediannya untuk diambil gajinya sebesar 2,5% untuk zakat profesi. Sebaliknya bagi PNS yang tidak bersedia untuk diambil gajinya sebesar 2,5% juga tidak ada paksaan harus tetap membayar zakat profesi.

Penerapan zakat profesi di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan tidak bisa dipandang sebelah mata, karena zakat profesi di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan selama ini telah menjadi sumber yang potensial bagi pemberdayaan masyarakat setempat, terutama bagi kalangan ekonomi lemah.

(4)

60Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

POTENSI ZAKAT PROFESI DI KANTOR KEMENAG KAB.MAGETAN.

Sebuah menejemen yang baik dalam pengelolaan zakat merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap lembaga ‘amil zakat yang ada. Menejemen meliputi kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controling) terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.4 Dari unsur menejeman tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dalam setiap menejemen lembaga pengelolaan zakat harus mempunyai perencanaan yang baik, struktur organisasi yang jelas, program yang jelas dan tepat serta harus ada pengawasan yang baik dari pelaksanaan pengelolaan zakat.

Pengelolaan zakat oleh sebuah lembaga, apalagi yang mempunyai kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam.5

Kementerian Agama merupakan salah satu instansi yang menerapkan pelaksanaan zakat profesi kepada pegawai yang berada di bawah naungannya.Berdasarkan SK Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan (dahulu bernama Departeman Agama) tahun 1996, pelaksanaan zakat profesi dapat berjalan sampai saat ini.

Pegawai negeri yang berada dibawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan berjumlah 933 orang yang dibagi menjadi 4 golongan, yaitu golongan I yang berjumlah 219, golongan II yang berjumlah 256, golongan III yang berjumlah 241 dan golongan IV berjumlah 217.6

4Fakhrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia( Malang: UIN Malang Press, 2008), 267. 5 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 126. 6 Imam Kharomain, Wawan cara, 13 Februari 2015.

(5)

61Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

Dari jumlah pegawai yang berada di bawah naungan Kementerian Agama kemungkinan terbesar untuk bisa mencapai nisab zakat profesi adalah gologan IV yang berjumlah 217. Jika kalau gaji kedua golongan ini di rata-rata sebesar Rp 3.750.000, maka setiap bulannya akan terkempul zakat profesi Rp 20.343.750 dan dalam setahun akan terkumpul dana zakat sebesar Rp. 244.125.000.

Potensi yang sangat besar ini kemudian digali oleh Kementerian Agama dengan mengeluarkan Surat Keterangan (SK) yang disetujui oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan tahun 1995 untuk membentuk Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) yang bertugas untuk mengumpulkan, mengelola dan mendistribusikan dana zakat kepada orang yang berhak menerimanya.

Pada tahun 1996 BAZIS menjalankan tugasnya dengan melakukan pembinaan kepada seluruh pegawai dan menerangkan kewajiban zakat profesi bagi orang yang telah mempunyai penghasilan yang telah mencapai nis}a>b. BAZIS tidak mewajibkan bagi semua pegawai untuk menunaikan zakat profesi tetapi hanya bagi pegawai yang mempunyai gaji yang telah mencapai nis}a>b. setelah dilakukan pembinaan BAZIS menyodorkan formulir kesediannya untuk diambil 2,5% dari gaji untuk pembayaran zakat profesi, gaji pegawai yang menyetujui harus mengisi formulir kesediaan untuk diambil gajinya.

Pendekatan yang digunakan oleh BAZIS Kantor Kementerian Agama Magetan membuahkan hasil yang sangat menajubkan. Pada tahun 2013 semua pegawai menyatakan kesediaannya untuk diambil zakat profesi sebesar 2,5% setiap bulannya, sehingga setiap bulannya BAZIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan dapat mengumpulkan dana zakat kurang lebih sebesar Rp. 70.000.000, dan sampai pada bulan Januari tahun 2015 dana zakat sudah terkumpul sebesar Rp. 674.978.326.

(6)

62Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

DISKRIPSI BAZIS KANTOR KEMENAG KAB. MAGETAN 1. Latar Belakang Berdirinya BAZIS

Ditinjau dari agama yang dianut, sebagian besar penduduk di Kabupaten Magetan beragama Islam. Sebagaimana terlihat dalam tabel7 berikut:

Tabel: 1.1

Jumlah Pemeluk Agama Menurut Jenisnya di Kab. Magetan

NO AGAMA JUMLAH 1 Islam 686.153 2 Kristen 55.013 3 Katolik 5.572 4 Hindu 759 5 Budha 651 6 Lainnya 44 Jumlah 748.232

Sumber : BPS Magetan Tahun 2013

Data ini merupakan salah satu indikasi bahwa sebenarnya cukup banyak umat Islam di wilayah Kabupaten Magetan, dari kenyataan ini seharusnya memungkin untuk pelaksanaan pembangun umat Islam baik secara fisik atau non fisik, akan tetapi kondisi ini berbanding balik dengan kenyataan dilapangan. Hal ini terbukti ketika umat Islam akan membangun mushalla maupun masjid, kendala yang paling besar dihadapi adalah soal dana. Hal serupa bisa terlihat banyaknya fakir miskin yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi dikerenakan ketiadaan dana.8

Keadaan di atas bisa dirasakan dan di baca oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan, terbukti setiap bulannya ada sekitar 20-30 proposal yang mengajukan permohanan bantuan dana baik untuk pembangunan masjid, mushalla atau permohanan beasiswa peserta didik dari masyarakat kurang mampu. Kondisi serupa juga dirasakan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan ketika akan membangun gedung aula, kendala yang terbesar

7 Kabupaten Magetan Dalam Angka 2013 (Magetan: BPS Magetan, 2013), 115. 8 Bahcruddin, Wawancara, Magetan, 10 Juni 2014.

(7)

63Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

adalah masalah dana.9BAZIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan berdiri

didorong oleh situasi dan kondisi Daerah Tingkat II Kabupaten Magetan yang sangat sulit mencari dana untuk pembangunan agama Islam baik dalam bentuk fisik maupun non fisik.10

Menurut Suminah,11 pada mulanya, Kepala Kantor Departeman Agama Kabupaten Magetan membuat surat Keputusan Nomor: Mm. 02/ Kp.00.22/1286/SK/1993 tentang Susunan Tim Beasiswa BAZIS Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan. Tim ini bertugas untuk membantu kelancaran tugas operasional BAZIS Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur. Dari Surat Keputusan yang dikeluarkan Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan setiap bulannya bisa menghimpun dana rata-rata kurang lebih 485.000 (empat ratus delapan puluh lima ribu rupiah). Untuk selanjutnya dana tersebut dikirim ke BAZIS Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur.12

Dalam melaksanakan pembangunan manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945, maka dipandang perlu meningkatkan sarana dan prasarana Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan salah satu adalah pembangunan gedung aula karena gedung aula saat itu sudah tidak mampu lagi menampung aktifitas dan kegiatan Kantor Departeman Agama Kabupaten Magetan.

Pada tahun 1994 atas petunjuk Kepala Kantor Departemen AgamaKabupaten Magetan dan melihat hasil musyawarah para pejabat pada lingkungan Kantor Departeman Agama Kabupaten Magetan pada hari sabtu tanggal 7 Mei 1994, maka Kepala Kantor mengeluarkan surat keputusan Nomor : Mm.02/Kp.00.2/861/SK/1994 tentang Pembentukan Panitia pembangunan Aula Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan yang bertugas

9 Khumaidi, Wawancara, Magetan, 10 Juni 2014. 10 Bahcruddin, Wawancara, Magetan, 10 Juni 2014. 11 Suminah, Wawancara, Magetan, 12 Juni 2014.

12Dokemen “Risalah Singkat Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Kantor Departeman

(8)

64Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

merencanakan dan melaksanakan pembangunan aula Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan.13

Melalui rapat panitia pembangunan disepakati bahwa penggalian dana untuk pembangunan gedung aula melalui infaq para pegawai dan guru di bawah naungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan serta infaq dan shadaqah dari pihak lain yang sesuai kaidah agama Islam. Dari surat keputusan tersebut setiap bulannya panitia dapat menghimpun dana sebesar Rp 3.200.000,-.

Upaya pengembangan fisik yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan dirasa perlu didukung pula adannya pengembangan kegiatan non fisik di Daerah Kabupaten Magetan, oleh karena itu, dari beberapa landasan dan pemikiran tentang perkembangan Agama Islam di Kabupaten Magetan maka Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan mengambil keputusan untuk membentuk Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS).

Keputusan tersebut bukan tanpa alasan, kegiatan mencari dana untuk membantu kelancaran beasiswa BAZIS Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur dan pembangunan aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan yang sebagian dana pembangunan berasal dari pengumpulan infaq dan shadaqah dari para pegawai dan guru yang berada dibawah naungan Kementerian agama.14

Dari kedua kegiatan diatas Kepala Departeman Agama merasakan manfaat yang begitu besar dari pengumpulan infaq dan shadaqah, sehingga muncul keinginan untuk membentuk badan amil zakat. Melalui berbagai pertimbangan dan melihat surat Gubernur tanggal 18 Juni 1981 Nomor : 451-12/15109/023/1981 perihal Pembinaan Pelaksanaan Zakat, maka Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : Mm. 02/KP.002/2748/SK/1995 tanggal 1 Nopember 1995 tentang Susunan pengurus Badan

13 Ibid,.

(9)

65Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS). BAZIS bertugas untuk mengumpulkan, mengelola, mendistribusikan serta mendayagunakan dana zakat, infaq dan shadaqah sesuai dengan program yang telah ditetapkan.15

Pada perjalannya BAZIS mengalami hambatan dalam pelaksanaan pengumpulan dana zakat. Hal ini dikarenakan kurang efektifnya dalam masalah pengumpulan dana zakat. Pegawai dan guru merasa keberatan ketika membayar zakat harus datang ke Kantor BAZIS karena jaraknya terlalu jauh dan menyita banyak waktu, ketika datang ke Kantor BAZIS, terkadang mereka datang secara bersamaan dalam jumlah banyak. Hal ini menyulitkan pihak pengurus ketika melakukan pencatatan.

Melihat kenyataan dan hambatan dilapangan maka Kepala Kantor Departemen Agama mengeluarkan Intruksi Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan nomor : Mm.02/Kp.002/2998/SK/1995 tentang pembentukan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) pada unit jajaran Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan yang ditetapkan di Magetan pada tanggal 03 januari 1996 yang selanjutnya di sebut UPZ.

Tujuan utama pembentukan UPZ adalah untuk memudahkan proses pengumpulan zakat, sehingga muzakkitidak harus datang ke kantor BAZIS Kementerian Agama untuk membayar zakat. Pengurus UPZ juga diberikan wewenang oleh para muzakki untuk mengambil zakat dari gaji yang seharusnya muzakki terima setiap bulannya.Adapun besarnya zakat, infaq dan shadaqah pegawai dan guru sebesar 2,5% dari gaji setiap pegawai dan berlaku mulai tanggal 01 Februari 1996.16

PROGRAM PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT

Pendistribusian dan pendayagunaan ZIS dilakukan berpedoman pada ketentuan shariat Islam, diantaranya al-Quran Surat at-Taubah : 60 dengan memperhatikan skala prioritas dan

15 Ibid,. 16 Ibid.

(10)

66Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

proposionalitas. Bagi asnaf yang tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit, maka bagiaanya ditambahkan pada asnaf fakir miskin yang jumlahnya sangat banyak.

Amil (pengelola) mendapatkan haknya (dari zakat) dengan jumlah maksimal seperdelapan yang digunakan untuk keperluan operasional dan insentif. Sementara dana yang berasal dari infak dan sedekah diarahkan pada hal-hal yang produktif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan umat.

Adapun program pendayagunaan dan pendistribusian dapat dirinci sebagai berikut:17 1. Bantuan Kaum Dhuafa

Bagi golongan yang pertama disebut dalam al-Quran surat at-taubah ayat 60 ini, penyaluran dan pendayagunaanya lebih ditekankan pada sesuatu yang bersifat konsumtif untuk memenuhi kebutuhan pokok, contoh bantuan paket sembako. Hal ini dikarenakan golongan ini sangat lemah dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok.

Program ini dilaksanakan setiap tahun, biasanya dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Amal Bakti Kementerian Agama Kabupaten Magetan dan pada tanggal 10 Muharram. Pada tahun 2013 Kementerian Agama Kabupaten Magetan telah menyalurkan kurang lebih 1300 paket sembako kepada fakir miskin dibeberapa kecamatan di Kabupaten Magetan, diantaranya di Kecamatan Parang, Kecamatan Lembeyan, Kecamatan Ponjol serta Kecamatan Kartoharjo. Program ini akan terus dilaksanakan secara bergulir di Kecamatan-Kecamatan yang ada di Kabupaten Magetan, sehingga pada akhirnya nanti semua fakir miskin yang ada di Kabupaten Magetan dapat sedikit terbantu dengan program ini.18

2. Bantuan Modal Usaha

Program ini muncul karena keprihatinan sebagaian pegawai Kementerian Agama Kabupaten Magetan yang sering melihat orang miskin yang terlilit hutang dengan renternir

17 Bachrudin, Wawancara, Magetan, 10 Juni 2014. 18 Ibid,.

(11)

67Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

(jawa: bank titil), sehingga usaha yang dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak tercukupi.

Melihat kenyataan ini, maka pengurus BAZIS Kementerian Agama Kabupaten Magetan membuat program pemberdayaan mustahik, BAZIS meluncurkan program “Dana Bergulir” bagi para pengusaha mikro dengan tujuan agar orang miskin tidak akan berhubungan dengan renternir serta dapat meningkatkan kesejahteraannya. Dengan meningkatnya kesejahteraannya diharapkan posisi mereka naik dari kategori mustahik meningkat menjadi muzakki.19

3. Bantuan Besasiswa bagi Pelajar

Program pendayagunaan dan penyaluran dana ZIS juga menyentuh dunia pendidikan. Beasiswa berprestasi diberikan kepada siswa-siswi yang berada dibawah naungan Kementarian Agama yang mempunyai prestasi akademik dan orang tuanya tergolong ekonomi tidak mampu.Program ini juga memberikan beasiswa kepada siswa-siswi yang mempunyai prestasi baik di tingkat Kabupaten atau di tingkat propinsi dengan memberikan uang pembinaan.

4. Bantuan untuk lembaga pendidikan dan keagamaan

Program pendistribusian dan pendayagunaan dana ZIS juga diarahkan untuk membantu perbaikan fisik sarana prasarana pendidikan dan peribadatan, seperti bantuan pembangunan masjid, mushalla, bantuan rukuh, sajadah, karpet dan bantuan pondok pesantren serta lembaga pendidikan.

5. Bantuan bagi korban bencana

BAZIS Kementerian Agama juga menyalurkan dana ZIS kepada orang yang terkena bencana alam atau terkena musibah seperti menyalurkan dana ZIS bagi korban bencana alam meletusnya gunung kelud di Kabupaten Kediri. Program ini juga berlaku jika ada karyawan

(12)

68Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

atau karyawati Kementerian Agama Kabupaten Magetan yang terkena musibah kecelakaan atau sakit yang membutuhkan biaya banyak yang menurut pengurus patut untuk dibantu.

6. Menyalurkan dana ZIS secara insidentil untuk para dhuafa seperti ibnu sabil, mualaf, bantuan pengobatan dll.

Penyaluran secara insendentil biasa bila keadaan darurat dan butuh langsung penanganan, seperti ibnu sabil yang kehabisan uang untuk pulang atau untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya, selama tujuannya tidak dilarang oleh agama Islam.

MEKANISME PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT

Mekanisme penghimpunan dana zakat di BAZIS Kementerian Agama Kabupaten Magetan, pada awalnya muzakki datang sendiri ke kantor BAZIS. Namun dengan berjalannya waktu banyak hambatan dilapangan maka Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan mengeluarkan Instruksi Nomor: Mm. 02/KP.002/2998/INS/1995 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) pada Unit Kerja Jajaran Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan.

Dalam surat instruksi tersebut, Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan menginstruksikan kepada Kepala Madrasah Aliyah Negeri dan Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri se Kabupaten Magetan dan Kepala Urusan Keuangan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan untuk :

a. Menghimpun dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) dari karyawan dan guru yang beragama Islam pada Unit Kerja masing-masing

b. Menyetorkan dana ZIS tersebut pada angka 1 (satu) kepada BAZIS Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan, setelah dikurangi ZIS KAR dan ZIS TUNJAB yang disetor kepada BAZIS Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur, selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan.

(13)

69Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

c. Besarnya zakat, infaq dan shadaqah karyawan dan guru termasuk pejabat sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari gaji setiap orang perbulan.

d. Pemungutan zakat profesi dilaksanakan dengan cara mengambil langsung 2,5% dari total penghasilan setelah dikurangi ZIS KAR dan ZIS TUNJAB.

e. Pengambilan tersebut dilaksanakan atas dasar persetujuan tertulis para pegawai dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan yang dibuktikan dengan pengisian formulir kesediaan untuk diambil sebagai zakat profesi dan tidak ada paksaan serta disertai dengan surat kuasa untuk mengambil zakat tersebut.

f. Jika ada pegawai yang menyatakan keberatan untuk melaksanakan zakat profesi 2,5% dari gajinya, maka tidak akan dipaksa untuk melaksanakan zakat profesi. Jikalau keberatannya untuk dipotong itu memang karena pegawai tersebut keadaannya kurang mampu atau mempunyai tanggungan hutang, maka pegawai tersebut bisa dimasukkan sebagai mustahik dan berhak untuk mendapatkan bagian dari dana zakat.

Secara singkat mekanisme pengumpulan zakat profesi di linkungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan adalah setiap instansi yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan didirikan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang bertugas untuk mengumpulkan ZIS dilingkungannya sendiri. Pengurus UPZ terdiri dari kepala sekolah sebagai ketua UPZ dan bendahara sekolah sebagai bendahara UPZ.20

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) selain mempunyai tugas untuk mengumpulkan ZIS dilingkungannya, UPZ juga bermitra dengan perbankan untuk melakukan pengambilan 2,5 % gaji pegawai untuk zakat profesi setiap bulannya. UPZ akan memberikan data kepada pihak perbankan untuk langsung mengambil gajinya para pegawai atas kuasa yang diberikan kepada bendahara UPZ setiap bulannya sebesar 2,5% sebelum gaji itu dimasukkan dalam

(14)

70Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

rekening para pegawai. Jumlah UPZ disesuaikan dengan instansi yang berada dibawah naungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan yaitu 30.21

Pendirian UPZ disetiap instansi yang berada di bawah naungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan bertujuan untuk mempermudah mustahik mengumpulkan dana zakat, setiap mustahik tidak harus repot-repot untuk datang ke BAZIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan untuk membayar zakat profesi, tetapi cukup membayar di Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di instansinya masing-masing. Selain mempermudah bagi para mustahik, pendirian UPZ juga bertujuan untuk mempermudah BAZIS dalam mengkoordinir dana zakat baik dari segi pengumpulan sampai pada penyalurannya.22

PROSES PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT.

Semua program yang telah ditentukan oleh BAZIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan harus dijalankan. Dari semua program yang telah ditentukann dapat dibagi 2 menurut waktunya, yaitu program yang waktunya tertentu seperti bantuan sembako kepada fakir miskin, bantuan kepada yatim piatu pada Hari Amal Bakti Kementerian Agama dan Program yang insindentil (tidak menentu) seperti bantuan kepada musafir, sarana dan prasarana keagamaan atau pendidikan.

Proses pendistribusian dana zakat BAZIS Kementerian Agama Kabupaten Magetan melibatkan satuan kerja (SATKER) dan kepala KUA. Satker dan kepala KUA diberitugas oleh BAZIS untuk mencari orang yang berhak mendapatkan dana zakat dalam jumlah tertentu. Setelah mendapatkan mustahik dilaporkan kepada pengurus BAZIS untuk ditindak lanjuti dengan pendistribusian pada waktu yang telah ditentukan.23 Proses ini dilakukan oleh BAZIS, bertujuan agar memudahkan BAZIS untuk mendistribusikan dana zakat tepat sasaran.

21 Yusuf Ansori, Wawancara, Magetan, 26 November 2014. 22 Sardjo, Wawancara, Magetan, 28 November 2014.

(15)

71Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

Pengurus BAZIS melibatkan satker dan kepala KUA dalam pendistribusian dikarenakan satker dan Kepala KUA menguasai daerah yang ditempati dan mengetahui orang yang berhak menerima dana zakat. Disamping itu mempermudah jalannya pendistribusian dari BAZIS kepada oaring yang berhak.24

Pada bulan Nopember tahun 2014 BAZIS Kantor Kementerian Agama telah menyalurkan dana zakat sebanyak Rp. 44.132.000 kepada orang yang dianggap berhak menerima oleh BAZIS, diantaranya bantuan kepada yatim piatu tingkat RA dan MI sebesar Rp. 16.000.000, bantuan sarana dan prasarana pada MIN Takeran sebesar Rp. 5.000.000, bantuan peduli Muadhi>n sebesar Rp. 5.100.000 dan lain-lain. Pada bulan Desember Kementerian Agama menyiapkan 1300 paket sembako yang diperuntukan pada fakir miskin pada 7 kecamatan, setiap paketnya bernilai sekitar Rp. 140.000, dalam rangka peringatan Hari Amal Bakti Kementerian Agama Kabupaten Magetan.

PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BAZIS KANTOR KEMENAG KAB.MAGETAN.

Sejauh ini, pendistribusian zakat yang terjadi di masyarakat lebih didominasi cara pendistribusian zakat secara konsumtif, yaitu pendistribusian secara langsung dalam rangka memberikan zakat pada pada waktu yang telah ditentukan. Singkatnya, pendistribusian zakat hanya semata-mata memenuhi kewajiban sebagai muslim tanpa berorientasi pada keinginann untuk memperluas manfaat dari zakat itu sendiri.

BAZIS mempunyai satu program yang bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan bagi mustahik, yaitu bantuan modal usaha. Bantuan ini diberikan kepada para mustahik tanpa mengunakan jaminan dan tanpa dikenakan bagi hasil (bunga)

(16)

72Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

setiap bulannya, tetapi tetap diwajibkan untuk mengembalikan dalam jangka waktu yang telah disepakati diawal perjanjian, program ini disebut dengan “ Program Dana Bergulir.25

Menurut Bahrudin26, program Dana Bergulir yang telah berjalan adalah pinjaman lunak (tanpa bagi hasil/bunga) yang diberikan kepada beberapa pengusaha kantin disekolah yang masuk golongan mustahik yang berada dibawah naungan Kementerian Agama.Peminjam diwajibkan mengembalikan modal secara bertahap yang diikat melalui akad pada saat serah terima modal.

Pemilihan kantin sebagai wujud dari program ini bukan tanpa tujuan, tetapi mempunyai tujuan yang sangat besar. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Kementerian Agama Kabupaten Magetan dengan menggulirkan program ini, yaitu: Pertama, diharapkan pengelola kantin yang masuk golongan mustahik bisa terhindar dari renternir dan praktek riba. Kedua, diharapkan dengan program ini dapat meningkatkan derajat pengelola kantin yang asalnya menjadi mustahik dapat menjadi muzakki.Program ini sedang dievaluasi dan mencari model-model pemberdayaan yang cocok dengan kondisi Kabupaten Magetan.

Program ini telah dirasakan sedikitnya ada 20 orang dengan modal usaha sebesar Rp. 2.000.000 setiap orang, dengan perjanjian wajib mengembalikan dana tersebut selama 2 tahun tanpa ada bagi hasil atau bunga.

PRINSIP UMUM PENGELOLAAN ZAKATKEMENAG KAB. MAGETAN

Menurut Amin Mahfud27, pelaksanaan zakat profesi di Kementerian Agama Kabupaten Magetan dapat berjalan secara baik dan lancar tidak lepas sistem pengelolaan yang baik. Dalam pengelolaan dana ZIS, Kementerian Agama Kabupaten Magetan menerapkan beberapa prinsip dasar atau azas-azas yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Prinsip-prinsip pengelolaan zakat itu antara lain:

25 Khumaidi, Wawancara, Magetan, 13 Januari 2015 26 Bahcruddin, Wawancara, Magetan, 15 November 2014. 27 Amin Mahfud, Wawancara, Magetan, 12 Juni 2014.

(17)

73Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75 a. Shariat Islam

Pengelolaan zakat harus berdasarkan shariat Islam.Konsep dan mekanisme yang dipakai tidak boleh keluar dari shariat Islam.

b. Amanah

Pengelola dan pengelolaan zakat harus dapat dipercaya.Prinsip ini merupakan salah faktor mendasar dalam pengelolaan ZIS.Belum optimalnya potensi zakat tergali secara terlembaga dikarenakan salah satunya disebabkan belum tumbuhnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat sehingga zakat didistribusikan zakatnya secara langsung kepada mustahik.

c. Kemanfaatan

Penglolaan zakat diharapkan mempunyai manfaat yang besar terhadap mustahik, tidak boleh pengelolaan zakat dilaksanakan hanya untuk manfaat pengelola semata.

d. Keadilan

Adil disini bukan aja diartikan skala prioritas berdasarkan proporsinya, melainkan juga kemampuan untuk merumuskan kebutuhan para mustahik secara faktual.

e. Kepastian Hukum

Kepastian hukum ini menyangkut mustahik dan muzakki.Bagi mustahik kepastian hokum adalah berdasarkan undang-undang dan peraturan lainnya menjamin dan melindungi hak mereka mendapatkan zakat.Bagi muzakki, terwujudnya ketentraman batin atas kepastian jaminan keabsahan zakat yang telah ditunaikan.

f. Akuntabilitas

Asas ini sangat penting dan dapat mendorong tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat.Dengan asas ini pengelolaan zakat dapat dipertanggung jawabkan dan dapat diakses oleh masyarakat.

(18)

74Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

Dari paparan data penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Potensi zakat profesi di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan sangat besar. Dengan sistem yang dijalankan oleh BAZIS serta tidak melakukan sebuah paksaan serta pertanggung jawaban yang jelas dan transparan, potensi zakat profesi yang sangat besar dapat digali. Hal itu terbukti dengan munculnya kesadaran dari semua pegawai yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan untuk membayar zakat profesi sehingga dalam setiap bulannya terkumpul dana zakat profesi sebesar Rp. 70.000.000.

2. Pengelolaan yag dilakukan BAZIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan telah berjalan baik. Hal ini bisa dilihat dari proses penghimpunan BAZIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan.

3. Program dana bergulir yang telah dijalankan oleh BAZIS Kementerian Agama Kabupaten Magetan merupakan program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh BAZIS. Hal ini bisa dilihat dari ciri unsur-unsur pemberdayaan yaitu: Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, Memperkuat potensi atau daya yang di miliki masyarakat (empowering) dan memberdayakan mengandung pula arti melindungi.

DAFTAR PUSTAKA

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002. Syahatah, Husayn. Akuntansi Zakat: Panduan Praktis Penghitungan Zakat Kontemporer,

terj. A.Syukur. Jakarta : Pustaka Progressif, 2004.

Fakhrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN Malang Press, 2008. http://www.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=12433&t=181, dilihat tanggal 24Juni

2019.

Dokemen “Risalah Singkat Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Kantor Departeman Agama Kabupaten Magetan 2003”.

(19)

75Vol. 07 No. 01, Juni 2019: 57-75

Imam Kharomain, Wawan cara, 13 Februari 2015. Amin Mahfud, Wawancara, Magetan, 12 Juni 2014. Bahcruddin, Wawancara, Magetan, 10 Juni 2014. Suminah, Wawancara, Magetan, 12 Juni 2014. Khumaidi, Wawancara, Magetan, 02 Juli 2014. Sudiro, Wawancara, Magetan, 24 November 2014. Yusuf Ansori, Wawancara, Magetan, 26 November 2014. Sardjo, Wawancara, Magetan, 28 November 2014. Muttakin, Wawancara, Magetan, 15 November 2014. Khumaidi, Wawancara, Magetan, 13 Januari 2015

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun sebelum Amandemen London pada tahun 1991, Tiongkok sempat menolak bergabung karena khawatir dengan mekanisme pendanaan dan pendampingan teknis yang akan mengganggu

Mengonversi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, eksposisi, dan negosiasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks, baik secara

Ketidakhadiran Calon Penyedia untuk Proses Pembuktian Kualifikasi tanpa didasari alasan yang benar, dapat menyebabkan gugurnya penawaran Calon Penyedia dalam proses

Pengendalian sosial dilakukan untuk menjamin bahwa nilai- nilai dan norma sosial yang berlaku ditaati oleh anggota masyarakat. Hal ini menyangkut manusia sebagai makhluk sosial

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di Desa Kampung Baru Kecamatan Kota Agung Timur

Bagi peserta pelelangan umum yang ingin menyampaikan sanggahan dapat ditujukan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Balai Pengawas Obat dan Makanan di Batam Tahun Anggaran 2012,

Masa tugas Satuan Tugas Penanganan Faktur Pajak yang Tidak Berdasarkan Transaksi yang Sebenarnya di Lingkungan Kerja Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015 terhitung sejak tanggal

Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio-visual efektif dalam meningkatkan kemampuan menyimak dongeng siswa kelas VII E SMP Negeri 45 Bandung